Anda di halaman 1dari 21

Konsep Dasar Penelitian Kuantitatif

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam peneltian dikenali stilah kuantitatif dan kualitatif. Di tingkat metodologi, sejak awal
pertumbuhan ilmu-ilmu sosial sudah dikenal ada dua mazhab penelitian sosial. Dalam konteks
ini Sanapiah Faisal dalam (musafa nanang, 2012) membaginya menjadi 2
yaitu: Pertama, mazhab penelitian sosial yang menggunakan pendekatan kuantitatif, atau yang
lebih populer dengan sebutan Pendekatan Penelitian Kuantitatif. Kedua, mazhab penelitian sosial
yang menggunakan pendekatan kualitatif, atau yang biasa dikenal dengan sebutan Pendekatan
Penelitian Kualitatif.

Suharsimi Arikuntodalam (musafa nanang, 2012) berpendapat bahwa kaitan pilihan memulai dan
memilih suatu pendekatan atau metode ilmiah juga yang ada dalam penelitian tentu tidak bisa
terlepas dari kebaikan dan kelemahan, keuntungan dan kerugian. Oleh karena itu untuk dapat
memberikan pertimbangan dan keputusan mana yang lebih baik dalam penggunaan suatu
pendekatan maka terlebih dahulu perlu dipahami masing-masing pendekatan tersebut.

Atas dasar pernyataan diatas, maka kami menyusun sebuah makalah yang berisi mengenai
Penelitian kuantitatif, prosedur penelitian kuantitatif, dan dimensi-dimensi penelitian kuantitatif
yang sangat bermanfaat sekali terutama bagi mahasiswa untuk memahami lebih dalam lagi
mengenai penelitian kuantitatif.

B.     Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:

1.      Apa pengertian penelitian kuantitatif?

2.      Bagaimana prosedur penelitian kuantitatif?


3.      Bagaimana dimensi-dimensi penelitian kuantitatif?

C.     Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang akan di bahas, tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini
adalah sebagai berikut:

1.      Untuk mengetahui pengertian penelitian kuantitatif.

2.      Untuk mengetahui prosedur penelitian kuantitatif.

3.      Untuk mengetahui dimensi-dimensi penelitian kuantitatif.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penelitian Kuantitatif


Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup
lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini
disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme.
Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah
ilmiah yaitu konkrit, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut
metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan
berbagai iptek baru. 
Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya
adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan
desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian
yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap
kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau
tampilan lainnya. Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yg menekankan
fenomena fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitass
desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik,
struktur dan percobaan terkontrol. (sukmadinata, N, 2013)
Menurut Sugiyono (14:2015), metode penelitian kuantitatif merupakan metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan
secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
Filsafat positivisme memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat
diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat
sebab akibat. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu
yang representatif. Proses penelitian bersifat deduktif, di mana untuk menjawab
rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis.
Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan dan lapangan. Untuk
mengumpulkan data digunakan instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul
selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif
sehingga dapat disimpulkan  hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian
kuantitatif pada umumnya diambil sampel random, sehingga kesimpulan hasil penelitian
dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil.
Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai (valuefree).
Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-
prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui penggunaan instrumen
yang telãh diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang
melakukan studi kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang dapat membuat
bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan
muncul adanya bias itu, penelitian kuantitatif akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah
yang sesungguhnya (Sudarwan Danim, 2002: 35) dalam (musafa nanang, 2012)
Dalam hal pendekatan,penelitian kuantitatif lebih mementingkan adanya variable
- variabel sebagai objek penelitian dan variabel-
variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masing-
masing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang
harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan 
menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replicasi serta generalisasi penggu
naan model penelitian sejenis. Selanjutnya,
penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujian yang
kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya,
seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga,
pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka s
tatistic bukan pada makna secara kebahasaan dan kulturalnya. (musafa nanang, 2012).

1.      Penggunaan Metode Kuantitatif

Menurut Sugiono (2015:34) Metode Kuantitatif digunakan apabila:

a.       Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas. Masalah adalah
penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi, antara aturan dengan pelaksanaan,
antara teori dan praktek, antara rencana dengan pelaksanaan.

b.      Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi. Metode penelitian
kuantitatif cocok digunakan untuk mendapatkan informasi yang luas tetapi tidak mendalam.

c.       Bila ingin diketahui pengaruh perlakuan/treatment tertentu terhadap yang lain. Untuk
kepentingan ini metode eksperimen paling cocok digunakan.

d.      Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian.

e.       Bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat.

f.       Bila ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas pengetahuan, teori,
dan produk tertentu.

2.      Kompetensi Peneliti Kuantitatif

a.       Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang pendidikan yang akan diteliti.
b.      Mampu melakukan analisis masalah secara akurat, sehingga dapat ditemukan masalah
penelitian pendidikan yang betul-betul maslah.

c.       Mampu menggunakan teori pendidikan yang tepat sehingga dapat digunakan untuk
memperjelas masalah yang diteliti, dan merumuskan hipotesis penelitian.

d.      Memahami berbagai jenis metode penelitian kuantitatif, seperti metode survey,


eksperimen, action research, expost facto, evaluasi dan R & D.

e.       Mampu menyusun instrument baik test maupun nontest untuk mengukur berbagai variabel
yang diteliti, mampubmenguji validitas dan reliabilitas instrumen.

f.       Mampu mengumpulkan data dengan kuesioner, maupun dengan wawancara, observasi, dan
dokumentasi.

g.      Mampu menyajikan data, menganalisis data secara kuantitatif untuk menjawab rumusan
masalah dan menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.

h.      Mampu memberikan interpretasi terhadap data hasil penelitian maupun hasil pengujian
hipotesis.

i.        Mampu membuat laporan secara sistematis, dan menyampaikan hasil penelitian ke pihak-
pihak yang terkait.

j.        Mampu membuat abstraksi hasil penelitian, dan membuat artikel untuk dimuat ke dalam
jurnal ilmiah.

k.      Mampu mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas.

Dalam penelitian kuantitatif diyakini adanya sejumlah asumsi sebagai dasar dalam melihat fakta
atau gejala. Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah:

1.      objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, baik bentuk, struktur, sifat
maupun dimensi lainnya.

2.      suatu benda atau keadaan tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu.

3.      Suatu gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan, melainkan
merupakan akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jonathan Sarwono, 2011).
Sejalan dengan penjelasan di atas, secara epistemologi paradigma kuantitatif berpandangan
bahwa sumber ilmu terdiri dari dua hal, yaitu pemikiran rasional dan empiris. Karenaitu, ukuran
kebenaran terletak pada koherensi(sesuai dengan teori-teori terdahulu) dan korespondensi (sesuai
dengan kenyataan empiris). Kerangka pengembangan ilmu itu dimulai dengan proses perumusan
hipotesis yang dideduksi dari teori, kemudian diuji kebenarannya melalui verifikasi untuk
diproses lebih lanjut secara induktif menuju perumusan teori baru. Jadi, secara epistemologis
pengembangan ilmu itu berputar mengikuti siklus, logico, hipotetico dan verifikatif.

Ada tiga hal mendasar yang harus diketahui dalam penelitian kuantitatif yaitu aksioma,
karakteristik penelitiandan proses penelitian.

a.       Aksioma(PandanganDasar)

Aksioma meliputirealitas, hubungan peneliti dengan yang diteliti, hubungan variable,


kemungkinan generalisasi dan peranan nilai.

AksiomaDasar MetodeKuantitatif

Dapat diklasifikasikan, konkrit, teramati,


Sifatrealitas
terukur

Hubungan
Independen, supaya terbangun obyektivitas
peneliti dengan yang diteliti

Hubungan variabel Kausalitas (sebab-akibat)

Kemungkinan generalisasi Cenderung membuat generalisasi

Peranan nilai Cenderung bebas nilai

b.      KarakteristikPenelitian

Menurut sugioni (2015:23-24) Penelitian kuantitatif memiliki beberapa karakteristik berikut:

1)      Desain

a)      Spesifik, jelas, rinci

b)      Ditentukan secara mantap sejakawal

c)      Menjadi pegangan langkah demi langkah.


2)      Tujuan

a)      Menunjukkan hubungan antar variable

b)      Mengujiteori

c)      Mencari generalisasi yang memiliki nilai prediktif

3)      Tehnik Pengumpulan data

a)      Kuesioner

b)      Observasi dan wawancara terstruktur

4)      InstrumenPenelitian

a)      Tes, angket, wawancara terstruktur

b)      Instrument yang telah terstandar

5)      Data

a)     Kuantitatif

b)    Hasil pengukuran variable yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrument

6)      Sampel

a)      Besar

b)      Representatif

c)      Sedapat mungkin random

d)     Ditentukan sejak awal

7)      Analisis

a)      Setelah sèlesai pengumpulan

b)      Deduktif

c)      Menggunakan statistik

8)      Hubungan dengan Responden


a)      Dibuat berjarak, bahkan sering tanpa kontak supaya obyektif

b)      Kedudukan peneliti lebih tinggi daripada responden

c)      Jangka pendek sampai hipotesis dapat ditemukan.

9)      Usulan Desain

a)      Luas dan rinci

b)      Literatur yang berhubungan dengan masalah dan variabel yang diteliti.

c)      Prosedur yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya

d)     Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas

e)      Hipotesis dirumuskan dengan jelas

f)       Ditulis secara rinci danjelas sebelum terjun ke lapangan

10)  Kapan penelitian dianggap selesai?

a)      Setelah semua kegiatan yang direncanakan dapat diselesaikan

11)  Kepercayaan terhadap hasil Penelitian

a)      Pengujian validitas dan realiabilitas instrument

B.     Prosedur Penelitian Kuantitatif

Menurut sugiono (2015:49-51) prosedur penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut:

Adapun penjelasan mengenai prosedur penelitian kuantitatih ialah sebagai berikut:

Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas. Menurut
Tuckman, setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun
diakui bahwa memilih masalah penelitian merupakan hal yang paling sulit dalam proses
penelitian (Sugiyono: 52).
Langkah ke 1, rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya
melalui pengumpulan data. Dengan pertanyaan ini maka akan dapat memandu peneliti untuk
kegiatan penelitian selanjutnya.

Langkah ke 2, landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang
kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Adanya landasan teori merupakan ciri bahwa
penelitian itu cara ilmiah untuk mendapatkan data. Teori yang digunakan berfungsi untuk
memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis dan sebagai
referensi untuk menyusun instrumen penelitian.

Langkah ke 3, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.


Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan,
belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Bila
dilihat dari eksplanasinya, bentuk hipotesis penelitian yaitu hipotesis deskripsi (variabel
mandiri), komparatif (perbandingan), dan asosiatif (hubungan). Hipotesis deskripsi adalah
jawaban sementara terhadap masalah deskriptif yang berkenaan dengan variabel mandiri,
hipotesis komparatif adalah jawaban sementara terhadap masalah komparatif (variabelnya sama
tetapi populasi atau sampelnya berbeda atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda),
hipotesis asosiatif adalah adalah jawaban sementara terhadap masalah asosiatif (yang
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih).

Langkah ke 4, hipotes yang masih merupakan jawaban sementara, selanjutnya harus dibuktikan
kebenarannya dengan pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara
(apabila peneliti ingin menemukan permasalahan yang harus diteliti dan mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam serta jumlah respondennya sedikit/kecil), angket (teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya) dan observasi (digunakan bila penelitian berkenaan
dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak
terlalu besar).

Pengumpulan data dilakukan pada populasi tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti. Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (mewakili).

Meneliti adalah mencari data yang teliti/akurat. Untuk itu peneliti perlu menggunakan instrumen
penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam
maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.
Variabel-variabel dalam ilmu alam misalnya panas, maka instrumennya adalah calorimeter,
variabel panjang maka instrumennya adalah mistar (meteran), variabel berat maka instrumennya
adalah timbangan berat. Sedangkan instrumen penelitian dalam bidang sosial, khususnya bidang
pendidikan yang sudah baku sulit ditemukan. Untuk itu, peneliti harus mampu membuat
instrumen yang akan digunakan untuk penelitian. Menetapkan variabel-variabel yang diteliti.
Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan
indikator yang akan di ukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir
pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan
“matrik pengembangan instrumen” atau “kisi-kisi instrumen”.

Agar instrumen dapat dipercaya, maka harus diuji validitas dan reabilitasnya. Terdapat tiga cara
pengujian validitas instrumen, yaitu pengujian validitas konstrak, pengujian validitas isi dan
pengujian validitas eksternal.

1.      Pengujian validitas konstrak

Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli. Para ahli diminta
pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. setelah pengujian konstrak dari para ahli
dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba
instrumen. Instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Setelah data
ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu
dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan
antar skor faktor dengan skor total.

2.      Pengujian validitas isi

Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan
materi pelajaran yang telah diajarkan. Untuk instrumen yang akan mengukur efektivitas
pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan
antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Secara teknis pengujian
validitas isi menggunakan kisi-kisi instrumen. Pada setiap instrumen baik test maupun non test
terdapat butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen
lebih lanjut, setelah dikonsultasikan dengan ahli, selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis dengan
analisis item atau uji beda.

3.      Pengujian validitas eksternal

Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan)
antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.

Sedangkan pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal dan internal. Secara
eksternal pengujian dapat dilakukan dengan rest-retest, equivalent, dan gabungan keduanya.

a.       Test-retest

Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan tes-retest dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Instrumennya sama, respondennya sama
dan waktunya yang berbeda. Bila koefisien korelasi positif dan siginfikan maka instrumen
tersebut sudah dinyatakan reliabel.

b.      Ekuivalen

Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya
sama. Pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi
instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sama, instrumen berbeda. Reliabilitas
instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data
instrumen yang dijadikan equivalent. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen
dinyatakan reliabel.
c.       Gabungan

Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang equivalent
beberapa kali, ke responden yang sama. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan
mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelaksikan pada pengujian kedua, dan
selanjutnya dikorelasikan secara silang.

Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu berbeda, akan dapat dianalisis enam koefisien
reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan siginfikan, maka dapat
dinyatakan bahwa instrumen tersebut reliabel.

Secara internal pengujian dapat dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada
pada instrumen tertentu. Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan
cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis dengan teknik
tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.

Langkah ke 5, setelah data terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis diarahkan untuk menjawab
rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif
menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif
dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik
nonparametris.

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif
dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin
membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.

Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan
hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil
dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara
random.

Pada statistik inferensial terdapat statistik parametris dan nonparametris. Penggunaan statistik
parametris dan nonparametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis.
Statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak asusmsi. Asumsi yang utama adalah data yang
akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test
mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dalam regresi harus
terpenuhi asumsi lineritas. Statistik nonparametris tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi,
misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi normal. Statistik parametris
mempunyai kekuatan yang lebih daripada statistik nonparametris,bila asumsi yang melandasi
dapat terpenuhi. Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan
rasio, sedangkan statistik nonparametris digunakan untuk menganalisis data nominal, ordinal.

Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat
menggunakan tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart (diagram
lingkaran), dan pictogram.

Langkah ke 6, setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya dapat


disimpulkan. Kesimpulan berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah berdasarkan
data yang telah terkumpul. Apabila rumusan masalah ada lima, maka kesimpulannya juga ada
lima. Peneliti juga harus memberikan saran-saran. Melalui saran-saran tersebut diharapkan
masalah dapat terpecahkan. Saran yang diberikan harus berdasarkan kesimpulan hasil penelitian.

Apabila hipotesis penelitian yang diajukan tidak terbukti, maka perlu di cek apakah ada yang
salah dalam penggunaan teori, instrumen, pengumpulan, analisis data, atau rumusan masalah
yang diajukan.

C.     Dimensi-dimensi Penelitian Kuantitatif

Menurut  Sudarto, A (2013) dimensi dimensi penelitian kuantitatif ialah sebagai berikut:

1.      Penelitian survey

Penelitian survey merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur


yang sama pada setiap orang, kemudian semua jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah,
dan dianalisis. Pertanyaan terstruktur disebut kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan
yang akan diberikan kepada responden untuk mengukur variabel-variabel, berhubungan diantara
variabel yang ada, serta dapat berupa pengalaman dan pendapat dari responden. Dalam
pelaksanan survei, kondisi penelitian tidak dimanipulasi oleh peneliti.
Metode survei biasanya digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah,
namun peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data (kuesioner, test, wawancara, dan
sebagainya), perlakuan yang diberikan tidak sama pada eksperimen.

Penelitian survei memiliki berbagai macam variasi dalam pelaksanaannya. Di bidang pendidikan
dan tingkah laku penelitian survei minimal dapat dikelompokkan menjadi lima macam bentuk,
yaitu, survei catatan (sirvey of record) merupakan penelitian yang menggunakan sumber-sumber
berupa catatan dan informasi nonreaksi. Survei menggunakan angket dengan memanfaatkan jasa
pos (biasanya didistribusikan kepada responden dengan bantuan jasa pos), survei melalui telepon
(biasanya menggunakan buku petunjuk telepon untuk menghubungi responden), survei dengan
wawancara kelompok (biasanya hasil survey lebih merefleksikan tingkah laku kelompok dan
merupakan hasil consensus antar responden), dan wawancara individual (survey model ini
menggunakan pendekatan konvensional, dengan wawancara perorangan). Demikian penjabaran
mengenai pengertian penelitian baik itu kuantitaif maupun kualitatif, pendekatan survey pada
penelitian kuantitatif, langkah-langkah dalam penelitian survey, serta jenis-jenisnya.

2.      Penelitian eksperimen

Menurut Solso & MacLin dalam (Sudarto, A, 2013), penelitian eksperimen adalah suatu
penelitian yang di dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk
mempelajari hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat kaitanya dalam
menguji suatu hipotesis dalam rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan
perubahan terhadap kelompok yang dikenakan perlakuan.

Menurut Yatim Riyanto dalam (Sudarto, A, 2013), penelitian eksperimen merupakan penelitian
yang sistematis, logis, dan teliti didalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam pengertian
lain, penelitian eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok
eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan
kondisi-kondisi yang dapat di kontrol.

Wiersma dalam (Sudarto, A, 2013), mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi penelitian
yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut sebagai variabel eksperimental,
sengaja dimanipulasi oleh peneliti.
Arikunto dalam (Sudarto, A, 2013), mendefinisikan eksperimen adalah suatu cara untuk mencari
hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh
peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang
mengganggu.

Jadi, dengan kata lain, suatu penelitian eksperimen pada prinsipnya dapat didefinisikan sebagai
metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat
(causal-effect relationship). Contoh hubungan sebab akibat dibidang pendidikan misalnya,
seorang mahasiswa yang mempunyai nilai matematika tinggi cenderung  berhasil dalam
menyelesaikan mata kuliah merencana mesin. Penelitian eksperimen pada umumnya dilakukan
oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan sesuatu jika dilakukan pada
kondisi yang dikontrol dengan teliti, maka apa yang akan terjadi?. Disamping itu, penelitian
eksperimen dilakukan oleh peneliti dengan tujuan mengatur situasi dimana pengaruh beberapa
variabel  terhadap satu atau variabel  terikat dapat diidentifikasi.

Ciri utama penelitian eksperimen yang membedakannya dengan semua jenis penelitian lainnya
adalah perlakuan atau manipulasi ternadap variabel bebas untuk mengetahui efeknya terhadap
variabel terikat. Variabel yang dilibatkan, yaitu variabel bebas dan variabel terikat, sudah
ditetapkan secara tegas oleh peneliti sejak awal penelitian. Variabel bebas (disebut juga variabel
perlakuan, variabel independen, atau variabel penyebab) adalah variabel yang
dimanipulasisecara sistematis dalam eksperimen. Contoh variabel bebas adalah metode
pembelajaran, ienis-jenis penguatan, frekuensi penguatan media pembelajaran, iingkungan
belajar, mater pembelajaran, jumlah kelompok belajar, dan sebagainya. Sedangkan variabel
terikat (disebut iuga variabel kriteria atau variabel dependen) adalah variabel yang diukur
sebagai akibat adanya perlakuan terhadap variabel bebas. Contoh variabel terikat dalam
penelitian pendidikan, antara lain adalah hasil belajar siswa, kesiapan belajar siswa, kemandirian
belajar, dan/atau skor tes.

Menurut Christensen dalam (Sudarto, A, 2013), penelitian eksperimen memiliki beberapa ciri
khas, yaitu: 

a.       Variabel penelitian dan situasi perlakuan diatur secara ketat, dengan menetapkan
perlakuan, kontrol. dan pengacakan.
b.      Adanya kelompok pergendali sebagai pembanding bagi kelompok  eksperimen.

c.       Mengendalikan variansi untukmemaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan


hipotesis penelitian, meminimalisir variansi variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi
hasil eksperimen. juga meminimalisir variansi kekeliruan. termasuk kekeliruan pengukuran.
Pemilihan dan penentuan subyek serta penempatan subyek dalam kelompok perlakuan dan
kelompok pengendalian jugadilakukan secara acak.

d.      Validitas internal diperlukan pada desain eksperimen guna mengetahui apakah  manipulasi


benar-benar berdampak pada perbedaan hasil yang dicapai.

e.       Validitas eksternal berkaitan dengan bagaimana keterwakilan populasi dan


ketergeneralisasian hasil eksperimen. 

Eksperimen dalam bidang pendidikan berdasarkan lokasinya dapat dibedakan atas dua bentuk,
yaitu eksperimen di laboratorium dan eksperimen di luar laboratorium. Eksperimen di
laboratorium dilaksanakan Peneliti dalam sebuah ruangan tertutup atau dalam kondisi tertentu
untuk meningkatkan akurasi hasil penelitian. Sedangkan eksperimen di luar laboratorium (juga
disebut eksperimenlapangan) biasanya dilakukan oleh peneliti guna mendapatkan hasil
eksperimen dalam lingkungan yang sebenamya, misalnya di kelas atau di masyarakat.

Dari kedua bentuk penelitian eksperimen tersebut eksperimen diluar laboratorium adalah
bentuk  eksperimen yang paling banyak dilakukan, karena mempunyai beberapa keunggulan,
misalnya:

1)      lebih mudah dalam pemberian perlakuan;

2)      memungkinkan untuk melakukan eksperimen pada kondisi yang sebenarnya;

3)      hasil eksperimen lebih sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh para pendidik.
Sedangkankelemahan utamanya adalah sulit untuk mengendalikan variabel-variabel luar yang
mengancam validitas internal dan validitas eksternal hasil eksperimen.

Eksperimen laboratorium memiliki keunggulan utama, yaitu sangat cocok untuk mendalami


masalah yang berkaitandengan pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu
pendidikan. Dalam pelaksanaan eksperimen ini memungkinkan untuk mengendalikan variabel-
variabel luar yang mengancam validitas internal dan validitas eksternal hasil eksperimen. Namun
karena ketatnya pengendalian terhadap variabel-variabel luar, sehingga hasil
eksperimen ini adakalanya tidak memungkinkan untuk diterapkan pada kondisi yang sebenarnya.

Ada tiga hal yang menjadi karakteristik penelitian eksperimental:

a)      Manipulasi, dimana peneliti menjadikan salah satu dari sekian variabel bebas untuk
menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai sebagai
pembanding yang bisa membedakan antara yang memperoleh perlakuan/manipulasi dengan yang
tidak memperoleh perlakuan/manipulasi.

b)      Pengendalian, dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu mengalami


kesamaan sesuai dengan keinginan peneliti dengan menambahkan faktor lain ke dalam variabel
atau membuang faktor lain yang tidak diinginkan peneliti dari variable.

c)      Pengamatan, dimana peneliti melakukan suatu kegiatan mengamati untuk mengetahui


apakah ada pengaruh manipulasi variabel (bebas) yang telah dilakukannya terhadap variabel lain
(terikat) dalam penelitian eksperimental yang dilakukannya.

Selain itu, dalam penelitian eksperimen ada tiga unsur penting yang harus diperhatikan dalam
melakukan penelitian ini, yaitu kontrol, manipulasi, dan pengamatan. Variabel kontrol disini
adalah inti dari metode eksperimental, karena variabel control inilah yang akan menjadi standar
dalam melihat apakah ada perubahan, maupun perbedaan yan terjadi akibat perbedaan perlakuan
yang diberikan. Sedangkan manipulasi disini adalah operasi yang sengaja dilakukan dalam
penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, yang dimanipulasi adalah variabel independent
dengan melibatkan kelompok-kelompok perlakuan yang kondisinya berbeda. Setelah peneliti
menerapkan perlakuan eksperimen, ia harus mengamati untuk menentukan apakah hipotesis
perubahan telah terjadi (Observasi).

Dari beberapa penjelasan diatas secara garis besar dapat kita simpulkan karakteristik penelitian
eksperimen adalah antara lain :

a.       Menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan kelompok
yang dikenai perlakuan eksperimental.

b.      Menggunakan sedikitnya dua kelompok

c.       Harus mempertimbangkan kesahihan ke dalam (internal validity).


d.      Harus mempertimbangkan kesahihan keluar (external validity)

3.      Penelitian analisis data sekunder

Analisis data sekunder merupakan analisis data survei yang telah tersedia. Analisis ini mencakup
interpretasi, kesimpulan atau tambahan pengetahuan dalam bentuk lain. Semua itu ditunjukkan
melalui hasil penelitian pertama secara menyeluruh. Analisis bentuk ini merupakan analisis
ulang (re-analysis) dalam bentuk atau sudut pandang berbeda dari laporan pertama Thomas
dalam (Mubah, S, 2007). Hasil dari penelitian pertama itu disaring melalui pengertian peneliti
kedua, tergantung dari konteks dan situasi sosialnya.

Dari data sekunder didapat dua manfaat yang menyertainya. Penelitian sekunder dapat menjadi
alternatif untuk mendapat jawaban yang tidak didapat dari penelitian primer. Dari data sekunder
peneliti juga mendapat manfaat dengan menjadikanya alat komparasi dengan data yang telah ada
untuk mencari perbedaan dengan temuan yang baru.
Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber yang mudah diakses, seperti perpustakaan.
Bentuknya juga beragam, dari bentuk dokumentasi seperti surat, kontrak, dan memo. Peneliti
juga bisa menggunakan jasa penyedia info dan CD ROM. Namun, yang perlu diperhatikan
adalah terkadang data sekunder in bersifat subyektif dan memihak, tergantung penyedianya.
Kent dalam (Mubah, S, 2007). memaparkan bahwa setidaknya ada empat tipe berbeda dari data
sekunder:

a.       jurnal, artikel, buku dan koran yang dipublikasikan.

b.      data statistik dari pemerintah atau sumber lain.

c.       data dari rumah produksi, penelitian pasar atau iklan.

d.         data hasil dari operasional sehari-hari.

Keuntungan yang didapat dari penggunaan data sekunder antara lain:

1)      peneliti baru mendapat info setelah penelitian usai sehingga data didapat menyeluruh, tidak
setengah-setengah.

2)       bukan hanya jadi alternatif sumber bahan, tetapi dapat juga menjadi sumber data utama
3)      data jenis ini dapat memberi data dengan kualitas lebih tinggi dengan mengusulkan
hipotesis, formulasi masalah dan metode penelitian yang sebaiknya dilakukan

4)      data sekunder telah melalui proses analisis yang baik.

Selain empat keuntungan di atas, peneliti pengguna data sekunder hendaknya juga perlu
memerhatikan beberapa kelemahannya seperti:

a)      data yang terkadang bias dan tidak sesuai dengan tujuan penelitian yang spesifik,

b)      data terlampau luas sehingga bisa terjadi misinterpretasi,

c)       biasanya tidak up to date sehingga kadang perlu analisis ulang dengan tambahan data
tertentu,

d)     data lama inilah yang terkadang dapat mengurangi validitasnya.


Kesimpulannya, penggunaan data sekunder dalam penelitian bisa menjadi pilihan. Selain
kemudahan akses sehingga dapat menghemat waktu dan biaya, data jenis ini juga cukup
memadai bagi penelitian oleh mahasiswa. Namun, yang perlu dijadikan catatan adalah bahwa
data sekunder cenderung bias sehingga tidak akurat atau tidak sesuai dengan penelitian yang
akan dilakukan. Tetapi, secara keseluruhan penggunaan data sekunder lebih banyak
keuntungannya sehingga tak heran jika data ini banyak dipakai.

4.      Penelitian analisis isi

Analisis isi (Content Analysis) adalah tekhnik penelitian untuk membuat inferensi – inferensi
yang dapat ditiru (replicable), dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Analisis isi
berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Logika dasar dalam komunikasi, bahwa
setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal komunikasinya itu, baik berupa verbal
maupun nonverbal. Sejauh ini, makna komuniaksi menjadi amat dominan dalam setiap peristiwa
komunikasi.

Analisis isi; penelitian ini dilakukan bukan kepada orang, tetapi lebih kepada simbol, gambar,
film, dan sebagainya. Pada material yang dianalisis, misalnya surat kabar, dihitung berapa kali
tulisan tentang topik tertentu muncul, lalu dengan alat bantu statistik dihitung
BAB III 

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Penelitian kuantitatifmerupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis,


terencana,
dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Penelitian kuanti
tatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data,
penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan darih asilnya.

Proses penelitian kuantitatif bersifat linier, di mana langkah-langkahnya jelas, mulai dari


penyusunan latar belakang masalah; identifikasi, pemilihan dan perumusan masalah, landasan
teori, perumusan hipotesis, pengumpulan data, analisis data sampai pada membuat kesimpulan
dan saran. Dimensi-dimensi penelitian kuantitatif  diantaranya adalah survey, analisis
data/isi, analisis data sekunder, dan eksperimen.

          

 DAFTAR PUSTAKA

 
Sugiyono, (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Mushafa, N. (2012).Makalah dan Artikel Pendidikan  Penelitian Kuantitatif. [Online]. Tersedia:


http://www.blogspot.com. [02 Oktober 2015].

Sudarto, A. (2013).Indikator-Dimensi-Konsep-Proposis [Online]. Tersedia:


http://www.blogspot.com. [03 Oktober 2015].

Mubah, S. (2007).Penelitian Analisis Data Sekunder [Online]. Tersedia:


http://www.blogspot.com. [03 Oktober 2015].

Anda mungkin juga menyukai