TESIS
Oleh:
IDAWATY SIREGAR
117027010
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister dalam
Program Studi Magister Ilmu Kedokteran Tropis pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
IDAWATY SIREGAR
117027010
Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar
NIM : 117027010
Tanda Tangan :
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan
mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai pemilik hak cipta.
Dibuat di : Medan
Pada tanggal : 15 Mei 2019
Yang menyatakan
(Idawaty Siregar)
Riwayat Pendidikan
1. SDN 1735 24 Balige, Kec. Balige, Kab. Taput 1973-1979
2. SMP Katolik Budhi Dharma Balige 1979-1982
3. SMAN 1 Balige 1982-1985
4. Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia 1985-2000
Riwayat Pekerjaan
2000 – 2002 : Dokter PTT di Puskesmas Sirait
2002 – 2008 : Dokter PNS di Puskesmas Lotu Kab. Nias
2008 – 2015 : Puskesmas Muara Kab. Taput
2015 – 2016 : Puskesmas Pangaribuan Kab. Taput
2016 – 2018 : RSU Tarutung Kab. Taput
2018 – sekarang : Puskesmas Sipultak Kab. Taput
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji serta Syukur saya panjatakan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala rahmat dan kuasaNya sehingga tesis dengan judul “Hubungan Antara
Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada Penderita
Tuberkulosis Paru di Puskesmas Pangaribuan, Puskesmas Situmeang
Habinsaran dan Puskesmas Hutabaginda di Kabupaten Tapanuli Utara”.
Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
Magister Kedokteran Tropis (MKT) pada program studi Ilmu Kedokteran Tropis.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
3. dr. Inke Nadia Diniyati Lubis, M.Ked (Ped), Sp.A(K), Ph.D selaku Ketua
Program Studi Ilmu Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
4. dr. Nurfida K. Arrasyid, M.Kes selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5. dr. Parluhutan Siagian, M.Ked (Paru), Sp.P (K) selaku Komisi Pembimbig
yang telah mengarahkan, membimbing dan membantu dalam penyusunan tesis
ini.
6. Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked (KJ), Sp.KJ selaku Komisi Pembimbig yang
telah mengarahkan, membimbing dan membantu dalam penyusunan tesis ini.
7. dr. Zainuddin Amir, M.Ked (Paru), Sp.P(K) selaku Komisi Penguji yang telah
banyak memberikan masukan untuk perbaikan tesis ini.
8. dr. M. Surya Husada, M.Ked (KJ), Sp.KJ selaku Komisi Penguji yang telah
banyak memberikan masukan untuk perbaikan tesis ini.
9. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi Program Studi Ilmu Kedokteran
Tropis Universitas Sumatera Utara.
iii
Universitas Sumatera Utara
10. dr. Eva Susianti, MKT yang telah membantu dan menuntun hingga tesis ini
selesai.
11. Seluruh teman-teman Program Studi Ilmu Kedokteran Tropis Universitas
Sumatera Utara tahun 2014, atas segala dukungan, bantuan dan saran dalam
penyusunan tesis ini.
12. Kedua orang tua saya, Ayahanda Alm. Jabangun Siregar dan Ibunda Kedina
Sitorus, terima kasih atas doa, semangat dan dukungan moril dan materil
sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
13. Suami tercinta, Ir. Ngolu Samosir serta ananda kami tersayang, Grant Samuel
Samosir, Sonya PMM Samosir, Grace Danau Arta dan Pintauli Golda
Samosir. Terima kasih atas pengertian, semangat, doa, bantuan dan dukungan
tanpa henti, sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata, penulis berharap tesis ini memberikan manfaat bagi kita semua
terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan, oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran agar tesis ini lebih sempurna serta sebagai
masukan bagi penulis untuk penelitian dan penulisan karya ilmiah dimasa yang
akan datang. Terima kasih
Medan, Juli 2019
Idawaty Siregar
iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
v
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 22
3.1. Jenis Penelitian ....................................................................... 22
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 22
3.2.1. Lokasi ......................................................................... 22
3.2.2. Waktu ......................................................................... 22
3.3. Populasi dan Sampel .............................................................. 22
3.3.1. Populasi ..................................................................... 22
3.3.2. Sampel ........................................................................ 22
3.3.2.1. Kriteria Inklusi .............................................. 23
3.3.2.2. Kriteria Eksklusi ........................................... 23
3.3.3. Besar Sampel .............................................................. 23
3.4. Kerangka Teori....................................................................... 24
3.5. Cara Kerja .............................................................................. 26
3.5.1. Pengumpulan Data ..................................................... 26
3.5.2. Analisis Data .............................................................. 26
3.5.3. Alat Pengumpulan Data ............................................. 27
3.6 Definisi Operasional............................................................... 28
3.7 Etika Penelitian ...................................................................... 29
vi
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 43
5.1. Kesimpulan ............................................................................ 43
5.2. Saran....................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 44
LAMPIRAN
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
E : Etambutol 13
H : Isoniasid/INH 13
R : Rifampisin 13
S : Streptomisin 13
TB : Tuberkulosis 1
Z : Pirasinamid 13
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
xi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya
menyebabkan jutaan manusia sakit setiap tahun dan menempati urutan kedua
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Kasus baru TB sedunia pada tahun 2012
dilaporkan sekitar 8,6 juta dan 1,3 juta kematian yang disebabkan oleh TB (World
pengobatan dan tahap lanjutan 4-6 bulan berikutnya. Pengobatan yang teratur
pada penderita TB dapat sembuh secara total, apabila penderita patuh terhadap
aturan pengobatan TB. Hal yang penting bagi penderita TB yaitu tidak putus obat
selama 2 bulan pertama (Irnawati et al, 2016). Penyakit TB bila tidak diobati atau
obat penderita TB Paru, adalah penderita itu sendiri. Motivasi dan dukungan dari
yaitu dengan adanya pengawasan dan pemberi dorongan kepada pasien (Palinggi
et al, 2013).
dukungan merupakan interaksi sosial yang membuat pasien merasa dicintai dan
meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim
hubungan merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting (Rodin dan
Paru rawat jalan di RSU A. Makkasau Parepare (p value 0,029). Penelitian yang
berpengaruh pada kepatuhan minum obat pada pasien TB dalam fase intensif.
18-20 Juni 2015, diketahui jumlah penderita TB paru tahun 2014 sebanyak 218
orang, dan pada tahun 2015 (Januari s.d. Maret) meningkat menjadi 870 orang.
patuh, dan 3 lainnya cenderung untuk tidak patuh. Kemudian 2 dari 3 yang
baik, 1 lainnya memiliki dukungan keluarga yang baik. Salah satu alasan
penderita untuk tidak patuh ialah bahwa penderita yang meski tinggal dengan
sehari tidak terkontrol. Ini menandakan bahwa masih banyak penderita yang tidak
patuh terhadap pengobatan TB, meskipun sudah dicanangkan secara nasional dan
cuma-cuma.
jangka lama. Namun yang menjadi konsen peneliti ialah apakah keluarga benar-
benar mendukung proses pengobatan penderita baik yang sedang dalam fase
intensif maupun fase lanjutan, kategori 1 maupun kategori 2 sehingga tidak hanya
akan menjadi salah satu pertimbangan saat penderita akan memulai rencana
pengobatan.
ada 24 orang dengan kasus gagal 3 orang , dan Puskesmas Pangaribuan ada 50
kepatuhan minum obat pada penderita TB belum pernah dilakukan oleh ketiga
Tapanuli Utara.
sebagai berikut:
“Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat
1.3. Hipotesis
Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori dan
Utara.
1. Bagi Puskesmas
tercapai.
Dapat dijadikan sebagai data dasar bagi peneliti lain untuk kepentingan
TB.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
berbagai organ, terutama paru. (Ditjen PP&PL, 2014) yang masih menjadi
kekurangan gizi, dan fungsi kekebalan tubuh yang buruk (World Health
Organization, 2013b).
2.2 Etiologi
mempunyai struktur dinding sel yang unik untuk pertahanan tubuhnya (Knechel,
2009). Dinding sel berisi asam lemak, asam mikolat, dengan arabinogalaktan dan
dengan lebar 0,2-0,6 mikron, bersifat tahan asam dengan pewarnaan Ziehl
Neelson, tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka
waktu lama pada suhu antara 40C sampai 700C, kuman sangat peka terhadap
panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet, kuman dapat bersifat dormant (tidur/
kuman akan mati, dalam dahak dengan suhu 300C – 370C kuman akan mati dalam
1. Populasi A, yang terdiri atas kuman yang secara aktif berkembang biak dengan
cepat, kuman ini banyak terdapat pada dinding kapitas atau dalam lesi yang
PHnya netral.
2. Populasi B, terdiri atas kuman yang tumbuhnya sangat lamban dan berada
3. Populasi C, yang terdiri dari kuman tuberkulosis yang berada dalam keadaan
mengadakan metabolisme secara aktif dalam waktu yang singkat, kuman seperti
sehingga sama sekali tidak bisa dipengaruhi oleh obat-obat anti tuberkulosis.
Jumlah polulasi ini tidak jelas dan hanya dapat dimusnahkan oleh mekanisme
2.3 Epidemiologi
ada 9 juta kasus baru TB dan 1,8 juta orang diantaranya meninggal akibat TB,
negara kelima dengan penderita TB terbanyak setelah negara India, Cina, Nigeria
dan Pakistan (Irnawati et al, 2016). Kasus TB ditemukan di seluruh propinsi yang
ada di Indonesia dengan Papua, DKI Jakarta, dan Banten adalah 3 propinsi dengan
Indonesia adalah sebesar 660.000 dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus
berkembang. Tahun 2012 diperkirakan 8,6 juta kasus baru TB (13 % koinfeksi
dengan HIV). Tuberkulosis lebih sering diderita pria daripada wanita, dan
TB sebagian besar terjadi pada pria tetapi angka kematian dan kesakitan wanita
akibat TB juga sangat tinggi. Tahun 2012 ada sekitar 2,9 juta kasus TB dengan
2.4 Transmisi
menyebar melalui droplet (percikan ludah) yang infeksius ke udara pada saat
batuk (sekitar 3.000 droplet), bersin (sekitar 1 juta droplet), berbicara atau
TB dengan hasil BTA positif 3 lebih infeksius dari BTA positif 1 (Departement of
Health, 2014). Droplet dapat juga diproduksi dari tindakan pemeriksaan seperti
Droplet merupakan partikel kecil dengan diameter 1-5 μm berisi 1-5 basil
yang sangat infeksius dan di lingkungan tertutup droplet dapat bertahan di udara
pasien TB BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA negatif dengan hasil kultur
positif adalah 26% sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto
basil dalam droplet, virulensi basil, paparan basil terhadap sinar ultraviolet,
konsentrasi basil di udara yang ditentukan oleh volume ruangan dan ventilasi dan
lama waktu pajanan menghirup udara (aerosol) yang tercemar (Knechel, 2009).
sistem imun, dengan sistem imun normal, 90% tidak akan berlanjut menjadi
2014).
2.5 Patogenesis TB
Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6-14 minggu setelah infeksi
akut (Ditjen PP&PL, 2014). Setelah terpapar kuman TB ada empat keadaan yang
bisa terjadi yaitu pertama tidak terjadi infeksi (ditandai dengan tes tuberkulin
negatif), kedua terjadi infeksi kemudian menjadi TB yang aktif (TB primer),
penyakit menjadi TB aktif dan keempat menjadi TB laten tetapi kemudian terjadi
immune response. Sel efektornya adalah makrofag, sedang limfosit (biasanya sel
T) merupakan immunoresponse cell. Inhalasi partikel besar yang berisi lebih dari
tiga basil tuberkulosis tidak akan sampai ke alveoli, partikel akan melekat di
dinding bronkus dan akan dikeluarkan oleh sistem mukosiliari, tetapi inhalasi
partikel kecil yang berisi 1-3 basil dapat sampai ke alveoli (Pando et al, 2007).
Basil tuberkulosis yang masuk ke alveoli akan diikuti oleh vasodilatasi dan
memakan dan membunuh basil tersebut. Setelah beberapa hari maka leukosit
berkurang dan makrofag jadi dominan. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut yang disebut dengan focus primer
atau Ghon focus yang merupakan infeksi primer. Infeksi primer ini dapat sembuh
dengan atau tanpa bekas atau dapat berlanjut terus dan bakteri terus di fagosit atau
berkembang biak didalam sel. Basil dapat menyebar melalui kelenjar getah bening
bening dengan fokus primer disebut kompleks ghon. Infeksi primer kadang-
Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan
gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala
respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat). Gejala respirasi diantaranya
adalah batuk > 2 minggu, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada. Gejala
respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang
cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat
medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien
mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus,
dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar. Gejala sistemik
yang ditimbulkan akibat infeksi TB adalah demam, malaise, keringat malam tanpa
2.7 Diagnosa
kemudian dikonfirmasi dengan kultur bakteri dan uji kepekaan obat. Sesuai
radiologis TB paru pada TB dengan BTA negatif maupun BTA positif. Foto
yang telah dianjurkan oleh WHO yaitu GeneXpert MTB/RIF yang dapat
Organization, 2013a).
2.8 Pengobatan TB
diberikan setiap hari selama 2 bulan untuk menurunkan jumlah kuman dalam
tubuh pasien secara efektif, meminimalisir pengaruh sebagian kecil kuman yang
mungkin resisten sejak sebelum pasien belum mendapat pengobatan dan tahap
lanjutan untuk membunuh sisa kuman yang masih ada dalam tubuh sehingga
lanjutan terdiri dari isoniazid dan rifampisin diberikan 3 kali dalam seminggu
selama 4 bulan.kategori diberikan pada penderita baru BTA positif, penderita paru
BTA negatif dengan rontgen positif yang sakit berat, dan penderita TB ekstra paru
berat.
yang pernah mendapat OAT selama sebulan yaitu penderita kambuh (relaps),
penderita gagal (failure) dan penderita dengan pengobatan setelah lalai (after
hari.pada fase lanjutan diberikan obat HRE selama 5 bulan dengan 3 kali dalam
seminggu.
rontgen positif sakit ringan dan penderita TB extra paru ringan yaitu Tb kelenjar
2.9 Keluarga
Keluarga adalah orang yang terkait dengan orang lain baik dengan
hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan yang tinggal bersama-sama dalam
jangka waktu yang lama (Sukumani et al, 2012). Keluarga menurut sejumlah ahli
landasan dasar dari semua institusi, merupakan kelompok primer yang terdiri dari
dua atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan
Fungsi Keluarga
2.10 Kepatuhan
kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang
disarankan dokter atau oleh orang lain. Perilaku patuh minum OAT dinilai dari
sisa OAT pada penderita sesuai dengan jumlah yang seharusnya, PMO
menyatakan bahwa pasien meminum OAT setiap hari, dan pasien menyatakan
merupakan perangsang bagi penderita agar teratur berobat sesuai dengan jadwal
Dari kepatuhan itu diharapkan kemampuan bakteri dalam tubuh dapat berkurang
dan mati. Apabila penderita TB tidak patuh dalam minum obat maka dapat
kekambuhan meningkat serta lebih fatal adalah terjadinya resisten kuman terhadap
Berbagai teori tentang kepatuhan berobat dalam Hutapea (2009) dan usaha
resistance dimana bakteri basil tidak akan sensitif terhadap antibiotik tertentu.
Jika hal ini terjadi pada beberapa obat maka terjadi Multi-Drug Resistance yang
bila terjadi pada seorang penderita membuat pengobatan akan lebih sulit dan
model terapi, interaksi profesional, faktor sosial dan ekonomi, faktor sistem
kesehatan, faktor kondisi, faktor terapi, faktor pasien (Ahsan et al, 2013) seperti
motivasi ingin sembuh (Irnawati el al, 2016) motivasi dan dukungan keluarga
(Palinggi et al, 2013, Irnawati et al, 2016), pengawasan dari Pengawas Minum
Obat (PMO), penyuluhan atau pendidikan kesehatan serta tidak ingin terjadi
kemiskinan, efek samping, durasi yang lama dan stigma (Haynes dalam Gough
pengobatan TB apabila orang tersebut patuh minum obat maka orang tersebut
MDR bagi penderita TB yang telah resisten obat OAT-KDT kategori 2 (Irnawati
et al, 2016).
minum obat penderita TB Paru, dapat disimpulkan bahwa faktor manusia, dalam
hal ini penderita TB paru sebagai penyebab utama dari ketidak patuhan minum
pengobatan supaya dilihat oleh masyarakat dirinya sembuh dan diterima kembali
minum obat karena keluarga dapat mengawasi penderita secara langsung dan
Dukungan keluarga dalam hal ini adalah mendorong penderita untuk patuh
anggota yang menderita TB, dukungan dari seluruh anggota keluarga sangat
2016).
mengingatkan dalam minum obat serta mengikut sertakan setiap ada acara
mengantarkan saat kontrol serta menyediakan alat makan, alat mandi dan
pendukung bagi anggota keluarganya yang sakit. Selain itu, keluarga juga selalu
siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Irnawati et al, 2016).
penderita tidak merasa terbebani dengan penyakit yang dideritanya. Hal ini
seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu
kepuasan atau tujuan. Menurut Taufik dalam Palinggi et al (2013) secara umum
sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil dan atau mencapai tujuan tertentu
individu, seperti penurunan rasa cemas, rasa tidak berdaya dan putus asa sehingga
dari setiap anggota keluarga yang cukup bertanggung jawab untuk mengurus
anggota keluarga ini dan menganggap rumah menjadi surga bagi istirahat dan
psikologis terhadapa pasien yang tidak bisa merawat diri sendiri. Dukungan sosial
(Melisa, 2012, Paz- Soldan, 2013). Dukungan teman dan penyedia layanan
kesehatan juga penting sebagai pendukung pasien dengan cara yang berbeda (Paz-
Soldan, 2013).
(Biswas et al, 2010). Dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan sekitar yang
kesembuhan (Nuha, 2013) dan motivasi kepada penderita TB paru dalam bentuk
bantuan dana, menciptakan lingkungan yang nyaman pada anggota keluarga yang
sehubungan dengan penyakit yang dideritanya, selain itu dukungan sosial dapat
mempengaruhi tingkah laku individu, seperti penurunan rasa cemas, mudah putus
asa, yang pada akhirnya dapat meningkatkan status kesehatan (Ratnasari, 2012).
METODE PENELITIAN
dengan pendekatan Cross sectional, dimana pada penelitian ini tidak dilakukan
suatu perlakuan pada subjek penelitian dan dilakukan hanya pada satu waktu
3.2.1. Lokasi
3.2.2. Waktu
Waktu penelitian rencananya akan dilakukan pada bulan Juni sampai dengan
September 2017.
3.3.1. Populasi
3.3.2 Sampel
eksklusi.
22
1 bulan.
persetujuan penderita.
n =
Zα = 1,96
Q = 1 – P 1 -303 = 3.0
d = < 0,1
n =
= 46,452
Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Utara dan yang sesuai dengan kriteria inklusi
sebagai gejala TB kemudian tata laksana yang harus diberikan secara farmakologi
membutuhkan waktu yang lama sehingga harus ada faktor dari luar penderita yang
ringkas, kerangka teori pada penelitian ini digambarkan pada Bagan 3.1.
Infeksi Bakteri
Microbacterium tuberculosis
Gagal Kategori 1
Resistensi Kategori 2
Tim Kesehatan
Faktor terapi
5 dimensi yang
mempengaruhi Faktor pasien Kepatuhan Tuntas
kepatuhan
(WHO, 2003)
Faktor kondisi
Sosial ekonomi:
Ekonomi Sosial
Dukungan Sosial
Dukungan Keluarga
Ketarangan:
Pengumpulan data dengan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari
1. Editing
2. Koding
3. Tabulasi
penelitian.
yang hendak diukur. Analisa data dilakukan melalui tahap editing, koding,
tunggal yang dianggap terkait dengan penelitian dan analisis bivariat untuk
melihat distribusi atau hubungan beberapa variabel yang dianggap terkait dengan
nol (Ho) atau hipotesis yang akan di tolak. Dengan menggunakan uji chi-square.
Batas kemaknaan = 0,05, Ho ditolak jika p < 0,05 dan Ho diterima jika p > 0,05.
Jika p < α (0,05) maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima yang
berarti ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat pada
pasien TB paru Sedangkan jika p > α (0,05) maka hipotesis nol diterima dan
hipotesis alternatif ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara motivasi
yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan terakhir.
responden hanya terbatas pada dua jawaban, Ya atau Tidak. Nilai tertinggi 8
dan terendah 0.
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian. Pada penelitian ini
dilakukan sesuai dengan aturan etika penelitian yang diatur dalam “ethical
Puskesmas Hutabaginda:
Wilayah Kerja
Puskesmas Pangaribuan:
Utara : Sipahutar
Luas Wilayah
30
Universitas Sumatera Utara
31
Luas wilayah
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengawas Minum Obat (PMO) yang berada
Ketiga puskesmas ini berada di bawah naungan dinas kesehatan yang sama
sehingga penelitian yang dilakukan oleh peneliti berada di program yang sama
kuesioner dilakukan di ruang yang dibuka pada hari selasa dan kamis. Total
penderita TB yang terdaftar hingga minggu pertama menurut jumlah kartu berobat
seluruh penderita. Hal ini sesuai dengan keinginan peneliti yang menggunakan
Demografi n %
1. Jenis Kelamin
- Laki-laki 32 53,33
- Perempuan 28 46,67
2. Usia
- Usia ≤ 25 thn 15 25
- Usia 26-45 16 26,67
- Usia ≥ 46 thn 29 48,33
3. Pekerjaan
- PNS 3 5
- Buruh 1 1,67
- Petani 37 61,67
- Wiraswasta 1 1,67
- Dagang 5 8,33
- Supir 1 1,66
- Tidak Bekerja 12 20
Demografi n %
4. Pendidikan Terakhir
- SD 10 16,67
- SMP 21 35
- SMA 25 25
- Diploma 4 6,67
-S1/S2 0 0
(26,67%) responden berusia 26-45 tahun dan berusia ≥46 tahun 29 orang
pekerjaan didapatkan PNS 3orang (5%), buruh 1orang (1,67%), petani 37 orang
orang, SMA 25 (25%) orang, D1 4 (6,67%) orang, dan tidak ada responden
Dukungan Keluarga n %
Baik 58 96,7
Tidak Baik 2 3,3
Total 60 100
dukungan keluarga baik, dan 2 (3,3%) orang mendapat dukungan keluarga tidak
baik.
Kabupaten Tapanuli Utara mempunyai kepatuhan yang baik dalam meminum obat
dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat. Uji bivariat dilakukan dengan
Dukungan Kepatuhan
Keluarga Baik Tidak Baik Total Nilai P
n % n % n %
Baik 57 98,3% 1 1,7% 58 100 0.002
Tidak Baik 0 0 2 100 2 100
57 (98.3%) dengan kepatuhan minum obat yang baik dan hanya 1 (1.7%) dengan
kepatuhan minum obat yang tidak baik. Sedangkan dari 2 penderita dengan
dukungan keluarga tidak baik seluruhnya mempunyai kepatuhan minum obat yang
tidak baik (100%). Hasil uji Fisher exat menunjukkan ada hubungan yang
4.2. Pembahasan
kebiasaan merokok lebih banyak pada laki-laki dan laki-laki memiliki mobilitas
menunjukkan bahwa dari sampel 26 orang persentase tertinggi pada jenis kelamin
laki-laki (69,2%). Hal ini disebabkan karena laki-laki memiliki mobilitas yang
Tapanuli Utara terbanyak pada berusia >46 tahun (48,33%). Hal ini kemungkinan
disebabkan karena pada usia lanjut kekebalan tubuh yang menurun. Menurut
humoral dan selular misalnya pada percobaan yang dilakukan pada tikus
menunjukkan bahwa sel T CD4 menjadi kurang respon terhadap stimulus antigen.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutapea di
sebagian besar pada usia produktif antara 21-30 tahun (32,1%). Tingginya
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutapea di Surabaya
(2009) yang menunjukkan bahwa dari 134 responden, responden terbanyak adalah
adalah SMA (41,66%). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang
bahwa dari sampel 26 orang persentase tingkat pendidikan tertinggi adalah SMA
38,5%. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
status gizi, imum dan higiene snitasi dan kemampuan menjalani pengobatan
dengan benar.
mendapat dukungan keluarga baik. Hal ini disebabkan karena sebagian besar
responden sudah berkeluarga sehingga mendapat dukungan dari istri dan anak-
disebabkan karena ada usaha dari keluarga untuk membantu responden dalam
keuangan, kasih sayang, perhatian, semangat dan motivasi. Hasil penelitian sama
2014; Siswanto, 2015) dan dukungan penilaian berupa bimbingan pada penderita
minum obat teratur dan tepat waktu, dan memperhatikan keluhan pasien.
berupa bimbingan pada penderita (Siswanto et al, 2015). Keluarga dapat menjadi
faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan
individu serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat
mereka terima. Dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga merupakan faktor
penderita (Irnawati et al, 2016). Hasil peneltian ini sama dengan penelitian yang
secara psikis lebih siap dan termotivasi untuk patuh dalam pengobatan. Menurut
memiliki tingkat kepatuhan baik (95%) dalam menjalani pengobatan TB paru. Hal
ini disebabkan karena kemungkinan pasien memiliki dorongan kuat untuk sembuh
dan sebagian besar responden mendapat dukungan keluarga baik sehingga tingkat
kepatuhan juga tinggi. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan
TB paru. Hasil peneltian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
mendapat dukungan keluarga dan petugas kesehatan sehingga secara psikis lebih
siap dan termotivasi untuk patuh dalam pengobatan. Kepatuhan pasien dalam
(Siswanto et al, 2015). Penelitian DiMatteo dalam Miller dan DiMatteo (2013)
menunjukkan bahwa kepatuhan minum obat pasien menikah1,27 kali lebih patuh
dibandingkan yang belum menikah. Hasil penelitian ini berbeda dengan laporan
WHO tahun 2003 dalam Kristianingrum dan Budiyani (2011) yaitu rata-rata
kepatuhan pasien pada terapi jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara
bahkan lebih rendah. Menurut Permatasari dalam Muna dan Soleha (2014) faktor-
meminum obat dengan cara yang benar, jumlah obat yang diminum sesuai
petunjuk petugas kesehatan, pernah terlambat minum obat, dan pernah lupa
minum obat (Siswanto et al, 2015). Sedangkan Niven dalam Muna dan Soleha
pemahaman tentang instruksi dan kualitas interaksi. Salah satu faktor yang
membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman. Tingkat kepatuhan juga
pengobatan dengan kategori Multi Drug Resistant (MDR). Dari data ini dapat
disimpulkan bahwa apabila orang tersebut patuh minum obat maka orang tersebut
MDR bagi penderita TB yang telah resisten obat OAT-KDT kategori 2 (Irnawati
et al, 2016).
minum obat OAT baik (100%). Hanya sebagian kecil (5,2%) penderita memiliki
dukungan keluarga baik tetapi kepatuhan tidak baik dan tidak ada penderita yang
memiliki dukungan keluarga tidak baik dengan kepatuhan tidak baik. Hal ini
minum OAT tetapi walaupun dukungan kelurga tidak baik apabila pasien
memiliki motivasi dan keinginan kuat untuk sembuh pasien akan patuh minum
dukungan keluarga dan pasien patuh 85%, dukungan keluarga ada tapi tidak patuh
15%, dukungan keluarga tidak ada tetapi patuh 15%, dukungan keluarga tidak ada
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siswanto et al
(2015) di Kota Padang yang menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan
Puskesmas Andalas Kota Padang (p value 0,04). Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Muna dan Soleha di Pamekasan (2014)
(OR= 20,0; p-value 0,027). Responden yang mendapat dukungan sosial keluarga
tinggi memiliki kemungkinan patuh 20 kali lebih patuh daripada responden yang
mendapatkan dukungan sosial keluarga rendah. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh
responden yang sebagian besar berusia 31-54 tahun, yang kebanyakan sudah
berumah tangga dan memiliki keluarga besar yang tinggal satu rumah Salah satu
(Muna dan Soleha, 2014). Akan tetapi, walaupun dukungan sosial keluarga
(Setiadi, 2008), tetaplah harus disertai keinginan atau dorongan yang kuat dari
dalam diri pasien sendiri untuk sembuh (Muna dan Soleha, 2014). Dari hasil studi
ini menunjukkan ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat
motivasi dan keinginan pasien untuk sembuh. Hal ini sejalan dengan laporan
Setiadi dalam Muna dan Soleha (2014) yaitu dukungan sosial keluarga membuat
disertai keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam diri pasien sendiri untuk
memenuhi kebutuhan makan dan minum, dan juga menanggung biaya untuk
tidak merasa terbebani dengan penyakit yang dideritanya. Hal ini disebabkan
sendirian (Irnawati et al, 2016). Kepatuhan pasien sangat dituntut dalam menjalani
dalam tubuh dapat berkurang dan mati. Apabila penderita TB tidak patuh dalam
angka kematian tinggi, dan kekambuhan meningkat serta lebih fatal adalah
maka semakin tinggi kepatuhan minum obat pada penderita tersebut.Ini berarti
yang menyatakan bahwa penderita TB paru patuh dalam minum obat jauh lebih
5.1 Kesimpulan
kepatuhan minum obat yang baik dan hanya 1 (1.7%) dengan kepatuhan
minum obat yang tidak baik. Sedangkan dari 2 penderita dengan dukungan
baik (100%).
5.2 Saran
penderita untuk selalu patuh minum OAT. Disarankan juga Puskesmas lebih
memberikan informasi yang jelas dan lengkap kepada pasien TB Paru serta
keluarga pasien tentang pengobatan TB Paru dan melakukan evaluasi pada setiap
43
Donald PR, Marais BJ, Barry CE. 2010. Age and the epidemiology and
pathogenesis of tuberculosis. Lancet. 375(9729):1852-1854.
Glick, I.D., Anya H.S, Hays S. 2011. The role of family and improvement in
treatment maintenance, adherence, and outcome for scizophrenia. Journal
of Clinical Psychopharmacology;31(1).
Gough, A dan Garri Kaufman. 2011. Pulmonary tuberculosis. clinical features and
patient management. Nursing Standard; 25(47):48-56.
44
Hutapea T.P. 2009. Pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat
antituberkulosis:1-10.Available
at:http://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/Dukungan Keluarga.pdf.
Diakses 19 November 2015.
Irnawati NM, Siagian I.E.T, Ottay R.I. 2016. Pengaruh dukungan keluarga
terhadap kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis di
Puskesmas Motoboi Kecil Kota Kotamobagu. Jurnal Kedokteran
Komunitas dan Tropik; 4(1):59-63.
Kumar R, Prakasah S, Kuswash AS, Vijayan VK. 2010. Breath carbon monocide
concentration in cigarette and Bidi smokers in India. Indian J Dis Allied
Sci;52:19-24.
Melisa. 2011. Hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup pada pasien
tuberkulosis paru di Poli Paru BLU RSUP PROF.DR.R.D Kandou
Manado. Ejournal Keperawatan (E-KP);1(1 ).
Muna, L., Soleha, U. 2014. Motivasi dan dukungan sosial keluarga mempengaruhi
kepatuhan berobat pada pasien TB paru di poli paru BP4 Pamekasan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. 7(2),172-179.
Pando PH, Salinas RC, López JS, et all. 2007. Immunology, pathogenesis,
virulence. Dalam: Tuberculosis 2007 From Basic Science to Patient Care,
1st edition. Antwerp - Sao Paolo - Buenos Aires : Emma Raderschadt:
157-189
Paz-Soldán V.A, Alban R.E, Jones C.D, Oberhelman R.A. 2013. The provision
of and need for social support among adult and pediatric patients with
tuberculosis in Lima, Peru: a qualitative study BMC Health Services
Research; 13:290
Ratnasari. 2012. Hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup pada penderita
tuberkulosis paru (TB Paru) di Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4)
Yogyakarta Unit Minggiran. Jurnal Tuberkulosis Indonesia;8.
Resti. 2010. Dukungan sosial, konsep diri, dan prestasi belajar siswa SMP Kristen
YSKI Semarang. Jurnal Psikologi ;3(2).
Safarino. 2006. Health psychology. Fifth Ed.New Jersey:John Wiley & Sons, Inc.
Sukumani JT, Lebese RT, Khoza LB., Risenga PR. 2012. Experiences of family
members caring for Tuberculosis patients at home at Vhembe district of
the Limpopo Province. Journal of democratic nursing organisation of
south africa; 35(1)
Soetikno RD dan Derry. 2011. Kesesuaian antara foto thoraks dan mikroskopis
sputum pada evaluasi respon pengobatan tuberkulosis paru setelah enam
bulan pengobatan. MKB. ;43(3):140-145.
Wijaya IK. 2013. Infeksi HIV (Human Immunodeficiency virus) pada penderita
tuberkulosis. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III. Available at:
ejournal.undiksha.ac.id. Accesed: 15 April 2015.
World Health Organization. 2013b. Guideline: Nutritional care and support for
patients with tuberculosis. Geneva.
Lampiran 1
Lampiran 2
Nama : ………………………………………………
Umur : ………………………………………………
Alamat : ………………………………………………
dan mendapatkan penjelasan mengenai tujuan dan tata cara penelitian yang
TAPANULI UTARA
diri karena berbagai alasan. Biaya penelitian tidak dibebankan kepada saya.
Demikian surat persetujuan ini saya perbuat dengan penuh kesadaran dan
Medan, 2018
Yang membuat pernyataan
( )
Lampiran 3
KUISIONER PENELITIAN
sesuai yang saudara rasakan sekarang. Semua keterangan dan jawaban yang
kerahasiaannya.
No. Responden :
IDENTITAS RESPONDEN
Umur :
Jenis Kelamin :
Lama Kerja :
Pendidikan :
1 Dukungan Keluarga
Berilah tanda ceklis pada kolom di bawah ini, sesuai dengan apa saja yang
ada rasakan
Tidak
No. Pertanyaan Jarang Selalu
Pernah
Keluarga Saya Mengembalikan Obat
1
bila saya tidak bisa ambil sendiri
Keluarga Saya Mendorong saya untuk
2
sembuh dan patuh dalam pengobatan
3 Ada di saat merasa kesepian
Keluarga saya mengantar berobat jika
4
saya tidak bisa datang sendiri
Keluarga saya menginformasikan
5 tentang manfaat dan resiko tidak patuh
minum obat
Keluarga saya mengingantkan minum
6
obat bila saya lupa
Keluarga saya memberikan kasih
7
sayang
Keluarga saya mengantarkan saya untuk
8
periksa
Keluarga saya mau mendengarkan
9
keluh kesan saya
Keluarga saya menemani saya saat
10
minum obat
11 Keluarga saya memberikan perhatian
12 Keluarga saya ada saat dibutuhkan
Keluarga saya ada saat saya merasa
13
sendiri
Keluarga saya Mencontohkan minum
14
obat bila saya tidak mampu
Kuisioner Morisky
Lampiran 4
Lampiran Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga dan Kepatuhan
Dukungan Keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kepatuhan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kepatuhan
Total Count 57 3 60
Chi-Square Tests
b
Continuity Correction 21.343 1 .000
c
Linear-by-Linear Association 38.655 1 .000 .002 .002 .002
N of Valid Cases 60