Anda di halaman 1dari 107

ANALISIS SURVIVAL UNTUK MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMENGARUHI LAMA RAWAT INAP PENDERITA


GASTROENTERITIS DI RSUDSULTAN SULAIMAN
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2017

SKRIPSI

Oleh

BELA JULIANA HUTAJULU


NIM: 141000421

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS SURVIVAL UNTUK MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMENGARUHI LAMA RAWAT INAP PENDERITA
GASTROENTERITIS DI RSUD SULTAN SULAIMAN
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

BELA JULIANA HUTAJULU


NIM: 141000421

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ANALISIS

SURVIVAL UNTUK MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI LAMA RAWAT INAP PENDERITA

GASTROENTERITIS DI RSUD SULTAN SULAIMAN KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI TAHUN 2017” beserta seluruh isinya adalah benar hasil

karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam

masyarakat. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran

terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini.

Medan, September 2018

Yang Membuat Pernyataan

Bela Juliana Hutajlu


NIM.141000421

Universitas Sumatera Utara


ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Analisis survival adalah prosedur statistika untuk analisis data dengan


variabel yang menjadi fokus adalah waktu sampai terjadi suatu event. Peristiwa
yang dimaksud adalah kematian, terjadinya penyakit, pemulihan atau pengalaman
tertentu yang menarik dan mungkin terjadi pada individu. Gastroenteritis adalah
peradangan pada saluran pencernaan yang melibatkan perut, usus, atau keduanya.
Di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2017 terdapat
136 pasien gastroenteritis yang lama rawat pasien sampai diizinkan pulang
bervariasi dari 1 sampai 9 hari. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui faktor
yang memengaruhi lama rawat inap penderita gastroenteritis tersebut.
Jenis penelitian ini bersifat kohort retrospektif. Data yang dikumpulkan
adalah data sekunder yang diperoleh dari rekam medis RSUD Sultan Sulaiman
Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2017. Besar sampel yang diambil sebanyak
136 penderita.
Hasil penelitian menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap lama
rawat inap penderita gastroenteritis adalah dehidrasi dan interaksi antara dehidrasi
dan umur. Setiap saat penderita gastroenteritis yang mengalami dehidrasi lama
rawatnya 2,209 kali lebih lama dibandingkan dengan penderita gastroenteritis
yang tidak mengalami dehidrasi. Setiap saat penderita gastroenteritis yang
mengalami dehidrasi dan yang berumur ≤ 5 tahun lama rawatnya 1,231 kali lebih
lama dibandingkan penderita gastroenteritis yang tidak mengalami dehidrasi dan
yang tidak berumur ≤ 5 tahun.Disarankan kepada pihak rumah sakit, khususnya
kepada pihak tenagamedis agar lebih meningkatkan pelayanan medis terhadap
penderitagastroenteritisyang mengalamidehidrasi khususnya dehidrasi pada
penderita yang berumur ≤ 5 tahun.

Kata Kunci : Analisis Survival, Gastroenteritis, RSUD Sultan Sulaiman

iii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Survival analysis is a statistical procedure to analyze data with variables


that the concern is the time until an event occurs. The event in question is death,
occurrence of disease, recovery or certain experiences that are interesting and
may occur in individuals. Gastroenteritis is inflammation of the digestive tract
that involves the stomach, intestines, or both. At Sultan Sulaiman Hospital,
Serdang Bedagai Regency in 2017, there were 136 gastroenteritis patients who
were long-term patients until they were allowed to go home, varying from 1 to 9
days. This study intends to determine the factors that influence the length of stay
of patients with gastroenteritis.
This type of research is a retrospective cohort. The data collected were
secondary data obtained from medical records of Sultan Sulaiman District
Hospital Serdang Bedagai District in 2017. The sample was taken are 136
patients.
The results showed that the factors influencing the length of stay of
patients with gastroenteritis were dehydration and the interaction between
dehydration and age. At any time, patients with gastroenteritis who are
dehydrated are 2.209 times longer than those who have no dehydration. At any
time, patients with gastroenteritis who are dehydrated and those aged ≤ 5 years
are treated for 1,231 times longer than those who have no dehydration and who
are not aged ≤ 5 years. It is recommended to the hospital, especially to the
medical staff to further improve medical services for patients with gastroenteritis
who are dehydrated, especially dehydration in patients aged ≤ 5 years.

Keywords: Gastroenteritis, Sultan Sulaiman Hospital, Survival Analysis

iv

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “ANALISIS SURVIVAL UNTUK MENGETAHUI FAKTOR – FAKTOR

YANG MEMENGARUHI LAMA RAWAT INAP PENDERITA

GASTROENTERITIS DI RSUD SULTAN SULAIMANKABUPATEN

SERDANG BEDAGAI TAHUN 2017” yang merupakan salah satu syarat untuk

menyandang gelar Sarjana Kesahatan Masyarakat (S.K.M).

Selama mengerjakan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan

dan motivasi serta dukungan baik moril maupun material dari berbagai pihak,

maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Surya Dharma, M.P.H selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

membimbing peulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes selaku Ketua Departemen Kependudukan

dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Universitas Sumatera Utara


5. Sri Rahayu Sanusi, S.K.M, M.Kes., Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang

telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu, motivasi, serta dukungannya

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Prof. Drs. Heru Santosa, M.S., Ph.D dan Drs. Abdul Jalil Amri Arma,

M.Kes selakudosen pengujiyang telah banyak memberikan saran dan

kritik demi penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh dosen Departemen Kependudukan dan Biostatistika atas segala

ilmu dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan Staff di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

9. Abang Andika selaku staf Departemen Kependudukan dan Biostatistik

atas segala ilmu dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

10. dr. Nanda Satria selaku Direktur RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten

Serdang Bedagai yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian

ini.

11. Terkhusus buat Ayahanda tercinta Payaman Hutajulu dan Ibunda Wealty

Sinaga yang telah merawat, menjaga, mendidik dan mencurahkan kasih

sayangnya kepada penulis sejak kecil, serta selalu mendoakan penulis

dalam segala aktivitas. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan

kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

12. Saudara terbaik kakanda, abangda, dan adinda penulis yang telah memberi

motivasi dan dukungan secara moril maupun materil kepada penulis.

vi

Universitas Sumatera Utara


13. Sahabat Fumie, Jehovah Nissi, Rempah-rempah, dan seluruh teman-teman

seperjuangan khususnya Peminatan Biostatistika dan Informasi Kesehatan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam

penelitian ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan adanya saran yang sifatnya

membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini agar menjadi

lebih baik lagi.

Medan, September 2018


Penulis

Bela Juliana Hutajulu

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN i
HALAMAN PERNYATAAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
RIWAYAT HIDUP xiv

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan Penelitian 7
1.3.1 Tujuan Umum 7
1.3.2 Tujuan Khusus 7
1.4 Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9


2.1 Analisis Survival 9
2.1.1 Pengertian Analisis Survival 9
2.1.2 Tujuan Analisis Survival 9
2.1.3 Metode analisis survival 10
2.1.4 TerminologiPenting 12
2.1.5 Langkah - Langkah Analisis Survival 15
2.1.6 Time Independent Cox Regression 18
2.1.7 Cox Regression Model Interaksi 19
2.1.8 Cox Regression Model Stratifikasi 20
2.1.9 Memilih Model Stratifikasi atau Model Interaksi 21
2.2 Gastroenteritis 22
2.2.1 Pengertian Gastroenteritis 22
2.2.2 Penyebab Gastroenteritis 24
2.2.3 Gejala Gastroenteritis 26
2.2.4 Komplikasi Gastroenteritis 26
2.2.5 Pencegahan Gastroenteritis 27

viii

Universitas Sumatera Utara


2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Lama Rawat Inap
Penderita Gastroenteritis 28
2.3.1 Umur 29
2.3.2 Jenis Kelamin 30
2.3.3 Derajat Dehidrasi 30
2.3.4 Penyakit Penyerta 32
2.3.5 Komplikasi 33
2.4 Kerangka Konsep 33
2.5 Hipotesis Penelitian 34

BAB III METODE PENELITIAN 35


3.1 Jenis Penelitian 35
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 35
3.3 Populasi dan Sampel 35
3.4 Metode Pengumpulan Data 36
3.5 Definisi Operasional 36
3.6 AspekPengukuran 38
3.7 Analisis Data 38

BAB IV HASIL PENELITIAN 40


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 40
4.2 Analisis Univariat 42
4.3 Analisis Bivariat 55
4.4 Analisis Multivariat 55

BAB V PEMBAHASAN 61
5.1 Distribusi Frekuensi Lama Rawat Inap 61
5.2 Pengaruh Faktor Umur terhadap Lama Rawat Inap 61
5.3 Pengaruh Faktor Jenis Kelamin terhadap Lama Rawat Inap 62
5.4 Pengaruh Faktor Derajat Dehidrasi terhadap Lama Rawat Inap 63
5.5 Pengaruh Faktor Penyakit Penyerta terhadap Lama Rawat Inap 64
5.6 Pengaruh Faktor Komplikasi terhadap Lama Rawat Inap 65
5.7 Faktor-faktor yang Memengaruhi Lama Rawat Inap 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 69


6.1 Kesimpulan 69
6.2 Saran 70

DAFTAR PUSTAKA 71

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 AspekPengukuran 38

Tabel 4.1 Ukuran Statistik Lama Rawat Inap Penderita Gastroenteritis


yang Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten
Serdang bedagai Tahun 2017 42

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penderita Gastroenteritis yang mengalami


Event dan Sensor yang Dirawat Inap di RSUD Sultan
Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017 43

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Status Penderita Gastroenteritis yang Dirawat


Inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai
Tahun 2017 44

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kelompok Umur Penderita Gastroenteritis


yang Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2017 44

Tabel4.5 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Penderita Gastroenteritis


YangDirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten
Tahun 2017 44

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Derajat Dehidrasi Penderita Gastroenteritis


yang Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang
Bedagai Tahun 2017 45

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Penyakit Penyrta Penderita Gastroenteritis


yang Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2017 45

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Derajat Dehidrasi Penderita Gastroenteritis


yang Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2017 46

Tabel 4.9 Analisis Kaplan Meier Faktor-faktor yang Memengaruhi Lama


Rawat Inap Penderita Gastroenteritis di RSUD Sultan
Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017 47

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.10 Analisis Bivariat Faktor-faktor yang Memengaruhi Lama Rawat
Inap Penderita Gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017 49

Tabel4.11 Analisis Multivariat Pada Permodelan Menggunakan Model


Stratifikasi 58

xi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kurva Kaplan Meier 13

Gambar 2.2 Alur Analisis Survival 17

Gambar 2.3 KerangkaKonsep 33

Gambar 4.1 Grafik Kaplan Meier Variabel Dehidrasi 50

Gambar 4.2 Kaplan Meier Variabel Umur 51

Gambar 4.3 Grafik Kaplan Meier Variabel Jenis Kelamin 52

Gambar 4.4 Grafik Kaplan MeierVariabel Penyakit Penyerta 53

Gambar 4.5 Grafik Log Kaplan Meier Variabel Komplikasi 54

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1. Surat Izin Penelitian

Lampiran2. Surat Telah Selesai Melaksanakan Penelitian

Lampiran 3. Master Data

Lampiran4. Output

xiii

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Bela Juliana Hutajulu yang dilahirkan pada tanggal 23

Juli 1995 di Sei Rampah. Beragama Kristen Protestan, tinggal di Pangkalan

Budiman II Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai. Penulis merupakan anak

keempat dari lima bersaudara pasangan Ayahanda Payaman Hutajulu dan Ibunda

Wealty Sinaga.

Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Dasar Negeri 102016 Sei

Rampah pada tahun 2001 dan selesai tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama

Negeri 1 Sei Rampah pada tahun 2007 dan selesai tahun 2010, Sekolah Menengah

Atas Negeri 1 Sei Rampah pada tahun 2010 dan selesai tahun 2013, pada tahun

2014 penulis melanjutkan Pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara Fakultas

Kesehatan Masyarakat Program Studi Biostatistika dan Informasi Kesehatan dan

selesai tahun 2018.

xiv

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Statistika adalah ilmu yang mempelajari tata cara merencanakan,

mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasi data. Pada

era globalisasi saat ini, ilmu statistika sangat berkembang pesat dan banyak

digunakan untuk membantu memecahkan suatu permasalahan yang dilihat dari

satu atau beberapa data terkait.Statistika banyak diterapkan di berbagai bidang,

salah satunya adalah bidang kesehatan khususnya bidang kedokteran.Salah satu

analisis yang sangat bermanfaat dalam bidang kesehatan adalah analisis survival

(Fernandes, 2016).

Analisis survival adalah prosedur statistika untuk analisis data dengan

variabel yang menjadi fokus adalah waktu sampai terjadi suatu event (Kleinbaum

dan Klein, 2005).Waktu yang dimaksud adalah tahun, bulan, minggu, atau hari

dari awal mengikuti sampai terjadi suatu peristiwa.Peristiwa yang dimaksud

adalah kematian, terjadinya penyakit, pemulihan atau pengalaman tertentu yang

menarik dan mungkin terjadi pada individu.Dalam analisis survival, biasanya

merujuk variabel waktu (time) sebagai waktu survival, sebab waktu survival

menyatakan waktu dimana individu telah bertahan selama beberapa periode

berlangsung.Salah satu tujuan analisis survival adalah untuk mengetahui

hubungan antar waktu kejadian (time to failure) dan variabel bebas (covariate)

yang terukur pada saat dilakukan penelitian.

Universitas Sumatera Utara


2

Dalam analisis survival, respon yang diperhatikan adalah waktu sampai

terjadinya suatu event, sehingga analisis survival seringkali disebut analisis waktu

kejadian (time to event analysis).Waktu suatu individu telah bertahan selama

periode pengamatan atau sampai terjadinya suatu event yang diinginkan disebut

survival time atau failure time. Jadi, survival time adalah suatu variabel yang

mengukur waktu dari sebuah titik awal tertentu misalnya, waktu di mana suatu

perlakuan dimulai sampai dengan sebuah titik akhir yang ingin diperhatikan

(Feriana, 2011).

Menurut Murti(1997), survival berasal dari kata to survive yang berarti

ketahanan/kelangsungan hidup. Sedangkan analisis survival disebut juga analisis

kelangsungan hidup atau analisis kesintasan. Dalam Yasril (2009),secara umum,

analisis survival adalah kumpulan dari prosedur statistik untuk menganalisis data

dimana variabel outcome yang diteliti adalah waktu (time) sampai suatu kejadian

(event) muncul.Time adalah tahun, bulan, minggu, atau hari dimulai dari awal

pengamatan kejadian sampai kejadian itu muncul. Kejadian (event) adalah

kematian, insiden penyakit, kakambuhan, kesembuhan, kembali bekerja atau

kejadian lain sesuai dengan kepentingan peneliti. Dalam analisis survival, variabel

waktu sebagai survival time, karena variabel ini menunjukkan waktu dari

seseorang untuk “survived” dalam periode waktu tertentu.

Gastroenteritis adalah peradangan pada saluran pencernaan yang

melibatkan perut, usus, ataukeduanya.Gastroenteritis sering disebut flu perut atau

flu lambung, karena yang paling sering menyebabkan gastroenteritis adalah virus.

Namun di lapangan gastroenteritis sering disebut dengan diare.Sebab penyakit ini

Universitas Sumatera Utara


3

biasanya menyebabkan diare, kram perut, mual, dan mungkin muntah. Pasien

penderita gastroenteritis biasanya tidak memiliki darah atau nanah dalam tinjanya

dan kadang tidak mengalami demam. Itu sebabnya gastroenteritis sering disebut

dengan diare. Namun gastroenteritis juga bisa dianggap sebagai gejala dari

penyakit lain. Misalnya, orang yang memiliki gejala gastroenteritis dan akhirnya

berkembang menjadi diare berdarah biasanya tidak didiagnosis dengan

gastroenteritis, tetapi dengan penyakit tertentu, seperti Shigellosis.Gejala

gastroenteritis (mual, muntah, kram perut, dan diare) biasanya berlangsung hanya

2 – 5 hari (Shanty, 2011). Namun apabila tidak mendapat penanganan khusus,

akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Gastroenteritis

paling sering disebabkan oleh virus dan bakteri.Penyebab lainnya bervariasi,

seperti parasit, racun, alergi makanan, dan obat-obatan. Penyakit diare merupakan

penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial Kejadian

Luar Bias (KLB) yang sering disertai dengan kematian.

Menurut hasil Riskesdas 2007, diare merupakan penyebab kematian

nomor 1 pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan

semua umur merupakan penyebab kematian yang ke-4 (13,2%). Di dunia

sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare. Sebagian kematian

tersebut terjadi di negara berkembang. Berdasarkan laporan WHO, kematian

karena diare di Indonesia sudah menurun tajam.Begitu pula berdasarkan survei

rumah tangga, kematian karena diare diperkirakan menurun. Walaupun angka

kematian diare menurun, angka kesakitan karena diare tetap tinggi terutama di

negara berkembang. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan

Universitas Sumatera Utara


4

masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan

mortalitas yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,

Departemen Kesehatan dari tahun 2000 sampai dengantahun 2010 terlihat

kecenderungan insidensnya naik. Pada tahun 2000 Insiden Rate penyakit Diare

301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006

naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk.

Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang

masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus

8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24

Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR

1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah

penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.). Berdasarkan Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar

dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama

kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata

laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan.Untuk

menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat

(Kementerian Kesehatan, 2011).

Pada Riskesdas 2013, insiden diare untuk seluruh kelompok umur di

Indonesia adalah 3,5 %.Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Papua

(6,3%), Sulawesi Selatan (5,2%), Aceh (5,0%), Sulawesi Barat (4,7%), dan

Sulawesi Tengah (4,4%). Sedangkan insiden penderita diare di Sumatera Utara

sebanyak 3,3 %. Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita

Universitas Sumatera Utara


5

adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare. Insiden diare balita di

Indonesia adalah 6,7%. Lima provinsi dengan insiden diare balita tertinggi adalah

Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan

Banten (8,0%). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-

23 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%), tinggal di daerah pedesaan (5,3%).

Umur dan dehidrasi dapat memengaruhi lama rawat inap pasien akut diare

pada anak di bawah 5 tahun (Widiantari dan Ketut, 2013). Persentase lama rawat

penderita yang memiliki penyakit penyerta lebih lama dirawat inap daripada yang

tidak mempunyai penyakit. Dilihat dari golongan jenis kelamin, pasien dengan

kasus penyakit diare yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak terserang

penyakit diare dengan persentase sebesar 63% dibanding dengan pasien berjenis

kelamin laki – laki dengan persentase sebesar 37%. Meskipun kejadian diare

didapatkan pada semua ras, laki – laki dan perempuan sama banyak terkena,

kecuali infeksi Campilobacter sp banyak terjadi pada kasus perempuan dari pada

kasus laki-laki (Fellasufa, 2014). Adanya komplikasi yang menyertai penyakit

gastroenteritis dapat memengaruhi kesembuhan seseorang, karena tubuh menjadi

lebih ekstra dalam melawan penyakit.Beberapa komplikasi yang sering terjadi

adalah hipokalemia (dengan gejala materiorisme otot lemah bradikardi perubahan

elektro diogram), Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia,

hiponatremi, syok hipovalemik, asidosis, dan dehidrasi (Ngastiyah, 2005).

Kematian bisa terjadi karena penyakit gastroenteritis sehingga dibutuhkan

pelayanan khusus.Penggunaan obat-obatan antibiotika sendiri bertujuan untuk

mencegah terjadinya komplikasi penyakit.

Universitas Sumatera Utara


6

Oleh karena itu, maka dalam penelitian ini akan dibahas tentang pengaruh

faktor umur, jenis kelamin, dehidrasi, penyakit penyerta, dan komplikasi terhadap

lama rawat inap penderita gastroenteritis. Salah satu alasan mengapa analisis

survival sering diterapkan di bidang kesehatan khususnya bidang kedokteran

adalah untuk melihat rerata lama perawatan atau Average Length of Stay (ALOS).

ALOS merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat

efisiensi dan mutu pelayanan perawatan. Apabila ALOS tinggi, maka dikatakan

mutu pelayanan rumah sakit buruk. Di samping itu, ALOS yang tinggi juga

berdampak terhadap biaya perawatan.

Penelitian ini dilakukan di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang

Bedagai, karena berdasarkan laporan catatan rekam medis tahun 2017 penyakit

gastroenteritis menempati urutan ke-4 dalam 10 penyakit terbanyak, pada pasien

rawat inap. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Survival

untuk Mengetahui Faktor-Faktor yang Memengaruhi Lama Rawat Inap Penderita

Gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

2017.”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, penelitiingin menerapkan analisis

survival untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang dapat memengaruhi lama

rawat inap penderita gastroenteritisyang di rawat inap di RSUD Sultan Sulaiman

Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara


7

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Penerapan analisis survival untuk mengetahui faktor –faktor yang

memengaruhi lama rawat inap penderita Gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman

Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh faktor umur terhadap lama rawat inap penderita

Gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

2017.

b. Untuk mengetahui pengaruh faktor jenis kelamin terhadap lama rawat inap

penderita Gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang

Bedagai Tahun 2017.

c. Untuk mengetahui pengaruh faktor dehidrasi terhadap lama rawat inap

penderita Gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang

Bedagai Tahun 2017.

d. Untuk mengetahui pengaruh faktor penyakit penyerta terhadap lama rawat inap

penderita Gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang

Bedagai Tahun 2017.

e. Untuk mengetahui pengaruh faktor komplikasi terhadap lama rawat inap

penderita Gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang

Bedagai Tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara


8

f. Untuk mengetahui pengaruh faktor umur, jenis kelamin, dehidrasi, penyakit

penyerta, komplikasi terhadap lama rawat inap penderita Gastroenteritis di

RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai.Tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan atau sumber informasi bagi mahasiswa mengenai

faktor–faktor yang memengaruhi lama rawat inap penderita Gastroenteritis

dengan menggunakan analisis survival.

b. Sebagai bahan masukan atau informasi bagi peneliti lain.

c. Sebagai masukan bagi pihak rumah sakit untuk menduga faktor–faktor yang

memengaruhi lama rawat inap penderita Gastroenteritisdi RSUD Sultan

Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai.

d. Sebagai masukan bagi pihak rumah sakit untuk memperbaiki program layanan

bagi penderita Gastroenteritisberdasarkan hasil–hasil yang didapat.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Survival

2.1.1 Pengertian Analisis Survival

Survival berasal dari kata to survive yang berarti ketahanan/ kelangsungan

hidup. Sedangkan analisis survival disebut juga analisis kelangsungan hidup atau

analisis kesintasan (Murti, 1997). Secara umum, analisis survival adalah

kumpulan dari prosedur statistik untuk menganalisis data dimana variabel

outcome yang diteliti adalah waktu (time) sampai suatu kejadian (event)

muncul.Time adalah tahun, bulan, minggu, atau hari dimulai dari awal

pengamatan kejadian sampai kejadian itu muncul. Kejadian (event) adalah

kematian, insiden penyakit, kakambuhan, kesembuhan, kembali bekerja atau

kejadian lain sesuai dengan kepentingan peneliti. Dalam analisis survival, variabel

waktu sebagai survival time, karena variabel ini menunjukkan waktu dari

seseorang untuk “survived” dalam periode waktu tertentu (Yasril, 2009).

Pada analisis survival ada problem yang terjadi pada waktu pengamatan,

bahwa kita tidak mengetahui time yang kita ukur secara pasti (sensor), hal ini

terjadi karena :

1. Orang yang kita amati tidak mengalami event.

2. Orang yang kita amati hilang dalam pengamatan (lost to follow up).

3. Orang yang kita amati meninggal yang terjadi bukan karena event (withdrawn).

2.1.2 Tujuan Analisis Survival

Analisis survival bertujuan (Yasril, 2009) untuk :

9
Universitas Sumatera Utara
10

1. Mengestimasi/ memperkirakan dan menginterpretasikan fungsi survivor atau

hazard dari data survival, misalnya kanker, mati, post operasi dan lain-lain.

2. Membandingkan fungsi survivor dan fungsi hazard pada dua atau lebih

kelompok.

3. Menilai hubungan variabel – variabel explanatory dengan survival time/ waktu

ketahanan misalnya dengan menggunakan “cox proportionalhazard”.

2.1.3 Metode analisis survival

1. Metode Tabel Kehidupan (life table)

Dikenal dengan nama metode akturial atau cutler ederer, metode ini

digunakan dengan cara menentukan interval waktu yang dikehendaki. Pemilihan

interval ini dilakukan dengan memeperhitungkan karakteristik penyakit atau efek

yang akan dipelajari (Sastroasmoro, 2002). Pada metode akturial dibuat interval

arbitrer, dengan menganggap peluang terjadinya efek selama masa interval

tersebut dianggap konstan. Keadaan ini dianggap sebanding dengan pengukuran

dengan skala kategorikal.

Syarat dan asumsi yang harus dipenuhi pada metode ini adalah :

a. Saat awal pengamatan harus jelas. Bergantung dari jenis penyakit yang diteliti,

saat mulai pengamatan dapat berupa mula timbulnya keluhan, saat diagnosis

atau mulainya terapi.

b. Efek yang diteliti harus jelas, harus berskala nominal dikotom (dianggap

sebanding dengan pengukuran dengan skala kategorikal) dan harus tidak

bersifat multiple (setiap subjek hanya dapat mengalami efek satu kali). Bila

efek dapat terjadi berungkali, efek pertamalah yang dihitung dalam analisis.

Universitas Sumatera Utara


11

c. Kejadianlost to follow up harus independen terhadap efek.

d. Risiko untuk terjadi efek tidak bergantung pada tahun kalender dan risiko

untuk terjadi efek pada interval waktu yang dipilih dianggap sama.

e. Pasien yang tersensor dianggap mengalami setengah efek.

Asumsi yang berlaku pada metode ini adalah subjek yang hilang terjadi

pada pertengahan interval dan probabilitas untuk bertahan hidup pada satu periode

tidak bergantung pada probabilitas bertahan hidup pada periode lainnya.

2. Metode Kaplan Meier (product limit)

Metode Kaplan Meier merupakan jenis teknik analisis survival yang sering

digunakan. Produk ini sering disebut sebagai product limitmethod. Berbeda

dengan metode akturial, pada Kaplan Meier tidak dibuat interval tertentu, dan efek

dihitung tepat pada saat ia terjadi. Lama pengamatan masing-masing subjek

disusun dari yang terpendek sampai yang terpanjang, dengan catatan yang

tersensor diikut sertakan dihitung. Hal ini dianggap sebanding dengan pengukuran

berskala numerik.

Metode ini dapat digunakan dengan jumlah subjek yang sedikit. Metode

ini juga dapat memberikan proporsi ketahanan hidup yang pasti karena

menggunakan waktu ketahanan hidup secara tepat karena efek tidak

dikelompokkan dalam interval, melainkan diperhitungkan sesuai saat terjadinya

efek pada tiap subjek.

3. Regresi cox (COX PROPORTIONAL HAZARD)

Jika ada variabel-variabel kovariat yang ingin dikontrol atau bila ingin

menggunakan variabel explanatory dalam menjelaskan hubungan survival time

Universitas Sumatera Utara


12

maka dapat menggunakan regresi cox. Regresi cox dapat digunakan untuk

membuat model yang menggambarkan hubungan antara survival time sebagai

variabel dependen dengan satu set variabel independen. Variabel independen bisa

kontinyu maupun kategorik. Regresi cox menggunakan hazard function sebagai

dasar untuk memperkirakan Relative Risk untuk gagal. Fungsi hazard h(t) adalah

sebuah rate yang merupakan estimasi potensi untuk matipada satu unit waktu

pada suatu saat tertentu, dengan catatan bahwa kasus tersebut masih hidup ketika

menginjak interval waktu tersebut.

Tujuan dari penggunaan Regresi Cox adalah untuk :

1. Mengestimasi Hazard Ratio

2. Menguji Hipotesa

3. Melihat confident interval dari Hazard Ratio

Model Regresi Cox :

h(t,x) = ho(t).e –(b1x1+ b2x2 + .............+ bixi)

2.1.4 Terminologi Penting

Untuk bisa memahami analisis survival, terlebih dahulu harus mengenal

beberapa terminologi yang berkaitan dengan analisis survival. Terminlogi yang

harus dipahami adalah Kaplan Meier, survival rate, median survival, asumsi

propotional hazard, hazard rasio, event, dan sensor. Terminologi-terminologi

tersebut dapat dipahami dengan pendekatan Kurva Kaplan Meier (Dahlan, 2012).

Universitas Sumatera Utara


13

Gambar 2.1Kurva Kaplan Meier

1. Sumbu y, sumbu x, dangaris survival

Sumbu y pada kurva survival menunjukkan persentase survival, yaitu

persentase subyek yang masih bertahan / bebas dari kejadian yang sedang diamati.

Sumbu x pada kurva survival menunjukkan waktu. Garis “berkelok-kelok” adalah

garis survival.

2. Survival rate untuk waktu-waktu tertentu

Survival rate untuk waktu tertentu dapat diketahui dengan cara menarik

garis vertikal pada waktu tertentu pada sumbu x sampai memotong garis survival.

3.Median Survival

Median survival adalah waktu dimana 50% subyek mengalami event.

Median survival bisa diketahui dengan menarik garis horizontal dari sumbu y

pada titik 50% sampai memotong garis survival.

Universitas Sumatera Utara


14

4. Asumsi Proporsional Hazard

Proporsional Hazard (PH) artinya perbandingan kecepatan terjadinya

suatu kejadian antar kelompok setiap saat adalah sama. Ciri suatu kurva survival

yang memenuhi asumsi PH adalah garis survival antar kelompok tidak saling

berpotongan. Asumsi PH dianalogkan dengan asumsi normalitas data pada

analisis parametrik. Analisis yang dilakukan pada suatu fungsi survival yang

memenuhi asumsi PH berbeda dengan analisis yang dilakukan pada fungsi

survival yang tidak memenuhi asumsi PH. Survival yang memenuhi asumsi PH

akan dianalisis dengan time independent analisys sementara survival yang tidak

memenuhi asumsi PH akan dianalisis dengan analisis model interaksi dan analisis

model stratifikasi.

5. Hazard Rasio

Insident Rate adalah kecepatan terjadinya suatu peristiwa yang secara

matematis merupakan perbandingan antara insiden dengan waktu (personTime).

Nama lain dari insident rate adalah hazard. Apabila kita membandingkan dua

hazard, maka yang diperoleh adalah hazard Ratio. Sedangkan bila kita

membandingkan dua insiden maka yang akan kita peroleh Risiko Relatif (RR).

2.1.5 Langkah-Langkah Analisis Survival

Analisis survival terdiri dari tiga langkah utama yaitu pengecekan asumsi

proporsional hazard (PH), analisis bivariat dan multivariat. Berikut adalah rincian

dari langkah-langkah tersebut :

Universitas Sumatera Utara


15

1. Pengecekan asumsi PH

Asumsi PH dapat diketahui dengan membuat kurva Kaplan Meier. Metode

Asumsi PH terpenuhi apabila garis survival pada kurva Kaplan Meier tidak

saling berpotongan.

2. Bivariat dan penilaian

Untuk variabel yang memenuhi asumsi PH, analisis bivariat dilakukan dengan

analisis cox regression. Untuk variabel yang tidak memenuhi asumsi PH,

analisis cox regression tidak bisa dilakukan.

3. Analisis Multivariat

Variabel yang masuk analisis multivariat adalah variabel yang pada analisis

bivariat mempunyai nilai p<0,25. Selain itu, variabel yang tidak memenuhi

asumsi PH dan secara teoritis penting, harus dimasukkan kedalam analisis

multivariat. Bila semua variabel memenuhi asumsi PH, maka analisis

multivariat yang dipilih adalah analisis time independent coxregression.

Apabila terdapat variabel yang tidak memenuhi asumsi PH, maka dapat

dilakukan analisis cox regression model interaksi atau coxregression model

stratifikasi.

4. Interpretasi Hasil

Setelah menyelesaikan analisis survival, selanjutnya melakukan interpretasi

hasil. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari analisis survival adalahs ebagai

berikut :

a. Variabel yang berhubungan dengan variabel tergantung dengan melihat nilai

p dan interval kepercayaan dari HR pada masing-masing variabel. Dikatakan

Universitas Sumatera Utara


16

berhubungan jika nilai pkurang dari 0,05 dan pada interval kepercayaan tidak

ada angka 0.

b. Urutan kekuatan dari variabel-variabel yang berhubungan denganvariabel

tergantung. Pada analisis survival, urutan kekuatan dilihat dari besarnya nilai

HR.

c. Model atau rumus untuk memprediksikan hazard function dan survival

function.

Untuk hazard function, rumusnya adalah :

H(t) = H0(t)ey

H(t) = Hazard pada waktu tertentu

H0(t) = Baseline hazard pada waktu tertentu

Y = b1x1 + b2x2 + b3x3 + ...........+ bnxn

Untuk Survival function, rumusnya adalah :

S(t) = S0(t)(e^y)

S(t) = Survival pada waktu tertentu

S0(t) = Baseline survival pada waktu tertentu

Y = b1x1 + b2x2 + b3x3 + ...........+ bnxn

Universitas Sumatera Utara


17

5. Mengaplikasikan persamaan yang diperoleh untuk menghitung hazard dan

probabilitas pasien.

Berikut alur analisis survival (Dahlan, 2012).

Pengujian Asumsi PH

Semua variabel Sebagian variabel tidak


memenuhi asumsi PH memenuhi asumsi PH

Analisis bivariat : Analisis bivarat:


Analisis cox regression Analisis cox regression untuk
variabel yang memenuhi asumsi PH

Analisis multivariat :
Analisis Multivariat : Variabel yang pada analisis bivariat
Variabel yang pada analisis mempunyai nilai p < 0,25 dan
bivariat mempunyai nilai p< variabel yang tidak memenuhi
0,25 : analisis cox regression asumsi PH yang secara klinis
time independen penting

Analisis regresi Analisis regresi


cox model cox model
interaksi stratifikasi

Interpretasi :
1. Variabel yang berhubungan
dengan variabel tergantung
2. Urutan kekuatan hubungan Pilih mana analisis
3. Hazard function dan yang lebih baik
survival function

Aplikasi

Gambar 2.2 Alur Analisis Survival

Universitas Sumatera Utara


18

2.1.6 Time Independent Cox Regression

Langkah – langkah Time Independen Cox Regression adalah :

1. Pengecekan asumsi proporsional hazard (PH)

Asumsi PH dapat diketahui dengan membuat kurva Kaplan Meier. Asumsi bila

garis survival tidak saling berpotongan.

2. Analisis Bivariat

Untuk variabel yang memenuhi asumsi PH, analisis bivariat dilakukan dengan

analisis cox.

3. Analisis Multivariat

Variabel yang masuk analisis multivariat adalah variabel yang pada analisis

bivariat mempunyai nilai p < 0,25.

4. Interpretasi

Setelah menyelesaikan analisis survival, selanjutnya melakukan interpretasi

hasil. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari analisis survival adalah

sebagai berikut :

a. Diketahuinya variabel yang berhubungan dengan variabel tergantungdengan

melihat nilai p dan interval kepercayaan dari HR pada masing- masing

variabel.

b. Diketahuinya urutan kekuatan dari variabel-variabel yang berhubungan

dengan variabel tergantung berdasarkan nilai HR-nya.

c. Diketahuinya model atau rumus untuk memprediksikan hazard function dan

survival function.

Universitas Sumatera Utara


19

2.1.7 Cox Regression Model Interaksi

Langkah-langkah analisis survival dengan Cox Regression model interaksi

adalah :

1. Pengecekan asumsi proporsional hazard (PH)

Asumsi PH dapat diketahui dengan membuat kurva Kaplan Meier. Asumsi PH

terpenuhi apabila garis survival tidak saling berpotongan.

2. Analisis Bivariat

Untuk variabel yang memenuhi asumsi PH, analisis bivariat dilakukan dengan

analisis cox.

3. Analisis Multivariat

Variabel yang masuk analisis multivariat adalah variabel yang pada analisis

bivariat mempunyai nilai p < 0,25. Selain itu, variabel yang tidak memenuhi

asumsi PH dan penting secara teoritis juga akan masuk ke dalam analisis

survival.

4. Interpretasi

Setelah menyelesaikan analisis survival, selanjutnya melakukan interpretasi

hasil. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari analisis survival adalah

sebagai berikut :

a. Diketahuinya variabel yang berhubungan dengan variabel tergantung

dengan melihat nilai p dan interval kepercayaan dari HR pada masing-

masing variabel.

b. Diketahuinya urutan kekuatan dari variabel-variabel yang berhubungan

dengan variabel tergantung berdasarkan nilai HR-nya.

Universitas Sumatera Utara


20

c. Diketahuinya model atau rumus untuk memprediksikan hazard function dan

survival function.

2.1.8 Cox Regression Model Stratifikasi

Langkah –langkah analisis survival dengan Cox Regression Model

Stratifikasi adalah :

1. Pengecekan asumsi proporsional hazard (PH)

Asumsi PH diketahui dengan membuat kurva Kaplan Meier. Asumsi PH

terpenuhi jika garis survival tidak saling berpotongan.

2. Analisis Bivariat

Untuk variabel yang memenuhi asumsi PH, analisis bivariat dilakukan dengan

analisis cox.

3. Analisis Multivariat menggunakan model stratifikasi

Variabel yang masuk analisis multivariat adalah variabel yang pada analisis

bivariat mempunyai nilai p < 0,25. Pada analisis model stratifikasi, variabel

yang tidak memenuhi asumsi PH (contoh : jeniskelamin) dijadikan sebagai

variabel untuk menstratifikasi sampel.Dengan demikian, pada analisis model

stratifikasi sampel akan dianalisis berdasarkan kelompok jenis kelamin laki-

laki dan perempuan akan tetapi dianalisis dalam satu kesatuan analisis.

4. Interpretasi

Setelah menyelesaikan analisis survival, selanjutnya melakukan interpretasi

hasil. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari analisis survival adalah

sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


21

a. Diketahuinya variabel yang berhubungan dengan variabel tergantung

dengan melihat nilai p dan interval kepercayaan dari HR pada masing –

masing variabel.

b. Diketahuinya urutan kekuatan dari variabel–variabel yang berhubungan

dengan variabel tergantung. Berdasarkan nilai HR-nya.

c. Diketahuinya model atau rumus untuk memprediksikan hazard function dan

survival function.

2.1.9 Memilih Model Stratifikasi atau Model Interaksi

Cara pemilihan model stratifikasi atau model interaksi dilakukan

dengandua cara, yaitu secara klinis dan secara statistik.

1. Pemilihan Model Secara Klinis

Secara klinis, pertimbangan utamanya adalah pada manfaat dan kepraktisan

penggunaan model untuk kepentingan klinis. Apabila secara klinis lebih

bermanfaat untuk menilai survival berdasarkan kelompok laki-laki dan

perempuan, maka model stratifikasilah model yang tepat. Akan tetapi, bila

secara klinis ingin melihat seberapabesar pengaruh jenis kelamin terhadap

survival, maka model interaksilah model yang tepat.

2. Pemilihan Model Secara Statistik

Pemilihan model secara statistik dilakukan dengan uji likelihood Ratio (uji

LR). Uji LR dilakukan dengan cara menghitung selisih likelihood Ratio (LR)

antara kedua model kemudian dilihat apakah selisihnya bermakna pada degree

offreedom (df) yang sesuai. Secara matematis, uji LR adalah sebagai berikut :

LRf − LRr
∆LR/df =
P (k − 1)

Universitas Sumatera Utara


22

∆LR/df : Selisih LR untuk setiap degree of freedom

LRf : LR full model (LR pada model interaksi)

LRr : LR reduced model (LR pada model stratifikasi)

P (k – 1) : degree of freedom

P : Jumlah variabel interaksi pada full model

k: Jumlah strata pada reduced model

Ho : Reduced model tidak berbeda dengan full model

(reduced model = dapat diterima).

Ho ditolak bilanilai LR/df > 3,8.

Ha : Reduced model berbeda dengan full model

(reduced model = tidak dapat diterima)

Untuk mengetahui berapa besar LR untuk masing- masing model, kita

dapat melihatnya pada output SPSS dari prosedur yang telah dilakukan (pada

omnibus Test of Model Coefficients, pada nilai chisquare kolom change from

previous block).

2.2 Gastroenteritis

2.2.1 Pengertian Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah peradangan pada saluran pencernaan yang

melibatkan perut, usus, atau keduanya. Biasanya menyebabkan diare, kram perut,

mual, dan mungkin muntah. Gastroenteritis sering disebut flu perut atau flu

lambung karena yang paling sering menyebabkan gastroenteritis adalah virus.

Namun, ini membingungkan pemikiran beberapa orang karena virus influenza

(virus flu) tidak menyebabkan gastroenteritis. Gastroenteritis juga bisa

Universitas Sumatera Utara


23

membingungkan karena gastroenteritis dianggap penyakit, namun gastroenteritis

juga bisa dianggap sebagai gejala dari penyakit lain. Misalnya, orang yang

memiliki gejala gastroenteritis dan akhirnya berkembang menjadi diare berdarah

biasanya tidak didiagnosis dengan gastroenteritis , tetapi dengan penyakit tertentu,

seperti Shigellosis. Namun, ada banyak penyakit tertentu yang gejalanya nyata

dengan gastroenteritis, biasanya awal dalam proses penyakit (Shanty, 2011).

Kebingungan sering terjadi saat istilah gastroenteritis disandingkan dengan

kata – kata seperti ringan atau parah. Gastroenteritis parah adalah istilah non –

spesifik yang biasanya berarti hal yang berbeda.Artinya, biasanya tersirat oleh

proses penyakit yang sedang dibahas. Misalnya, jika konteks artikel tentang

penyebab virus gastroenteritis, sering berarti diare yang menyebabkan dehidrasi.

Sementara, dalam artikel yang lain, bakteri penyebab gastroenteritis mungkin

berarti diare berdarah dengan demam. Cara terbaik untuk menyelesaikan masalah

ini adalah tidak menggunakan terminologi spesifik yang diasosiasikan dengan

gastroenteritis adalah untuk penulis dan praktisi kesehatan untuk menentukan apa

yang mereka maksud dengan gastroenteritis dan istilah yang memodifikasi.

Walaupun mungkin ada ketidaksetujuan tentang syarat, setidaknya akan jelas bagi

para pembaca. Maka, untuk penelitian ini, gastroenteritis akan berarti terjadinya

jangka pendek (berlangsung sekitar 2 sampai 5 hari dan resolusi, kadang – kadang

melalui beberapa hari tambahan) gejala mencakup beberapa atau semua hal

berikut.

a. Diare tidak berdarah

b. Mual

Universitas Sumatera Utara


24

c. Muntah (sesekali, kurang dari 48 jam)

d. Kram perut (intermiten, biasanya keluhan berkurang setelah buang air besar).

Gejala lain dapat berkembang seperti demam ringan (100 M, 37.7 C),

menggigil ringan, kadang – kadang sakit kepala atau nyeri otot, dan rasa lelah.

Semua gejala di atas bisa berkembang menjadi Gastroenteritis parah yang berarti

memicu dehidrasi yang dapat mengancam jiwa, trerutama pada anak – anak.

Gastroenteritis bisa menyebar melalui kontak jarak dekat dengan orang yang

sudah terinfeksi atau melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi

virus. Infeksi ini mudah sekali menyebar di fasilitas umum yang tertutup, seperti

di dalam ruang kelas, tempat perawatan anak, atau ruang perawatan umum.

Makanan matang yang dibiarkan terlalu lama dalam suhu kamar juga bisa menjadi

penyebab kemunculan bakteri gastroenteritis. Infeksi ini sering ditandai dengan

rasa mual, muntah, dan diare. Kondisi ini sering disebut sebagai keracunan

makanan. Gastroenteritis jarang menyebabkan komplikasi. Namun, kondisi ini

bisa saja berakibat fatal atau bahkan mematikan jika terjadi pada bayi, orang tua,

dan orang-orang yang bermasalah dengan sistem kekebalan tubuhnya (Shanty,

2011).

2.2.2 Penyebab Gastroenteritis

Gastroenteritis, sebagaimana didefinisikan di atas, memiliki banyak

penyebab, tetapi penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Bakteri

penyebab Gastroenteritis tradisional adalah Escheria coli, Salmonella, Shigella,

Vibrio, (termasuk non cholerigenic forms), Clostridia perfringens, Staphylococcus

(Suharyono, 2012). Penyebab lainnya adalah bervariasi, seperti parasit, racun,

Universitas Sumatera Utara


25

alergi makanan, dan obat-obatan.Ada berbagai macam virus yang bisa

menyebabkan gastroenteritis. Dua jenis virus yang menjadi penyebab paling

umum adalah:

a. Rotavirus. Virus yang menular melalui mulut ini cenderung menginfeksi bayi

dan anak-anak, karena mereka sering memasukkan jari atau benda-benda yang

sudah terkontaminasi ke dalam mulut. Orang dewasa yang terinfeksi virus ini

mungkin tidak akan merasakan gejala apa pun, namun mereka tetap bisa

menularkannya pada anak kecil maupun bayi.

b. Norovirus. Virus ini sangat mudah menular dan bisa menginfeksi siapa pun,

baik orang dewasa maupun anak-anak. Kebanyakan kasus keracunan makanan

yang terjadi di seluruh dunia disebabkan oleh norovirus. Makanan dan air yang

terkontaminasi menjadi media utama penyebaran virus. Selain itu, virus juga

bisa menyebar lewat kontak langsung dengan individu yang terinfeksi.

Gastroenteritis juga bisa disebabkan oleh bakteri E. coli dan salmonella.

Pada banyak kasus, bakteri salmonella dan campylobacter sering kali menjadi

penyebab utama gastroenteritis. Berikut ini beberapa kelompok individu yang

berisiko tinggi mengalami Gastroenteritis, di antaranya:

1. Balita. Balita lebih sering terserang infeksi virus karena belum memiliki sistem

kekebalan tubuh yang kuat.

2. Anak – Anak. Anak – anak mempunyai potensi yang besar terinfeksi virus

karena anak – anak sudah bebas bermain sembarangan. Infeksi ini bisa menular

dengan mudah di tempat-tempat yang terdapat banyak orang berkumpul

dengan jarak dekat.

Universitas Sumatera Utara


26

3. Lanjut usia. Sistem kekebalan pada orang tua akan menurun. Keadaan ini bisa

dengan mudah menular ke orang lanjut usia jika mereka tinggal berdekatan

dengan orang yang berpotensi menyebarkan virus.

4. Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Orang dengan kondisi medis

tertentu, lebih berisiko tertular infeksi karena kekebalan tubuh mereka diserang

oleh kondisi yang mereka derita.

2.2.3 Gejala Gastroenteritis

Tidak semua individu yang terkena akan mengalami semua gejala.

Beberapa orang juga dapat mengalami demam ringan dari sekitar 100 F (37.7 C).

Sebagian besar gejala akan sembuh dalam sekitar 2 sampai 5 hari. Gastroenteritis

dapat menyebabkan dehidrasi selama periode waktu yang singkat, terutama pada

anak – anak atau orang dewasa lemah. Gejala-gejala yang biasanya muncul di

antaranya adalah:

1. Sakit dan kram perut.

2. Diare berair, namun tidak bercampur darah (jika diare sudah bercampur darah,

infeksi yang terjadi mungkin berbeda dan lebih parah).

3. Mual dan muntah.

4. Nafsu makan menurun.

5. Terkadang muncul demam, sakit kepala, dan sakit otot.

2.2.4 Komplikasi Gastroenteritis

Kebanyakan individu tidak mengalami komplikasi dan pulih dalam waktu

singkat. Komplikasi utama bagi beberapa penderita adalah dehidrasi pada bayi,

anak – anak, orang tua, dan penurunan kekebalan tubuh berada pada risiko tinggi

Universitas Sumatera Utara


27

untuk komplikasi ini. Di banyak negara dunia ketiga, dehidrasi bayi sulit diatasi.

Akibatnya, banyak terjadi kematian bayi di seluruh dunia karena dehidrasi

disebabkan oleh gastroenteritis.

2.2.5 Pencegahan Gastroenteritis

Karena ada begitu banyak penyebab gastroenteritis, kemampuan untuk

mencegah penyakit tersebut berkaitan dengan penyebabnya. Ada beberapa

penyebab yang lebih mudah untuk dicegah daripada yang lain. Sebagai contoh,

meskipun mengandung virus yang dapat menular, rotavirus memiliki vaksin yang

telah nyata mengurangi insiden rotavirus pada anak penduduk A.S. Namun,

vaksin untuk penyebab virus lainnya, walaupun sedang diteliti, saat ini tidak

tersedia. Seperti vaksin penyebab bakteri Vibrio Cholerasaat ini tidak tersedia.

Namun, ada beberapa langkah yang umum dapat dilakukan masyarakat

untk mencegah atau mengurangi terkena gastroenteritis. Pencegahannya adalah

sebagai berikut.

a. Mencuci tangan, terutama sebelum makan dan setelah setiap hubungan

langsung dengan orang yang terinfeksi, atau barang – barang (pakaian, tempat

tidur, dan mainan ) yang telah mereka sentuh.

b. Cuci secara terpisah pakaian dan barang – barang penderita.

c. Hindari atau kurang kontak langsung dengan orang yang terinfeksi .

d. Jangan makan makanan kurang matang, terutama daging seperti hamburger.

e. Jangan makan atau minum makanan mentah atau air tidak steril.

f. Jangan minum cairan tidak steril atau tidak dipasteurisasi, terutama susu.

g. Mencuci dengan seksama apapun sebelum makan.

Universitas Sumatera Utara


28

h. Jika dalam perjalanan, hindari semua makanan mentah dan es. Minum hanya

dari produk kemasan disegel dan menggunakan air kemasan untuk menyikat

gigi.

2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Lama Rawat Inap Penderita


Gastroenteritis

Lama rawat inap penderita gastroenteritis ditentukan oleh banyak faktor.

Beberapa penelitian melaporkan bahwa pemberian probiotik dapat memperpendek

lama rawat diare akut (Chen CC. dkk, 2010; Rosenfeldt V. dkk, 2002). Intake

makanan mempunyai pengaruh terhadap lama rawat pasien diare akut pada anak

(Islam M. dkk, 2008). Kemudian umur dan dehidrasi juga dapat memengaruhi

lama rawat inap pasien akut diare pada anak di bawah 5 tahun (Widiantari dan

Ketut, 2013). Persentase lama rawat penderita yang memiliki penyakit penyerta

lebih lama dirawat inap daripada yang tidak mempunyai penyakit. Dilihat dari

golongan jenis kelamin, pasien dengan kasus penyakit diare yang berjenis kelamin

perempuan lebih banyak terserang penyakit diare dengan persentase sebesar 63%

dibanding dengan pasien berjenis kelamin laki – laki dengan persentase sebesar

37%. Meskipun kejadian diare didapatkan pada semua ras, laki – laki dan

perempuan sama banyak terkena, kecuali infeksi Campilobacter sp banyak terjadi

pada kasus perempuan dari pada kasus laki – laki (Fellasufa, 2014). Berdasarkan

penelitian Amalia, dkk (2015) menyatakan terdapat hubungan antara komplikasi

dengan lama rawat pasien anak diare di BLUD RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh

Utara tahun 2015. Oleh karena itu, maka dalam penelitian ini akan dibahas

Universitas Sumatera Utara


29

tentang pengaruh faktor umur, jenis kelamin, dehidrasi, penyakit penyerta, dan

komplikasi terhadap lama rawat inap penderita gastroenteritis.

2.3.1 Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang penting pada proses terjadinya

penyakit. Sebagian penyakit timbul hampir secara eksklusif pada suatu kelompok

usia tertentu saja. Angka kesakitan dan kematian dalam hampir semua keadaan itu

berkaitan dengan fungsi dari proses umur, perkembangan, imunitas keadaan

fisiologi, perubahan kebiasaan makan dari tiap golongan umur, perubahan daya

tahan tubuh dan penyakit tertentu yang menyerang umur tertentu (Kunoli, 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiantari dan Ketut (2013) yang

berjudul “Lama Rawat Inap Penderita Diare Akut Pada Anak Usia Di Bawah

Lima Tahun Dan Faktor Yang Berpengaruh Di Badan Rumah Sakit Umum

Tabanan Tahun 2011” didapatkan bahwa kelompok umur di atas 36 bulan

memiliki insiden rate kesembuhan (kumulatif Hazard) paling tinggi dan disusul

oleh kelompok umur antara 12 - 36 bulan untuk setiap waktu pengamatan.

Sedangkan kelompok umur < 12 bulan memiliki insiden rate kesembuhan paling

rendah. Perbedaan rate tersebut secara statistik bermakna, dimana nilai Hazard

Ratio antara kelompok umur < 12 bulan dibandingkan dengan umur 36 bulan ke

atas sebesar 2,018 (CI 95%: 1,051 – 3,88) dengan nilai p = 0,04 dan antara

kelompok umur 12-36 bulan dengan kelompok umur 36 bulan ke atas sebasar

1,36 (CI 95%: 0,84 – 2,19) dengan nilai p = 0,219. Ini berarti bayi memiliki

tingkat kesembuhan lebih lama dibandingkan dengan kelompok umur di atas 12

bulan. Pada penelitian ini merujuk pada Riskesdas (2007), diare merupakan

Universitas Sumatera Utara


30

penyebab kematian nomor 1 pada bayi (31,4%) sehingga diklasifikasikan

menjadi:

1. ≤ 5 tahun

2. > 5 tahun

2.3.2 Jenis Kelamin

Sebagian penyakit lebih sering dijumpai pada kaum pria dan sebagian

lainnya pada wanita. Jika faktor pewarisan yang mempunyai kaitan seksual

dapatdisingkirkan, maka perbedaan seks dalam insidensi penyakit akan

menimbulkanpemikiran awal tentang kemungkinan adanya faktor-faktor

hormonal atau reproduktif yang menjadi faktor predisposisi (pencetus) atau

pelindung (Friedman,1993).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fellasufa (2014) dengan judul

“Tinjauan Lama Dirawat Pasien BPJS Penyakit Diare dengan dan Tanpa

Komplikasi Selama Triwulan I Tahun 2014 Di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten

Pemalang” mengatakan bahwa dilihat dari golongan jenis kelamin, pasien BPJS

dengan kasus penyakit Diare yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak

terserang penyakit Diare dengan persentase sebesar 63% dibanding dengan pasien

berjenis kelamin laki-laki dengan persentase sebesar 37%. Hal ini karena daya

tahan tubuh perempuan lebih rentan terhadap penyakit dibanding dengan laki-laki.

2.3.3 Dehidrasi

Pasien dengan dehidrasi mengakibatkan volume darah akan berkurang

sehingga dapat terjadi dampak negatif seperti renjatan hipovolemik, denyut nadi

cepat, tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun,

Universitas Sumatera Utara


31

gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, dan gagal ginjal akut.

Bila dampak negatif tersebut terjadi, maka pasien akan memerlukan perawatan

yang lebih lama. Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi (Kementerian

Kesehatan, 2011):

1. Derajat dehidrasi berat

Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:

a. Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar

b. Mata : Cekung

c. Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum

d. Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)

2. Derajat dehidrasi ringan/sedang

Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau

lebih:

a. Keadaan Umum : Gelisah, rewel

b. Mata : Cekung

c. Rasa haus : Haus, ingin minum banyak

d. Turgor kulit : Kembali lambat

3. Tanpa derajat dehidrasi

Tanda tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih :

a. Keadaan Umum : Baik

b. Mata : Normal

c. Rasa haus : Normal, minum biasa

d. Turgor kulit : Kembali cepat

Universitas Sumatera Utara


32

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gustam (2012) dengan judul “

Faktor Risiko Dehidrasi pada Remaja dan Dewasa”, didapatkan bahwa terdapat

perbedaan yang nyata antara nilai berat jenis urin subyek yang dehidrasi dan tidak

dehidrasi (p<0,05). Pada penelitian yang dilakukan oleh Widiantari dan Ketut

(2013) didapatkan bahwa pasien dengan dehidrasi berat dirawat lebih lama dari

yang tidak dengan dehidrasi atau yang mengalami dehirdasi ringan sampai

sedang. Sehingga pada penelitian ini diklasifikasikan menjadi :

1. Tidak mengalami dehidrasi

2. Mengalami dehidrasi

2.3.4 Penyakit Penyerta

Disamping diagnosis utama diare dan penyakit komplikasi beberapa pasien

juga memiliki penyakit penyerta yaitu diagnosis penyakit penyerta yang ditulis

oleh dokter dan tercantum di data Rekam Medis. Terdapat beberapa penyakit

penyerta pada penderita Diare dimana 1 pasien pun bisa memiliki lebih dari 2

penyakit penyerta sekaligus.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fellasufa (2014) dengan judul

“Tinjauan Lama Dirawat Pasien BPJS Penyakit Diare dengan dan Tanpa

Komplikasi Selama Triwulan I Tahun 2014 di RSUD Dr.M. Ashari Kabupaten

Pemalang” didapatkan bahwa, jumlah penderita diare yang tidak memiliki

penyakit penyerta sebesar 91,55% lebih banyak dibandingkan yang memiliki

penyakit penyerta yaitu sebesar 8,45%. Penyakit penyerta yang paling banyak

diderita adalah Diabetes Melitus yaitu sebesar 57,1%. Penderita yang memiliki

Universitas Sumatera Utara


33

penyakit penyerta lebih lama dirawat daripada yang tidak mempunyai penyakit

penyerta.

2.3.5 Komplikasi

Adanya komplikasi yang menyertai penyakit gastroenteritis dapat

memengaruhi kesembuhan seseorang, karena tubuh menjadi lebih ekstra dalam

melawan penyakit. Amalia, dkk (2015) menyatakan terdapat hubungan antara

komplikasi dengan lama rawat pasien anak diare di BLUD RSU Cut Meutia

Kabupaten Aceh Utara tahun 2015. Beberapa komplikasi menurut Ngastiyah

(2005) adalah Hipokalemia (dengan gejala materiorisme otot lemah bradikardi

perubahan elektro diagram), Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan

hipokalsemia, Hiponatremi, Syok hipovalemik, Asidosis, Dehidrasi.

2.4 Kerangka Konsep

 UMUR LAMA RAWAT INAP


 JENIS KELAMIN PENDERITA
 DEHIDRASI GASTROENTERITIS
 PENYAKIT PENYERTA
 KOMPLIKASI

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara


34

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, adalah :

1. Ada pengaruh faktor umur terhadap lama rawat inap penderita Gastroenteritis

di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017.

2. Ada pengaruh faktor jenis kelamin terhadap lama rawat inap penderita

Gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

2017.

3. Ada pengaruh faktor dehidrasi terhadap lama rawat inap penderita

Gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

2017.

4. Ada pengaruh faktor penyakit penyerta terhadap lama rawat inap penderita

Gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

2017.

5. Ada pengaruh faktor komplikasi terhadap lama rawat inap penderita

Gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

2017.

6. Ada pengaruh faktor umur, jenis kelamin, dehidrasi, penyakit penyerta, dan

komplikasi terhadap lama rawat inap penderita Gastroenteritis di RSUD Sultan

Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat Kohort Retrospektif yaitu untuk mengkaji lama

rawat inap penderita Gastroenteritis dengan dimens iwaktu kebelakang

(retrospective).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten

Serdang Bedagai. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Agustus 2018.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh data penderita Gastroenteritis yang dirawat inap

dan tercatat di rekam medis RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai

pada Tahun 2017 yaitu sebanyak 136 penderita.

3.3.2 Sampel

Peneliti menetapkan sampel dalam penelitian ini adalah total populasi atau

seluruh data penderit gastroenteritis yang dirawat inapdan tercatat di rekam medis

RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai pada Tahun 2017 yaitu

sebanyak 136 penderita , dengan syarat data rekam medisnya lengkap.

35
Universitas Sumatera Utara
36

3.4 MetodePengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yaitu data penderita

gastroenteritis yang tercatat di rekam medis RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten

Serdang Bedagai pada Tahun 2017.

3.5 Definisi Operasional

1. Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah penyakit dengan keluhan diare yang tidak memiliki

darah/nanah dalam tinjanya, kram perut, mual, dan muntah yang didiagnosis oleh

dokter yang tercatat di rekam medis.

2. Lama Rawat Inap

LamaRawat Inap adalah lamanyapenderita gastroenteritis di rawat inap di

RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017, dihitung sejak

tanggal mulai dirawat sampai dengan tanggal keluar yang tercatat pada rekam

medis.

3. Umur

Umur adalah lamanya hidup penderita sejak dilahirkan hingga saat dirawat

inap yang didiagnosa menderita Gastroenteritis berdasarkan catatan rekam medis

penderita pada saat dirawat di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang

Bedagai Tahun 2017. Dikategorikan menjadi:

1. ≤ 5tahun

2. > 5 tahun

Universitas Sumatera Utara


37

4. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin adalah cirri khusus (organ reproduksi) yang dimiliki

penderita gastroenteritis sejak lahir sesuai dengan yang tercatat pada rekam medis

RSUD Sultan SulaimanTahun 2017. Dikategorikan menjadi:

1. Perempuan

2. Laki-laki

5. Dehidrasi

Dehidrasi adalah keadaan penderita pertama kali masuk kerumah sakit,

yang dikelompokkan berdasarkan diagnosis dari dokter dengan 2 kategori yaitu :

1. Tidak mengalami dehidrasi

2. Mengalami dehidrasi

6. PenyakitPenyerta

Penyakit penyerta adalah penyakit yang menyertai pada penderita

gastroenteritis yang dibedakan atas dua kategori antara lain :

1. Tidak ada

2. Ada

7. Komplikasi

Komplikasi adalah penyakit tambahan penderita yang diderita saat

dirawat inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017,

yang dibedakan menjadi.

1. Tidak ada

2. Ada

Universitas Sumatera Utara


38

3.6 Aspek Pengukuran

Tabel 3.1Aspek Pengukuran

Variabel Kategori SkalaUkur


Umur 1. ≤ 5 tahun Ordinal
2. > 5 tahun
Jenis Kelamin 1. Perempuan Nominal
2. Laki-laki
Derajat Dehidrasi 1.Tidak mengalami dehidrasi Nominal
2. Mengalami dehidrasi
Penyakit Penyerta 1. Tidak ada Nominal
2. Ada
Komplikasi 1. Tidak ada Nominal
2. Ada

3.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara bertahap, yaitu dengan analisis univariat,

analisis bivariat, analisis multivariat.

1. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk menggambarkan

masing-masing variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan tabel

distribusi frekuensi dan melakukan uji asumsi PH (Proportional Hazard)

dengan menggunakan metode Kaplan Meier.

2. Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis hubungan

dua variabel. Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat. Analisis data yang dilakukan untuk melihat

hubungan antar kedua variabel ini adalah dengan menggunakan metode Kaplan

Meier. Nilai H R (Hazard Ratio) didapatkan dengan menggunakan analisis

bivariat Regresi Cox.

Universitas Sumatera Utara


39

3. Analisis multivariate adalah metode yang memungkinkan untuk melakukan

penelitian terhadap lebih dari dua variabel secara bersamaan. Analisis

multivariat dilakukan dengan menggunakan hubungan antar variabel terikat

dengan satu variabel bebas. Variabel yang masuk analisis multivariat adalah

variabel yang pada analisis bivariat mempunyai nilai p<0,25. Selain itu,

variabel yang tidak memenuhi asumsi PH dan secara teoritis penting, dapat

dimasukkan kedalam analisis multivariat. Bila semua variabel memenuhi

asumsi PH maka analisis multivariat yang dipilih adalah analisis time

independent cox regression. Apabila terdapat variabel yang tidak memenuhi

asumsi PH, maka dapat dilakukan analisis cox regression model stratifikasi

atau cox regression model interaksi. Selanjutnya dilakukan pemilihan analisis

yang lebih baik dengan cara menghitung selisih likehood ratio (LR).

Model regresi cox :

H (t) = Ho (t) exp b1X1 + b2X2........... + biXi

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

RSUD Sultan Sulaiman adalah rumah sakit milik PEMKAB Serdang

Bedagai. Rumah Sakit ini terletak di Ibu kota Kabupaten, dalam wilayah kerja

Kecamatan Sei Rampah. Jarak RSUD Sultan Sulaiman ke Ibu Kota Provinsi

Sumatera Utara (Medan) berkisar ± 62 Km. Secara geografis Kabupaten Serdang

Bedagai terletak dijalur Lintas Sumatera. RSUD Sultan Sulaiman ini terletak di

areal tanah seluas 20.200 m2 dengan luas bangunan 6.386 m2, yang terdiri dari 23

sarana gedung.

Secara administratif, RSUD Sultan Sulaiman Kecamatan Sei Rampah

dikelilingi oleh 16 wilayah Kelurahan dengan batas – batas wilayah administratif

kecamatan Sei Rampah :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Tanah Raja

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Simpang Empat

3. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Sei rejo

4. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Firdaus Estate

RSUD Sultan Sulaiman dengan kemampuan pelayanan kelas C ini

didirikan pada tahun 2006 yang merupakan peningkatan dari puskesmas rawat

inap Sei Rampah yang diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI pada tanggal 6

Januari 2007 dan ditetapkan sebagai rumah sakit umum kelas C berdasarkan

Kepmenkes RI No. 001/Menkes/SK/I/2008 tanggal 2 Januari 2008 dan Izin

operasional berdasarkan Kepmenkes RI No.HK.07.06/III/01/2008 tanggal 2

40
Universitas Sumatera Utara
41

Januari 2008. Hal tersebut secara regulasi memberikan dukungan untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai.

RSUD Sultan Sulaiman merupakan rumah sakit milik Pemerintah

Kabupaten Serdang Bedagai yang mempunyai wilayah kerja 17 Kecamatan dan

243 desa, dengan jumlah penduduk sebesar 599.151 jiwa dengan luas wilayah

1.900,22 km2. Rumah sakit ini terletak di ibukota Kabupaten, dalam wilayah kerja

Kecamatan Sei Rampah. Jarak RSUD Sultan Sulaiman ke Ibukota Provinsi

Smatera Utara (Medan) berkisar ± 62 Km. Secara geografis Kabupaten Serdang

Bedagai terletak dijalur lintas Sumatera sehingga daerah Serdang Bedagai

termasuk daerah rawan kecelakaan, dan hal ini menjadi peluang untuk perawatan

dan tindakan medis bagi korban kecelakaan lalu lintas. Selain itu Kabupaten

Serdang Bedagai juga termasuk daerah rawan bencana dan hal ini memerlukan

eksistensi RSUD Sultan Sulaiman sebagai sarana penyedia pelayanan kesehatan

bagi korban bencana alam.

Akses ke RSUD Sultan Sulaiman sangat lancar karena terdapat jalur

angkutan Kota yang melewati Rumah Sakit sehingga angkutan umum yang

tersedia cukup banyak, disamping itu di mulut jalan arah Barat menuju RS

terdapat Pasar yang senantiasa lancar karena merupakan jalan lintas Sumatera

yang padat dengan kecepatan yang tinggi, hal tersebut sangat menguntungkan

bagi RSUD Sultan Sulaiman.RSUD Sultan Sulaiman ini terletak di areal tanah

seluas 20.200 m2 dengan luas bangunan 6.386 m2 yang terdiri dari 23 sarana

gedung.RSUD Sultan Sulaiman dengan kemampuan pelayanan kelas C ini

Universitas Sumatera Utara


42

didirikan pada tahun 2006 yang merupakan peningkatan dari puskesmas rawat

inap Sei Rampah.

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau

pervariabel atau disebut juga dengan analisis berdistribusi tunggal. Analisis

univariat bertujuan untuk menggambarkan masing-masing variabel bebas

danvariabel terikat dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi serta

melakukan uji asumsi Proportional Hazard menggunakan metode Kaplan Meier.

4.2.1 Lama Rawat Penderita Gastroenteritis

Lama rawat dari 136 penderita gastroenteritis didapatkan nilai mean 3,69

hari dengan standar deviasi 1,48 , median sebesar 4,00 hari dan nilai minimum 1

hari serta nilai maksimum 9 hari.

Tabel 4.1 Ukuran Statistik Lama Rawat Inap Penderita Gastroenteritis yang
Dirawat Inap di RSUDSultan Sulaiman Kabupaten Serdang
Bedagai Tahun 2017

Ukuran Statistik Nilai (Hari)


Mean 3,69
Median 4,00
Standar Deviasi 1,478
Minimum-maksimum 1 –9

Sedangkan untuk proporsi event dan sensor dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Proporsi Event dan Sensor Penderita


Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

Status Penderita n %
Event (Sembuh) 110 80,9
Sensor (PAPS) 26 19,1
Total 136 100.0

Universitas Sumatera Utara


43

Dilihat dari Tabel 4.2 diatas, dari 136 penderita Gastroenteritis diperoleh

event (penderita yang sembuh) sebanyak 110 penderita (80,9 %). Sedangkan yang

mengalami sensor (PAPS) sebanyak 26 penderita (19,1 %).

4.2.2Distribusi Frekuensi Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di


RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang bedagai Tahun 2017

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Lama Rawat Penderita Gastroenteritis yang


Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang
Bedagai Tahun 2017

Person Time ( hari) n %


1 8 5,9
2 19 14,0
3 35 25,7
4 40 29,4
5 22 16,2
6 7 5,1
7 2 1,5
8 2 1,5
9 1 0,7
Total 136 100,0

Dilihat dari Tabel 4.3 diatas, dari 136 penderita gastroenteritis diperoleh

person time atau lama rawat paling banyak adalah 4 hari yaitu sebanyak 40

(29,4%) penderita dan person time atau lama rawat paling sedikit 9 hari yaitu

sebanyak 1 (0,7%) penderita.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan UmurPenderita Gastroenteritis


yang Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang
Bedagai Tahun 2017

Umur n %
≤ 5 tahun 50 36,8
> 5 tahun 86 63,2
Total 136 100,0

Dilihat dari Tabel 4.4 diatas, dari 136 penderita gastroenteritis diperoleh

bahwa gastroenteritis paling banyak diderita oleh umur > 5 tahun sebanyak 86

Universitas Sumatera Utara


44

(63,2%) penderita, dan paling sedikit diderita olehumur < = 5 tahun yaitu

sebanyak 50 (36,8%) penderita.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita


Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

Jenis Kelamin n %
Perempuan 60 44,1
Laki-laki 76 55,9
Total 136 100,0

Dilihat dari Tabel 4.5 diatas, dari 136 penderita gastroenteritis diperoleh

bahwa gastroenteritis paling banyak diderita oleh laki laki daripada perempuan.

Laki- laki sebanyak 76 (55,9%) penderita, sedangkan perempuan 60 (44,1%)

penderita.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dehidrasi Penderita


Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

Dehidrasi n %
Tidak mengalami dehidrasi 90 66,2
Mengalami dehidrasi 46 33,8
Total 136 100,0

Dilihat dari Tabel 4.6 diatas, dari 136 penderita gastroenteritis diperoleh

bahwa penderita gastroenteritis paling banyak diderita dengan tidak mengalami

dehidrasi yaitu sebanyak 90 (66,2%) penderita, dan dengan mengalami dehidrasi

sebanyak 46 (33,8%).

Universitas Sumatera Utara


45

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan


Penyakit Penyerta yang Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

Penyakit penyerta n %
Ada 28 20,6
-DM 10
-Hipertensi 8
-PJK 4
-Gastritis 6
Tidak Ada 108 79,4
Total 136 100,0

Berdasarkan tabel diatas, dari 136 penderita gastroenteritis diperoleh

bahwa frekuensi penderita gastroenteritis paling banyak diderita oleh penderita

yang tidak disertai penyakit penyerta yaitu sebanyak 108 (79,4%) dan disertai

dengan penyakit penyerta sebanyak 28 (25,0%) penderita. Dalam penelitian ini

terdiri atas 10 penyakit DM, 8 penyakit hipertensi, 6 penyakit gastritis, dan 4 PJK.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Komplikasi Penderita


Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

Komplikasi n %
Ada 59
43,4
-Demam Thyfoid 8
-Hipokalemia 16
- Hipoglikemi 11
-ISPA 15
-Kejang Demam Sederhana 9
Tidak ada 77 56,6
Total 136 100,0

Berdasarkan tabel di atas, dari 136 penderita gastroenteritis diperoleh

bahwa penderita gastroenteritis yang didiagnosis oleh dokter berdasarkan

komplikasi yang diderita paling banyak tidak disertai komplikasi yaitu sebanyak

77 (56,6%) penderita dan disertai dengan komplikasi sebanyak 59 (43,4%)

Universitas Sumatera Utara


46

penderita. Pada penelitian ini terdiri atas Hipokalemia 16 penderita, ISPA 15

penderita, Hipoglokemi 11 penderita, demam thyfoid 8 penderita, dan kejang

demam sederhana ada sebanyak 9 penderita.

4.2.3 Distribusi Karakteristik Penderita Gastrenteritis yang Dirawat Inap di


RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

Distribusi karakteristik penderita gastroenteritis yang dirawat inap diRSUD

Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai pada Tahun 2017 dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 4.9 Distribusi Karakteristik Penderita Gastroenteritis yang Dirawat


Inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai
Tahun 2017

Variabel Sensor Event Total


n % n % n %
Umur
≤ 5 tahun 14 28,0 36 72,0 50 36,8
>5 tahun 12 14,0 74 86,0 86 63,2
Jenis Kelamin
Perempuan 14 23,3 46 76,7 60 44,1
Laki-laki 12 15,8 64 84,2 76 55,9
Derajat Dehidrasi
Tidak mengalami dehidrasi 21 23,3 69 76,7 90 66,2
Mengalami dehidrasi 5 10,9 41 89,1 46 33,8
Penyakit Penyerta
Tidak ada 20 18,5 88 81,5 108 79,4
Ada 6 21,4 22 78,6 28 20,6
Komplikasi
Tidak ada 17 21,0 64 79,0 81 59,6
Ada 9 16,4 46 83,6 55 40,4

Berdasarkan tabel diatas, penderita gastroenteritis terbanyak berada dalam

umur > 5 tahun sebanyak 86 (63,2%) penderita dengan jumlah event sebanyak 74

(86,0%) penderita dan sensor sebanyak 12 (14,0%) penderita. Sedangkan yang

paling sedikit berada pada umur ≤ 5 tahun yaitu sebanyak 50 (36,8%) penderita

Universitas Sumatera Utara


47

dimana 36 (72,0%) penderita mengalami event, 14 (28,0%) penderita mengalami

sensor.

Dapat dilihat juga pada tabel diatas bahwa jumlah perempuan

yangmenderita gastroenteritis lebih sedikit daripada jumlah laki-laki yaitu

perempuan sebanyak 60 (44,1%) penderita, sedangkan laki-laki sebanyak 76

penderita (55,9%). Jumlah event pada kelompok perempuan sebanyak 46 (76,7%)

penderita sedangkan pada kelompok laki-laki sebanyak 64 (84,2%) penderita.

Dehidrasi dengan frekuensi terbesar yaitu pada kelompok yang tidak

mengalami dehidrasi sebanyak 90 (66,2%) penderita dengan jumlah event

sebanyak 69 (76,7%) penderita. Sedangkan frekuensi yang paling sedikit adalah

penderita gastroenteritis yang mengalami dehidrasi yaitu sebanyak 46 (33,8%)

penderita dan jumlah event sebanyak 41 (89,1%) penderita.

Berdasarkan penyakit penyerta adalah penyakit yang disertai penderita

saat didiagnosis oleh dokter dengan frekuensi terbanyak adalah tidak disertai

penyakit penyerta yaitu sebanyak 108 (79,4%) penderita dengan jumlah event

sebanyak 88 (81,5%) penderita. Sedangkan yang mempunyai penyakit penyerta

yaitu sebanyak 28 (20,6%) terdiri dari penyakit DM, Hipertensi, PJK, Gastritis

dengan jumlah event sebanyak 22 (78,6%) penderita.

Sebanyak 55 (40,4%) penderita gastroenteritis disertai dengan adanya

komplikasi penyakit lain seperti Demam Thyfoid, Hipokalemia, Hipoglikemi,

ISPA, Kejang Demam Sederhana. Jumlah pasien yang mengalami event pada

kelompok pasien yang disertai komplikasi penyakit lain adalah sebanyak 46

(83,6%) penderita dan jumlahpenderita gastroenteritis yang tidak disertai

Universitas Sumatera Utara


48

komplikasi sebanyak 81(59,6%) penderita dengan jumlah event sebanyak 64

(79,0%) penderita.

4.2.4 Pengecekan asumsi Proportional Hazard

Pengecekan asumsi PH (Proportional Hazard) dilakukan untuk melihat

adanya pengaruh antar kelompok pada masing-masing variabel yaitu variabel

umur, jenis kelamin, dehidrasi, penyakit penyerta, komplikasi terhadap lama rawat

inap menggunakan metode Kaplan Meier.

Tabel 4.10 Analisis Kaplan Meier Lama Rawat Inap Penderita


Gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2017

Variabel P (Uji Log Rank) Median Survival Time


(Hari)
Umur
1. ≤5 tahun 0,064 4
2. > 5 tahun 4
Jenis Kelamin
1. Perempuan 0,663 4
2. Laki-laki 4
Dehidrasi
1. Tidak mengalami dehidrasi 0,000 3
2. Mengalami dehidrasi 4
Penyakit Penyerta
1. Tidak ada penyakit penyerta 0,373 4
2. Ada penyakit penyerta 4
Komplikasi
1. Tidak ada komplikasi 0,461 4
2. Ada komplikasi 4

Dari Tabel 4.10 diatas, variabel yang secara signifikan berpengaruh

terhadap lama rawat inap penderita gastroenteritis berdasarkan uji Log Rank

adalah variabel dehidrasi. Hasil signifikan ini dapat dilihat dari nilai p pada uji log

Rank yaitu p 0,000 < 0,05 yang berarti ada pengaruh variabel dehidrasi terhadap

lama rawat inap penderita gastroenteritis. Berbeda pada nilai uji Log Rank

Universitas Sumatera Utara


49

variabel lain yang diteliti selain variabel dehidrasi menunjukkan nilai p > 0,05

yang berarti tidak adapengaruh variabel tersebut terhadap lama rawat inap

penderita gastroenteritis.

Pada analisis berdasarkan metode Kaplan Meier diketahui jika garis pada

grafik hazard tidak saling berpotongan berarti asumsi Proportional Hazard (PH)

terpenuhi. Namun sebaliknya, apabila garis pada grafik hazard berpotongan maka

asumsi Proportional Hazard (PH) tidak terpenuhi.

a. Asumsi PH (Proportional Hazard) terpenuhi

1. Grafik survival lama rawat inap berdasarkan dehidrasi

Survival Functions

1.0 Dehidrasi
Tidak mengalami
dehidrasi
Mengalami dehidrasi
Tidak mengalami
0.8 dehidrasi-censored
Mengalami dehidrasi-
censored
Cum Survival

0.6

0.4

0.2

0.0

0 2 4 6 8 10
PersonTime

Gambar 4.1 Grafik Survival Lama Rawat Inap Berdasarkan Dehidrasi


Penderita Gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

Pada Gambar 4.1 di atas dapat dilihat kurva pada grafik survival tidak

saling berpotongan yang berarti asumsi proportional hazard terpenuhi.

Universitas Sumatera Utara


50

b. Asumsi PH (Proportional Hazard) tidak terpenuhi

1. Grafik survival lama rawat inap berdasarkan umur

Survival Functions

1.0 Kel.umur
<= 5
>5
<= 5-censored
> 5-censored
0.8
Cum Survival

0.6

0.4

0.2

0.0

0 2 4 6 8 10
PersonTime

Gambar 4.2 Grafik Survival Lama Rawat Inap Berdasarkan Umur


Penderita Gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

Pada Gambar 4.2 di atas dapat dilihat kurva pada grafik survival saling

berpotongan yang berarti asumsi proportional hazard tidak terpenuhi.

Universitas Sumatera Utara


51

2. Grafik survival lama rawat inap berdasarkan jenis kelamin

Gambar 4.3 Grafik Survival Lama Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin
Penderita Gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

Pada Gambar 4.3 di atas dapat dilihat kurva pada grafik survival saling

berpotongan yang berarti asumsi proportional hazard tidak terpenuhi.

Universitas Sumatera Utara


52

3. Grafik survival lama rawat inap berdasarkan penyakit penyerta

Survival Functions

1.0 Peny.Penyerta
Tidak ada
Ada
Tidak ada -censored
Ada -censored
0.8
Cum Survival

0.6

0.4

0.2

0.0

0 2 4 6 8 10
PersonTime

Gambar 4.4 Grafik Survival Lama Rawat Inap Berdasarkan Variabel


Penyakit Penyerta Penderita Gastroenteritis di RSUD Sultan
Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

Pada Gambar 4.4 di atas dapat dilihat kurva pada grafik survival saling

berpotongan yang berarti asumsi proportional hazard tidak terpenuhi.

Universitas Sumatera Utara


53

4. Grafik survival lama rawat inap berdasarkan komplikasi

Survival Functions

1.0 Komplikasi
Tidak ada
Ada
Tidak ada -censored
Ada-censored
0.8
Cum Survival

0.6

0.4

0.2

0.0

0 2 4 6 8 10
PersonTime

Gambar 4.5 Grafik Survival Lama Rawat Inap Berdasarkan Variabel


Komplikasi Penderita Gastroenteritis di RSUD Sultan
Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

Pada Gambar 4.5 di atas dapat dilihat kurva pada grafik survival saling

berpotongan yang berarti asumsi proportional hazard tidak terpenuhi.

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel dehidrasi dan

penyakit penyerta terhadap lama rawat inap penderita gastroenteritis

menggunakan nilai HR (Hazard Rasio) yang didapatkan dengan analisis cox

regression.

Universitas Sumatera Utara


54

Tabel 4.11 Analisis Bivariat Derajat Dehidrasi dan Penyakit Penyerta


Terhadap Lama Rawat Inap Penderita Gastroenteritis di RSUD
Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

Variabel P HR Interval Kepercayaan 95 %


Dehidrasi
1. Tidak mengalami dehidrasi 0,002 1,865 [1,245 ; 2,795]
2. Mengalami dehidrasi

Tabel di atas didapatkan bahwa derajat dehidrasi (p = 0,002) memiliki

hubungan terhadap lama rawat inap penderita gastroenteritis , dengan variabel

dehidrasi yaitu HR 1,865 (IK 95%).

4.4 Analisis Multivariat

Analisis multivariat adalah metode yang memungkinkan untuk

dilakukannya analisis terhadap lebih dari dua variabel secara bersamaan. Analisis

multivariat yang digunakan adalah Cox Regression yang dapat digunakan untuk

membuat model yang menggambarkan hubungan antara survival time sebagai

dependen variabel dengan satu set variabel independen.

4.4.1 Pemilihan Variabel Kandidat

Variabel kandidat didapatkan dari hasil uji bivariat. Bila p < 0,25, maka

variabel tersebut menjadi variabel kandidat dalam analisis model regresi cox. Dari

hasil analisis bivariat sebelumnya diketahui bahwa variabel penyakit diabetes

mellitus memiliki nilai p < 0,25 yaitu (p=0,002) sehingga variabel dehidrasi

menjadi kandidat untuk pemodelan.

4.4.2 Pemodelan

Selanjutnya dilakukan pemodelan untuk menentukan variabel yang

berpengaruh terhadap survival time (lama rawat). Tidak semua variabel memenuhi

Universitas Sumatera Utara


55

asumsi PH (Proportional Hazard). Variabel yang memenuhi asumsi PH

(Proportional Hazard) adalah dehidrasi sedangkan variabel yang tidak memenuhi

asumsi PH (Proportional Hazard) yaitu variabel umur, jenis kelamin, penyakit

penyerta, dan komplikasi. Oleh karena itu, maka dipilih analisis Cox Regression

model interaksi.

Tabel 4.12 Analisis Multivariat Menggunakan Model Interaksi

Variabel B HR IK 95% P
Dehidrasi 0,793 2,210 1,444–3,381 0,000
Dehidrasi dan Umur -0,585 0,557 0,317 – 0,042
0,978

Pada analisis multivariat dengan model interaksi, terdiri dari 4 tahap

dengan cara pengeluaran variabel yang tidak bermakna (nilai p>0,05) secara

bertahap satu demi satu dimulai dari variabel yang memiliki nilai p terbesar

hingga semua variabel yang ada di dalam model memiliki nilai p<0,05.

Sehingga didapatkan nilai p sebesar 0,042 yaitu variabel interaksi antara

dehidrasi dan umur yang berarti pemodelan dengan interaksi dehidrasi dan umur

memiliki pengaruh terhadaplama rawat inap penderita gastroenteritis di RSUD

Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017.

Model atau rumus untuk memprediksi hazard function adalah :

H(t) = H0(t) ey

H(t) = H0(t) e0,793(dehidrasi)-0,585(dehidrasi * umur)

Dehidrasi : 0 bila tidak dehidrasi dan 1 bila dehidrasi

Umur : 0 jika ≤ 5 tahun dan 1 jika > 5 tahun.

Universitas Sumatera Utara


56

Tabel 4.13Survival Tabel

Time (Hari) Baseline Hazard


1 0,019
2 0,118
3 0,316
4 0,777
5 1,284
6 1,663
7 2,119
8 3,218
9 -

4.4.3 Pengaplikasian model

Nilai hazard pada interaksi dehidrasi dan umur dipilih pada hari ke 3 dan

hari ke 4. Hari ke 3 dipilih karena rata-rata lama rawat inap pasien adalah 3,69

hari dan hari ke 4 dipilih karena median lama rawat inap pasien adalah 4 hari.

Tabel 4.14 Nilai Hazard Interaksi Dehidrasi dan Umur terhadap Lama
Rawat Inap Penderita Gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman
Kabupaten Serdang Bedagai

No Karakteristik Penderita Hazard Hazard Rasio


Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-3 Hari ke-4
1 Penyakit gastroenteritis 0,316 0,777 2,209 2,209
Penyakit gastroenteritis 0,698 1,717
dengan dehidrasi

2 Penyakit gastroenteritis 0,316 0,777 1,231 1,231


Penyakit gastroenteritis 0,389 0,957
dengan dehidrasi dan umur
≤ 5 tahun

3 Penyakit gastroenteritis 0,698 1,717 1,794 1,794


dengan dehidrasi
Penyakit gastroenteritis 0,389 0,957
dengan dehidrasi dan umur
≤ 5 tahun

Hazard pada hari ke-3 penderita penyakit gastroenteritis yang tidak

dehidrasi dan tidakberumur ≤ 5 tahun.

Universitas Sumatera Utara


57

H(t) = H0(t)ey

H(t) = H0(3)e0,793(tidak dehidrasi)-0,585(tidak dehidrasi* tidak berumur ≤ 5 tahun)

= 0,316e0,793(0)-0,585(0*0)

= 0,316

Hazard pada hari ke-4 penderita gastroenteritis yang tidak dehidrasi dan

tidak berumur ≤ 5 tahun / umur > 5 tahun.

H(t) = H0(t)ey

H(t) = H0(4)e0,793(tidak dehidrasi)-0,585(tidak dehidrasi*tidak berumur ≤ 5 tahun)

=0,777e0,793(0)-0,585(0*0)

= 0,777

Hazard pada hari ke-3 penderita gastroenteritis dengan dehidrasi.

H(t) = H0(t)ey

H(t) = H0(3)e0,793(dehidrasi)

=0,316e0,793(1)

= 0,698

Hazard pada hari ke-4 penderita gastroenteritis dengan dehidrasi.

H(t) = H0(t)ey

H(t) = H0(4)e0,793(dehidrasi)

=0,777e0,793(1)

= 1,717

Hazard pada hari ke-3 penderita penyakit gastroenteritis dengan dehidrasi

dan berumur ≤ 5 tahun .

H(t) = H0(t)ey

Universitas Sumatera Utara


58

H(t) = H0(3)e0,793(dehidrasi)-0,585(umur ≤ 5 tahun )

= 0,316e0,793(1)-0,585(1)

= 0,389

Hazard pada hari ke-4 penderita gastroenteritis dengan dehidrasi dan

berumur ≤ 5 tahun .

H(t) = H0(t)ey

H(t) = H0(4)e0,793(dehidrasi)-0,585(umur ≤ 5 tahun )

=0,777e0,793(1)-0,585(1)

= 0,957

Pada hari ke-3 penderita gastroenteritis memiliki nilai Hazard sebesar

0,316, penderita gastroenteritis dengan dehidrasi memiliki nilai Hazardsebesar

0,698 dan penderita dengan dehidrasi dan umur ≤ 5 tahun memiliki lama nilai

Hazard sebesar 0,389. Pada hari ke-4 penderita gastroenteritis memiliki nilai

Hazard sebesar 0,777.Penderita gastroenteritis dengan dehidrasi memiliki nilai

Hazard sebesar 1,717 dan penderita gastroenteritis dengan dehidrasi dan umur ≤

5 tahun memiliki nilai Hazard sebesar 0,957.

Penderita gastroenteritis yang tidak mengalami dehidrasi dan yang

mengalami dehidrasi memiliki Hazard Rasio 2,209. Artinya setiap saat lama

rawat inap penderita gastroenteritis yang tidak mengalami dehidrasi lama

rawatnya 2,209 kali lebih cepat dibandingkan dengan penderita gastroenteritis

yang mengalami dehidrasi.Sedangkan penderita gastroenteritis yang tidak

mengalami dehidrasi dan tidak berumur ≤ 5 tahun memiliki Hazard Rasio 1,231.

Artinya setiap saat lama rawat inap penderita gastroenteritis yang tidak

Universitas Sumatera Utara


59

mengalami dehidrasi dan tidak berumur ≤ 5 tahun lebih cepat 1,231 kali

dibandingkan penderita gastroenteritis yang mengalami dehidrasi dan yang

berumur ≤ 5tahun.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Frekuensi Lama RawatInap Penderita Gastroenteritis yang


Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai
Tahun 2017

Dari 136 kasus yang dianalisis, sebanyak 26 orang mengalami

sensor(19,1%) dan sebanyak 110 orang (80,9%) mengalami event. Pasien yang

tersensor adalah pasien yang pulang atas permintaan sendiri. Alasan yang

memungkinkan pasien pulang paksa adalah pelayanan rumah sakit yang kurang

maksimal ataupun karena penderita merasa keadaannya dirinya telah membaik.

Lama rawat inap paling banyak adalah 4 hari yaitu sebanyak 40 (29,4%) penderita

dan lama rawat paling sedikit 9 hari yaitu sebanyak 1 (0,7%) penderita.

5.2 Pengaruh Faktor Umur Terhadap Lama Rawat Inap Penderita


Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

Umur merupakan salah satu faktor yang penting pada proses terjadinya

penyakit. Sebagian penyakit timbul hampir secara eksklusif pada suatu kelompok

usia tertentu saja. Angka kesakitan dan kematian dalam hampir semua keadaan itu

berkaitan dengan fungsi dari proses umur, perkembangan, imunitas keadaan

fisiologi, perubahan kebiasaan makan dari tiap golongan umur, perubahan daya

tahan tubuh dan penyakit tertentu yang menyerang umur tertentu (Kunoli, 2013).

Pada nilai uji Log Rank variabel umur yang diteliti menunjukkan nilai p >

0,05 (p = 0,064) yang berarti tidak ada pengaruh variabel tersebut terhadap lama

rawat inap penderita gastroenteritis. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

60
Universitas Sumatera Utara
61

dilakukan oleh Debi (2006) menyatakan bahwa analisa menggunakan Anova

diperoleh tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan berdasarkan

umur dimana p = 0,414. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Widiantari (2013) menyatakan bahwa umur berpengaruh terhadap lama rawat,

dimana anak usia 0-12 bulan lebih lama dirawat dari kelompok umur lainnya.

Nilai Hazard Ratio antara kelompok umur < 12 bulan dibandingkan dengan umur

36 bulan ke atas sebesar 2,018 (CI 95%: 1,051 – 3,88) dengan nilai p = 0,04 dan

antara kelompok umur 12-36 bulan dengan kelompok umur 36 bulan ke atas

sebasar 1,36 (CI 95%: 0,84 – 2,19) dengan nilai p = 0,219. Ini berarti bayi

memiliki tingkat kesembuhan lebih lama dibandingkan dengan kelompok umur di

atas 12 bulan. Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa penyakit

gastroenteritis dapat diderita oleh siapa saja terutama balita, anak-anak, lanjut

usia, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

5.3 Pengaruh Faktor Jenis Kelamin Terhadap Lama Rawat Inap Penderita
Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2017

Sebagian penyakit lebih sering dijumpai pada kaum pria dan sebagian

lainnya pada wanita.Jika faktor pewarisan yang mempunyai kaitan seksual dapat

disingkirkan, maka perbedaan seks dalam insidensi penyakit akan menimbulkan

pemikiran awal tentang kemungkinan adanya faktor-faktor hormonal atau

reproduktif yang menjadi faktor predisposisi (pencetus) atau pelindung

(Friedman,1993).

Berdasarkan penelitian didapat bahwa jumlah perempuan yang menderita

gastroenteritis lebih sedikit daripada jumlah laki-laki yaitu perempuan sebanyak

Universitas Sumatera Utara


62

60 (44,1%) penderita, sedangkan laki-laki sebanyak 76 penderita (55,9%).

Berdasarkan uji Log Rank nilai p > 0,05 (p = 0,663) yang berarti bahwa tidak ada

pengaruh jenis kelamin terhadap lama rawat inap penderita gastroenteritis yang di

rawat inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Debi (2006) menyatakan

bahwa penderita gastroenteritis berdasarkan jenis kelamin yang tertinggi adalah

laki-laki yaitu sebesar 56,8% (83 orang).Sama halnya dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wibisono, dkk (2015) menyatakan bahwa balita terbanyak yang

mengalami diare adalah laki-laki.Belum dapat dijelaskan bagaimana insidensi

laki-laki mengalami kejadian diare lebih besar dibandingkan perempuan. Hal yang

sama ditemukan pada penelitian Maryanti, dkk di Puskesmas Kota Pekanbaru

tahun 2012 yang menunjukkan dari 96 kasus, angka insidensi diare pada laki-laki

lebih tinggi (54,2%) dibandingkan perempuan (45,8%). Kemungkinan hal ini

dipengaruhi oleh demografi penduduk di suatu daerah, tetapi perbedaan ini tidak

terlalu bermakna. Pengaruh jenis kelamin terhadap mekanisme terjadinya diare

belum sepenuhnya dipahami sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

5.4 Pengaruh Faktor Dehidrasi Terhadap Lama Rawat Inap Penderita


Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2017

Pasien dengan dehidrasi mengakibatkan volume darah akan berkurang

sehingga dapat terjadi dampak negatif seperti renjatan hipovolemik, denyut nadi

cepat, tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun,

gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, dan gagal ginjal akut.

Bila dampak negatif tersebut terjadi, maka pasien akan memerlukan perawatan

Universitas Sumatera Utara


63

yang lebih lama. Pada penelitian ini, hasil uji Log Rank pada variabel dehidrasi

adalah p < 0,05(p = 0,000) yang berarti bahwa ada pengaruh dehidrasi terhadap

lama rawat inap penderita gastroenteritis yang dirawat inap di RSUD Sultan

Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian kohort yang dilakukan di RSU Dr.

Sarjito yang mendapatkan bahwa lama rawat pasien dengan dehidrasi lebih

panjang dari yag tidak dehidrasi (Palupi dkk, 2009). Akan tetapi, hasil penelitian

yang dilakukan di RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh mendapatkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara derajat dehidrasi dengan lama rawat diare akut. Debi

(2006) juga menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama

rawatan rata- rata berdasarkan dehidrasi ( p= 0,81).

5.5 Pengaruh Faktor Penyakit Penyerta Terhadap Lama Rawat Inap


Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

Disamping diagnosis utama Diare dan penyakit komplikasi beberapa

pasien juga memiliki penyakit penyerta yaitu diagnosis penyakit penyerta yang

ditulis oleh dokter dan tercantum di data Rekam Medis. Terdapat beberapa

penyakit penyerta pada penderita diare dimana 1 pasien pun bisa memiliki lebih

dari 2 penyakit penyerta sekaligus.

Pada penelitian ini penyakit penyerta terdiri dari penyakit DM, Hipertensi,

PJK, dan Gastritis. Pada hasil uji Log Rank yaitu p > 0,05 (p = 0,373) berarti tidak

ada pengaruh penyakit penyerta terhadap lama rawat penderita gastroenteritis di

RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017. Hal ini sejalan

Universitas Sumatera Utara


64

dengan penelitian yang dilakukan oleh Debi (2006) bahwa tidak ada pengaruh

signfikan penyakit penyerta dengan lama rawat penderita diare.Lama rawat diare

akut tergantung pada lama diare, berat-ringan penyakit dan riwayat sakit yang

berulang yang mempengaruhi proses penyembuhan dan pengembalian fungsi

mukosa usus (Fatimatuzzahra, 2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Fellasufa (2014) dengan judul “Tinjauan Lama Dirawat Pasien BPJS Penyakit

Diare dengan dan Tanpa Komplikasi Selama Triwulan I Tahun 2014 di RSUD

Dr.M. Ashari Kabupaten Pemalang” didapatkan bahwa , jumlah penderita Diare

yang tidak memiliki penyakit penyerta sebesar 91,55% lebih banyak

dibandingkan yang memiliki penyakit penyerta yaitu sebesar 8,45%. Penyakit

penyerta yang paling banyak diderita adalah Diabetes Melitus yaitu sebesar

57,1%. Penderita yang memiliki penyakit penyerta lebih lama dirawat daripada

yang tidak mempunyai penyakit penyerta.

5.6 Pengaruh Faktor Komplikasi Terhadap Lama Rawat Inap Penderita


Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2017

Adanya komplikasi yang menyertai penyakit gastroenteritis dapat

memengaruhi kesembuhan seseorang, karena tubuh menjadi lebih ekstra dalam

melawan penyakit. Beberapa komplikasi yang sering terjadi adalah hipokalemia

(dengan gejala materiorisme otot lemah bradikardi perubahan elektro diogram),

Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia, hiponatremi, syok

hipovalemik, asidosis, dan dehidrasi (Ngastiyah, 2005). Kematian bisa terjadi

karena penyakit gastroenteritis sehingga dibutuhkan pelayanan khusus.

Universitas Sumatera Utara


65

Penggunaan obat-obatan antibiotika sendiri bertujuan untuk mencegah terjadinya

komplikasi penyakit.

Pada penelitian ini,komplikasi yang diderita penderita gastroenteritis

terdiri atas Demam Thyfoid, Hipokalemia, Hipoglikemi, ISPA, dan Kejang

Demam Sederhana. Hasil uji Log Rankdapat dilihat bahwa variabel komplikasi

memiliki nilai p > 0,05 (p = 0,461) yang berarti bahwa tidak ada pengaruh

komplikasi terhadap lama rawat inap penderita gastroenteritis yang dirawat inap

di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Debi (2006)

menyatakan bahwa analisa statistik dengan menggunakan Chi-square diperoleh

hasil tidak ada perbedaan yang bermakna antara komplikasi dengan keadaan

sewaktu pulang/lama rawat. Lama rawat diare akut tergantung pada lama diare,

berat-ringan penyakit dan riwayat sakit yang berulang yang mempengaruhi proses

penyembuhan dan pengembalian fungsi mukosa usus (Fatimatuzzahra, 2005).

5.7 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Lama Rawat Inap Penderita


Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2017

Berdasarkan uji Log Rank pada analisis Kaplan Meier, variabel yang

secara signifikan berpengaruh terhadap lama rawat inap penderita gastroenteritis

yang dirawat inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

2017 adalahvariabel dehidrasi. Selanjutnya dilakukan pemodelan untuk

menentukan variabel yang berpengaruh terhadap survival time (lama rawat).

Tidak semua variabel memenuhi asumsi PH (Proportional Hazard). Variabel

yang memenuhi asumsi PH (Proportional Hazard) adalah dehidrasi sedangkan

Universitas Sumatera Utara


66

variabel yang tidak memenuhi asumsi PH (Proportional Hazard) yaitu variabel

umur, jenis kelamin, penyakit penyerta, dan komplikasi. Oleh karena itu, maka

dipilih analisis Cox Regression model interaksi. Pada analisis multivariat dengan

model interaksi, terdiri dari 4 tahap dengan cara pengeluaran variabel yang tidak

bermakna (nilai p > 0,05) secara bertahap satu demi satu dimulai dari variabel

yang memiliki nilai p terbesar hingga semua variabel yang ada dalam di dalam

model memiliki nilai p < 0,05. Sehingga didapatkan nilai p sebesar 0,042 yaitu

variabel interaksi antara dehidrasi dan umur yang berarti pemodelan dengan

interaksi dehidrasi dan umurmemiliki pengaruh terhadaplama rawat inap penderita

gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

2017.

Pada hari ke-3 penderita gastroenteritis memiliki nilai Hazard sebesar

0,316, penderita gastroenteritis dengan dehidrasi memiliki nilai Hazard sebesar

0,698 dan penderita dengan dehidrasi dan umur ≤ 5 tahun memiliki lama nilai

Hazard sebesar 0,389. Pada hari ke-4 penderita gastroenteritis memiliki nilai

Hazard sebesar 0,777. Penderita gastroenteritis dengan dehidrasi memiliki nilai

Hazard sebesar 1,717 dan penderita gastroenteritis dengan dehidrasi dan umur ≤

5 tahun memiliki nilai Hazard sebesar 0,957.

Ini menunjukkan setiap saat penderita gastroenteritis yang tidak

mengalami dehidrasi lebih cepat lama rawat inapnya dibandingkan dengan

penderita gastroenteritis yang mengalami dehidrasi dengan Hazard

Rasio2,209.Artinya setiap saat pasien gastroenteritis yang tidak mengalami

dehidrasi lama rawatnya 2,209 kali lebih cepat dibandingkan dengan penderita

Universitas Sumatera Utara


67

gastroenteritis dengan mengalami dehidrasi. Setiap saat pada penderita

gastroenteritis yang tidak mengalami dehidrasi dan tidak berumur ≤ 5 tahun lama

rawatnya 1,231 kali lebih cepat dibandingkan penderita gastroenteritis yang

mengalami dehidrasi dan yangberumur ≤ 5 tahun .

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiantari (2013)

menyatakan bahwa umur dan derajat dehidrasi berpengaruh terhadap lama rawat,

dimana anak usia 0-12 bulan lebih lama dirawat dari kelompok umur lainnya dan

pasien dengan dehidrasi berat juga memerlukan lama rawat jauh lebih panjang

dari pasien yang tidak dehidrasi atau yang mengalami dehidrasi ringan sampai

berat. Sangat penting untuk meningkatkan mutu pelayanan pasien diare apada

anak usia di bawah 5 tahun khususnya untuk bayi dan pasien dengan dehidrasi

berat.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Dari 136 kasus yang dianalisis, sebanyak 26 (19,1%) penderita mengalami

sensor dan sebanyak 110 (80,9%) penderita mengalami event. Pasien yang

tersensor adalah pasien yang pulang atas permintaan sendiri.

2. Lama rawat inap penderita gastroenteritis bervariasi dari 1 – 9 hari dengan rata-

rata 3,69 hari.

3. Faktor yang berpengaruh terhadap lama rawat inap penderita gastroenteritis di

RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017 adalah

dehidrasi dan interaksi antara dehidrasi dan umur.

4. Setiap saat penderita gastroenteritis yang mengalami dehidrasi lama rawatnya

2,209 kali lebih lama dibandingkan dengan penderita gastroenteritis yang tidak

mengalami dehidrasi.

5. Setiap saat penderita gastroenteritis yang mengalami dehidrasi dan yang

berumur ≤ 5 tahun lama rawatnya 1,231 kali lebih lama dibandingkan penderita

gastroenteritis yang tidak mengalami dehidrasi dan yang tidak berumur ≤ 5

tahun.

68
Universitas Sumatera Utara
69

6.2 Saran

1. Kepada peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian yang

bersifat prospektif dan dapat melakukan penelitian yang bersifat observasional,

tidak hanya mengambil data awal pasien. Kemudian disarankan juga untuk

lebih memperbanyak variabel yang diteliti diluar variabel dalam penelitian ini.

2. Disarankan kepada pihak rumah sakit, khususnya kepada pihak tenaga medis

agar lebih meningkatka npelayanan medis terhadap penderita gastroenteritis

yang mengalami dehidrasi khususnya dehidrasi pada penderita yang berumur ≤

5 tahun.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Amalia, NazwaWarda., Mauliza, Sri Wahyuni. 2015. Hubungan Kadar


Hemoglobin dengan Lama Rawat Pasien Anak Diare di Badan Layanan
Umum Daerah Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2015. Aceh: Universitas Malikussaleh.

Asmadi. 2012. Konsep Dasa rKeperawatan. Jakarta: EGC.

Black, R.E., Morris, S.S., and Bryce, J. 2003. Where and why are 10 million
children dying every year?Lancet . 361: 2226-2234.

Dahlan, Sopiyudin M., 2012. Analisis Survival :Dasar-dasar Teori dan Aplikasi
dengan Program SPSS. Jakarta: PT Epidemiologi Indonesia.

Debi, Nurfitriana. 2006. Karakteristik Balita Penderita Gastroenteritis yang


Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah DR.R.M.Djoelham Binjai
Tahun 2006. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Fellasufa, Ovia A. 2014. Tinjauan Lama Dirawat Pasien BPJS Penyakit Diare
Dengan dan Tanpa Komplikasi Selama Triwulan I Tahun 2014 Di RSUD
DR. M. Ashari Kabupaten Malang. Karya Tulis Ilmiah. Semarang:
Universitas Dian Nuswantoro
http://eprints.dinus.ac.id/7992/1/jurna13865.pdfdiaksespada 10 Maret.

Feriana, D.A.2011. Model Cox Stratifikasi.Skripsi.Depok: Universitas Indonesia.


http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/79534/Nita%20N
urmala%20-%20131810101032_.pdf?sequence=1diakses 18 Maret 2018

Fernandes, A.A.R., Solimun. 2016. Pemodelan Statistika pada Analisis


Reliabilitas dan Survival. Malang: UB Press.

Friedman, Gary D., 1993. Prinsip-prinsip Epidemiologi. Penerbit buku Yayasan


Essentia Medica, Yogyakarta.

Gunawan, Kiky Natalia. 2014. Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Lama


RawatDiarepadaAnak di RSUP Prof. DR.R.D Kandou.Vol 2, No
1.https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/3724 diakses
21 Mei 2018

Gustam.2012. Faktor Resiko Dehidrasi pada Remaja dan Dewasa. Skripsi.


Bogor: InstitutPertanian Bogor.http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream
/123456789/54399/1/I12gus.pdfdiakses 18 Mei 2018.

70
Universitas Sumatera Utara
71

Huryamin, M. Rizky. 2013. HubunganPemberian Zinc (Zn) pada Anak Diare


dengan Lama Rawat Inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/22382/9/Naskah_publikasi.pdfdiakses 08 April
2018.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Buletin Diare Jendela Data dan Informasi
Kesehatan: Situasi Diare di Indonesia. http://www.depkes.go.id/
download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-diare.pdfdiakses 04
April 2018.

Kleinbaum, D.G., Klein M. 2005.Survival analysis a self-learning Text Second


Edition. New York: Springer.

Kunoli, Firdaus J., 2013. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular Untuk


Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media.

Maryanti E, Dwintasari SW, Lesmana SD, Mandela H, Herlina S. 2012. Profil


Penderita Diare Anak di Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru. Jurnal Online
Mahasiswa (JOM) KedokteranUniversitas Riau.

Murti, Bisma. 1997. Prinsip Dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta:


Universitas Gajah Mada.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. http://www.depkes.go.id/resources/download/


general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdfdiakses 27 Januari 2018.

Sastroasmoro, Sudigdo. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinisedisi 3.


Jakarta: Sagung.

Sodikin.2012. Prinsip Perawatan Demam pada Anak. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Shanty, Meita., 2011. Penyakit Saluran Pencernaan: Pedoman Menjaga dan


Merawat Kesehatan Pencernaan. Yogyakarta: Katahati.

Suharyono.2012. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Jakarta: PT RinekaCipta.

Wibisono,E.,Putra, D.S.,Anggraini, D., 2015.Korelasi Status Gizi dan Durasi


Diare pada Balita dengan Diare Akut di Ruang Rawat Inap Anak RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau.JOM FK Volume 2.No. 2.

Widiantari G.A.D., Ketut, W.T., 2013. Lama Rawat Inap Penderita Diare Akut
Pada Anak Usia Di Bawah Lima Tahun Dan Faktor Yang Berpengaruh Di
Badan Rumah Sakit Umum Tabanan Tahun 2011. Community Health.Vol
1.Halaman 18 – 28.

Universitas Sumatera Utara


72

Yasril., Kasjono, H.S., 2009. Analisis Multivariat Untuk Penelitian Kesehatan.


Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3
MASTER DATA

No Status Tgl Masuk Tgl Keluar Lama Rawat Umur Jenkel Dehidrasi Peny. Penyerta Komplikasi

1 Event (Sembuh) 01.01.2017 05.01.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
2 Event (Sembuh) 02.01.2017 05.01.2017 3 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
3 Sensor (PAPS) 01.01.2017 03.01.2017 4 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
4 Event (Sembuh) 04.01.2017 07.01.2017 3 hari <= 5 tahun Perempuan Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
5 Event (Sembuh) 04.01.2017 08.01.2017 4 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
6 Event (Sembuh) 06.01.2017 09.01.2017 3 hari <= 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
7 Event (Sembuh) 05.01.2017 10.01.2017 5 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Ada Ada
8 Event (Sembuh) 10.01.2017 12.01.2017 2 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
9 Event (Sembuh) 10.01.2017 14.01.2017 4 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
10 Event (Sembuh) 09.01.2017 12.01.2017 3 hari > 5 tahun Perempuan Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
11 Event (Sembuh) 13.01.2017 16.01.2017 3 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
12 Event (Sembuh) 23.01.2017 27.01.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
13 Event (Sembuh) 21.01.2017 25.01.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
14 Sensor (PAPS) 27.01.2017 30.01.2017 3 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
15 Sensor (PAPS) 26.01.2017 30.01.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
16 Event (Sembuh) 26.01.2017 30.01.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
17 Event (Sembuh) 01.02.2017 04.02.2017 3 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
18 Event (Sembuh) 29.01.2017 03.02.2017 5 hari <= 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
19 Sensor (PAPS) 04.02.2017 07.02.2017 3 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
20 Event (Sembuh) 06.02.2017 12.02.2017 6 hari <= 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
21 Sensor (PAPS) 09.02.2017 12.02.2017 3 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Ada Ada
22 Event (Sembuh) 18.02.2017 23.02.2017 5 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
23 Event (Sembuh) 01.03.2017 02.03.2017 1 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Ada Ada
24 Event (Sembuh) 01.03.2017 07.03.2017 6 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
25 Event (Sembuh) 03.03.2017 08.03.2017 5 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
26 Event (Sembuh) 09.03.2017 13.03.2017 4 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
27 Event (Sembuh) 11.03.2017 13.03.2017 2 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Ada Ada

Universitas Sumatera Utara


28 Event (Sembuh) 22.03.2017 29.03.2017 7 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
29 Event (Sembuh) 23.03.2017 25.03.2017 2 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
30 Event (Sembuh) 20.03.2017 26.03.2017 6 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
31 Event (Sembuh) 25.03.2017 27.03.2017 2 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
32 Event (Sembuh) 26.03.2017 28.03.2017 2 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
33 Sensor (PAPS) 04.04.2017 07.04.2017 3 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
34 Event (Sembuh) 08.04.2017 12.04.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
35 Event (Sembuh) 12.04.2017 17.04.2017 5 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
36 Event (Sembuh) 23.04.2017 25.04.2017 2 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
37 Event (Sembuh) 28.04.2017 29.04.2017 1 hari <= 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
38 Event (Sembuh) 01.05.2017 09.05.2017 8 hari > 5 tahun Perempuan Mengalami dehidrasi Ada Ada
39 Event (Sembuh) 12.05.2017 16.05.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
40 Event (Sembuh) 15.05.2017 20.05.2017 5 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
41 Sensor (PAPS) 17.05.2017 20.05.2017 3 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
42 Event (Sembuh) 16.05.2017 20.05.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
43 Event (Sembuh) 16.05.2017 20.05.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
44 Sensor (PAPS) 19.05.2017 22.05.2017 3 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
45 Sensor (PAPS) 19.05.2017 22.05.2017 3 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
46 Event (Sembuh) 18.05.2017 21.05.2017 3 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
47 Event (Sembuh) 22.05.2017 26.05.2017 4 hari > 5 tahun Perempuan Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
48 Event (Sembuh) 29.05.2017 31.05.2017 2 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
49 Sensor (PAPS) 27.05.2017 31.05.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
50 Event (Sembuh) 31.05.2017 03.06.2017 3 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Ada Ada
51 Event (Sembuh) 05.06.2017 09.06.2017 4 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
52 Event (Sembuh) 05.06.2017 11.06.2017 6 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Ada Ada
53 Event (Sembuh) 08.06.2017 12.06.2017 4 hari <= 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
54 Event (Sembuh) 10.06.2017 13.06.2017 3 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
55 Event (Sembuh) 12.06.2017 14.06.2017 2 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
56 Event (Sembuh) 12.06.2017 15.06.2017 3 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
57 Event (Sembuh) 13.06.2017 16.06.2017 3 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
58 Sensor (PAPS) 20.06.2017 23.06.2017 3 hari <= 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
59 Event (Sembuh) 22.06.2017 26.06.2017 4 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada

Universitas Sumatera Utara


60 Sensor (PAPS) 25.06.2017 26.06.2017 1 hari <= 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
61 Sensor (PAPS) 13.07.2017 18.07.2017 5 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
62 Event (Sembuh) 13.07.2017 15.07.2017 2 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
63 Event (Sembuh) 14.07.2017 18.07.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
64 Event (Sembuh) 11.07.2017 15.07.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
65 Event (Sembuh) 17.07.2017 20.07.2017 3 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
66 Event (Sembuh) 15.07.2017 19.07.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
67 Event (Sembuh) 17.07.2017 19.07.2017 2 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
68 Event (Sembuh) 18.07.2017 21.07.2017 3 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
69 Event (Sembuh) 19.07.2017 21.07.2017 2 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
70 Sensor (PAPS) 17.07.2017 22.07.2017 5 hari <= 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
71 Sensor (PAPS) 23.07.2017 28.07.2017 5 hari <= 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
72 Event (Sembuh) 21.07.2017 25.07.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
73 Sensor (PAPS) 24.07.2017 28.07.2017 4 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
74 Event (Sembuh) 26.07.2017 28.07.2017 2 hari <= 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
75 Event (Sembuh) 27.07.2017 28.07.2017 1 hari <= 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
76 Sensor (PAPS) 26.07.2017 29.07.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
77 Event (Sembuh) 26.07.2017 29.07.2017 4 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
78 Event (Sembuh) 27.07.2017 29.07.2017 2 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
79 Event (Sembuh) 03.08.2017 07.08.2017 4 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
80 Event (Sembuh) 02.08.2017 07.08.2017 5 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
81 Sensor (PAPS) 06.08.2017 12.08.2017 6 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
82 Event (Sembuh) 01.08.2017 08.08.2017 7 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Ada Ada
83 Event (Sembuh) 08.08.2017 11.08.2017 3 hari <= 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
84 Event (Sembuh) 08.08.2017 11.08.2017 3 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
85 Event (Sembuh) 14.08.2017 19.08.2017 5 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
86 Event (Sembuh) 15.08.2017 19.08.2017 4 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
87 Sensor (PAPS) 17.08.2017 19.08.2017 2 hari <= 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
88 Sensor (PAPS) 24.08.2017 25.08.2017 1 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
89 Sensor (PAPS) 17.08.2017 23.08.2017 6 hari > 5 tahun Perempuan Mengalami dehidrasi Ada Ada
90 Sensor (PAPS) 02.09.2017 03.09.2017 1 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
91 Event (Sembuh) 02.09.2017 07.09.2017 5 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada

Universitas Sumatera Utara


92 Event (Sembuh) 07.09.2017 08.09.2017 1 hari <= 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
93 Event (Sembuh) 04.09.2017 08.09.2017 4 hari <= 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
94 Event (Sembuh) 06.09.2017 10.09.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
95 Event (Sembuh) 10.09.2017 12.09.2017 2 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
96 Event (Sembuh) 12.09.2017 16.09.2017 4 hari <= 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
97 Event (Sembuh) 18.09.2017 22.09.2017 4 hari <= 5 tahun Perempuan Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
98 Sensor (PAPS) 21.09.2017 26.09.2017 5 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
99 Event (Sembuh) 20.09.2017 24.09.2017 3 hari <= 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
100 Event (Sembuh) 24.09.2017 29.09.2017 5 hari <= 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
101 Event (Sembuh) 26.09.2017 29.09.2017 3 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
102 Event (Sembuh) 29.09.2017 03.10.2017 5 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
103 Event (Sembuh) 29.09.2017 01.10.2017 3 hari <= 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
104 Event (Sembuh) 28.09.2017 02.10.2017 5 hari <= 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
105 Sensor (PAPS) 04.10.2017 06.10.2017 4 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
106 Event (Sembuh) 04.10.2017 07.10.2017 3 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
107 Event (Sembuh) 06.10.2017 10.10.2017 4 hari > 5 tahun Perempuan Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
108 Event (Sembuh) 12.10.2017 17.10.2017 5 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
109 Event (Sembuh) 15.10.2017 21.10.2017 6 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
110 Event (Sembuh) 13.10.2017 15.10.2017 2 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
111 Event (Sembuh) 13.10.2017 16.10.2017 3 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
112 Event (Sembuh) 18.10.2017 20.10.2017 2 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
113 Event (Sembuh) 19.10.2017 23.10.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
114 Event (Sembuh) 20.10.2017 23.10.2017 3 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
115 Event (Sembuh) 26.10.2017 30.10.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
116 Event (Sembuh) 27.10.2017 01.11.2017 5 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
117 Event (Sembuh) 31.10.2017 03.11.2017 3 hari <= 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
118 Event (Sembuh) 01.11.2017 06.11.2017 5 hari <= 5 tahun Perempuan Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
119 Event (Sembuh) 02.11.2017 07.11.2017 5 hari <= 5 tahun Perempuan Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
120 Event (Sembuh) 05.11.2017 08.11.2017 3 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
121 Event (Sembuh) 10.11.2017 13.11.2017 3 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
122 Event (Sembuh) 12.11.2017 17.11.2017 5 hari <= 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
123 Event (Sembuh) 21.11.2017 25.11.2017 4 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada

Universitas Sumatera Utara


124 Event (Sembuh) 24.11.2017 26.11.2017 2 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
125 Event (Sembuh) 23.11.2017 27.11.2017 4 hari > 5 tahun Perempuan Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
126 Sensor (PAPS) 01.12.2017 02.12.2017 1 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
127 Event (Sembuh) 05.12.2017 08.12.2017 3 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
128 Event (Sembuh) 12.12.2017 14.12.2017 2 hari <= 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
129 Event (Sembuh) 15.12.2017 19.12.2017 4 hari <= 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
130 Sensor (PAPS) 21.12.2017 26.12.2017 5 hari > 5 tahun Perempuan Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
131 Event (Sembuh) 19.12.2017 22.12.2017 3 hari <= 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
132 Event (Sembuh) 13.12.2017 21.12.2017 8 hari > 5 tahun Perempuan Mengalami dehidrasi Ada Ada
133 Event (Sembuh) 16.12.2017 25.12.2017 9 hari > 5 tahun Perempuan Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
134 Event (Sembuh) 26.12.2017 30.12.2017 4 hari > 5 tahun Perempuan Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
135 Event (Sembuh) 26.12.2017 30.12.2017 4 hari <= 5 tahun Perempuan Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
136 Event (Sembuh) 28.12.2017 31.12.2017 3 hari <= 5 Perempuan Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4
Hasil Output Analisis SPSS

Analisis Univariat

1. Ukuran Statistik Lama Rawat Inap Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap
di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang bedagai Tahun 2017
Statistics

PersonTime
N Valid 136
Missing 0
Mean 3.69
Median 4.00
Std. Deviation 1.478
Minimum 1
Maximum 9

2. Proporsi Event dan Sensor

Status

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sensor (PAPS) 26 19.1 19.1 19.1
Event (Sembuh) 110 80.9 80.9 100.0
Total 136 100.0 100.0

3. Frekuensi Lama Rawat

PersonTime

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 hari 8 5.9 5.9 5.9
2 hari 19 14.0 14.0 19.9
3 hari 35 25.7 25.7 45.6
4 hari 40 29.4 29.4 75.0
5 hari 22 16.2 16.2 91.2
6 hari 7 5.1 5.1 96.3
7 hari 2 1.5 1.5 97.8
8 hari 2 1.5 1.5 99.3
9 hari 1 .7 .7 100.0
Total 136 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


4. Frekuensi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Kelompok Umur
Kel.umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 5 50 36.8 36.8 36.8
>5 86 63.2 63.2 100.0
Total 136 100.0 100.0

5. Frekuensi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Jenis Kelamin


JenKel

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perempuan 60 44.1 44.1 44.1
Laki-laki 76 55.9 55.9 100.0
Total 136 100.0 100.0

6. Frekuensi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Dehidrasi


Dehidrasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak mengalami
90 66.2 66.2 66.2
dehidrasi
Mengalami dehidrasi 46 33.8 33.8 100.0
Total 136 100.0 100.0

7. Frekuensi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Penyakit Penyerta


Peny.Penyerta

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak ada 108 79.4 79.4 79.4
Ada 28 20.6 20.6 100.0
Total 136 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


7. Frekuensi Penderita Gastroenteritis Berdasarkan Komplikasi

Komplikasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak ada 81 59.6 59.6 59.6
Ada 55 40.4 40.4 100.0
Total 136 100.0 100.0

8. Karakteristik Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Sultan


Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017

a. Kelompok Umur
Kel.umur * Status Crosstabulation

Status
Sensor Event
(PAPS) (Sembuh) Total
Kel. <= 5 Count 14 36 50
umur % within Kel.umur 28.0% 72.0% 100.0%
% within Status 53.8% 32.7% 36.8%
>5 Count 12 74 86
% within Kel.umur 14.0% 86.0% 100.0%
% within Status 46.2% 67.3% 63.2%
Total Count 26 110 136
% within Kel.umur 19.1% 80.9% 100.0%
% within Status 100.0% 100.0% 100.0%

b. Jenis Kelamin
JenKel * Status Crosstabulation

Status
Sensor Event
(PAPS) (Sembuh) Total
JenKel Perempuan Count 14 46 60
% within JenKel 23.3% 76.7% 100.0%
% within Status 53.8% 41.8% 44.1%
Laki-laki Count 12 64 76
% within JenKel 15.8% 84.2% 100.0%
% within Status 46.2% 58.2% 55.9%
Total Count 26 110 136
% within JenKel 19.1% 80.9% 100.0%
% within Status 100.0% 100.0% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


c. Dehidrasi
Dehidrasi * Status Crosstabulation

Status
Sensor Event
(PAPS) (Sembuh) Total
Dehidrasi Tidak mengalami Count 21 69 90
dehidrasi % within Dehidrasi 23.3% 76.7% 100.0%
% within Status 80.8% 62.7% 66.2%
Mengalami dehidrasi Count 5 41 46
% within Dehidrasi 10.9% 89.1% 100.0%
% within Status 19.2% 37.3% 33.8%
Total Count 26 110 136
% within Dehidrasi 19.1% 80.9% 100.0%
% within Status 100.0% 100.0% 100.0%

d. Penyakit Penyerta
Peny.Penyerta * Status Crosstabulation

Status
Sensor Event
(PAPS) (Sembuh) Total
Peny.Penyerta Tidak ada Count 20 88 108
% within Peny.Penyerta 18.5% 81.5% 100.0%
% within Status 76.9% 80.0% 79.4%
Ada Count 6 22 28
% within Peny.Penyerta 21.4% 78.6% 100.0%
% within Status 23.1% 20.0% 20.6%
Total Count 26 110 136
% within Peny.Penyerta 19.1% 80.9% 100.0%
% within Status 100.0% 100.0% 100.0%

e. Komplikasi
Komplikasi * Status Crosstabulation

Status
Sensor Event
(PAPS) (Sembuh) Total
Komplikasi Tidak ada Count 17 64 81
% within Komplikasi 21.0% 79.0% 100.0%
% within Status 65.4% 58.2% 59.6%
Ada Count 9 46 55
% within Komplikasi 16.4% 83.6% 100.0%
% within Status 34.6% 41.8% 40.4%
Total Count 26 110 136
% within Komplikasi 19.1% 80.9% 100.0%
% within Status 100.0% 100.0% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


Pengecekan Asumsi PH

1. Variabel yang memenuhi asumsi PH

a. Variabel Dehidrasi
Means and Medians for Survival Time
a
Mean Median
95% Confidence Interval 95% Confidence Interval
Dehidrasi Estimate Std. Error Lower Bound Upper Bound Estimate Std. Error Lower Bound Upper Bound
Tidak mengalami
3.646 .178 3.297 3.994 3.000 .226 2.556 3.444
dehidrasi
Mengalami dehidrasi 4.936 .233 4.479 5.392 4.000 .205 3.599 4.401
Overall 4.119 .160 3.806 4.432 4.000 .149 3.708 4.292
a. Estimation is limited to the largest survival time if it is censored.

Overall Comparisons

Chi-Square df Sig.
Log Rank (Mantel-Cox) 14.002 1 .000
Test of equality of survival distributions for the different levels of
Dehidrasi.

Universitas Sumatera Utara


2. Variabel yang tidak memenuhi asumsi PH

a. Variabel Umur
Means and Medians for Survival Time
a
Mean Median
95% Confidence Interval 95% Confidence Interval
Kel.umur Estimate Std. Error Lower Bound Upper Bound Estimate Std. Error Lower Bound Upper Bound
<= 5 4.618 .281 4.066 5.170 4.000 .242 3.526 4.474
>5 3.890 .196 3.507 4.274 4.000 .186 3.635 4.365
Overall 4.119 .160 3.806 4.432 4.000 .149 3.708 4.292
a. Estimation is limited to the largest survival time if it is censored.

Overall Comparisons

Chi-Square df Sig.
Log Rank (Mantel-Cox) 3.440 1 .064
Test of equality of survival distributions for the different levels of
Kel.umur.

Survival Functions

1.0 Kel.umur
<= 5
>5
<= 5-censored
> 5-censored
0.8
Cum Survival

0.6

0.4

0.2

0.0

0 2 4 6 8 10
PersonTime

Universitas Sumatera Utara


b. Variabel Jenis Kelamin

Means and Medians for Survival Time


a
Mean Median
95% Confidence Interval 95% Confidence Interval
JenKel Estimate Std. Error Lower Bound Upper Bound Estimate Std. Error Lower Bound Upper Bound
Perempuan 4.126 .303 3.532 4.721 4.000 .246 3.517 4.483
Laki-laki 4.143 .168 3.814 4.472 4.000 .177 3.653 4.347
Overall 4.119 .160 3.806 4.432 4.000 .149 3.708 4.292
a. Estimation is limited to the largest survival time if it is censored.

Overall Comparisons

Chi-Square df Sig.
Log Rank (Mantel-Cox) .190 1 .663
Test of equality of survival distributions for the different levels of
JenKel.

Survival Functions

1.0 JenKel
Perempuan
Laki-laki
Perempuan-censored
Laki-laki-censored
0.8
C um S urvival

0.6

0.4

0.2

0.0

0 2 4 6 8 10
PersonTime

Universitas Sumatera Utara


c. Variabel Penyakit Penyerta

Means and Medians for Survival Time


a
Mean Median
95% Confidence Interval 95% Confidence Interval
Peny.Penyerta Estimate Std. Error Lower Bound Upper Bound Estimate Std. Error Lower Bound Upper Bound
Tidak ada 4.063 .178 3.714 4.411 4.000 .146 3.713 4.287
Ada 4.473 .449 3.594 5.352 4.000 .718 2.592 5.408
Overall 4.119 .160 3.806 4.432 4.000 .149 3.708 4.292
a. Estimation is limited to the largest survival time if it is censored.

Overall Comparisons

Chi-Square df Sig.
Log Rank (Mantel-Cox) .793 1 .373
Test of equality of survival distributions for the different levels of
Peny.Penyerta.

Survival Functions

1.0 Peny.Penyerta
Tidak ada
Ada
Tidak ada -censored
Ada -censored
0.8
Cum Survival

0.6

0.4

0.2

0.0

0 2 4 6 8 10
PersonTime

Universitas Sumatera Utara


d. Variabel Komplikasi

Means and Medians for Survival Time


a
Mean Median
95% Confidence Interval 95% Confidence Interval
Komplikasi Estimate Std. Error Lower Bound Upper Bound Estimate Std. Error Lower Bound Upper Bound
Tidak ada 4.023 .214 3.605 4.442 4.000 .210 3.587 4.413
Ada 4.254 .246 3.772 4.735 4.000 .209 3.590 4.410
Overall 4.119 .160 3.806 4.432 4.000 .149 3.708 4.292
a. Estimation is limited to the largest survival time if it is censored.

Overall Comparisons

Chi-Square df Sig.
Log Rank (Mantel-Cox) .544 1 .461
Test of equality of survival distributions for the different levels of
Komplikasi.

Survival Functions

1.0 Komplikasi
Tidak ada
Ada
Tidak ada -censored
Ada-censored
0.8
Cum Survival

0.6

0.4

0.2

0.0

0 2 4 6 8 10
PersonTime

Universitas Sumatera Utara


Analisis Bivariat

1. Variabel Dehidrasi

Categorical Variable Codingsc


a
Frequency (1)
Dehidrasi b 0=Tidak mengalami
90 1
dehidrasi
1=Mengalami dehidrasi 46 0
a. The (0,1) variable has been recoded, so its coefficients
will not be the same as for indicator (0,1) coding.
b. Indicator Parameter Coding
c. Category variable: Dehidrasi

Block 0: Beginning Block

Omnibus Tests of Model Coefficients

-2 Log
Likelihood
915.561

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficientsa,b

-2 Log Overall (score) Change From Previous Step Change From Previous Block
Likelihood Chi-square df Sig. Chi-square df Sig. Chi-square df Sig.
906.041 9.389 1 .002 9.520 1 .002 9.520 1 .002
a. Beginning Block Number 0, initial Log Likelihood function: -2 Log likelihood: 915.561
b. Beginning Block Number 1. Method = Enter

Variables in the Equation

95.0% CI for Exp(B)


B SE Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Dehidrasi .623 .206 9.126 1 .003 1.865 1.245 2.795

Universitas Sumatera Utara


Analisis Multivariat

Categorical Variable Codingsc,d,e,f,g


a
Frequency (1)
Kel.umurb 0=<= 5 50 1
1=> 5 86 0
JenKelb 0=Perempuan 60 1
1=Laki-laki 76 0
Dehidrasi b 0=Tidak mengalami
90 1
dehidrasi
1=Mengalami dehidrasi 46 0
Peny.Penyertab 0=Tidak ada 108 1
1=Ada 28 0
Komplikasi b 0=Tidak ada 81 1
1=Ada 55 0
a. The (0,1) variable has been recoded, so its coefficients will
not be the same as for indicator (0,1) coding.
b. Indicator Parameter Coding
c. Category variable: Kel.umur
d. Category variable: JenKel
e. Category variable: Dehidrasi
f. Category variable: Peny.Penyerta
g. Category variable: Komplikasi

Block 0: Beginning Block

Omnibus Tests of Model Coefficients

-2 Log
Likelihood
915.561

Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)

e,f
Omnibus Tests of Model Coefficients

-2 Log Overall (score) Change From Previous Step Change From Previous Block
Step Likelihood Chi-square df Sig. Chi-square df Sig. Chi-square df Sig.
1a 898.926 18.054 5 .003 16.635 5 .005 16.635 5 .005
2b 899.534 17.368 4 .002 .609 1 .435 16.027 4 .003
3c 900.358 16.245 3 .001 .823 1 .364 15.203 3 .002
4d 901.493 14.860 2 .001 1.135 1 .287 14.068 2 .001
a. Variable(s) Entered at Step Number 1: Dehidrasi Dehidrasi*Kel.umur Dehidrasi*JenKel Dehidrasi*Peny.Penyerta
Dehidrasi*Komplikasi
b. Variable Removed at Step Number 2: Dehidrasi*Komplikasi
c. Variable Removed at Step Number 3: Dehidrasi*Peny.Penyerta
d. Variable Removed at Step Number 4: Dehidrasi*JenKel
e. Beginning Block Number 0, initial Log Likelihood function: -2 Log likelihood: 915.561
f. Beginning Block Number 1. Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)

Universitas Sumatera Utara


Variables in the Equation

95.0% CI for Exp(B)


B SE Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step Dehidrasi 1.079 .395 7.463 1 .006 2.943 1.357 6.383
1 Dehidrasi*Kel.umur -.573 .289 3.916 1 .048 .564 .320 .995
Dehidrasi*JenKel .339 .254 1.776 1 .183 1.403 .853 2.309
Dehidrasi*Peny.Penyerta -.368 .328 1.265 1 .261 .692 .364 1.315
Dehidrasi*Komplikasi -.206 .263 .615 1 .433 .814 .486 1.362
Step Dehidrasi .908 .330 7.556 1 .006 2.480 1.298 4.741
2 Dehidrasi*Kel.umur -.578 .289 3.981 1 .046 .561 .318 .990
Dehidrasi*JenKel .297 .249 1.430 1 .232 1.346 .827 2.191
Dehidrasi*Peny.Penyerta -.290 .311 .865 1 .352 .748 .406 1.378
Step Dehidrasi .690 .241 8.235 1 .004 1.995 1.245 3.197
3 Dehidrasi*Kel.umur -.604 .288 4.414 1 .036 .546 .311 .960
Dehidrasi*JenKel .262 .245 1.145 1 .285 1.299 .804 2.100
Step Dehidrasi .793 .217 13.346 1 .000 2.210 1.444 3.381
4 Dehidrasi*Kel.umur -.585 .287 4.146 1 .042 .557 .317 .978

Survival Table

Baseline At mean of covariates


Time Cum Hazard Survival SE Cum Hazard
1 .019 .972 .013 .028
2 .118 .839 .029 .175
3 .316 .624 .037 .472
4 .777 .314 .033 1.159
5 1.284 .147 .025 1.916
6 1.663 .084 .021 2.481
7 2.119 .042 .018 3.161
8 3.218 .008 .007 4.800
9 . .000 . .

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai