SKRIPSI
Oleh
Oleh
SERDANG BEDAGAI TAHUN 2017” beserta seluruh isinya adalah benar hasil
karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam
masyarakat. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap
iii
iv
Puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
SERDANG BEDAGAI TAHUN 2017” yang merupakan salah satu syarat untuk
dan motivasi serta dukungan baik moril maupun material dari berbagai pihak,
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. dr. Surya Dharma, M.P.H selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
Utara.
6. Prof. Drs. Heru Santosa, M.S., Ph.D dan Drs. Abdul Jalil Amri Arma,
Sumatera Utara.
10. dr. Nanda Satria selaku Direktur RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten
ini.
11. Terkhusus buat Ayahanda tercinta Payaman Hutajulu dan Ibunda Wealty
12. Saudara terbaik kakanda, abangda, dan adinda penulis yang telah memberi
vi
penelitian ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan adanya saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini agar menjadi
vii
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN i
HALAMAN PERNYATAAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
RIWAYAT HIDUP xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan Penelitian 7
1.3.1 Tujuan Umum 7
1.3.2 Tujuan Khusus 7
1.4 Manfaat Penelitian 8
viii
BAB V PEMBAHASAN 61
5.1 Distribusi Frekuensi Lama Rawat Inap 61
5.2 Pengaruh Faktor Umur terhadap Lama Rawat Inap 61
5.3 Pengaruh Faktor Jenis Kelamin terhadap Lama Rawat Inap 62
5.4 Pengaruh Faktor Derajat Dehidrasi terhadap Lama Rawat Inap 63
5.5 Pengaruh Faktor Penyakit Penyerta terhadap Lama Rawat Inap 64
5.6 Pengaruh Faktor Komplikasi terhadap Lama Rawat Inap 65
5.7 Faktor-faktor yang Memengaruhi Lama Rawat Inap 66
DAFTAR PUSTAKA 71
ix
Halaman
Tabel 3.1 AspekPengukuran 38
xi
Halaman
Gambar 2.1 Kurva Kaplan Meier 13
xii
Lampiran4. Output
xiii
keempat dari lima bersaudara pasangan Ayahanda Payaman Hutajulu dan Ibunda
Wealty Sinaga.
Rampah pada tahun 2001 dan selesai tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Sei Rampah pada tahun 2007 dan selesai tahun 2010, Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Sei Rampah pada tahun 2010 dan selesai tahun 2013, pada tahun
xiv
PENDAHULUAN
era globalisasi saat ini, ilmu statistika sangat berkembang pesat dan banyak
analisis yang sangat bermanfaat dalam bidang kesehatan adalah analisis survival
(Fernandes, 2016).
variabel yang menjadi fokus adalah waktu sampai terjadi suatu event (Kleinbaum
dan Klein, 2005).Waktu yang dimaksud adalah tahun, bulan, minggu, atau hari
merujuk variabel waktu (time) sebagai waktu survival, sebab waktu survival
hubungan antar waktu kejadian (time to failure) dan variabel bebas (covariate)
terjadinya suatu event, sehingga analisis survival seringkali disebut analisis waktu
periode pengamatan atau sampai terjadinya suatu event yang diinginkan disebut
survival time atau failure time. Jadi, survival time adalah suatu variabel yang
mengukur waktu dari sebuah titik awal tertentu misalnya, waktu di mana suatu
perlakuan dimulai sampai dengan sebuah titik akhir yang ingin diperhatikan
(Feriana, 2011).
analisis survival adalah kumpulan dari prosedur statistik untuk menganalisis data
dimana variabel outcome yang diteliti adalah waktu (time) sampai suatu kejadian
(event) muncul.Time adalah tahun, bulan, minggu, atau hari dimulai dari awal
kejadian lain sesuai dengan kepentingan peneliti. Dalam analisis survival, variabel
waktu sebagai survival time, karena variabel ini menunjukkan waktu dari
flu lambung, karena yang paling sering menyebabkan gastroenteritis adalah virus.
biasanya menyebabkan diare, kram perut, mual, dan mungkin muntah. Pasien
penderita gastroenteritis biasanya tidak memiliki darah atau nanah dalam tinjanya
dan kadang tidak mengalami demam. Itu sebabnya gastroenteritis sering disebut
dengan diare. Namun gastroenteritis juga bisa dianggap sebagai gejala dari
penyakit lain. Misalnya, orang yang memiliki gejala gastroenteritis dan akhirnya
gastroenteritis (mual, muntah, kram perut, dan diare) biasanya berlangsung hanya
seperti parasit, racun, alergi makanan, dan obat-obatan. Penyakit diare merupakan
nomor 1 pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan
sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare. Sebagian kematian
kematian diare menurun, angka kesakitan karena diare tetap tinggi terutama di
mortalitas yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,
kecenderungan insidensnya naik. Pada tahun 2000 Insiden Rate penyakit Diare
301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006
naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk.
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang
masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus
8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24
Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR
1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.). Berdasarkan Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar
dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama
kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata
menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat
Indonesia adalah 3,5 %.Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Papua
(6,3%), Sulawesi Selatan (5,2%), Aceh (5,0%), Sulawesi Barat (4,7%), dan
adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare. Insiden diare balita di
Indonesia adalah 6,7%. Lima provinsi dengan insiden diare balita tertinggi adalah
Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan
Banten (8,0%). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-
Umur dan dehidrasi dapat memengaruhi lama rawat inap pasien akut diare
pada anak di bawah 5 tahun (Widiantari dan Ketut, 2013). Persentase lama rawat
penderita yang memiliki penyakit penyerta lebih lama dirawat inap daripada yang
tidak mempunyai penyakit. Dilihat dari golongan jenis kelamin, pasien dengan
kasus penyakit diare yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak terserang
penyakit diare dengan persentase sebesar 63% dibanding dengan pasien berjenis
kelamin laki – laki dengan persentase sebesar 37%. Meskipun kejadian diare
didapatkan pada semua ras, laki – laki dan perempuan sama banyak terkena,
kecuali infeksi Campilobacter sp banyak terjadi pada kasus perempuan dari pada
Oleh karena itu, maka dalam penelitian ini akan dibahas tentang pengaruh
faktor umur, jenis kelamin, dehidrasi, penyakit penyerta, dan komplikasi terhadap
lama rawat inap penderita gastroenteritis. Salah satu alasan mengapa analisis
adalah untuk melihat rerata lama perawatan atau Average Length of Stay (ALOS).
ALOS merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan mutu pelayanan perawatan. Apabila ALOS tinggi, maka dikatakan
mutu pelayanan rumah sakit buruk. Di samping itu, ALOS yang tinggi juga
Bedagai, karena berdasarkan laporan catatan rekam medis tahun 2017 penyakit
rawat inap. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka
2017.”
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengaruh faktor umur terhadap lama rawat inap penderita
2017.
b. Untuk mengetahui pengaruh faktor jenis kelamin terhadap lama rawat inap
d. Untuk mengetahui pengaruh faktor penyakit penyerta terhadap lama rawat inap
c. Sebagai masukan bagi pihak rumah sakit untuk menduga faktor–faktor yang
d. Sebagai masukan bagi pihak rumah sakit untuk memperbaiki program layanan
TINJAUAN PUSTAKA
hidup. Sedangkan analisis survival disebut juga analisis kelangsungan hidup atau
outcome yang diteliti adalah waktu (time) sampai suatu kejadian (event)
muncul.Time adalah tahun, bulan, minggu, atau hari dimulai dari awal
kejadian lain sesuai dengan kepentingan peneliti. Dalam analisis survival, variabel
waktu sebagai survival time, karena variabel ini menunjukkan waktu dari
Pada analisis survival ada problem yang terjadi pada waktu pengamatan,
bahwa kita tidak mengetahui time yang kita ukur secara pasti (sensor), hal ini
terjadi karena :
2. Orang yang kita amati hilang dalam pengamatan (lost to follow up).
3. Orang yang kita amati meninggal yang terjadi bukan karena event (withdrawn).
9
Universitas Sumatera Utara
10
hazard dari data survival, misalnya kanker, mati, post operasi dan lain-lain.
2. Membandingkan fungsi survivor dan fungsi hazard pada dua atau lebih
kelompok.
Dikenal dengan nama metode akturial atau cutler ederer, metode ini
yang akan dipelajari (Sastroasmoro, 2002). Pada metode akturial dibuat interval
Syarat dan asumsi yang harus dipenuhi pada metode ini adalah :
a. Saat awal pengamatan harus jelas. Bergantung dari jenis penyakit yang diteliti,
saat mulai pengamatan dapat berupa mula timbulnya keluhan, saat diagnosis
b. Efek yang diteliti harus jelas, harus berskala nominal dikotom (dianggap
bersifat multiple (setiap subjek hanya dapat mengalami efek satu kali). Bila
efek dapat terjadi berungkali, efek pertamalah yang dihitung dalam analisis.
d. Risiko untuk terjadi efek tidak bergantung pada tahun kalender dan risiko
untuk terjadi efek pada interval waktu yang dipilih dianggap sama.
Asumsi yang berlaku pada metode ini adalah subjek yang hilang terjadi
pada pertengahan interval dan probabilitas untuk bertahan hidup pada satu periode
Metode Kaplan Meier merupakan jenis teknik analisis survival yang sering
dengan metode akturial, pada Kaplan Meier tidak dibuat interval tertentu, dan efek
disusun dari yang terpendek sampai yang terpanjang, dengan catatan yang
tersensor diikut sertakan dihitung. Hal ini dianggap sebanding dengan pengukuran
berskala numerik.
Metode ini dapat digunakan dengan jumlah subjek yang sedikit. Metode
ini juga dapat memberikan proporsi ketahanan hidup yang pasti karena
Jika ada variabel-variabel kovariat yang ingin dikontrol atau bila ingin
maka dapat menggunakan regresi cox. Regresi cox dapat digunakan untuk
variabel dependen dengan satu set variabel independen. Variabel independen bisa
dasar untuk memperkirakan Relative Risk untuk gagal. Fungsi hazard h(t) adalah
sebuah rate yang merupakan estimasi potensi untuk matipada satu unit waktu
pada suatu saat tertentu, dengan catatan bahwa kasus tersebut masih hidup ketika
2. Menguji Hipotesa
harus dipahami adalah Kaplan Meier, survival rate, median survival, asumsi
tersebut dapat dipahami dengan pendekatan Kurva Kaplan Meier (Dahlan, 2012).
persentase subyek yang masih bertahan / bebas dari kejadian yang sedang diamati.
garis survival.
Survival rate untuk waktu tertentu dapat diketahui dengan cara menarik
garis vertikal pada waktu tertentu pada sumbu x sampai memotong garis survival.
3.Median Survival
Median survival bisa diketahui dengan menarik garis horizontal dari sumbu y
suatu kejadian antar kelompok setiap saat adalah sama. Ciri suatu kurva survival
yang memenuhi asumsi PH adalah garis survival antar kelompok tidak saling
analisis parametrik. Analisis yang dilakukan pada suatu fungsi survival yang
survival yang tidak memenuhi asumsi PH. Survival yang memenuhi asumsi PH
akan dianalisis dengan time independent analisys sementara survival yang tidak
memenuhi asumsi PH akan dianalisis dengan analisis model interaksi dan analisis
model stratifikasi.
5. Hazard Rasio
Nama lain dari insident rate adalah hazard. Apabila kita membandingkan dua
hazard, maka yang diperoleh adalah hazard Ratio. Sedangkan bila kita
membandingkan dua insiden maka yang akan kita peroleh Risiko Relatif (RR).
Analisis survival terdiri dari tiga langkah utama yaitu pengecekan asumsi
proporsional hazard (PH), analisis bivariat dan multivariat. Berikut adalah rincian
1. Pengecekan asumsi PH
Asumsi PH terpenuhi apabila garis survival pada kurva Kaplan Meier tidak
saling berpotongan.
Untuk variabel yang memenuhi asumsi PH, analisis bivariat dilakukan dengan
analisis cox regression. Untuk variabel yang tidak memenuhi asumsi PH,
3. Analisis Multivariat
Variabel yang masuk analisis multivariat adalah variabel yang pada analisis
bivariat mempunyai nilai p<0,25. Selain itu, variabel yang tidak memenuhi
Apabila terdapat variabel yang tidak memenuhi asumsi PH, maka dapat
stratifikasi.
4. Interpretasi Hasil
hasil. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari analisis survival adalahs ebagai
berikut :
berhubungan jika nilai pkurang dari 0,05 dan pada interval kepercayaan tidak
ada angka 0.
tergantung. Pada analisis survival, urutan kekuatan dilihat dari besarnya nilai
HR.
function.
H(t) = H0(t)ey
S(t) = S0(t)(e^y)
probabilitas pasien.
Pengujian Asumsi PH
Analisis multivariat :
Analisis Multivariat : Variabel yang pada analisis bivariat
Variabel yang pada analisis mempunyai nilai p < 0,25 dan
bivariat mempunyai nilai p< variabel yang tidak memenuhi
0,25 : analisis cox regression asumsi PH yang secara klinis
time independen penting
Interpretasi :
1. Variabel yang berhubungan
dengan variabel tergantung
2. Urutan kekuatan hubungan Pilih mana analisis
3. Hazard function dan yang lebih baik
survival function
Aplikasi
Asumsi PH dapat diketahui dengan membuat kurva Kaplan Meier. Asumsi bila
2. Analisis Bivariat
Untuk variabel yang memenuhi asumsi PH, analisis bivariat dilakukan dengan
analisis cox.
3. Analisis Multivariat
Variabel yang masuk analisis multivariat adalah variabel yang pada analisis
4. Interpretasi
hasil. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari analisis survival adalah
sebagai berikut :
variabel.
survival function.
adalah :
2. Analisis Bivariat
Untuk variabel yang memenuhi asumsi PH, analisis bivariat dilakukan dengan
analisis cox.
3. Analisis Multivariat
Variabel yang masuk analisis multivariat adalah variabel yang pada analisis
bivariat mempunyai nilai p < 0,25. Selain itu, variabel yang tidak memenuhi
asumsi PH dan penting secara teoritis juga akan masuk ke dalam analisis
survival.
4. Interpretasi
hasil. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari analisis survival adalah
sebagai berikut :
masing variabel.
survival function.
Stratifikasi adalah :
2. Analisis Bivariat
Untuk variabel yang memenuhi asumsi PH, analisis bivariat dilakukan dengan
analisis cox.
Variabel yang masuk analisis multivariat adalah variabel yang pada analisis
bivariat mempunyai nilai p < 0,25. Pada analisis model stratifikasi, variabel
laki dan perempuan akan tetapi dianalisis dalam satu kesatuan analisis.
4. Interpretasi
hasil. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari analisis survival adalah
sebagai berikut :
masing variabel.
survival function.
perempuan, maka model stratifikasilah model yang tepat. Akan tetapi, bila
Pemilihan model secara statistik dilakukan dengan uji likelihood Ratio (uji
LR). Uji LR dilakukan dengan cara menghitung selisih likelihood Ratio (LR)
antara kedua model kemudian dilihat apakah selisihnya bermakna pada degree
offreedom (df) yang sesuai. Secara matematis, uji LR adalah sebagai berikut :
LRf − LRr
∆LR/df =
P (k − 1)
P (k – 1) : degree of freedom
dapat melihatnya pada output SPSS dari prosedur yang telah dilakukan (pada
omnibus Test of Model Coefficients, pada nilai chisquare kolom change from
previous block).
2.2 Gastroenteritis
melibatkan perut, usus, atau keduanya. Biasanya menyebabkan diare, kram perut,
mual, dan mungkin muntah. Gastroenteritis sering disebut flu perut atau flu
juga bisa dianggap sebagai gejala dari penyakit lain. Misalnya, orang yang
seperti Shigellosis. Namun, ada banyak penyakit tertentu yang gejalanya nyata
kata – kata seperti ringan atau parah. Gastroenteritis parah adalah istilah non –
spesifik yang biasanya berarti hal yang berbeda.Artinya, biasanya tersirat oleh
proses penyakit yang sedang dibahas. Misalnya, jika konteks artikel tentang
berarti diare berdarah dengan demam. Cara terbaik untuk menyelesaikan masalah
gastroenteritis adalah untuk penulis dan praktisi kesehatan untuk menentukan apa
Walaupun mungkin ada ketidaksetujuan tentang syarat, setidaknya akan jelas bagi
para pembaca. Maka, untuk penelitian ini, gastroenteritis akan berarti terjadinya
jangka pendek (berlangsung sekitar 2 sampai 5 hari dan resolusi, kadang – kadang
melalui beberapa hari tambahan) gejala mencakup beberapa atau semua hal
berikut.
b. Mual
d. Kram perut (intermiten, biasanya keluhan berkurang setelah buang air besar).
Gejala lain dapat berkembang seperti demam ringan (100 M, 37.7 C),
menggigil ringan, kadang – kadang sakit kepala atau nyeri otot, dan rasa lelah.
Semua gejala di atas bisa berkembang menjadi Gastroenteritis parah yang berarti
memicu dehidrasi yang dapat mengancam jiwa, trerutama pada anak – anak.
Gastroenteritis bisa menyebar melalui kontak jarak dekat dengan orang yang
sudah terinfeksi atau melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi
virus. Infeksi ini mudah sekali menyebar di fasilitas umum yang tertutup, seperti
di dalam ruang kelas, tempat perawatan anak, atau ruang perawatan umum.
Makanan matang yang dibiarkan terlalu lama dalam suhu kamar juga bisa menjadi
rasa mual, muntah, dan diare. Kondisi ini sering disebut sebagai keracunan
bisa saja berakibat fatal atau bahkan mematikan jika terjadi pada bayi, orang tua,
2011).
penyebab, tetapi penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Bakteri
umum adalah:
a. Rotavirus. Virus yang menular melalui mulut ini cenderung menginfeksi bayi
dan anak-anak, karena mereka sering memasukkan jari atau benda-benda yang
sudah terkontaminasi ke dalam mulut. Orang dewasa yang terinfeksi virus ini
mungkin tidak akan merasakan gejala apa pun, namun mereka tetap bisa
b. Norovirus. Virus ini sangat mudah menular dan bisa menginfeksi siapa pun,
yang terjadi di seluruh dunia disebabkan oleh norovirus. Makanan dan air yang
terkontaminasi menjadi media utama penyebaran virus. Selain itu, virus juga
Pada banyak kasus, bakteri salmonella dan campylobacter sering kali menjadi
1. Balita. Balita lebih sering terserang infeksi virus karena belum memiliki sistem
2. Anak – Anak. Anak – anak mempunyai potensi yang besar terinfeksi virus
karena anak – anak sudah bebas bermain sembarangan. Infeksi ini bisa menular
3. Lanjut usia. Sistem kekebalan pada orang tua akan menurun. Keadaan ini bisa
dengan mudah menular ke orang lanjut usia jika mereka tinggal berdekatan
4. Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Orang dengan kondisi medis
tertentu, lebih berisiko tertular infeksi karena kekebalan tubuh mereka diserang
Beberapa orang juga dapat mengalami demam ringan dari sekitar 100 F (37.7 C).
Sebagian besar gejala akan sembuh dalam sekitar 2 sampai 5 hari. Gastroenteritis
dapat menyebabkan dehidrasi selama periode waktu yang singkat, terutama pada
anak – anak atau orang dewasa lemah. Gejala-gejala yang biasanya muncul di
antaranya adalah:
2. Diare berair, namun tidak bercampur darah (jika diare sudah bercampur darah,
singkat. Komplikasi utama bagi beberapa penderita adalah dehidrasi pada bayi,
anak – anak, orang tua, dan penurunan kekebalan tubuh berada pada risiko tinggi
untuk komplikasi ini. Di banyak negara dunia ketiga, dehidrasi bayi sulit diatasi.
penyebab yang lebih mudah untuk dicegah daripada yang lain. Sebagai contoh,
meskipun mengandung virus yang dapat menular, rotavirus memiliki vaksin yang
telah nyata mengurangi insiden rotavirus pada anak penduduk A.S. Namun,
vaksin untuk penyebab virus lainnya, walaupun sedang diteliti, saat ini tidak
tersedia. Seperti vaksin penyebab bakteri Vibrio Cholerasaat ini tidak tersedia.
sebagai berikut.
langsung dengan orang yang terinfeksi, atau barang – barang (pakaian, tempat
e. Jangan makan atau minum makanan mentah atau air tidak steril.
f. Jangan minum cairan tidak steril atau tidak dipasteurisasi, terutama susu.
h. Jika dalam perjalanan, hindari semua makanan mentah dan es. Minum hanya
dari produk kemasan disegel dan menggunakan air kemasan untuk menyikat
gigi.
lama rawat diare akut (Chen CC. dkk, 2010; Rosenfeldt V. dkk, 2002). Intake
makanan mempunyai pengaruh terhadap lama rawat pasien diare akut pada anak
(Islam M. dkk, 2008). Kemudian umur dan dehidrasi juga dapat memengaruhi
lama rawat inap pasien akut diare pada anak di bawah 5 tahun (Widiantari dan
Ketut, 2013). Persentase lama rawat penderita yang memiliki penyakit penyerta
lebih lama dirawat inap daripada yang tidak mempunyai penyakit. Dilihat dari
golongan jenis kelamin, pasien dengan kasus penyakit diare yang berjenis kelamin
perempuan lebih banyak terserang penyakit diare dengan persentase sebesar 63%
dibanding dengan pasien berjenis kelamin laki – laki dengan persentase sebesar
37%. Meskipun kejadian diare didapatkan pada semua ras, laki – laki dan
pada kasus perempuan dari pada kasus laki – laki (Fellasufa, 2014). Berdasarkan
dengan lama rawat pasien anak diare di BLUD RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh
Utara tahun 2015. Oleh karena itu, maka dalam penelitian ini akan dibahas
tentang pengaruh faktor umur, jenis kelamin, dehidrasi, penyakit penyerta, dan
2.3.1 Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang penting pada proses terjadinya
penyakit. Sebagian penyakit timbul hampir secara eksklusif pada suatu kelompok
usia tertentu saja. Angka kesakitan dan kematian dalam hampir semua keadaan itu
fisiologi, perubahan kebiasaan makan dari tiap golongan umur, perubahan daya
tahan tubuh dan penyakit tertentu yang menyerang umur tertentu (Kunoli, 2013).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiantari dan Ketut (2013) yang
berjudul “Lama Rawat Inap Penderita Diare Akut Pada Anak Usia Di Bawah
Lima Tahun Dan Faktor Yang Berpengaruh Di Badan Rumah Sakit Umum
memiliki insiden rate kesembuhan (kumulatif Hazard) paling tinggi dan disusul
Sedangkan kelompok umur < 12 bulan memiliki insiden rate kesembuhan paling
rendah. Perbedaan rate tersebut secara statistik bermakna, dimana nilai Hazard
Ratio antara kelompok umur < 12 bulan dibandingkan dengan umur 36 bulan ke
atas sebesar 2,018 (CI 95%: 1,051 – 3,88) dengan nilai p = 0,04 dan antara
kelompok umur 12-36 bulan dengan kelompok umur 36 bulan ke atas sebasar
1,36 (CI 95%: 0,84 – 2,19) dengan nilai p = 0,219. Ini berarti bayi memiliki
bulan. Pada penelitian ini merujuk pada Riskesdas (2007), diare merupakan
menjadi:
1. ≤ 5 tahun
2. > 5 tahun
Sebagian penyakit lebih sering dijumpai pada kaum pria dan sebagian
lainnya pada wanita. Jika faktor pewarisan yang mempunyai kaitan seksual
pelindung (Friedman,1993).
“Tinjauan Lama Dirawat Pasien BPJS Penyakit Diare dengan dan Tanpa
Pemalang” mengatakan bahwa dilihat dari golongan jenis kelamin, pasien BPJS
dengan kasus penyakit Diare yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak
terserang penyakit Diare dengan persentase sebesar 63% dibanding dengan pasien
berjenis kelamin laki-laki dengan persentase sebesar 37%. Hal ini karena daya
tahan tubuh perempuan lebih rentan terhadap penyakit dibanding dengan laki-laki.
2.3.3 Dehidrasi
sehingga dapat terjadi dampak negatif seperti renjatan hipovolemik, denyut nadi
gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, dan gagal ginjal akut.
Bila dampak negatif tersebut terjadi, maka pasien akan memerlukan perawatan
Kesehatan, 2011):
Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
b. Mata : Cekung
Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau
lebih:
b. Mata : Cekung
Tanda tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih :
b. Mata : Normal
Faktor Risiko Dehidrasi pada Remaja dan Dewasa”, didapatkan bahwa terdapat
perbedaan yang nyata antara nilai berat jenis urin subyek yang dehidrasi dan tidak
dehidrasi (p<0,05). Pada penelitian yang dilakukan oleh Widiantari dan Ketut
(2013) didapatkan bahwa pasien dengan dehidrasi berat dirawat lebih lama dari
yang tidak dengan dehidrasi atau yang mengalami dehirdasi ringan sampai
2. Mengalami dehidrasi
juga memiliki penyakit penyerta yaitu diagnosis penyakit penyerta yang ditulis
oleh dokter dan tercantum di data Rekam Medis. Terdapat beberapa penyakit
penyerta pada penderita Diare dimana 1 pasien pun bisa memiliki lebih dari 2
“Tinjauan Lama Dirawat Pasien BPJS Penyakit Diare dengan dan Tanpa
penyakit penyerta yaitu sebesar 8,45%. Penyakit penyerta yang paling banyak
diderita adalah Diabetes Melitus yaitu sebesar 57,1%. Penderita yang memiliki
penyakit penyerta lebih lama dirawat daripada yang tidak mempunyai penyakit
penyerta.
2.3.5 Komplikasi
komplikasi dengan lama rawat pasien anak diare di BLUD RSU Cut Meutia
1. Ada pengaruh faktor umur terhadap lama rawat inap penderita Gastroenteritis
2. Ada pengaruh faktor jenis kelamin terhadap lama rawat inap penderita
2017.
2017.
4. Ada pengaruh faktor penyakit penyerta terhadap lama rawat inap penderita
2017.
2017.
6. Ada pengaruh faktor umur, jenis kelamin, dehidrasi, penyakit penyerta, dan
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini bersifat Kohort Retrospektif yaitu untuk mengkaji lama
(retrospective).
3.3.1 Populasi
dan tercatat di rekam medis RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai
3.3.2 Sampel
Peneliti menetapkan sampel dalam penelitian ini adalah total populasi atau
seluruh data penderit gastroenteritis yang dirawat inapdan tercatat di rekam medis
RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai pada Tahun 2017 yaitu
35
Universitas Sumatera Utara
36
1. Gastroenteritis
darah/nanah dalam tinjanya, kram perut, mual, dan muntah yang didiagnosis oleh
RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017, dihitung sejak
tanggal mulai dirawat sampai dengan tanggal keluar yang tercatat pada rekam
medis.
3. Umur
Umur adalah lamanya hidup penderita sejak dilahirkan hingga saat dirawat
1. ≤ 5tahun
2. > 5 tahun
4. Jenis Kelamin
penderita gastroenteritis sejak lahir sesuai dengan yang tercatat pada rekam medis
1. Perempuan
2. Laki-laki
5. Dehidrasi
2. Mengalami dehidrasi
6. PenyakitPenyerta
1. Tidak ada
2. Ada
7. Komplikasi
dirawat inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017,
1. Tidak ada
2. Ada
variabel bebas dan variabel terikat. Analisis data yang dilakukan untuk melihat
hubungan antar kedua variabel ini adalah dengan menggunakan metode Kaplan
dengan satu variabel bebas. Variabel yang masuk analisis multivariat adalah
variabel yang pada analisis bivariat mempunyai nilai p<0,25. Selain itu,
variabel yang tidak memenuhi asumsi PH dan secara teoritis penting, dapat
asumsi PH, maka dapat dilakukan analisis cox regression model stratifikasi
yang lebih baik dengan cara menghitung selisih likehood ratio (LR).
HASIL PENELITIAN
Bedagai. Rumah Sakit ini terletak di Ibu kota Kabupaten, dalam wilayah kerja
Kecamatan Sei Rampah. Jarak RSUD Sultan Sulaiman ke Ibu Kota Provinsi
Bedagai terletak dijalur Lintas Sumatera. RSUD Sultan Sulaiman ini terletak di
areal tanah seluas 20.200 m2 dengan luas bangunan 6.386 m2, yang terdiri dari 23
sarana gedung.
didirikan pada tahun 2006 yang merupakan peningkatan dari puskesmas rawat
inap Sei Rampah yang diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI pada tanggal 6
Januari 2007 dan ditetapkan sebagai rumah sakit umum kelas C berdasarkan
40
Universitas Sumatera Utara
41
243 desa, dengan jumlah penduduk sebesar 599.151 jiwa dengan luas wilayah
1.900,22 km2. Rumah sakit ini terletak di ibukota Kabupaten, dalam wilayah kerja
termasuk daerah rawan kecelakaan, dan hal ini menjadi peluang untuk perawatan
dan tindakan medis bagi korban kecelakaan lalu lintas. Selain itu Kabupaten
Serdang Bedagai juga termasuk daerah rawan bencana dan hal ini memerlukan
angkutan Kota yang melewati Rumah Sakit sehingga angkutan umum yang
tersedia cukup banyak, disamping itu di mulut jalan arah Barat menuju RS
terdapat Pasar yang senantiasa lancar karena merupakan jalan lintas Sumatera
yang padat dengan kecepatan yang tinggi, hal tersebut sangat menguntungkan
bagi RSUD Sultan Sulaiman.RSUD Sultan Sulaiman ini terletak di areal tanah
seluas 20.200 m2 dengan luas bangunan 6.386 m2 yang terdiri dari 23 sarana
didirikan pada tahun 2006 yang merupakan peningkatan dari puskesmas rawat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau
Lama rawat dari 136 penderita gastroenteritis didapatkan nilai mean 3,69
hari dengan standar deviasi 1,48 , median sebesar 4,00 hari dan nilai minimum 1
Tabel 4.1 Ukuran Statistik Lama Rawat Inap Penderita Gastroenteritis yang
Dirawat Inap di RSUDSultan Sulaiman Kabupaten Serdang
Bedagai Tahun 2017
Sedangkan untuk proporsi event dan sensor dapat dilihat dari tabel berikut:
Status Penderita n %
Event (Sembuh) 110 80,9
Sensor (PAPS) 26 19,1
Total 136 100.0
Dilihat dari Tabel 4.2 diatas, dari 136 penderita Gastroenteritis diperoleh
event (penderita yang sembuh) sebanyak 110 penderita (80,9 %). Sedangkan yang
Dilihat dari Tabel 4.3 diatas, dari 136 penderita gastroenteritis diperoleh
person time atau lama rawat paling banyak adalah 4 hari yaitu sebanyak 40
(29,4%) penderita dan person time atau lama rawat paling sedikit 9 hari yaitu
Umur n %
≤ 5 tahun 50 36,8
> 5 tahun 86 63,2
Total 136 100,0
Dilihat dari Tabel 4.4 diatas, dari 136 penderita gastroenteritis diperoleh
bahwa gastroenteritis paling banyak diderita oleh umur > 5 tahun sebanyak 86
(63,2%) penderita, dan paling sedikit diderita olehumur < = 5 tahun yaitu
Jenis Kelamin n %
Perempuan 60 44,1
Laki-laki 76 55,9
Total 136 100,0
Dilihat dari Tabel 4.5 diatas, dari 136 penderita gastroenteritis diperoleh
bahwa gastroenteritis paling banyak diderita oleh laki laki daripada perempuan.
penderita.
Dehidrasi n %
Tidak mengalami dehidrasi 90 66,2
Mengalami dehidrasi 46 33,8
Total 136 100,0
Dilihat dari Tabel 4.6 diatas, dari 136 penderita gastroenteritis diperoleh
sebanyak 46 (33,8%).
Penyakit penyerta n %
Ada 28 20,6
-DM 10
-Hipertensi 8
-PJK 4
-Gastritis 6
Tidak Ada 108 79,4
Total 136 100,0
yang tidak disertai penyakit penyerta yaitu sebanyak 108 (79,4%) dan disertai
terdiri atas 10 penyakit DM, 8 penyakit hipertensi, 6 penyakit gastritis, dan 4 PJK.
Komplikasi n %
Ada 59
43,4
-Demam Thyfoid 8
-Hipokalemia 16
- Hipoglikemi 11
-ISPA 15
-Kejang Demam Sederhana 9
Tidak ada 77 56,6
Total 136 100,0
komplikasi yang diderita paling banyak tidak disertai komplikasi yaitu sebanyak
Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai pada Tahun 2017 dapat dilihat pada
tabel berikut :
umur > 5 tahun sebanyak 86 (63,2%) penderita dengan jumlah event sebanyak 74
paling sedikit berada pada umur ≤ 5 tahun yaitu sebanyak 50 (36,8%) penderita
sensor.
saat didiagnosis oleh dokter dengan frekuensi terbanyak adalah tidak disertai
penyakit penyerta yaitu sebanyak 108 (79,4%) penderita dengan jumlah event
yaitu sebanyak 28 (20,6%) terdiri dari penyakit DM, Hipertensi, PJK, Gastritis
ISPA, Kejang Demam Sederhana. Jumlah pasien yang mengalami event pada
(79,0%) penderita.
umur, jenis kelamin, dehidrasi, penyakit penyerta, komplikasi terhadap lama rawat
terhadap lama rawat inap penderita gastroenteritis berdasarkan uji Log Rank
adalah variabel dehidrasi. Hasil signifikan ini dapat dilihat dari nilai p pada uji log
Rank yaitu p 0,000 < 0,05 yang berarti ada pengaruh variabel dehidrasi terhadap
lama rawat inap penderita gastroenteritis. Berbeda pada nilai uji Log Rank
variabel lain yang diteliti selain variabel dehidrasi menunjukkan nilai p > 0,05
yang berarti tidak adapengaruh variabel tersebut terhadap lama rawat inap
penderita gastroenteritis.
Pada analisis berdasarkan metode Kaplan Meier diketahui jika garis pada
grafik hazard tidak saling berpotongan berarti asumsi Proportional Hazard (PH)
terpenuhi. Namun sebaliknya, apabila garis pada grafik hazard berpotongan maka
Survival Functions
1.0 Dehidrasi
Tidak mengalami
dehidrasi
Mengalami dehidrasi
Tidak mengalami
0.8 dehidrasi-censored
Mengalami dehidrasi-
censored
Cum Survival
0.6
0.4
0.2
0.0
0 2 4 6 8 10
PersonTime
Pada Gambar 4.1 di atas dapat dilihat kurva pada grafik survival tidak
Survival Functions
1.0 Kel.umur
<= 5
>5
<= 5-censored
> 5-censored
0.8
Cum Survival
0.6
0.4
0.2
0.0
0 2 4 6 8 10
PersonTime
Pada Gambar 4.2 di atas dapat dilihat kurva pada grafik survival saling
Gambar 4.3 Grafik Survival Lama Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin
Penderita Gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017
Pada Gambar 4.3 di atas dapat dilihat kurva pada grafik survival saling
Survival Functions
1.0 Peny.Penyerta
Tidak ada
Ada
Tidak ada -censored
Ada -censored
0.8
Cum Survival
0.6
0.4
0.2
0.0
0 2 4 6 8 10
PersonTime
Pada Gambar 4.4 di atas dapat dilihat kurva pada grafik survival saling
Survival Functions
1.0 Komplikasi
Tidak ada
Ada
Tidak ada -censored
Ada-censored
0.8
Cum Survival
0.6
0.4
0.2
0.0
0 2 4 6 8 10
PersonTime
Pada Gambar 4.5 di atas dapat dilihat kurva pada grafik survival saling
regression.
dilakukannya analisis terhadap lebih dari dua variabel secara bersamaan. Analisis
multivariat yang digunakan adalah Cox Regression yang dapat digunakan untuk
Variabel kandidat didapatkan dari hasil uji bivariat. Bila p < 0,25, maka
variabel tersebut menjadi variabel kandidat dalam analisis model regresi cox. Dari
mellitus memiliki nilai p < 0,25 yaitu (p=0,002) sehingga variabel dehidrasi
4.4.2 Pemodelan
berpengaruh terhadap survival time (lama rawat). Tidak semua variabel memenuhi
penyerta, dan komplikasi. Oleh karena itu, maka dipilih analisis Cox Regression
model interaksi.
Variabel B HR IK 95% P
Dehidrasi 0,793 2,210 1,444–3,381 0,000
Dehidrasi dan Umur -0,585 0,557 0,317 – 0,042
0,978
dengan cara pengeluaran variabel yang tidak bermakna (nilai p>0,05) secara
bertahap satu demi satu dimulai dari variabel yang memiliki nilai p terbesar
hingga semua variabel yang ada di dalam model memiliki nilai p<0,05.
dehidrasi dan umur yang berarti pemodelan dengan interaksi dehidrasi dan umur
H(t) = H0(t) ey
Nilai hazard pada interaksi dehidrasi dan umur dipilih pada hari ke 3 dan
hari ke 4. Hari ke 3 dipilih karena rata-rata lama rawat inap pasien adalah 3,69
hari dan hari ke 4 dipilih karena median lama rawat inap pasien adalah 4 hari.
Tabel 4.14 Nilai Hazard Interaksi Dehidrasi dan Umur terhadap Lama
Rawat Inap Penderita Gastroenteritis di RSUD Sultan Sulaiman
Kabupaten Serdang Bedagai
H(t) = H0(t)ey
= 0,316e0,793(0)-0,585(0*0)
= 0,316
Hazard pada hari ke-4 penderita gastroenteritis yang tidak dehidrasi dan
H(t) = H0(t)ey
=0,777e0,793(0)-0,585(0*0)
= 0,777
H(t) = H0(t)ey
H(t) = H0(3)e0,793(dehidrasi)
=0,316e0,793(1)
= 0,698
H(t) = H0(t)ey
H(t) = H0(4)e0,793(dehidrasi)
=0,777e0,793(1)
= 1,717
H(t) = H0(t)ey
= 0,316e0,793(1)-0,585(1)
= 0,389
berumur ≤ 5 tahun .
H(t) = H0(t)ey
=0,777e0,793(1)-0,585(1)
= 0,957
0,698 dan penderita dengan dehidrasi dan umur ≤ 5 tahun memiliki lama nilai
Hazard sebesar 0,389. Pada hari ke-4 penderita gastroenteritis memiliki nilai
Hazard sebesar 1,717 dan penderita gastroenteritis dengan dehidrasi dan umur ≤
mengalami dehidrasi memiliki Hazard Rasio 2,209. Artinya setiap saat lama
mengalami dehidrasi dan tidak berumur ≤ 5 tahun memiliki Hazard Rasio 1,231.
Artinya setiap saat lama rawat inap penderita gastroenteritis yang tidak
mengalami dehidrasi dan tidak berumur ≤ 5 tahun lebih cepat 1,231 kali
berumur ≤ 5tahun.
PEMBAHASAN
sensor(19,1%) dan sebanyak 110 orang (80,9%) mengalami event. Pasien yang
tersensor adalah pasien yang pulang atas permintaan sendiri. Alasan yang
memungkinkan pasien pulang paksa adalah pelayanan rumah sakit yang kurang
Lama rawat inap paling banyak adalah 4 hari yaitu sebanyak 40 (29,4%) penderita
dan lama rawat paling sedikit 9 hari yaitu sebanyak 1 (0,7%) penderita.
Umur merupakan salah satu faktor yang penting pada proses terjadinya
penyakit. Sebagian penyakit timbul hampir secara eksklusif pada suatu kelompok
usia tertentu saja. Angka kesakitan dan kematian dalam hampir semua keadaan itu
fisiologi, perubahan kebiasaan makan dari tiap golongan umur, perubahan daya
tahan tubuh dan penyakit tertentu yang menyerang umur tertentu (Kunoli, 2013).
Pada nilai uji Log Rank variabel umur yang diteliti menunjukkan nilai p >
0,05 (p = 0,064) yang berarti tidak ada pengaruh variabel tersebut terhadap lama
rawat inap penderita gastroenteritis. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
60
Universitas Sumatera Utara
61
diperoleh tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan berdasarkan
umur dimana p = 0,414. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
dimana anak usia 0-12 bulan lebih lama dirawat dari kelompok umur lainnya.
Nilai Hazard Ratio antara kelompok umur < 12 bulan dibandingkan dengan umur
36 bulan ke atas sebesar 2,018 (CI 95%: 1,051 – 3,88) dengan nilai p = 0,04 dan
antara kelompok umur 12-36 bulan dengan kelompok umur 36 bulan ke atas
sebasar 1,36 (CI 95%: 0,84 – 2,19) dengan nilai p = 0,219. Ini berarti bayi
atas 12 bulan. Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa penyakit
gastroenteritis dapat diderita oleh siapa saja terutama balita, anak-anak, lanjut
5.3 Pengaruh Faktor Jenis Kelamin Terhadap Lama Rawat Inap Penderita
Gastroenteritis yang Dirawat Inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2017
Sebagian penyakit lebih sering dijumpai pada kaum pria dan sebagian
lainnya pada wanita.Jika faktor pewarisan yang mempunyai kaitan seksual dapat
(Friedman,1993).
Berdasarkan uji Log Rank nilai p > 0,05 (p = 0,663) yang berarti bahwa tidak ada
pengaruh jenis kelamin terhadap lama rawat inap penderita gastroenteritis yang di
rawat inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Debi (2006) menyatakan
laki-laki yaitu sebesar 56,8% (83 orang).Sama halnya dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wibisono, dkk (2015) menyatakan bahwa balita terbanyak yang
laki-laki mengalami kejadian diare lebih besar dibandingkan perempuan. Hal yang
tahun 2012 yang menunjukkan dari 96 kasus, angka insidensi diare pada laki-laki
dipengaruhi oleh demografi penduduk di suatu daerah, tetapi perbedaan ini tidak
sehingga dapat terjadi dampak negatif seperti renjatan hipovolemik, denyut nadi
gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, dan gagal ginjal akut.
Bila dampak negatif tersebut terjadi, maka pasien akan memerlukan perawatan
yang lebih lama. Pada penelitian ini, hasil uji Log Rank pada variabel dehidrasi
adalah p < 0,05(p = 0,000) yang berarti bahwa ada pengaruh dehidrasi terhadap
lama rawat inap penderita gastroenteritis yang dirawat inap di RSUD Sultan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian kohort yang dilakukan di RSU Dr.
Sarjito yang mendapatkan bahwa lama rawat pasien dengan dehidrasi lebih
panjang dari yag tidak dehidrasi (Palupi dkk, 2009). Akan tetapi, hasil penelitian
yang dilakukan di RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh mendapatkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara derajat dehidrasi dengan lama rawat diare akut. Debi
(2006) juga menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama
pasien juga memiliki penyakit penyerta yaitu diagnosis penyakit penyerta yang
ditulis oleh dokter dan tercantum di data Rekam Medis. Terdapat beberapa
penyakit penyerta pada penderita diare dimana 1 pasien pun bisa memiliki lebih
Pada penelitian ini penyakit penyerta terdiri dari penyakit DM, Hipertensi,
PJK, dan Gastritis. Pada hasil uji Log Rank yaitu p > 0,05 (p = 0,373) berarti tidak
RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Debi (2006) bahwa tidak ada pengaruh
signfikan penyakit penyerta dengan lama rawat penderita diare.Lama rawat diare
akut tergantung pada lama diare, berat-ringan penyakit dan riwayat sakit yang
Fellasufa (2014) dengan judul “Tinjauan Lama Dirawat Pasien BPJS Penyakit
Diare dengan dan Tanpa Komplikasi Selama Triwulan I Tahun 2014 di RSUD
penyerta yang paling banyak diderita adalah Diabetes Melitus yaitu sebesar
57,1%. Penderita yang memiliki penyakit penyerta lebih lama dirawat daripada
komplikasi penyakit.
Demam Sederhana. Hasil uji Log Rankdapat dilihat bahwa variabel komplikasi
memiliki nilai p > 0,05 (p = 0,461) yang berarti bahwa tidak ada pengaruh
komplikasi terhadap lama rawat inap penderita gastroenteritis yang dirawat inap
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Debi (2006)
hasil tidak ada perbedaan yang bermakna antara komplikasi dengan keadaan
sewaktu pulang/lama rawat. Lama rawat diare akut tergantung pada lama diare,
berat-ringan penyakit dan riwayat sakit yang berulang yang mempengaruhi proses
Berdasarkan uji Log Rank pada analisis Kaplan Meier, variabel yang
yang dirawat inap di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai Tahun
umur, jenis kelamin, penyakit penyerta, dan komplikasi. Oleh karena itu, maka
dipilih analisis Cox Regression model interaksi. Pada analisis multivariat dengan
model interaksi, terdiri dari 4 tahap dengan cara pengeluaran variabel yang tidak
bermakna (nilai p > 0,05) secara bertahap satu demi satu dimulai dari variabel
yang memiliki nilai p terbesar hingga semua variabel yang ada dalam di dalam
model memiliki nilai p < 0,05. Sehingga didapatkan nilai p sebesar 0,042 yaitu
variabel interaksi antara dehidrasi dan umur yang berarti pemodelan dengan
2017.
0,698 dan penderita dengan dehidrasi dan umur ≤ 5 tahun memiliki lama nilai
Hazard sebesar 0,389. Pada hari ke-4 penderita gastroenteritis memiliki nilai
Hazard sebesar 1,717 dan penderita gastroenteritis dengan dehidrasi dan umur ≤
dehidrasi lama rawatnya 2,209 kali lebih cepat dibandingkan dengan penderita
gastroenteritis yang tidak mengalami dehidrasi dan tidak berumur ≤ 5 tahun lama
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiantari (2013)
menyatakan bahwa umur dan derajat dehidrasi berpengaruh terhadap lama rawat,
dimana anak usia 0-12 bulan lebih lama dirawat dari kelompok umur lainnya dan
pasien dengan dehidrasi berat juga memerlukan lama rawat jauh lebih panjang
dari pasien yang tidak dehidrasi atau yang mengalami dehidrasi ringan sampai
berat. Sangat penting untuk meningkatkan mutu pelayanan pasien diare apada
anak usia di bawah 5 tahun khususnya untuk bayi dan pasien dengan dehidrasi
berat.
6.1 Kesimpulan
sensor dan sebanyak 110 (80,9%) penderita mengalami event. Pasien yang
2. Lama rawat inap penderita gastroenteritis bervariasi dari 1 – 9 hari dengan rata-
2,209 kali lebih lama dibandingkan dengan penderita gastroenteritis yang tidak
mengalami dehidrasi.
berumur ≤ 5 tahun lama rawatnya 1,231 kali lebih lama dibandingkan penderita
tahun.
68
Universitas Sumatera Utara
69
6.2 Saran
tidak hanya mengambil data awal pasien. Kemudian disarankan juga untuk
lebih memperbanyak variabel yang diteliti diluar variabel dalam penelitian ini.
2. Disarankan kepada pihak rumah sakit, khususnya kepada pihak tenaga medis
5 tahun.
Black, R.E., Morris, S.S., and Bryce, J. 2003. Where and why are 10 million
children dying every year?Lancet . 361: 2226-2234.
Dahlan, Sopiyudin M., 2012. Analisis Survival :Dasar-dasar Teori dan Aplikasi
dengan Program SPSS. Jakarta: PT Epidemiologi Indonesia.
Fellasufa, Ovia A. 2014. Tinjauan Lama Dirawat Pasien BPJS Penyakit Diare
Dengan dan Tanpa Komplikasi Selama Triwulan I Tahun 2014 Di RSUD
DR. M. Ashari Kabupaten Malang. Karya Tulis Ilmiah. Semarang:
Universitas Dian Nuswantoro
http://eprints.dinus.ac.id/7992/1/jurna13865.pdfdiaksespada 10 Maret.
70
Universitas Sumatera Utara
71
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Buletin Diare Jendela Data dan Informasi
Kesehatan: Situasi Diare di Indonesia. http://www.depkes.go.id/
download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-diare.pdfdiakses 04
April 2018.
Widiantari G.A.D., Ketut, W.T., 2013. Lama Rawat Inap Penderita Diare Akut
Pada Anak Usia Di Bawah Lima Tahun Dan Faktor Yang Berpengaruh Di
Badan Rumah Sakit Umum Tabanan Tahun 2011. Community Health.Vol
1.Halaman 18 – 28.
No Status Tgl Masuk Tgl Keluar Lama Rawat Umur Jenkel Dehidrasi Peny. Penyerta Komplikasi
1 Event (Sembuh) 01.01.2017 05.01.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
2 Event (Sembuh) 02.01.2017 05.01.2017 3 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
3 Sensor (PAPS) 01.01.2017 03.01.2017 4 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
4 Event (Sembuh) 04.01.2017 07.01.2017 3 hari <= 5 tahun Perempuan Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
5 Event (Sembuh) 04.01.2017 08.01.2017 4 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
6 Event (Sembuh) 06.01.2017 09.01.2017 3 hari <= 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
7 Event (Sembuh) 05.01.2017 10.01.2017 5 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Ada Ada
8 Event (Sembuh) 10.01.2017 12.01.2017 2 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
9 Event (Sembuh) 10.01.2017 14.01.2017 4 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
10 Event (Sembuh) 09.01.2017 12.01.2017 3 hari > 5 tahun Perempuan Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
11 Event (Sembuh) 13.01.2017 16.01.2017 3 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
12 Event (Sembuh) 23.01.2017 27.01.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
13 Event (Sembuh) 21.01.2017 25.01.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
14 Sensor (PAPS) 27.01.2017 30.01.2017 3 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
15 Sensor (PAPS) 26.01.2017 30.01.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
16 Event (Sembuh) 26.01.2017 30.01.2017 4 hari > 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
17 Event (Sembuh) 01.02.2017 04.02.2017 3 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
18 Event (Sembuh) 29.01.2017 03.02.2017 5 hari <= 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
19 Sensor (PAPS) 04.02.2017 07.02.2017 3 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
20 Event (Sembuh) 06.02.2017 12.02.2017 6 hari <= 5 tahun Laki-laki Mengalami dehidrasi Ada Tidak ada
21 Sensor (PAPS) 09.02.2017 12.02.2017 3 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Ada Ada
22 Event (Sembuh) 18.02.2017 23.02.2017 5 hari > 5 tahun Perempuan Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
23 Event (Sembuh) 01.03.2017 02.03.2017 1 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Ada Ada
24 Event (Sembuh) 01.03.2017 07.03.2017 6 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
25 Event (Sembuh) 03.03.2017 08.03.2017 5 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Tidak ada
26 Event (Sembuh) 09.03.2017 13.03.2017 4 hari <= 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Tidak ada Ada
27 Event (Sembuh) 11.03.2017 13.03.2017 2 hari > 5 tahun Laki-laki Tidak mengalami dehidrasi Ada Ada
Analisis Univariat
1. Ukuran Statistik Lama Rawat Inap Penderita Gastroenteritis yang Dirawat Inap
di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang bedagai Tahun 2017
Statistics
PersonTime
N Valid 136
Missing 0
Mean 3.69
Median 4.00
Std. Deviation 1.478
Minimum 1
Maximum 9
Status
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sensor (PAPS) 26 19.1 19.1 19.1
Event (Sembuh) 110 80.9 80.9 100.0
Total 136 100.0 100.0
PersonTime
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 hari 8 5.9 5.9 5.9
2 hari 19 14.0 14.0 19.9
3 hari 35 25.7 25.7 45.6
4 hari 40 29.4 29.4 75.0
5 hari 22 16.2 16.2 91.2
6 hari 7 5.1 5.1 96.3
7 hari 2 1.5 1.5 97.8
8 hari 2 1.5 1.5 99.3
9 hari 1 .7 .7 100.0
Total 136 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 5 50 36.8 36.8 36.8
>5 86 63.2 63.2 100.0
Total 136 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perempuan 60 44.1 44.1 44.1
Laki-laki 76 55.9 55.9 100.0
Total 136 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak mengalami
90 66.2 66.2 66.2
dehidrasi
Mengalami dehidrasi 46 33.8 33.8 100.0
Total 136 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak ada 108 79.4 79.4 79.4
Ada 28 20.6 20.6 100.0
Total 136 100.0 100.0
Komplikasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak ada 81 59.6 59.6 59.6
Ada 55 40.4 40.4 100.0
Total 136 100.0 100.0
a. Kelompok Umur
Kel.umur * Status Crosstabulation
Status
Sensor Event
(PAPS) (Sembuh) Total
Kel. <= 5 Count 14 36 50
umur % within Kel.umur 28.0% 72.0% 100.0%
% within Status 53.8% 32.7% 36.8%
>5 Count 12 74 86
% within Kel.umur 14.0% 86.0% 100.0%
% within Status 46.2% 67.3% 63.2%
Total Count 26 110 136
% within Kel.umur 19.1% 80.9% 100.0%
% within Status 100.0% 100.0% 100.0%
b. Jenis Kelamin
JenKel * Status Crosstabulation
Status
Sensor Event
(PAPS) (Sembuh) Total
JenKel Perempuan Count 14 46 60
% within JenKel 23.3% 76.7% 100.0%
% within Status 53.8% 41.8% 44.1%
Laki-laki Count 12 64 76
% within JenKel 15.8% 84.2% 100.0%
% within Status 46.2% 58.2% 55.9%
Total Count 26 110 136
% within JenKel 19.1% 80.9% 100.0%
% within Status 100.0% 100.0% 100.0%
Status
Sensor Event
(PAPS) (Sembuh) Total
Dehidrasi Tidak mengalami Count 21 69 90
dehidrasi % within Dehidrasi 23.3% 76.7% 100.0%
% within Status 80.8% 62.7% 66.2%
Mengalami dehidrasi Count 5 41 46
% within Dehidrasi 10.9% 89.1% 100.0%
% within Status 19.2% 37.3% 33.8%
Total Count 26 110 136
% within Dehidrasi 19.1% 80.9% 100.0%
% within Status 100.0% 100.0% 100.0%
d. Penyakit Penyerta
Peny.Penyerta * Status Crosstabulation
Status
Sensor Event
(PAPS) (Sembuh) Total
Peny.Penyerta Tidak ada Count 20 88 108
% within Peny.Penyerta 18.5% 81.5% 100.0%
% within Status 76.9% 80.0% 79.4%
Ada Count 6 22 28
% within Peny.Penyerta 21.4% 78.6% 100.0%
% within Status 23.1% 20.0% 20.6%
Total Count 26 110 136
% within Peny.Penyerta 19.1% 80.9% 100.0%
% within Status 100.0% 100.0% 100.0%
e. Komplikasi
Komplikasi * Status Crosstabulation
Status
Sensor Event
(PAPS) (Sembuh) Total
Komplikasi Tidak ada Count 17 64 81
% within Komplikasi 21.0% 79.0% 100.0%
% within Status 65.4% 58.2% 59.6%
Ada Count 9 46 55
% within Komplikasi 16.4% 83.6% 100.0%
% within Status 34.6% 41.8% 40.4%
Total Count 26 110 136
% within Komplikasi 19.1% 80.9% 100.0%
% within Status 100.0% 100.0% 100.0%
a. Variabel Dehidrasi
Means and Medians for Survival Time
a
Mean Median
95% Confidence Interval 95% Confidence Interval
Dehidrasi Estimate Std. Error Lower Bound Upper Bound Estimate Std. Error Lower Bound Upper Bound
Tidak mengalami
3.646 .178 3.297 3.994 3.000 .226 2.556 3.444
dehidrasi
Mengalami dehidrasi 4.936 .233 4.479 5.392 4.000 .205 3.599 4.401
Overall 4.119 .160 3.806 4.432 4.000 .149 3.708 4.292
a. Estimation is limited to the largest survival time if it is censored.
Overall Comparisons
Chi-Square df Sig.
Log Rank (Mantel-Cox) 14.002 1 .000
Test of equality of survival distributions for the different levels of
Dehidrasi.
a. Variabel Umur
Means and Medians for Survival Time
a
Mean Median
95% Confidence Interval 95% Confidence Interval
Kel.umur Estimate Std. Error Lower Bound Upper Bound Estimate Std. Error Lower Bound Upper Bound
<= 5 4.618 .281 4.066 5.170 4.000 .242 3.526 4.474
>5 3.890 .196 3.507 4.274 4.000 .186 3.635 4.365
Overall 4.119 .160 3.806 4.432 4.000 .149 3.708 4.292
a. Estimation is limited to the largest survival time if it is censored.
Overall Comparisons
Chi-Square df Sig.
Log Rank (Mantel-Cox) 3.440 1 .064
Test of equality of survival distributions for the different levels of
Kel.umur.
Survival Functions
1.0 Kel.umur
<= 5
>5
<= 5-censored
> 5-censored
0.8
Cum Survival
0.6
0.4
0.2
0.0
0 2 4 6 8 10
PersonTime
Overall Comparisons
Chi-Square df Sig.
Log Rank (Mantel-Cox) .190 1 .663
Test of equality of survival distributions for the different levels of
JenKel.
Survival Functions
1.0 JenKel
Perempuan
Laki-laki
Perempuan-censored
Laki-laki-censored
0.8
C um S urvival
0.6
0.4
0.2
0.0
0 2 4 6 8 10
PersonTime
Overall Comparisons
Chi-Square df Sig.
Log Rank (Mantel-Cox) .793 1 .373
Test of equality of survival distributions for the different levels of
Peny.Penyerta.
Survival Functions
1.0 Peny.Penyerta
Tidak ada
Ada
Tidak ada -censored
Ada -censored
0.8
Cum Survival
0.6
0.4
0.2
0.0
0 2 4 6 8 10
PersonTime
Overall Comparisons
Chi-Square df Sig.
Log Rank (Mantel-Cox) .544 1 .461
Test of equality of survival distributions for the different levels of
Komplikasi.
Survival Functions
1.0 Komplikasi
Tidak ada
Ada
Tidak ada -censored
Ada-censored
0.8
Cum Survival
0.6
0.4
0.2
0.0
0 2 4 6 8 10
PersonTime
1. Variabel Dehidrasi
-2 Log
Likelihood
915.561
-2 Log Overall (score) Change From Previous Step Change From Previous Block
Likelihood Chi-square df Sig. Chi-square df Sig. Chi-square df Sig.
906.041 9.389 1 .002 9.520 1 .002 9.520 1 .002
a. Beginning Block Number 0, initial Log Likelihood function: -2 Log likelihood: 915.561
b. Beginning Block Number 1. Method = Enter
-2 Log
Likelihood
915.561
e,f
Omnibus Tests of Model Coefficients
-2 Log Overall (score) Change From Previous Step Change From Previous Block
Step Likelihood Chi-square df Sig. Chi-square df Sig. Chi-square df Sig.
1a 898.926 18.054 5 .003 16.635 5 .005 16.635 5 .005
2b 899.534 17.368 4 .002 .609 1 .435 16.027 4 .003
3c 900.358 16.245 3 .001 .823 1 .364 15.203 3 .002
4d 901.493 14.860 2 .001 1.135 1 .287 14.068 2 .001
a. Variable(s) Entered at Step Number 1: Dehidrasi Dehidrasi*Kel.umur Dehidrasi*JenKel Dehidrasi*Peny.Penyerta
Dehidrasi*Komplikasi
b. Variable Removed at Step Number 2: Dehidrasi*Komplikasi
c. Variable Removed at Step Number 3: Dehidrasi*Peny.Penyerta
d. Variable Removed at Step Number 4: Dehidrasi*JenKel
e. Beginning Block Number 0, initial Log Likelihood function: -2 Log likelihood: 915.561
f. Beginning Block Number 1. Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)
Survival Table