TESIS
OLEH
IRMA LINDA
107032223/IKM
TESIS
Oleh
IRMA LINDA
107032223/IKM
Menyetujui
Komisi Pembimbing:
(Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)
Ketua Anggota
Dekan
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
(Irma Linda)
107032223/IKM
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
yang berjudul “Perspektif Gender terhadap Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di
bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini,
kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Utara.
4. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, dan dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku ketua
waktu, pemikiran, arahan dan bimbingan hingga selesainya penulisan tesis ini.
penguji dan anggota komisi penguji yang telah memberikan bimbingan, kritik
serta saran yang sangat membantu untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.
Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di
7. Seluruh staf dosen dan staf pegawai di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu serta bantuan
kepada penulis.
Cermin yang telah memberikan izin dan informasi kepada penulis untuk
9. Teristimewa bagi suami tercinta Ardiansyah, SP, untuk semua do’a, dukungan,
dan pengorbanan yang telah diberikan. Anak-anak kami yang tersayang Iwan Era
Syahputra dan Jihan Ardilina Putri yang selalu mengerti dan menerima
kekurangan waktu dan perhatian serta sebagai sumber semangat selama penulis
mengikuti pendidikan.
10. Ayahanda dan ibunda Alm. Marzuki dan Nurhayati Nasution serta Bapak dan Ibu
mertua H. Amin Abdul Wahab dan Hj. Delita yang telah memberikan dukungan
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dari segi
bahasa maupun isinya, sehingga saran dan masukan sangat diharapkan untuk
kesempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan dengan melimpahkan berkat dan rahmat-Nya. Semoga tesis ini
Irma Linda
107032223/IKM
Penulis, Irma Linda, dilahirkan pada tanggal, 15 Maret 1975 di Tanjung Balai
Provinsi Sumatera Utara dari ayah Alm. Marzuki dan Ibu Nurhayati Nasution.
Penulis menikah dengan Ardiansyah, SP dan dikaruniai dua orang anak yang
bernama Iwan Era Syahputra dan Jihan Ardilina Putri. Penulis beragama Islam dan
bertempat tinggal di Jl. Setia Kawan Gg. Saudara No.1 Desa Sunggal Kanan
Balai pada tahun 1980-1987, sekolah lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri 1
Tanjung Balai pada tahun 1987-1990, sekolah menengah atas atau yang sederajat di
Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Sari Mutiara Medan pada tahun 1990-1993.
di SPK Kesdam I/Bukit Barisan Medan pada tahun 1993-1994. Pada tahun 1997-
Penulis bekerja sebagai staf pegawai Dinas Kesehatan Kota Sibolga pada tahun
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
LAMPIRAN ........................................................................................................... 75
4. Master Tabel.................................................................................................. 95
9. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lngkat ..................... 117
10. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian dari Puskesmas Pantai Cermin .... 118
PENDAHULUAN
peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi protein
pengikat gizi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan penurunan gizi mikro. Pada
gizi dalam kehamilan yang berdampak pada defisiensi gizi mikro seperti anemia yang
dapat berakibat fatal pada ibu hamil dan bayi baru lahir (Sibagariang, dkk, 2010).
pada wanita yang tidak hamil 30,2% sedangkan untuk ibu hamil 47,40%. Kejadian
anemia bervariasi dikarenakan perbedaan kondisi sosial ekonomi, gaya hidup, dan
hampir separuh dari semua wanita hamil di dunia; 52% terdapat di negara
kekurangan gizi mikro, malaria, infeksi cacing, dan schistosomiasis; infeksi human
disebabkan karena sebelum wanita mengalami kehamilan mereka telah jatuh pada
keadaan anemia. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap ibu hamil
tahun 1992, mencatat bahwa 63,5% perempuan hamil menderita anemia. Angka ini
menurun pada Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1995, menjadi
50,5% dan menjadi 40,1% pada tahun 2001 (Depkes, 2007). Prevalensi anemia pada
ibu hamil sangat tinggi, di Propinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil survei tahun
1999 adalah sebesar 78,65%. Pada tahun 2002 menurun menjadi 53,8%. Namun
angka ini masih tetap tinggi. Secara nasional, untuk kategori kelompok anemia pada
wanita, anemia ibu hamil menduduki urutan kedua setelah anemia pada remaja putri
Dari hasil penelitian Harahap (2011) di wilayah kerja Puskesmas Rumbio Jaya
Kabupaten Kampar ditemukan prevalensi anemia pada ibu hamil sebanyak 64,6%.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 didapatkan data bahwa cakupan
pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun 2008),
namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03% (tahun
68,62% dari 1431 ibu hamil baru (Dinkes Kab. Langkat, 2011). Dari data diatas
terlihat masih tingginya kejadian anemia pada ibu hamil, hal ini menunjukkan
keadaan gizi ibu hamil yang kurang baik. Anggapan bahwa kehamilan adalah
faktor yang menyebabkan rendahnya status kesehatan ibu hamil itu sendiri.
Tingginya prevalensi anemia gizi besi antara lain disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu: kehilangan darah secara kronis, asupan zat besi tidak cukup, penyerapan
yang tidak adekuat dan peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel
darah merah yang secara fisiologis berlangsung pada masa pertumbuhan, masa
dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir
antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih
sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan
perempuan. AKI juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan
dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah menurunkan hingga 75%
resiko kematian ibu dari jumlah AKI pada tahun 1990. AKI Indonesia secara nasional
dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, menunjukkan penurunan yang signifikan
terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.
anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama
terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di
berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh
pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10% sampai hampir 60%.
Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah penyakit yang mungkin
telah terjadi sebelum kehamilan tetapi diperburuk oleh kehamilan seperti penyakit
karena banyak masalah sosial yang terkait dengan kesejahteraan perempuan yang
bermuara pada kultur patriarki. Secara tidak langsung posisi sosial perempuan yang
kesehatan reproduksi ibu. Di banyak masyarakat dunia sudah lazim bagi perempuan
dan anak perempuan makan setelah laki-laki dan anak laki-laki, sekalipun perempuan
sedang hamil dan menyusui. Hal tersebut menyebabkan mereka kekurangan makan,
yang menjurus kepada anemia dan kekurangan gizi. Masalah-masalah tadi bermuara
rumah tangga sangat berkontribusi terhadap keselamatan dan kesehatan mental dan
bukanlah tanggungjawab dari perempuan semata dan tidak ada pandangan bahwa
2012).
ditemukan ibu hamil dilarang makan ikan laut dan udang juga tidak boleh makan
banyak, karena dikhawatirkan bayinya besar terlebih pada ibu yang hamil pertama
sekali. Sumber pengetahuan ini didapatkan dalam daur kehidupan dan umumnya
berlangsung secara turun temurun yang kebanyakan berasal dari mereka yang
ada pengaruh antara distribusi makanan dalam keluarga dan beban ganda ibu hamil
menurunkan kematian ibu dan angka kematian bayi salah satunya Gerakan Sayang
menurunkan jumlah kematian ibu secara nyata dan memastikan setiap ibu di
Indonesia mendapat kesempatan untuk melahirkan bayi sehat dan selamat. GSI
responsivitas ibu hamil pada terhadap kesehatan kandungannya sendiri, dalam GSI
Kedua, adalah faktor suami dimana suami dan keluarga lain memberikan perhatian
lebih kepada istri/ibu hamil dan selalu SIAGA (Siap, Antar, Jaga), mengenali
kesehatan yang memadai; dan mempratekkan kesetaraan keadilan gender serta tidak
dominasi oleh satu pihak dengan yang lain sehingga menimbulkan diskriminasi
antara perempuan dan laki-laki. Kesenjangan perempuan dan laki-laki dalam berbagai
keputusan yang menyangkut kesehatan dirinya, sikap dan perilaku keluarga yang
cenderung mengutamakan laki-laki, dan tuntutan untuk tetap bekerja meskipun dalam
pelayanan kesehatan reproduksi yang berbeda, baik dalam keadaan sakit maupun
(Makarao, 2009).
dengan kesehatan dirinya antara lain berapa jumlah anak yang diinginkannya, kapan
mau hamil, jarak kehamilannya, kapan memeriksakan kehamilannya, siapa yang akan
menolong persalinan, dan persiapan dana untuk persalinan dianggap tidak penting,
karena kedudukan perempuan yang lemah dan rendah dalam keluarga (Sibagariang
dkk, 2010). Hasil penelitian Nurhayati di Rumah Bersalin Sari Simpang Limun
suami.
menyediakan transportasi atau dana untuk biaya konsultasi. Dalam konsultasi pada
Hasil wawancara pada studi awal dengan bidan desa di wilayah kerja
menunjukkan adanya beberapa perilaku yang menyangkut kesehatan pada ibu hamil
trimester kedua, rata- rata jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dan masih kurangnya
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “tingginya angka kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Pantai Cermin Kabupaten Langkat dan diduga mempunyai kaitan dengan masalah
kehamilan) terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
1.4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh perspektif gender (akses
dalam perawatan kehamilan) terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah
Langkat, sebagai data dan bahan masukan dalam merumuskan perencanaan kebijakan
dan program kerja dalam upaya mengurangi ketidaksetaraan gender dalam bidang
kesehatan.
TINJAUAN PUSTAKA
maka diperlukan peninjauan pustaka terhadap gender dan anemia dalam kehamilan.
2.1 Gender
Istilah gender pada awalnya dikembangkan sebagai suatu alat analisis yang baik
Gender berbeda dengan jenis kelamin (seks). Gender adalah pembagian peran, fungsi
dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan di dalam keluarga dan
masyarakat, yang ditentukan oleh nilai-niai sosial budaya yang berkembang. Nilai
dan aturan bagi laki-laki dan perempuan di setiap masyarakat berbeda sesuai dengan
nilai sosial budaya setempat dan seringkali berubah seiring dengan perkembangan
budaya. Seks adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Seks
melekat secara fisik sebagai alat reproduksi. Oleh karena itu, seks merupakan kodrat
atau ketentuan Tuhan sehingga bersifat permanen dan universal (Makarao, 2009).
Konsep gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan
yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya, sehingga lahir beberapa
anggapan tentang peran sosial dan budaya laki-laki dan perempuan. Bentukan sosial
tersebut antara lain kalau perempuan dikenal sebagai makhluk yang lemah lembut,
cantik, emosional, atau keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan,
bagaimana laki-laki dan perempuan berpikir dan bertindak sesuai dengan ketentuan
diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya (Handayani dan Sugiarti, 2002).
Gender bisa dipertukarkan satu sama lain, gender bisa berubah dan berbeda dari
waktu ke waktu, di suatu daerah dan daerah yang lainnya. Oleh karena itulah,
universal. Seseorang dengan jenis kelamin laki-laki mungkin saja bersifat keibuan
dan lemah lembut sehingga dimungkinkan pula bagi dia untuk mengerjakan
pekerjaan rumah dan pekerjaan-pekerjaan lain yang selama ini dianggap sebagai
kelamin perempuan bisa saja bertubuh kuat, besar pintar dan bisa mengerjakan
2007).
hakikatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan
dalam perbedaan kelas. Laki-laki identik dengan kelas borjuis (kaum penindas) dan
mengejar “kesamaan” atau fifty-fifty yang kemudian dikenal dengan istilah kesamaan
hambatan, baik dari nilai agama maupun budaya. Karena itu, aliran nurture
lembaga tinggi negara, partai politik, dan bidang lainnya. Untuk mencapai tujuan
tersebut, dibuatlah program khusus (affirmatif action) guna memberikan peluang bagi
Menurut teori nature, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrat
Tuhan sehingga tidak dapat berubah dan bersifat universal. Perbedaan biologis ini
memberikan indikasi dan implikasi bahwa di antara kedua jenis tersebut memiliki
peran dan tugas yang berbeda. Manusia, baik perempuan maupun laki-laki, memiliki
Keharmonisan hidup hanya dapat diciptakan bila terjadi pembagian peran dan tugas
yang serasi antara perempuan dan laki-laki, dan hal ini dimulai sejak dini melalui
peran, asal dilakukan secara demokratis dan dilandasi oleh kesepakatan (komitmen)
antara suami-isteri dalam keluarga, atau antara perempuan dan laki-laki dalam
kehidupan masyarakat.
antara kaum perempuan dan laki-laki karena keduanya harus bekerjasama dalam
memiliki status dan kondisi yang sama dalam pemenuhan hak-haknya sebagai
individu sehingga pada setiap peran yang dilakukan akan memiliki perbedaan.
Kesetaraan gender juga tidak berarti menempatkan segala sesuatu harus sama, tetapi
keseimbangan dalam pembagian peran antar anggota keluarga sehingga tidak ada
salah satu yang dirugikan. Dengan demikian, tujuan serta fungsi keluarga sebagai
entah itu biologis, aspirasi, kebutuhan, kemampuan, ataupun kesukaan, cocok dengan
seseorang dan memberikan haknya sesuai dengan kondisi perseorangan, atau disebut
kesetaraan dalam hak, kesetaraan dalam sumber daya dan kesetaraan dalam
menyuarakan pendapat. Adanya kesetaraan hak dalam peran dan tanggung jawab
laki-laki dan perempuan dalam bidang kesehatan seperti kesetaraan hak dalam rumah
tangga yaitu perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama dalam kesehatan,
misalnya menentukan jumlah anak, jenis persalinan, pemilihan alat kontrasepsi, dan
lain-lain. Selain itu, perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama dalam
kebutuhan akan kesehatan dan laki-laki tidak lagi mendominasi pendapat dalam
sesuai tingkat pendidikannya, dan kesempatan untuk memberikan umpan balik atas
gangguan kesehatan reproduksi yang amat buruk dan erat kaitannya dengan persoalan
gender, faktor sosial ekonomi yang buruk, preferensi terhadap anak laki-laki dan
diskriminasi.
alasan gender, seperti pembatasan peran, penyingkiran, atau pilih kasih yang
laki-laki dan perempuan, maupun hak dasar dalam bidang sosial, politik, ekonomi,
berlaku, dalam hal distribusi manfaat dan tanggung jawab antara laki-laki dan
2.1.3.1. Marginalisasi
proses marginalisasi kaum perempuan karena perbedaan gender. Dari segi sumbernya
bias berasal dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, keyakinan tradisi
perempuan, terjadi sejak di dalam rumah tangga dalam bentuk diskriminasi atas
terjadi seperti ditempatkan sebagai orang yang tidak memiliki peran penting.
tentang penyuluhan lingkungan sehat termasuk air bersih serta sanitasi. (Makarao,
2009).
2.1.3.2. Subordinasi
berakibat munculnya sikap menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting.
Subordinasi karena gender tersebut terjadi dalam segala macam bentuk yang
berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Salah satu konsekuensi dari posisi
Seorang perempuan yang melahirkan bayi laki-laki akan lebih dihargai daripada
seorang perempuan yang hanya melahirkan bayi perempuan, demikian juga dengan
bayi perempuan yang baru lahir tersebut. Kelahiran seorang bayi laki-laki akan
disambut dengan kemeriahan yang lebih besar dibanding dengan kelahiran seorang
2.1.3.3. Stereotipe
kelompok tertentu atau jenis kelamin tertentu, dan biasanya pelabelan ini selalu
pandangan gender. Pelabelan yang sudah melekat pada laki-laki misalnya, laki-laki
adalah pencari nafkah, maka setiap pekerjaan yang dilakukan perempuan dinilai
hanya sebagai tamabahan saja, sehingga pekerja perempuan boleh saja dibayar lebih
kerumahtanggaan. Stereotip tidak hanya terjadi dalam rumah tangga, tetapi juga
terjadi ditempat kerja dan masyarakat, bahkan di tingkat pemerintah dan Negara
(Kusmiran, 2011).
2.1.3.4. Kekerasan
integritas mental psikologis seseorang. Kekerasan yang terkait gender disebut sebagai
“gender related violence” yang pada dasarnya disebabkan oleh kekuasaan. Bentuk
kekerasan ini tidak selalu terjadi antara laki-laki terhadap perempuan akan tetapi
antara perempuan dengan perempuan atau bahkan antara perempuan dan laki-laki
(Makarao, 2009).
perbedaan pendapat, menyatakan rasa tidak puas, dan seringkali untuk menunjukkan
bahwa laki-laki berkuasa atas perempuan. Pada dasarnya kekerasan yang berbasis
(Sasongko, 2007).
rumah tangga sehingga banyak perempuan yang menanggung beban kerja domestik
lebih banyak dan lebih lama dibanding kaum laki-laki. Karena adanya anggapan
bahwa kaum perempuan bersifat memelihara, rajin dan tidak akan menjadi kepala
rumah tangga, maka akibatnya semua pekerjaan domestik menjadi tanggung jawab
kaum perempuan. Sehingga perempuan menerima beban ganda, selain harus bekerja
domestik, mereka masih harus bekerja membantu mencari nafkah (Widyastuti, dkk,
2009).
Hasil penelitian Zaluchu (2005) di Kota Tanjung Balai secara kualitatif, seorang
ibu hamil biasanya harus melakukan banyak pekerjaan, baik produktif maupun
beban kehamilannya.
hemoglobin dalam darah sampai kadar (untuk wanita hamil) di bawah 11g%.
Hemoglobin merupakan zat berwarna merah yang terdapat dalam bentuk larutan
dalam sel darah merah, yang fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen ke semua
bagan tubuh. Zat besi, asam folat, vitamin dan unsur mineral lainnya, diperlukan
Amstrong, 1994).
bawah 11g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5g% pada trimester 2. Nilai batas
tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu mengalami hemodilusi
(pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada
kehamilan 32 sampai 34 minggu. Bila kadar hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar
fisiologis, dan kadar Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10g% (Manuaba, 1998).
zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan
sumsum tulang. Volume darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim
disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang
Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan
beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil sebagai akibat
viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah
tidak naik. Kedua, ketika perdarahan pada saat persalinan, banyaknya unsur besi yang
hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental (Wiknjosastro,
2007).
menurun, dan ibu hamil mulai mengeluh tentang keluhan umum, mudah lelah, pusing
dan nyeri kepala. Kulit dan selaput lendir pucat, demikian juga pada dasar kuku dan
lidah serta akan menjadi jelas jika konsentrasi hemoglobin turun menjadi 7g%. Efek
total jika terjadi anemia berat. Kematian akibat anemia merupakan akibat kegagalan
jantung, shock, atau infeksi sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (Saifuddin,
2000).
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan, maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Pelbagai penyulit
dapat timbul akibat anemia seperti: abortus, partus prematurus, partus lama karena
inertia uteri, perdarahan postpartum karena atonia uteri, syok, infeksi intrapartum dan
postpartum. Pada anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/100 ml dapat
sebab potensial morbiditas dan mortalitas ibu dan anak (Wiknjosastro, 2007).
Secara umum, ada tiga penyebab anemia yaitu kehilangan darah secara kronis,
kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang berlangsung pada
masa pertumbuhan, masa pubertas, masa kehamilan, dan menyusui (Arisman, 2009).
Penyebab tidak langsung dari anemia adalah status perempuan yang masih
rendah di dalam keluarga. Di banyak masyarakat dunia sudah lazim bagi perempuan
dan anak perempuan makan setelah laki-laki dan anak laki-laki, sekalipun wanita
tersebut sedang hamil atau menyusui. Mereka cenderung kekurangan makan yang
kekurangan makan, kerja keras dan kehamilan yang berulang-ulang dilihat sebagai
pengetahuan dalam memilih bahan makanan yang bergizi juga rendah. Kelompok
penduduk ekonomi rendah kurang mampu membeli makanan sumber zat besi karena
belum berdampak terhadap penurunan prevalensi anemia pada ibu hamil, antara lain
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi Ibu Hamil dan Pemberian Tablet
Tambah Darah (Zat Besi). Tetapi, program dan kegiatan intervensi biasanya
efektifitas dan efisiensi program dalam rangka penanggulangan anemia pada ibu
karena itu, dibutuhkan data dasar yang menyeluruh dan multikompleks terhadap
masalah yang berhubungan dengan kesehatan dalam hal ini adalah anemia pada ibu
hamil.
maupun sebab mendasar. Upaya yang dilakukan pada primary prevention adalah
memberikan makanan bergizi pada ibu hamil melalui perbaikan gizi yang berbasis
masyarakat dengan fokus keluarga sadar gizi, melakukan penyuluhan tentang anemia
atau kampanye tentang anemia kepada masyarakat luas. Pengobatan penyakit infeksi
dan tersedianya tablet tambah darah dalam jumlah yang sesuai. Pada secondary
zat besi dari makanan. Sedangkan upaya tertiary prevention dilakukan intervensi
empat kegiatan yaitu KIE, kegiatan suplementasi, kegiatan fortifikasi dan kegiatan
mandiri. Kegiatan KIE diarahkan untuk mencari dukungan sosial (social support)
yang bertujuan untuk meningkatkan status wanita didalam keluarga, terutama agar
(advocacy) melalui KIE yang ditujukan kepada sasaran sekunder yang mempunyai
kesadaran keluarga tentang anemia, pangan dan gizi serta dapat melakukan tindakan
menjaga kesehatannya. Kondisi ini terjadi terutama karena adanya perlakuan tidak
kesehatan. Saat ini fokus utama pelayanan kesehatan masih menekankan aspek medis
dan kurang sekali memperhatikan isu-isu sosial. Padahal perbedaan sosial antara laki-
2009).
keadaan sakit maupun sehat. Oleh karena itu pelayanan kesehatan reproduksi yang
berbanding 66% ).
dianggap sebagai sebuah hal biasa, yang tidak perlu dianggap sebagai tahapan
lebih penting daripada kehamilan itu sendiri dan tidak ada kepentingan yang harus
dicermati dengan lebih baik ketika kehamilan terjadi. Keadaan ini mengakibatkan
Hak reproduksi mencakup pengakuan hak-hak asasi pasangan dan pribadi untuk
menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak dan
sendiri meski itu menyangkut dirinya. Perempuan masih selalu tergantung pada orang
Hak-hak reproduksi meliputi sebagian hak-hak azasi manusia yang sudah diakui
Kairo tahun 1994, hak-hak reproduksi mencakup hak untuk hidup bebas dari resiko
kematian karena kehamilan, hak atas kebebasan dan keamanan atas kehidupan
reproduksinya, hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi, hak
untuk membangun serta merencanakan keluarga, hak untuk memutuskan secara bebas
mengenai jumlah anak, menentukan waktu kelahiran anak dan cara untuk
hukum yang kuat, namun dalam prakteknya terdapat kesenjangan antara prinsip-
prinsip hukum dengan realitas sosial, karena hak reproduksi banyak dipengaruhi oleh
seseorang terkait erat dengan terpaan informasi, baik bersumber dari media massa
maupun non media massa. Akses wanita ke media massa lebih rendah dari pria.
Konstruksi gender telah berhasil membangun satu aspek pendidikan keluarga bahwa
anak wanita dididik untuk tidak banyak bicara sehingga akan mencerminkan wibawa.
Wibawa yang terpancar akan memiliki kekuatan dengan sekali bicara akan didengar
dan dipatuhi terutama oleh anak-anaknya, tetapi hasil pendidikan dalam keluarga ini
pendapat, gagap berbicara, sulit merumuskan kalimat yang sesuai apa yang
(Hidayat, 2005).
ibu-ibu rumah tangga dalam posisi yang relatif rendah, sehingga kebutuhan dan
berkaitan hidup matinya ibu-ibu itu sendiri seperti masalah kesehatan reproduksi.
memecahkan masalah, atas dasar argumen yang dikemukakan suami dan istri
2) Dominan istri, umumnya terjadi pada kelompok ibu-ibu rumah tangga yang
wewenang penuh untuk mengambil keputusan sendiri. Ibu-ibu rumah tangga ini
3) Dominan suami, tipe pengambilan keputusan seperti ini banyak berlaku pada
ibu-ibu rumah tangga yang relatif tua. Terdapat dua klasifikasi pengambilan
dihadapi, tanpa banyak bertanya atau meminta pertimbangan istri terlebih dulu.
Kedua, suami akan meminta pendapat dan keinginan istrinya dalam proses
dan istri.
jiwa istrinya. Suami yang baik adalah suami yang memenuhi kebutuhan istrinya,
membantu perawatannya, dan terlibat secara dekat dengan segala sesuatu yang terjadi
pada istrinya. Seorang ayah seharusnya bekerja keras, bertanggung jawab dan
meluangkan waktu untuk istri yang akan menciptakan kesenangan, kepuasan dan
kebahagiaan yang tak terukur. Selama kehamilan maupun persalinan, istri biasanya
suaminya, dan jika dia tidak mendapatkan hal itu dia akan merasa hidup sendiri
(Stoppard, 2002).
ditunjukkan dengan cara memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri,
minimal empat kali selama kehamilan, memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya,
melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan sedini mungkin bila terjadi hal-hal yang
bukan dilandasi konflik atau struktur fungsional tetapi dilandasi kebutuhan bersama
keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dan laki-laki. Pandangan ini tidak
bermasyarakat, dan berbangsa. Karena itu, penerapan kesetaraan dan keadilan gender
harus memperhatikan masalah kontekstual (yang ada pada tempat dan waktu tertentu)
individu sehingga pada setiap peran yang dilakukan akan memiliki perbedaan.
Kesetaraan gender juga tidak berarti menempatkan segala sesuatu harus sama, tetapi
keseimbangan dalam pembagian peran antar anggota keluarga sehingga tidak ada
salah satu yang dirugikan. Dengan demikian, tujuan serta fungsi keluarga sebagai
terhadap pelayanan kesehatan terutama dialami oleh perempuan karena adanya status
perempuan yang tidak mendapat izin dari suami sebagai pemegang keputusan, siapa
yang menolong persalinan istri kebanyakan masih ditentukan oleh suami, sehingga
pengambilan keputusan untuk kepentingan dirinya. Ditinjau dari segi hak reproduksi
jelas dinyatakan bahwa setiap orang baik lakilaki maupun perempuan tanpa
memandang kelas, sosial, suku, umur, agama dan lain-lain mempunyai hak yang
sama untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab. Lebih praktisnya dapat
hak untuk menentukan kapan ingin punya anak, jumlah anak, memeriksakan
jiwa istrinya. Suami yang baik adalah suami yang memenuhi kebutuhan istrinya,
membantu perawatannya, dan terlibat secara dekat dengan segala sesuatu yang terjadi
pada istrinya. Seorang ayah seharusnya bekerja keras, bertanggung jawab dan
meluangkan waktu untuk istri yang akan menciptakan kesenangan, kepuasan dan
kebahagiaan yang tak terukur. Selama kehamilan maupun persalinan, istri biasanya
suaminya, dan jika dia tidak mendapatkan hal itu dia akan merasa hidup sendiri
(Stoppard, 2002).
Perspektif Gender :
1. Akses Pelayanan Kesehatan
2. Pengambilan Keputusan
Status Kesehatan
terhadap Kehamilan
3. Partisipasi Suami dalam
Perawatan Kehamilan
Kejadian Anemia
Pada Ibu hamil
……………… = Tidak diteliti
partisipasi suami dalam kehamilan. Variabel dependen adalah kejadian anemia pada
ibu hamil.
Kesetaraan gender dalam kesehatan khususnya terhadap ibu hamil dapat dilihat
melalui akses ibu hamil ke pelayanan kesehatan yang masih dipengaruhi oleh
keberadaan suami sebagai kepala rumah tangga menyangkut izin, biaya yang
kehamilan yang merupakan hak ibu hamil atas dirinya sendiri pada kenyataannya
tidak dapat terpenuhi karena besarnya keterlibatan suami dan keluarga dalam
suami dalam perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor penting yang dapat
meningkatkan kesehatan ibu selama hamil yakni menyangkut gizi ibu hamil,
perhatian dan dukungan, persediaan biaya serta transportasi yang dibutuhkan selama
METODE PENELITIAN
terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin
Kabupaten Langkat.
Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012. Alasan pemilihan lokasi, berdasarkan
survei awal ditemukan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pantai
Cermin Kabupaten Langkat tahun 2011 masih tinggi sebesar 68,62%. Persentase ini
Hasil wawancara pada studi awal dengan bidan desa di wilayah kerja
perilaku yang menyangkut kesehatan pada ibu hamil seperti ibu biasanya melakukan
kunjungan kehamilan setelah kehamilan memasuki trimester kedua, rata- rata jarak
kehamilan kurang dari 2 tahun dan masih kurangnya partisipasi suami dalam
Penelitian dilakukan mulai dari bulan Desember 2011 sampai dengan Agustus
tahun 2012.
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan suami dan istri dengan
kehamilan trimester ke-3 yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pantai
Cermin Kabupaten Langkat tahun 2012 yang tersebar di 19 desa, dengan kriteria
inklusi pasangan suami dan istri dengan kehamilan trimester ke-3 yang tinggal
bersama. Penetapan pasangan suami dan istri dengan kehamilan trimester ke-3
terhadap kehamilan dan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan) akan lebih
banyak didapatkan. Jumlah ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Pantai Cermin
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari pasangan suami dan istri
dengan kehamilan trimester ke-3 yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Keterangan :
Perhitungan :
{1,960√{(0,65)(0,35)}+1,282√{(0,75)(0,25)} 2
n= -----------------------------------------------------------
[0,10]2
n = 69 ≈ 70
ini adalah 70 pasangan suami dan istri dengan kehamilan trimester ke-3, yang
sampel berdasarkan pertimbangan yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau
Kuning dan desa Pantai Cermin) di mana cakupan pemberian tablet besi (Fe) rata-rata
hanya 10%. Jumlah ibu hamil di desa Pulau Banyak 67 orang, desa Baja Kuning 41
orang dan desa Pantai Cermin 116 orang (Laporan PWSKIA Puskesmas Pantai
1. Data primer yaitu suatu data yang dikumpulkan melalui wawancara langsung
kehamilan trimester ke-3 yang tinggal di Desa Pulau Banyak, Desa Baja Kuning
dan Desa Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat meliputi
Pura, data populasi ibu hamil yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Pantai Cermin. Data sekunder diperoleh melalui laporan PWS-KIA Bidan Desa,
Sebelum data dikumpulkan, maka akan terlebih dahulu dilakukan uji instrumen
penelitian yang bertujuan untuk memastikan bahwa alat bantu yang dipergunakan
(kuesioner) telah memiliki validitas dan reliabilitas. Validitas berasal dari kata
validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kemaknaan suatu alat ukur
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai
yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara
mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan
rumus korelasi pearson product moment (r) dengan α=0,05. Reliabilitas data
merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
cronbach’ Alpha dengan α=0,7, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali
Uji coba kuesioner dilakukan pada pasangan suami dan istri dengan kehamilan
trimester ke-3 di lokasi yang menyerupai lokasi penelitian yaitu wilayah kerja
30 pasangan suami dan istri. Hal ini dimaksudkan agar alat ukur yang digunakan
benar-benar tepat dan cermat dalam melakukan fungsi ukurnya serta dapat dipercaya.
<α=0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid. Pada uji
hitung <α=0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid.
Pada uji reliabilitas diperoleh nilai Cronbach’s Alpha >α=0,7 sehingga dapat
sebanyak 18 item, setelah dilakukan uji validitas, hasilnya menunjukkan nilai r-hitung
<α=0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid. Pada uji
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak empat variabel, yang
terdiri dari tiga variabel independen yaitu perspektif gender (akses pelayanan
perawatan kehamilan). Satu variabel dependen yaitu kejadian anemia pada ibu hamil.
a) Perspektif gender adalah cara pandang dalam melihat kejadian anemia pada ibu
hamil berdasarkan gender (perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara
ibu hamil trimester ke-3 dan suami) yang berupa akses terhadap pelayanan
dan Rumah Sakit). Peluang atau kesempatan tersebut terkait dengan perbedaan
dirinya antara lain berapa jumlah anak yang diinginkannya, kapan mau hamil,
Kejadian anemia pada ibu hamil adalah kadar hemoglobin di dalam darah ibu
Kuesioner menggunakan skala Likert dengan skor 1-3. Alternatif jawaban tidak
pernah diberi skor 1, jarang diberi skor 2, dan sering diberi skor 3.
Kategori :
a) Kurang baik, jika responden memperoleh nilai < 50% dari total skor (25-49)
diberi skor 1, pengambilan keputusan hanya oleh istri diberi skor 2, dan
Kategori :
a) Kurang baik, jika responden memperoleh nilai < 50% dari total skor (22-43).
b) Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ 50% dari total skor (44-66).
Alternatif jawaban tidak pernah diberi skor 1, jarang diberi skor 2, dan sering
diberi skor 3.
Kategori :
a) Kurang baik, jika responden memperoleh nilai <50% dari total skor (18-35)
b) Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ 50% dari total skor (36-54).
Pemeriksaan kadar Hb dilakukan oleh petugas analis yang ada di Puskesmas. Cara
Darah yang diambil adalah darah kapiler yang berasal dari jari tengah sebelah kiri
menggunakan jarum kulit otomatis. Darah yang mengalir pertama tidak digunakan,
darah sampel adalah darah yang secara spontan mengalir tanpa dipijit atau ditekan.
Darah diambil dengan menggunakan pipet sahli sampai mencapai batas angka 20 ul
kemudian dimasukan dalam tabung reaksi yang telah berisi larutan darbkin 5 ml.
mm.
Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah
berikut:
kejadian anemia pada ibu hamil. Jenis data dalam penelitian ini adalah kategori maka
teknik analisis menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka analisis statistik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji regresi logistik ganda. Regresi logistik ganda (multiple
dependen pada taraf kepercayaan 95%. Dalam uji regresi logistik ganda digunakan
1
P = ---------------------------------
1+ Exp-(α+β1X1+β2X2+β3X3)
Keterangan :
P = Probabilitas
HASIL PENELITIAN
Langkat yang terletak di Jalan Terusan No. 105 Desa Pantai Cermin Kecamatan
Tanjung Pura. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin adalah
sebagai berikut:
Tualang
Daerah wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin sebagian besar adalah dataran
rendah dan sebagian lainnya adalah pesisir pantai yang berbatasan langsung dengan
Selat Malaka. Puskesmas Pantai Cermin memiliki luas wilayah 165,78 km, terdiri
Pura Kabupaten Langkat berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 2010 dapat dilihat
puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat memiliki persentase yang hampir sama
antara penduduk laki-laki dan perempuan dengan jenis pekerjaan lebih banyak
wiraswasta dan sebagian besar penduduk berpendidikan rendah (SD dan SMP).
Sakit Umum Daerah (RSUD) tipe C. Puskesmas Pantai Cermin dengan wilayah kerja
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa puskesmas Pantai Cermin Kabupaten
mengingat luasnya daerah binaan dan banyaknya jumlah desa dan dusun.
pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, jarak kehamilan, umur suami, suku, pendidikan
dan pekerjaan. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
tahun yang merupakan usia reproduktif dan usia yang sehat untuk seorang wanita
yang merupakan suku terbesar di Kecamatan Tanjung Pura menurut sejarah. Sebagian
besar responden istri berpendidikan SMU dan tidak bekerja. Jumlah anak yang
dimiliki lebih banyak dengan jumlah ≤ 2 orang dan jarak kehamilan < 2 tahun.
tahun yang merupakan usia produktif. Sebahagian besar responden suami bersuku
Melayu. Responden suami lebih banyak berpendidikan SMU dan bekerja sebagai
4.3. Distribusi Perspektif Gender dan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
Untuk mengetahui distribusi perspektif gender dan kejadian anemia pada ibu
hamil dilakukan analisis univariat dan disajikan dalam tabel disribusi fekuensi.
Dari hasil uji analisis univariat terhadap perspektif gender meliputi variabel
Dari Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa perspektif gender berdasarkan akses
sebagian besar baik, hal ini menggambarkan mudahnya responden untuk mengakses
Pengambilan Keputusan
No Jumlah (orang) Persentase (%)
Terhadap kehamilan
1. Menurut Istri
a. Kurang Baik 36 51,4
b. Baik 34 48,6
Jumlah 70 100,0
2. Menurut Suami
a. Kurang Baik 23 32,9
b. Baik 47 67,1
Jumlah 70 100,0
3. Pengambilan Keputusan
Terhadap Kehamilan
a. Kurang Baik 32 45,7
b. Baik 38 54,3
Jumlah 70 100,0
Cermin Kabupaten Langkat sebagian besar baik, namun terdapat perbedaan kategori
pendapat tentang peran sebagai istri dan peran sebagai suami dalam pengambilan
keputusan.
Cermin Kabupaten Langkat sebagian besar baik, hal ini menggambarkan adanya
Tabel 4.8. Distribusi Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat Tahun 2012
anemia dalam kehamilan sebanyak 70,0%. Keadaan ini menunjukkan sebagian besar
4.4. Hubungan Perspektif Gender dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
perawatan kehamilan) dengan kejadian anemia pada ibu hamil dilakukan analisis
bivariat dengan menggunakan uji chi-square dan hasil pengolahan data disajikan
kejadian anemia pada responden istri yang memiliki akses pelayanan kesehatan
kurang baik (89,5%), dengan sedangkan responden istri memiliki akses pelayanan
Hasil uji statistik dengan uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara akses pelayanan kesehatan dengan kejadian anemia pada ibu
1,426 kali lebih besar mengalami anemia dalam kehamilan dibandingkan dengan
hubungan akses pelayanan kesehatan dengan kejadian anemia pada ibu hamil dapat
Kejadian Anemia
Akses
Pada Ibu Hamil
Pelayanan Jumlah PR 95%CI P
Anemia Tidak Anemia
Kesehatan
N % n %
Kurang 17 89,5 2 10,5 19 1,426 1,098-1,853 0,030
Baik
Baik 32 62,7 19 37,3 51
kejadian anemia pada responden istri yang memiliki pengambilan keputusan terhadap
Hasil uji statistik dengan uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang
baik mempunyai kemungkinan 1,457 kali lebih besar mengalami anemia dalam
keputusan terhadap kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil dapat dilihat
kejadian anemia pada responden istri yang memiliki partisispasi suami dalam
Hasil uji statistik dengan uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang
anemia pada ibu hamil(p=0,009), dengan nilai prevalence ratio (PR)= 1,535 artinya
responden istri yang memiliki partisispasi suami dalam perawatan kehamilan kurang
baik mempunyai kemungkinan 1,457 kali lebih besar mengalami anemia dalam
perawatan kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
4.5. Pengaruh Perspektif Gender terhadap Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
kehamilan) terhadap kejadian anemia pada ibu hamil secara bersama-sama dilakukan
analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda (multiple logistic
probabilitas (p) lebih kecil dari 0,25. Selanjutnya semua variabel tersebut dimasukkan
Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda diperoleh hasil
bahwa hanya satu variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian
anemia pada ibu hamil yaitu variabel partisipasi suami dalam perawatan kehamilan
baik partisipasi suami dalam perawatan kehamilan maka semakin rendah angka
kejadian anemia pada ibu hamil. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
1
P = ----------------------------
1+ Exp-(0,470+2,363)
P= 0,9444
responden istri yang tidak mengalami anemia dalam kehamilan untuk partisipasi
suami dalam perawatan kehamilan sebesar 0,9444, artinya bila partisipasi suami
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat tahun 2012 mengalami anemia dalam
menunjukkan sebagian besar responden istri berumur 20-34 tahun yang merupakan
usia reproduktif dan usia yang sehat untuk seorang wanita melakukan tugas
dan tidak bekerja. Jumlah anak yang dimiliki lebih banyak dengan jumlah ≤ 2 orang
menunjukkan sebagian besar responden suami berumur 25-34 tahun yang merupakan
usia produktif. Sebahagian besar responden suami bersuku Melayu. Responden suami
lebih banyak berpendidikan SMU dan bekerja sebagai buruh dan pedagang. Keadaan
Hal ini sesuai dengan teori menurut Manuaba (1998), bahwa pada kehamilan
relatif terjadi anemia karena darah ibu mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan
peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34
minggu. Bila kadar hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 g% maka dengan
terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis, dan kadar Hb ibu
pengetahuan dalam memilih bahan makanan yang bergizi juga rendah. Kelompok
penduduk ekonomi rendah kurang mampu membeli makanan sumber zat besi karena
empat kegiatan yaitu KIE, kegiatan suplementasi, kegiatan fortifikasi dan kegiatan
mandiri. Kegiatan KIE diarahkan untuk mencari dukungan sosial (social support)
yang bertujuan untuk meningkatkan status wanita didalam keluarga, terutama agar
(advocacy) melalui KIE yang ditujukan kepada sasaran sekunder yang mempunyai
kesadaran keluarga tentang anemia, pangan dan gizi serta dapat melakukan tindakan
efektifitas dan efisiensi program dalam rangka penanggulangan anemia pada ibu
karena itu, dibutuhkan data dasar yang menyeluruh dan multikompleks terhadap
masalah yang berhubungan dengan kesehatan dalam hal ini adalah anemia pada ibu
hamil.
5.2. Pengaruh Perspektif Gender terhadap Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
menggunakan pelayanan kesehatan yang ada yang mencakup izin dan persetujuan
dari suami terhadap istri dalam melakukan kunjungan kehamilan, kemampuan istri
melakukan kunjungan kehamilan terkait dengan perannya sebagai istri dan ibu dalam
kehamilan. Dari data yang didapatkan melalui wawancara dengan bidan desa, bahwa
anemia pada ibu hamil (p=0,030). Namun dari hasil analisis pengaruh perspektif
gender berdasarkan akses pelayanan kesehatan terhadap kejadian anemia pada ibu
hamil menggunakan uji regresi logistik ganda menunjukkan tidak ada pengaruh
secara bermakna. Hal ini dimungkinkan karena adanya kesadaran dan pemahaman
yang baik dari istri untuk melakukan kunjungan kehamilan dan semakin mudahnya
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Deswani (2003) di
Jakarta Timur, bahwa tidak ditemukan adanya pengaruh dukungan sosial dari suami
Hasil penelitian berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Akmal (2003)
kerja, kemiskinan dan kurangnya dukungan suami dalam memotivasi ibu hamil untuk
pekerjaan domestik, pengetahuan warisan yang diperoleh keluarga serta peran dukun
ketidaksetaraan gender terlihat dari adanya hambatan dalam akses pelayanan terhadap
perempuan yang tidak mendapat izin dari suami sebagai pemegang keputusan, siapa
yang menolong persalinan istri kebanyakan masih ditentukan oleh suami, sehingga
Hasil penelitian juga didukung oleh teori menurut Saifuddin, dkk, (2000) bahwa
mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi adanya komplikasi pada ibu hamil.
Ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan kehamilan ke bidan atau dokter sedini
antenatal.
Cermin Kabupaten Langkat sebagian besar baik (54,3%), namun terdapat perbedaan
perlengkapan untuk persalinan lebih banyak ditentukan atau diputuskan oleh suami.
Hal ini menggambarkan perbedaan pendapat dari responden tentang peran sebagai
pada ibu hamil (p=0,016). Namun hasil analisis pengaruh pengambilan keputusan
terhadap kehamilan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil menggunakan uji
regresi logistik ganda menunjukkan tidak ada pengaruh secara bermakna. Hal ini
dimungkinkan karena sebagian besar responden istri berumur 20-34 tahun yang
merupakan usia reproduktif. Sebagian besar responden istri tidak bekerja. Jumlah
anak yang dimiliki lebih banyak dengan jumlah ≤ 2 orang dan jarak kehamilan < 2
tahun.
puskesmas Rumbio Jaya Kabupaten Kampar, yang menemukan bahwa tidak terdapat
kehamilan.
Cianjur, bahwa pengambil keputusan dalam keluarga umumnya adalah suami, kecuali
pada istri yang bekerja, istri mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan.
Hasil penelitian juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nabuasa (2006)
perencanan kehamilan yang meliputi keputusan dibuat bersama oleh suami istri tanpa
ada dominan diantara keduanya, keputusan dibuat oleh suami istri dengan pengaruh
suami lebih besar, dan keputusan dibuat oleh suami dan istri dengan pengaruh dari
Hasil penelitian juga didukung oleh teori menurut Makarao (2009), bahwa
kesetaraan gender dalam kesehatan terbagi atas kesetaraan dalam hak, kesetaraan
dalam sumber daya dan kesetaraan dalam menyuarakan pendapat. Adanya kesetaraan
hak dalam peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan dalam bidang
kesehatan seperti kesetaraan hak dalam rumah tangga yaitu perempuan dan laki-laki
mempunyai hak yang sama dalam kesehatan, misalnya menentukan jumlah anak,
Internasional (ICPD) di Kairo tahun 1994, hak-hak reproduksi mencakup hak untuk
hidup bebas dari resiko kematian karena kehamilan, hak atas kebebasan dan
keamanan atas kehidupan reproduksinya, hak atas kesetaraan dan bebas dari segala
bentuk diskriminasi, hak atas kerahasiaan pribadi, hak kebebasan berpikir, hak
memilih bentuk keluarga dan untuk membangun serta merencanakan keluarga, hak
untuk memutuskan secara bebas mengenai jumlah anak, menentukan waktu kelahiran
dan kasih sayang, memenuhi kebutuhan gizi, dan mendorong serta mengantar istri
kurangnya partisipasi suami dalam memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil dan
perawatan kehamilan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil dengan uji regresi
pada ibu hamil, dengan nilai koefisien regresi=2,363, sehingga dapat dinyatakan
bahwa semakin baik partisipasi suami dalam perawatan kehamilan maka semakin
Partisipasi suami dalam kehamilan tidak hanya berupa tanggung jawab dalam
kebutuhan materi (uang) tetapi meliputi pemenuhan kebutuhan fisik dan psikis ibu
memahami dan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan psikis istrinya selama hamil
Kupang bahwa dukungan suami terhadap istri selama masa kehamilan pada
dukungan yang sangat diharapkan dari seorang perempuan adalah dari suaminya baik
secara fisik dan non fisik. Para suami memberikan dukungan dalam bentuk yang
bermacam-macam sebagai bentuk tanggung jawab terhadap istri dan anak. Faktor
Hasil penelitian didukung oleh teori menurut Mosse (1996) bahwa penyebab
tidak langsung dari anemia adalah status perempuan yang masih rendah di dalam
perempuan makan setelah laki-laki dan anak laki-laki, sekalipun wanita tersebut
sedang hamil atau menyusui. Mereka cenderung kekurangan makan yang menjurus
kepada anemia dan kekurangan gizi. Keguguran disebabkan oleh kekurangan makan,
kerja keras dan kehamilan yang berulang-ulang dilihat sebagai bagian normal dari
keperempuanan.
Hasil penelitian juga didukung oleh teori menurut Royston dan Amstrong,
(1994) bahwa dalam perawatan selama kehamilan (antenatal) diperlukan peran suami
untuk mendukung istri agar mendapatkan pelayanan antenatal yang baik, serta
menyediakan transportasi atau dana untuk biaya konsultasi. Dalam konsultasi pada
ditunjukkan dengan cara memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri,
minimal empat kali selama kehamilan, memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya,
melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan sedini mungkin bila terjadi hal-hal yang
Abdullah, I., 2001. Seks, Gender & Reproduksi Kekuasaan, Yogyakarta : Tarawang
Press.
Akmal, Y., 2003, Kondisi Sosial Budaya Suku Sentani dan Implikasinya pada
Perilaku Ibu Hamil dalam Memanfaatkan Pelayanan Program Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas: Studi Kasus di Kecamatan Sentani,
Kabupaten Jayapura, (Tesis); Program S2 FIK Universitas Indonesia,:
http:www.lontar.ui.ac.id, diakses tanggal 21 Juni 2012.
Arikunto, S., 2007. Manajemen Penelitian, Cetakan Kesembilan, Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Arisman, MB., 2009, Gizi dalam Daur Kehidupan Edisi ke 2, Jakarta : EGC.
Azwar, A., 2001. Bagaimana Mengatasi Kesenjangan Jender. Jakarta: Kantor Negara
Pemberdayaan Perempuan.
________, 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur
(WUS), Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderat Bina Kesehatan
Masyarakat, Jakarta.
Dinas Kesehatan Kab. Langkat., 2011. Propil Kesehatan Kabupaten Langkat tahun
2010: Langkat
Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2004, Profil Kesehatan Propinsi Sumatera
Utara tahun 2004.
Handayani, T., dan Sugiarti, 2002, Konsep dan Teknik Penelitian Gender, Malang :
Universitas Muhammadiyah Malang.
Haryani, T.N., 2012. Pemenuhan Kebutuhan Gender dalam Kesehatan Ibu Hamil,
Artikel: http:www.kesehatan.kompasiana.com, diakses tanggal 23 April 2012.
Lemeshow, S., Hosmer Jr, D.W., Klar, J., Lwanga, S.K., 1997, Besar Sampel Dalam
Penelitian Kesehatan, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Manuaba, I.G.B., 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Megawangi, R., 1999, Membiarkan Berbeda? : Sudut Pandang Baru tentang Relasi
Gender, Bandung: Mizan.
Nabuasa, E., 2006, Dukungan Suami Terhadap Istri Selama Masa Kehamilan,
Persalinan, dan Masa Nifas Berdasarkan Etnis Studi di Wilayah Kerja
Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang, Hasil Penelitian; Majalah Kesehatan
Masyarakat vol.01.No.01 Desember 2006 38-50.
Nasution, Y., 2007, Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Suami PUS (Pasangan Usia
Subur) dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan dan Persalinan di Kabupaten
Bogor, Jawa Barat, Laporan Penelitian; http:www.lontar.ui.ac.id, diakses
tanggal 23 Juni 2012.
Riwidikdo, H., 2008, Statistik Kesehatan, Belajar Mudah Tehnik Analisis Data dalam
Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS), Yogyakarta: Mitra
Cendikia Press.
Royston, E, dan Amstrong, S., 1994. Pencegahan Kematian Ibu Hamil, Jakarta :
Binarupa Aksara.
Saifuddin, A.B., 2000. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sasongko, S.S., 2007. Konsep dan Teori Gender, Jakarta : Pusat Pelatihan Gender
dan Peningkatan Kualitas Perempuan BKKBN.
Soejoenoes A, 1983. Beberapa Hasil Pengamatan Klinik pada Ibu Hamil dengan
Anemia (Satu Studi di Rumah Sakit Pendidikan/rujukan di Indonesia). Majalah
Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Vol. 2 No. 9 April 1983.
Wiknjosastro, H., 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono, Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
WHO., 2008, Treatment For – Iron Deficiency Anemia in Pregnancy, Diakses tanggal
9 Maret 2012, apps.who.int/rhl/pregnancy_childbirth/medical/anemia.
Zuska, F., Emiyanti, S., Sarifah,, Lubis, Z., 2002. Penggalangan Kesehatan Maternal
di Sipirok, PSKK -UGM dan Ford Foundation
Nama :………………………………….
Umur :……………………………Tahun
Alamat :…………………………………..
Bersedia dan mau menjadi peserta penelitian yang akan dilakukan oleh Irma Linda
Utara.
Atas kesediaan dan partisipasi saudari saya ucapkan banyak terima kasih.
Langkat, …………………………..2012
Mengetahui
Peneliti Responden
(………………….) (…………………………)
KUESIONER PENELITIAN
PETUNJUK PENGISIAN:
sesuai dengan keadaan atau perasaan yang anda alami sesungguhnya dengan cara
mengisi kolom dan memberi tanda check (√) pada bagian yang anda setujui.
2. Setiap orang dapat mempunyai jawaban berbeda karena itu pilihlah jawaban
sesuai dengan diri anda, tidak ada jawaban yang dianggap salah.
3. Informasi yang anda berikan melalui pengisian kuesioner ini tidak berdampak
pada siapapun. Kami sangat menjaga kerahasiaan anda dalam mengisi kuesioner
ini.
1. Nama
2. Umur
3. Suku
1. Nama
2. Umur
3. Suku
VI. PENGUKURAN
Kadar Hemoglobin ibu g%
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.885 25
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted
A1 57.93 70.685 .679 .878
A2 58.23 69.495 .536 .879
A3 58.33 65.885 .729 .873
A4 58.63 67.482 .594 .877
A5 58.17 72.282 .312 .884
A6 58.20 68.993 .635 .876
A7 58.50 70.672 .294 .887
A8 58.23 71.702 .307 .885
A9 58.20 71.821 .324 .884
A10 58.00 72.276 .328 .884
A11 57.83 72.764 .482 .881
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
60.67 76.023 8.719 25
Correlations
Correlations
Reliability
N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.833 22
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
44.70 55.666 7.461 22
Correlations
Partisipasi suami
p1 Pearson Correlation .573**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
p2 Pearson Correlation .632**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
p3 Pearson Correlation .579**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
p4 Pearson Correlation .613**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
p5 Pearson Correlation .497**
Sig. (2-tailed) .005
N 30
p6 Pearson Correlation .490**
Sig. (2-tailed) .006
N 30
p7 Pearson Correlation .573**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
p8 Pearson Correlation .380*
Sig. (2-tailed) .038
N 30
p9 Pearson Correlation .511**
Sig. (2-tailed) .004
N 30
p10 Pearson Correlation .532**
Sig. (2-tailed) .002
N 30
p11 Pearson Correlation .656**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
p12 Pearson Correlation .559**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
Reliability
N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.846 18
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
39.43 53.633 7.323 18
5 8.4 22 Melayu 0 0 7 bulan SMU Pedagang orang tua 28 Melayu SMU Pedagang 66 45 46
22 22 22 22 23 24 22
7 8 23 Melayu 2 1.2 tahun 9 bulan SMP T. bekerja orang tua 32 Melayu SMU Pedagang 47 42 39
15 15 17 21 21 18 21
10 7.2 32 Jawa 2 4 7 bulan SMU T. bekerja orang tua 29 Minang SMU Pedagang 58 43 45
18 20 20 21 22 22 23
12 6.4 22 simalungun 1 4 tahun 7 bulan SMP T. bekerja suami 26 Melayu SMU Pedagang 48 48 38
15 16 17 23 25 18 20
15 6.6 34 Melayu 4 7 tahun 7 bulan SMU T. bekerja suami 38 Melayu SMU Buruh 62 40 42
20 20 22 20 20 21 21
Peg,
17 7.6 27 Jawa 0 0 8 bulan SMU T. bekerja mertua 27 Melayu SMU 57 45 30
swasta
18 19 20 24 21 15 15
19 7.6 25 Jawa 1 4 tahun 7 bulan SMU T. bekerja orang tua 40 Jawa SMU Buruh 53 43 44
16 17 20 21 22 22 22
Peg.
20 6.6 32 Melayu 0 0 7 bulan SMU orang tua 35 Melayu SMU Pedagang 63 47 35
Swasta
20 20 23 23 24 16 19
22 11 28 Melayu 2 3.5 tahun 8 bulan SMU T. bekerja suami 38 Melayu SMU Pedagang 67 54 48
22 24 21 26 28 22 26
24 7 33 Melayu 2 1.4 tahun 7 bulan SMP T. bekerja suami 34 Melayu SMU Buruh 63 42 34
20 21 22 21 21 16 18
Peg,
25 11 33 Melayu 1 4 tahun 8 bulan SMU T. bekerja mertua 33 Jawa SMU 56 42 34
swasta
19 19 18 20 22 17 17
Peg,
27 8 32 Minang 2 1.3 tahun 8 bulan P Tinggi T. bekerja suami 30 Minang SMU 48 41 50
swasta
15 16 17 20 21 25 25
28 7 28 Melayu 3 3 tahun 8 bulan SMU T. bekerja orang tua 39 Melayu SMP Buruh 60 42 34
20 20 20 21 21 17 17
30 11 33 Melayu 2 2.7 tahun 8 bulan SMU T. bekerja suami 38 Jawa SMP Buruh 68 48 43
20 24 24 22 26 20 23
Peg.
32 11 37 Mandailing 0 0 7 bulan SMU orang tua 40 Jawa P.Tinggi Buruh 55 41 48
Swasta
18 18 19 20 21 24 24
33 7.2 38 Melayu 3 7 tahun 7 bulan SMU T. bekerja suami 42 Melayu SMU Pedagang 68 42 34
20 24 24 21 21 17 17
34 11 29 Melayu 1 1.5 tahun 7 bulan SMU T. bekerja orang tua 31 Jawa SMP Buruh 48 41 50
16 16 16 20 21 25 25
36 7.6 30 Melayu 4 2 tahun 7 bulan SMP T. bekerja suami 32 Jawa SMU Pedagang 66 43 47
22 22 22 22 21 23 24
38 9 24 Melayu 1 1 tahun 7 bulan P Tinggi T. bekerja orang tua 26 Melayu SMU Buruh 49 53 49
15 17 17 26 27 25 24
39 7 26 Melayu 1 2 tahun 7 bulan P Tinggi T. bekerja orang tua 30 Jawa SMU Pedagang 65 52 45
20 23 22 26 26 22 23
42 8 25 Melayu 1 2.5 tahun 7 bulan SMU Buruh orang tua 31 Melayu SMU Buruh 48 50 34
15 15 18 25 25 16 18
49 8 32 Jawa 1 2.3 tahun 7 bulan SMU T. bekerja suami 29 Melayu SMU Pedagang 62 54 38
20 22 20 26 28 19 19
Peg,
51 11 27 Melayu 0 0 9 bulan SMU T. bekerja suami 27 Melayu SMU 67 52 43
swasta
24 23 20 26 26 21 22
Peg.
53 7 37 Melayu 3 2 tahun 7 bulan SMU suami 42 Minang SMU PNS 58 44 34
Swasta
18 20 20 22 22 16 18
55 7 33 Jawa 4 2.5 tahun 7 bulan SMP Petani suami 37 Jawa SMP Petani 48 40 31
15 15 18 20 20 15 16
56 11 26 Melayu 1 3.5 tahun 8 bulan SMU Pedagang orang tua 30 Jawa SMU Pedagang 59 45 41
20 20 19 21 24 20 21
T.
61 7 25 Jawa 0 0 7 bulan SMP T. bekerja suami 25 Jawa SMU 51 40 44
bekerja
15 18 18 20 20 22 22
62 11 28 Melayu 1 4 tahun 8 bulan SMP T. bekerja orang tua 40 Melayu SMP Buruh 60 56 52
20 20 20 26 30 25 27
64 7.2 24 Jawa 1 2 tahun 7 bulan SMU T. bekerja suami 26 Jawa SMU Pedagang 48 46 40
15 16 17 23 23 20 20
Peg. Peg,
66 11 25 Melayu 0 0 7 bulan P Tinggi orang tua 27 Melayu P.Tinggi 60 58 42
Swasta swasta
20 20 20 28 30 20 22
Peg.
67 9 33 Melayu 1 1.5 tahun 9 bulan SMU suami 37 Melayu SMU Petani 49 46 40
Swasta
15 16 18 21 25 19 21
Peg.
68 7.2 32 Melayu 3 2 tahun 7 bulan SMU orang tua 38 Jawa SMU Pedagang 49 41 40
Swasta 15 15 19 20 21 20 20
70 6.6 27 Jawa 3 1.1 tahun 9 bulan SD T. bekerja suami 32 Jawa SMP Petani 48 40 34
15 15 18 20 20 17 17
No Pertanyaan Skor %
B. MENURUT SUAMI
No Pertanyaan Skor %
Istri diizinkan memeriksakan kehamilan ke pelayanan
1 210 15.21
kesehatan.
Anda menyetujui kalau istri harus memeriksakan
2 kehamilan ke pelayanan kesehatan sesuai dengan 200 14.48
anjuran petugas kesehatan.
Anda menyediakan fasilitas yang dibutuhkan istri untuk
3 memeriksakan kehamilan ke pelayanan kesehatan. 150 10.86
Jumlah
1388 100.00
B. MENURUT SUAMI
No Skor %
Pertanyaan
1 Siapa yang menganjurkan kehamilan ini? 158 9.56
10
Siapa yang mempersiapkan dana untuk persalinan? 138 8.35
1652 100.00
Jumlah
B. MENURUT SUAMI
No Pertanyaan Skor %
Pemberian perhatian dan kasih sayang
Bila istri mengeluh lelah dan pusing, anda melakukan
1 170 11.52
pijatan pada daerah kepala dan kaki.
Anda membantu pekerjaan rumah tangga yang berat,
2 misalnya mengasuh anak, menimba air, mengepel, 172 11.65
mencuci dan lain-lain.
3 Anda menganjurkan istri untuk banyak istirahat. 173 11.72
Memenuhi kebutuhan gizi
Anda menganjurkan dan memperhatikan makanan yang
4 bergizi cukup untuk ibu hamil guna kesehatan istri. 165 11.18
Frequency Table
Hb
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Anemia 49 70.0 70.0 70.0
Tidak Anemia 21 30.0 30.0 100.0
Total 70 100.0 100.0
Umur Istri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 15-19 2 2.9 2.9 2.9
20-24 18 25.7 25.7 28.6
25-29 26 37.1 37.1 65.7
30-34 17 24.3 24.3 90.0
35-39 6 8.6 8.6 98.6
40-44 1 1.4 1.4 100.0
Total 70 100.0 100.0
Suku Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Banjar 1 1.4 1.4 1.4
India 1 1.4 1.4 2.9
Jawa 19 27.1 27.1 30.0
Mandaili 1 1.4 1.4 31.4
Melayu 45 64.3 64.3 95.7
Minang 2 2.9 2.9 98.6
simalung 1 1.4 1.4 100.0
Total 70 100.0 100.0
Usia Kehamilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 7 49 70.0 70.0 70.0
8 11 15.7 15.7 85.7
9 10 14.3 14.3 100.0
Total 70 100.0 100.0
Pendidikan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid P Tinggi 6 8.6 8.6 8.6
SD 5 7.1 7.1 15.7
SMP 17 24.3 24.3 40.0
SMU 42 60.0 60.0 100.0
Total 70 100.0 100.0
Tinggal Dengan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid mertua 4 5.7 5.7 5.7
orang tua 31 44.3 44.3 50.0
suami 35 50.0 50.0 100.0
Total 70 100.0 100.0
Umur Suami
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-24 6 8.6 8.6 8.6
25-29 23 32.9 32.9 41.4
30-34 18 25.7 25.7 67.1
35-39 11 15.7 15.7 82.9
40-44 10 14.3 14.3 97.1
45-49 1 1.4 1.4 98.6
50-54 1 1.4 1.4 100.0
Total 70 100.0 100.0
Pendidikan Suami
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid P.T 3 4.3 4.3 4.3
SD 6 8.6 8.6 12.9
SMP 18 25.7 25.7 38.6
SMU 43 61.4 61.4 100.0
Total 70 100.0 100.0
Pekerjaan Suami
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Buruh 27 38.6 38.6 38.6
Pedagang 24 34.3 34.3 72.9
Peg, swasta 5 7.1 7.1 80.0
Petani 12 17.1 17.1 97.1
PNS 1 1.4 1.4 98.6
T. bekerja 1 1.4 1.4 100.0
Total 70 100.0 100.0
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Akses Pelayanan Kesehatan *
70 100.0% 0 .0% 70 100.0%
Hb
Pengambilan Keputusan dlm
70 100.0% 0 .0% 70 100.0%
kehamilan * Hb
Partisipasi Suami dlm
70 100.0% 0 .0% 70 100.0%
kehamilan * Hb
Hb
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square a
6.895 1 .009
b
Continuity Correction 5.417 1 .020
Likelihood Ratio 8.504 1 .004
Fisher's Exact Test .008 .006
Linear-by-Linear Association 6.796 1 .009
b
N of Valid Cases 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.40.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
Hb
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square a
5.800 1 .016
b
Continuity Correction 4.608 1 .032
Likelihood Ratio 6.056 1 .014
Fisher's Exact Test .020 .015
Linear-by-Linear Association 5.718 1 .017
b
N of Valid Cases 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.60.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
Hb
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square a
4.709 1 .030
b
Continuity Correction 3.523 1 .061
Likelihood Ratio 5.384 1 .020
Fisher's Exact Test .040 .026
Linear-by-Linear Association 4.642 1 .031
b
N of Valid Cases 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.70.
b. Computed only for a 2x2 table
Logistic Regression
Missing Cases 0 .0
Total 70 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 70 100.0
Tidak Anemia 0
Anemia 1
Chi-square df Sig.
Model Summary
a
Classification Table
Predicted
Hb
Percentage
Observed Tidak Anemia Anemia Correct
Anemia 0 49 100.0
a
Model if Term Removed
Score df Sig.
a,b
Classification Table
Predicted
Hb
Percentage
Observed Tidak Anemia Anemia Correct
Anemia 0 49 100.0
Predicted
Hb
Percentage
Observed Tidak Anemia Anemia Correct
Anemia 0 49 100.0
Score df Sig.