Anda di halaman 1dari 133

PERSPEKTIF GENDER TERHADAP KEJADIAN ANEMIA

PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


PANTAI CERMIN KABUPATEN LANGKAT

TESIS

OLEH

IRMA LINDA
107032223/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


PERSPEKTIF GENDER TERHADAP KEJADIAN ANEMIA
PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PANTAI CERMIN KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

IRMA LINDA
107032223/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Judul Tesis : PERSPEKTIF GENDER TERHADAP
KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTAI
CERMIN KABUPATEN LANGKAT
Nama Mahasiswa : Irma Linda
Nomor Induk Mahasiswa : 107032223
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui
Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)
Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal Lulus : 11 Agustus 2012

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Telah diuji
Pada Tanggal : 11 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si


Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si
2. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si
3. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


PERNYATAAN

PERSPEKTIF GENDER TERHADAP KEJADIAN ANEMIA


PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PANTAI CERMIN KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2012

(Irma Linda)
107032223/IKM

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


ABSTRAK

Kejadian anemia pada ibu hamil meningkatkan frekuensi komplikasi pada


kehamilan dan persalinan yang mengakibatkan risiko kematian maternal, angka
prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat.
Faktor-faktor penyebab masih tingginya angka kematian ibu (AKI), pada dasarnya
dapat disebabkan karena banyak masalah sosial yang terkait dengan kesejahteraan
perempuan yang bermuara pada kultur patriarki. Secara tidak langsung posisi sosial
perempuan yang masih mengalami subordinasi yang disebabkan ketimpangan gender
di masyarakat, memberikan sumbangan dalam kesehatan reproduksi ibu. Tujuan
penelitian ini untuk menganalisis pengaruh perspektif gender (akses pelayanan
kesehatan, pengambilan keputusan terhadap kehamilan, partisipasi suami dalam
perawatan kehamilan) terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei analitik dengan
pendekatan explanatory research yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pantai
Cermin Kabupaten Langkat sejak bulan Desember 2011 sampai dengan Agustus
2012. Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan suami dan istri dengan usia
kehamilan trimester ke-3 dengan besar sampel 70 pasangan suami dan istri.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Untuk
menganalisis pengaruh perspektif gender (akses pelayanan kesehatan, pengambilan
keputusan terhadap kehamilan, partisipasi suami dalam perawatan kehamilan)
terhadap kejadian anemia pada ibu hamil digunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh partisipasi suami dalam perawatan
kehamilan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil (p=0,027) dengan nilai koefisien
regresi=2,363, sehingga dapat dinyatakan semakin baik partisipasi suami dalam
perawatan kehamilan maka semakin rendah angka kejadian anemia pada ibu hamil.
Diharapkan pada pengambil kebijakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat
dapat merumuskan program kerja yang berperspektif gender seperti program promosi
kesehatan tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi ibu hamil dalam upaya
pencegahan anemia pada ibu hamil.

Kata Kunci : Perspektif Gender, Anemia, Ibu Hamil

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


ABSTRACT

The incident of anemia in pregnant mothers increases the frequency of


complication in pregnancy and childbirth resulting in the risk of maternal mortality,
rate of prematurity, low birth weight baby, and prenatal mortality rate increases. The
factors causing the high maternal mortality rate is basically due to the social
problems related to the welfare of women which leads to the patriarchal culture.
Indirectly, the social position of women which is still subordinate due to gender
inequalities in the society, contributes in mother’s reproductive health. The purpose
of this study to analyze the influence of perspective of gender (access of health
service, decision making to pregnancy, husband’s participation in antenatal care) on
the incident of anemia in pregnant mothers in the working area of Puskesmas Pantai
Cermin, Langkat District.
The type of the research was analytical survey study with explanatory
research approach conducted in the working area of Puskesmas Pantai Cermin,
Langkat District from December 2011 to August 2012. The population of this study
was husband and wife and the wife was in her 3rd trimester of her pregnancy and 70
of the husband and wife were selected to be the samples for this study through
purposive sampling method. The influence of perspective of gender (access of health
service, decision making to pregnancy, husband’s participation in antenatal care) on
the incident of anemia in pregnant mothers was analyzed through multiple logistic
regression tests.
The result of this study showed that participation of husband and wife in
antenatal care had influence on the incident of anemia in pregnant mothers
(p=0.027) with regression coefficient value = 2.363, that it could be said that the
better the participation of husband and wife in antenatal care, the lower the incident
of anemia in pregnant mothers.
The decision makers in Langkat District Health Service are expected to be
able to formulate a work program with gender perspective such as the health
promotion program about reproductive health and nutrition for pregnant mothers in
an attempt to prevent the incident of anemia in pregnant mothers.

Keywords: Gender Perspective, Anemia, Pregnant Mother

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

yang berjudul “Perspektif Gender terhadap Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di

Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat”.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan, dorongan,

bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini,

penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, dan dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku ketua

komisi pembimbing dan anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan

waktu, pemikiran, arahan dan bimbingan hingga selesainya penulisan tesis ini.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


5. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si, dan Dra. Jumirah, Apt, M.Kes, selaku ketua komisi

penguji dan anggota komisi penguji yang telah memberikan bimbingan, kritik

serta saran yang sangat membantu untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

6. Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes RI

Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di

di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan

Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf dosen dan staf pegawai di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu serta bantuan

kepada penulis.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dan Kepala Puskesmas Pantai

Cermin yang telah memberikan izin dan informasi kepada penulis untuk

melakukan penelitian di lingkungan wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin.

9. Teristimewa bagi suami tercinta Ardiansyah, SP, untuk semua do’a, dukungan,

dan pengorbanan yang telah diberikan. Anak-anak kami yang tersayang Iwan Era

Syahputra dan Jihan Ardilina Putri yang selalu mengerti dan menerima

kekurangan waktu dan perhatian serta sebagai sumber semangat selama penulis

mengikuti pendidikan.

10. Ayahanda dan ibunda Alm. Marzuki dan Nurhayati Nasution serta Bapak dan Ibu

mertua H. Amin Abdul Wahab dan Hj. Delita yang telah memberikan dukungan

moril selama penulis mengikuti pendidikan.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya minat studi

Kesehatan Reproduksi yang telah bersedia menjadi teman berdiskusi dan

memberikan masukan untuk penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dari segi

bahasa maupun isinya, sehingga saran dan masukan sangat diharapkan untuk

kesempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT membalas

semua kebaikan dengan melimpahkan berkat dan rahmat-Nya. Semoga tesis ini

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, September 2012


Penulis

Irma Linda
107032223/IKM

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


RIWAYAT HIDUP

Penulis, Irma Linda, dilahirkan pada tanggal, 15 Maret 1975 di Tanjung Balai

Provinsi Sumatera Utara dari ayah Alm. Marzuki dan Ibu Nurhayati Nasution.

Penulis menikah dengan Ardiansyah, SP dan dikaruniai dua orang anak yang

bernama Iwan Era Syahputra dan Jihan Ardilina Putri. Penulis beragama Islam dan

bertempat tinggal di Jl. Setia Kawan Gg. Saudara No.1 Desa Sunggal Kanan

Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 132404 Tanjung

Balai pada tahun 1980-1987, sekolah lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri 1

Tanjung Balai pada tahun 1987-1990, sekolah menengah atas atau yang sederajat di

Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Sari Mutiara Medan pada tahun 1990-1993.

Selanjutnya penulis meneruskan pendidikan pada Program Pendidikan Bidan (PPB)

di SPK Kesdam I/Bukit Barisan Medan pada tahun 1993-1994. Pada tahun 1997-

2000 penulis mengikuti pendidikan Diploma III Kebidanan di Akademi Kebidanan

Dep.Kes. RI Medan, dan pada tahun 2000-2001, mengikuti pendidikan Diploma-IV

Bidan Pendidik di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Penulis bekerja sebagai staf pegawai Dinas Kesehatan Kota Sibolga pada tahun

1997-2002 dan sebagai staf dosen di Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan

Jurusan Kebidanan sejak tahun 2002.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang................................................................................. . 1
1.2. Permasalahan ................................................................................... . 8
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. . 9
1.4. Hipotesis .......................................................................................... . 9
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................... . 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 10


2.1. Gender ............................................................................................. 10
2.2. Anemia dalam Kehamilan ............................................................... 19
2.3. Keterkaitan Gender dan Kesehatan Ibu Hamil ................................ 24
2.4. Landasan Teori ................................................................................ 30
2.5. Kerangka Konsep ............................................................................ 32

BAB 3. METODE PENELITIAN ........................................................................ 34


3.1. Jenis Penelitian ................................................................................ 34
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 34
3.3. Populasi dan Sampel........................................................................ 35
3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 37
3.5. Variabel dan Definisi Operasional .................................................. 39
3.6. Metode Pengukuran ......................................................................... 41
3.7. Metode Analisis Data ...................................................................... 43

BAB 4. HASIL PENELITIAN ............................................................................ 45


4.1. Deskripsi Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat ............... 45
4.2. Gambaran Karakteristik Responden ................................................ 48
4.3. Distribusi Perspektif Gender dan
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil ................................................... 50
4.4. Hubungan Perspektif Gender dengan
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil ................................................... 53

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


4.5. Pengaruh Perspektif Gender Terhadap
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil ................................................... 56

BAB 5. PEMBAHASAN ...................................................................................... 58


5.1. Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil ................................................... 58
5.2. Pengaruh Perspektif Gender Terhadap
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil ................................................... 60
5.2.1. Akses Pelayanan Kesehatan .................................................. 60
5.2.2. Pengambilan Keputusan Terhadap Kehamilan...................... 63
5.2.3. Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan .................... 65

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 69


6.1. Kesimpulan ...................................................................................... 69
6.2. Saran ................................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 71

LAMPIRAN ........................................................................................................... 75

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

4.1 Data Demografi Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin


Kabupaten Langkat ………………………………………………… 46

4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Pantai Cermin


Kabupaten Langkat…………………………………………………. 47

4.3 Distribusi Karakteristik Responden Istri di Wilayah Kerja


Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat Tahun 2012………... 48

4.4 Distribusi Karakteristik Responden Suami di Wilayah Kerja


Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat Tahun 2012………... 49

4.5 Distribusi Perspektif Gender Berdasarkan


Akses Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat Tahun 2012………... 51

4.6 Distribusi Perspektif Gender Berdasarkan Pengambilan


Keputusan Terhadap Kehamilan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat Tahun ……………. .. 51

4.7 Distribusi Perspektif Gender Berdasarkan Partisipasi


Suami Dalam Perawatan Kehamilan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat Tahun 2012………… 52

4.8 Distribusi Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja


Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat Tahun 2012……….... 53

4.9 Tabulasi Silang Hubungan Akses Pelayanan Kesehatan


dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat tahun 2012……….... 54

4.10 Tabulasi Silang Hubungan Pengambilan Keputusan


Terhadap Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin
Kabupaten Langkat Tahun 2012……………………………………. 55

4.11 Tabulasi Silang Hubungan Partisipasi Suami Dalam


Perawatan Kehamilan terhadap Kejadian Anemia pada
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin
Kabupaten Langkat Tahun 2012……………………………………. 56

4.12 Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Ganda……………. .. 58

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden ................................................... 75

2. Kuesioner Penelitian ...................................................................................... 76

3. Hasil Uji Coba Kuesioner .............................................................................. 85

4. Master Tabel.................................................................................................. 95

5. Skor Jawaban Responeden ............................................................................. 97

6. Hasil Uji Statistik ........................................................................................... 101

7. Surat Izin Survei Pendahuluan ....................................................................... 115

8. Surat Permohonan Izin Penelitian .................................................................. 116

9. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lngkat ..................... 117

10. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian dari Puskesmas Pantai Cermin .... 118

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


ABSTRAK

Kejadian anemia pada ibu hamil meningkatkan frekuensi komplikasi pada


kehamilan dan persalinan yang mengakibatkan risiko kematian maternal, angka
prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat.
Faktor-faktor penyebab masih tingginya angka kematian ibu (AKI), pada dasarnya
dapat disebabkan karena banyak masalah sosial yang terkait dengan kesejahteraan
perempuan yang bermuara pada kultur patriarki. Secara tidak langsung posisi sosial
perempuan yang masih mengalami subordinasi yang disebabkan ketimpangan gender
di masyarakat, memberikan sumbangan dalam kesehatan reproduksi ibu. Tujuan
penelitian ini untuk menganalisis pengaruh perspektif gender (akses pelayanan
kesehatan, pengambilan keputusan terhadap kehamilan, partisipasi suami dalam
perawatan kehamilan) terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei analitik dengan
pendekatan explanatory research yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pantai
Cermin Kabupaten Langkat sejak bulan Desember 2011 sampai dengan Agustus
2012. Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan suami dan istri dengan usia
kehamilan trimester ke-3 dengan besar sampel 70 pasangan suami dan istri.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Untuk
menganalisis pengaruh perspektif gender (akses pelayanan kesehatan, pengambilan
keputusan terhadap kehamilan, partisipasi suami dalam perawatan kehamilan)
terhadap kejadian anemia pada ibu hamil digunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh partisipasi suami dalam perawatan
kehamilan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil (p=0,027) dengan nilai koefisien
regresi=2,363, sehingga dapat dinyatakan semakin baik partisipasi suami dalam
perawatan kehamilan maka semakin rendah angka kejadian anemia pada ibu hamil.
Diharapkan pada pengambil kebijakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat
dapat merumuskan program kerja yang berperspektif gender seperti program promosi
kesehatan tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi ibu hamil dalam upaya
pencegahan anemia pada ibu hamil.

Kata Kunci : Perspektif Gender, Anemia, Ibu Hamil

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


ABSTRACT

The incident of anemia in pregnant mothers increases the frequency of


complication in pregnancy and childbirth resulting in the risk of maternal mortality,
rate of prematurity, low birth weight baby, and prenatal mortality rate increases. The
factors causing the high maternal mortality rate is basically due to the social
problems related to the welfare of women which leads to the patriarchal culture.
Indirectly, the social position of women which is still subordinate due to gender
inequalities in the society, contributes in mother’s reproductive health. The purpose
of this study to analyze the influence of perspective of gender (access of health
service, decision making to pregnancy, husband’s participation in antenatal care) on
the incident of anemia in pregnant mothers in the working area of Puskesmas Pantai
Cermin, Langkat District.
The type of the research was analytical survey study with explanatory
research approach conducted in the working area of Puskesmas Pantai Cermin,
Langkat District from December 2011 to August 2012. The population of this study
was husband and wife and the wife was in her 3rd trimester of her pregnancy and 70
of the husband and wife were selected to be the samples for this study through
purposive sampling method. The influence of perspective of gender (access of health
service, decision making to pregnancy, husband’s participation in antenatal care) on
the incident of anemia in pregnant mothers was analyzed through multiple logistic
regression tests.
The result of this study showed that participation of husband and wife in
antenatal care had influence on the incident of anemia in pregnant mothers
(p=0.027) with regression coefficient value = 2.363, that it could be said that the
better the participation of husband and wife in antenatal care, the lower the incident
of anemia in pregnant mothers.
The decision makers in Langkat District Health Service are expected to be
able to formulate a work program with gender perspective such as the health
promotion program about reproductive health and nutrition for pregnant mothers in
an attempt to prevent the incident of anemia in pregnant mothers.

Keywords: Gender Perspective, Anemia, Pregnant Mother

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat

peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi protein

pengikat gizi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan penurunan gizi mikro. Pada

kebanyakan negara berkembang, perubahan ini dapat diperburuk oleh kekurangan

gizi dalam kehamilan yang berdampak pada defisiensi gizi mikro seperti anemia yang

dapat berakibat fatal pada ibu hamil dan bayi baru lahir (Sibagariang, dkk, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO) (2008), angka prevalensi anemia

pada wanita yang tidak hamil 30,2% sedangkan untuk ibu hamil 47,40%. Kejadian

anemia bervariasi dikarenakan perbedaan kondisi sosial ekonomi, gaya hidup, dan

perilaku mencari kesehatan dalam budaya yang berbeda. Anemia memengaruhi

hampir separuh dari semua wanita hamil di dunia; 52% terdapat di negara

berkembang sedangkan untuk negara maju 23% yang umumnya disebabkan

kekurangan gizi mikro, malaria, infeksi cacing, dan schistosomiasis; infeksi human

immunodeficiency virus (HIV) dan kelainan haemoglobin sebagai faktor tambahan.

Prevalensi anemia meningkat sebesar 15-20% dengan kehamilan, yang

disebabkan karena sebelum wanita mengalami kehamilan mereka telah jatuh pada

keadaan anemia. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap ibu hamil

merupakan predisposisi anemia ibu hamil di Indonesia. Anemia akan meningkatkan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


risiko terjadi kematian ibu 3,7 kali lebih tinggi jika dibandingkan ibu yang tidak

anemia (Depkes RI, 1996).

Pengumpulan data nasional pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

tahun 1992, mencatat bahwa 63,5% perempuan hamil menderita anemia. Angka ini

menurun pada Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1995, menjadi

50,5% dan menjadi 40,1% pada tahun 2001 (Depkes, 2007). Prevalensi anemia pada

ibu hamil sangat tinggi, di Propinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil survei tahun

1999 adalah sebesar 78,65%. Pada tahun 2002 menurun menjadi 53,8%. Namun

angka ini masih tetap tinggi. Secara nasional, untuk kategori kelompok anemia pada

wanita, anemia ibu hamil menduduki urutan kedua setelah anemia pada remaja putri

(Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2004).

Dari hasil penelitian Harahap (2011) di wilayah kerja Puskesmas Rumbio Jaya

Kabupaten Kampar ditemukan prevalensi anemia pada ibu hamil sebanyak 64,6%.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 didapatkan data bahwa cakupan

pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun 2008),

namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03% (tahun

2007) menjadi 48,14% (tahun 2008) (Depkes, 2010).

Berdasarkan data rekapitulasi anemia ibu hamil di Kabupaten Langkat tahun

2011, didapatkan angka anemia terbanyak di Puskesmas Pantai Cermin sebesar

68,62% dari 1431 ibu hamil baru (Dinkes Kab. Langkat, 2011). Dari data diatas

terlihat masih tingginya kejadian anemia pada ibu hamil, hal ini menunjukkan

keadaan gizi ibu hamil yang kurang baik. Anggapan bahwa kehamilan adalah

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


keadaan yang biasa dan hanya menjadi urusan perempuan merupakan salah satu

faktor yang menyebabkan rendahnya status kesehatan ibu hamil itu sendiri.

Tingginya prevalensi anemia gizi besi antara lain disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu: kehilangan darah secara kronis, asupan zat besi tidak cukup, penyerapan

yang tidak adekuat dan peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel

darah merah yang secara fisiologis berlangsung pada masa pertumbuhan, masa

pubertas, masa kehamilan dan menyusui (Arisman, 2009).

Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan

dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir

rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan

antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih

sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan

darah (Soejoenoes, 1983).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan

perempuan. AKI juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan

pembangunan millenium (MDGs) tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu,

dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah menurunkan hingga 75%

resiko kematian ibu dari jumlah AKI pada tahun 1990. AKI Indonesia secara nasional

dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, menunjukkan penurunan yang signifikan

dari tahun ke tahun. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ada

sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup (Makarao, 2009).

Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%),

anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama

terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di

berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh

pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10% sampai hampir 60%.

Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah penyakit yang mungkin

telah terjadi sebelum kehamilan tetapi diperburuk oleh kehamilan seperti penyakit

jantung, anemia, hipertensi esensial, diabetes mellitus dan hemoglobinopati (Royston

dan Amstrong, 1994).

Faktor-faktor penyebab masih tingginya AKI, pada dasarnya dapat disebabkan

karena banyak masalah sosial yang terkait dengan kesejahteraan perempuan yang

bermuara pada kultur patriarki. Secara tidak langsung posisi sosial perempuan yang

masih mengalami subordinasi di masyarakat, memberikan sumbangan dalam

kesehatan reproduksi ibu. Di banyak masyarakat dunia sudah lazim bagi perempuan

dan anak perempuan makan setelah laki-laki dan anak laki-laki, sekalipun perempuan

sedang hamil dan menyusui. Hal tersebut menyebabkan mereka kekurangan makan,

yang menjurus kepada anemia dan kekurangan gizi. Masalah-masalah tadi bermuara

dari ketidakadilan dan ketimpangan gender di masyarakat. Pemahaman pentingnya

perencanaan kehamilan, pencegahan kekerasan dan pembagian peran gender dalam

rumah tangga sangat berkontribusi terhadap keselamatan dan kesehatan mental dan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


fisik ibu hamil serta janin dalam kandungannya, karena sesungguhnya kehamilan

bukanlah tanggungjawab dari perempuan semata dan tidak ada pandangan bahwa

kehamilan merupakan “bagian yang alami” karena menjadi perempuan. (Haryani,

2012).

Berdasarkan hasil penelitian Zaluchu (2005) secara kualitatif di Tanjung Balai,

ditemukan ibu hamil dilarang makan ikan laut dan udang juga tidak boleh makan

banyak, karena dikhawatirkan bayinya besar terlebih pada ibu yang hamil pertama

sekali. Sumber pengetahuan ini didapatkan dalam daur kehidupan dan umumnya

berlangsung secara turun temurun yang kebanyakan berasal dari mereka yang

dianggap panutan, semisal orangtua atau dukun.

Hasil penelitian Harahap (2011) di wilayah kerja puskesmas Rumbio Jaya

Kabupaten Kampar mengenai ketimpangan gender dalam keluarga, ditemukan bahwa

ada pengaruh antara distribusi makanan dalam keluarga dan beban ganda ibu hamil

dalam keluarga terhadap anemia dalam kehamilan.

Kebijakan pelaksanaan program Kementrian Kesehatan dalam rangka

menurunkan kematian ibu dan angka kematian bayi salah satunya Gerakan Sayang

Ibu (GSI) yang memperkecil kendala dalam pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan. Tujuan utama dari Gerakan Kesejahteraan Ibu tersebut adalah

menurunkan jumlah kematian ibu secara nyata dan memastikan setiap ibu di

Indonesia mendapat kesempatan untuk melahirkan bayi sehat dan selamat. GSI

melibatkan beberapa komponen sebagai pelaku programnya. Pertama adalah melihat

responsivitas ibu hamil pada terhadap kesehatan kandungannya sendiri, dalam GSI

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


para ibu hamil diharuskan untuk memeriksaan kehamilan minimal 4 kali; mengetahui

dan mengenali kelainan kehamilan, tahu cara pencegahan dan penanggulangannya;

mengupayakan persalinan di tempat/fasilitas kesehatan yang memadai; dan

mengetahui kebutuhan gizi yang diperlukan; serta mampu mengambil keputusan.

Kedua, adalah faktor suami dimana suami dan keluarga lain memberikan perhatian

lebih kepada istri/ibu hamil dan selalu SIAGA (Siap, Antar, Jaga), mengenali

kelainan kehamilan sedini mungkin dan segera membawanya ke fasilitas pelayanan

kesehatan yang memadai; dan mempratekkan kesetaraan keadilan gender serta tidak

ada kekerasan dalam rumah tangga (Depkes, 1996).

Pada Konferensi Perempuan Sedunia ke IV di Beijing pada tahun 1995, WHO

menyatakan pendekatan gender dalam kesehatan menunjukkan bahwa faktor

sosialbudaya, serta hubungan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan, merupakan

faktor penting yang berperan dalam mendukung atau mengancam kesehatan

seseorang (Makarao, 2009).

Ideologi gender yang berlaku di masyarakat mengakibatkan telah terjadi

dominasi oleh satu pihak dengan yang lain sehingga menimbulkan diskriminasi

antara perempuan dan laki-laki. Kesenjangan perempuan dan laki-laki dalam berbagai

bidang kehidupan merupakan isu gender, seperti keterbatasan perempuan mengambil

keputusan yang menyangkut kesehatan dirinya, sikap dan perilaku keluarga yang

cenderung mengutamakan laki-laki, dan tuntutan untuk tetap bekerja meskipun dalam

keadaan hamil (Sibagariang dkk, 2010).

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Kesetaraan gender (gender equality) merupakan keadaan tanpa diskriminasi

pada laki-laki dan perempuan dalam memperoleh kesempatan, pembagian sumber-

sumber dan hasil pembangunan, serta akses terhadap pelayanan. Kapasitas

perempuan untuk hamil dan melahirkan menunjukkan bahwa mereka memerlukan

pelayanan kesehatan reproduksi yang berbeda, baik dalam keadaan sakit maupun

sehat. Perempuan memerlukan kemampuan untuk mengendalikan fertilitas dan

melahirkan dengan selamat, sehingga akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi

yang berkualitas sepanjang siklus hidupnya sangat menentukan kesejahteraan dirinya

(Makarao, 2009).

Aksesbilitas pelayanan kesehatan adalah peluang atau kesempatan untuk

menggunakan pelayanan kesehatan yang ada. Perbedaan gender sering menyebabkan

terjadinya perbedaan akses terhadap sumber-sumber tersebut yang akan berpengaruh

terhadap kesejahteraan kaum perempuan seperti status kesehatan yang buruk.

Pembedaan gender terhadap akses pelayanan kesehatan menyebabkan ibu

memutuskan tidak melakukan pemeriksaan kehamilan sehingga ibu tidak mendapat

nasehat dari tenaga kesehatan tentang kehamilannya.

Ketidakmampuan perempuan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan

dengan kesehatan dirinya antara lain berapa jumlah anak yang diinginkannya, kapan

mau hamil, jarak kehamilannya, kapan memeriksakan kehamilannya, siapa yang akan

menolong persalinan, dan persiapan dana untuk persalinan dianggap tidak penting,

karena kedudukan perempuan yang lemah dan rendah dalam keluarga (Sibagariang

dkk, 2010). Hasil penelitian Nurhayati di Rumah Bersalin Sari Simpang Limun

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Medan ditemukan 66% pengambilan keputusan dalam kehamilan dilakukan oleh

suami.

Dalam perawatan selama kehamilan (antenatal) diperlukan peran suami untuk

mendukung istri agar mendapatkan pelayanan antenatal yang baik, serta

menyediakan transportasi atau dana untuk biaya konsultasi. Dalam konsultasi pada

pemeriksaan antenatal suami dapat diharapkan dapat menemani istri dalam

berkonsultasi sehingga suami dapat juga mempelajari gejala dan komplikasi-

komplikasi kehamilam yang mungkin dialami (Royston dan Amstrong, 1994).

Hasil wawancara pada studi awal dengan bidan desa di wilayah kerja

Puskesmas Pantai Cermin, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat

menunjukkan adanya beberapa perilaku yang menyangkut kesehatan pada ibu hamil

seperti ibu biasanya melakukan kunjungan kehamilan setelah kehamilan memasuki

trimester kedua, rata- rata jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dan masih kurangnya

partisipasi suami dalam perawatan kehamilan seperti menemani istri saat

memeriksakan kehamilannya. Berdasarkan beberapa masalah di atas, perlu dilakukan

penelitian perspektif gender terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “tingginya angka kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

Pantai Cermin Kabupaten Langkat dan diduga mempunyai kaitan dengan masalah

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


perspektif gender (akses pelayanan kesehatan, pengambilan keputusan terhadap

kehamilan, partisipasi suami dalam perawatan kehamilan)”.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh perspektif gender (akses pelayanan kesehatan,

pengambilan keputusan terhadap kehamilan, partisipasi suami dalam perawatan

kehamilan) terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Pantai Cermin Kabupaten Langkat tahun 2012.

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh perspektif gender (akses

pelayanan kesehatan, pengambilan keputusan terhadap kehamilan, partisipasi suami

dalam perawatan kehamilan) terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah

Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat tahun 2012.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Dinas Kesehatan Kabupaten

Langkat, sebagai data dan bahan masukan dalam merumuskan perencanaan kebijakan

dan program kerja dalam upaya mengurangi ketidaksetaraan gender dalam bidang

kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Mengacu kepada permasalahan dan tujuan peneltian yang telah dirumuskan,

maka diperlukan peninjauan pustaka terhadap gender dan anemia dalam kehamilan.

2.1 Gender

Istilah gender pada awalnya dikembangkan sebagai suatu alat analisis yang baik

untuk memahami persoalan diskriminasi terhadap kaum perempuan secara umum.

Gender berbeda dengan jenis kelamin (seks). Gender adalah pembagian peran, fungsi

dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan di dalam keluarga dan

masyarakat, yang ditentukan oleh nilai-niai sosial budaya yang berkembang. Nilai

dan aturan bagi laki-laki dan perempuan di setiap masyarakat berbeda sesuai dengan

nilai sosial budaya setempat dan seringkali berubah seiring dengan perkembangan

budaya. Seks adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Seks

melekat secara fisik sebagai alat reproduksi. Oleh karena itu, seks merupakan kodrat

atau ketentuan Tuhan sehingga bersifat permanen dan universal (Makarao, 2009).

Konsep gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan

yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya, sehingga lahir beberapa

anggapan tentang peran sosial dan budaya laki-laki dan perempuan. Bentukan sosial

tersebut antara lain kalau perempuan dikenal sebagai makhluk yang lemah lembut,

cantik, emosional, atau keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan,

dan perkasa (Handayani dan Sugiarti, 2002).

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Perspektif gender adalah sebuah sudut pandang dalam melihat, menilai sesuatu

berdasarkan gender dan sangat tergantung kepada orang yang melakukannya

sehingga cenderung bersifat subjektif (Kusmiran, 2011).

Gender memengaruhi keyakinan manusia serta budaya masyarakat tentang

bagaimana laki-laki dan perempuan berpikir dan bertindak sesuai dengan ketentuan

sosial. Masyarakat sebagai kelompok menciptakan perilaku pembagian gender untuk

menentukan berdasarkan apa yang mereka anggap sebagai keharusan, untuk

membedakan antara laki-laki dan perempuan. Keyakinan pembagian itu selanjutnya

diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya (Handayani dan Sugiarti, 2002).

Gender bisa dipertukarkan satu sama lain, gender bisa berubah dan berbeda dari

waktu ke waktu, di suatu daerah dan daerah yang lainnya. Oleh karena itulah,

identifikasi seseorang dengan menggunakan perspektif gender tidaklah bersifat

universal. Seseorang dengan jenis kelamin laki-laki mungkin saja bersifat keibuan

dan lemah lembut sehingga dimungkinkan pula bagi dia untuk mengerjakan

pekerjaan rumah dan pekerjaan-pekerjaan lain yang selama ini dianggap sebagai

pekerjaan kaum perempuan. Demikian juga sebaliknya seseorang dengan jenis

kelamin perempuan bisa saja bertubuh kuat, besar pintar dan bisa mengerjakan

perkerjaan-pekerjaan yang selama ini dianggap maskulin dan dianggap sebagai

wilayah kekuasaan kaum laki-laki (Kusmiran, 2011).

2.1.1 Teori Gender

Dalam khazanah pengetahuan tentang gender terdapat banyak teori yang

berkembang dan dijadikan rujukan dalam menganalisis permasalahan gender. Teori

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


nurture, nature, dan equilibrium merupakan teori awal tentang gender (Sasongko,

2007).

2.1.1.1 Teori Nurture

Menurut teori nurture, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki pada

hakikatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan

tugas yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan perempuan selalu tertinggal

dan terabaikan peran dan konstribusinya dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara. Konstruksi sosial menempatkan perempuan dan laki-laki

dalam perbedaan kelas. Laki-laki identik dengan kelas borjuis (kaum penindas) dan

perempuan sebagai proletar (kaum tertindas).

Perjuangan untuk persamaan dipelopori oleh orang-orang yang konsen

memperjuangkan kesetaraan perempuan dan laki-laki (kaum feminis) yang cenderung

mengejar “kesamaan” atau fifty-fifty yang kemudian dikenal dengan istilah kesamaan

kualitas (perfect equality). Perjuangan tersebut sulit dicapai karena berbagai

hambatan, baik dari nilai agama maupun budaya. Karena itu, aliran nurture

melahirkan paham sosial konflik yang memperjuangkan kesamaan proporsional

dalam segala aktivitas masyarakat seperti di tingkatan manajer, menteri, militer,

lembaga tinggi negara, partai politik, dan bidang lainnya. Untuk mencapai tujuan

tersebut, dibuatlah program khusus (affirmatif action) guna memberikan peluang bagi

pemberdayaan perempuan yang kadangkala berakibat timbulnya reaksi negatif dari

kaum laki-laki karena apriori terhadap perjuangan tersebut.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


2.1.1.2 Teori Nature

Menurut teori nature, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrat

Tuhan sehingga tidak dapat berubah dan bersifat universal. Perbedaan biologis ini

memberikan indikasi dan implikasi bahwa di antara kedua jenis tersebut memiliki

peran dan tugas yang berbeda. Manusia, baik perempuan maupun laki-laki, memiliki

perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Dalam kehidupan sosial, ada pembagian tugas (division of labour), diperlukan

kerjasama, dan saling mendukung begitu pula dalam kehidupan keluarga.

Keharmonisan hidup hanya dapat diciptakan bila terjadi pembagian peran dan tugas

yang serasi antara perempuan dan laki-laki, dan hal ini dimulai sejak dini melalui

pola pendidikan dan pengasuhan anak dalam keluarga.

Aliran ini melahirkan paham struktural fungsional yang menerima perbedaan

peran, asal dilakukan secara demokratis dan dilandasi oleh kesepakatan (komitmen)

antara suami-isteri dalam keluarga, atau antara perempuan dan laki-laki dalam

kehidupan masyarakat.

2.1.1.3 Teori Equilibrium

Aliran ini memiliki paham kompromistis yang dikenal dengan keseimbangan

(equilibrium) yang menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam

hubungan antara perempuan dan laki-laki. Pandangan ini tidak mempertentangkan

antara kaum perempuan dan laki-laki karena keduanya harus bekerjasama dalam

kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan

berbangsa. Karena itu, penerapan kesetaraan dan keadilan gender harus

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


memperhatikan masalah kontekstual (yang ada pada tempat dan waktu tertentu) dan

situasional (sesuai situasi/keadaan), bukan berdasarkan perhitungan secara matematis

(jumlah/quota) dan tidak bersifat universal.

2.1.2 Kesetaraan Gender

Kesetaraan gender adalah sebuah keadaan di mana perempuan dan laki-laki

memiliki status dan kondisi yang sama dalam pemenuhan hak-haknya sebagai

manusia dan mewujudkan kemampuannya untuk berperan aktif dalam pembangunan.

Kesetaraan gender dalam segala aspek kehidupan termasuk kehidupan keluarga,

didasarkan pada adanya perbedaan biologis, aspirasi, kebutuhan masing-masing

individu sehingga pada setiap peran yang dilakukan akan memiliki perbedaan.

Kesetaraan gender juga tidak berarti menempatkan segala sesuatu harus sama, tetapi

lebih pada pembiasaan yang didasarkan pada kebutuhan spesifik masing-masing

anggota keluarga. Kesetaraan gender dalam keluarga mengisyaratkan adanya

keseimbangan dalam pembagian peran antar anggota keluarga sehingga tidak ada

salah satu yang dirugikan. Dengan demikian, tujuan serta fungsi keluarga sebagai

institusi pertama yang bertanggung jawab dalam pembentukan manusia yang

berkualitas dapat tercapai (Kusmiran, 2011).

Tawney dikutip Megawangi (1999) mengakui adanya keragaman pada manusia,

entah itu biologis, aspirasi, kebutuhan, kemampuan, ataupun kesukaan, cocok dengan

paradigma inklusif. Ia mengatakan bahwa konsep yang mengakui faktor spesifik

seseorang dan memberikan haknya sesuai dengan kondisi perseorangan, atau disebut

“person-regarding equality”. Kesetaraan ini bukan dengan memberi perlakuan sama

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


kepada setiap individu agar kebutuhannya yang spesifik dapat terpenuhi, konsep ini

disebut “kesetaraan kontekstual”. Artinya, kesetaraan adalah bukan kesamaan

(sameness) yang sering menuntut persamaan matematis, melainkan lebih kepada

kesetaraan yang adil yang sesuai dengan konteks masing-masing individu.

2.1.2.1 Kesetaraan Gender dalam Kesehatan

Menurut Makarao (2009), kesetaraan gender dalam kesehatan terbagi atas

kesetaraan dalam hak, kesetaraan dalam sumber daya dan kesetaraan dalam

menyuarakan pendapat. Adanya kesetaraan hak dalam peran dan tanggung jawab

laki-laki dan perempuan dalam bidang kesehatan seperti kesetaraan hak dalam rumah

tangga yaitu perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama dalam kesehatan,

misalnya menentukan jumlah anak, jenis persalinan, pemilihan alat kontrasepsi, dan

lain-lain. Selain itu, perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama dalam

pengambilan keputusan. Adanya kewenangan dalam penggunaan sumber daya

terhadap kesehatan seperti di tingkat rumah tangga perempuan dan laki-laki

mempunyai alokasi yang sama untuk mengakses pelayanan kesehatan. Kesetaraan

gender dalam menyuarakan pendapat di bidang kesehatan yaitu ekspresi terhadap

kebutuhan akan kesehatan dan laki-laki tidak lagi mendominasi pendapat dalam

kesehatan yaitu di dalam rumah tangga, perempuan dan laki-laki mempunyai

kesempatan yang sama untuk mengekspresikan rujukan kesehatan yang diharapkan,

sesuai tingkat pendidikannya, dan kesempatan untuk memberikan umpan balik atas

pelayanan yang diterimanya.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Hasil penelitian Zuska, dkk (2002) di Sipirok, Tapanuli Selatan, ditemukan

gangguan kesehatan reproduksi yang amat buruk dan erat kaitannya dengan persoalan

gender, faktor sosial ekonomi yang buruk, preferensi terhadap anak laki-laki dan

diskriminasi.

2.1.3. Ketidakadilan Gender

Ketidakadilan gender merupakan bentuk perbedaan perlakuan berdasarkan

alasan gender, seperti pembatasan peran, penyingkiran, atau pilih kasih yang

mengakibatkan terjadinya pelanggaran atas pengakuan hak asasi, persamaan antara

laki-laki dan perempuan, maupun hak dasar dalam bidang sosial, politik, ekonomi,

budaya, dan lainya. Dalam berbagai aspek ketidaksetaraan gender ditemukan

ketidakadilan gender, yaitu ketidakadilan (unfairness, unjustice) dalam norma yang

berlaku, dalam hal distribusi manfaat dan tanggung jawab antara laki-laki dan

perempuan (dengan pemahaman bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai

perbedaan kebutuhan dan kekuasaan). Ketidakadillan gender termanifestasikan dalam

berbagai bentuk ketidakadilan, seperti marginalisasi, subordinasi, stereotip,

kekerasan, dan beban kerja (Kusmiran, 2011).

2.1.3.1. Marginalisasi

Marginalisasi atau disebut juga pemiskinan ekonomi. Ada beberapa mekanisme

proses marginalisasi kaum perempuan karena perbedaan gender. Dari segi sumbernya

bias berasal dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, keyakinan tradisi

dan kebiasaan atau bahkan asumsi ilmu pengetahuan.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Proses marginalisasi, yang merupakan proses pemiskinan terhadap

perempuan, terjadi sejak di dalam rumah tangga dalam bentuk diskriminasi atas

anggota keluarga laki-laki dengan anggota keluarga perempuan. Marginalisasi dapat

terjadi seperti ditempatkan sebagai orang yang tidak memiliki peran penting.

Misalnya karena rendahnya pendidikan perempuan menyebabkan kurang teraksesnya

tentang penyuluhan lingkungan sehat termasuk air bersih serta sanitasi. (Makarao,

2009).

2.1.3.2. Subordinasi

Pandangan berlandaskan gender juga ternyata bisa mengakibatkan subordinasi

terhadap perempuan. Anggapan bahwa perempuan itu irrasional atau emosional

berakibat munculnya sikap menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting.

Subordinasi karena gender tersebut terjadi dalam segala macam bentuk yang

berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Salah satu konsekuensi dari posisi

subordinat perempuan ini adalah perkembangan keutamaan atas anak laki-laki.

Seorang perempuan yang melahirkan bayi laki-laki akan lebih dihargai daripada

seorang perempuan yang hanya melahirkan bayi perempuan, demikian juga dengan

bayi perempuan yang baru lahir tersebut. Kelahiran seorang bayi laki-laki akan

disambut dengan kemeriahan yang lebih besar dibanding dengan kelahiran seorang

bayi perempuan (Handayani dan Sugiarti, 2002).

2.1.3.3. Stereotipe

Stereotipe merupakan pelabelan atau penandaan negatife terhadap suatu

kelompok tertentu atau jenis kelamin tertentu, dan biasanya pelabelan ini selalu

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


berakibat pada ketidakadilan. Salah satu bentuk streotip ini adalah bersumber dari

pandangan gender. Pelabelan yang sudah melekat pada laki-laki misalnya, laki-laki

adalah pencari nafkah, maka setiap pekerjaan yang dilakukan perempuan dinilai

hanya sebagai tamabahan saja, sehingga pekerja perempuan boleh saja dibayar lebih

rendah dibanding laki-laki. Sedangkan pandangan terhadap perempuan yang tugas

dan fungsinya hanya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan

kerumahtanggaan. Stereotip tidak hanya terjadi dalam rumah tangga, tetapi juga

terjadi ditempat kerja dan masyarakat, bahkan di tingkat pemerintah dan Negara

(Kusmiran, 2011).

2.1.3.4. Kekerasan

Kekerasan (violence) adalah suatu serangan (assault) terhadap fisik maupun

integritas mental psikologis seseorang. Kekerasan yang terkait gender disebut sebagai

“gender related violence” yang pada dasarnya disebabkan oleh kekuasaan. Bentuk

kekerasan ini tidak selalu terjadi antara laki-laki terhadap perempuan akan tetapi

antara perempuan dengan perempuan atau bahkan antara perempuan dan laki-laki

(Makarao, 2009).

Kekerasan terhadap perempuan sering terjadi karena budaya dominasi laki-laki

terhadap perempuan. Kekerasan digunakan oleh laki-laki untuk memenangkan

perbedaan pendapat, menyatakan rasa tidak puas, dan seringkali untuk menunjukkan

bahwa laki-laki berkuasa atas perempuan. Pada dasarnya kekerasan yang berbasis

gender adalah refleksi dari sistem patriarkhi yang berkembang di masyarakat

(Sasongko, 2007).

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


2.1.3.5. Beban Kerja

Peran gender perempuan dalam anggapan masyarakat luas adalah mengelola

rumah tangga sehingga banyak perempuan yang menanggung beban kerja domestik

lebih banyak dan lebih lama dibanding kaum laki-laki. Karena adanya anggapan

bahwa kaum perempuan bersifat memelihara, rajin dan tidak akan menjadi kepala

rumah tangga, maka akibatnya semua pekerjaan domestik menjadi tanggung jawab

kaum perempuan. Sehingga perempuan menerima beban ganda, selain harus bekerja

domestik, mereka masih harus bekerja membantu mencari nafkah (Widyastuti, dkk,

2009).

Hasil penelitian Zaluchu (2005) di Kota Tanjung Balai secara kualitatif, seorang

ibu hamil biasanya harus melakukan banyak pekerjaan, baik produktif maupun

reproduktif. Akibatnya banyak ibu hamil yang melakukan pekerjaannya dengan

beban kehamilannya.

2.2. Anemia dalam Kehamilan

2.2.1. Pengertian Anemia

Anemia adalah istilah yang digunakan pada keadaan penurunan konsentrasi

hemoglobin dalam darah sampai kadar (untuk wanita hamil) di bawah 11g%.

Hemoglobin merupakan zat berwarna merah yang terdapat dalam bentuk larutan

dalam sel darah merah, yang fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen ke semua

bagan tubuh. Zat besi, asam folat, vitamin dan unsur mineral lainnya, diperlukan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


untuk pembentukan hemoglobin yang dibentuk dalam sumsum tulang (Roystron dan

Amstrong, 1994).

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di

bawah 11g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5g% pada trimester 2. Nilai batas

tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena

hemodilusi terutama pada trimester 2 (Saifuddin, 2000).

2.2.2. Patofisiologi dan Gejala Anemia pada Kehamilan

Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu mengalami hemodilusi

(pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada

kehamilan 32 sampai 34 minggu. Bila kadar hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar

11g% maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil

fisiologis, dan kadar Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10g% (Manuaba, 1998).

Anemia dalam kehamilan disebabkan karena dalam kehamilan, kebutuhan akan

zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan

sumsum tulang. Volume darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim

disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang

dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah.

Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan

hemoglobin 19% (Wiknjosastro, 2007).

Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam

kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama-tama pengenceran itu meringankan

beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil sebagai akibat

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


hidremia cardiac output meningkat. Kerja jantung menjadi lebih ringan apabila

viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah

tidak naik. Kedua, ketika perdarahan pada saat persalinan, banyaknya unsur besi yang

hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental (Wiknjosastro,

2007).

Stadium awal anemia kehamilan umumnya tanpa gejala. Walaupun demikian,

dengan menurunnya konsentrasi hemoglobin, pasokan oksigen ke organ-organ vital

menurun, dan ibu hamil mulai mengeluh tentang keluhan umum, mudah lelah, pusing

dan nyeri kepala. Kulit dan selaput lendir pucat, demikian juga pada dasar kuku dan

lidah serta akan menjadi jelas jika konsentrasi hemoglobin turun menjadi 7g%. Efek

kekurangan oksigen terhadap otot jantung, yaitu kemungkinan mengalami kegagalan

total jika terjadi anemia berat. Kematian akibat anemia merupakan akibat kegagalan

jantung, shock, atau infeksi sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (Saifuddin,

2000).

2.2.3. Dampak Anemia pada Ibu Hamil

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam

kehamilan, persalinan, maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Pelbagai penyulit

dapat timbul akibat anemia seperti: abortus, partus prematurus, partus lama karena

inertia uteri, perdarahan postpartum karena atonia uteri, syok, infeksi intrapartum dan

postpartum. Pada anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/100 ml dapat

menyebabkan dekompensasi kordis. Juga terhadap hasil konsepsi anemia dalam

kehamilan memberi pengaruh kurang baik seperti: kematian mudigah, kematian

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


perinatal, prematuritas, dan cacat bawaan. Anemia dalam kehamilan merupakan

sebab potensial morbiditas dan mortalitas ibu dan anak (Wiknjosastro, 2007).

2.2.4. Faktor yang Memengaruhi Timbulnya Anemia

Secara umum, ada tiga penyebab anemia yaitu kehilangan darah secara kronis,

ketidakcukupan asupan makanan dan penyerapan tidak adekuat, dan peningkatan

kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang berlangsung pada

masa pertumbuhan, masa pubertas, masa kehamilan, dan menyusui (Arisman, 2009).

Penyebab tidak langsung dari anemia adalah status perempuan yang masih

rendah di dalam keluarga. Di banyak masyarakat dunia sudah lazim bagi perempuan

dan anak perempuan makan setelah laki-laki dan anak laki-laki, sekalipun wanita

tersebut sedang hamil atau menyusui. Mereka cenderung kekurangan makan yang

menjurus kepada anemia dan kekurangan gizi. Keguguran disebabkan oleh

kekurangan makan, kerja keras dan kehamilan yang berulang-ulang dilihat sebagai

bagian normal dari keperempuanan (Mosse, 1996).

Sebab mendasar terjadinya anemia adalah pendidikan yang rendah, sehingga

pengetahuan dalam memilih bahan makanan yang bergizi juga rendah. Kelompok

penduduk ekonomi rendah kurang mampu membeli makanan sumber zat besi karena

harganya relatif mahal. Adanya kepercayaan yang merugikan, seperti pantangan

makanan tertentu, mengurangi makan setelah kehamilan trimester 3 agar bayinya

kecil sehingga mudah melahirkan (Depkes RI, 1996).

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


2.2.5. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Anemia

Program dan kegiatan intervensi penanggulangan yang pernah dilaksanakan

belum berdampak terhadap penurunan prevalensi anemia pada ibu hamil, antara lain

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi Ibu Hamil dan Pemberian Tablet

Tambah Darah (Zat Besi). Tetapi, program dan kegiatan intervensi biasanya

dilaksanakan secara generalisasi tanpa mempertimbangkan karakteristik penduduk

karena dalam masyarakat beragam situasi demografis dan psikologis melekat.

Menurut Wiknjosastro (2007), individu tidak dapat melepaskan diri dari

masyarakat secara umum. Dengan demikian, perilakunya, termasuk dalam perawatan

kehamilan, mencukupkan gizi, akses terhadap pelayanan kesehatan, bergantung

kepada keberadaannya di dalam masyarakatnya. Itu sebabnya untuk mencapai

efektifitas dan efisiensi program dalam rangka penanggulangan anemia pada ibu

hamil, pengenalan terhadap masalah dan kemudian rencana penanggulangannya

seharusnya berorientasi pada kekhasan dan kekhususan masing-masing wilayah. Oleh

karena itu, dibutuhkan data dasar yang menyeluruh dan multikompleks terhadap

masalah yang berhubungan dengan kesehatan dalam hal ini adalah anemia pada ibu

hamil.

Depkes RI (1996), menyatakan Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia

dilakukan dengan intervensi terhadap penyebab langsung, penyebab tidak langsung

maupun sebab mendasar. Upaya yang dilakukan pada primary prevention adalah

memberikan makanan bergizi pada ibu hamil melalui perbaikan gizi yang berbasis

masyarakat dengan fokus keluarga sadar gizi, melakukan penyuluhan tentang anemia

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


pada ibu hamil melalui kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), promosi

atau kampanye tentang anemia kepada masyarakat luas. Pengobatan penyakit infeksi

dan tersedianya tablet tambah darah dalam jumlah yang sesuai. Pada secondary

prevention dilakukan intervensi yang berbasis pangan melalui peningkatan konsumsi

zat besi dari makanan. Sedangkan upaya tertiary prevention dilakukan intervensi

yang berbasis non pangan.

Secara umum strategi operasional penanggulangan anemia diarahkan pada

empat kegiatan yaitu KIE, kegiatan suplementasi, kegiatan fortifikasi dan kegiatan

lain yang mendukung kemauan masyarakat dalam menanggulangi anemia secara

mandiri. Kegiatan KIE diarahkan untuk mencari dukungan sosial (social support)

yang bertujuan untuk meningkatkan status wanita didalam keluarga, terutama agar

keluarga lebih menghargai dan memperhatikan ibu hamil. Pendekatan pimpinan

(advocacy) melalui KIE yang ditujukan kepada sasaran sekunder yang mempunyai

kemampuan untuk melakukan kebijakan dalam rangka untuk menciptakan

lingkungan yang lebih mendukung, dan mempercepat pelaksanaan program. KIE

dalam pemberdayaan (empowerment) yaitu KIE yang bertujuan untuk menumbuhkan

kesadaran keluarga tentang anemia, pangan dan gizi serta dapat melakukan tindakan

penanggulangan secara mandiri (Depkes RI, 1996).

2.3 Keterkaitan Gender dan Kesehatan Ibu Hamil

Perempuan tidak mendapat kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam

menjaga kesehatannya. Kondisi ini terjadi terutama karena adanya perlakuan tidak

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


adil dan tidak setara antara mereka (ketidaksetaraan gender) dalam pelayanan

kesehatan. Saat ini fokus utama pelayanan kesehatan masih menekankan aspek medis

dan kurang sekali memperhatikan isu-isu sosial. Padahal perbedaan sosial antara laki-

laki dan perempuan merupakan penyebab utama mencuatnya kesenjangan antara

mereka, sehingga pada akhirnya memengaruhi derajat kesehatan mereka (Makarao,

2009).

2.3.1 Akses Pelayanan Kesehatan

Kemampuan perempuan untuk hamil dan melahirkan menunjukkan bahwa

mereka memerlukan pelayanan kesehatan reproduksi yang berbeda, baik dalam

keadaan sakit maupun sehat. Oleh karena itu pelayanan kesehatan reproduksi yang

berkualitas, sangat menentukan kesejahteraan dirinya (Depkes RI, 2003).

Salah satu indikator akses perempuan kepada pelayanan kesehatan adalah

pelayanan antenatal bagi perempuan hamil. Kebijakan nasional untuk mencakup

semua perempuan hamil dengan sedikitnya 4 kali pemeriksaan antenatal. Depkes RI

(2007), menyatakan bahwa kebijakan pemerintah adalah mendorong perempuan

hamil untuk memperoleh pemeriksaan antenatal pertamanya pada trimester pertama.

Data SDKI 2001, mengungkapkan bahwa hanya 72% perempuan yang

melakukannya. Mereka yang di perkotaan memiliki kemungkinan lebih besar untuk

memperoleh pemeriksaan kehamilan dibandingkan mereka di pedesaan (79%

berbanding 66% ).

Hasil penelitian Zaluchu (2005) secara kualitatif ditemukan bahwa kehamilan

dianggap sebagai sebuah hal biasa, yang tidak perlu dianggap sebagai tahapan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


penting oleh masyarakat dan ibu hamil sendiri. Bagi masyarakat, ritual persalinan

lebih penting daripada kehamilan itu sendiri dan tidak ada kepentingan yang harus

dicermati dengan lebih baik ketika kehamilan terjadi. Keadaan ini mengakibatkan

wanita hamil mengabaikan banyak hal-hal penting untuk perawatan kehamilannya.

Rendahnya pemeriksaan antenatal (antenatal care) berhubungan dengan keengganan

masyarakat menjadikannya sebagai prioritas.

2.3.2 Pengambilan Keputusan terhadap Kehamilan

Hak reproduksi mencakup pengakuan hak-hak asasi pasangan dan pribadi untuk

menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak dan

menentukan waktu kelahiran anak-anak mereka. Perempuan diharapkan tampil

menjadi subjek utama yang mengontrol kesehatan reproduksinya, karena

perempuanlah yang memiliki rahim. Meskipun perempuan merupakan key-person

dari efektivitas pelaksanaan kesehatan reproduksinya, dalam kenyataannya

perempuan di Indonesia masih banyak yang belum dapat mengambil keputusan

sendiri meski itu menyangkut dirinya. Perempuan masih selalu tergantung pada orang

diluar dirinya seperti suami, orangtua, keluarga besarnya (Yustina, 2005).

Hak-hak reproduksi meliputi sebagian hak-hak azasi manusia yang sudah diakui

kekuatan hukumnya baik secara nasional maupun internasional. Menurut hasil

kesepakatan Konferensi Kependudukan dan Pembangunan Internasional (ICPD) di

Kairo tahun 1994, hak-hak reproduksi mencakup hak untuk hidup bebas dari resiko

kematian karena kehamilan, hak atas kebebasan dan keamanan atas kehidupan

reproduksinya, hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi, hak

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


atas kerahasiaan pribadi, hak kebebasan berpikir, hak memilih bentuk keluarga dan

untuk membangun serta merencanakan keluarga, hak untuk memutuskan secara bebas

mengenai jumlah anak, menentukan waktu kelahiran anak dan cara untuk

mernperolehnya. Masalah kesehatan reproduksi ini, walau telah memiliki landasan

hukum yang kuat, namun dalam prakteknya terdapat kesenjangan antara prinsip-

prinsip hukum dengan realitas sosial, karena hak reproduksi banyak dipengaruhi oleh

masalah relasi sosial (Depkes RI, 2003).

2.3.2.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengambilan Keputusan dalam


Keluarga

Pengambilan keputusan dalam keluarga dipengaruhi oleh informasi,

ketrampilan dalam berkomunikasi dan posisi anggota keluarga. Pengetahuan

seseorang terkait erat dengan terpaan informasi, baik bersumber dari media massa

maupun non media massa. Akses wanita ke media massa lebih rendah dari pria.

Konstruksi gender telah berhasil membangun satu aspek pendidikan keluarga bahwa

anak wanita dididik untuk tidak banyak bicara sehingga akan mencerminkan wibawa.

Wibawa yang terpancar akan memiliki kekuatan dengan sekali bicara akan didengar

dan dipatuhi terutama oleh anak-anaknya, tetapi hasil pendidikan dalam keluarga ini

yang menonjol bukan produk kewibawaan tapi ketidakberanian mengeluarkan

pendapat, gagap berbicara, sulit merumuskan kalimat yang sesuai apa yang

diinginkannya, tidak memiliki kekuatan untuk mengemukakan masalah tersebut

(Hidayat, 2005).

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Pemasungan kreativitas berkomunikasi pada anak-anak wanita yang

dipraktekkan banyak keluarga di pedesaan, akhirnya bermuara pada kondisi yang

menempatkan mereka pada posisi tidak dapat melaksanakan keputusan.

Ketidakterampilan berkomunikasi dalam proses pembuatan keputusan, menempatkan

ibu-ibu rumah tangga dalam posisi yang relatif rendah, sehingga kebutuhan dan

keinginannya sulit terealisasikan. Keputusan yang dihasilkan cenderung didominasi

kepentingan suami, sekalipun keputusan tersebut menyangkut masalah-masalah yang

berkaitan hidup matinya ibu-ibu itu sendiri seperti masalah kesehatan reproduksi.

2.3.2.2 Tipe-tipe Pengambilan Keputusan

Menurut Abdullah (2001), terdapat tiga tipe pengambilan keputusan

pemeliharaan kesehatan reproduksi dalam keluarga :

1) Musyawarah, banyak ditempuh oleh keluarga di pedesaan. Prosedurnya si istri

menyampaikan masalah atau keinginan yang berkaitan dengan pemeliharaan

kesehatan reproduksi. Dilanjutkan untuk mencari jalan ke luar atau

memecahkan masalah, atas dasar argumen yang dikemukakan suami dan istri

sehingga diperoleh keputusan yang memuaskan kedua pihak.

2) Dominan istri, umumnya terjadi pada kelompok ibu-ibu rumah tangga yang

wewenang penuh untuk mengambil keputusan sendiri. Ibu-ibu rumah tangga ini

dalam prakteknya tetap memberitahu suami sebagai bentuk permintaan izin

sebelum melaksanakan keputusan yang ia buat sendiri.

3) Dominan suami, tipe pengambilan keputusan seperti ini banyak berlaku pada

ibu-ibu rumah tangga yang relatif tua. Terdapat dua klasifikasi pengambilan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


keputusan dari tipe dominan suami ini, yaitu pertama, suami yang langsung

membuat keputusan sendiri begitu istrinya mengemukakan permasalahan yang

dihadapi, tanpa banyak bertanya atau meminta pertimbangan istri terlebih dulu.

Kedua, suami akan meminta pendapat dan keinginan istrinya dalam proses

pembuatan keputusan. Selanjutnya ia memutuskan tindakan yang harus

dijalankan istrinya tanpa melalui tahapan pencapaian kesepakatan antara suami

dan istri.

2.3.3 Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan

Partisipasi suami saat kehamilan sangat penting untuk membantu ketenangan

jiwa istrinya. Suami yang baik adalah suami yang memenuhi kebutuhan istrinya,

membantu perawatannya, dan terlibat secara dekat dengan segala sesuatu yang terjadi

pada istrinya. Seorang ayah seharusnya bekerja keras, bertanggung jawab dan

meluangkan waktu untuk istri yang akan menciptakan kesenangan, kepuasan dan

kebahagiaan yang tak terukur. Selama kehamilan maupun persalinan, istri biasanya

menggantungkan semangatnya pada suami. Istri membutuhkan dukungan dari

suaminya, dan jika dia tidak mendapatkan hal itu dia akan merasa hidup sendiri

(Stoppard, 2002).

Menurut BKKBN (2001), partisipasi suami dalam perawatan kehamilan dapat

ditunjukkan dengan cara memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri,

mendorong dan mengantar istri untuk memeriksakan kehamilan ke fasilitas kesehatan

minimal empat kali selama kehamilan, memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya,

menentukan tempat persalinan (fasilitas kesehatan) bersama istri sesuai dengan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


kemampuan dan kondisi masing-masing daerah, menyiapkan biaya persalinan,

melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan sedini mungkin bila terjadi hal-hal yang

membahayakan kesehatan selama kehamilan seperti perdarahan dan lain-lain.

2.4 Landasan Teori

Tawney dikutip Megawangi (1999) menyebutkan bahwa keragaman peran pada

hakekatnya adalah realita kehidupan manusia. Hubungan laki-laki dan perempuan

bukan dilandasi konflik atau struktur fungsional tetapi dilandasi kebutuhan bersama

guna membangun kemitraan yang harmonis. Paham kompromistis yang dikenal

dengan keseimbangan (equilibrium) yang menekankan pada konsep kemitraan dan

keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dan laki-laki. Pandangan ini tidak

mempertentangkan antara kaum perempuan dan laki-laki karena keduanya harus

bekerjasama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan berkeluarga,

bermasyarakat, dan berbangsa. Karena itu, penerapan kesetaraan dan keadilan gender

harus memperhatikan masalah kontekstual (yang ada pada tempat dan waktu tertentu)

dan situasional (sesuai situasi/keadaan), bukan berdasarkan perhitungan secara

matematis (jumlah/quota) dan tidak bersifat universal.

Kesetaraan gender dalam segala aspek kehidupan termasuk kehidupan keluarga,

didasarkan pada adanya perbedaan biologis, aspirasi, kebutuhan masing-masing

individu sehingga pada setiap peran yang dilakukan akan memiliki perbedaan.

Kesetaraan gender juga tidak berarti menempatkan segala sesuatu harus sama, tetapi

lebih pada pembiasaan yang didasarkan pada kebutuhan spesifik masing-masing

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


anggota keluarga. Kesetaraan gender dalam keluarga mengisyaratkan adanya

keseimbangan dalam pembagian peran antar anggota keluarga sehingga tidak ada

salah satu yang dirugikan. Dengan demikian, tujuan serta fungsi keluarga sebagai

institusi pertama yang bertanggung jawab dalam pembentukan manusia yang

berkualitas dapat tercapai (Mosse, 1996).

Ketidaksetaraan gender terlihat dari adanya hambatan dalam akses pelayanan

terhadap pelayanan kesehatan terutama dialami oleh perempuan karena adanya status

perempuan yang tidak mendapat izin dari suami sebagai pemegang keputusan, siapa

yang menolong persalinan istri kebanyakan masih ditentukan oleh suami, sehingga

terjadi subordinasi terhadap perempuan dengan keterbatasan perempuan dalam

pengambilan keputusan untuk kepentingan dirinya. Ditinjau dari segi hak reproduksi

jelas dinyatakan bahwa setiap orang baik lakilaki maupun perempuan tanpa

memandang kelas, sosial, suku, umur, agama dan lain-lain mempunyai hak yang

sama untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab. Lebih praktisnya dapat

dinyatakan bahwa perempuan berhak mengambil keputusan untuk memperoleh

pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya (Azwar, 2001).

Ketidakmampuan perempuan dalam mengambil keputusan yang menyangkut

hak-hak kesehatan reproduksinya terutama kehamilannya. Keterbatasan perempuan

mengambil keputusan terhadap kehamilannya disebabkan budaya patriarki yang ada

di masyarakat. Perempuan tidak mempunyai otonomi terhadap rahimnya sendiri yaitu

hak untuk menentukan kapan ingin punya anak, jumlah anak, memeriksakan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


kehamilan, penolong persalinan dan biaya untuk kehamilan serta persalinannya

(Sibagariang, dkk, 2010).

Partisipasi suami saat kehamilan sangat penting untuk membantu ketenangan

jiwa istrinya. Suami yang baik adalah suami yang memenuhi kebutuhan istrinya,

membantu perawatannya, dan terlibat secara dekat dengan segala sesuatu yang terjadi

pada istrinya. Seorang ayah seharusnya bekerja keras, bertanggung jawab dan

meluangkan waktu untuk istri yang akan menciptakan kesenangan, kepuasan dan

kebahagiaan yang tak terukur. Selama kehamilan maupun persalinan, istri biasanya

menggantungkan semangatnya pada suami. Istri membutuhkan dukungan dari

suaminya, dan jika dia tidak mendapatkan hal itu dia akan merasa hidup sendiri

(Stoppard, 2002).

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori, maka kerangka konsep

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Perspektif Gender :
1. Akses Pelayanan Kesehatan
2. Pengambilan Keputusan
Status Kesehatan
terhadap Kehamilan
3. Partisipasi Suami dalam
Perawatan Kehamilan

Kejadian Anemia
Pada Ibu hamil
……………… = Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Variabel independen dalam penelitian ini adalah kesetaraan gender yang terdiri

dari akses pelayanan kesehatan, pengambilan keputusan terhadap kehamilan,

partisipasi suami dalam kehamilan. Variabel dependen adalah kejadian anemia pada

ibu hamil.

Kesetaraan gender dalam kesehatan khususnya terhadap ibu hamil dapat dilihat

melalui akses ibu hamil ke pelayanan kesehatan yang masih dipengaruhi oleh

keberadaan suami sebagai kepala rumah tangga menyangkut izin, biaya yang

dibutuhkan, waktu, dan jarak ke sarana pelayanan. Pengambilan keputusan terhadap

kehamilan yang merupakan hak ibu hamil atas dirinya sendiri pada kenyataannya

tidak dapat terpenuhi karena besarnya keterlibatan suami dan keluarga dalam

pengambilan keputusan, hal ini akan berdampak kepada keterlambatan pertolongan

terhadap gangguan dan komplikasi selama kehamilan dan persalinan. Partisipasi

suami dalam perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor penting yang dapat

meningkatkan kesehatan ibu selama hamil yakni menyangkut gizi ibu hamil,

perhatian dan dukungan, persediaan biaya serta transportasi yang dibutuhkan selama

proses kehamilan dan persalinan.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah survei analitik dengan pendekatan

explanatory research yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh kesetaraan gender

terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin

Kabupaten Langkat.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan

Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012. Alasan pemilihan lokasi, berdasarkan

survei awal ditemukan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pantai

Cermin Kabupaten Langkat tahun 2011 masih tinggi sebesar 68,62%. Persentase ini

paling tinggi dari Puskesmas yang ada di Kabupaten Langkat.

Hasil wawancara pada studi awal dengan bidan desa di wilayah kerja

Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat menunjukkan adanya beberapa

perilaku yang menyangkut kesehatan pada ibu hamil seperti ibu biasanya melakukan

kunjungan kehamilan setelah kehamilan memasuki trimester kedua, rata- rata jarak

kehamilan kurang dari 2 tahun dan masih kurangnya partisipasi suami dalam

perawatan kehamilan seperti menemani istri saat memeriksakan kehamilannya.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari bulan Desember 2011 sampai dengan Agustus

tahun 2012.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan suami dan istri dengan

kehamilan trimester ke-3 yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pantai

Cermin Kabupaten Langkat tahun 2012 yang tersebar di 19 desa, dengan kriteria

inklusi pasangan suami dan istri dengan kehamilan trimester ke-3 yang tinggal

bersama. Penetapan pasangan suami dan istri dengan kehamilan trimester ke-3

sebagai populasi dengan pertimbangan pada kehamilan trimester ke-3 informasi

tentang perawatan kehamilan dan keterkaitan perspektif gender terhadap kejadian

anemia dalam kehamilan (akses pelayanan kesehatan, pengambilan keputusan

terhadap kehamilan dan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan) akan lebih

banyak didapatkan. Jumlah ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Pantai Cermin

Kabupaten Langkat berdasarkan laporan PWSKIA bulan Desember tahun 2011

adalah 1410 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari pasangan suami dan istri

dengan kehamilan trimester ke-3 yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Pantai Cermin Kabupaten Langkat. Besar sampel dalam penelitian ditentukan melalui

uji hipotesis untuk proporsi populasi tunggal (Lemeshow, dkk, 1997).

{Ζ1-α/2√Ρ0 (1-Ρ0 )+Ζ1-β√Ρa(1-Ρa} 2


n =--------------------------------------------
(Ρa-Ρ0)2

Keterangan :

n = besarnya sampel minimum

Ζ1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α = 0,05 (1,960)

Ζ1-β = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β = 0.10 (1,282)

P0 = proporsi kejadian anemia pada ibu hamil (0,65) (Harahap, 2011)

Pa-P0 = perkiraan selisih proporsi yang bermakna (0.10)

Perhitungan :

{1,960√{(0,65)(0,35)}+1,282√{(0,75)(0,25)} 2
n= -----------------------------------------------------------
[0,10]2

n = 69 ≈ 70

Berdasarkan hasil perhitungan, maka jumlah sampel minimal dalam penelitian

ini adalah 70 pasangan suami dan istri dengan kehamilan trimester ke-3, yang

bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu mengambil

sampel berdasarkan pertimbangan yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau

sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2002).

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Sampel diambil atau dipilih pada tiga desa (desa Pulau Banyak, desa Baja

Kuning dan desa Pantai Cermin) di mana cakupan pemberian tablet besi (Fe) rata-rata

hanya 10%. Jumlah ibu hamil di desa Pulau Banyak 67 orang, desa Baja Kuning 41

orang dan desa Pantai Cermin 116 orang (Laporan PWSKIA Puskesmas Pantai

Cermin bulan Desember tahun 2011).

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

1. Data primer yaitu suatu data yang dikumpulkan melalui wawancara langsung

dengan menggunakan kuesioner kepada pasangan suami dan istri dengan

kehamilan trimester ke-3 yang tinggal di Desa Pulau Banyak, Desa Baja Kuning

dan Desa Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat meliputi

identitas responden, akses pelayanan kesehatan, pengambilan keputusan terhadap

kehamilan, dan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan. Pemeriksaan kadar

hemoglobin dengan menggunakan metoda cyanmethaemoglobin.

2. Data sekunder adalah data gambaran umum masyarakat Kecamatan Tanjung

Pura, data populasi ibu hamil yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas

Pantai Cermin. Data sekunder diperoleh melalui laporan PWS-KIA Bidan Desa,

profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dan laporan bulanan Puskesmas

Pantai Cermin, dokumentasi Kantor Camat Tanjung Pura Kabupaten Langkat.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum data dikumpulkan, maka akan terlebih dahulu dilakukan uji instrumen

penelitian yang bertujuan untuk memastikan bahwa alat bantu yang dipergunakan

(kuesioner) telah memiliki validitas dan reliabilitas. Validitas berasal dari kata

validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kemaknaan suatu alat ukur

(instrumen) dalam mengukur suatu data.

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai

yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara

mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan

rumus korelasi pearson product moment (r) dengan α=0,05. Reliabilitas data

merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat

menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya, uji reliabilitas menggunakan metode

cronbach’ Alpha dengan α=0,7, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali

pengukuran (Riwidikdo, 2008).

Uji coba kuesioner dilakukan pada pasangan suami dan istri dengan kehamilan

trimester ke-3 di lokasi yang menyerupai lokasi penelitian yaitu wilayah kerja

Puskesmas Tanjung Beringin Kabupaten Langkat, dengan jumlah sampel sebanyak

30 pasangan suami dan istri. Hal ini dimaksudkan agar alat ukur yang digunakan

benar-benar tepat dan cermat dalam melakukan fungsi ukurnya serta dapat dipercaya.

Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian dianalisis dan diperoleh hasil

untuk variabel akses ke pelayanan kesehatan, pertanyaan yang digunakan sebanyak

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


25 item maka setelah dilakukan uji validitas, hasilnya menunjukkan nilai r-hitung

<α=0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid. Pada uji

reliabilitas diperoleh nilai Cronbach’s Alpha >α=0,7, sehingga dapat disimpulkan

bahwa butir instrumen tersebut reliabel.

Variabel pengambilan keputusan terhadap kehamilan mempunyai pertanyaan

sebanyak 22 item, setelah dilakukan uji validitas, hasilnya menunjukkan nilai r-

hitung <α=0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid.

Pada uji reliabilitas diperoleh nilai Cronbach’s Alpha >α=0,7 sehingga dapat

disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut reliabel.

Variabel partisipasi suami dalam perawatan kehamilan mempunyai pertanyaan

sebanyak 18 item, setelah dilakukan uji validitas, hasilnya menunjukkan nilai r-hitung

<α=0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid. Pada uji

reliabilitas diperoleh nilai Cronbach’s Alpha >α=0,7, sehingga dapat disimpulkan

bahwa butir instrumen tersebut reliabel.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak empat variabel, yang

terdiri dari tiga variabel independen yaitu perspektif gender (akses pelayanan

kesehatan, pengambilan keputusan terhadap kehamilan, partisipasi suami dalam

perawatan kehamilan). Satu variabel dependen yaitu kejadian anemia pada ibu hamil.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


3.5.2 Definisi Operasional

3.5.2.1 Variabel Independen

a) Perspektif gender adalah cara pandang dalam melihat kejadian anemia pada ibu

hamil berdasarkan gender (perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara

ibu hamil trimester ke-3 dan suami) yang berupa akses terhadap pelayanan

kesehatan, pengambilan keputusan terhadap kehamilan dan partisipasi suami

dalam perawatan kehamilan.

b) Akses pelayanan kesehatan adalah peluang atau kesempatan untuk menggunakan

pelayanan kesehatan yang ada (Posyandu, Puskesmas, Rumah/Klinik Bersalin,

dan Rumah Sakit). Peluang atau kesempatan tersebut terkait dengan perbedaan

gender yang dialami oleh responden.

c) Pengambilan keputusan terhadap kehamilan adalah kekuasaan atau wewenang

yang dimiliki untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan kesehatan

dirinya antara lain berapa jumlah anak yang diinginkannya, kapan mau hamil,

jarak kehamilannya, kapan memeriksakan kehamilannya, siapa yang akan

menolong persalinan, dan persiapan dana untuk persalinan.

d) Partisipasi suami dalam perawatan kehamilan adalah segala bentuk peranserta,

perhatian dan keterlibatan suami terhadap perawatan kehamilan.

3.5.2.2 Variabel Dependen

Kejadian anemia pada ibu hamil adalah kadar hemoglobin di dalam darah ibu

hamil trimester ke-3 kurang dari 11 g%.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Variabel Independen

1) Akses pelayanan kesehatan

Pertanyaan untuk variabel akses pelayanan kesehatan berjumlah 25 soal.

Kuesioner menggunakan skala Likert dengan skor 1-3. Alternatif jawaban tidak

pernah diberi skor 1, jarang diberi skor 2, dan sering diberi skor 3.

Kategori :

a) Kurang baik, jika responden memperoleh nilai < 50% dari total skor (25-49)

b) Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ 50 % dari total skor (50-75).

Skala ukur : ordinal.

2) Pengambilan Keputusan terhadap Kehamilan

Kuesioner untuk variabel pengambilan keputusan terhadap kehamilan

berjumlah 22 soal. Kuesioner berbentuk skala Likert dengan skor yang

digunakan 1-3. Alternatif jawaban pengambilan keputusan hanya oleh suami

diberi skor 1, pengambilan keputusan hanya oleh istri diberi skor 2, dan

pengambilan keputusan bersama (suami dan istri) diberi skor 3.

Kategori :

a) Kurang baik, jika responden memperoleh nilai < 50% dari total skor (22-43).

b) Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ 50% dari total skor (44-66).

Skala ukur : ordinal.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


3) Partisipasi suami dalam perawatan kehamilan.

Kuesioner untuk variable partisipasi suami dalam perawatan kehamilan

berjumlah 18 soal. Kuesioner menggunakan skala Likert dengan skor 1-3.

Alternatif jawaban tidak pernah diberi skor 1, jarang diberi skor 2, dan sering

diberi skor 3.

Kategori :

a) Kurang baik, jika responden memperoleh nilai <50% dari total skor (18-35)

b) Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ 50% dari total skor (36-54).

Skala ukur : ordinal.

3.6.2 Variabel Dependen

Anemia diukur dengan memeriksa kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil.

Pemeriksaan kadar Hb dilakukan oleh petugas analis yang ada di Puskesmas. Cara

pemeriksaan Hb, darah diukur dengan menggunakan metode cyanmethaemoglobin.

Darah yang diambil adalah darah kapiler yang berasal dari jari tengah sebelah kiri

menggunakan jarum kulit otomatis. Darah yang mengalir pertama tidak digunakan,

darah sampel adalah darah yang secara spontan mengalir tanpa dipijit atau ditekan.

Darah diambil dengan menggunakan pipet sahli sampai mencapai batas angka 20 ul

kemudian dimasukan dalam tabung reaksi yang telah berisi larutan darbkin 5 ml.

Hasil dibaca dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 540

mm.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Hasil pemeriksaan dibagi dua kategori yaitu :

1. Anemia , jika kadar Hb < 11 g %.

2. Tidak anemia, jika kadar Hb ≥ 11 g %.

Skala ukur : nominal.

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah

dengan menggunakan metode analisis statistik dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi yang

berkaitan dengan karakteristik responden dan seluruh variabel penelitian.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen

yaitu perspektif gender (akses pelayanan kesehatan, pengambilan keputusan terhadap

kehamilan, partisipasi suami dalam kehamilan,) dengan variabel dependen yaitu

kejadian anemia pada ibu hamil. Jenis data dalam penelitian ini adalah kategori maka

teknik analisis menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

3.7.3 Analisis Multivariat

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka analisis statistik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji regresi logistik ganda. Regresi logistik ganda (multiple

logistic regession) digunakan untuk melihat pengaruh beberapa variabel independen

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


secara bersama-sama terhadap satu variabel dependen yang bersifat dikotomus, dan

untuk mengetahui variabel mana yang paling berpengaruh terhadap variabel

dependen pada taraf kepercayaan 95%. Dalam uji regresi logistik ganda digunakan

metode seleksi forward stepwise (conditional).

Persamaan uji regresi logistik ganda adalah :

1
P = ---------------------------------
1+ Exp-(α+β1X1+β2X2+β3X3)

Keterangan :

P = Probabilitas

Exp = Konstanta regresi logistik

α = Konstanta (kejadian anemia pada ibu hamil)

β1X1 = Koefisien regresi logistik akses pelayanan kesehatan

β2X2 = Koefisien regresi logistik pengambilan keputusan terhadap kehamilan

β3X3 = Koefisien regresi logistik partisipasi suami dalam perawatan kehamilan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat

4.1.1. Data Geografi Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten


Langkat

Puskesmas Pantai Cermin merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten

Langkat yang terletak di Jalan Terusan No. 105 Desa Pantai Cermin Kecamatan

Tanjung Pura. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin adalah

sebagai berikut:

1. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Secanggang

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Hinai dan Kecamatan Padang

Tualang

3. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gebang

4. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka/Sumatera.

Daerah wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin sebagian besar adalah dataran

rendah dan sebagian lainnya adalah pesisir pantai yang berbatasan langsung dengan

Selat Malaka. Puskesmas Pantai Cermin memiliki luas wilayah 165,78 km, terdiri

dari 19 desa, yang terbagi menjadi 131 dusun.

4.1.2. Data Demografi Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten


Langkat
Data demografi di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung

Pura Kabupaten Langkat berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 2010 dapat dilihat

pada tabel berikut.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Tabel 4.1 Data Demografi Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin
Kabupaten Langkat

No Data Demografi Jumlah (orang) Persentase (%)


1. Jumlah Penduduk
a. Laki-laki 32.507 50,5
b. Perempuan 31.835 49,5
Jumlah 64.342 100,0
2. Jenis Pekerjaan
a. Tidak bekerja 29.135 45,3
b. Wirsawasta 28.747 44,7
c. Karyawan 4.393 6,8
d. PNS 1.005 1,5
e. Petani 548 0,9
f. TNI/POLRI 514 0,8
Jumlah 64.342 100,0
3. Jenis Pendidikan
a. Belum Sekolah 8.731 13,6
b. Tidak Sekolah 8.102 12,6
c. SD 16.155 25,1
d. SMP 13.512 21,0
e. SMU 9.863 15,3
f. Perguruan Tinggi 7.976 12,4
Jumlah 64.342 100,0
4. Agama
a. Islam 50.552 78,6
b. Kristen Protentan 6.610 10,3
c. Budha 3.431 5,3
d. Hindu 2.172 3,4
e. Kristen Katolik 1.577 2,4
Jumlah 64.342 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa penduduk di wilayah kerja

puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat memiliki persentase yang hampir sama

antara penduduk laki-laki dan perempuan dengan jenis pekerjaan lebih banyak

wiraswasta dan sebagian besar penduduk berpendidikan rendah (SD dan SMP).

Sebagian besar penduduk menganut agama Islam.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


4.1.3. Fasilitas Kesehatan

Wilayah kerja puskesmas Pantai Cermin adalah seluruh wilayah Kecamatan

Tanjung Pura Kabupaten Langkat, namun untuk penanggulangan masalah kesehatan

masyarakat, Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat juga memiliki Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD) tipe C. Puskesmas Pantai Cermin dengan wilayah kerja

berjumlah 19 desa dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 7 Puskesmas

Pembantu dan 12 Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Jumlah tenaga kesehatan di

Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.2. Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten


Langkat

No Tenaga Kesehatan Jumlah (orang)


1. Dokter umum 4
2. Dokter Gigi 1
3. Perawat 11
4. Bidan 24
5. Gizi 1
6. Tehnisi Medis 1
7. Sanitasi 2
8. Kesehatan Masyarakat 1
Jumlah 45

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa puskesmas Pantai Cermin Kabupaten

Langkat masih memiliki kekurangan tenaga kesehatan khususnya tenaga gizi

mengingat luasnya daerah binaan dan banyaknya jumlah desa dan dusun.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


4.2. Gambaran Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi umur istri, suku,

pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, jarak kehamilan, umur suami, suku, pendidikan

dan pekerjaan. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden Istri di Wilayah Kerja


Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat Tahun 2012

No Karakteristik Istri Jumlah (orang) Persentase (%)


1. Umur
a. 15-19 2 2.9
b. 20-24 18 25.7
c. 25-29 26 37.1
d. 30-34 17 24.3
e. 35-39 6 8.6
f. 40-44 1 1.4
Jumlah 70 100,0
2. Suku
a. Melayu 45 64,3
b. Jawa 19 27,1
c. Minang 2 2,9
d. Banjar 1 1,4
e. India 1 1,4
f. Simalungun 1 1,4
g. Mandailing 1 1,4
Jumlah 70 100,0
3. Pendidikan
a. SD 5 7,1
b. SMP 17 24,3
c. SMU 42 60,0
d. Perguruan Tinggi 6 8,6
Jumlah 70 100,0

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Tabel 4.3 (Lanjutan)

No Karakteristik Istri Jumlah (orang) Persentase (%)


4. Pekerjaan
a. Bekerja 15 21,4
b. Tidak bekerja 55 78,6
Jumlah 70 100,0
5. Jumlah Anak
a. ≤ 2 55 78,6
b. > 2 15 21,4
Jumlah 70 100,0
6. Jarak Kehamilan
a. ≥ 2 tahun 25 35.7
b. < 2 tahun 45 64.3
Jumlah 70 100,0

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden istri berumur 20-34

tahun yang merupakan usia reproduktif dan usia yang sehat untuk seorang wanita

melakukan tugas reproduksinya. Sebahagian besar responden istri bersuku Melayu

yang merupakan suku terbesar di Kecamatan Tanjung Pura menurut sejarah. Sebagian

besar responden istri berpendidikan SMU dan tidak bekerja. Jumlah anak yang

dimiliki lebih banyak dengan jumlah ≤ 2 orang dan jarak kehamilan < 2 tahun.

Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Responden Suami di Wilayah Kerja


Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat Tahun 2012

No Karakteristik Istri Jumlah (orang) Persentase (%)


1. Umur
a. 20-24 6 8.6
b. 25-29 23 32.9
c. 30-34 18 25.7
d. 35-39 11 15.7
e. 40-44 10 14.3
f. 45-49 1 1.4
g. 50-54 1 1.4
Jumlah 70 100,0

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Tabel 4.4 (Lanjutan)

No Karakteristik Istri Jumlah (orang) Persentase (%)


2. Suku
a. Melayu 36 51,4
b. Jawa 27 38,6
c. Minang 4 5,7
d. Mandailing 2 2,9
e. Banten 1 1,4
Jumlah 70 100,0
3. Pendidikan
a. SD 6 8,6
b. SMP 18 25,7
c. SMU 43 61,4
d. Perguruan Tinggi 3 4,3
Jumlah 70 100,0
4. Pekerjaan
a. Buruh 27 38,6
b. Pedagang 24 34,3
c. Pegawai Swasta 5 7,1
d. Petani 12 17,1
e. Pegawai Negeri Sipil 1 1,4
f. Tidak bekerja 1 1,4
Jumlah 70 100,0

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden suami berumur 25-34

tahun yang merupakan usia produktif. Sebahagian besar responden suami bersuku

Melayu. Responden suami lebih banyak berpendidikan SMU dan bekerja sebagai

buruh dan pedagang. Keadaan ini juga menggambarkan masih kurangnya

kesejahteraan hidup dari responden.

4.3. Distribusi Perspektif Gender dan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Untuk mengetahui distribusi perspektif gender dan kejadian anemia pada ibu

hamil dilakukan analisis univariat dan disajikan dalam tabel disribusi fekuensi.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


4.3.1. Perspektif Gender

Dari hasil uji analisis univariat terhadap perspektif gender meliputi variabel

akses pelayanan kesehatan, pengambilan keputusan terhadap kehamilan, dan

partisipasi suami dalam perawatan kehamilan didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.5. Distribusi Perspektif Gender Berdasarkan Akses Pelayanan


Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten
Langkat Tahun 2012

No Akses Pelayanan Kesehatan Jumlah (orang) Persentase (%)


1. Menurut Istri
a. Kurang Baik 17 24,3
b. Baik 53 75,7
Jumlah 70 100,0
2. Menurut Suami
a. Kurang Baik 9 12,9
b. Baik 61 87,1
Jumlah 70 100,0
3. Pelayanan ANC oleh Petugas
a. Kurang Baik 13 18,6
b. Baik 57 81,4
Jumlah 70 100,0
4. Akses Pelayanan Kesehatan Jumlah (orang) Persentase (%)
a. Kurang Baik 19 27,1
b. Baik 51 72,9
Jumlah 70 100,0

Dari Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa perspektif gender berdasarkan akses

pelayanan kesehatan di wilayah kerja puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat

sebagian besar baik, hal ini menggambarkan mudahnya responden untuk mengakses

dan mendapatkan pelayanan kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Tabel 4.6. Distribusi Perspektif Gender Berdasarkan Pengambilan Keputusan
Terhadap Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin
Kabupaten Langkat Tahun 2012

Pengambilan Keputusan
No Jumlah (orang) Persentase (%)
Terhadap kehamilan
1. Menurut Istri
a. Kurang Baik 36 51,4
b. Baik 34 48,6
Jumlah 70 100,0
2. Menurut Suami
a. Kurang Baik 23 32,9
b. Baik 47 67,1
Jumlah 70 100,0
3. Pengambilan Keputusan
Terhadap Kehamilan
a. Kurang Baik 32 45,7
b. Baik 38 54,3
Jumlah 70 100,0

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perspektif gender berdasarkan

pengambilan keputusan terhadap kehamilan di wilayah kerja puskesmas Pantai

Cermin Kabupaten Langkat sebagian besar baik, namun terdapat perbedaan kategori

antara pengambilan keputusan terhadap kehamilan menurut istri dan pengambilan

keputusan terhadap kehamilan menurut suami. Hal ini menggambarkan perbedaan

pendapat tentang peran sebagai istri dan peran sebagai suami dalam pengambilan

keputusan.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Tabel 4.7 Distribusi Perspektif Gender Berdasarkan Partisipasi Suami Dalam
Perawatan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin
Kabupaten Langkat Tahun 2012

No Partisipasi Suami Dalam Jumlah (orang) Persentase (%)


Perawatan Kehamilan
1. Menurut Istri
a. Kurang Baik 18 25,7
b. Baik 52 74,3
Jumlah 70 100,0
2. Menurut Suami
a. Kurang Baik 10 14,3
b. Baik 60 85,7
Jumlah 70 100,0
3. Partisipasi Suami Dalam
Perawatan Kehamilan
a. Kurang Baik 18 25,7
b. Baik 52 74,3
Jumlah 70 100,0
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perspektif gender berdasarkan

partisipasi suami dalam perawatan kehamilan di wilayah kerja puskesmas Pantai

Cermin Kabupaten Langkat sebagian besar baik, hal ini menggambarkan adanya

keterlibatan suami yang baik dalam perawatan kehamilan istri.

4.3.2. Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Distribusi frekuensi responden istri berdasarkan kejadian anemia dalam

kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat Tahun

2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8. Distribusi Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat Tahun 2012

No Kejadian Anemia Jumlah (orang) Persentase (%)


1. Anemia 49 70,0
2. Tidak Anemia 21 30,0
Jumlah 70 100,0

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Dari tabel di atas menunjukkan sebagian besar responden istri mengalami

anemia dalam kehamilan sebanyak 70,0%. Keadaan ini menunjukkan sebagian besar

responden istri mempunyai masalah kesehatan dalam kehamilannya yang dapat

menimbulkan komplikasi pada saat hamil, bersalin dan nifas.

4.4. Hubungan Perspektif Gender dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Untuk mengetahui hubungan antara perspektif gender (akses ke pelayanan

kesehatan, pengambilan keputusan terhadap kehamilan, partisipasi suami dalam

perawatan kehamilan) dengan kejadian anemia pada ibu hamil dilakukan analisis

bivariat dengan menggunakan uji chi-square dan hasil pengolahan data disajikan

pada tabel silang.

4.4.1. Hubungan Akses Pelayanan Kesehatan dengan Kejadian Anemia pada


Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten
Langkat Tahun 2012

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persentase

kejadian anemia pada responden istri yang memiliki akses pelayanan kesehatan

kurang baik (89,5%), dengan sedangkan responden istri memiliki akses pelayanan

kesehatan baik (62,7%).

Hasil uji statistik dengan uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang

signifikan antara akses pelayanan kesehatan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil(p=0,030), dengan nilai prevalence ratio (PR)=1,426 artinya responden istri

yang memiliki akses pelayanan kesehatan kurang baik mempunyai kemungkinan

1,426 kali lebih besar mengalami anemia dalam kehamilan dibandingkan dengan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


responden istri yang memiliki akses pelayanan kesehatan baik. Tabulasi silang

hubungan akses pelayanan kesehatan dengan kejadian anemia pada ibu hamil dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.9. Tabulasi Silang Hubungan Akses Pelayanan Kesehatan dengan


Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Pantai Cermin Kabupaten Langkat tahun 2012

Kejadian Anemia
Akses
Pada Ibu Hamil
Pelayanan Jumlah PR 95%CI P
Anemia Tidak Anemia
Kesehatan
N % n %
Kurang 17 89,5 2 10,5 19 1,426 1,098-1,853 0,030
Baik
Baik 32 62,7 19 37,3 51

4.4.2. Hubungan Pengambilan Keputusan terhadap Kehamilan dengan


Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai
Cermin Kabupaten Langkat Tahun 2012

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persentase

kejadian anemia pada responden istri yang memiliki pengambilan keputusan terhadap

kehamilan kurang baik (84,4%), dengan sedangkan responden istri memiliki

pengambilan keputusan terhadap kehamilan baik (57,9%).

Hasil uji statistik dengan uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang

signifikan antara pengambilan keputusan terhadap kehamilan dengan kejadian anemia

pada ibu hamil(p=0,016), dengan nilai prevalence ratio (PR)=1,457 artinya

responden istri yang memiliki pengambilan keputusan terhadap kehamilan kurang

baik mempunyai kemungkinan 1,457 kali lebih besar mengalami anemia dalam

kehamilan dibandingkan dengan responden istri yang memiliki pengambilan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


keputusan terhadap kehamilan baik. Tabulasi silang hubungan pengambilan

keputusan terhadap kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 4.10. Tabulasi Silang Hubungan Pengambilan Keputusan terhadap


Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat Tahun 2012

Kejadian Anemia Pada


Pengambilan
Ibu Hamil
Keputusan
Anemia Tidak Jumlah PR 95 % CI p
Terhadap
Anemia
Kehamilan
n % N %
Kurang Baik 27 84,4 5 15,6 32 1,457 1,070- 0,016
1,986
Baik 22 57,9 16 42,1 38

4.4.3. Hubungan Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan dengan


Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai
Cermin Kabupaten Langkat Tahun 2012

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persentase

kejadian anemia pada responden istri yang memiliki partisispasi suami dalam

perawatan kehamilan kurang baik (94,4%), dengan sedangkan responden istri

memiliki partisispasi suami dalam perawatan kehamilan baik (61,5%).

Hasil uji statistik dengan uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang

signifikan antara partisispasi suami dalam perawatan kehamilan dengan kejadian

anemia pada ibu hamil(p=0,009), dengan nilai prevalence ratio (PR)= 1,535 artinya

responden istri yang memiliki partisispasi suami dalam perawatan kehamilan kurang

baik mempunyai kemungkinan 1,457 kali lebih besar mengalami anemia dalam

kehamilan dibandingkan dengan responden istri yang memiliki partisispasi suami

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


dalam perawatan kehamilan baik. Tabulasi silang hubungan partisispasi suami dalam

perawatan kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 4.11. Tabulasi Silang Hubungan Partisipasi Suami dalam Perawatan


Kehamilan terhadap Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat Tahun 2012

Partisipasi Kejadian Anemia


Suami Pada Ibu Hamil
dalam Anemia Tidak Jumlah PR 95 % CI P
Perawatan Anemia
Kehamilan N % N %
Kurang 17 94,4 1 5,6 18 1,535 1,204-1,956 0,009
Baik
Baik 32 61,5 20 38,5 52

4.5. Pengaruh Perspektif Gender terhadap Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Untuk mengetahui pengaruh perspektif gender (akses pelayanan kesehatan,

pengambilan keputusan terhadap kehamilan, partisipasi suami dalam perawatan

kehamilan) terhadap kejadian anemia pada ibu hamil secara bersama-sama dilakukan

analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda (multiple logistic

regression). Untuk melakukan analisis multivariat, dilakukan beberapa langkah yaitu:

1. Melakukan pemilihan variabel yang potensial dimasukkan dalam model.

Variabel yang dipilih sebagai kandidat adalah p<0,25.

2. Selanjutnya dilakukan pengujian secara bersma-sama dengan metode forward

stepwise (conditional) untuk mengidentifikasi faktor yang berpengaruh

terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh semua variabel memiliki nilai

probabilitas (p) lebih kecil dari 0,25. Selanjutnya semua variabel tersebut dimasukkan

dalam model, kemudian dianalisis secara multivariat.

Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda diperoleh hasil

bahwa hanya satu variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian

anemia pada ibu hamil yaitu variabel partisipasi suami dalam perawatan kehamilan

dengan koefisien regresi=2,363, p=0,027, sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin

baik partisipasi suami dalam perawatan kehamilan maka semakin rendah angka

kejadian anemia pada ibu hamil. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. 4.12 Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Ganda

Variabel B p Exp(B) 95% CI


Partisipasi suami dalam 2,363 0,027 10,625 1,311 – 86,138
perawatan kehamilan
Constant 0,470

Sedangkan nilai probabilitas responden istri yang tidak mengalami anemia

dalam kehamilan untuk partisipasi suami dalam perawatan kehamilan yaitu:

1
P = ----------------------------
1+ Exp-(0,470+2,363)

P= 0,9444

Dengan model persamaan regresi di peroleh ramalan tentang probabilitas

responden istri yang tidak mengalami anemia dalam kehamilan untuk partisipasi

suami dalam perawatan kehamilan sebesar 0,9444, artinya bila partisipasi suami

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


dalam perawatan kehamilan baik kemungkinan istri tidak mengalami anemia dalam

kehamilan sebesar 94,44%.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


BAB 5

PEMBAHASAN

5.1. Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat tahun 2012 mengalami anemia dalam

kehamilan (70,0%). Gambaran karakteristik responden istri dari hasil penelitian

menunjukkan sebagian besar responden istri berumur 20-34 tahun yang merupakan

usia reproduktif dan usia yang sehat untuk seorang wanita melakukan tugas

reproduksinya. Sebagian besar responden istri bersuku Melayu, berpendidikan SMU

dan tidak bekerja. Jumlah anak yang dimiliki lebih banyak dengan jumlah ≤ 2 orang

dan jarak kehamilan < 2 tahun. Sedangkan karakteristik responden suami

menunjukkan sebagian besar responden suami berumur 25-34 tahun yang merupakan

usia produktif. Sebahagian besar responden suami bersuku Melayu. Responden suami

lebih banyak berpendidikan SMU dan bekerja sebagai buruh dan pedagang. Keadaan

ini juga menggambarkan masih rendahnya kesejahteraan kehidupan dari responden.

Hal ini sesuai dengan teori menurut Manuaba (1998), bahwa pada kehamilan

relatif terjadi anemia karena darah ibu mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan

peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34

minggu. Bila kadar hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 g% maka dengan

terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis, dan kadar Hb ibu

akan menjadi 9,5 sampai 10 g%.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Hasil penelitian juga didukung oleh teori menurut Depkes RI (1996) bahwa,

sebab mendasar terjadinya anemia adalah pendidikan yang rendah, sehingga

pengetahuan dalam memilih bahan makanan yang bergizi juga rendah. Kelompok

penduduk ekonomi rendah kurang mampu membeli makanan sumber zat besi karena

harganya relatif mahal. Adanya kepercayaan yang merugikan, seperti pantangan

makanan tertentu, mengurangi makan setelah kehamilan trimester 3 agar bayinya

kecil sehingga mudah melahirkan.

Secara umum strategi operasional penanggulangan anemia diarahkan pada

empat kegiatan yaitu KIE, kegiatan suplementasi, kegiatan fortifikasi dan kegiatan

lain yang mendukung kemauan masyarakat dalam menanggulangi anemia secara

mandiri. Kegiatan KIE diarahkan untuk mencari dukungan sosial (social support)

yang bertujuan untuk meningkatkan status wanita didalam keluarga, terutama agar

keluarga lebih menghargai dan memperhatikan ibu hamil. Pendekatan pimpinan

(advocacy) melalui KIE yang ditujukan kepada sasaran sekunder yang mempunyai

kemampuan untuk melakukan kebijakan dalam rangka untuk menciptakan

lingkungan yang lebih mendukung, dan mempercepat pelaksanaan program. KIE

dalam Pemberdayaan (empowerment) yaitu KIE yang bertujuan untuk menumbuhkan

kesadaran keluarga tentang anemia, pangan dan gizi serta dapat melakukan tindakan

penanggulangan secara mandiri (Depkes RI, 1996).

Menurut Wiknjosastro (2007), individu tidak dapat melepaskan diri dari

masyarakat secara umum. Dengan demikian, perilakunya, termasuk dalam perawatan

kehamilan, mencukupkan gizi, akses terhadap pelayanan kesehatan, bergantung

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


kepada keberadaannya di dalam masyarakatnya. Itu sebabnya untuk mencapai

efektifitas dan efisiensi program dalam rangka penanggulangan anemia pada ibu

hamil, pengenalan terhadap masalah dan kemudian rencana penanggulangannya

seharusnya berorientasi pada kekhasan dan kekhususan masing-masing wilayah. Oleh

karena itu, dibutuhkan data dasar yang menyeluruh dan multikompleks terhadap

masalah yang berhubungan dengan kesehatan dalam hal ini adalah anemia pada ibu

hamil.

5.2. Pengaruh Perspektif Gender terhadap Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

5.2.1. Akses Pelayanan Kesehatan

Akses pelayanan kesehatan merupakan peluang atau kesempatan untuk

menggunakan pelayanan kesehatan yang ada yang mencakup izin dan persetujuan

dari suami terhadap istri dalam melakukan kunjungan kehamilan, kemampuan istri

melakukan kunjungan kehamilan terkait dengan perannya sebagai istri dan ibu dalam

keluarga serta pelayanan pemeriksaan kehamilan oleh petugas kesehatan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perspektif gender berdasarkan akses

pelayanan kesehatan di wilayah kerja puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat

sebagian besar baik (72,9%). Berdasarkan jawaban responden terhadap kuesioner

akses pelayanan kesehatan didapatkan bahwa masih kurangnya keterlibatan suami

dalam menyediakan fasilitas yang dibutuhkan istri untuk memeriksakan kehamilan ke

pelayanan kesehatan dan rasa tanggung jawab bersama terhadap perawatan

kehamilan. Dari data yang didapatkan melalui wawancara dengan bidan desa, bahwa

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


masih kurangnya keikutsertaan suami dalam mengantar dan menemani istri saat

melakukan pemeriksaan kehamilan. Dalam pelayanan pemeriksaan kehamilan oleh

petugas kesehatan didapatkan masih kurangnya identifikasi adanya anemia dalam

kehamilan melalui pemeriksaan kadar haemoglobin (Hb) terhadap ibu hamil di

trimester pertama kehamilan dan trimester ketiga kehamilan.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji chi-square menunjukkan ada

hubungan yang signifikan antara akses ke pelayanan kesehatan dengan kejadian

anemia pada ibu hamil (p=0,030). Namun dari hasil analisis pengaruh perspektif

gender berdasarkan akses pelayanan kesehatan terhadap kejadian anemia pada ibu

hamil menggunakan uji regresi logistik ganda menunjukkan tidak ada pengaruh

secara bermakna. Hal ini dimungkinkan karena adanya kesadaran dan pemahaman

yang baik dari istri untuk melakukan kunjungan kehamilan dan semakin mudahnya

menjangkau pelayanan kesehatan khususnya pemeriksaan kehamilan dengan adanya

program jaminan persalinan (JAMPERSAL) dari pemerintah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Deswani (2003) di

Jakarta Timur, bahwa tidak ditemukan adanya pengaruh dukungan sosial dari suami

terhadap kedatangan pada kunjungan pertama ke pelayanan antenatal.

Hasil penelitian berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Akmal (2003)

secara kualitatif di Kecamatan Sentani Kabupaten Jayapura, bahwa beratnya beban

kerja, kemiskinan dan kurangnya dukungan suami dalam memotivasi ibu hamil untuk

melakukan antenatalcare, serta kurangnya kemauan para suami untuk mengerjakan

pekerjaan domestik, pengetahuan warisan yang diperoleh keluarga serta peran dukun

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


bersalin, telah mengkondisikan ibu hamil untuk memilih memeriksakan kandungan

dan mempercayakan persalinan kepada dukun bersalin.

Hasil penelitian didukung oleh teori menurut Azwar, (2001) bahwa

ketidaksetaraan gender terlihat dari adanya hambatan dalam akses pelayanan terhadap

pelayanan kesehatan terutama dialami oleh perempuan karena adanya status

perempuan yang tidak mendapat izin dari suami sebagai pemegang keputusan, siapa

yang menolong persalinan istri kebanyakan masih ditentukan oleh suami, sehingga

terjadi subordinasi terhadap perempuan dengan keterbatasan perempuan dalam

pengambilan keputusan untuk kepentingan dirinya. Lebih praktisnya dapat

dinyatakan bahwa perempuan berhak mengambil keputusan untuk memperoleh

pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.

Hasil penelitian juga didukung oleh teori menurut Saifuddin, dkk, (2000) bahwa

pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan

mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi adanya komplikasi pada ibu hamil.

Ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan kehamilan ke bidan atau dokter sedini

mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan

antenatal.

5.2.2. Pengambilan Keputusan terhadap Kehamilan

Pengambilan keputusan terhadap kehamilan mencakup penentuan perencanaan

kehamilan, jumlah anak dalam keluarga, jarak kehamilan, tempat pemeriksaan

kehamilan dan kebutuhan dana serta perlengkapan menjelang persalinan.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Dari hasil analisis penelitian ditemukan bahwa perspektif gender berdasarkan

pengambilan keputusan terhadap kehamilan di wilayah kerja puskesmas Pantai

Cermin Kabupaten Langkat sebagian besar baik (54,3%), namun terdapat perbedaan

kategori antara pengambilan keputusan terhadap kehamilan menurut istri yakni

kurang baik sedangkan pengambilan keputusan terhadap kehamilan menurut suami

baik. Berdasarkan jawaban responden terhadap kuesioner pengambilan keputusan

terhadap kehamilan didapatkan pengambilan keputusan untuk perencanaan

kehamilan, persiapan dana untuk pemeriksaan kehamilan dan persalinan serta

perlengkapan untuk persalinan lebih banyak ditentukan atau diputuskan oleh suami.

Hal ini menggambarkan perbedaan pendapat dari responden tentang peran sebagai

istri dan peran sebagai suami dalam pengambilan keputusan.

Hasil analisis menggunakan uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang

signifikan antara pengambilan keputusan terhadap kehamilan dengan kejadian anemia

pada ibu hamil (p=0,016). Namun hasil analisis pengaruh pengambilan keputusan

terhadap kehamilan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil menggunakan uji

regresi logistik ganda menunjukkan tidak ada pengaruh secara bermakna. Hal ini

dimungkinkan karena sebagian besar responden istri berumur 20-34 tahun yang

merupakan usia reproduktif. Sebagian besar responden istri tidak bekerja. Jumlah

anak yang dimiliki lebih banyak dengan jumlah ≤ 2 orang dan jarak kehamilan < 2

tahun.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Harahap (2011) di wilayah kerja

puskesmas Rumbio Jaya Kabupaten Kampar, yang menemukan bahwa tidak terdapat

pengaruh pengambilan keputusan terhadap kehamilan terhadap anemia dalam

kehamilan.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan Astari (2005) di

Cianjur, bahwa pengambil keputusan dalam keluarga umumnya adalah suami, kecuali

pada istri yang bekerja, istri mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan.

Proses pengambilan keputusan umumnya secara musyawarah. Meski hanya pada

keluarga dengan istri bekerja keputusan diambil berdasarkan kesepakatan bersama.

Sedangkan yang lainnya pengambilan keputusan dikembalikan pada pihak suami.

Hasil penelitian juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nabuasa (2006)

di Kupang, terdapat beberapa pola pengambilan keputusan dalam keluarga mengenai

perencanan kehamilan yang meliputi keputusan dibuat bersama oleh suami istri tanpa

ada dominan diantara keduanya, keputusan dibuat oleh suami istri dengan pengaruh

suami lebih besar, dan keputusan dibuat oleh suami dan istri dengan pengaruh dari

luar terutama dari mertua.

Hasil penelitian juga didukung oleh teori menurut Makarao (2009), bahwa

kesetaraan gender dalam kesehatan terbagi atas kesetaraan dalam hak, kesetaraan

dalam sumber daya dan kesetaraan dalam menyuarakan pendapat. Adanya kesetaraan

hak dalam peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan dalam bidang

kesehatan seperti kesetaraan hak dalam rumah tangga yaitu perempuan dan laki-laki

mempunyai hak yang sama dalam kesehatan, misalnya menentukan jumlah anak,

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


jenis persalinan, pemilihan alat kontrasepsi, dan lain-lain. Selain itu, perempuan dan

laki-laki mempunyai hak yang sama dalam pengambilan keputusan.

Menurut hasil kesepakatan Konferensi Kependudukan dan Pembangunan

Internasional (ICPD) di Kairo tahun 1994, hak-hak reproduksi mencakup hak untuk

hidup bebas dari resiko kematian karena kehamilan, hak atas kebebasan dan

keamanan atas kehidupan reproduksinya, hak atas kesetaraan dan bebas dari segala

bentuk diskriminasi, hak atas kerahasiaan pribadi, hak kebebasan berpikir, hak

memilih bentuk keluarga dan untuk membangun serta merencanakan keluarga, hak

untuk memutuskan secara bebas mengenai jumlah anak, menentukan waktu kelahiran

anak dan cara untuk mernperolehnya (Depkes RI, 2003).

5.2.3. Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan

Partisipasi suami dalam perawatan kehamilan mencakup pemberian perhatian

dan kasih sayang, memenuhi kebutuhan gizi, dan mendorong serta mengantar istri

memeriksakan kehamilannya ke sarana pelayanan kesehatan.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa perspektif gender berdasarkan partisipasi

suami dalam perawatan kehamilan di wilayah kerja puskesmas Pantai Cermin

Kabupaten Langkat sebagian besar baik (74,3%). Berdasarkan jawaban responden

terhadap kuesioner partisipasi suami dalam perawatan kehamilan didapatkan masih

kurangnya partisipasi suami dalam memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil dan

mendorong serta mengantar istri memeriksakan kehamilannya.

Hasil analisis menggunakan uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang

signifikan antara partisispasi suami dalam perawatan kehamilan dengan kejadian

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


anemia pada ibu hamil. Selanjutnya hasil analisis pengaruh partisispasi suami dalam

perawatan kehamilan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil dengan uji regresi

logistik ganda menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan (p=0,027). Partisipasi

suami dalam perawatan kehamilan mempunyai pengaruh terhadap kejadian anemia

pada ibu hamil, dengan nilai koefisien regresi=2,363, sehingga dapat dinyatakan

bahwa semakin baik partisipasi suami dalam perawatan kehamilan maka semakin

rendah angka kejadian anemia pada ibu hamil.

Partisipasi suami dalam kehamilan tidak hanya berupa tanggung jawab dalam

kebutuhan materi (uang) tetapi meliputi pemenuhan kebutuhan fisik dan psikis ibu

hamil. Suami harus memperbaharui pengetahuannya tentang kehamilan agar dapat

memahami dan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan psikis istrinya selama hamil

sebagai bukti rasa tanggung bersama terhadap kehamilan.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nabuasa (2006) di

Kupang bahwa dukungan suami terhadap istri selama masa kehamilan pada

umumnya berupa persiapan segala perlengkapan yang dibutuhkan. Selama hamil

dukungan yang sangat diharapkan dari seorang perempuan adalah dari suaminya baik

secara fisik dan non fisik. Para suami memberikan dukungan dalam bentuk yang

bermacam-macam sebagai bentuk tanggung jawab terhadap istri dan anak. Faktor

ekonomi keluarga yang kurang memungkinkan menyebabkan kurangnya pemenuhan

kebutuhan gizi ibu hamil.

Hasil penelitian didukung oleh teori menurut Mosse (1996) bahwa penyebab

tidak langsung dari anemia adalah status perempuan yang masih rendah di dalam

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


keluarga. Di banyak masyarakat dunia sudah lazim bagi perempuan dan anak

perempuan makan setelah laki-laki dan anak laki-laki, sekalipun wanita tersebut

sedang hamil atau menyusui. Mereka cenderung kekurangan makan yang menjurus

kepada anemia dan kekurangan gizi. Keguguran disebabkan oleh kekurangan makan,

kerja keras dan kehamilan yang berulang-ulang dilihat sebagai bagian normal dari

keperempuanan.

Hasil penelitian juga didukung oleh teori menurut Royston dan Amstrong,

(1994) bahwa dalam perawatan selama kehamilan (antenatal) diperlukan peran suami

untuk mendukung istri agar mendapatkan pelayanan antenatal yang baik, serta

menyediakan transportasi atau dana untuk biaya konsultasi. Dalam konsultasi pada

pemeriksaan antenatal suami diharapkan dapat menemani istri dalam berkonsultasi

sehingga suami dapat juga mempelajari gejala dan komplikasi-komplikasi kehamilam

yang mungkin dialami.

Menurut BKKBN (2001), partisipasi suami dalam perawatan kehamilan dapat

ditunjukkan dengan cara memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri,

mendorong dan mengantar istri untuk memeriksakan kehamilan ke fasilitas kesehatan

minimal empat kali selama kehamilan, memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya,

menentukan tempat persalinan (fasilitas kesehatan) bersama istri sesuai dengan

kemampuan dan kondisi masing-masing daerah, menyiapkan biaya persalinan,

melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan sedini mungkin bila terjadi hal-hal yang

membahayakan kesehatan selama kehamilan seperti perdarahan dan lain-lain.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, I., 2001. Seks, Gender & Reproduksi Kekuasaan, Yogyakarta : Tarawang
Press.

Akmal, Y., 2003, Kondisi Sosial Budaya Suku Sentani dan Implikasinya pada
Perilaku Ibu Hamil dalam Memanfaatkan Pelayanan Program Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas: Studi Kasus di Kecamatan Sentani,
Kabupaten Jayapura, (Tesis); Program S2 FIK Universitas Indonesia,:
http:www.lontar.ui.ac.id, diakses tanggal 21 Juni 2012.

Arikunto, S., 2007. Manajemen Penelitian, Cetakan Kesembilan, Jakarta : PT. Rineka
Cipta.

Arisman, MB., 2009, Gizi dalam Daur Kehidupan Edisi ke 2, Jakarta : EGC.

Astari, A.M., 2005, Studi Kualitatif Pengambilan Keputusan dalam Keluarga


Terkait dengan Komplikasi Perinatal di Kabupaten Cianjur Jawa Barat,
(Tesis); Program Studi S2 Keperawatan Maternitas Universitas Indonesia,:
http:www.lontar.ui.ac.id, diakses tanggal 21 Juni 2012.

Azwar, A., 2001. Bagaimana Mengatasi Kesenjangan Jender. Jakarta: Kantor Negara
Pemberdayaan Perempuan.

BKKBN, 2001, Pedoman Kebijakan Teknis keluarga Berencana dan Kesehatan


Reproduksi, BKKBN,Jakarta.

Depkes RI., 1996. Pedoman Operasional Penanggulangan Anemia Gizi di Indonesia,


Jakarta: Depkes RI.

________, 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur
(WUS), Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderat Bina Kesehatan
Masyarakat, Jakarta.

________, 2007. Profil Kesehatan dan Pembangunan Perempuan di Indonesia,


Jakarta : WHO.

_________, 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2010, http://www.depkes.go.id,


Diakses tanggal 18 Februari 2012.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Deswani, 2003, Faktor-faktor Determinan pada Ibu Hamil dan Hubungannya dengan
Kedatangan pada Kunjungan Pertama ke Pelayanan Antenatal di Jakarta
Timur, (Tesis); Program S2 FIK Universitas Indonesia,:
http:www.lontar.ui.ac.id, diakses tanggal 20 Juni 2012.

Dinas Kesehatan Kab. Langkat., 2011. Propil Kesehatan Kabupaten Langkat tahun
2010: Langkat

Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2004, Profil Kesehatan Propinsi Sumatera
Utara tahun 2004.

Handayani, T., dan Sugiarti, 2002, Konsep dan Teknik Penelitian Gender, Malang :
Universitas Muhammadiyah Malang.

Harahap, J.R., 2011, Pengaruh Ketimpangan Gender Dalam Keluarga dan


Karakteristik Ibu Terhadap Anemia Dalam Kehamilan di Wilayah Kerja
Puskesmas Rumbio Jaya Kabupaten Kampar, (Tesis) : Program S2 IKM FKM
Universitas Sumatera Utara.

Haryani, T.N., 2012. Pemenuhan Kebutuhan Gender dalam Kesehatan Ibu Hamil,
Artikel: http:www.kesehatan.kompasiana.com, diakses tanggal 23 April 2012.

Hidayat, A.A.A., 2010. Metode Penelitian Kesehatan: Paradigma Kuantitatif, cetakan


pertama, Surabaya : Health Books Publishing

Hidayat, M., 2005. Komunikasi Pengambilan Keputusan untuk Pemeliharaan


Kesehatan Reproduksi pada Ibu-ibu Rumah Tangga di Pedesaan, Bandung :
Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD.

Kusmiran, E.,2011, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, Jakarta : Salemba


Medika.

Lemeshow, S., Hosmer Jr, D.W., Klar, J., Lwanga, S.K., 1997, Besar Sampel Dalam
Penelitian Kesehatan, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Manuaba, I.G.B., 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Makarao, N.R., 2009, Gender Dalam Bidang Kesehatan, Bandung : Alfabeta.

Megawangi, R., 1999, Membiarkan Berbeda? : Sudut Pandang Baru tentang Relasi
Gender, Bandung: Mizan.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Mosse, J.C., 1996. Gender dan Pembangunan, Edisi Bahasa Indonesia, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Nabuasa, E., 2006, Dukungan Suami Terhadap Istri Selama Masa Kehamilan,
Persalinan, dan Masa Nifas Berdasarkan Etnis Studi di Wilayah Kerja
Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang, Hasil Penelitian; Majalah Kesehatan
Masyarakat vol.01.No.01 Desember 2006 38-50.

Nasution, Y., 2007, Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Suami PUS (Pasangan Usia
Subur) dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan dan Persalinan di Kabupaten
Bogor, Jawa Barat, Laporan Penelitian; http:www.lontar.ui.ac.id, diakses
tanggal 23 Juni 2012.

Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.

Nurhayati., 2011. Peran Gender dalam Pengambilan Keputusan Pelayanan kebidanan


Pada Masa Persalinan Multigravida di Rumah Bersalin Sari Simpang Limun
Medan, (Skripsi) : http//repository.usu.ac.id, diakses tanggal 14 Maret 2012.

Riduwan., 2005. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, cetakan ketiga,


Bandung : Alfabeta

Riwidikdo, H., 2008, Statistik Kesehatan, Belajar Mudah Tehnik Analisis Data dalam
Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS), Yogyakarta: Mitra
Cendikia Press.

Royston, E, dan Amstrong, S., 1994. Pencegahan Kematian Ibu Hamil, Jakarta :
Binarupa Aksara.

Saifuddin, A.B., 2000. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sasongko, S.S., 2007. Konsep dan Teori Gender, Jakarta : Pusat Pelatihan Gender
dan Peningkatan Kualitas Perempuan BKKBN.

Sibagariang, E.E., Pusmaika, R., Rismalinda., 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita,


Jakarta : CV. Trans Info Media.

Soejoenoes A, 1983. Beberapa Hasil Pengamatan Klinik pada Ibu Hamil dengan
Anemia (Satu Studi di Rumah Sakit Pendidikan/rujukan di Indonesia). Majalah
Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Vol. 2 No. 9 April 1983.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Stoppard, Miriam., 2002, Panduan Mempersiapkan Kehamilan dan Kelahiran untuk
Calon Ibu dan Ayah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

Widyastuti, Y., Rahmawati, A., Purnamaningrum, Y.E., 2009. Kesehatan Reproduksi,


Yogyakarta : Fitramaya.

Wiknjosastro, H., 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono, Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

WHO., 2008, Treatment For – Iron Deficiency Anemia in Pregnancy, Diakses tanggal
9 Maret 2012, apps.who.int/rhl/pregnancy_childbirth/medical/anemia.

Yustina, I., 2005. Membangun Keluarga Berkualitas dari Perspektif Kesehatan


Reproduksi, Majalah Kesehatan Masyarakat, volume IX No.1 : 57-60.

Zaluchu, F., 2005. Faktor Sosio-Psikologi Masyarakat yang Berhubungan dengan


Anemia Ibu Hamil di Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara, Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat, FKM USU, Juni 2007.

Zuska, F., Emiyanti, S., Sarifah,, Lubis, Z., 2002. Penggalangan Kesehatan Maternal
di Sipirok, PSKK -UGM dan Ford Foundation

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Lampiran 1

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

PENELITIAN TENTANG PERSPEKTIF GENDER TERHADAP KEJADIAN


ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PANTAI CERMIN KABUPATEN LANGKAT

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

Nama :………………………………….

Umur :……………………………Tahun

Alamat :…………………………………..

Bersedia dan mau menjadi peserta penelitian yang akan dilakukan oleh Irma Linda

Mahasiswi Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Atas kesediaan dan partisipasi saudari saya ucapkan banyak terima kasih.

Langkat, …………………………..2012

Mengetahui
Peneliti Responden

(………………….) (…………………………)

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

PERSPEKTIF GENDER TERHADAP KEJADIAN ANEMIA


PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PANTAI CERMIN KABUPATEN LANGKAT

Nama Desa :………………………………………


No. Form :………………………………………

PETUNJUK PENGISIAN:

1. Baca dan pahami baik-baik pernyataan berikut. Kemudian pilihlah jawaban

sesuai dengan keadaan atau perasaan yang anda alami sesungguhnya dengan cara

mengisi kolom dan memberi tanda check (√) pada bagian yang anda setujui.

2. Setiap orang dapat mempunyai jawaban berbeda karena itu pilihlah jawaban

sesuai dengan diri anda, tidak ada jawaban yang dianggap salah.

3. Informasi yang anda berikan melalui pengisian kuesioner ini tidak berdampak

pada siapapun. Kami sangat menjaga kerahasiaan anda dalam mengisi kuesioner

ini.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


IV. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama

2. Umur

3. Suku

4. Jumlah anak yang pernah


ibu lahirkan
5. Umur anak yang terkecil Tahun Bulan

6. Umur kehamilan saat ini Bulan Minggu

7. Pendidikan terakhir ibu 1. SD/MI


2. SMP/Sederajat
3. SMU/Sederajat
4. Perguruan Tinggi
8. Pekerjaan ibu 1. PNS
2. Pegawai swasta
3. Pedagang
4. Petani
5. Buruh
6. Tidak bekerja
9. Tinggal serumah dengan : 1. Suami saja
2. Orang tua
3. Mertua

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


V. IDENTITAS SUAMI

1. Nama

2. Umur

3. Suku

4. Pendidikan terakhir suami 1. SD/MI


2. SMP/Sederajat
3. SMU/Sederajat
4. Perguruan Tinggi
5. Pekerjaan suami 1. PNS
2. Pegawai swasta
3. Pedagang
4. Petani
5. Buruh
6. Tidak bekerja
6. Suami bekerja di bidang 1. Kesehatan
2. Non kesehatan

VI. PENGUKURAN
Kadar Hemoglobin ibu g%

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


VII. PERPEKTIF GENDER
1. AKSES KE PELAYANAN KESEHATAN

No Pernyataan Istri Jumlah Suami Jumlah Bidan


Sering
Sering Jarang Tidak Sering Jarang Tidak Pernah Tidak
pernah pernah pernah
1. Suami mengizinkan ibu untuk
memeriksakan kehamilan ke
pelayanan kesehatan.
2. Suami menyetujui kalau ibu harus
memeriksakan kehamilan ke
pelayanan kesehatan sesuai dengan
anjuran petugas kesehatan.
3. Suami menyediakan fasilitas yang
dibutuhkan ibu untuk
memeriksakan kehamilan ke
pelayanan kesehatan.
4. Suami mengerti bahwa kehamilan
adalah keadaan yang tidak biasa
yang membutuhkan perawatan dan
pengawasan dari petugas kesehatan.
5. Ibu mempunyai waktu untuk dapat
memeriksakan kehamilan ke
pelayanan kesehatan meskipun
bertugas sebagai istri dan ibu rumah
tangga.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


No Pernyataan Istri Jumlah Suami Jumlah Bidan
Sering Jarang Tidak Sering Jarang Tidak Pernah Tidak
pernah pernah Pernah
6. Ibu memperoleh dukungan
sepenuhnya dari suami maupun
keluarga untuk memeriksakan
kehamilan ke pelayanan kesehatan.
7. Ibu menyatakan bahwa perawatan
kehamilan adalah tanggung jawab
bersama dengan suami.
8. Ibu memilih dan memperoleh
pelayanan untuk pemeriksaan
kehamilan.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan oleh Petugas Kesehatan.

No Pernyataan Istri Jumlah Bidan


Sering Jarang Tidak Setuju Tidak
pernah Setuju
1. Setiap ibu datang untuk memeriksakan kehamilan
petugas kesehatan berada di tempat.
2. Petugas kesehatan melakukan penimbangan berat
badan ibu.
3. Setiap kali memeriksakan kehamilan, tekanan darah
(tensi) ibu diukur oleh petugas kesehatan.
4. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan pada perut
ibu untuk mengukur perkembangan kehamilan.
5. Petugas kesehatan memberikan suntikan imunisasi
tetanus toxoid (TT) untuk mencegah infeksi tetanus
pada bayi setelah lahir.
6. Pada usia kehamilan 0-3 bulan dan setelah usia
kehamilan 7 bulan, petugas kesehatan melakukan
pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya anemia
(kurang darah).
7. Petugas memberikan tablet/obat tambah darah kepada
ibu untuk diminum setiap hari.
8. Petugas kesehatan memberikan bimbingan dan
nasehat yang ibu butuhkan selama masa kehamilan.
9. Ibu merasa puas dan percaya terhadap pelayanan yang
diberikan petugas kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


2. PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KEHAMILAN

No Pernyataan Istri Jumlah Suami Jumlah


Bersama Istri Suami Bersama Istri Suami
(Suami (Suami
& Istri) & Istri)
1. Siapa yang menganjurkan kehamilan ini?
2. Siapa yang menginginkan jenis kelamin
(laki-laki atau perempuan) anak?
3. Siapa yang merencanakan jarak kelahiran
anak?
4. Siapa yang menentukan jumlah anak
dalam keluarga?
5. Siapa yang menentukan tempat
pemeriksaan kehamilan ibu ke petugas
kesehatan?
6. Siapa yang mengingatkan jadwal
pemeriksaan kehamilan ibu?
7. Siapa yang mempersiapkan dana untuk
pemeriksaan kehamilan ibu?
8. Siapa yang mengingatkan makanan yang
harus ibu komsumsi/makan selama
hamil.
9. Siapa yang mempersiapkan perlengkapan
untuk persalinan?

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


No Pernyataan Istri Jumlah Suami Jumlah
Bersama Istri Suami Bersama Istri Suami
(Suami (Suami
& Istri) & Istri)
10. Siapa yang mempersiapkan dana untuk
persalinan?
11. Siapa yang menentukan penolong
persalinan?

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


3. PARTISIPASI SUAMI DALAM PERAWATAN KEHAMILAN

No Pernyataan Suami Jumlah Suami Jumlah


Sering Jarang Tidak Sering Jarang Tidak
pernah pernah
1. Pemberian perhatian dan kasih sayang
Bila ibu mengeluh lelah dan pusing, suami
melakukan pijatan pada daerah kepala dan
kaki.
2. Suami membantu pekerjaan rumah tangga
yang berat, misalnya mengasuh anak,
menimba air, mengepel, mencuci dan lain-
lain.
3. Suami menganjurkan ibu untuk banyak
istirahat.
4. Memenuhi kebutuhan gizi
Suami menganjurkan dan memperhatikan
makanan yang bergizi cukup untuk ibu
hamil guna kesehatan ibu.
5. Suami menganjurkan ibu untuk banyak
makan sayur-sayuran hijau dan buah-
buahan.
6. Suami mengingatkan ibu untuk meminum
tablet/obat tambah darah yang diberikan
oleh petugas kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


No Pernyataan Istri Jumlah Suami Jumlah
Sering Jarang Tidak Sering Jarang Tidak
pernah pernah
7. Mendorong dan mengantar istri
memeriksakan kehamilannya
Suami mengingatkan ibu tentang jadwal
pemeriksaan kehamilan ke petugas
kesehatan.
8. Suami mengantar ibu periksa kehamilan ke
posyandu, puskesmas, klinik bersalin, atau
rumah sakit.
9. Suami bertanya tentang perawatan
kehamilan dan kesehatan ibu kepada
petugas kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Lampiran 3. Hasil Uji Coba Kuesioner
Correlations
Correlations

Akses ke pelayanan kesehatan


A1 Pearson Correlation .706**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
A2 Pearson Correlation .590**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
A3 Pearson Correlation .771**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
A4 Pearson Correlation .652**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
A5 Pearson Correlation .377*
Sig. (2-tailed) .040
N 30
A6 Pearson Correlation .677**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
A7 Pearson Correlation .388*
Sig. (2-tailed) .034
N 30
A8 Pearson Correlation .382*
Sig. (2-tailed) .037
N 30
A9 Pearson Correlation .393*
Sig. (2-tailed) .032
N 30
A10 Pearson Correlation .389*
Sig. (2-tailed) .034
N 30
A11 Pearson Correlation .515**
Sig. (2-tailed) .004
N 30
A12 Pearson Correlation .495**
Sig. (2-tailed) .005
N 30

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


A13 Pearson Correlation .379*
Sig. (2-tailed) .039
N 30
A14 Pearson Correlation .424*
Sig. (2-tailed) .019
N 30
A15 Pearson Correlation .432*
Sig. (2-tailed) .017
N 30
A16 Pearson Correlation .417*
Sig. (2-tailed) .022
N 30
A17 Pearson Correlation .397*
Sig. (2-tailed) .030
N 30
A18 Pearson Correlation .787**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
A19 Pearson Correlation .609**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
A20 Pearson Correlation .792**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
A21 Pearson Correlation .745**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
A22 Pearson Correlation .371*
Sig. (2-tailed) .044
N 30
A23 Pearson Correlation .636**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
A24 Pearson Correlation .433*
Sig. (2-tailed) .017
N 30

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


A25 Pearson Correlation .441*
Sig. (2-tailed) .015
N 30
Akses ke Pearson Correlation 1
pelayanan Sig. (2-tailed)
kesehatan
N 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.885 25

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted
A1 57.93 70.685 .679 .878
A2 58.23 69.495 .536 .879
A3 58.33 65.885 .729 .873
A4 58.63 67.482 .594 .877
A5 58.17 72.282 .312 .884
A6 58.20 68.993 .635 .876
A7 58.50 70.672 .294 .887
A8 58.23 71.702 .307 .885
A9 58.20 71.821 .324 .884
A10 58.00 72.276 .328 .884
A11 57.83 72.764 .482 .881

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


A12 58.23 71.013 .438 .881
A13 58.20 72.924 .328 .883
A14 58.33 71.264 .354 .883
A15 58.23 71.702 .371 .883
A16 58.17 71.523 .350 .883
A17 58.13 72.395 .340 .883
A18 57.87 70.602 .769 .877
A19 58.17 69.730 .561 .878
A20 58.40 65.283 .752 .872
A21 58.67 66.920 .704 .874
A22 58.17 72.075 .301 .885
A23 58.27 69.513 .591 .878
A24 58.57 69.909 .341 .885
A25 58.33 71.057 .372 .883

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
60.67 76.023 8.719 25

Correlations

Correlations

Pengambilan keputusan terhadap kehamilan


k1 Pearson Correlation .447*
Sig. (2-tailed) .013
N 30
k2 Pearson Correlation .581**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
k3 Pearson Correlation .444*
Sig. (2-tailed) .014
N 30
k4 Pearson Correlation .535**
Sig. (2-tailed) .002
N 30
k5 Pearson Correlation .463**
Sig. (2-tailed) .010
N 30

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


k6 Pearson Correlation .476**
Sig. (2-tailed) .008
N 30
k7 Pearson Correlation .404*
Sig. (2-tailed) .027
N 30
k8 Pearson Correlation .399*
Sig. (2-tailed) .029
N 30
k9 Pearson Correlation .478**
Sig. (2-tailed) .007
N 30
k10 Pearson Correlation .554**
Sig. (2-tailed) .002
N 30
k11 Pearson Correlation .570**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
k12 Pearson Correlation .386*
Sig. (2-tailed) .035
N 30
k13 Pearson Correlation .651**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
k14 Pearson Correlation .501**
Sig. (2-tailed) .005
N 30
k15 Pearson Correlation .591**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
k16 Pearson Correlation .432*
Sig. (2-tailed) .017
N 30
k17 Pearson Correlation .441*
Sig. (2-tailed) .015
N 30
k18 Pearson Correlation .377*
Sig. (2-tailed) .040
N 30

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


k19 Pearson Correlation .373*
Sig. (2-tailed) .042
N 30
k20 Pearson Correlation .439*
Sig. (2-tailed) .015
N 30
k21 Pearson Correlation .384*
Sig. (2-tailed) .036
N 30
k22 Pearson Correlation .498**
Sig. (2-tailed) .005
N 30
Pengambilan keputusan Pearson Correlation 1
terhadap kehamilan Sig. (2-tailed)
N 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.833 22

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted
k1 42.23 50.875 .352 .829
k2 42.97 49.482 .504 .821
k3 42.43 51.564 .365 .828
k4 42.93 49.306 .441 .825
k5 42.60 51.834 .396 .827
k6 42.67 51.678 .408 .826
k7 43.13 51.223 .302 .832
k8 42.30 52.631 .332 .829
k9 42.40 51.766 .413 .826
k10 43.27 49.582 .471 .823
k11 42.30 50.769 .509 .823
k12 42.10 51.817 .294 .831
k13 42.97 48.654 .584 .818
k14 42.43 51.289 .433 .825
k15 43.03 48.654 .505 .821
k16 42.63 51.689 .352 .828
k17 42.73 51.995 .371 .828
k18 43.13 51.913 .283 .832
k19 42.37 52.654 .300 .830
k20 42.43 52.185 .373 .828
k21 43.30 51.666 .285 .832
k22 42.33 51.471 .432 .825

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
44.70 55.666 7.461 22

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Correlations

Correlations

Partisipasi suami
p1 Pearson Correlation .573**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
p2 Pearson Correlation .632**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
p3 Pearson Correlation .579**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
p4 Pearson Correlation .613**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
p5 Pearson Correlation .497**
Sig. (2-tailed) .005
N 30
p6 Pearson Correlation .490**
Sig. (2-tailed) .006
N 30
p7 Pearson Correlation .573**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
p8 Pearson Correlation .380*
Sig. (2-tailed) .038
N 30
p9 Pearson Correlation .511**
Sig. (2-tailed) .004
N 30
p10 Pearson Correlation .532**
Sig. (2-tailed) .002
N 30
p11 Pearson Correlation .656**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
p12 Pearson Correlation .559**
Sig. (2-tailed) .001
N 30

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


p13 Pearson Correlation .594**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
p14 Pearson Correlation .457*
Sig. (2-tailed) .011
N 30
p15 Pearson Correlation .481**
Sig. (2-tailed) .007
N 30
p16 Pearson Correlation .482**
Sig. (2-tailed) .007
N 30
p17 Pearson Correlation .369*
Sig. (2-tailed) .045
N 30
p18 Pearson Correlation .643**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Partisipasi suami Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.846 18

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted
p1 37.10 47.266 .487 .836
p2 37.77 46.530 .555 .832
p3 36.93 48.685 .518 .836
p4 36.87 49.361 .567 .836
p5 37.23 48.185 .402 .840
p6 37.37 48.378 .397 .841
p7 37.43 47.082 .485 .836
p8 37.13 49.844 .282 .846
p9 37.53 48.533 .428 .839
p10 37.03 48.516 .455 .838
p11 37.63 45.895 .579 .831
p12 36.87 48.533 .490 .836
p13 36.87 49.499 .547 .836
p14 37.27 48.961 .365 .842
p15 37.17 48.489 .387 .841
p16 37.50 48.259 .383 .842
p17 37.20 49.890 .266 .847
p18 37.47 47.016 .575 .832

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
39.43 53.633 7.323 18

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


LAMPIRAN 4
MASTER TABEL DATA PENELITIAN PERSPEKTIF GENDER TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTAI CERMIN KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2012

Umur pel Pengab Pengam


Nomor Hb Suku Paritas Usia Tinggal Umur Suku Pendidikan Pekerjaan Akses akses Akses Pengambilan partisipsi partisipasi Partisipasi
Res Jarak Pendidikan Pekerjaan anc keput bkeput
ke
Res Kelahiran Kehamilan Dengan mnrt menrt Pel Keputusan mnrt mnrt Suami
Suami istri suami Kes istri suami istri suami
Peg.
1 7.2 26 Melayu 0 0 7 bulan P Tinggi orang tua 27 Jawa SMP Pedagang 67 38 35
Swasta 21 24 22 20 18 17 18

2 5.4 28 Melayu 0 0 9 bulan SMP T. bekerja orang tua 27 Jawa SD Pedagang 71 34 38


23 24 24 15 19 19 19

3 9 36 Jawa 2 7 tahun 7 bulan SMU Pedagang Suami 38 Jawa SMU Pedagang 64 43 44


21 23 20 20 23 22 22

4 11 18 Melayu 0 0 9 bulan SMP T. bekerja orang tua 22 Mandailing SD Pedagang 68 44 50


22 23 23 22 22 25 25

5 8.4 22 Melayu 0 0 7 bulan SMU Pedagang orang tua 28 Melayu SMU Pedagang 66 45 46
22 22 22 22 23 24 22

6 5.4 39 Minang 3 8 8 bulan SMU T. bekerja suami 51 Mandailing SD Buruh 49 43 35


18 18 13 20 23 15 20

7 8 23 Melayu 2 1.2 tahun 9 bulan SMP T. bekerja orang tua 32 Melayu SMU Pedagang 47 42 39
15 15 17 21 21 18 21

8 6.8 32 Melayu 0 0 7 bulan SMU T. bekerja mertua 40 Melayu SMP Buruh 71 58 42


24 24 23 28 30 21 21

9 6.6 24 Melayu 1 3 9 bulan SD T. bekerja suami 30 Melayu SMP Buruh 63 43 32


20 21 22 20 23 16 16

10 7.2 32 Jawa 2 4 7 bulan SMU T. bekerja orang tua 29 Minang SMU Pedagang 58 43 45
18 20 20 21 22 22 23

11 7 28 Melayu 2 1 tahun 7 bulan SMU T. bekerja suami 45 Melayu SMU Pedagang 48 41 50


15 15 18 20 21 25 25

12 6.4 22 simalungun 1 4 tahun 7 bulan SMP T. bekerja suami 26 Melayu SMU Pedagang 48 48 38
15 16 17 23 25 18 20

13 7 26 Jawa 2 4 tahun 7 bulan SMP T. bekerja suami 32 Banten SD Pedagang 49 40 30


16 18 15 20 20 15 15

14 7 21 Jawa 0 0 7 bulan SMU T. bekerja orang tua 28 Jawa SMU Buruh 67 51 34


22 22 23 25 26 16 18

15 6.6 34 Melayu 4 7 tahun 7 bulan SMU T. bekerja suami 38 Melayu SMU Buruh 62 40 42
20 20 22 20 20 21 21

16 6 22 Melayu 2 3 tahun 7 bulan SD T. bekerja orang tua 31 Jawa SMU Buruh 67 47 42


21 22 24 23 24 20 22

Peg,
17 7.6 27 Jawa 0 0 8 bulan SMU T. bekerja mertua 27 Melayu SMU 57 45 30
swasta
18 19 20 24 21 15 15

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


18 7.6 32 Melayu 3 7 tahun 7 bulan SMP T. bekerja orang tua 33 Melayu SMP Buruh 55 42 37
18 20 17 21 21 18 19

19 7.6 25 Jawa 1 4 tahun 7 bulan SMU T. bekerja orang tua 40 Jawa SMU Buruh 53 43 44
16 17 20 21 22 22 22

Peg.
20 6.6 32 Melayu 0 0 7 bulan SMU orang tua 35 Melayu SMU Pedagang 63 47 35
Swasta
20 20 23 23 24 16 19

21 7.6 25 Melayu 1 4 tahun 7 bulan SD T. bekerja suami 28 Melayu SD Buruh 48 49 49


15 15 18 24 25 24 25

22 11 28 Melayu 2 3.5 tahun 8 bulan SMU T. bekerja suami 38 Melayu SMU Pedagang 67 54 48
22 24 21 26 28 22 26

23 11 22 Melayu 0 0 7 bulan SMU T. bekerja orang tua 40 Minang SMU Petani 55 49 38


18 19 18 24 25 18 20

24 7 33 Melayu 2 1.4 tahun 7 bulan SMP T. bekerja suami 34 Melayu SMU Buruh 63 42 34
20 21 22 21 21 16 18

Peg,
25 11 33 Melayu 1 4 tahun 8 bulan SMU T. bekerja mertua 33 Jawa SMU 56 42 34
swasta
19 19 18 20 22 17 17

26 11 28 Banjar 0 0 9 bulan SMU T. bekerja orang tua 40 Melayu SMP Buruh 48 40 51


15 15 18 18 22 25 26

Peg,
27 8 32 Minang 2 1.3 tahun 8 bulan P Tinggi T. bekerja suami 30 Minang SMU 48 41 50
swasta
15 16 17 20 21 25 25

28 7 28 Melayu 3 3 tahun 8 bulan SMU T. bekerja orang tua 39 Melayu SMP Buruh 60 42 34
20 20 20 21 21 17 17

29 7.6 38 Melayu 4 4 tahun 7 bulan SD T. bekerja suami 42 Melayu SMU Buruh 48 43 32


15 16 17 20 23 16 16

30 11 33 Melayu 2 2.7 tahun 8 bulan SMU T. bekerja suami 38 Jawa SMP Buruh 68 48 43
20 24 24 22 26 20 23

31 7 30 Melayu 3 7 tahun 7 bulan SMP T. bekerja suami 39 Melayu SMP Pedagang 49 42 43


15 17 17 21 21 21 22

Peg.
32 11 37 Mandailing 0 0 7 bulan SMU orang tua 40 Jawa P.Tinggi Buruh 55 41 48
Swasta
18 18 19 20 21 24 24

33 7.2 38 Melayu 3 7 tahun 7 bulan SMU T. bekerja suami 42 Melayu SMU Pedagang 68 42 34
20 24 24 21 21 17 17

34 11 29 Melayu 1 1.5 tahun 7 bulan SMU T. bekerja orang tua 31 Jawa SMP Buruh 48 41 50
16 16 16 20 21 25 25

35 8 22 Melayu 0 0 7 bulan SMU T. bekerja orang tua 24 Melayu SMU Buruh 65 49 44


22 23 20 24 25 20 24

36 7.6 30 Melayu 4 2 tahun 7 bulan SMP T. bekerja suami 32 Jawa SMU Pedagang 66 43 47
22 22 22 22 21 23 24

37 11 28 India 0 0 7 bulan SMU Pedagang orang tua 30 Melayu SMU Pedagang 68 55 45


22 24 22 26 29 22 23

38 9 24 Melayu 1 1 tahun 7 bulan P Tinggi T. bekerja orang tua 26 Melayu SMU Buruh 49 53 49
15 17 17 26 27 25 24

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Nomor Hb Umur Suku Paritas Usia Tinggal Umur Suku Pendidikan Pekerjaan Akses akses pel Akses pengabkeput pengambkeput Pengambilan partisipsi partisipasi Partisipasi
Res Jarak Pendidikan Pekerjaan anc
ke
Res Kelahiran Kehamilan dengan mnrt menrt Pel Keputusan mnrt mnrt Suami
Suami istri suami Kes istri suami istri suami

39 7 26 Melayu 1 2 tahun 7 bulan P Tinggi T. bekerja orang tua 30 Jawa SMU Pedagang 65 52 45
20 23 22 26 26 22 23

40 7 17 Melayu 0 0 7 bulan SMP T. bekerja orang tua 21 Melayu SMP Buruh 67 51 48


22 22 23 25 26 24 24

41 9 23 Melayu 0 0 8 bulan SMP T. bekerja orang tua 27 Melayu SMP Buruh 68 59 49


23 24 21 28 31 23 26

42 8 25 Melayu 1 2.5 tahun 7 bulan SMU Buruh orang tua 31 Melayu SMU Buruh 48 50 34
15 15 18 25 25 16 18

43 7 42 Melayu 3 5 tahun 7 bulan SMP T. bekerja suami 42 Melayu SMP Buruh 61 43 42


21 20 20 20 23 21 21

44 11 25 Melayu 0 0 7 bulan SMU T. bekerja orang tua 26 Melayu SMU Pedagang 62 50 43


20 20 22 25 25 20 23

45 11 20 Jawa 0 0 7 bulan SMU T. bekerja suami 25 Jawa SMU Petani 66 58 42


22 24 20 26 32 21 21

46 9 23 Jawa 0 0 7 bulan SMU T. bekerja suami 24 Jawa SMU Buruh 61 54 42


20 20 21 26 28 21 21

47 11 21 Jawa 0 0 7 bulan SMU T. bekerja suami 25 Jawa SMU Petani 59 52 44


19 20 20 26 26 20 24

48 11 24 Melayu 0 0 9 bulan SMU T. bekerja orang tua 25 Melayu SMU Buruh 60 50 39


20 20 20 25 25 18 21

49 8 32 Jawa 1 2.3 tahun 7 bulan SMU T. bekerja suami 29 Melayu SMU Pedagang 62 54 38
20 22 20 26 28 19 19

50 9 32 Melayu 3 3 tahun 7 bulan SMU T. bekerja suami 33 Melayu SMU Buruh 61 40 41


20 20 21 20 20 20 21

Peg,
51 11 27 Melayu 0 0 9 bulan SMU T. bekerja suami 27 Melayu SMU 67 52 43
swasta
24 23 20 26 26 21 22

52 11 28 Jawa 1 7 bulan P Tinggi PNS suami 30 Melayu P.Tinggi Pedagang 67 43 44


5.3 tahun 23 23 21 21 22 22 22

Peg.
53 7 37 Melayu 3 2 tahun 7 bulan SMU suami 42 Minang SMU PNS 58 44 34
Swasta
18 20 20 22 22 16 18

54 10 21 Jawa 0 0 7 bulan SMU T. bekerja mertua 24 Jawa SMP Petani 67 52 49


22 22 23 26 26 25 24

55 7 33 Jawa 4 2.5 tahun 7 bulan SMP Petani suami 37 Jawa SMP Petani 48 40 31
15 15 18 20 20 15 16

56 11 26 Melayu 1 3.5 tahun 8 bulan SMU Pedagang orang tua 30 Jawa SMU Pedagang 59 45 41
20 20 19 21 24 20 21

57 8 20 Jawa 0 0 7 bulan SMP T. bekerja orang tua 25 Jawa SMP Petani 57 45 43


20 22 15 21 24 20 23

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


58 7 26 Melayu 4 3 tahun 7 bulan SMU T. bekerja suami 30 Jawa SMU Petani 48 42 34
15 15 18 21 21 17 17

59 11 32 Jawa 2 3 tahun 7 bulan SMU Petani suami 38 Jawa SMU Petani 55 45 40


18 20 17 21 24 20 20

60 7 26 Jawa 2 3 tahun 7 bulan SMP T. bekerja suami 28 Jawa SMU Petani 63 46 40


20 20 23 23 23 20 20

T.
61 7 25 Jawa 0 0 7 bulan SMP T. bekerja suami 25 Jawa SMU 51 40 44
bekerja
15 18 18 20 20 22 22

62 11 28 Melayu 1 4 tahun 8 bulan SMP T. bekerja orang tua 40 Melayu SMP Buruh 60 56 52
20 20 20 26 30 25 27

63 9 27 Melayu 0 0 8 bulan SMU T. bekerja suami 27 Melayu SD Petani 55 40 35


16 18 21 20 20 16 19

64 7.2 24 Jawa 1 2 tahun 7 bulan SMU T. bekerja suami 26 Jawa SMU Pedagang 48 46 40
15 16 17 23 23 20 20

65 11 20 Melayu 0 0 9 bulan SMU T. bekerja suami 22 Melayu SMU Pedagang 60 46 44


20 20 20 21 25 22 22

Peg. Peg,
66 11 25 Melayu 0 0 7 bulan P Tinggi orang tua 27 Melayu P.Tinggi 60 58 42
Swasta swasta
20 20 20 28 30 20 22

Peg.
67 9 33 Melayu 1 1.5 tahun 9 bulan SMU suami 37 Melayu SMU Petani 49 46 40
Swasta
15 16 18 21 25 19 21
Peg.
68 7.2 32 Melayu 3 2 tahun 7 bulan SMU orang tua 38 Jawa SMU Pedagang 49 41 40
Swasta 15 15 19 20 21 20 20

69 11 25 Melayu 0 0 7 bulan SMU T. bekerja orang tua 26 Jawa SMP Buruh 60 46 44


20 20 20 23 23 22 22

70 6.6 27 Jawa 3 1.1 tahun 9 bulan SD T. bekerja suami 32 Jawa SMP Petani 48 40 34
15 15 18 20 20 17 17

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


LAMPIRAN 5 SKOR JAWABAN RESPONDEN

AKSES PELAYANAN KESEHATAN


A. MENURUT ISTRI

No Pertanyaan Skor %

Suami mengizinkan ibu untuk memeriksakan kehamilan


1 ke pelayanan kesehatan. 200 15.13

Suami menyetujui kalau ibu harus memeriksakan


2 kehamilan ke pelayanan kesehatan sesuai dengan 185 13.99
anjuran petugas kesehatan.
Suami menyediakan fasilitas yang dibutuhkan ibu untuk
3 memeriksakan kehamilan ke pelayanan kesehatan. 141 10.67

Suami mengerti bahwa kehamilan adalah keadaan yang tidak


4 biasa yang membutuhkan perawatan dan pengawasan dari 161 12.18
petugas kesehatan.
Ibu mempunyai waktu untuk dapat memeriksakan
5 kehamilan ke pelayanan kesehatan meskipun bertugas 170 12.86
sebagai istri dan ibu rumah tangga.
Ibu memperoleh dukungan sepenuhnya dari suami
6 maupun keluarga untuk memeriksakan kehamilan ke 160 12.10
pelayanan kesehatan.
Ibu menyatakan bahwa perawatan kehamilan adalah
7 145 10.97
tanggung jawab bersama dengan suami.
Ibu memilih dan memperoleh pelayanan untuk
8 160 12.10
pemeriksaan kehamilan.
Jumlah 1322 100.00

B. MENURUT SUAMI
No Pertanyaan Skor %
Istri diizinkan memeriksakan kehamilan ke pelayanan
1 210 15.21
kesehatan.
Anda menyetujui kalau istri harus memeriksakan
2 kehamilan ke pelayanan kesehatan sesuai dengan 200 14.48
anjuran petugas kesehatan.
Anda menyediakan fasilitas yang dibutuhkan istri untuk
3 memeriksakan kehamilan ke pelayanan kesehatan. 150 10.86

Anda mengerti bahwa kehamilan adalah keadaan yang


4 tidak biasa yang membutuhkan perawatan dan 165 11.95
pengawasan dari petugas kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Istri mempunyai waktu untuk dapat memeriksakan
5 kehamilan ke pelayanan kesehatan meskipun bertugas 175 12.67
sebagai istri dan ibu rumah tangga.
Istri memperoleh dukungan sepenuhnya dari suami
6 maupun keluarga untuk memeriksakan kehamilan ke 163 11.80
pelayanan kesehatan.
Anda menyatakan bahwa perawatan kehamilan adalah
7 tanggung jawab bersama dengan istri. 148 10.72

Istri memilih dan memperoleh pelayanan untuk


8 170 12.31
pemeriksaan kehamilan.
Jumlah 1381 100.00

C. PELAYANAN ANC OLEH PETUGAS


No Pertanyaan Skor %
Setiap ibu datang untuk memeriksakan kehamilan
1 petugas kesehatan berada di tempat. 170 12.25

Petugas kesehatan melakukan penimbangan berat badan


2 165 11.89
ibu.
Setiap kali memeriksakan kehamilan, tekanan darah
3 (tensi) ibu diukur oleh petugas kesehatan. 168 12.10

Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan pada perut


4 ibu untuk mengukur perkembangan kehamilan. 160 11.53

Petugas kesehatan memberikan suntikan imunisasi


5 tetanus toxoid (TT) untuk mencegah infeksi tetanus pada 147 10.59
bayi setelah lahir.
Pada usia kehamilan 0-3 bulan dan setelah usia
kehamilan 7 bulan, petugas kesehatan melakukan
6 125 9.01
pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya anemia
(kurang darah).
Petugas memberikan tablet/obat tambah darah kepada
7 ibu untuk diminum setiap hari. 158 11.38

Petugas kesehatan memberikan bimbingan dan nasehat


8 yang ibu butuhkan selama masa kehamilan. 140 10.09

Ibu merasa puas dan percaya terhadap pelayanan yang


9 diberikan petugas kesehatan. 155 11.17

Jumlah
1388 100.00

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP
KEHAMILAN
A. MENURUT ISTRI
No Pertanyaan Skor %
1 Siapa yang menganjurkan kehamilan ini? 140 8.93
Siapa yang menginginkan jenis kelamin (laki-laki atau
2 148 9.44
perempuan) anak?
3 Siapa yang merencanakan jarak kelahiran anak? 142 9.06
4 Siapa yang menentukan jumlah anak dalam keluarga? 145 9.25
Siapa yang menentukan tempat pemeriksaan kehamilan
5 141 9.00
ibu ke petugas kesehatan?
Siapa yang mengingatkan jadwal pemeriksaan
6 149 9.51
kehamilan ibu?
Siapa yang mempersiapkan dana untuk pemeriksaan
7 138 8.81
kehamilan ibu?
Siapa yang mengingatkan makanan yang harus ibu
8 komsumsi/makan selama hamil. 148 9.44

Siapa yang mempersiapkan perlengkapan untuk


9 136 8.68
persalinan?
10 Siapa yang mempersiapkan dana untuk persalinan? 134 8.55

11 Siapa yang menentukan penolong persalinan? 146 9.32

Jumlah 1567 100.00

B. MENURUT SUAMI
No Skor %
Pertanyaan
1 Siapa yang menganjurkan kehamilan ini? 158 9.56

Siapa yang menginginkan jenis kelamin (laki-laki atau


2 157 9.50
perempuan) anak?
3 Siapa yang merencanakan jarak kelahiran anak? 156 9.44

4 Siapa yang menentukan jumlah anak dalam keluarga? 154 9.32


Siapa yang menentukan tempat pemeriksaan kehamilan
5 ibu ke petugas kesehatan? 155 9.38

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Siapa yang mengingatkan jadwal pemeriksaan
6 150 9.08
kehamilan ibu?
Siapa yang mempersiapkan dana untuk pemeriksaan
7 140 8.47
kehamilan ibu?
Siapa yang mengingatkan makanan yang harus ibu
8 150 9.08
komsumsi/makan selama hamil.
Siapa yang mempersiapkan perlengkapan untuk
9 145 8.78
persalinan?

10
Siapa yang mempersiapkan dana untuk persalinan? 138 8.35

11 Siapa yang menentukan penolong persalinan? 149 9.02

1652 100.00
Jumlah

PARTISIPASI SUAMI DALAM PERAWATAN


KEHAMILAN
A. MENURUT ISTRI
No Pertanyaan Skor %
Pemberian perhatian dan kasih sayang
Bila ibu mengeluh lelah dan pusing, suami melakukan
1 pijatan pada daerah kepala dan kaki. 164 11.66

Suami membantu pekerjaan rumah tangga yang berat,


2 misalnya mengasuh anak, menimba air, mengepel, 160 11.38
mencuci dan lain-lain.
3 Suami menganjurkan ibu untuk banyak istirahat. 165 11.74
Memenuhi kebutuhan gizi
Suami menganjurkan dan memperhatikan makanan yang
4 bergizi cukup untuk ibu hamil guna kesehatan ibu. 160 11.38

Suami menganjurkan ibu untuk banyak makan sayur-


5 152 10.81
sayuran hijau dan buah-buahan.
Suami mengingatkan ibu untuk meminum tablet/obat
6 147 10.46
tambah darah yang diberikan oleh petugas kesehatan.
Mendorong dan mengantar istri memeriksakan
kehamilannya
Suami mengingatkan ibu tentang jadwal pemeriksaan
kehamilan ke petugas kesehatan. 154 10.95
7

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Suami mengantar ibu periksa kehamilan ke posyandu,
8 150 10.67
puskesmas, klinik bersalin, atau rumah sakit.
Suami bertanya tentang perawatan kehamilan dan
9 154 10.95
kesehatan ibu kepada petugas kesehatan.

Jumlah 1406 100.00

B. MENURUT SUAMI
No Pertanyaan Skor %
Pemberian perhatian dan kasih sayang
Bila istri mengeluh lelah dan pusing, anda melakukan
1 170 11.52
pijatan pada daerah kepala dan kaki.
Anda membantu pekerjaan rumah tangga yang berat,
2 misalnya mengasuh anak, menimba air, mengepel, 172 11.65
mencuci dan lain-lain.
3 Anda menganjurkan istri untuk banyak istirahat. 173 11.72
Memenuhi kebutuhan gizi
Anda menganjurkan dan memperhatikan makanan yang
4 bergizi cukup untuk ibu hamil guna kesehatan istri. 165 11.18

Anda menganjurkan istri untuk banyak makan sayur-


5 sayuran hijau dan buah-buahan. 164 11.11

Anda mengingatkan istri untuk meminum tablet/obat


6 156 10.57
tambah darah yang diberikan oleh petugas kesehatan.
Mendorong dan mengantar istri memeriksakan
kehamilannya
Anda mengingatkan istri tentang jadwal pemeriksaan
kehamilan ke petugas kesehatan. 158 10.70
7
Anda mengantar istri periksa kehamilan ke posyandu,
8 puskesmas, klinik bersalin, atau rumah sakit. 157 10.64

Anda bertanya tentang perawatan kehamilan dan


9 161 10.91
kesehatan istri kepada petugas kesehatan.
Jumlah 1476 100.00

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


LAMPIRAN 6 HASIL UJI STATISTIK

Frequency Table

Hb
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Anemia 49 70.0 70.0 70.0
Tidak Anemia 21 30.0 30.0 100.0
Total 70 100.0 100.0

Umur Istri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 15-19 2 2.9 2.9 2.9
20-24 18 25.7 25.7 28.6
25-29 26 37.1 37.1 65.7
30-34 17 24.3 24.3 90.0
35-39 6 8.6 8.6 98.6
40-44 1 1.4 1.4 100.0
Total 70 100.0 100.0

Suku Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Banjar 1 1.4 1.4 1.4
India 1 1.4 1.4 2.9
Jawa 19 27.1 27.1 30.0
Mandaili 1 1.4 1.4 31.4
Melayu 45 64.3 64.3 95.7
Minang 2 2.9 2.9 98.6
simalung 1 1.4 1.4 100.0
Total 70 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Paritas Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 28 40.0 40.0 40.0
1 15 21.4 21.4 61.4
2 12 17.1 17.1 78.6
3 10 14.3 14.3 92.9
4 5 7.1 7.1 100.0
Total 70 100.0 100.0

Jarak Kelahiran (bulan)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid >=24 25 35.7 35.7 35.7
<24 45 64.3 64.3 100.0
Total 70 100.0 100.0

Usia Kehamilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 7 49 70.0 70.0 70.0
8 11 15.7 15.7 85.7
9 10 14.3 14.3 100.0
Total 70 100.0 100.0

Pendidikan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid P Tinggi 6 8.6 8.6 8.6
SD 5 7.1 7.1 15.7
SMP 17 24.3 24.3 40.0
SMU 42 60.0 60.0 100.0
Total 70 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Pekerjaan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Buruh 1 1.4 1.4 1.4
Pedagang 4 5.7 5.7 7.1
Peg. Swasta 7 10.0 10.0 17.1
Petani 2 2.9 2.9 20.0
PNS 1 1.4 1.4 21.4
T. bekerja 55 78.6 78.6 100.0
Total 70 100.0 100.0

Tinggal Dengan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid mertua 4 5.7 5.7 5.7
orang tua 31 44.3 44.3 50.0
suami 35 50.0 50.0 100.0
Total 70 100.0 100.0

Umur Suami
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-24 6 8.6 8.6 8.6
25-29 23 32.9 32.9 41.4
30-34 18 25.7 25.7 67.1
35-39 11 15.7 15.7 82.9
40-44 10 14.3 14.3 97.1
45-49 1 1.4 1.4 98.6
50-54 1 1.4 1.4 100.0
Total 70 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Suku Suami
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Banten 1 1.4 1.4 1.4
Jawa 27 38.6 38.6 40.0
Mandailing 2 2.9 2.9 42.9
Melayu 36 51.4 51.4 94.3
Minang 4 5.7 5.7 100.0
Total 70 100.0 100.0

Pendidikan Suami
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid P.T 3 4.3 4.3 4.3
SD 6 8.6 8.6 12.9
SMP 18 25.7 25.7 38.6
SMU 43 61.4 61.4 100.0
Total 70 100.0 100.0

Pekerjaan Suami
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Buruh 27 38.6 38.6 38.6
Pedagang 24 34.3 34.3 72.9
Peg, swasta 5 7.1 7.1 80.0
Petani 12 17.1 17.1 97.1
PNS 1 1.4 1.4 98.6
T. bekerja 1 1.4 1.4 100.0
Total 70 100.0 100.0

Akses pel kes menurut istri


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang baik 17 24.3 24.3 24.3
Baik 53 75.7 75.7 100.0
Total 70 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Akses pel kes menurut suami
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 9 12.9 12.9 12.9
baik 61 87.1 87.1 100.0
Total 70 100.0 100.0

Pelayanan ANC oleh petugas


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 13 18.6 18.6 18.6
baik 57 81.4 81.4 100.0
Total 70 100.0 100.0

Akses Pelayanan Kesehatan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 19 27.1 27.1 27.1
baik 51 72.9 72.9 100.0
Total 70 100.0 100.0

Pengambilan Keputusan Menurut Istri


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 36 51.4 51.4 51.4
baik 34 48.6 48.6 100.0
Total 70 100.0 100.0

Pengambilan Keputusan menurut suami


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 23 32.9 32.9 32.9
baik 47 67.1 67.1 100.0
Total 70 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Pengambilan Keputusan dlm kehamilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 32 45.7 45.7 45.7
Baik 38 54.3 54.3 100.0
Total 70 100.0 100.0

Partisipasi Suami menurut istri


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 18 25.7 25.7 25.7
Baik 52 74.3 74.3 100.0
Total 70 100.0 100.0

Partisipasi Suami mnrt suami


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 10 14.3 14.3 14.3
Baik 60 85.7 85.7 100.0
Total 70 100.0 100.0

Partisipasi Suami dlm kehamilan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 18 25.7 25.7 25.7
Baik 52 74.3 74.3 100.0
Total 70 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Akses Pelayanan Kesehatan *
70 100.0% 0 .0% 70 100.0%
Hb
Pengambilan Keputusan dlm
70 100.0% 0 .0% 70 100.0%
kehamilan * Hb
Partisipasi Suami dlm
70 100.0% 0 .0% 70 100.0%
kehamilan * Hb

Partisipasi Suami dlm kehamilan * Hb


Crosstab

Hb

Anemia Tidak Anemia Total


Partisipasi Suami dlm kurang baik Count 17 1 18
kehamilan
% within Partisipasi Suami
94.4% 5.6% 100.0%
dlm kehamilan
baik Count 32 20 52
% within Partisipasi Suami
61.5% 38.5% 100.0%
dlm kehamilan
Total Count 49 21 70
% within Partisipasi Suami
70.0% 30.0% 100.0%
dlm kehamilan

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square a
6.895 1 .009
b
Continuity Correction 5.417 1 .020
Likelihood Ratio 8.504 1 .004
Fisher's Exact Test .008 .006
Linear-by-Linear Association 6.796 1 .009
b
N of Valid Cases 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.40.
b. Computed only for a 2x2 table

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Partisipasi
Suami dlm kehamilan (kurang 10.625 1.311 86.138
baik / baik)
For cohort Hb = Anemia 1.535 1.204 1.956
For cohort Hb = Tidak Anemia .144 .021 1.001
N of Valid Cases 70

Pengambilan Keputusan dlm kehamilan * Hb

Crosstab

Hb

Anemia Tidak Anemia Total


Pengambilan kurang baik Count 27 5 32
Keputusan dlm
% within Pengambilan
kehamilan 84.4% 15.6% 100.0%
Keputusan dlm kehamilan
baik Count 22 16 38
% within Pengambilan
57.9% 42.1% 100.0%
Keputusan dlm kehamilan
Total Count 49 21 70
% within Pengambilan
70.0% 30.0% 100.0%
Keputusan dlm kehamilan

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square a
5.800 1 .016
b
Continuity Correction 4.608 1 .032
Likelihood Ratio 6.056 1 .014
Fisher's Exact Test .020 .015
Linear-by-Linear Association 5.718 1 .017
b
N of Valid Cases 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.60.
b. Computed only for a 2x2 table

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Pengambilan
Keputusan dlm kehamilan 3.927 1.242 12.418
(kurang baik / baik)
For cohort Hb = Anemia 1.457 1.070 1.986
For cohort Hb = Tidak Anemia .371 .153 .901
N of Valid Cases 70

Akses Pelayanan Kesehatan * Hb

Crosstab

Hb

Anemia Tidak Anemia Total


Akses Pelayanan kurang baik Count 17 2 19
Kesehatan
% within Akses
89.5% 10.5% 100.0%
Pelayanan Kesehatan
baik Count 32 19 51
% within Akses
62.7% 37.3% 100.0%
Pelayanan Kesehatan
Total Count 49 21 70
% within Akses
70.0% 30.0% 100.0%
Pelayanan Kesehatan

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square a
4.709 1 .030
b
Continuity Correction 3.523 1 .061
Likelihood Ratio 5.384 1 .020
Fisher's Exact Test .040 .026
Linear-by-Linear Association 4.642 1 .031
b
N of Valid Cases 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.70.
b. Computed only for a 2x2 table

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Akses
Pelayanan Kesehatan (kurang 5.047 1.049 24.290
baik / baik)
For cohort Hb = Anemia 1.426 1.098 1.853
For cohort Hb = Tidak Anemia .283 .073 1.099
N of Valid Cases 70

Logistic Regression

Case Processing Summary


a
Unweighted Cases N Percent

Selected Cases Included in Analysis 70 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 70 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 70 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of


cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Tidak Anemia 0

Anemia 1

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Block 1: Method = Forward Stepwise (Conditional)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 8.504 1 .004

Block 8.504 1 .004

Model 8.504 1 .004

Model Summary

Cox & Snell R Nagelkerke R


Step -2 Log likelihood Square Square
a
1 77.017 .114 .162

a. Estimation terminated at iteration number 5 because


parameter estimates changed by less than .001.

a
Classification Table

Predicted

Hb
Percentage
Observed Tidak Anemia Anemia Correct

Step 1 Hb Tidak Anemia 0 21 .0

Anemia 0 49 100.0

Overall Percentage 70.0

a. The cut value is .500

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Variables in the Equation

95.0% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


a
Step 1 partipkate 2.363 1.068 4.899 1 .027 10.625 1.311 86.138

Constant .470 .285 2.719 1 .099 1.600

a. Variable(s) entered on step 1: partipkate.

a
Model if Term Removed

Model Log Change in -2 Log Sig. of the


Variable Likelihood Likelihood df Change

Step 1 partipkate -43.090 9.162 1 .002

a. Based on conditional parameter estimates

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 1 Variables aksespelkeskate 3.746 1 .053

pengamkeputkate 3.017 1 .082

Overall Statistics 5.434 2 .066

Block 0: Beginning Block

a,b
Classification Table

Predicted

Hb
Percentage
Observed Tidak Anemia Anemia Correct

Step 0 Hb Tidak Anemia 0 21 .0

Anemia 0 49 100.0

Overall Percentage 70.0

a. Constant is included in the model.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


a,b
Classification Table

Predicted

Hb
Percentage
Observed Tidak Anemia Anemia Correct

Step 0 Hb Tidak Anemia 0 21 .0

Anemia 0 49 100.0

Overall Percentage 70.0

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .847 .261 10.553 1 .001 2.333

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables aksespelkeskate 4.709 1 .030

pengamkeputkate 5.800 1 .016

partipkate 6.895 1 .009

Overall Statistics 11.696 3 .009

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Anda mungkin juga menyukai