2017
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1503
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI
PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PB SELAYANG II KECAMATAN
MEDAN SELAYANG
SKRIPSI
OLEH
HAZELLARISSA VALDA ASARI
NIM : 131000516
OLEH
HAZELLARISSA VALDA ASARI
NIM : 131000516
Scanned by CamScanner
ABSTRAK
iii
iv
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Selayang”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang ditetapkan untuk
Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak, baik secara moril, maupun materil. Untuk itu, pada
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
selaku dosen pembimbing II, dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes, Ph.D
selaku dosen penguji I, dan drh. Hiswani, M.Kes, selaku dosen penguji II
7. dr. Hj. Zainab Mahyuni selaku Kepala Puskesmas PB Selayang II, dr. Zulheri
selaku Kepala Puskesmas Pembantu Tanjung Sari, dan dr. Novelina Siagian
8. dr. Evalina Sitorus, M.Kes, Nelly Barus, S.Kep, Ners selaku pemegang
pemegang program Penyakit Tidak Menular, dan Yanti Maia Barunea selaku
pemegang SP2TP.
10. Para kader posyandu lansia yang telah membantu penulis dalam melakukan
penelitian.
11. Keluarga tercinta, Papa Drs. H. Asari, M.Pd dan Mama Dra. Hj. Elya
Chandra, juga kepada ketiga adik, Honest Vania Asari, Stacia Stella Ulima
12. Sahabat terbaik, Lia Arsyina, Nadhiratul Syaputri, Dwi Damayanti, Aisah
Tanjung, Famy Bisawqi, Tia Safitri, Elvi Rahmi, Leli Fatimah, Tiara Pratiwi,
vi
2013 yang selalu memberikan bantuan, semangat, dan saran kepada penulis
13. Responden yang telah bersedia meluangkan waktunya dan bersedia untuk
diwawancarai.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan
kepada kita semua dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.
vii
LAMPIRAN
1. Kuesioner
2. Master Data
3. Output Data
4. Surat Izin Penelitian
5. Surat Selesai Penelitian
Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Riwayat Keluarga pada Lansia di Posyandu Lansia
Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II .............................................. 52
Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Status Gizi pada Lansia di Posyandu Lansia
Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II ............................................. 52
Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Aktivitas Fisik pada lansia di Posyandu Lansia
Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II .............................................. 53
Tabel 4.9 Tabulasi Silang antara Umur dengan Kejadian Hipertensi Lansia di
Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II ................. 55
Tabel 4.10 Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi
Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang
II ............................................................................................................ 55
xi
Tabel 4.12 Tabulasi Silang antara Obesitas dengan Kejadian Hipertensi Lansia
di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II ........... 57
Tabel 4.13 Tabulasi Silang antara Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi
Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang
II ............................................................................................................ 57
Tabel 4.14 Tabulasi Silang antara Status Perokok dengan Kejadian Hipertensi
Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang
II ............................................................................................................ 58
Tabel 4.15 Tabulasi Silang antara Kebiasaan Merokok pada Laki-laki dengan
Kejadian Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Puskesmas PB Selayang II .................................................................... 59
Tabel 4.16 Tabulasi Silang antara Kebiasaan Merokok pada Perempuan dengan
Kejadian Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Puskesmas PB Selayang II .................................................................... 59
xii
Gambar 5.3 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia
di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Kecamatan Medan Selayang .............................................................. 64
Gambar 5.5 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di
Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Kecamatan Medan Selayang .............................................................. 67
Gambar 5.6 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia
di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Kecamatan Medan Selayang .............................................................. 69
Gambar 5.7 Hubungan Status Perokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia
di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Kecamatan Medan Selayang .............................................................. 71
xiii
April 1995 di Padang Panjang, Sumatera Barat. Beragama Islam, anak pertama
dari empat bersaudara dari pasangan Drs. H. Asari, M.Pd dan Dra. Hj. Elya
xiv
andil terhadap pola fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi yang pada gilirannya
menular ke penyakit tidak menular ini lebih dikenal dalam sebutan transisi
dalam salah satu tahap transisi demografi terjadi proses pertumbuhan rendah yang
mengakibatkan mortalitas dan fertilitas relatif stabil, kadang fertilitas lebih rendah
sebagai salah satu negara berkembang juga akan mengalami ledakan jumlah
penduduk lansia, kelompok umur 0-14 tahun dan 15-49 tahun berdasarkan
dan transisi teknologi telah mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit
1
Universitas Sumatera Utara
2
degeneratif dan man made disease yang merupakan faktor utama masalah
global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di
dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan
kematian pada 40 juta orang setiap tahunnya, setara dengan 70% dari seluruh
Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius
Kondisi patologis ini jika tidak mendapatkan penanganan secara cepat dan secara
sekitar 45% kematian akibat jantung iskemik dan 51% kematian akibat stroke
(WHO, 2013). Pada tahun 2015, kematian yang disebabkan oleh jantung iskemik
dan stroke meningkat menjadi 54% (dari 56.4 juta kematian di dunia) (WHO,
2017).
Bedasarkan data WHO pada tahun 2014 terdapat sekitar 600 juta penderita
Prevalensi hipertensi pada lansia menurut hasil Rikesdas 2013 mulai dari
lansia dan lansia tua berturut-turut adalah pada pada kelompok umur 55-64
sebesar 45,6%, pada kelompok umur 65-74 sebanyak 58,9% dan pada kelompok
yang merujuk hasil Riskesdas 2013 di Sumatera Utara, dari 10 jenis penyakit
tertinggi kedua dengan prevalensi 9,4% setelah penyakit sendi yang mempunyai
Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010, diperoleh
distribusi proporsi hipertensi sebesar 35,58% atau sebanyak 37 orang dari 104
lansia. Proporsi hipertensi lansia tertinggi pada kelompok umur 60-74 tahun
dari 105 lansia. Proporsi hipertensi lansia tertinggi juga pada kelompok umur 60-
74 tahun (57,10%).
bahwa ada 174 lansia yang berkunjung ke posyandu lansia (28 orang dari
Posyandu Lansia Mekar I, 18 orang dari Posyandu Lansia Mekar II, 17 orang dari
orang dari Posyandu Lansia Lingkungan 7/8, 20 dari Posyandu Lansia Beringin,
16 orang dari Posyandu Lansia Asoka, 18 orang dari Posyandu Lansia Nusa
Indah, dan 17 orang dari Posyandu Lansia Palem). Proporsi penderita hipertensi
pada lansia yang berkunjung selama bulan Maret 2017 adalah 42,53% (74 orang
pendidikan, pekerjaan, riwayat keluarga, status gizi, aktivitas fisik, dan kebiasaan
penderita.
bagi penderita.
tekanan darah adalah suatu tekanan darah yang mengalir dalam pembuluh darah
untuk beredar ke seluruh tubuh membawa oksigen dan zat yang dibutuhkan tubuh
elastis dan memiliki ketahanan yang kuat. Oleh karena itu, di dalam sistem itu di
Terdapat dua macam kelainan tekanan darah, antara lain dikenal sebagai
hipertensi atau tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah. Pada
umumnya yang lebih banyak dihubungkan dengan kelainan tekanan darah adalah
tekanan darah sistolik maupun diastolik yang naik di atas tekanan darah normal.
Tekanan darah sistolik (angka atas) adalah tekanan puncak yang tercapai ketika
darah sistolik dicatat apabila terdengar bunyi pertama pada alat pengukur tekanan
darah. Tekanan darah diastolik (angka bawah) diambil ketika tekanan jatuh ke
titik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali. Tekanan darah
gejala lanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung
koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertropi ventrikel kiri / left
ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan
merupakan salah satu penyakit degeneratif yang banyak terjadi dan mempunyai
tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan
tekanan darah secara tidak wajar dan terus menerus karena rusaknya salah satu
atau beberapa faktor yang berperan mempertahankan tekanan darah tetap normal.
darah baik secara lambat atau mendadak (akut). Tekanan darah tinggi adalah salah
satu penyebab utama terjadinya cacat fisik atau kematian akibat stroke, serangan
jantung, kegagalan fungsi jantung, dan gagal ginjal (Sheps, S.G, 2005).
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu
periode. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut
meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih
keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika
pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
Oleh karena itu, dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi
lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono,
Suryono dkk (2015), batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia
sebagai berikut:
“Lansia usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke
atas”.
empat kriteria berikut: usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut
usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia
3. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) tersebar empat fase, yaitu: pertama
(fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun,
ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65
4. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age) :
>65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi
menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun)
1. Pralansia (prasenilia)
2. Lansia
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan / atau kegiatan yang
Menurut Budi Anna Keliat (1999) yang dikutip Maryam (2008), lansia
Kesehatan.
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kondisi maladaptif.
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah
5. Tipe bingung
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan tipe serius, tipe
para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri
dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia
panti wreda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan
mental.
(penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut.
Selain itu masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan
terkena infeksi penyakit menular. Penyakit tidak menular pada lansia di antaranya
hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau rematik. Sedangkan
Faktor yang juga mempengaruhi kondisi fisik dan daya tahan tubuh lansia
adalah pola hidup yang dijalaninya sejak usia balita. Pola hidup yang kurang sehat
berdampak pada penurunan daya tahan tubuh, masalah umum yang dialami adalah
Perjalanan dan penampilan serta sifat penyakit pada lanjut usia berbeda
dengan yang terdapat pada populasi lain. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa
3. Mengenai multi-organ/multisistem.
sebelum meninggal.
lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat, dan
langsung. Sasaran langsung adalah prausia lanjut (45-59 tahun), usia lanjut (60-69
tahun), dan usia lanjut risiko tinggi, yaitu lebih dari 70 tahun atau usia lanjut
berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. Sasaran tidak langsung
adalah keluarga di mana usia lanjut berada, masyarakat tempat lansia berada,
organisasi sosial, petugas kesehatan, dan masyarakat luas (Sunaryo dkk, 2015).
Menurut R.Siti Maryam dkk (2010), ada lima mekanisme dalam kegiatan
posyandu. Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada
menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi
Kedua, jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit
dijangkau. Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau
penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau
bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi
posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius,
maka hal ini data mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan
berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu
pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapann
atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang
baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang
diadakan posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah
suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek. Kesiapan merupakan
2007).
dalam struktur pembuluh darah utama, yang menjadi kurang elastis dan kaku.
Pada kondisi ini penigkatan TDS disebabkan oleh kekakuan dinding arteri dan
darah sistolik agar aliran darah ke jaringan dan organ-organ tubuh tetap
Berikut ini adalah klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC-VII (The Joint
dipakai dalam kriteria diagnosis dan klasifikasi. Tekanan darah manusia meliputi
tekanan darah sistolik, tekanan darah waktu jantung menguncup dan tekanan
darah diastolik yakni tekanan darah waktu jantung istirahat. Pentingnya perhatian
WHO, 2001).
Jantung
Angina pectoris
Infark myokard
Gagal jantung
Otak
Stroke
Serangan iskemia sesaat
Enselopati hipertensi
Demensia vascular
Fundus optic
Perdarahan dan eskudat retina dengan atau tanpa edema
papila (ciri-ciri ini merupakan penanda penyakit fase ganas
atau dipercepat)
Ginjal
Konsentrasi kreatinin plasma > 2,0 mg/dl)
Gagal ginjal
Pembuluh
Aneurisme diseksi
Penyakit oklusi arteri simptomatik
esensial merupakan salah satu faktor risiko penting untuk terjadinya penyakit
etiologi kesakitan dan kematian yang cukup banyak dalam masyarakat. Bila
meliputi kurang lebih 90-95% dan lainnya adalah kasus hipertensi sekunder.
antara faktor risiko tertentu. Faktor utama yang berperan dalam patofisiologi
hipertensi adalah interaksi faktor gentik dan faktor lingkungan. Hipertensi primer
a. Hipertensi ringan
b. Hipertensi sedang
c. Hipertensi berat
Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah. Biasanya penyakit ini
lesu, pusing, pandangan kabur, muka yang terasa panas atau telinga mendenging
jantung, rasa cemas yang hebat, dan penurunan berat badan. Sebaliknya pada
abnormal di tubuh, dan pada wanita menstruasi dapat terhenti dan terbentuk garis-
antaranya: Pusing, mudah marah, sukar tidur, telinga berdengung, sesak nafas,
rasa berat di tengkuk, rasa mudah lelah, mata berkunang - kunang. Gejala lain
gejala payah jantung dan gejala akibat perdarahan pembuluh darah otak yang
koma.
Menurut Palmer (2007), bila tekananan darah tidak terkontrol dan menjadi
sangat tinggi, (keadaan ini disebut hipertensi berat atau hiertensi maligna), maka
mungkin akan timbul gejala seperti pusing, pandangan kabur, sakit kepala
banyak organ-organ vital pada tubuh. Umumnya, semakin tinggi tekanan darah
atau semakin tak terkontrol, semakin parah kerusakan yang terjadi (Sheps, S.G,
2005).
Menurut Susalit (2001) yang dikutip Masriadi (2016) tekanan darah tinggi
dalam jangka panjang waktu lama akan merusak endhotel arteri dan mempercepat
hipertensi yang tidak dapat diobati akan mempengaruhi semua sistim organ dan
1. Gagal jantung.
Gagal jantung adalah istilah untuk suatu keadaan di mana secara progresif
jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara efisien. Jika
fungsinya semakin buruk, maka akan timbul tekanan balik dalam sistem sirkulasi
yang menyebabkan kebocoran cairan dari kapiler terkecil paru. Hal ini akan
menimbulkan sesak napas dan pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki
Penyakit jantung hipertensif terjadi karena adaptasi struktural dan fungsional yang
2. Ginjal
Ginjal bertugas menyaring zat sisa dari darah dan menjaga keseimbangan
cairan dan kadar garam dalam tubuh. Gagal ginjal timbul bila kemampuan ginjal
dalam membuang zat sisa dan kelebihan air berkurang. Kondisi ini cenderung
bertambah buruk setiap tahunnya. Penyakit gagal ginjal kronik biasanya berakhir
pada keadaan yang disebut gagal ginjal stadium terminal. Keadaan ini bersifat
fatal kecuali bila penderitanya menjalani dialisis (fungsi ginjal dalam menyaring
darah digantikan oleh mesin) atau transplantasi ginjal. Ginjal secara intrinsik
berperan dalam pengaturan tekanan darah, dan inilah sebabnya mengapa tekanan
darah tinggi dapat menyebabkan penyaakit ginjal dan demikian pula sebaliknya
3. Otak
akibat pendarahan tekanan darah tinggi di otak, akibat emboli yang terlepas dari
pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada
dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah yang diperdarahi berkurang. Arteri
Hipertensi adalah suatu faktor risiko penting untuk infark dan perdarahan
otak. Sekitar 85% stroke disebabkan oleh infark dan sisanya disebabkan oleh
orang berusia >65 tahun, insiden stroke meningat progresif seiring dengan
peningkatan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik (Jameson, J.Larry dan
4. Mata
halus di dalam mata. Di dalam kasus-kasus yang berat, hal ini bahkan dapat
darah serta cairan (lain) ke jaringan disekitarnya. Pada kasus-kasus berat, syaraf
Sheldon 2005).
sehingga menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yang sensitif
terhadap cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vaskular retina. Penyakit ini dapat
A dkk, 2007).
di Afrika, di mana itu adalah 46% untuk kedua jenis kelamin. Baik pria maupun
wanita memiliki tingkat tinggi tekanan darah yang meningkat di wilayah Afrika,
dengan tingkat prevalensi lebih dari 40%. Prevalensi terendah tekanan darah yang
meningkat adalah di Amerika di 35% untuk kedua jenis kelamin. Pria di wilayah
ini memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan perempuan (39% untuk
pria dan 32% untuk perempuan). Di seluruh dunia, pria memiliki prevalensi
sedikit lebih tinggi dari tekanan darah yang meningkat dibandingkan perempuan.
Perbedaan ini secara statistik signifikan hanya di Amerika dan Eropa (WHO,
2013).
yang dipakai sekarang ini, diperkirakan 23% wanita dan 14% pria yang berusia
lebih dari 65 tahun menderita hipertensi (Purwati, Susi, dkk. 2003). Peningkatan
tekanan sistolik (>160/80) terjadi pada 8% dari mereka yang berusia 60 sampai 69
tahun, 11% dari mereka yang berusia 70 tahun hingga 79 tahun dan 22% dari
mereka yang berusia 80 tahun.(Hayens, B dkk, 2003). Hipertensi pada usia lanjut
perempuan mempunyai prevalensi yang tinggi, yaitu 63% pada usia 60-79 tahun
laki-laki dan perempuan, yaitu laki-laki sebesar 31,3% dan 31,9% pada
responden yang berumur 45-54 tahun (42,40%), 55-64 tahun (53,70%), 65-74
berkembang. Sekitar 54% penyakit stroke dan 47% penyakit jantung di dunia
disebabkan oleh hipertensi, sedangkan lebih dari sepertiga kematian pada negara-
negara pendapatan rendah di Eropa dan Asia Sentral disebabkan oleh tekanan
dengan risiko hipertensi seperti stres, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga,
merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya. Perubahan
gaya hidup seperti perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang
mengandung banyak lemak, protein, dan garam tinggi tetapi rendah serat pangan,
Hal ini mungkin dapat dikaitkan dengan stress psikososial yang lebih besar pada
2005).
Provinsi dengan prevalensi hipertensi pada penduduk umur >18 tahun tertinggi
rumah sakit di Indonesia tahun 2009 dan tahun 2010, Hipertensi esensial (primer)
menduduki peringkat ke-4, dengan persentase 3,81% pada tahun 2009 meningkat
menjadi 3,93% pada tahun 2010. Berdasarkan peringkat 10 besar PTM penyebab
rawat inap terhadap seluruh pasien keluar (hidup dan mati) di rumah sakit tahun
2009 dan tahun 2010, Hipertensi esensial (primer) menduduki peringkat ke-1,
dengan persentase 4,19% pada tahun 2009 meningkat menjadi 4,39% pada tahun
a. Umur
Tekanan darah tinggi sangat sering terjadi pada orang berusia lebih dari 60
bertambahnya usia. (Palmer dkk, 2007). Akibat pertambahan umur dan proses
ini, daerah yang dipengaruhi tekanan sistolik akan menyempit sehingga tekanan
darah rata-rata meningkat (Agus, A dkk, 2010). Lima puluh enam persen pria dan
52% wanita yang berusia lebih dari 65 tahun menderita tekanan darah tinggi (S.G,
Sheldon 2005).
b. Jenis kelamin
Di kalangan orang dewasa muda dan setengah baya, para pria lebih
wanita telah mencapai menopause, tekanan darah tinggi menjadi lebih umum
c. Riwayat keluarga
merupakan faktor risiko paling kuat bagi seseorang untuk mengidap hipertensi di
bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih mendekati tekanan darah
seorang dari orangtua mengidap tekakan darah tinggi, maka akan seseorang akan
mempunyai peluang sebesar kira-kira 25% untuk mewarisinya. Jika ibu maupun
ayah mempunyai tekanan darah tinggi, maka peluang untuk tekena penyakit ini
d. Obesitas
lemak tubuh yang berlebih, sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal
pembuluh darah. Disebut obesitas apabila melebihi Body Mass Index (BMI) atau
Indeks Massa Tubuh (IMT). BMI untuk orang Indonesia adalah 25. BMI ini
risiko kesehatan yang berhubungan dengan berat badan. Body Mass Indeks (BMI)
dapat diketahui dengan membagi berat badan dengan tinggi badan (Marliani, L
dkk, 2007).
Rumus BMI:
Secara umum, populasi kita cenderung semakin kelebihan berat badan. Hal
ini merupakan hal yang tidak sehat karena berbagai macam alasan. Berkaitan
dengan tekanan darah, secara umum semakin tinggi berat badan, semakin tinggi
Semakin besar massa tubuh yang dimiliki, semakin banyak darah yang
dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi kepada jaringan tubuh. Itu bearti
e. Pola makan
Menerapkan pola makan yang rendah lemak jenuh, kolesterol, dan total lemak
serta kaya akan buah, sayur, serta produk susu rendah lemak telah terbukti secara
Dilihat dari hasil penelitian 30 responden dengan konsumsi makanan asin lebih
mengalami hipertensi dan hanya ada 1 responden yang tidak hipertensi. Menurut
pengobatan yang teratur dan pengontrolan tekanan darah secara teratur. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian WHO (2000) bahwa konsumsi garam
berlebih memiliki efek langsung terhadap tekanan darah. Menurut Blood Pressure
garam atau natrium secara terus menerus dapat berakibat fatal untuk arteri
f. Aktivitas fisik
cepat dan otot jantung juga harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
Semakin keras dan sering jantung memompa, semakin besar pula kekuatan yang
Orang yang bergaya hidup tidak aktif akan lebih rentan terhadap tekanan
darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk
tubuh dan berat badan , tetapi juga dapat menurunan tekanan darah. Jenis latihan
yang dapat mengontrol tekanan darah adalah berjalan kaki, bersepeda, berenang,
mengutip dari (Craig, dkk., 2003; IPAQ group, 2002; Wolin, dkk., 2008; Harvard
yang meliputi jenis, durasi dan frekuensi seseorang melakukan aktivitas fisik
tingkatan yaitu aktivitas ringan, aktivitas sedang dan aktivitas berat. Pengukuran
aktivitas fisik dapat dilakukan dengan cara mengukur banyaknya energi yang
dan juga mudah di gunakan khususnya pada responden dewasa. Sebagai standar
yang dipakai adalah banyaknya energi yang dikeluarkan tubuh dalam keadaan
istirahat duduk yang dinyatakan dalam satuan METs (Metabolic Equivalent Task).
Satu METs diartikan sebagai energi yang dikeluarkan per menit/kg BB orang
dewasa (1 METs = 1.2 kkal/menit). IPAQ menetapkan skor aktivitas fisik dengan
rumus:
METs/minggu = METs Level (jenis aktivitas) x Jumlah menit aktivitas
x Jumlah hari/minggu.
dikeluarkan dalam aktivitas fisik dalam satu minggu (7 hari) terakhir, dikatakan
aktivitas ringan jika kurang dari 600 METs/minggu, aktivitas sedang jika sebesar
antara 600 – 1500 METs/minggu, sedangkan aktivitas berat jika lebih dari 1500
METs/minggu.
g. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok
tekanan darah sistolik yang naik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah diastolik
naik sekitar 8 mmHg. Kenaikan tekanan darah itu terjadi saat sedang merokok dan
sesaat setelah merokok selesai. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini
Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang
indeks Brinkman didapat dari hasil perkalian antara jumlah batang rokok rata-rata
yang dihisap dalam sehari dikalikan lama merokok dalam tahun. Klasifikasi berat
2003)
Ringan : 0-199
Sedang : 200-599
Berat : 600
merokok, status merokok dapat dibagi menjadi never smoker dan ever smoker.
Never smoker adalah orang yang selama hidupnya tidak pernah merokok (Indeks
Brinkman 0). Ever smoker adalah seseorang yang mempunyai riwayat merokok
sedikitnya satu batang tiap hari selama sekurang-kurangnya satu tahun baik yang
h. Stress
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam,
rasa takut, dan rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan
hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat,
sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan
patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag
(Depkes, 2006).
masalah yang memicu terjadinya hipertensi di mana hubungan antara stres dengan
hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih
pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Andria
K.E, 2013).
hipertensi, belum terlihat faktor yang menjadi risiko penyakit hipertensi. Contoh :
(Ismayadi, 2012).
kesehatan seperti diet yang sehat dengan cara makan cukup sayur-buah, rendah
garam dan lemak, rajin melakukan aktivitas dan tidak merokok (Ginting, F, 2013).
berat badan, pengendalian asupan natrium dan alkohol serta penghilangan stres
(Ismayadi, 2012).
mengukur tekanan darah secara rutin dan skreening. Pencegahan sekunder juga
tekanan darah secara akurat yang dilakukan setelah cukup istirahat 5-10 menit.
Pemeriksaan yang lebih teliti pada target organ untuk menilai komplikasi dan
urine kalium dalam darah dan kreatinin pemeriksaan laboratorium ini juga
berat atau kematian. Upaya yang dilakukan pada pencegahan tersier ini yaitu
menurunkan tekanan darah sampai batas yang aman dan mengobati penyakit yang
komplikasi yang lebih lanjut serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan
Kerangka Teori
Hipertensi
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Genetik
4. Suku
5. Obesitas
6. Merokok
7. Aktivitas olahraga
8. Pola makan
9. Konsumsi alkohol
Variabel Independen
1. Karakteristik
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan
Variabel Dependen
Pekerjaan
2. Riwayat keluarga
3. Status Gizi
Kejadian Hipertensi
4. Aktivitas fisik
5. Kebiasaan merokok
Cross Sectional.
salah satu penyakit dalam 10 besar penyakit pada Laporan SP2TP Puskesmas PB
Selayang II Medan Selayang pada tahun 2016 dan belum pernah dilakukan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Oktober 2017.
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang tinggal di wilayah
3.3.2 Sampel
40
Besar sampel yang akan digunakan dalam peneltian ini dihitung dengan
√ ( ) √ ( )
( )
Keterangan:
( √ ( ) √ ( ))
( )
( )
( )
( )
( )
datang ke posyandu lansia yang diadakan di 9 posyandu yang ada di wilayah kerja
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lansia dengan
lansia (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), riwayat keluarga, status gizi,
aktivitas fisik, kebiasaan merokok, hasil pengukuran tekanan darah, berat badan,
lengan bagian atas. Selain itu juga digunakan alat bantu dengar seperti stetoskop.
3.5.2 Umur adalah usia lansia mulai dari lahir sampai pengumpulan data,
3.5.3 Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang membedakan lansia dari segi
1. Laki-laki
2. Perempuan
3.5.4 Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang dimiliki oleh lansia
dikategorikan atas:
3.5.5 Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan lansia di luar atau di dalam
1. PNS/TNI/Polri
2. Pegawai Swasta
3. Petani
4. Wiraswasta
5. Tidak bekerja/pensiunan
6. Lainnya
3.5.6 Riwayat keluarga adalah adanya riwayat penyakit hipertensi pada keluarga
1. Ada
2. Tidak ada
3.5.7 Status gizi adalah keadaan gizi pada lansia yang diukur dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT) dengan membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat
3.5.8 Aktivitas fisik adalah intensitas kegiatan atau gerakan otot yang dilakukan
sehari-hari untuk membakar energi dan dijumlahkan dalam satuan METs sesuai
riwayat merokok, jumlah batang rokok yang dihisap dan lama merokok sebelum
Dikategorikan atas:
Nilai indeks Brinkman didapat dari hasil perkalian antara jumlah batang rokok
rata-rata yang dihisap dalam sehari dikalikan lama merokok dalam tahun.
1. Peroko ringan
2. Perokok sedang + berat
independen (umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, status gizi, aktivitas fisik, dan
analisis ini akan diketahui variabel independen yang bermakna secara statistik
dengan variabel dependen. Teknik analisis yang digunakan adalah uji chi-square
dengan tingkat kepercayaan 95% (p<0,05). Jika p<0,05 maka ada hubungan
keluarga, status gizi, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok dengan hipertensi.
Ratio Prevalence yaitu perbandingan antara proporsi subjek dengan faktor risiko
(Morton, R, 2009)
RP = A/(A+B) : C/(C+D)
Keterangan :
47
6. Upaya Pengobatan
7. Usaha farmasi
8. Laboratorium Sederhana
frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti, yaitu variabel
gizi, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok) dan variabel dependen (hipertensi).
Selayang.
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa jumlah lansia yang
berdasarkan umur, paling banyak ditemukan pada golongan umur 45-59 tahun
yaitu 58 orang (51,8%), kemudian pada golongan umur 60-74 tahun yaitu 40
orang (35,7%), pada golongan umur 75-90 tahun yaitu 14 orang (12,5%).
yaitu 78 orang (69,6%), sedangkan pada laki laki yaitu 34 orang (30,4%).
kemudian SMA, SMP, dan tidak tamat SD/tidak sekolah masing-masing 29 orang
lansia yang tidak bekerja yaitu 54 orang (48,2%), wiraswasta 38 orang (33,9%),
pegawai swasta 9 orang (8,0%), petani 7 orang (6,3%), dan PNS sebanyak 4 orang
(3,6%).
keluarga pada lansia. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4.
memiliki riwayat keluarga yang hipertensi dan 74 orang (66,1%) tidak memiliki
diperoleh distribusi proporsi status gizi pada lansia. Data selengkapnya dapat
Tabel 4.5. Distribusi Proporsi Status Gizi pada Lansia di Posyandu Lansia
Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Total
No Status Gizi
f %
1. Obesitas 43 38,4
2. Tidak obesitas 69 61,6
Total 112 100
Berdasarkan tabel 4.5. di atas dapat diketahui bahwa dari 112 lansia yang
yang mengalami obesitas sebanyak 43 orang (38,4%) dan lansia yang tidak
fisik pada lansia. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6.
Berdasarkan tabel 4.6. di atas dapat diketahui bahwa dari 112 lansia yang
merokok pada lansia. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.7.
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa dari 112 lansia yang
orang (60,7%) yang tidak merokok dan 44 orang (39,3%) yang pernah merokok
(masih/sudah berhenti).
Berdasarkan tabel 4.8. di atas dapat diketahui bahwa dari 44 lansia yang
independen (umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, status gizi, aktivitas fisik, dan
prevalence umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, status gizi, aktivitas fisik, dan
Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara
Dari tabel 4.9. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada
kelompok umur ≥60 tahun adalah 51,9% dan pada kelompok umur <60 tahun
diperoleh nilai p=0,195 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
umur ≥60 tahun dan <60 tahun adalah 1,308 (95% CI=0,869-1,967).
Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara
jenis kelamin dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.10.
Dari tabel 4.10. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada
kelompok laki-laki adalah 50,0 % dan pada kelompok perempuan adalah 43,6%.
p=0,531 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
Hasil analisa secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara
riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.11.
Dari tabel 4.11. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada
kelompok yang memiliki riwayat keluarga adalah 63,2% dan pada kelompok yang
tidak memiliki riwayat keluarga adalah 36,5%. Hasil analisis statistik dengan
prevalence hipertensi pada kelompok ada riwayat keluarga dan tidak ada riwayat
Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara
status gizi dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.12.
Dari tabel 4.12. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada
kelompok yang obesitas adalah 67,4% dan pada kelompok yang tidak obesitas
diperoleh nilai p=0,000 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara status
gizi dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang
Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara
aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.13.
Dari tabel 4.13. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada
kelompok yang aktivitas fisiknya tidak cukup adalah 54,8% dan pada kelompok
yang aktivitas fisiknya cukup adalah 34,0%. Hasil analisis statistik dengan
yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence
hipertensi pada kelompok yang aktivitas fisiknya tidak cukup dan cukup adalah
Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara
kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.14.
Dari tabel 4.14. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada
kelompok yang memiliki status perokok kategori ringan adalah 40,0% dan pada
p=0,226 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status perokok
Dari tabel 4.15. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada
laki-laki adalah 53,3% dan pada kelompok yang tidak merokok adalah 25%. Hasil
artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok pada
yang pernah merokok (masih/sudah berhenti) dan tidak merokok pada laki-laki
Dari tabel 4.16. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada
perempuan adalah 42,9% dan pada kelompok yang tidak merokok adalah 43,8%.
pada kelompok yang pernah merokok (masih/sudah berhenti) dan tidak merokok
Kejadian Hipertensi
45,50%
Tidak Hipertensi
Hipertensi
54,50%
oleh gangguan pada pembuluh darah seperti gangguan elastisitas dan kekakuan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Manik, (2011) yang juga meneliti
61
yaitu 30,5%.
oleh Hafidz, dkk (2016) di wilayah kerja Puskesmas Petang Kabupaten Badung
Umur
70%
60,30%
60%
51,90%
48,10%
50%
39,70%
40%
Tidak Hipertensi
30% Hipertensi
20%
10%
0%
≥60 tahun <60 tahun
lebih tinggi pada kelompok umur ≥60 tahun yaitu 51,90% dari kelompok umur
nilai p=0,195 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan
kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok umur ≥60 tahun
dan <60 tahun adalah 1,308 (95% CI=0,869-1,967). Oleh karena terdapat nilai 1
usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik
terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor
risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia (Kaplan, 2006).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andria, K.M
prahipertensi yaitu sebesar 22,4%. Kemudian dari 54,2% orang yang mengalami
Jenis Kelamin
60% 56,40%
50,00% 50,00%
50%
43,60%
40%
10%
0%
Laki-laki Perempuan
lebih tinggi pada laki-laki yaitu 50,00% dari perempuan yaitu 43,60%. Kejadian
p=0,531 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
dan perempuan adalah 1,147 (95% CI=0,753-1,746). Oleh karena terdapat nilai 1
maka jenis kelamin bukan sebagai faktor risiko untuk terjadinya hipertensi.
Dari hasil penelitian ini didapatkan proporsi hipertensi pada laki laki lebih
lansia yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada lansia yang
yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17 orang. Hal ini mungkin dipengaruhi
oleh sampel pada penelitian ini yang 69,6% adalah perempuan, karena
Proporsi ini sedikit lebih rendah dibandingkan proporsi lansia yang berjenis
jenis kelamin dengan hipertensi (p= 0,979). Sejalan dengan penelitian Hafidz,dkk
(2016), dengan desain yang sama, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
Riwayat Hipertensi
70%
63,20% 63,50%
60%
50%
20%
10%
0%
Ada Tidak Ada
lebih tinggi pada kelompok yang memiliki riwayat keluarga yaitu 63,20% dari
kelompok yang tidak memiliki riwayat keluarga yaitu 36,50%. Hasil analisis
hipertensi.
Bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun
ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka
Pada penelitian ini juga dapat dilihat bahwa nilai RP = 1,731 (RP > 1),
dengn nilai CI 1,176-2,548 (tidak mencakup angka 1) yang artinya lansia yang
terjadinya hipertensi.
tahun 2013. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa hubungan antara faktor
keturunan dengan kejadian hipertensi pada lansia ada hubungan bermakna (p=
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitrina
Yossi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kebon Sikolos Kecamatan Padang
Panjang Barat tahun 2014. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa hubungan
antara faktor keturunan dengan kejadian hipertensi pada lansia ada hubungan
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Aripin tahun 2015. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
aktivitas fisik, merokok, dan riwayat penyakit dasar terhadap terjadinya hipertensi
Status Gizi
80%
67,40% 68,10%
70%
60%
50%
40% Tidak Hipertensi
32,60% 31,90%
Hipertensi
30%
20%
10%
0%
Obesitas Tidak Obesitas
lebih tinggi pada kelompok yang obesitas yaitu 67,40% dari kelompok yang tidak
obesitas yaitu 31,90%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-
square, diperoleh nilai p=0,000 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara
obesitas adalah 2,115 (RP > 1), dengan nilai CI (1,414-3,164) yang tidak
hasil bahwa ada hubungan antara status gizi dengan dan tekanan darah (p=0,000)
sedangkan dari 138 sampel yang berat badan lebih, sebanyak 128 sampel (92,8%)
hipertensi. Selanjutnya untuk 90 sampel yang masuk dalam klasifikasi status gizi
Aktivitas Fisik
70% 66%
60% 55,80%
50% 45,20%
40% 34%
Tidak Hipertensi
30% Hipertensi
20%
10%
0%
Tidak Cukup Cukup
lebih tinggi pada kelompok aktivitas fisik tidak cukup yaitu 55,80% dari
kelompok aktivitas fisik cukup yaitu 34%. Hasil analisis statistik dengan
yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence
hipertensi pada kelompok yang aktivitas fisiknya tidak cukup dan cukup adalah
tidak cukup dan melakukan aktivitas cukup adalah 1,613 (RP > 1) dengan nilai CI
yang tidak mencakupi angka 1, artinya lansia yang melakukan aktivitas fisik tidak
aktivitas fisik tidak cukup dengan kejadian hipertensi pada lansia ada hubungan
bermakna. Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung = 7,863 dengan
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arif, dkk di Pusling Desa
olahraga dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan hasil uji Chi Square
hasil yang sama yaitu adanya hubungan hipertensi pada lansia dengan aktivitas
fisik dengan nilai p=0,021 (p=0,021 ≤ 0,1). Begitu juga dengan penelitian yang
terjadinya hipertensi dibandingan aktivitas tinggi (OR: 2,72; 95% Cl: 1,14-6,47)
dan (OR; 22,66; 95% Cl: 6,84-75,13) untuk aktivitas fisik sedang dan ringan.
50%
40% 41,70%
40%
Tidak Hipertensi
30% Hipertensi
20%
10%
0%
Ringan Sedang+Berat
lebih tinggi pada kelompok yang status perokok kategori sedang+berat yaitu
58,30% dari kelompok yang status perokok kategori ringan yaitu 40%. Hasil
artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status perokok dengan
kejadian hipertensi.
adalah 0,686 (95% CI=0,364-1,293). Ratio Prevalence < 1, dengan nilai CI yang
mencakupi angka 1 maka lansia yang memiliki kebiasaan merokok bukan sebagai
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hafidz dkk (2016),
(p > 0,05), artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara merokok
60% 53,30%
50% 46,70%
20%
10%
0%
Pernah merokok (masih/sudah Tidak merokok
berhenti)
lebih tinggi pada kelompok pernah merokok (masih/sudah berhenti) yaitu 53,30%
dari kelompok tidak merokok yaitu 25%. Hasil analisis statistik dengan
merokok (masih/sudah berhenti) dan tidak merokok adalah 0,469 (95% CI=0,083-
2,644), artinya kebiasaan merokok pada laki-laki bukan faktor risiko kejadian
hipertensi.
dkk (2015), yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
Risiko ini terjadi akibat zat kimia beracun, misalnya nikotin dan karbon
monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat
50%
42,90% 43,80%
40%
10%
0%
Pernah merokok (masih/sudah Tidak merokok
berhenti)
lebih tinggi pada kelompok tidak merokok yaitu 43,80% dari kelompok pernah
merokok (masih/sudah berhenti) dan tidak merokok adalah 1,021 (95% CI=0,525-
1,986) artinya kebiasaan merokok pada perempuan bukan faktor risiko kejadian
hipertensi.
disebabkan karena beberapa hal yaitu: sampelnya pada penelitian ini sebagian
dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan subjek penelitian ini yang berjenis kelamin
6.1 Kesimpulan
umur ≥60 (51,9%), jenis kelamin laki-laki (50,0%), ada riwayat keluarga
6.1.3 Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian
6.1.4 Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan
6.1.6 Terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian
75
6.1.7 Terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian
6.1.8 Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status perokok dengan
6.1.9 Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok pada
6.1.10 Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok pada
6.2 Saran
6.2.1 Bagi lansia, terutama bagi lansia yang memiliki riwayat keluarga
darah lansia dapat tetap terkontrol, bagi lansia dengan obesitas dan
6.2.2 Bagi petugas posyandu lansia, perlu meningkatkan peran petugas dalam
Agoes, A; Agoes, A, dan Agoes, A., 2009. Penyakit di Usia Tua. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Andria, K.M., 2013. Hubungan Antara Perilaku Olahraga, Stress dan Pola
Makan dengan Tingkat Hipertensi pada Lanjut Usia di Posyandu
Lansia Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya.
Volume 1. No. 2, halaman 111–117.
Depkes RI., 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit
Hipertensi. Direktorat Pengendalian PTM, Jakarta.
77
Hayens, R.B; H Leenen, F.H, dan Soetrisno, Eddy., 2000. Buku Pintar
Menaklukkan Hipertensi. Penerjemah: Karyani, Dwi. Ladang Pustaka &
Intimedia, Jakarta.
Infodatin Kementrian Kesehatan RI., 2014. Infodatin Hipertensi. Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Jameson, J.L dan Loscalzo, J,. 2010. Harrison Nefrologi dan Gangguan Asam-
Basa. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Manampiring, A.E., 2008. Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah pada
Penduduk Usia 45 tahun ke Atas di Kelurahan Pakowa Kecamatan
Wanea Kota Manado. FK Universitas Sam Ratulangi, Manado
Marliani, L dan Tantan S., 2007. 100 Question & Answer Hipertensi. PT Elex
Media Komputindo, Jakarta.
_______; Widyastuti, R.H; Prio, A.Z; Bakar, H.A; Iskandar, A, dan Akhmadi.,
2010. Buku Panduan Kader Posbindu Lansia. CV. Trans Info Media,
Jakarta.
Morton, R., dkk. 2009. Panduan Studi Epidemiologi dan Biostatistika. Cetakan
1. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Palmer, A dan Bryan Williams., 2007. Simple Guide Tekanan Darah Tinggi.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Purwati, Susi; Salimar, dan Rahayu, Sri., 2003. Perencanaan Menu untuk
Penderita Darah Tinggi. PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Sheps, S.G dan Suci Centini., 2005. Mayo Clinic Tentang Tekanan Darah
Tinggi. Inovasi, Jakarta.
Soenardi, Tuti & Susirah Soetardjo., 2005. Hidangan Sehat untuk Penderita
Hipertensi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Medan, 2017
Peneliti
Medan, 2017
Responden
( )
Pertanyaan berikut adalah tentang waktu Anda yang biasa lakukan untuk
duduk di rumah, di tempat kerja, mengunjungi teman, membaca atau
berbaring melihat TV.
26. Dalam sehari, berapa lama (jam, ………. Jam/hari
menit) Anda biasa duduk di hari ………. Menit/hari
kerja?
27. Dalam sehari, berapa lama (jam, ………. Jam/hari
menit) Anda biasa duduk pada hari ………. Menit/hari
akhir pekan/ tidak bekerja ?
Riwayat Hipertensi
1. Apakah keluarga Anda (bapak/ibu/nenek/kakek) ada yang pernah menderita
hipertensi?
0. Tidak
1. Ada, sebutkan siapa yang menderita hipertensi? ________
No. NAMA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1. Naeman Erwin 2 1 47 1 5 4 2 32 18 576 2 2 2 2 1 2 2 2
2. H.Samidi 1 3 84 1 1 4 1 . . . . . 2 2 2 2 2 1
3. Suriman 1 2 67 1 2 4 2 49 12 588 2 2 2 2 2 2 2 2
4. Maria 2 1 50 2 5 4 1 . . . . . 2 3 1 2 2 2
5. Sarwani 1 2 67 1 3 4 1 . . . . . 1 1 1 2 2 2
6. Sunarsih 2 1 54 2 2 4 1 . . . . . 2 2 2 2 2 2
7. H.M Sujono 2 1 59 1 4 4 2 30 10 300 2 2 2 2 2 1 3 1
8. Bahder 1 2 63 1 4 5 2 43 3 129 1 1 2 3 1 2 2 2
9. Irawan 1 2 64 1 3 4 2 25 10 250 2 2 1 1 2 2 1 2
10. Poniah 2 1 49 2 4 5 1 . . . . . 2 2 1 2 2 1
11. Edward P 2 1 52 1 4 4 2 38 32 121 3 2 1 1 1 2 2 2
12. Nilawati 2 1 55 2 4 4 1 . . 6. . . 2 2 1 2 1 2
13. Misna 1 2 65 2 2 4 1 . . . . . 2 2 2 1 3 2
14. Zulfahmi 1 3 78 1 4 5 2 40 30 120 3 2 1 1 2 2 2 2
15. Sumarni 2 1 50 2 4 5 1 . . 0. . . 2 2 1 2 2 2
16. Basariah 1 2 69 2 1 5 2 30 2 60 1 1 1 1 2 1 3 2
17. Parida 2 1 57 2 2 5 1 . . . . . 2 3 1 1 3 2
18. Azhari 1 3 84 1 2 4 2 32 6 192 1 1 1 1 2 1 3 1
19. Mariana 2 1 58 2 1 5 1 . . . . . 1 1 1 1 3 1
20. Syarifah 1 2 60 2 2 4 1 . . . . . 2 2 2 2 2 2
21. Sinar 1 2 66 2 2 3 1 . . . . . 2 2 2 2 2 2
22. Elisabeth 2 1 52 2 4 5 1 . . . . . 2 2 2 2 2 2
Keterangan :
1 = Umur kategori (1) 10 = Hasil kali lama merokok x jumlah rokok yang dihisap (Indeks Brinkman)
2 = Umur kategori (2) 11 = Indeks Brinkman kategori (1)
3 = Umur 12 = Indeks Brinkman kategori (2)
4 = Jenis kelamin 13 = Aktivitas fisik kategori
5 = Pendidikan 14 = Aktivitas fisik
6 = Pekerjaan 15 = Riwayat hipertensi
7 = Kebiasaan merokok kategori 16 = Status gizi kategori
8 = Lama merokok (tahun) 17 = Status gizi
9 = Jumlah batang yang dihisap (batang) 18 = Status hipertensi
Analisis Univariat
Kejadian hipertensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hipertensi 51 45,5 45,5 45,5
Bukan hipertensi 61 54,5 54,5 100,0
Total 112 100,0 100,0
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 45-59 58 51,8 51,8 51,8
60-74 40 35,7 35,7 87,5
75-90 14 12,5 12,5 100,0
Total 112 100,0 100,0
Jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 34 30,4 30,4 30,4
Perempuan 78 69,6 69,6 100,0
Total 112 100,0 100,0
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tamat SD/ tidak
sekolah 15 13,4 13,4 13,4
SD 39 34,8 34,8 48,2
SMP 19 17,0 17,0 65,2
SMA 29 25,9 25,9 91,1
Akademi/Perguruan
Tinggi 10 8,9 8,9 100,0
Total 112 100,0 100,0
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PNS/TNI/Polri 4 3,6 3,6 3,6
Pegawai Swasta 9 8,0 8,0 11,6
Petani 7 6,3 6,3 17,9
Wiraswasta 38 33,9 33,9 51,8
Tidak bekerja/pensiunan 54 48,2 48,2 100,0
Total 112 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 38 33,9 33,9 33,9
Tidak ada 74 66,1 66,1 100,0
Total 112 100,0 100,0
Status gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Obesitas 43 38,4 38,4 38,4
Tidak obesitas 69 61,6 61,6 100,0
Total 112 100,0 100,0
Aktivitas fisik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak cukup 62 55,4 55,4 55,4
Cukup 50 44,6 44,6 100,0
Total 112 100,0 100,0
Aktivitas fisik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Aktivitas ringan 62 55,4 55,4 55,4
Aktivitas sedang 43 38,4 38,4 93,8
Aktivitas berat 7 6,3 6,3 100,0
Total 112 100,0 100,0
Kebiasaan merokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak merokok 68 60,7 60,7 60,7
Pernah Merokok
(masih/sudah 44 39,3 39,3 100,0
berhenti)
Total 112 100,0 100,0
Indeks Brinkman
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ringan 20 45,5 45,5 45,5
Sedang 15 34,1 34,1 79,5
Berat 9 20,5 20,5 100,0
Total 44 100,0 100,0
Crosstabs
Umur * Kejadian Hipertensi Crosstabulation
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,677(b) 1 ,195
Continuity Correction(a) 1,222 1 ,269
Likelihood Ratio 1,681 1 ,195
Fisher's Exact Test ,255 ,135
Linear-by-Linear
Association 1,662 1 ,197
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,59.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for Umur (>=60 / <60)
1,639 ,775 3,468
For cohort Status hipertensi =
Hipertensi 1,308 ,869 1,967
For cohort Status hipertensi = Bukan
hipertensi ,798 ,564 1,128
Bukan
Hipertensi hipertensi Hipertensi
Jenis kelamin Laki-laki Count 17 17 34
Expected Count 15,5 18,5 34,0
% within Jenis kelamin 50,0% 50,0% 100,0%
% within Status hipertensi 33,3% 27,9% 30,4%
% of Total 15,2% 15,2% 30,4%
Perempuan Count 34 44 78
Expected Count 35,5 42,5 78,0
% within Jenis kelamin 43,6% 56,4% 100,0%
% within Status hipertensi 66,7% 72,1% 69,6%
% of Total 30,4% 39,3% 69,6%
Total Count 51 61 112
Expected Count 51,0 61,0 112,0
% within Jenis kelamin 45,5% 54,5% 100,0%
% within Status hipertensi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 45,5% 54,5% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,392(b) 1 ,531
Continuity Correction(a) ,176 1 ,674
Likelihood Ratio ,392 1 ,531
Fisher's Exact Test ,544 ,337
Linear-by-Linear
Association ,389 1 ,533
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,48.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for Jenis kelamin (Laki-laki
/ Perempuan) 1,294 ,577 2,902
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 7,202(b) 1 ,007
Continuity Correction(a) 6,166 1 ,013
Likelihood Ratio 7,242 1 ,007
Fisher's Exact Test ,009 ,006
Linear-by-Linear
Association 7,137 1 ,008
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,30.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for Riwayat hipertensi
(Ada / Tidak ada) 2,984 1,326 6,718
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 13,505(b) 1 ,000
Continuity Correction(a) 12,110 1 ,001
Likelihood Ratio 13,718 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
Association 13,385 1 ,000
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,58.
Risk Estimate
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 4,846(b) 1 ,028
Continuity Correction(a) 4,043 1 ,044
Likelihood Ratio 4,899 1 ,027
Fisher's Exact Test ,036 ,022
Linear-by-Linear
Association 4,803 1 ,028
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22,77.
Risk Estimate
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,467(b) 1 ,226
Continuity Correction(a) ,825 1 ,364
Likelihood Ratio 1,475 1 ,225
Fisher's Exact Test ,364 ,182
Linear-by-Linear
Association 1,433 1 ,231
N of Valid Cases 44
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.
Risk Estimate
N of Valid Cases 44
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,133(b) 1 ,287
Continuity Correction(a) ,283 1 ,595
Likelihood Ratio 1,180 1 ,277
Fisher's Exact Test ,601 ,301
Linear-by-Linear
1,100 1 ,294
Association
N of Valid Cases 34
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,00.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for Kebiasaan merokok
(Tidak merokok / Pernah merokok ,292 ,027 3,133
(masih/sudah berhenti))
For cohort Status hipertensi = Hipertensi ,469 ,083 2,644
For cohort Status hipertensi = Tidak
1,607 ,812 3,182
Hipertensi
N of Valid Cases 34
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,004(b) 1 ,951
Continuity Correction(a) ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,004 1 ,951
Fisher's Exact Test 1,000 ,596
Linear-by-Linear
,004 1 ,952
Association
N of Valid Cases 78
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,10.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for Kebiasaan merokok
(Tidak merokok / Pernah merokok 1,037 ,322 3,335
(masih/sudah berhenti))
For cohort Status hipertensi = Hipertensi 1,021 ,525 1,986
For cohort Status hipertensi = Tidak
,984 ,596 1,627
Hipertensi
N of Valid Cases 78