Anda di halaman 1dari 123

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2017

Faktor-Faktor yang Berhubungan


dengan Hipertensi pada Lansia di
Posyandu Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas PB Selayang II Kecamatan
Medan Selayang

Asari, Hazellarissa Valda

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1503
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI
PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PB SELAYANG II KECAMATAN
MEDAN SELAYANG

SKRIPSI

OLEH
HAZELLARISSA VALDA ASARI
NIM : 131000516

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI
PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PB SELAYANG II KECAMATAN
MEDAN SELAYANG

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu


syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
HAZELLARISSA VALDA ASARI
NIM : 131000516

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul


“FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI
PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PB SELAYANG II KECAMATAN MEDAN SELAYANG” ini
beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap
menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemungkinan
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau
klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.

Medan, Oktober 2017


Penulis

Hazellarissa Valda Asari

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Scanned by CamScanner
ABSTRAK

Hipertensi merupakan “silent killer” sehingga menyebabkan fenomena


gunung es. Prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Riskesdas
pada tahun 2013 mencatat prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8%.
Sedangkan di Sumatera Utara, dari 10 jenis penyakit tidak menular diketahui
bahwa prevalensi hipertensi menduduki peringkat tertinggi kedua dengan
prevalensi 9,4% setelah penyakit sendi yang mempunyai prevalensi 11,9%
(Riskesdas dalam Angka Provinsi Sumatera Utara 2013).
Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia
di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II dilakukan
penelitian survei analitik melalui pendekatan cross-sectional. Populasi adalah
semua lansia yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II. Sampel
adalah lansia yang berkunjung di 9 posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas
PB Selayang II pada yang berjumlah 112 lansia. Data yang dikumpulkan adalah
data primer dari hasil wawancara langsung dengan reponden menggunakan
kuesioner. Analisis data dilakukan dengan univariat dan bivariat (uji Chi-square).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh prevalence rate hipertensi 45,5%,
proporsi responden hipertensi tertinggi pada kelompok umur ≥60 (51,9%), jenis
kelamin laki-laki (50,0%), ada riwayat keluarga (63,2%), obesitas (67,4%),
aktivitas fisik tidak cukup (55,8%), status perokok kategori sedang+berat
(58,30%), merokok pada laki-laki (53,3%), dan merokok pada perempuan
(42,9%). Hasil analisis bivariat terdapat 3 variabel yang mempunyai hubungan
signifikan dengan hipertensi yaitu riwayat keluarga (p=0,007; RP=1,731), status
gizi (p=0,000; RP=2,115) dan aktifitas fisik (p=0,028; RP=1,613).
Bagi lansia yang memiliki riwayat keluarga hipertensi sebaiknya
melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin dan lansia dengan obesitas dan
aktifitas fisik yang tidak teratur sebaiknya menjaga berat badan yang ideal dan
melakukan aktifitas fisik yang teratur. Bagi petugas posyandu lansia, perlu
meningkatkan peran dalam membimbing lansia untuk pemeriksaan rutin tentang
faktor-faktor risiko hipertensi pada lansia, sehingga lansia dapat mencegah faktor-
faktor risiko tesebut.

Kata kunci : Hipertensi, Lanjut usia, Posyandu Lansia

iii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Hypertension is a silent killer causing an iceberg phenomenon. The


prevalence of hypertension increased with increasing age. Health Research
Association (Riskesdas) in 2013 showed the prevalence of hypertension in
Indonesia reached 25,8%. While in North Sumatera, from 10 non-communicable
diseases it is known that hypertension prevalence is the second highest with 9,4%
prevalence after joint disease which has 11,9% ( Riskesdas in a Number of
Province North Sumatra 2013).
To determine factors associated with elderly hypertension in Elderly
Integrated Service Post at the Work Area of Public Health Center PB Selayang II
conducted an analytic survey research by using cross sectional approach. The
population is all elderly who live in Integrated Service Post at the Work Area of
Public Health Center PB Selayang II. The sample is elderly who visit 9 Elderly
Integrated Service in amounting to 112 people. The data collected is primary data
from direct interview with respondents using questionnaire. The data analysis
done by univariate and bivariate (Chi-square test).
Based on the results of the research shown that point prevalence rate of
hypertension was 45,5%, the highest proportion of hypertension of the
respondents at the category ages of ≥60 years old (51,9%), male gender (50%),
family history (63,2%), nutritional status (67,4%), inadequate physical activity
(55,8%), medium to heavy smoking status (58,30%), smoking by male (53,3%)
and smoking by female (42,9%). The results of bivariate analysis shown that 3
variables had a significant association with the elderly hypertension, i.e. history
of family (p=0,007 RP=1,731), nutritional status (p=0,000; RP=2,115), and
physical activities (p=0,028; RP=1,613).
For elderly who has a family history of hypertension should do regular
blood test and elderly with obesity and irregular physical activity should maintain
ideal body weight and perform regular physical activity. For elderly Integrated
Service Post officers, it is necessary to increase the role in guiding the elderly for
routine examination of risk factors of hypertension in the elderly, so that the
elderly can prevent these risk factors.

Keywords: Hypertension, Elderly, Elderly Integrated Service Post

iv

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat

dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia di Posyandu

Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan

Selayang”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang ditetapkan untuk

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan berbagai pihak, baik secara moril, maupun materil. Untuk itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Departemen Epidemiologi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. drh. Rasmaliah, M.Kes selaku dosen pembimbing I, Drs. Jemadi, M.Kes

selaku dosen pembimbing II, dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes, Ph.D

selaku dosen penguji I, dan drh. Hiswani, M.Kes, selaku dosen penguji II

yang telah meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, saran, dan

bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Umi Salmah, S.K.M, M.Kes, selaku dosen pembimbing akademik.

Universitas Sumatera Utara


6. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

7. dr. Hj. Zainab Mahyuni selaku Kepala Puskesmas PB Selayang II, dr. Zulheri

selaku Kepala Puskesmas Pembantu Tanjung Sari, dan dr. Novelina Siagian

selaku Kepala Puskesmas Pembantu Asam Kumbang, yang telah

mengizinkan penulis melakukan penelitian di masing-masing posyandu lansia

di Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

8. dr. Evalina Sitorus, M.Kes, Nelly Barus, S.Kep, Ners selaku pemegang

program lansia di Puskesmas PB Selayang II, Suhati selaku pemegang

program lansia di Puskesmas Pembantu Tanjung Sari, dan Riahta Bangun

selaku pemegang program lansia di Puskesmas Pembantu Asam Kumbang.

9. Vivi Evawani Butar-butar selaku KTU, Naomi Hayati, S.K.M selaku

pemegang program Penyakit Tidak Menular, dan Yanti Maia Barunea selaku

pemegang SP2TP.

10. Para kader posyandu lansia yang telah membantu penulis dalam melakukan

penelitian.

11. Keluarga tercinta, Papa Drs. H. Asari, M.Pd dan Mama Dra. Hj. Elya

Chandra, juga kepada ketiga adik, Honest Vania Asari, Stacia Stella Ulima

Asari, dan Muhammad Syuja Multazam Asari, yang senantiasa mendoakan,

memberikan kasih sayang, dan memotivasi penulis selama perkuliahan dan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat terbaik, Lia Arsyina, Nadhiratul Syaputri, Dwi Damayanti, Aisah

Tanjung, Famy Bisawqi, Tia Safitri, Elvi Rahmi, Leli Fatimah, Tiara Pratiwi,

Ribka Valentina, Christina Sitorus, Deo Doharna, Ikbal Malau, Kristian

vi

Universitas Sumatera Utara


Zendrato, Nurjannah, Anggi Osyka, Dika Ginting, Arum Puspita, Nisa

Rifianda, dan teman-teman seperjuangan Peminatan Epidemiologi angkatan

2013 yang selalu memberikan bantuan, semangat, dan saran kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Responden yang telah bersedia meluangkan waktunya dan bersedia untuk

diwawancarai.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyajian skripsi ini.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan

kesempurnaan skripsi ini, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya

kepada kita semua dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para

pembaca.

Medan, Oktober 2017


Penulis

Hazellarissa Valda Asari

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................................. iii
ABSTRACT................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................... v
DAFTAR ISI.............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................... 5
1.3.2. Tujuan Khusus............................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 7


2.1 Pengertian Tekanan Darah dan Hipertensi ............................................... 7
2.1.1 Pengertian Tekanan Darah ............................................................. 7
2.1.2 Pengertian Hipertensi ..................................................................... 7
2.2 Lanjut Usia ............................................................................................... 9
2.2.1 Pengertian Lansia ........................................................................... 9
2.2.2 Karakteristik Lansia ....................................................................... 11
2.2.3 Tipe Lansia ..................................................................................... 12
2.2.4 Kesehatan Lansia............................................................................ 13
2.3 Posyandu Lansia ....................................................................................... 14
2.3.1 Pengertian Posyandu Lansia .......................................................... 14
2.3.2 Tujuan Posyandu lansia .................................................................. 15
2.3.3 Sasaran Posyandu lansia................................................................. 15
2.3.4 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia........................................ 15
2.3.5 Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia.......................................... 16
2.4 Patofisiologi Hipertensi pada Lansia ........................................................ 17
2.5 Klasifikasi Hipertensi ............................................................................... 18
2.5.1 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan JNC-VII ................................. 18
2.5.2 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan WHO ..................................... 19
2.5.3 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Derajat Kerusakan Organ ...... 19
2.6 Jenis Hipertensi ........................................................................................ 21
2.6.1 Hipertensi Berdasarkan Faktor Penyebabnya ................................ 21
2.6.2 Hipertensi Berdasarkan Gangguan Tekanan Darah ....................... 22
2.6.3 Hipertensi Berdasarkan Beratnya Atau Tingginya Peningkatan
Tekanan Darah ............................................................................... 22
viii

Universitas Sumatera Utara


2.7 Gejala Hipertensi ...................................................................................... 22
2.8 Komplikasi Hipetensi ............................................................................... 23
2.9 Epidemiologi Hipertensi .......................................................................... 26
2.9.1 Distribusi Penderita Hipertensi ....................................................... 26
2.9.2 Determinan Penderita Hipertensi .................................................... 29
2.10 Pencegahan Hipertensi ............................................................................ 36
2.10.1 Pencegahan Primordial ................................................................. 36
2.10.2 Pencegahan Primer ....................................................................... 37
2.10.3 Pencegahan Sekunder ................................................................... 37
2.10.4 Pencegahan Tersier ....................................................................... 38
2.11 Kerangka Konsep ................................................................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 40


3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 40
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 40
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................. 40
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 42
3.5 Definisi Operasional.................................................................................. 43
3.6 Metode Analisa Data ................................................................................. 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................... 47


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 47
4.2 Analisis Univariat ....................................................................................... 49
4.2.1 Kejadian Hipertensi .......................................................................... 49
4.2.2 Karakteristik Lansia .......................................................................... 50
4.2.3 Riwayat Keluarga ............................................................................. 51
4.2.4 Status Gizi ........................................................................................ 52
4.2.5 Aktivitas Fisik .................................................................................. 52
4.2.6 Kebiasaan merokok .......................................................................... 53
4.3 Analisis Bivariat ......................................................................................... 54
4.3.1 Hubungan Umur dengan Kejadian Hipertensi.................................. 54
4.3.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi .................... 55
4.3.3 Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi .............. 55
4.3.4 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi ......................... 56
4.3.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi ................... 57
4.3.6 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi .......... 57

BAB V PEMBAHASAN .......................................................................................... 61


5.1 Prevalence Rate Hipertensi Lansia ............................................................. 61
5.2 Analisis Bivariat ......................................................................................... 62
5.2.1 Hubungan Umur dengan Kejadian Hipertensi.................................. 62
5.2.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi .................... 64
5.2.3 Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi .............. 65
5.2.4 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi ......................... 67
5.2.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi ................... 69
5.2.6 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi .......... 71
ix

Universitas Sumatera Utara


5.2.7 Hubungan Kebiasaan Merokok pada laki-laki dengan Kejadian
Hipertensi ......................................................................................... 72
5.2.8 Hubungan Kebiasaan Merokok pada perempuan dengan Kejadian
Hipertensi ......................................................................................... 73

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 75


6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 75
6.2 Saran ........................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 77

LAMPIRAN
1. Kuesioner
2. Master Data
3. Output Data
4. Surat Izin Penelitian
5. Surat Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia................................................. 15

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7 ............................................ 18

Tabel 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah Pada Usia Dewasa ....................................... 19

Tabel 2.4 Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan Kerusakan Organ .................... 20

Tabel 2.5 Jenis Aktivitas Fisik dalam METs .......................................................... 34

Tabel 3.1 Jumlah Lansia per Posyandu Lansia ....................................................... 42

Tabel 4.1 Jumlah Kunjungan 10 Penyakit Terbesar di Wilayah Kerja Puskesmas


PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2016 ...................... 49

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Kejadian Hipertensi pada Lansia di Posyandu


Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II .................................. 49

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Karakteristik Lansia di Posyandu Lansia Wilayah


Kerja Puskesmas PB Selayang II ............................................................ 50

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Riwayat Keluarga pada Lansia di Posyandu Lansia
Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II .............................................. 52

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Status Gizi pada Lansia di Posyandu Lansia
Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II ............................................. 52

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Aktivitas Fisik pada lansia di Posyandu Lansia
Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II .............................................. 53

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Kebiasaan Merokok pada Lansia di Posyandu


Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II .................................. 53

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Lansia yang Pernah Merokok (Masih/Sudah


Berhenti) berdasarkan Indeks Brinkman di Posyandu Lansia Wilayah
Kerja Puskesmas PB Selayang II ............................................................ 54

Tabel 4.9 Tabulasi Silang antara Umur dengan Kejadian Hipertensi Lansia di
Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II ................. 55

Tabel 4.10 Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi
Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang
II ............................................................................................................ 55

xi

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.11 Tabulasi Silang antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian
Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB
Selayang II ............................................................................................ 56

Tabel 4.12 Tabulasi Silang antara Obesitas dengan Kejadian Hipertensi Lansia
di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II ........... 57

Tabel 4.13 Tabulasi Silang antara Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi
Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang
II ............................................................................................................ 57

Tabel 4.14 Tabulasi Silang antara Status Perokok dengan Kejadian Hipertensi
Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang
II ............................................................................................................ 58

Tabel 4.15 Tabulasi Silang antara Kebiasaan Merokok pada Laki-laki dengan
Kejadian Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Puskesmas PB Selayang II .................................................................... 59

Tabel 4.16 Tabulasi Silang antara Kebiasaan Merokok pada Perempuan dengan
Kejadian Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Puskesmas PB Selayang II .................................................................... 59

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ................................................................................... 39

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ............................................................................... 39

Gambar 5.1 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kejadian Hipertensi di


Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Kecamatan Medan Selayang .............................................................. 61

Gambar 5.2 Hubungan Umur dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di


Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Kecamatan Medan Selayang .............................................................. 62

Gambar 5.3 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia
di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Kecamatan Medan Selayang .............................................................. 64

Gambar 5.4 Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi pada


Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang
II Kecamatan Medan Selayang ........................................................... 65

Gambar 5.5 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di
Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Kecamatan Medan Selayang .............................................................. 67

Gambar 5.6 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia
di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Kecamatan Medan Selayang .............................................................. 69

Gambar 5.7 Hubungan Status Perokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia
di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Kecamatan Medan Selayang .............................................................. 71

Gambar 5.8. Hubungan Kebiasaan Merokok pada laki-laki dengan Kejadian


Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang................... 72

Gambar 5.9. Hubungan Kebiasaan Merokok pada perempuan dengan Kejadian


Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang................... 73

xiii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Hazellarissa Valda Asari dilahirkan pada tanggal 12

April 1995 di Padang Panjang, Sumatera Barat. Beragama Islam, anak pertama

dari empat bersaudara dari pasangan Drs. H. Asari, M.Pd dan Dra. Hj. Elya

Chandra. Alamat penulis Jl. H. Abdullah, Lubuk Sikaping, Sumatera Barat.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis, dimulai dari pendidikan SD

Negeri 06 Pauh Lubuk Sikaping (2001-2007), MTs Negeri Lubuk Sikaping

(2007-2010), SMA Negeri 1 Lubuk Sikaping (2010-2013), dan S1 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (2013-2017).

xiv

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa Indonesia yang sementara membangun dirinya dari suatu negara

agraris yang sedang berkembang menuju masyarakat industri banyak memberi

andil terhadap pola fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi yang pada gilirannya

dapat memicu peningkatan penyakit tidak menular. Perubahan pola penyakit

menular ke penyakit tidak menular ini lebih dikenal dalam sebutan transisi

epidemiologi (Bustan, 2007).

Transisi epidemiologi sangat dipengaruhi oleh transisi demografi, sebab

dalam salah satu tahap transisi demografi terjadi proses pertumbuhan rendah yang

mengakibatkan mortalitas dan fertilitas relatif stabil, kadang fertilitas lebih rendah

dari mortalitas sehingga pertumbuhan negatif (Rajab,W 2008).

Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksi akan meningkat

cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. Indonesia

sebagai salah satu negara berkembang juga akan mengalami ledakan jumlah

penduduk lansia, kelompok umur 0-14 tahun dan 15-49 tahun berdasarkan

proyeksi 2010-2035 menurun. Sedangkan kelompok umur lansia berdasarkan

proyeksi 2010-2035 terus meningkat (Buletin Lansia, Kemenkes, 2012).

Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi demografi

dan transisi teknologi telah mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit

menular menjadi menjadi penyakit tidak menular (PTM) meliputi penyakit

1
Universitas Sumatera Utara
2

degeneratif dan man made disease yang merupakan faktor utama masalah

morbiditas dan mortalitas (Rahajeng, E dan Tumimah, 2009).

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di

dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan

oleh Penyakit Tidak Menular. Peningkatan kejadian PTM berhubungan dengan

peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup seiring dengan

perkembangan dunia yang makin modern, pertumbuhan populasi dan peningkatan

usia harapan hidup (Buletin Penyakit Tidak Menular, Kemenkes, 2012).

Sedangkan menurut laporan WHO tahun 2014, PTM menyebabkan

kematian pada 40 juta orang setiap tahunnya, setara dengan 70% dari seluruh

jumlah kematian secara global (WHO, 2014).

Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius

adalah hipertensi. Hipertensi merupakan “silent killer” sehingga menyebabkan

fenomena gunung es. Prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia.

Kondisi patologis ini jika tidak mendapatkan penanganan secara cepat dan secara

dini maka akan memperberat risiko (Wahyuningsih dan Astuti, 2013).

Berdasarkan laporan WHO tahun 2013, hipertensi bertanggungjawab atas

sekitar 45% kematian akibat jantung iskemik dan 51% kematian akibat stroke

(WHO, 2013). Pada tahun 2015, kematian yang disebabkan oleh jantung iskemik

dan stroke meningkat menjadi 54% (dari 56.4 juta kematian di dunia) (WHO,

2017).

Universitas Sumatera Utara


3

Bedasarkan data WHO pada tahun 2014 terdapat sekitar 600 juta penderita

hipertensi di seluruh dunia. Prevalensi tertinggi terjadi di wilayah Afrika yaitu

sebesar 30%. Prevalensi terendah terdapat di wilayah Amerika sebesar 18%.

Hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak,

hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan

primer kesehatan (Infodatin Hipertensi, 2014). Riskesdas pada tahun 2013

mencatat prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8 %, dengan prevalensi

tertinggi terdapat di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan

(30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).

Prevalensi hipertensi pada lansia menurut hasil Rikesdas 2013 mulai dari

lansia dan lansia tua berturut-turut adalah pada pada kelompok umur 55-64

sebesar 45,6%, pada kelompok umur 65-74 sebanyak 58,9% dan pada kelompok

umur >75 tahun sebesar 62,6%.

Berdasarkan Riskesdas dalam Angka Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

yang merujuk hasil Riskesdas 2013 di Sumatera Utara, dari 10 jenis penyakit

tidak menular diketahui bahwa prevalensi hipertensi menduduki peringkat

tertinggi kedua dengan prevalensi 9,4% setelah penyakit sendi yang mempunyai

prevalensi 11,9%. Prevalensi hipertensi tertinggi di Kota Gunungsitoli 13,3% dan

terendah di Kabupaten Labuhan Batu Selatan yaitu 2,5%.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yulia (2010) di Posyandu

Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung tahun 2010, diperoleh

distribusi proporsi hipertensi sebesar 35,58% atau sebanyak 37 orang dari 104

lansia. Proporsi hipertensi lansia tertinggi pada kelompok umur 60-74 tahun

Universitas Sumatera Utara


4

(57,70%). Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Manik (2011),

diperoleh distribusi proporsi hipertensi sebesar 30,50% atau sebanyak 32 orang

dari 105 lansia. Proporsi hipertensi lansia tertinggi juga pada kelompok umur 60-

74 tahun (57,10%).

Di Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan,

hipertensi menduduki peringkat ke empat (7,9%) dari sepuluh penyakit terbesar

pada tahun 2016 dengan kunjungannya sebesar 400 kunjungan.

Berdasarkan laporan bulanan posyandu lansia bulan Maret 2017 diketahui

bahwa ada 174 lansia yang berkunjung ke posyandu lansia (28 orang dari

Posyandu Lansia Mekar I, 18 orang dari Posyandu Lansia Mekar II, 17 orang dari

Posyandu Lansia Mawar, 22 orang dari Posyandu Lansia Lingkungan 12, 18

orang dari Posyandu Lansia Lingkungan 7/8, 20 dari Posyandu Lansia Beringin,

16 orang dari Posyandu Lansia Asoka, 18 orang dari Posyandu Lansia Nusa

Indah, dan 17 orang dari Posyandu Lansia Palem). Proporsi penderita hipertensi

pada lansia yang berkunjung selama bulan Maret 2017 adalah 42,53% (74 orang

dari 174 orang).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia di Wilayah

Kerja Puskesmas PB Selayang II.

Universitas Sumatera Utara


5

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan penelitian

ini adalah “Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi

pada lansia di posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas PB Selayang II

Kecamatan Medan Selayang.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia

di Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui Prevalence Rate (PR) hipertensi pada lansia di wilayah kerja

Puskesmas PB Selayang II.

b. Mengetahui distribusi proporsi lansia berdasarkan umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, riwayat keluarga, status gizi, aktivitas fisik, dan kebiasaan

merokok di Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II.

c. Mengetahui hubungan umur dengan hipertensi pada lansia di Wilayah Kerja

Puskesmas PB Selayang II.

d. Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan hipertensi pada lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II.

e. Mengetahui hubungan riwayat keluarga dengan hipertensi pada lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II.

f. Mengetahui hubungan status gizi dengan hipertensi pada lansia di Wilayah

Kerja Puskesmas PB Selayang II.

Universitas Sumatera Utara


6

g. Mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan hipertensi pada lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II.

h. Mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan hipertensi pada lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II.

i. Mengetahui Ratio Prevalence (RP) hipertensi pada lansia di Wilayah Kerja

Puskesmas PB Selayang II.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas PB Selayang II tentang penyakit

hipertensi, agar dapat mengambil tindakan yang diperlukan untuk

mengurangi kejadian hipertensi dengan mengendalikan faktor risiko pada

penderita.

b. Memberikan informasi bagi keluarga yang mempunyai lansia yang menderita

hipertensi tentang upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah ataupun

menanggulangi hipertensi, sehingga dampak hipertensi tidak semakin berat

bagi penderita.

c. Bagi penulis sendiri adalah untuk menambah wawasan mengenai hipertensi

dan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tekanan Darah dan Hipertensi

2.1.1 Pengertian Tekanan Darah

Menurut Aris Sugiharto (2007) yang dikutip Masriadi (2016) bahwa

tekanan darah adalah suatu tekanan darah yang mengalir dalam pembuluh darah

untuk beredar ke seluruh tubuh membawa oksigen dan zat yang dibutuhkan tubuh

agar dapat hidup dan melaksanankan tugasnya.

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan darah ketika bersirkulasi

di dalam pembuluh darah. Jantung adalah pompa muskular yang menyuplai

tekanan untuk menggerakkan darah. Pembuluh darah memiliki dinding yang

elastis dan memiliki ketahanan yang kuat. Oleh karena itu, di dalam sistem itu di

antara denyut jantung ada tekanan (Hayens, R.B dkk, 2000).

Terdapat dua macam kelainan tekanan darah, antara lain dikenal sebagai

hipertensi atau tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah. Pada

umumnya yang lebih banyak dihubungkan dengan kelainan tekanan darah adalah

hipertensi, sedangkan hipotensi sering kali dihubungkan dengan kasus syok

(Masud, Ibnu. 1989).

2.1.2 Pengertian Hipertensi

Menurut Masriadi (2016) yang mengutip pendapat Sheps, S.G (2005)

menyatakan bahwa hipertensi adalah penyakit dengan tanda adanya gangguan

tekanan darah sistolik maupun diastolik yang naik di atas tekanan darah normal.

Tekanan darah sistolik (angka atas) adalah tekanan puncak yang tercapai ketika

Universitas Sumatera Utara


8

jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan

darah sistolik dicatat apabila terdengar bunyi pertama pada alat pengukur tekanan

darah. Tekanan darah diastolik (angka bawah) diambil ketika tekanan jatuh ke

titik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali. Tekanan darah

diastolik dicatat apabila bunyi tidak terdengar.

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang akan memberi

gejala lanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung

koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertropi ventrikel kiri / left

ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang

berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa

kematian yang tinggi ( Bustan, M.N, 2015).

Definisi hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90

mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan

cukup istirahat/tenang ( Infodatin Hipertensi, 2014).

Hipertensi bearti terjadi peningkatan secara abnormal dan terus menerus

tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan

sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal

(Hayens, R.B dkk, 2000).

Sedangkan menurut Jain (2011), yang dikutip Masriadi (2016), hipertensi

merupakan salah satu penyakit degeneratif yang banyak terjadi dan mempunyai

tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan

produktivitas seseorang. Hipertensi (tekanan darah tinggi) bearti meningkatnya

Universitas Sumatera Utara


9

tekanan darah secara tidak wajar dan terus menerus karena rusaknya salah satu

atau beberapa faktor yang berperan mempertahankan tekanan darah tetap normal.

Sedangkan menurut Agoes, Azwar dkk, (2009) hipertensi atau penyakit

“darah tinggi”, merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan

darah baik secara lambat atau mendadak (akut). Tekanan darah tinggi adalah salah

satu penyebab utama terjadinya cacat fisik atau kematian akibat stroke, serangan

jantung, kegagalan fungsi jantung, dan gagal ginjal (Sheps, S.G, 2005).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu

periode. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut

dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti,W.J, 2011).

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah

meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih

keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika

dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama

organ-organ vital seperti jantung dan ginjal (Riskesdas, 2013).

2.2 Lanjut Usia

2.2.1 Pengertian Lansia

Menurut Constantinides (1994) yang dikutip oleh Sunaryo dkk (2015),

pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara

pelahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang terjadi.

Universitas Sumatera Utara


10

Oleh karena itu, dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi

metabolik dan struktural yang disebut penyakit degenaratif yang menyebabkan

lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono,

1999 dalam Suryono dkk 2015).

Berdasarkan pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) yang dikutip

Suryono dkk (2015), batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia

sebagai berikut:

1. Menurut Undang-Undang No 13 tahun 1998 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi

“Lansia usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke

atas”.

2. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi

empat kriteria berikut: usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut

usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia

sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.

3. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) tersebar empat fase, yaitu: pertama

(fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun,

ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65

hingga tutup usia.

4. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age) :

>65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi

menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun)

very old (>80 tahun) (Effendi, 2009).

5. Lima klasifikasi pada lansia (Maryam, dkk, 2008):

Universitas Sumatera Utara


11

1. Pralansia (prasenilia)

2. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3. Lansia risiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang berusia 60

tahun atau lebih degan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)

4. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan / atau kegiatan yang

dapat menghasilkan barang / jasa (Depkes RI, 2003)

5. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung

pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003)

2.2.2 Karakteristik Lansia

Menurut Budi Anna Keliat (1999) yang dikutip Maryam (2008), lansia

memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Berusia 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang

Kesehatan.

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari

kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga

kondisi maladaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

Universitas Sumatera Utara


12

2.2.3 Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,

lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam

Maryam, 2008). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan

zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,

dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari

pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,

tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.

4. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan

melakukan pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingan diri, minder, menyesal, pasif,

dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen

(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan tipe serius, tipe

Universitas Sumatera Utara


13

pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe

putus asa (benci pada diri sendiri).

Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandirianya yang dinilai berdasarkan

kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz),

para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri

sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri

dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia

panti wreda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan

mental.

2.2.4 Kesehatan Lansia

Fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif

(penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut.

Selain itu masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan

terkena infeksi penyakit menular. Penyakit tidak menular pada lansia di antaranya

hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau rematik. Sedangkan

penyakit menular yang diderita adalah tuberkulosis, diare, pneumonia, dan

hepatitis (Buletin Lansia, 2013).

Faktor yang juga mempengaruhi kondisi fisik dan daya tahan tubuh lansia

adalah pola hidup yang dijalaninya sejak usia balita. Pola hidup yang kurang sehat

berdampak pada penurunan daya tahan tubuh, masalah umum yang dialami adalah

rentannya terhadap berbagai penyakit (Buletin Lansia, 2013).

Universitas Sumatera Utara


14

Perjalanan dan penampilan serta sifat penyakit pada lanjut usia berbeda

dengan yang terdapat pada populasi lain. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa

penyakit pada lanjut usia sebagai berikut (Nugroho, 2008):

1. Penyakit bersifat multipatologis/penyakit lebih dari satu.

2. Bersifat degeneratif, saling terkait, dan silent.

3. Mengenai multi-organ/multisistem.

4. Gejala penyakit muncul tidak jelas/tidak khas.

5. Penyakit bersifat kronis dan cenderung menimbulkan kecacatan lama

sebelum meninggal.

6. Sering terdapat polifarmasi dan iatrogenik.

7. Biasanya juga mengandung komponen psikologis dan sosial.

8. Lanjut usia lebih sensitif terhadap penyakit akut.

2.3 Posyandu Lansia

2.3.1 Pengertian Posyandu Lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia

lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh

masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu

lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan

kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas

dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat, dan

organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Sunaryo dkk, 2015).

Universitas Sumatera Utara


15

2.3.2 Tujuan posyandu lansia

Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar adalah: Pertama,

meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga

terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia. Kedua,

mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta

dalam pelayanan kesehatan di samping meningkatkan komunikasi antara

masyarakat usia lanjut (Sunaryo dkk, 2015).

2.3.3 Sasaran Posyandu lansia

Sasaran posyandu lansia meliputi sasaran langsung dan sasaran tidak

langsung. Sasaran langsung adalah prausia lanjut (45-59 tahun), usia lanjut (60-69

tahun), dan usia lanjut risiko tinggi, yaitu lebih dari 70 tahun atau usia lanjut

berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. Sasaran tidak langsung

adalah keluarga di mana usia lanjut berada, masyarakat tempat lansia berada,

organisasi sosial, petugas kesehatan, dan masyarakat luas (Sunaryo dkk, 2015).

2.3.4 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Menurut R.Siti Maryam dkk (2010), ada lima mekanisme dalam kegiatan

kesehatan posbindu dengan sistem 5 meja, yaitu:

Tabel 2.1 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia


Meja Kegiatan Sarana Pelaksana
I Pendaftaran Meja, kursi, alat tulis, Kader
buku register dan
buku pencatatan
kegiatan, KMS
II Pencatatan ADL, Meja, kursi, alat tulis, Kader
penimbangan BB, dan KMS, timbangan,
pengukuran TB meteran

III Pengukuran TD, Meja, kursi, alat tulis, Petugas


pemeriksaan kesehatan, KMS, stetoskop, kesehatan (bisa

Universitas Sumatera Utara


16

dan status mental tensimeter dibantu kader)


IV Pemeriksaan Gula darah, kolesterol, Petugas
asam urat, dan lain- kesehatan (bisa
lain dibantu kader)
V Penyuluhan, konseling Meja, kursi, alat tulis, Petugas
KMS, leaflet, poster kesehatan/kader

2.3.5 Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia

Terdapat beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan

posyandu. Pertama, pengetahuan lansia yang yang rendah tentang manfaat

posyandu. Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari

pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan

posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup

sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada

mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat yang

menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi

mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.

Kedua, jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit

dijangkau. Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau

posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena

penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau

lokasi posyandu ini berhubnungan denagan faktor keamanan atau keselamatan

bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi

posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius,

maka hal ini data mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan

Universitas Sumatera Utara


17

posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari

terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.

Ketiga, kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun

mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu. Dukungan keluarga sangat

berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan

posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu

menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu,

mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu

mengatasi segala permasalahan bersama lansia.

Keempat, sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian

pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapann

atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang

baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang

diadakan posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah

suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek. Kesiapan merupakan

kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila

individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.

2.4 Patofisiologi Hipertensi pada Lansia

Dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh

darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan

pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran

plague yang menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan

kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang

Universitas Sumatera Utara


18

akhirnya dekompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang

memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Bustan,

2007).

Hipertensi pada usia lanjut adalah hipertensi sistolik terisolasi (isolated

systolic hypertension) dimana terdapat kenaikan tekanan tekanan darah sistolik

disertai penurunan tekanan darah diastolik, yang disebabkan adanya perubahan di

dalam struktur pembuluh darah utama, yang menjadi kurang elastis dan kaku.

Pada kondisi ini penigkatan TDS disebabkan oleh kekakuan dinding arteri dan

elastisitas aorta yang berkurang. Kekakuan dinding pembuluh darah menyebabkan

penyempitan pembuluh darah, sehingga aliran darah yang dialirkan ke jaringan

dan organ-organ tubuh menjadi berkurang. Akibatnya terjadi peningkatan tekanan

darah sistolik agar aliran darah ke jaringan dan organ-organ tubuh tetap

mencukupi (Kaplan, 2006).

2.5 Klasifikasi Hipertensi

2.5.1 Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC-VII

Berikut ini adalah klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC-VII (The Joint

National Committee On Prevention, Detection Evaluation and Treatment Of High

Blood Preassure (JNC 7) (Masriadi, 2016).

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7


Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal <120 <80
Prahipertensi 120-139 80-90
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 >160 >100

Universitas Sumatera Utara


19

2.5.2 Klasifikasi hipertensi berdasarkan WHO

WHO menggunakan tekanan diastolik sebagai bagian tekanan yang

dipakai dalam kriteria diagnosis dan klasifikasi. Tekanan darah manusia meliputi

tekanan darah sistolik, tekanan darah waktu jantung menguncup dan tekanan

darah diastolik yakni tekanan darah waktu jantung istirahat. Pentingnya perhatian

terhadap diastolik dalam manajemen hipertensi berkaitan dengan lebih tinginya

prevalensi hipertensi diastolik dibandingkan dengan prevalensi sistolik sehingga

diastolik sangat penting dalam menegakan diagnosis hipertensi. Diastolik dapat

digunakan dalam pengukuran keberhasilan pengobatan hipertensi dan menjadi

pegangan dalam melakukan prognosis serta pedoman dalam evaluasi atau

pengontrolan pengobatan (Bustan, 2007).

Tabel 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah Pada Usia Dewasa


Kategori Sistolik Diastolik
Normal 120-30 80-85
Normal tinggi 130-135 85-90
Hipertensi stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi stadium 2 160-179 100-109
Hipertensi stadium 3 >180 >110

2.5.3 Klasifikasi hipertensi berdasarkan derajat kerusakan organ

Adanya kerusakan organ memberi tanda adanya peningkatan risiko

kardiovaskular pada semua aras tekanan darah. Penggolongan hipertensi

berdasarkan derajat kerusakan organ menggunankan tahapan untuk menunjukkan

meningkatnya keparahan penyakit seiring dengan waktu (Laporan Komisi Pakar

WHO, 2001).

Universitas Sumatera Utara


20

Tabel 2.4 Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan Kerusakan Organ


Tahap I Tidak ada manifestasi perubahan organ
Tahap II Sekurang-kurangnya terdapat salah satu dari manifestasi
keterlibatan organ berikut:

Hipertropi bilik jantung kiri (dideteksi dengan


radiogram, elektrokardiogram, ekokardiogram)

Penyempitan arteri retina secara umum dan fokus

Mikro-albuminuria, proteinuria dan/atau sedikit


peningkatan konsentrasi kreatinin plasma (1,2-2,0 mg/dl)

Bukti ultrasonografi atau radiologi tentang adanya plak


aterosklerosis ( dalam aorta atau carotid, arteri ilium atau
femur)
Tahap III Gejala dan tanda sama –sama sudah tampak akibat kerusakan
organ, antara lain:

Jantung
Angina pectoris
Infark myokard
Gagal jantung

Otak
Stroke
Serangan iskemia sesaat
Enselopati hipertensi
Demensia vascular

Fundus optic
Perdarahan dan eskudat retina dengan atau tanpa edema
papila (ciri-ciri ini merupakan penanda penyakit fase ganas
atau dipercepat)

Ginjal
Konsentrasi kreatinin plasma > 2,0 mg/dl)
Gagal ginjal

Pembuluh
Aneurisme diseksi
Penyakit oklusi arteri simptomatik

Sumber:Komisi Pakar Organisasi Kesehatan Dunia mengenai Hipertensi Arteri dan


Pedoman 1993 untuk pengelolaan hipertensi ringan

Universitas Sumatera Utara


21

2.6 Jenis Hipertensi

2.6.1 Hipertensi berdasarkan faktor penyebabnya

a. Hipertensi Primer (Esensial)

Budiyanto (2002) dalam Masriadi (2016) mengatakan bahwa hipertensi

esensial merupakan salah satu faktor risiko penting untuk terjadinya penyakit

cerebrovasculer dan penyakit jantung koroner. Hipertensi esensial merupakan

etiologi kesakitan dan kematian yang cukup banyak dalam masyarakat. Bila

dilihat presentase kasus hipertensi secara keseluruhan, maka hipertensi esensial

meliputi kurang lebih 90-95% dan lainnya adalah kasus hipertensi sekunder.

Menurut Rinawang (2011) yang dikutip Masriadi (2016), hipertensi

esensial adalah penyakit multifaktoral yang timbul terutama karena interaksi

antara faktor risiko tertentu. Faktor utama yang berperan dalam patofisiologi

hipertensi adalah interaksi faktor gentik dan faktor lingkungan. Hipertensi primer

ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol.

b. Hipertensi Non Esensial (Sekunder)

Aris Sugiarto (2007) dalam Masriadi (2016) menyatakan bahwa hipertensi

sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering

berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner,

diabetes, dan kelainan sistem saraf pusat.

Menurut Masriadi (2016) yang mengutip pendapat Sunardi (2000)

menyatakan bahwa hipertensi yang disebabkan kelainan organ tubuh lain

kejadiannya mencapai 10%, misalnya penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit

Universitas Sumatera Utara


22

pembuluh darah dan sebagainya, yang memerlukan pemeriksaan khusus agar

dapat ditentukan penyebabnya.

2.6.2 Hipertensi berdasarkan gangguan tekanan darah (Bustan, 2015).

a. Hipertensi sistolik ; peninggian tekanan darah sistolik saja.

b. Hipertensi diastolik ; peninggian tekanan diastolik.

2.6.3 Hipertensi berdasarkan beratnya atau tingginya peningkatan tekanan

darah (Bustan, 2015).

a. Hipertensi ringan

b. Hipertensi sedang

c. Hipertensi berat

2.7 Gejala Hipertensi

Hipertensi biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan rutin.

Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah. Biasanya penyakit ini

tidak memperlihatkan gejala, meskipun beberapa pasien melaporkan nyeri kepala,

lesu, pusing, pandangan kabur, muka yang terasa panas atau telinga mendenging

(Agoes, A dkk, 2009).

Hipertensi sering terjadi bersamaan dengan ketegangan mental, stress, dan

gelisah. Gelisah berkepanjangan atau kronis, atau mudah tersinggung sering

ditemukan pada pengidap hipertensi. Di pihak lain, enselopati hipertensi sering

menimbulkan gejala mengantuk, kebingungan, gangguan penglihatan, mual, dan

muntah (Agoes, A dkk, 2009).

Pada hipertensi sekunder, akibat penyakit lain, seperti tumor

(freomositoma) terdapat keringat berlebihan. Peningkatan frekuensi denyut

Universitas Sumatera Utara


23

jantung, rasa cemas yang hebat, dan penurunan berat badan. Sebaliknya pada

sindrom Cushing, terjadi pertambahan berat badan, lesu, pertumbuhan rambut

abnormal di tubuh, dan pada wanita menstruasi dapat terhenti dan terbentuk garis-

garis pigmentasi di dinding perut. Hiperparatiroidisme dengan peningkatan kadar

kalsium akan menimbulkan gejala berupa lesu, peningkatan berkemih, konstipasi

atau pembentukan batu ginjal (Agoes, A dkk, 2009).

Sedangkan menurut Sidabutar, R.P (1990) dalam Roslina (2008) yang

menyebutkan bahwa hasil survey hipertensi di Indonesia dengan keluhan di

antaranya: Pusing, mudah marah, sukar tidur, telinga berdengung, sesak nafas,

rasa berat di tengkuk, rasa mudah lelah, mata berkunang - kunang. Gejala lain

akibat komplikasi hipertensi seperti gangguan penglihatan, gangguan neurologi,

gejala payah jantung dan gejala akibat perdarahan pembuluh darah otak yang

berupa kelumpuhan, gangguan penglihatan, gangguan kesadaran bahkan sampai

koma.

Menurut Palmer (2007), bila tekananan darah tidak terkontrol dan menjadi

sangat tinggi, (keadaan ini disebut hipertensi berat atau hiertensi maligna), maka

mungkin akan timbul gejala seperti pusing, pandangan kabur, sakit kepala

kebingungan, mengantuk, sulit bernapas.

2.8 Komplikasi Hipetensi

Tekanan darah tinggi perlu dikendalikan karena bersama berlalunya

waktu, kekuatan berlebihan pada dinding arteri dapat sangat membahayakan

banyak organ-organ vital pada tubuh. Umumnya, semakin tinggi tekanan darah

Universitas Sumatera Utara


24

atau semakin tak terkontrol, semakin parah kerusakan yang terjadi (Sheps, S.G,

2005).

Menurut Susalit (2001) yang dikutip Masriadi (2016) tekanan darah tinggi

dalam jangka panjang waktu lama akan merusak endhotel arteri dan mempercepat

arterioklorosis. Bila penderita memiliki faktor risiko kardiovaskuler lain, maka

akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskulernya

tersebut. Menurut studi Farmingham, pasien dengan hipertensi mempunyai

peningkatan risiko bermakna untuk penyakit jantung koroner, stroke, penyakit

arteri perifer dan gagal jantung.

Sedangkan Suhardjono (2006) dalam Masriadi (2016) menyatakan

hipertensi yang tidak dapat diobati akan mempengaruhi semua sistim organ dan

akhirnya akan memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun.

1. Gagal jantung.

Gagal jantung adalah istilah untuk suatu keadaan di mana secara progresif

jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara efisien. Jika

fungsinya semakin buruk, maka akan timbul tekanan balik dalam sistem sirkulasi

yang menyebabkan kebocoran cairan dari kapiler terkecil paru. Hal ini akan

menimbulkan sesak napas dan pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki

(Palmer, A dkk, 2007).

Penyakit jantung adalah kausa tersering kematian pada pasien hipertensi.

Penyakit jantung hipertensif terjadi karena adaptasi struktural dan fungsional yang

menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri, disfungsi diastolik, GJK, kelainan aliran

Universitas Sumatera Utara


25

darah karena penyakit aterosklerotik arteri koronaria dan penyakit mikrovaskular,

serta aritmia jantung (Jameson, J. Larry dan Loscalzo, Joseph, 2010).

2. Ginjal

Ginjal bertugas menyaring zat sisa dari darah dan menjaga keseimbangan

cairan dan kadar garam dalam tubuh. Gagal ginjal timbul bila kemampuan ginjal

dalam membuang zat sisa dan kelebihan air berkurang. Kondisi ini cenderung

bertambah buruk setiap tahunnya. Penyakit gagal ginjal kronik biasanya berakhir

pada keadaan yang disebut gagal ginjal stadium terminal. Keadaan ini bersifat

fatal kecuali bila penderitanya menjalani dialisis (fungsi ginjal dalam menyaring

darah digantikan oleh mesin) atau transplantasi ginjal. Ginjal secara intrinsik

berperan dalam pengaturan tekanan darah, dan inilah sebabnya mengapa tekanan

darah tinggi dapat menyebabkan penyaakit ginjal dan demikian pula sebaliknya

(Palmer, A dkk, 2007).

3. Otak

Komplikasinya berupa stroke dan serangan iskhemik. Stroke dapat timbul

akibat pendarahan tekanan darah tinggi di otak, akibat emboli yang terlepas dari

pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada

hipertensi kronik apabila arteri yang mempengaruhi otak mengalami hipertrofi

dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah yang diperdarahi berkurang. Arteri

otak yang mengalami arterosklorosis dapat melemah sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentuknya anurisma (Rinawang, 2011 dalam Masriadi 2016).

Hipertensi adalah suatu faktor risiko penting untuk infark dan perdarahan

otak. Sekitar 85% stroke disebabkan oleh infark dan sisanya disebabkan oleh

Universitas Sumatera Utara


26

perdarahan, baik perdarahan intraserebral maupun perdarahan subaraknoid. Pada

orang berusia >65 tahun, insiden stroke meningat progresif seiring dengan

peningkatan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik (Jameson, J.Larry dan

Loscalzo, Joseph, 2010).

4. Mata

Tekanan darah tinggi mempercepat penuaan normal dari pembuluh darah

halus di dalam mata. Di dalam kasus-kasus yang berat, hal ini bahkan dapat

menyebabkan hilangnya penglihatan. Tekanan darah tinggi juga dapat

menyebabkan pembuluh darah halus di dalam retina robek dan membocorkan

darah serta cairan (lain) ke jaringan disekitarnya. Pada kasus-kasus berat, syaraf

yang membawa sinyal-sinyal penglihatan dari retina ke otak (syaraf optik)

mungkin mengalami pembengkakkan. Ini dapat mengarah pada kebutaan (S.G,

Sheldon 2005).

Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di mata

sehingga menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yang sensitif

terhadap cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vaskular retina. Penyakit ini dapat

menyebabkan kebutaan dan merupakan indikator awal penyakit jantung (Palmer,

A dkk, 2007).

2.9 Epidemiologi Hipertensi

2.9.1 Distribusi Penderita Hipertensi

a. Distribusi Penderita Hipertensi berdasarkan Orang

Menurut WHO, prevalensi tekanan darah yang meningkat adalah tertinggi

di Afrika, di mana itu adalah 46% untuk kedua jenis kelamin. Baik pria maupun

Universitas Sumatera Utara


27

wanita memiliki tingkat tinggi tekanan darah yang meningkat di wilayah Afrika,

dengan tingkat prevalensi lebih dari 40%. Prevalensi terendah tekanan darah yang

meningkat adalah di Amerika di 35% untuk kedua jenis kelamin. Pria di wilayah

ini memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan perempuan (39% untuk

pria dan 32% untuk perempuan). Di seluruh dunia, pria memiliki prevalensi

sedikit lebih tinggi dari tekanan darah yang meningkat dibandingkan perempuan.

Perbedaan ini secara statistik signifikan hanya di Amerika dan Eropa (WHO,

2013).

Hipertensi sering ditemukan pada usia lanjut. Menurut batasan hipertensi

yang dipakai sekarang ini, diperkirakan 23% wanita dan 14% pria yang berusia

lebih dari 65 tahun menderita hipertensi (Purwati, Susi, dkk. 2003). Peningkatan

tekanan sistolik (>160/80) terjadi pada 8% dari mereka yang berusia 60 sampai 69

tahun, 11% dari mereka yang berusia 70 tahun hingga 79 tahun dan 22% dari

mereka yang berusia 80 tahun.(Hayens, B dkk, 2003). Hipertensi pada usia lanjut

perempuan mempunyai prevalensi yang tinggi, yaitu 63% pada usia 60-79 tahun

dan 74% pada usia lebih 80 tahun (Kaplan, 2006).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 yang diselenggarakan

Kementerian Kesehatan menunjukkan, prevalensi hipertensi hampir sama pada

laki-laki dan perempuan, yaitu laki-laki sebesar 31,3% dan 31,9% pada

perempuan. Berdasarkan hasil Riskesdas Balitbangkes tahun 2007, hipertensi

tampak meningkat sesuai peningkatan umur responden. Prevalensi hipertensi pada

responden yang berumur 45-54 tahun (42,40%), 55-64 tahun (53,70%), 65-74

tahun (63,50%), dan >75 tahun (67,30%) (Riskesdas, 2007).

Universitas Sumatera Utara


28

b. Distribusi Penderita Hipertensi berdasarkan Tempat

Data menunjukkan 80% kematian akibat hipertensi terjadi di negara

berkembang. Sekitar 54% penyakit stroke dan 47% penyakit jantung di dunia

disebabkan oleh hipertensi, sedangkan lebih dari sepertiga kematian pada negara-

negara pendapatan rendah di Eropa dan Asia Sentral disebabkan oleh tekanan

darah yang tinggi (Kaplan, 2006).

Saat ini terdapat kecenderungan pada masyarakat perkotaan lebih banyak

menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain

dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan

dengan risiko hipertensi seperti stres, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga,

merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya. Perubahan

gaya hidup seperti perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang

mengandung banyak lemak, protein, dan garam tinggi tetapi rendah serat pangan,

membawa konsekuensi sebagai salah satu faktor berkembangnya penyakit

degeneratif seperti hipertensi (Sugiharto, A, 2007).

Salah satu penelitian mengemukakan bahwa masyarakat perkotaan

mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dibandingkan masyarakat pedesaan.

Hal ini mungkin dapat dikaitkan dengan stress psikososial yang lebih besar pada

masyarakat perkotaan dibanding pedesaan (Soenardi, Tuti & Susirah Soetardjo,

2005).

Hasil Riskesdas yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan

Pengembangan Depkes RI pada tahun 2013 menunjukkan secara nasional, 5

Provinsi dengan prevalensi hipertensi pada penduduk umur >18 tahun tertinggi

Universitas Sumatera Utara


29

adalah Bangka Belitung (30,9%), Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur

(29,6%), Jawa Barat (29,4%), Gorontalo (29,4%) (Riskesdas, 2013).

c. Distribusi Penderita Hipertensi berdasarkan Waktu

Berdasarkan peringkat 10 besar PTM yang menyebabkan rawat jalan di

rumah sakit di Indonesia tahun 2009 dan tahun 2010, Hipertensi esensial (primer)

menduduki peringkat ke-4, dengan persentase 3,81% pada tahun 2009 meningkat

menjadi 3,93% pada tahun 2010. Berdasarkan peringkat 10 besar PTM penyebab

rawat inap terhadap seluruh pasien keluar (hidup dan mati) di rumah sakit tahun

2009 dan tahun 2010, Hipertensi esensial (primer) menduduki peringkat ke-1,

dengan persentase 4,19% pada tahun 2009 meningkat menjadi 4,39% pada tahun

2010 (Buletin Penyakit Tidak Menular, Kemenkes, 2012).

2.9.2 Determinan Penderita Hipertensi

a. Umur

Tekanan darah tinggi sangat sering terjadi pada orang berusia lebih dari 60

tahun karena tekanan darah secara alami cenderung meningkat seiring

bertambahnya usia. (Palmer dkk, 2007). Akibat pertambahan umur dan proses

penuaan, serabut kolagen di pembuluh darah dan dinding arteriol bertambah

sehingga dinding pembuuh tersebut mengeras. Dengan berkurangnya elastisitas

ini, daerah yang dipengaruhi tekanan sistolik akan menyempit sehingga tekanan

darah rata-rata meningkat (Agus, A dkk, 2010). Lima puluh enam persen pria dan

52% wanita yang berusia lebih dari 65 tahun menderita tekanan darah tinggi (S.G,

Sheldon 2005).

Universitas Sumatera Utara


30

b. Jenis kelamin

Di kalangan orang dewasa muda dan setengah baya, para pria lebih

cenderung terkena tekanan darah tinggi daripada wanita. Belakangan, hal

sebaliknya-lah yang terjadi setelah berusia kira-kira 50 tahun, ketika kebanyakan

wanita telah mencapai menopause, tekanan darah tinggi menjadi lebih umum

ditemukan pada wanita daripada pria (S.G, Sheldon 2005).

c. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga yang menunjukkan adanya tekanan darah yang meninggi

merupakan faktor risiko paling kuat bagi seseorang untuk mengidap hipertensi di

masa datang. (Laporan Komisi Pakar WHO, 2001). Penelitian menunjukkan

bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih mendekati tekanan darah

orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah (Palmer dkk, 2007).

Tekanan darah tinggi cenderung diwariskan di dalam keluarga. Jika salah

seorang dari orangtua mengidap tekakan darah tinggi, maka akan seseorang akan

mempunyai peluang sebesar kira-kira 25% untuk mewarisinya. Jika ibu maupun

ayah mempunyai tekanan darah tinggi, maka peluang untuk tekena penyakit ini

meningkat menjadii kira - kira 60% (S.G, Sheldon 2005).

d. Obesitas

Obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan

lemak tubuh yang berlebih, sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal

dan dapat membahayakan kesehatan (Irwan, 2016).

Obesitas berisiko terhadap munculnya berbagai penyakit jantung dan

pembuluh darah. Disebut obesitas apabila melebihi Body Mass Index (BMI) atau

Universitas Sumatera Utara


31

Indeks Massa Tubuh (IMT). BMI untuk orang Indonesia adalah 25. BMI ini

menggambarkan jumlah lemak dalam tubuh. BMI memberikan gambaran tentang

risiko kesehatan yang berhubungan dengan berat badan. Body Mass Indeks (BMI)

dapat diketahui dengan membagi berat badan dengan tinggi badan (Marliani, L

dkk, 2007).

Rumus BMI:

Secara umum, populasi kita cenderung semakin kelebihan berat badan. Hal

ini merupakan hal yang tidak sehat karena berbagai macam alasan. Berkaitan

dengan tekanan darah, secara umum semakin tinggi berat badan, semakin tinggi

pula tekanan darah (Palmer dkk, 2007).

Semakin besar massa tubuh yang dimiliki, semakin banyak darah yang

dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi kepada jaringan tubuh. Itu bearti

bahwa volume darah yang diedarkan melalui pembuluh darah meningkat,

menciptakan kekuatan tambahan pada dinding-dinding arteri (S.G, Sheldon 2005).

e. Pola makan

Makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan darah.

Menerapkan pola makan yang rendah lemak jenuh, kolesterol, dan total lemak

serta kaya akan buah, sayur, serta produk susu rendah lemak telah terbukti secara

klinis dapat menurunkan tekanann darah (Palmer dkk, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Adriaansz, P. N dkk (2016),

konsumsi makanan tinggi natrium dapat mempengaruhi kenaikan tekanan darah

Dilihat dari hasil penelitian 30 responden dengan konsumsi makanan asin lebih

mengalami hipertensi dan hanya ada 1 responden yang tidak hipertensi. Menurut

Universitas Sumatera Utara


32

Soeharto (2002), faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah yaitu

pengobatan yang teratur dan pengontrolan tekanan darah secara teratur. Hasil

penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian WHO (2000) bahwa konsumsi garam

berlebih memiliki efek langsung terhadap tekanan darah. Menurut Blood Pressure

UK (2008), peningkatan tekanan darah akibat mengkonsumsi terlalu banyak

garam atau natrium secara terus menerus dapat berakibat fatal untuk arteri

(Adriaansz, P. N, dkk 2016).

f. Aktivitas fisik

Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih

cepat dan otot jantung juga harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.

Semakin keras dan sering jantung memompa, semakin besar pula kekuatan yang

mendesak arteri (S.G, Sheldon 2005).

Orang yang bergaya hidup tidak aktif akan lebih rentan terhadap tekanan

darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk

tubuh dan berat badan , tetapi juga dapat menurunan tekanan darah. Jenis latihan

yang dapat mengontrol tekanan darah adalah berjalan kaki, bersepeda, berenang,

aerobik (Palmer dkk, 2007).

Cara pengukuran aktivitas fisik berdasarkan pendapat Arifin (2015) yang

mengutip dari (Craig, dkk., 2003; IPAQ group, 2002; Wolin, dkk., 2008; Harvard

Publication Health, 2009), dengan menggunakan International Physical Activity

Questionnaire (IPAQ) merupakan salah satu jenis kuesioner yang dapat

digunakan untuk mengukur aktivitas fisik seseorang. IPAQ berisikan pertanyaan

Universitas Sumatera Utara


33

yang meliputi jenis, durasi dan frekuensi seseorang melakukan aktivitas fisik

dalam jangka waktu tertentu misalkan dalam 7 hari terakhir.

Berbagai jenis aktivitas fisik tersebut dikelompokkan menjadi tiga

tingkatan yaitu aktivitas ringan, aktivitas sedang dan aktivitas berat. Pengukuran

aktivitas fisik dapat dilakukan dengan cara mengukur banyaknya energi yang

dikeluarkan untuk aktivitas setiap menitnya.

Metode IPAQ memiliki kelebihan yaitu memiliki ketelitian yang tinggi

dan juga mudah di gunakan khususnya pada responden dewasa. Sebagai standar

yang dipakai adalah banyaknya energi yang dikeluarkan tubuh dalam keadaan

istirahat duduk yang dinyatakan dalam satuan METs (Metabolic Equivalent Task).

Satu METs diartikan sebagai energi yang dikeluarkan per menit/kg BB orang

dewasa (1 METs = 1.2 kkal/menit). IPAQ menetapkan skor aktivitas fisik dengan

rumus:
METs/minggu = METs Level (jenis aktivitas) x Jumlah menit aktivitas
x Jumlah hari/minggu.

Kategori aktivitas fisik menurut IPAQ adalah total energi yang

dikeluarkan dalam aktivitas fisik dalam satu minggu (7 hari) terakhir, dikatakan

aktivitas ringan jika kurang dari 600 METs/minggu, aktivitas sedang jika sebesar

antara 600 – 1500 METs/minggu, sedangkan aktivitas berat jika lebih dari 1500

METs/minggu.

Tabel. 2.5 Jenis Aktivitas Fisik Dalam METs


Jenis aktivitas METs
Berdiri, Membaca, berbicara di telepon, Duduk di kelas, belajar, 1,3
mencatat di kantor, di tempat kerja, menaiki kendaraan 1,5
1,8
Berjalan perlahan-lahan (< 2 mph), pekerjaan kantor, petugas toko, 2
bermain alat musik. bekerja sambil berdiri (perakitan).

Universitas Sumatera Utara


34

Memasak, belanja, mendorong kereta dorong anak, berjalan dengan 2,5


rata-rata kecepatan 2 – 2,5 mph, menari lambat, bekerja di
perikanan.
Mengepel lantai, mencuci mobil, mencuci pintu rumah, menyapu di 3
rumah, memetik buah dan sayuran di kebun, merawat pasien,
mengemudikan mobil (kendaraan bermotor), melakukan pekerjaan
ringan sambil berdiri (merakit, mengelas), mengangkat barang
ringan < 10 kg.
Berjalan cepat (3 mph), menari cukup cepat. 3,5
Pekerjaan berat di halaman atau berkebun, bersepeda santai (< 10 4
mph), menyapu rumput, penyiangan taman di halaman. Menyiang
tanaman padi, menanam padi di sawah, mengangkat barang cukup
berat (10 – 25 kg), menaiki tangga atau memanjat pohon.
Berenang lambat, menari cepat. 4,5
Tenis ganda, bulu tangkis ganda, sepak bola, membawa benda 5
sangat berat > 25 kg, menggali, pertukangan bangunan, memotong
rumput dengan tangan (mencari rumput). memotong kayu.
Jogging lambat, menyekop tanah/pasir, mencangkul, membajak 6-8
sawah, mendayung atau kayak, beberapa latihan aparatur (TNI,
Polri), hiking.
Bersepeda 10 – 16 mph, berenang cukup cepat, senam aerobik, tenis 7-12
single, bulu tangkis single.
Jogging cepat (12 menit/mil) 8
Berjalan 6 mph (10 menit/mil) 10
Berjalan 8 mph (7,5 menit/mil) 13,5
Berjalan 10 mph (6 menit/mil) 16

g. Merokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap

melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel

pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan

darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok

dengan adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga

meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot

jantung.Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan

risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri (Depkes, 2006).

Universitas Sumatera Utara


35

Merokok dapat meningkatkan tekanan darah secara temporer, yakni

tekanan darah sistolik yang naik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah diastolik

naik sekitar 8 mmHg. Kenaikan tekanan darah itu terjadi saat sedang merokok dan

sesaat setelah merokok selesai. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini

sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin

perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan.

Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang

hari (Hayens, 2006).

Derajat berat merokok dapat dinilai menggunakan indeks Brinkman. Nilai

indeks Brinkman didapat dari hasil perkalian antara jumlah batang rokok rata-rata

yang dihisap dalam sehari dikalikan lama merokok dalam tahun. Klasifikasi berat

merokok dengan indeks Brinkman adalah : (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,

2003)

 Ringan : 0-199

 Sedang : 200-599

 Berat : 600

Menurut penelitian Leffondre dkk mengenai model-model riwayat

merokok, status merokok dapat dibagi menjadi never smoker dan ever smoker.

Never smoker adalah orang yang selama hidupnya tidak pernah merokok (Indeks

Brinkman 0). Ever smoker adalah seseorang yang mempunyai riwayat merokok

sedikitnya satu batang tiap hari selama sekurang-kurangnya satu tahun baik yang

masih merokok ataupun yang sudah berhenti (Leffondre dkk, 2002).

Universitas Sumatera Utara


36

h. Stress

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam,

rasa takut, dan rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan

hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat,

sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan

berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan atau perubahan

patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag

(Depkes, 2006).

Stres juga sangat erat hubungannya dengan hipertensi. Stres merupakan

masalah yang memicu terjadinya hipertensi di mana hubungan antara stres dengan

hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat

menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stres yang

berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun

hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih

tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan

pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Andria

K.E, 2013).

2.10 Pencegahan Hipertensi

2.10.1 Pencegahan Primordial

Pencegahan Primordial adalah usaha pencegahan predisposisi terhadap

hipertensi, belum terlihat faktor yang menjadi risiko penyakit hipertensi. Contoh :

adanya peraturan pemerintah membuat peringatan agar tidak mengonsumsi rokok,

Universitas Sumatera Utara


37

dan melakukan senam kesegaran jasmani untuk menghindari terjadinya hipertensi

(Ismayadi, 2012).

2.10.2 Pencegahan Primer

Pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi

faktor risiko hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi, melalui promosi

kesehatan seperti diet yang sehat dengan cara makan cukup sayur-buah, rendah

garam dan lemak, rajin melakukan aktivitas dan tidak merokok (Ginting, F, 2013).

Tujuan pencegahan primer adalah untuk menghindari terjadinya penyakit.

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan mengadakan penyuluhan dan promosi

kesehatan, menjelaskan dan melibatkan individu untuk mencegah terjadinya

penyakit melalui usaha tindakan kesehatan gizi seperti melakukan pengendalian

berat badan, pengendalian asupan natrium dan alkohol serta penghilangan stres

(Ismayadi, 2012).

2.10.3 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk mejadikan orang yang sakit

menjadi sembuh, menghindarkan komplikasi, dan kecacatan akibatnya. Misalnya

mengukur tekanan darah secara rutin dan skreening. Pencegahan sekunder juga

dapat dilakukan terapi nonfarmakologis seperti menejemen stres dengan relaksasi,

pengurangan berat badan dan berhenti merokok (Yulia, 2011).

Dikutip dari Roslina (2008) oleh Sidabutar R.P.(1990), Untuk menegakkan

diagnosa hipertensi dapat diperoleh dari data anamnese penderita, pemeriksaan

tekanan darah secara akurat yang dilakukan setelah cukup istirahat 5-10 menit.

Pemeriksaan yang lebih teliti pada target organ untuk menilai komplikasi dan

Universitas Sumatera Utara


38

pemeriksaan laboratorium sebagai data pendukung seperti pemeriksaan gula,

urine kalium dalam darah dan kreatinin pemeriksaan laboratorium ini juga

diperlukan untuk mengikuti perkembangan pengobatan dan untuk menilai

kemungkinan dari efek samping yang timbul.

2.10.4 Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih

berat atau kematian. Upaya yang dilakukan pada pencegahan tersier ini yaitu

menurunkan tekanan darah sampai batas yang aman dan mengobati penyakit yang

dapat memperberat hipertensi (Manik, 2011).

Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari

komplikasi yang lebih lanjut serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan

memperpanjang lama ketahanan hidup (Ginting, F, 2013).

Universitas Sumatera Utara


39

Kerangka Teori

Hipertensi

Kecepatan Jumlah darah yang Tahanan perifer


denyut jantung dipompakan jantung

1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Genetik
4. Suku
5. Obesitas
6. Merokok
7. Aktivitas olahraga
8. Pola makan
9. Konsumsi alkohol

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Basha (2004), Palmer (2005)

2.11 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori tersebut, maka dapat dirumuskan kerangka

konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen
1. Karakteristik
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan
Variabel Dependen
Pekerjaan
2. Riwayat keluarga
3. Status Gizi
Kejadian Hipertensi

4. Aktivitas fisik
5. Kebiasaan merokok

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Observasional Analitik menggunakan Desain

Cross Sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sembilan posyandu lansia yang berada di

wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II, Kecamatan Medan Selayang,

Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan penyakit hipertensi merupakan

salah satu penyakit dalam 10 besar penyakit pada Laporan SP2TP Puskesmas PB

Selayang II Medan Selayang pada tahun 2016 dan belum pernah dilakukan

penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia

yang berkunjung di Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Medan Selayang.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Oktober 2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang tinggal di wilayah

kerja Puskesmas PB Selayang II.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang berkunjung di 9 posyandu

lansia di wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II.

40

Universitas Sumatera Utara


41

Besar sampel yang akan digunakan dalam peneltian ini dihitung dengan

rumus estimasi berikut: (Lemeshow, 1997)

√ ( ) √ ( )
( )

Keterangan:

n = Besar sampel minimum

Z1-α/2 = Nilai distribusi normal baku pada CI 95 % (5 % = 1,96)

Z1-β = Nilai distribusi normal baku pada CI 90% (10 % = 1,28)

Po = Proporsi hipertensi pada lansia tahun 2013= 62,01% (Siringoringo, 2013)

Pa = Taksiran proporsi sesungguhnya

Pa - Po = Taksiran Selisih Proporsi (15%)

( √ ( ) √ ( ))
( )

( )
( )

( )
( )

Berdasarkan perhitungan estimasi proporsi di atas, sampel minimum yang

dibutuhkan dalam penelitian adalah 112 sampel.

Universitas Sumatera Utara


42

Tabel 3.1 Jumlah lansia per posyandu lansia

No. Nama Posyandu Lansia Jumlah Lansia


1. Mekar I 13
2. Mekar II 14
3. Mawar 15
4. Lingkungan 12 10
5. Lingkungan 7/8 13
6. Beringin 12
7. Asoka 12
8. Nusa Indah 12
9. Palem 11
Jumlah 112

Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

nonprobability sampling, yaitu consecutive sampling dimana semua subjek yang

datang ke posyandu lansia yang diadakan di 9 posyandu yang ada di wilayah kerja

Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang, secara berurutan

dimasukan ke dalam penelitian sampai jumlah subyek dalam penelitian terpenuhi.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lansia dengan

metode wawancara langsung yang dilakukan di posyandu lansia dengan

menggunakan kuesioner tertutup. Data-data tersebut adalah data karakteristik

lansia (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), riwayat keluarga, status gizi,

aktivitas fisik, kebiasaan merokok, hasil pengukuran tekanan darah, berat badan,

dan tinggi badan lansia.

Universitas Sumatera Utara


43

3.5 Definisi Operasional

3.5.1 Tekanan darah diperiksa melalui manset di sekitar lengan, khususnya

lengan bagian atas. Selain itu juga digunakan alat bantu dengar seperti stetoskop.

Tekanan darah dikelompokkan atas:

1. TDS ≥140 mmHg (Hipertensi)


2. TDS <140 mmHg (Tidak hipertensi)

3.5.2 Umur adalah usia lansia mulai dari lahir sampai pengumpulan data,

dikategorikan menurut WHO:

1. Usia pertengahan, antara 45-59 tahun


2. Lanjut usia, antara 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua, antara 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) >90 tahun

Untuk tabulasi silang, variabel umur dikategorikan menjadi:

1. Umur ≥60 tahun


2. Umur <60 tahun

3.5.3 Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang membedakan lansia dari segi

reproduksinya, dikategorikan atas:

1. Laki-laki
2. Perempuan

3.5.4 Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang dimiliki oleh lansia

dikategorikan atas:

1. Tidak tamat SD/ tidak sekolah


2. SD
3. SLTP
4. SLTA
5. Akademi/ PT

3.5.5 Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan lansia di luar atau di dalam

rumah untuk memperoleh pendapatan, dikategorikan atas:

Universitas Sumatera Utara


44

1. PNS/TNI/Polri
2. Pegawai Swasta
3. Petani
4. Wiraswasta
5. Tidak bekerja/pensiunan
6. Lainnya

3.5.6 Riwayat keluarga adalah adanya riwayat penyakit hipertensi pada keluarga

lansia, dikategorikan atas:

1. Ada
2. Tidak ada

3.5.7 Status gizi adalah keadaan gizi pada lansia yang diukur dengan Indeks

Massa Tubuh (IMT) dengan membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat

tinggi badan (m2), dikategorikan atas:

1. Kurus bila IMT ≤18,5 kg/m2


2. Normal bila IMT 19,0-25,0 kg/m2
3. Obesitas bila IMT >25,0 kg/m2

Untuk melihat Ratio Prevalence, variabel status obesitas dibagi atas:

1. Obesitas >25,0 kg/m2


2. Tidak obesitas (kurus dan normal) ≤ 25,0 kg/m2

3.5.8 Aktivitas fisik adalah intensitas kegiatan atau gerakan otot yang dilakukan

sehari-hari untuk membakar energi dan dijumlahkan dalam satuan METs sesuai

standar IPAQ. Kategori aktivitas fisik :

1. Aktivitas ringan: < 600 METs/minggu


2. Aktivitas sedang: 600 – 1500 METs/minggu
3. Aktivitas berat: > 1500 METs/minggu.

Untuk melihat Ratio Prevalence, variabel aktivitas fisik dibagi atas:

1.Tidak cukup (Aktivitas ringan)


2.Cukup (Aktivitas sedang dan berat)

Universitas Sumatera Utara


45

3.5.9 Kebiasaan merokok adalah kebiasaan terkait menghisap rokok atau

riwayat merokok, jumlah batang rokok yang dihisap dan lama merokok sebelum

terdiagnosa menderita hipertensi oleh tenaga kesehatan.

Dikategorikan atas:

1. Tidak pernah merokok


2. Pernah merokok (masih merokok ataupun sudah berhenti)

Nilai indeks Brinkman didapat dari hasil perkalian antara jumlah batang rokok

rata-rata yang dihisap dalam sehari dikalikan lama merokok dalam tahun.

Klasifikasi berat merokok dengan indeks Brinkman adalah :

1. Perokok ringan : 0-199


2. Perokok sedang : 200-599
3. Perokok berat : 600

Untuk melihat Ratio Prevalence, variabel berat merokok dibagi atas:

1. Peroko ringan
2. Perokok sedang + berat

3.6 Metode Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan, diolah dengan bantuan komputer, dianalisa

secara deskriptif dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and

Service Solution). Jenis analisa yang dilakukan adalah:

3.6.1 Analisa Univariat

Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi

atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.

3.6.2 Analisa Bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen (umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, status gizi, aktivitas fisik, dan

Universitas Sumatera Utara


46

kebiasaan merokok) dengan variabel dependen (hipertensi). Berdasarkan hasil

analisis ini akan diketahui variabel independen yang bermakna secara statistik

dengan variabel dependen. Teknik analisis yang digunakan adalah uji chi-square

dengan tingkat kepercayaan 95% (p<0,05). Jika p<0,05 maka ada hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen.

Selanjutnya dihitung Ratio Prevalence umur, jenis kelamin, riwayat

keluarga, status gizi, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok dengan hipertensi.

Ratio Prevalence yaitu perbandingan antara proporsi subjek dengan faktor risiko

{a/(a+b)} dengan proporsi subjek tanpa faktor risiko {c/(c+d)}.

Pengukuran ratio prevalence dilakukan dengan menggunakan rumus:

(Morton, R, 2009)

RP = A/(A+B) : C/(C+D)

Keterangan :

a : Subjek (+) dengan faktor risiko


b : Subjek (-) dengan faktor risiko
c : Subjek (+) tanpa faktor risiko
d : Subjek (-) tanpa faktor risiko
RP < 1 : Variabel independen merupakan faktor protektif
RP = 1 : Variabel independen bukan merupakan faktor risiko
RP > 1 : Variabel independen merupakan faktor risiko

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang terletak di Jalan

Bunga Cempaka No.58 Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang


2
dengan luas wilayah 2379 m yang meliputi 6 Kelurahan yaitu Kelurahan PB

Selayang II, Kelurahan PB Selayang I, Kelurahan Tanjung Sari, Kelurahan

Beringin, Kelurahan Asam Kumbang, Kelurahan Sempakata dan memiliki batas

wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Baru

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Tuntungan

3. Sebelah Barat : Kecamatan Medan Sunggal

4. Sebelah Timur : Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor

Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan

Medan Selayang terbanyak pada Kelurahan Tanjung Sari 39.545 jiwa, PB

Selayang II adalah 29.448 jiwa, Kelurahan Asam Kumbang 21.499 jiwa,

Kelurahan PB Selayang I adalah 14.091 jiwa, Kelurahan Sempakata 11.265 jiwa

dan Kelurahan Beringin 9.702 jiwa. Puskesmas PB Selayang II mempunyai dua

buah Puskesmas Pembantu, yaitu Puskesmas Pembantu Tanjung Sari dan

Puskesmas Pembantu Asam Kumbang.

47

Universitas Sumatera Utara


48

Puskesmas PB Selayang II telah melaksanakan 7 program wajib (basic-

seven) dan 8 program pengembangan yaitu :

1. Upaya Promosi Kesehatan

2. Upaya Kesehatan Lingkungan

3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

4. Upaya Perbaikan Gizi

5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

6. Upaya Pengobatan

7. Upaya Pencatatan dan Pelaporan

Sedangkan upaya pengembangannya adalah sebagai berikut:

1. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)

2. Upaya kesehatan Gigi dan Mulut (UKGM)

3. Upaya Kesehatan Usia Lanjut (USILA)

4. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional (BATRA)

5. Upaya Kesehatan Mata (UKM)

6. Upaya Kesehatan Jiwa (UKJ)

7. Usaha farmasi

8. Laboratorium Sederhana

Jumlah sepuluh penyakit terbesar di wilayah kerja Puskesmas PB

Selayang II Tahun 2016 tertera pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


49

Tabel 4.1 Jumlah Kunjungan 10 Penyakit Terbesar di Wilayah Kerja


Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun
2016
No. Nama Penyakit n %
1 Infeksi akut lain pada saluran pernafasan atas 1391 27,8
2 Penyakit lain pada saluran pernafasan atas 1352 27,0
3 Infeksi penyakit usus 402 8,0
4 Hipertensi 400 7,9
5 Tonsilitis 355 7,0
6 Diare 264 5,3
7 Alergi Kulit 238 4,8
8 Gastritis 217 4,3
9 Penyakit sistem otot 198 4,0
10 Penyakit mata 193 3,8
Jumlah 5010 100

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi

frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti, yaitu variabel

independen (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat keluarga, status

gizi, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok) dan variabel dependen (hipertensi).

4.2.1 Kejadian Hipertensi

Penelitian yang dilakukan terhadap 112 lansia di Posyandu Lansia,

diperoleh distribusi proporsi kejadian hipertensi. Data selengkapnya dapat dilihat

pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Proporsi Kejadian Hipertensi pada Lansia di Posyandu


Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
No Kejadian Hipertensi Total
f %
1. Hipertensi 51 45,5
2. Tidak Hipertensi 61 54,5
Total 112 100

Universitas Sumatera Utara


50

Berdasarkan tabel 4.2. di atas dapat diketahui prevalence rate hipertensi

sebesar 45,5% di Posyandu Lansia Wilayah Kerja PB Selayang II Medan

Selayang.

4.2.2 Karakteristik Lansia

Penelitian yang dilakukan terhadap 112 lansia di Posyandu Lansia,

diperoleh distribusi proporsi lansia berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan,

dan pekerjaan. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Karakteristik Lansia di Posyandu Lansia


Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
No Karakteristik f %
1. Umur (tahun)
45-59 58 51,8
60-74 40 35,7
75-90 14 12,5
Total 112 100
2. Jenis Kelamin
Laki-laki 34 30,4
Perempuan 78 69,6
Total 112 100
3. Pendidikan
Tidak sekolah 15 13,4
SD 39 34,8
SMP 19 17,0
SMA 29 25,9
Akademi/PT 10 8,9
Total 112 100
4. Pekerjaan
PNS/TNI/Polri 4 3,6
Pegawai Swasta 9 8,0
Petani 7 6,3
Wiraswasta 38 33,9
Tidak bekerja/pensiunan 54 48,2
Total 112 100

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa jumlah lansia yang

berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II

Universitas Sumatera Utara


51

berdasarkan umur, paling banyak ditemukan pada golongan umur 45-59 tahun

yaitu 58 orang (51,8%), kemudian pada golongan umur 60-74 tahun yaitu 40

orang (35,7%), pada golongan umur 75-90 tahun yaitu 14 orang (12,5%).

Proporsi lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja PB

Selayang II berdasarkan jenis kelamin paling banyak ditemukan pada perempuan

yaitu 78 orang (69,6%), sedangkan pada laki laki yaitu 34 orang (30,4%).

Proporsi lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja

Puskesmas PB Selayang II berdasarkan pendidikan terakhir, paling banyak

ditemukan lansia yang berpendidikan terakhir SD yaitu 39 orang (34,8%),

kemudian SMA, SMP, dan tidak tamat SD/tidak sekolah masing-masing 29 orang

(25,9%), 19 orang (17,0%), 15 orang (13,4%), sedangkan yang paling sedikit

adalah Akademi/PT yaitu 10 orang (8,9%).

Proporsi lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja

Puskesmas PB Selayang II berdasarkan pekerjaan, lebih banyak ditemukan pada

lansia yang tidak bekerja yaitu 54 orang (48,2%), wiraswasta 38 orang (33,9%),

pegawai swasta 9 orang (8,0%), petani 7 orang (6,3%), dan PNS sebanyak 4 orang

(3,6%).

4.2.3 Riwayat Keluarga

Penelitian yang dilakukan terhadap 112 lansia di Posyandu Lansia

Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II, diperoleh distribusi proporsi riwayat

keluarga pada lansia. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4.

Universitas Sumatera Utara


52

Tabel 4.4. Distribusi Proporsi Riwayat Keluarga pada Lansia di Posyandu


Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Total
No Riwayat Keluarga
f %
1. Ada 38 33,9
2. Tidak ada 74 66,1
Total 112 100
Berdasarkan tabel 4.4. di atas dapat diketahui bahwa dari 112 lansia yang

berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja PB Selayang II, 38 orang (33,9%)

memiliki riwayat keluarga yang hipertensi dan 74 orang (66,1%) tidak memiliki

riwayat keluarga yang hipertensi.

4.2.4 Status Gizi

Penelitian yang dilakukan terhadap 112 lansia di Posyandu lansia,

diperoleh distribusi proporsi status gizi pada lansia. Data selengkapnya dapat

dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Proporsi Status Gizi pada Lansia di Posyandu Lansia
Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Total
No Status Gizi
f %
1. Obesitas 43 38,4
2. Tidak obesitas 69 61,6
Total 112 100

Berdasarkan tabel 4.5. di atas dapat diketahui bahwa dari 112 lansia yang

berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II, lansia

yang mengalami obesitas sebanyak 43 orang (38,4%) dan lansia yang tidak

mengalami obesitas sebanyak 69 orang (61,6%).

4.2.5 Aktivitas Fisik

Penelitian yang dilakukan terhadap 112 lansia di Posyandu Lansia

Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II, diperoleh distribusi proporsi aktivitas

fisik pada lansia. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6.

Universitas Sumatera Utara


53

Tabel 4.6. Distribusi Proporsi Aktivitas Fisik pada lansia di Posyandu


Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Total
No Aktivitas Fisik
f %
1. Aktivitas fisik ringan 62 55,4
2. Aktivitas fisik sedang 43 38,4
3. Aktivitas fisik berat 7 6,3
Total 112 100

Berdasarkan tabel 4.6. di atas dapat diketahui bahwa dari 112 lansia yang

berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja PB Selayang II, 62 orang (55,4%)

melakukan aktivitas fisik ringan, 43 orang (38,4%) melakukan aktivitas fisik

sedang, dan 7 orang (6,3%) melakukan aktivitas fisik berat.

4.2.6 Kebiasaan Merokok

Penelitian yang dilakukan terhadap 112 lansia di Posyandu Lansia

Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II, diperoleh distribusi proporsi kebiasaan

merokok pada lansia. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Kebiasaan Merokok pada Lansia di Posyandu


Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Total
No Kebiasaan Merokok
f %
1. Tidak merokok 68 60,7
2. Pernah merokok (masih/sudah 44 39,3
berhenti)
Total 112 100

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa dari 112 lansia yang

berkunjung ke Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II, 68

orang (60,7%) yang tidak merokok dan 44 orang (39,3%) yang pernah merokok

(masih/sudah berhenti).

Universitas Sumatera Utara


54

Distribusi proporsi lansia yang pernah merokok (masih/sudah berhenti)

berdasarkan Indeks Brinkman di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB

Selayang II dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Proporsi Lansia yang Pernah Merokok (Masih/Sudah


Berhenti) berdasarkan Indeks Brinkman di Posyandu Lansia
Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Total
No Status perokok
f %
1. Perokok ringan 20 45,5
2. Perokok sedang 15 34,1
3. Perokok berat 9 20,5
Total 44 100,0

Berdasarkan tabel 4.8. di atas dapat diketahui bahwa dari 44 lansia yang

pernah merokok (masih/sudah berhenti) 20 orang (45,5%) termasuk perokok

ringan, 15 orang (34,1%), termasuk perokok sedang, dan 9 orang (20,5%)

termasuk perokok berat.

4.3 Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen (umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, status gizi, aktivitas fisik, dan

kebiasaan merokok) dengan variabel dependen (hipertensi), dan mengetahui ratio

prevalence umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, status gizi, aktivitas fisik, dan

kebiasaan merokok dengan hipertensi di posyandu lansia Wilayah Kerja

Puskesmas PB Selayang II.

4.3.1 Hubungan Umur dengan Kejadian Hipertensi

Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara

umur dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.9.

Universitas Sumatera Utara


55

Tabel 4.9.Tabulasi Silang antara Umur dengan Kejadian Hipertensi


Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB
Selayang II
Tidak
Umur Hipertensi Total
No Hipertensi χ²/p RP*(95%Cl)
(tahun)
f % f % f %
1. ≥60 28 51,9 26 48,1 54 100 1,677/ 1,308 (0,869-
2. <60 23 39,7 35 60,3 58 100 0,195 1,967)

Dari tabel 4.9. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada

kelompok umur ≥60 tahun adalah 51,9% dan pada kelompok umur <60 tahun

adalah 39,7%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square,

diperoleh nilai p=0,195 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

umur dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok

umur ≥60 tahun dan <60 tahun adalah 1,308 (95% CI=0,869-1,967).

4.3.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi

Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara

jenis kelamin dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10.Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Kejadian


Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas
PB Selayang II
Tidak
Jenis Hipertensi Total
No Hipertensi χ²/p RP*(95%Cl)
Kelamin
f % f % f %
1. Laki-laki 17 50,0 17 50,0 34 100 0,392/ 1,147 (0,753-
2. Perempuan 34 43,6 44 56,4 78 100 0,531 1,746)

Dari tabel 4.10. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada

kelompok laki-laki adalah 50,0 % dan pada kelompok perempuan adalah 43,6%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai

p=0,531 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin

Universitas Sumatera Utara


56

dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok laki-laki

dan perempuan adalah 1,147 (95% CI=0,753-1,746).

4.3.3 Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi

Hasil analisa secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara

riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11. Tabulasi Silang antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian


Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Puskesmas PB Selayang II
Tidak
Riwayat Hipertensi Total
No Hipertensi χ²/p RP*(95%Cl)
Keluarga
f % f % f %
1. Ada 24 63,2 14 36,8 38 100 7,202/ 1,731(1,176-
2. Tidak ada 27 36,5 47 63,5 74 100 0,007 2,548)

Dari tabel 4.11. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada

kelompok yang memiliki riwayat keluarga adalah 63,2% dan pada kelompok yang

tidak memiliki riwayat keluarga adalah 36,5%. Hasil analisis statistik dengan

menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,007 artinya terdapat hubungan

yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi. Ratio

prevalence hipertensi pada kelompok ada riwayat keluarga dan tidak ada riwayat

keluarga adalah 1,731 (95% CI=1,176-2,548).

4.3.4 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi

Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara

status gizi dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.12.

Universitas Sumatera Utara


57

Tabel 4.12. Tabulasi Silang antara Obesitas dengan Kejadian Hipertensi


Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB
Selayang II
Tidak
Status Hipertensi Total
No Hipertensi χ²/p RP*(95%Cl)
Gizi
f % f % f %
1. Obesitas 29 67,4 14 32,6 43 100 13,505/
2,115(1,414-
2. Tidak 22 31,9 47 68,1 69 100 0,000
3,164)
obesitas

Dari tabel 4.12. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada

kelompok yang obesitas adalah 67,4% dan pada kelompok yang tidak obesitas

adalah 31,9%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square,

diperoleh nilai p=0,000 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara status

gizi dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang

obesitas dan tidak obesitas adalah 2,115 (95% CI=1,414-3,164).

4.3.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi

Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara

aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13. Tabulasi Silang antara Aktivitas Fisik dengan Kejadian


Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Puskesmas PB Selayang II
Tidak
Aktivitas Hipertensi Total
No Hipertensi χ²/p RP*(95%Cl)
Fisik
f % f % f %
1. Tidak 34 54,8 28 45,2 62 100 4,856 1,613(1,031-
cukup / 2,523)
2. Cukup 17 34,0 33 66,0 50 100 0,028

Dari tabel 4.13. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada

kelompok yang aktivitas fisiknya tidak cukup adalah 54,8% dan pada kelompok

yang aktivitas fisiknya cukup adalah 34,0%. Hasil analisis statistik dengan

menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,028 artinya terdapat hubungan

Universitas Sumatera Utara


58

yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence

hipertensi pada kelompok yang aktivitas fisiknya tidak cukup dan cukup adalah

1,613 (95% CI=1,031-2,523).

4.3.6 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi

Hasil analisis secara statistik ada tidaknya hubungan yang bermakna antara

kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.14.

Tabel 4.14. Tabulasi Silang antara Status Perokok dengan Kejadian


Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Puskesmas PB Selayang II
Tidak RP*
Status Hipertensi Total
No Hipertensi χ²/p (95%
Perokok
f % f % f % Cl)
1. Ringan 8 40,0 12 60,0 20 100 1,467/ 0,686
2. Sedang+Berat 14 58,3 10 41,7 24 100 0,226 (0,364-
1,293)

Dari tabel 4.14. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada

kelompok yang memiliki status perokok kategori ringan adalah 40,0% dan pada

kelompok yang memiliki status perokok kategori sedang+berat adalah 58,3%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai

p=0,226 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status perokok

dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada status perokok

adalah 0,686 (95% CI=0,364-1,293).

Universitas Sumatera Utara


59

Tabel 4.15. Tabulasi Silang antara Kebiasaan Merokok pada Laki-laki


dengan Kejadian Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia Wilayah
Kerja Puskesmas PB Selayang II
Tidak
Kebiasaan Hipertensi Total RP*
No Hipertensi χ²/p
Merokok (95%Cl)
f % f % f %
1. Pernah 16 53,3 14 46,7 30 100
merokok
1,133 0,469
(masih/sudah
/ (0,083-
berhenti)
0,287 2,644)
2. Tidak 1 25,0 3 75,0 4 100
merokok

Dari tabel 4.15. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada

kelompok yang memiliki kebiasaan pernah merokok (masih/sudah berhenti) pada

laki-laki adalah 53,3% dan pada kelompok yang tidak merokok adalah 25%. Hasil

analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,287

artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok pada

laki-laki dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok

yang pernah merokok (masih/sudah berhenti) dan tidak merokok pada laki-laki

adalah 0,469 (95% CI=(0,083 - 2,644).

Tabel 4.16. Tabulasi Silang antara Kebiasaan Merokok pada Perempuan


dengan Kejadian Hipertensi Lansia di Posyandu Lansia
Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Tidak
Kebiasaan Hipertensi Total RP*
No Hipertensi χ²/p
Merokok (95%Cl)
f % f % f %
1. Pernah 6 42,9 8 57,1 14 100
merokok
(masih/sudah 0,004/ 1,021(0,5
berhenti) 0,951 25-1,986)
2. Tidak 28 43,8 36 56,2 64 100
merokok

Dari tabel 4.16. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada

kelompok yang memiliki kebiasaan pernah merokok (masih/sudah berhenti) pada

Universitas Sumatera Utara


60

perempuan adalah 42,9% dan pada kelompok yang tidak merokok adalah 43,8%.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai

p=0,951 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan

merokok pada perempuan dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi

pada kelompok yang pernah merokok (masih/sudah berhenti) dan tidak merokok

pada perempuan adalah 1,021 (95% CI=0,525-1,986).

Universitas Sumatera Utara


BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Prevalence Rate Hipertensi pada Lansia

Kejadian Hipertensi

45,50%

Tidak Hipertensi
Hipertensi

54,50%

Gambar 5.1. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kejadian


Hipertensi di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB
Selayang II Kecamatan Medan Selayang

Berdasarkan gambar 5.1. di atas dapat dilihat bahwa prevalence rate

hipertensi lansia sebesar 45,50% di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas

PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

Menurut beberapa penelitian, tingkat hipertensi pada lansia dipengaruhi

oleh gangguan pada pembuluh darah seperti gangguan elastisitas dan kekakuan

sehingga respon pembuluh darah menjadi berkurang (Rawasiah, 2014).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Manik, (2011) yang juga meneliti

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia di Wilayah

Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Pematang Siantar,

61

Universitas Sumatera Utara


62

dengan menggunakan desain cross-sectional didapatkan prevalensi hipertensi

yaitu 30,5%.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Siringoringo (2013) di

Kabupaten Samosir dengan desain penelitian cross-sectional, didapatkan

prevalensi hipertensi yaitu 62,01%. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan

oleh Hafidz, dkk (2016) di wilayah kerja Puskesmas Petang Kabupaten Badung

dengan desain penelitian cross-sectional, didapatkan prevalensi hipertensi pada

lansia yaitu sebesar 61,6%.

5.2. Analisis Bivariat

5.2.1. Hubungan Umur dengan Kejadian Hipertensi

Umur
70%
60,30%
60%
51,90%
48,10%
50%
39,70%
40%
Tidak Hipertensi
30% Hipertensi

20%

10%

0%
≥60 tahun <60 tahun

Gambar 5.2. Hubungan Umur dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di


Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Kecamatan Medan Selayang

Berdasarkan gambar 5.2. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi

lebih tinggi pada kelompok umur ≥60 tahun yaitu 51,90% dari kelompok umur

<60 tahun yaitu 39,70%.

Universitas Sumatera Utara


63

Hasil uji secara statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh

nilai p=0,195 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan

kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok umur ≥60 tahun

dan <60 tahun adalah 1,308 (95% CI=0,869-1,967). Oleh karena terdapat nilai 1

maka umur bukan sebagai faktor risiko untuk kejadian hipertensi.

Hipertensi ini sering ditemukan pada lansia. Sejalan dengan bertambahnya

usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik

terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat

sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan

menurun drastis (Suhadak, 2010).

Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik

terisolasi (HST), dan pada umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya

hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor

risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia (Kaplan, 2006).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andria, K.M

dengan menggunakan desain cross-sectional (2013) ditemukan responden yang

mengalami hipertensi yaitu sebesar 54,2% dan sebagian kecil responden

prahipertensi yaitu sebesar 22,4%. Kemudian dari 54,2% orang yang mengalami

hipertensi tersebut 35,51% berumur ≥60 tahun.

Universitas Sumatera Utara


64

5.2.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi

Jenis Kelamin
60% 56,40%
50,00% 50,00%
50%
43,60%
40%

30% Tidak Hipertensi


Hipertensi
20%

10%

0%
Laki-laki Perempuan

Gambar 5.3. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada


Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB
Selayang II Kecamatan Medan Selayang

Berdasarkan gambar 5.3. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi

lebih tinggi pada laki-laki yaitu 50,00% dari perempuan yaitu 43,60%. Kejadian

hipertensi pada laki-laki dan perempuan adalah relatif sama.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai

p=0,531 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin

dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok laki-laki

dan perempuan adalah 1,147 (95% CI=0,753-1,746). Oleh karena terdapat nilai 1

maka jenis kelamin bukan sebagai faktor risiko untuk terjadinya hipertensi.

Dari hasil penelitian ini didapatkan proporsi hipertensi pada laki laki lebih

tinggi daripada proporsi hipertensi pada perempuan walaupun jumlah absolut

lansia yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada lansia yang

berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 34 orang dibandingkan dengan lansia

Universitas Sumatera Utara


65

yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17 orang. Hal ini mungkin dipengaruhi

oleh sampel pada penelitian ini yang 69,6% adalah perempuan, karena

berdasarkan proporsinya sebanyak 78 orang lansia yang berjenis kelamin

perempuan, diantaranya terdapat 34 orang (43,6%) yang mengalami hipertensi.

Proporsi ini sedikit lebih rendah dibandingkan proporsi lansia yang berjenis

kelamin laki-laki yang mengalami hipertensi, yaitu 50%.

Menurut hasil penelitian Wahyuningsih dan Astuti di Dusun Kabregan,

Srimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta (2013), dengan desain penelitian cross

sectional, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

jenis kelamin dengan hipertensi (p= 0,979). Sejalan dengan penelitian Hafidz,dkk

(2016), dengan desain yang sama, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

bermakna antara jenis kelamin dengan hipertensi (p = 0,902).

5.2.3. Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi

Riwayat Hipertensi
70%
63,20% 63,50%
60%

50%

40% 36,80% 36,50%


Tidak Hipertensi
30% Hipertensi

20%

10%

0%
Ada Tidak Ada

Gambar 5.4. Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi


pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB
Selayang II Kecamatan Medan Selayang

Universitas Sumatera Utara


66

Berdasarkan gambar 5.4. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi

lebih tinggi pada kelompok yang memiliki riwayat keluarga yaitu 63,20% dari

kelompok yang tidak memiliki riwayat keluarga yaitu 36,50%. Hasil analisis

statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,007 artinya

terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian

hipertensi.

Bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun

ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka

sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya (Depkes RI, 2006)

Pada penelitian ini juga dapat dilihat bahwa nilai RP = 1,731 (RP > 1),

dengn nilai CI 1,176-2,548 (tidak mencakup angka 1) yang artinya lansia yang

memiliki riwayat hipertensi pada keluarga merupakan faktor risiko untuk

terjadinya hipertensi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismayadi

pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Silinda Kabupaten Serdang Bedagai

tahun 2013. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa hubungan antara faktor

keturunan dengan kejadian hipertensi pada lansia ada hubungan bermakna (p=

0,000 , p< 0,05).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitrina

Yossi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kebon Sikolos Kecamatan Padang

Panjang Barat tahun 2014. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa hubungan

antara faktor keturunan dengan kejadian hipertensi pada lansia ada hubungan

Universitas Sumatera Utara


67

bermakna (p = 0,090 , p≤ 0,1), dari 52 responden yang memiliki riwayat penderita

hipertensi terdapat 32 responden (61,5%) yang menderita hipertensi.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Aripin tahun 2015. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh

aktivitas fisik, merokok, dan riwayat penyakit dasar terhadap terjadinya hipertensi

di Puskesmas Sempu Kabupaten Banyuwangi tersebut merupakan penelitian

kuantitatif dengan desain studi case-control. Dari hasil penelitian tersebut

didapatkan bahwa subjek yang mempunyai riwayat hipertensi pada keluarganya

lebih berisiko terjadinya hipertensi dibandingkan subjek yang tidak mempunyai

riwayat hipertensi di keluarganya. (OR: 2,4; 95% Cl: 1,22-4,94, p = 0,006).

5.2.4. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi

Status Gizi
80%
67,40% 68,10%
70%
60%
50%
40% Tidak Hipertensi
32,60% 31,90%
Hipertensi
30%
20%
10%
0%
Obesitas Tidak Obesitas

Gambar 5.5. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi pada


Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB
Selayang II Kecamatan Medan Selayang
Berdasarkan gambar 5.5. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi

lebih tinggi pada kelompok yang obesitas yaitu 67,40% dari kelompok yang tidak

Universitas Sumatera Utara


68

obesitas yaitu 31,90%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-

square, diperoleh nilai p=0,000 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara

status gizi dengan kejadian hipertensi.

Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang obesitas dan tidak

obesitas adalah 2,115 (RP > 1), dengan nilai CI (1,414-3,164) yang tidak

mencakup angka 1, artinya lansia yang mengalami obesitas merupakan faktor

risiko untuk terjadinya hipertensi.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Manampiring, A.E (2008) di

Kelurahan Pakowa Kecamatan Wanea Kota Manado mengenai hubungan status

gizi dan tekanan darah yang menggunakan desain cross-sectional, didapatkan

hasil bahwa ada hubungan antara status gizi dengan dan tekanan darah (p=0,000)

dimana dari 71 sampel yang termasuk dalam klasifikasi Obesitas Kelas I,

keseluruhan sampel mengalami peningkatan tekanan darah/hipertensi (100%),

sedangkan dari 138 sampel yang berat badan lebih, sebanyak 128 sampel (92,8%)

yang mengalami hipertensi, sisanya sebanyak 10 sampel (7,2%) yang non

hipertensi. Selanjutnya untuk 90 sampel yang masuk dalam klasifikasi status gizi

normal, 36 orang (40%) diantaranya mengalami hipertensi, sedangkan 54 sampel

lainnya (60%) masuk dalam kategori non hipertensi.

Universitas Sumatera Utara


69

5.2.5. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi

Aktivitas Fisik
70% 66%

60% 55,80%

50% 45,20%

40% 34%
Tidak Hipertensi
30% Hipertensi

20%

10%

0%
Tidak Cukup Cukup

Gambar 5.6. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada


Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB
Selayang II Kecamatan Medan Selayang
Berdasarkan gambar 5.6. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi

lebih tinggi pada kelompok aktivitas fisik tidak cukup yaitu 55,80% dari

kelompok aktivitas fisik cukup yaitu 34%. Hasil analisis statistik dengan

menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,028 artinya terdapat hubungan

yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence

hipertensi pada kelompok yang aktivitas fisiknya tidak cukup dan cukup adalah

1,613 (95% CI=1,031-2,523).

Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang melakukan aktivitas fisik

tidak cukup dan melakukan aktivitas cukup adalah 1,613 (RP > 1) dengan nilai CI

yang tidak mencakupi angka 1, artinya lansia yang melakukan aktivitas fisik tidak

cukup merupakan faktor risiko untuk terjadinya hipertensi.

Universitas Sumatera Utara


70

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih dan Astuti di

Dusun Kabregan, Srimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta (2013) dengan

menggunakan desain cross-sectional, didapatkan bahwa hubungan antara faktor

aktivitas fisik tidak cukup dengan kejadian hipertensi pada lansia ada hubungan

bermakna. Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai X hitung = 7,863 dengan

taraf signifikansi (p) = 0,049.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arif, dkk di Pusling Desa

Klumpit UPT Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus (2013) dengan menggunakan

desain cross-sectional menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan

olahraga dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan hasil uji Chi Square

menunjukkan bahwa nilai p (0,014) < 0,05.

Penelitian yang dilakukan oleh Fitrina Yossi (2014) juga mendapatkan

hasil yang sama yaitu adanya hubungan hipertensi pada lansia dengan aktivitas

fisik dengan nilai p=0,021 (p=0,021 ≤ 0,1). Begitu juga dengan penelitian yang

dilakukan oleh Aripin (2015), dengan menggunakan desain case control

didapatkan bahwa aktivitas fisik ringan merupakan faktor terjadinya hipertensi.

Semakin ringan aktivitas fisik subjek maka semakin meningkatkan risiko

terjadinya hipertensi dibandingan aktivitas tinggi (OR: 2,72; 95% Cl: 1,14-6,47)

dan (OR; 22,66; 95% Cl: 6,84-75,13) untuk aktivitas fisik sedang dan ringan.

Universitas Sumatera Utara


71

5.2.6. Hubungan Status Perokok dengan Kejadian Hipertensi

70% Status Perokok


60% 58,30%
60%

50%
40% 41,70%
40%
Tidak Hipertensi
30% Hipertensi

20%

10%

0%
Ringan Sedang+Berat

Gambar 5.7. Hubungan Status Perokok dengan Kejadian Hipertensi pada


Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB
Selayang II Kecamatan Medan Selayang

Berdasarkan gambar 5.7. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi

lebih tinggi pada kelompok yang status perokok kategori sedang+berat yaitu

58,30% dari kelompok yang status perokok kategori ringan yaitu 40%. Hasil

analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,226

artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status perokok dengan

kejadian hipertensi.

Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang memiliki status perokok

adalah 0,686 (95% CI=0,364-1,293). Ratio Prevalence < 1, dengan nilai CI yang

mencakupi angka 1 maka lansia yang memiliki kebiasaan merokok bukan sebagai

faktor risiko kejadian hipertensi.

Universitas Sumatera Utara


72

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hafidz dkk (2016),

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi-square didapatkan nilai p = 0,128

(p > 0,05), artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara merokok

dengan kejadian hipertensi.

5.2.7. Hubungan Kebiasaan Merokok pada laki-laki dengan Kejadian


Hipertensi

Kebiasaan Merokok pada Laki-laki


80% 75%
70%

60% 53,30%
50% 46,70%

40% Tidak hipertensi


30% 25% Hipertensi

20%

10%

0%
Pernah merokok (masih/sudah Tidak merokok
berhenti)

Gambar 5.8. Hubungan Kebiasaan Merokok pada laki-laki dengan


Kejadian Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah
Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang

Berdasarkan gambar 5.8. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi

lebih tinggi pada kelompok pernah merokok (masih/sudah berhenti) yaitu 53,30%

dari kelompok tidak merokok yaitu 25%. Hasil analisis statistik dengan

menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,287 artinya tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok pada laki-laki dengan

kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang pernah

merokok (masih/sudah berhenti) dan tidak merokok adalah 0,469 (95% CI=0,083-

Universitas Sumatera Utara


73

2,644), artinya kebiasaan merokok pada laki-laki bukan faktor risiko kejadian

hipertensi.

Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Retnaningsih,

dkk (2015), yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

perilaku merokok dengan kejadian hipertensi p( 0,000) < 0,05.

Risiko ini terjadi akibat zat kimia beracun, misalnya nikotin dan karbon

monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat

merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses

artereosklerosis dan tekanan darah tinggi (Rahajeng E dan Tumimah, 2009)

5.2.8. Hubungan Kebiasaan Merokok pada perempuan dengan Kejadian


Hipertensi

Kebiasaan Merokok pada Perempuan


60% 57,10% 56,20%

50%
42,90% 43,80%

40%

30% Tidak hipertensi


Hipertensi
20%

10%

0%
Pernah merokok (masih/sudah Tidak merokok
berhenti)

Gambar 5.9. Hubungan Kebiasaan Merokok pada perempuan dengan


Kejadian Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah
Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang

Berdasarkan gambar 5.9. di atas dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi

lebih tinggi pada kelompok tidak merokok yaitu 43,80% dari kelompok pernah

Universitas Sumatera Utara


74

merokok (masih/sudah berhenti) yaitu 42,9%%. Hasil analisis statistik dengan

menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p = 0,951 artinya tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok pada perempuan dengan

kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang pernah

merokok (masih/sudah berhenti) dan tidak merokok adalah 1,021 (95% CI=0,525-

1,986) artinya kebiasaan merokok pada perempuan bukan faktor risiko kejadian

hipertensi.

Tidak terbuktinya merokok sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi

disebabkan karena beberapa hal yaitu: sampelnya pada penelitian ini sebagian

besar (69,6%) adalah perempuan. Sedangkan kebiasaan merokok pada umumnya

dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan subjek penelitian ini yang berjenis kelamin

laki-laki hanya 30,4% dan yang merokok hanya sebesar 39,3%.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Prevalence rate hipertensi di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas

PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang adalah 45,5%.

6.1.2 Proporsi lansia hipertensi di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas

PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang tertinggi pada kelompok

umur ≥60 (51,9%), jenis kelamin laki-laki (50,0%), ada riwayat keluarga

(63,2%), obesitas (67,4%), aktivitas fisik tidak cukup (55,8%), merokok

pada laki-laki (53,3%), dan merokok pada perempuan (42,9%).

6.1.3 Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian

hipertensi lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB

Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

6.1.4 Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan

kejadian hipertensi lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas

PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

6.1.5 Terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan

kejadian hipertensi lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas

PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

6.1.6 Terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian

hipertensi lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB

Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

75

Universitas Sumatera Utara


76

6.1.7 Terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian

hipertensi lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB

Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

6.1.8 Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status perokok dengan

kejadian hipertensi lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas

PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

6.1.9 Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok pada

laki-laki dengan kejadian hipertensi lansia di Posyandu Lansia Wilayah

Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

6.1.10 Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok pada

perempuan dengan kejadian hipertensi lansia di Posyandu Lansia Wilayah

Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi lansia, terutama bagi lansia yang memiliki riwayat keluarga

sebaiknya melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin agar tekanan

darah lansia dapat tetap terkontrol, bagi lansia dengan obesitas dan

aktivitas fisik yang tidak cukup/teratur sebaiknya menjaga berat badan

yang ideal dan melakukan aktivitas fisik yang cukup/teratur.

6.2.2 Bagi petugas posyandu lansia, perlu meningkatkan peran petugas dalam

membimbing lansia untuk pemeriksaan rutin tentang faktor-faktor risiko

hipertensi pada lansia seperti dengan cara mengurangi berat badan,

berolahraga atau beraktivitas fisik cukup, sehingga lansia dapat mencegah

atau mengurangi faktor-faktor risiko tesebut.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Adriaansz, P. N; Rottie, J, dan Lolong, J., 2016. Hubungan Konsumsi Makanan


dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Ranomuut
Kota Manado. E-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1.

Agoes, A; Agoes, A, dan Agoes, A., 2009. Penyakit di Usia Tua. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Andria, K.M., 2013. Hubungan Antara Perilaku Olahraga, Stress dan Pola
Makan dengan Tingkat Hipertensi pada Lanjut Usia di Posyandu
Lansia Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya.
Volume 1. No. 2, halaman 111–117.

Arif, Djauhar ; Rusnoto, dan Dewi Hartinah. 2013. Faktor–Faktor yang


Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pusling Desa
Klumpit UPT Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus. JIKK Volume 4, No
2, halaman : 18-34.

Arifin, 2015., Pengaruh Aktifitas Fisik, Merokok, dan Riwayat Penyakit


Dasar Terhadap Terjadinya Hipertensi di Puskesmas Sempu
Kabupaten Banyuwangi. FKM Universitas Udayana, Bali.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI,.


2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional 2007.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

_____________,. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Kementerian


Kesehatan RI, Jakarta.

_____________., 2013. Riskesdas dalam Angka Provinsi Sumatera Utara


2013. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Basha, A., 2004. Hipertensi: Faktor Resiko dan Penatalaksanaan Hipertensi.


Dibuka di website http://www.mediscastro.

Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan Kedua.


Rineka Cipta, Jakarta.

., 2015. Manajemen Pengendalian Epidemiologi Penyakit Tidak


Menular. Cetakan Pertama. Rineka Cipta, Jakarta.

Depkes RI., 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit
Hipertensi. Direktorat Pengendalian PTM, Jakarta.

77

Universitas Sumatera Utara


78

Efendi, F dan Makhfudli., 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori


dan Praktik dalam Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta.

Fitrina, Y., 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Hipertensi pada Usia Lanjut di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun
Sikolos Kecamatan Padang Panjang Barat Tahun 2014. STIKes YARSI
Sumbar, Bukittinggi.

Ginting, F., 2013. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kejadian Hipertensi


pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Silinda Kecamatan Silinda
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013. FKM USU, Medan

Hafiz, M; Weta I.W, dan Ratnawati, N.L.K.A,. 2016. Faktor-faktor yang


Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Kelompok Lanjut Usia
di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Petang I Kabupaten Badung Tahun
2016. E-Jurnal Medika.Volume 5. No.7.

Hayens, R.B; H Leenen, F.H, dan Soetrisno, Eddy., 2000. Buku Pintar
Menaklukkan Hipertensi. Penerjemah: Karyani, Dwi. Ladang Pustaka &
Intimedia, Jakarta.

Infodatin Kementrian Kesehatan RI., 2014. Infodatin Hipertensi. Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Irwan., 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Deepublish, Yogyakarta.

Ismayadi., 2012. Faktor-faktor yang Memengaruhi Terhadap Kejadian


Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Medan Johor Tahun 2012. FKM USU, Medan.

Jameson, J.L dan Loscalzo, J,. 2010. Harrison Nefrologi dan Gangguan Asam-
Basa. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Kaplan, N.M., 2006. Clinical Hypertension, Cetakan Kesembilan. Penerbit


Lippincott Williams & Wilkins, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI.., 2012. Buletin Penyakit Tidak menular, Jakarta.

______________________., 2013. Buletin Lansia, Jakarta.

Laporan Komisi Pakar WHO., 2001. Pengendalian Hipertensi. Penerjemah :


Padmawinata, Kokasih. ITB, Bandung.

Lenffondre, K ; Abrahamowicz, M ; Siemiatycki, J dan Rachet, B., 2002.


Modelling Smoking History : A Comparison of Different Approach.
American Journal of Epidemiology.

Universitas Sumatera Utara


79

Lemeshow., 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan Edisi Bahasaa


Indonesia, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Manampiring, A.E., 2008. Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah pada
Penduduk Usia 45 tahun ke Atas di Kelurahan Pakowa Kecamatan
Wanea Kota Manado. FK Universitas Sam Ratulangi, Manado

Manik, M.E., 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi


pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas
Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Pematangsiantar Tahun 2011.
FKM USU, Medan.

Marliani, L dan Tantan S., 2007. 100 Question & Answer Hipertensi. PT Elex
Media Komputindo, Jakarta.

Maryam, R.S; Ekasari, M.F; Rosidawati; Jubaedi, A, dan Batubara, I.,2008.


Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika, Jakarta.

_______; Widyastuti, R.H; Prio, A.Z; Bakar, H.A; Iskandar, A, dan Akhmadi.,
2010. Buku Panduan Kader Posbindu Lansia. CV. Trans Info Media,
Jakarta.

Masriadi., 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. TIM, Jakarta.

Masud, I,. 1989. Dasar-dasar Fisiologi Kardiovaskuler. Buku Kedokteran EGC,


Jakarta.

Morton, R., dkk. 2009. Panduan Studi Epidemiologi dan Biostatistika. Cetakan
1. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Nugroho,W.H., 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Cetakan Pertama,


Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Palmer, A dan Bryan Williams., 2007. Simple Guide Tekanan Darah Tinggi.
Penerbit Erlangga, Jakarta.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)., 2003. Penyakit Paru Obstruktif


Kronik (PPOK): Pedoman Diagnosis & Penatalaksaaan di Indonesia,
PDPI, Jakarta.

Purwati, Susi; Salimar, dan Rahayu, Sri., 2003. Perencanaan Menu untuk
Penderita Darah Tinggi. PT Penebar Swadaya, Jakarta.

Rahajeng E, dan Tuminah S., 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya


di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. Volume 59 Nomor 12.

Universitas Sumatera Utara


80

Rajab, W., 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan.


Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta.

Rawasiah, A.B., 2014. Hubungan Faktor Konsumsi Makanan dengan


Kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Pattinggalloang,
Makassar.

Retnaningsih, E ; Menik Kustriyani dan Bayu Tirta Sanjaya., 2015. Perilaku


merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Muktiharjo
Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati.

Roslina., 2008. Analisa Determinan Hipertensi Esensial di Wilayah Kerja


Tiga Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007. FKM USU,
Medan.

Sheps, S.G dan Suci Centini., 2005. Mayo Clinic Tentang Tekanan Darah
Tinggi. Inovasi, Jakarta.

Siringoringo, M., 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi


Pada Lansia Di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013.
FKM USU, Medan.

Soenardi, Tuti & Susirah Soetardjo., 2005. Hidangan Sehat untuk Penderita
Hipertensi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sugiharto, A. 2007. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada


Masyarakat. Universitas Dipenegoro, Semarang.

Suhadak., 2010. Pengaruh Pemberian Teh Rosella Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Tinggi Pada Lansia Di Desa Windu Kecamatan
Karangbinangun Kabupaten Lamongan. BPPM STIKes Muhammadiyah
Lamongan.

Sunaryo; Wijayanti, R; Kuhu, M.M; Sumedi, T; Widayanti, E.D; Sukrillah, U.A;


Riyadi, S, dan Kuswati, Ani., 2015. Asuhan Keperawatan Gerontik. CV.
Andi Offset, Yogyakarta.

Udjanti, W.J,. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Salemba Medika, Jakarta.

Wahyuningsih dan Astuti., 2013. Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi pada


Usia Lanjut. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia. Volume 1. No. 3,
halaman 71-75.

WHO., 2013. A Global Brief on Hypertension.

Universitas Sumatera Utara


81

_____., 2014. Global Status Report on Noncommunicable Disease.

_____., 2017. Fact Sheet, Top 10 Causes of Death.

Yulia., 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada


Lansia yang Berkunjung di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan
Tembung Tahun 2010. FKM USU, Medan.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Kuesioner

LEMBAR PENJELASAN MENJADI RESPONDEN


Saya adalah mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang sedang
melakukan penelitian tentang kejadian hipertensi (darah tinggi). Penelitian ini
merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU.
Untuk keperluan tersebut, saya mohon kesedian saudara/saudari atau
Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Pada penelitian ini
saudara/saudari atau Bapak/Ibu akan diukur tekanan darahnya dan akan menjawab
beberapa pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Sangat diharapkan agar
saudara/saudari atau Bapak/Ibu menjawab pertanyaan dengan jujur. Atas partisipasi
saudara/saudari atau Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2017
Peneliti

Hazellarissa Valda Asari

Universitas Sumatera Utara


INFORMED CONSENT
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapat keterangan secukupnya serta mengetahui tentang manfaat
penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada
Lansia di Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan
Medan Selayang“ saya menyatakan bersedia / tidak bersedia diikutsertakan dalam
penelitian ini. Saya percaya yang saya sampaikan ini dijamin kebenarannya.

Medan, 2017
Responden

( )

Universitas Sumatera Utara


KUESIONER
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI
PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PB SELAYANG II KECAMATAN
MEDAN SELAYANG
No. responden :
Nama responden :
Alamat :
Karakteristik responden
a. Umur (tanggal tahir) : tahun
b. Umur kategori : 1. Usia pertengahan 45-59 tahun
2. Lanjut usia 60 -74 tahun
3. Lanjut usia tua 75 - 90 tahun
4. Usia sangat tua 90 tahun
c. Jenis kelamin : 1. Laki – laki 2. Perempuan
d. Pendidikan : 1. Tidak tamat SD/ tidak sekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. Akademi / Perguruan Tinggi
e. Pekerjaan : 1. PNS/TNI/Polri
2. Pegawai Swasta
3. Petani
4. Wiraswasta
5. Tidak bekerja/pensiunan
6. Lainnya

Universitas Sumatera Utara


Gambaran Faktor Risiko Hipertensi
Status Hipertensi
Tekanan Darah: ......
Kebiasaan Merokok
1. Apakah anda memiliki kebiasaan merokok atau pernah merokok?
0. Tidak pernah merokok
1. Pernah merokok
2. Merokok
2. Berapa batang per hari anda merokok?
………….. batang/hari
3. Berapa lama anda sudah memiliki kebiasaan merokok?
…………… tahun
Status Gizi
Berat badan:......
Tinggi badan:.....
Aktifitas Fisik

BAGIAN 1: Aktivitas fisik berkaitan dengan pekerjaan di luar rumah


Bagian pertama adalah tentang pekerjaan anda seperti pekerjaan utama,
pertanian, kerja dilapangan, dan kerja sukarela tanpa dibayar yang anda
lakukan di luar rumah
1. Apakah anda memiliki pekerjaan di a. Ya
luar rumah (utama/kerja sukarela) ?
b. Tidak (jika jawaban tidak, lanjut
kebagian 2 )
Pertanyaan 2,3,4,5 dan 6 berhubungan dengan pekerjaan anda dalam
periode waktu 7 hari terakhir, setidaknya selama sepuluh menit dan
sebagai bagian dari pekerjaan anda
1. Berapa hari dalam seminggu ………… Hari/Minggu
terakhir anda melakukan aktivitas fisik
berat seperti mengangkat barang berat Tidak melakukan aktivitas
10 Kg atau setara dengan ½ zak beras
kecil), mencangkul tukang bangunan, fisik berat (lanjut ke pertanyaan 4)
mencari rumput dan lain sebagainya?

Universitas Sumatera Utara


Catatan : jika melakukan kurang dari
10 menit dihitung 0
2. Dalam sehari, berapa lama (jam, ………. Jam/hari
menit) anda biasa melakukan aktivitas ………. Menit/hari
fisik berat?
3. Berapa hari dalam seminggu ………… Hari/Minggu
terakhir anda melakukan aktivitas fisik
ringan, seperti mengangkat barang Tidak melakukan aktivitas
ringan (< 10 Kg)?
fisik berat (lanjut ke pertanyaan 6)
4. Dalam sehari berapa lama (jam, ………. Jam/hari
menit) anda biasa melakukan aktivitas ………. Menit/hari
fisik ringan?
5. Berapa hari dalam seminggu ………… Hari/Minggu
terakhir anda berjalan termasuk
berjalan untuk pergi dan pulang dari Tidak melakukan aktivitas
tempat kerja ?
fisik berat (lanjut ke bagian 2)
6. Dalam sehari, berapa lama ………. Jam/hari
(jam,menit) anda biasa berjalan? ………. Menit/hari

BAGIAN 2: Aktivitas fisik berkaitan dengan transportasi

Pertanyaan berikut adalah tentang bagaimana cara anda berpergian dari


suatu tempat ke tempat yang lain, termasuk ke tempat-tempat seperti
pekerjaan, toko, ke pasar, dan sebagainya dengan menggunakan jenis
kendaraan bermotor : roda dua, roda empat selama 7 hari terakhir.
8. Berapa hari dalam seminggu ....... Hari/minggu
terakhir Anda menaiki kenderaan Tidak menaiki kendaraan
bermotor roda dua, roda empat ?
(loncat ke pertanyaan 10)
9. Dalam sehari, berapa lama (jam, ....... Jam/hari
menit) Anda menaiki kendaraan ....... Menit/hari
bermotor roda dua, roda empat ?
Pertanyaan selanjutnya fokus pada aktivitas fisik bersepeda dan berjalan
untuk pergi dan pulang dari tempat kerja dalam periode waktu 7 hari
terakhir, setidaknya selama 10 menit.
10. Berapa hari dalam seminggu ………… Hari/Minggu
terakhir Anda bersepeda untuk pergi
dan pulang kerja ? Tidak bersepeda (lanjut ke

Universitas Sumatera Utara


pertanyaan 12)
11. Dalam sehari, berapa lama (jam, ………. Jam/hari
menit) Anda bersepeda untuk pergi ………. Menit/hari
dan pulang kerja ?
12. Dalam seminggu terakhir, berapa ………… Hari/Minggu
hari Anda berjalan untuk pergi dan
pulang Tidak berjalan
kerja ?
(lanjut ke bagian 3)
13. Dalam sehari, berapa lama (jam, ………. Jam/hari
menit) Anda berjalan untuk pergi dan ………. Menit/hari
pulang
kerja ?

BAGIAN 3: Pekerjaan rumah tangga, perawatan rumah dan perawatan


untuk keluarga

Pertanyaan berikut mengenai aktivitas fisik yang Anda lakukan dalam 7


hari terakhir di dalam dan sekitar rumah seperti pekerjaan rumah tangga,
berkebun, dan pekerjaan sekitar halaman, pekerjaan umum pemeliharaan
rumah serta merawat keluarga Anda.
Pertanyaan 14, 16, dan 18 berkaitan dengan aktivitas fisik disekitar rumah
dan di dalam rumah dalam periode waktu 7 hari terakhir, yang Anda
lakukan setidaknya selama 10 menit pada suatu waktu.
Di sekitar rumah ....... Hari/minggu

14. Berapa hari dalam seminggu Tidak melakukan aktivitas fisik


terakhir Anda melakukan aktivitas
fisik berat seperti mengangkat barang berat (loncat ke pertanyaan 16)
berat ≥ 10 kg, (setara dengan ½ zak
beras kecil) memindah perabot rumah
tangga, memotong kayu, mencangkul
di sekitar rumah ?
15. Dalam sehari, berapa lama (jam, ………. Jam/hari
menit) Anda biasa melakukan ………. Menit/hari
aktivitas fisik berat di sekitar rumah ?
16. Berapa hari dalam seminggu ...... Hari/minggu
terakhr Anda melakukan aktivitas fisik
ringan seperti mengangkat benda Tidak melakukan aktivitas fisik
ringan < 10 kg, menyapu halaman

Universitas Sumatera Utara


atau taman, mencuci mobil, mencuci ringan (loncat ke pertanyaan 18)
daun pintu ?
17. Dalam sehari, berapa lama (jam, ………. Jam/hari
menit) Anda biasa melakukan ………. Menit/hari
aktivitas fisik ringan ?
Di dalam rumah ...... Hari/minggu

18. Berapa hari dalam seminggu Tidak melakukan aktivitas fisik


terakhir Anda melakukan aktivitas
fisik ringan seperti mengangkat benda ringan (loncat ke bagian 4)
ringan < 10 kg, memasak, mencuci,
menyapu, mengepel lantai ?
19. Dalam sehari, berapa lama (jam, ………. Jam/hari
menit) Anda biasa melakukan ………. Menit/hari
aktivitas fisik ringan ?

BAGIAN 4: Aktivitas rekreasi, olah raga dan aktivitas fisik di waktu


luang

Pertanyaan berikut mengenai aktivitas fisik yang Anda lakukan di waktu


luang setidaknya selama 10 menit dalam 7 hari terakhir untuk aktivitas
rekreasi, berjalan, olah raga dan kegiatan lainnya.
20. Berapa hari dalam seminggu ....... Hari/minggu
terakhir Anda lakukan di waktu luang
untuk aktivitas rekreasi, aktivitas Tidak melakukan aktivitas
berjalan, olah raga dan kegiatan lain ?
berjalan (loncat ke pertanyaan 22)
21. Dalam sehari, berapa lama (jam, ………. Jam/hari
menit) Anda melakukan aktivitas di ………. Menit/hari
waktu luang untuk rekreasi, aktivitas
berjalan, olah raga dan kegiatan lain ?
22. Berapa hari dalam seminggu ...... Hari/minggu
terakhir Anda melakukan aktivitas
fisik berat seperti aerobik, berlari, Tidak melakukan aktivitas
bersepeda/ berenang cepat, tenis/bulu
tangkis single ? berat (loncat ke pertanyaan 24)
23. Dalam sehari, berapa lama (jam, ………. Jam/hari
menit) Anda biasa melakukan ………. Menit/hari
aktivitas fisik berat seperti aerobik,

Universitas Sumatera Utara


berlari, bersepeda/ berenang cepat,
tenis/bulu tangkis single ?
24. Berapa hari dalam seminggu ...... Hari/minggu
terakhir Anda melakukan aktivitas
fisik ringan seperti bersepeda / Tidak melakukan aktivitas
berenang dengan kecepatan biasa,
bermain tenis/bulu tangkis ganda ? ringan (loncat ke bagian 5)
25. Dalam sehari, berapa lama (jam, ………. Jam/hari
menit) Anda biasa melakukan ………. Menit/hari
aktivitas fisik ringan seperti bersepeda
/ berenang dengan kecepatan biasa,
bermain tenis/bulu tangkis ganda ?

BAGIAN 5: Waktu yang digunakan untuk duduk

Pertanyaan berikut adalah tentang waktu Anda yang biasa lakukan untuk
duduk di rumah, di tempat kerja, mengunjungi teman, membaca atau
berbaring melihat TV.
26. Dalam sehari, berapa lama (jam, ………. Jam/hari
menit) Anda biasa duduk di hari ………. Menit/hari
kerja?
27. Dalam sehari, berapa lama (jam, ………. Jam/hari
menit) Anda biasa duduk pada hari ………. Menit/hari
akhir pekan/ tidak bekerja ?

Riwayat Hipertensi
1. Apakah keluarga Anda (bapak/ibu/nenek/kakek) ada yang pernah menderita
hipertensi?
0. Tidak
1. Ada, sebutkan siapa yang menderita hipertensi? ________

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Master Data
MASTER DATA

No. NAMA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1. Naeman Erwin 2 1 47 1 5 4 2 32 18 576 2 2 2 2 1 2 2 2
2. H.Samidi 1 3 84 1 1 4 1 . . . . . 2 2 2 2 2 1
3. Suriman 1 2 67 1 2 4 2 49 12 588 2 2 2 2 2 2 2 2
4. Maria 2 1 50 2 5 4 1 . . . . . 2 3 1 2 2 2
5. Sarwani 1 2 67 1 3 4 1 . . . . . 1 1 1 2 2 2
6. Sunarsih 2 1 54 2 2 4 1 . . . . . 2 2 2 2 2 2
7. H.M Sujono 2 1 59 1 4 4 2 30 10 300 2 2 2 2 2 1 3 1
8. Bahder 1 2 63 1 4 5 2 43 3 129 1 1 2 3 1 2 2 2
9. Irawan 1 2 64 1 3 4 2 25 10 250 2 2 1 1 2 2 1 2
10. Poniah 2 1 49 2 4 5 1 . . . . . 2 2 1 2 2 1
11. Edward P 2 1 52 1 4 4 2 38 32 121 3 2 1 1 1 2 2 2
12. Nilawati 2 1 55 2 4 4 1 . . 6. . . 2 2 1 2 1 2
13. Misna 1 2 65 2 2 4 1 . . . . . 2 2 2 1 3 2
14. Zulfahmi 1 3 78 1 4 5 2 40 30 120 3 2 1 1 2 2 2 2
15. Sumarni 2 1 50 2 4 5 1 . . 0. . . 2 2 1 2 2 2
16. Basariah 1 2 69 2 1 5 2 30 2 60 1 1 1 1 2 1 3 2
17. Parida 2 1 57 2 2 5 1 . . . . . 2 3 1 1 3 2
18. Azhari 1 3 84 1 2 4 2 32 6 192 1 1 1 1 2 1 3 1
19. Mariana 2 1 58 2 1 5 1 . . . . . 1 1 1 1 3 1
20. Syarifah 1 2 60 2 2 4 1 . . . . . 2 2 2 2 2 2
21. Sinar 1 2 66 2 2 3 1 . . . . . 2 2 2 2 2 2
22. Elisabeth 2 1 52 2 4 5 1 . . . . . 2 2 2 2 2 2

Universitas Sumatera Utara


23. Saodah 1 3 75 2 2 5 1 . . . . . 2 2 2 2 2 2
24. Sakdiah 2 1 50 2 2 4 1 . . . . . 1 1 1 2 2 2
25. Abdul Aziz 2 1 55 1 3 4 2 34 36 122 3 2 2 3 2 2 2 2
26. Rosliana 1 2 65 2 2 4 1 . . 4. . . 1 1 2 2 2 2
27. Hj. Nurpaiyah 1 3 78 2 4 5 1 . . . . . 1 1 1 2 2 1
28. Ana 2 1 54 2 1 5 1 . . . . . 1 1 2 2 2 2
29. Ima Harahap 2 1 50 2 4 5 1 . . . . . 1 1 2 2 2 1
30. Nur Hutimah 2 1 50 2 3 2 1 . . . . . 2 2 2 1 3 2
31. Asria Siregar 2 1 56 2 5 5 1 . . . . . 1 1 1 1 3 1
32. Abdullah 1 2 63 1 3 4 2 10 12 120 1 1 2 3 1 2 2 1
33. Syamsul Bahri 1 2 69 1 2 5 2 11 2 22 1 1 2 3 1 2 2 1
34. Usman 1 2 69 1 2 5 2 41 12 492 2 2 2 2 2 2 2 1
35. Sari 2 1 54 2 4 5 1 . . . . . 2 2 2 2 2 2
36. Suprati 2 1 59 2 2 3 1 . . . . . 2 3 2 1 3 1
37. Dewi NST 2 1 50 2 3 4 1 . . . . . 2 2 2 1 3 2
38. Samsinar 2 1 53 2 2 4 1 . . . . . 2 2 2 1 3 2
39. Hj. Sarinem 1 2 71 2 1 3 1 . . . . . 2 2 2 2 2 2
40. Hj. Nurjannah 1 2 74 2 1 5 1 . . . . . 1 1 1 2 2 1
41. Rosmini 2 1 57 2 2 5 2 25 6 150 1 1 1 1 1 1 3 2
42. Paenah 2 1 54 2 2 4 2 3 1 3 1 1 1 1 2 1 3 1
43. Surahmi 1 2 61 2 2 5 1 . . . . . 2 2 2 2 2 2
44. Suharti 1 2 61 2 3 5 1 . . . . . 1 1 1 1 3 1
45. WanRisminah 1 2 65 2 4 5 1 . . . . . 1 1 1 1 3 1
46. Suhito 1 3 75 1 4 2 2 25 1 25 1 1 1 1 2 2 2 1
47. Hj. Sarifah 1 3 76 2 4 5 2 8 6 48 1 1 1 1 2 2 2 2
48. Tumiati 2 1 57 2 3 5 1 . . . . . 1 1 2 1 3 1

Universitas Sumatera Utara


49. Sulastri 2 1 50 2 4 5 1 . . . . . 2 2 1 1 3 2
50. Pawita 2 1 53 2 4 5 1 . . . . . 1 1 2 1 3 2
51. Sehati 2 1 55 2 4 1 1 . . . . . 2 2 2 2 2 2
52. Sumi 2 1 51 2 2 4 1 . . . . . 1 1 1 1 3 1
53. Samikem 1 3 76 2 2 3 1 . . . . . 1 1 2 2 2 2
54. Hutapeang 1 3 78 2 4 5 2 20 12 240 2 2 1 1 2 1 3 1
55. Sari Lestari 2 1 53 2 2 4 1 . . . . . 1 1 2 1 3 1
56. Piah 1 2 66 2 1 5 2 40 5 200 2 2 1 1 1 2 2 1
57. Karsini 2 1 55 2 2 5 1 . . . . . 2 2 2 2 2 2
58. Sibarani 1 2 71 2 2 5 1 . . . . . 1 1 1 1 3 1
59. Parmi 1 2 67 2 2 3 1 . . . . . 1 1 2 2 2 1
60. Lebo 1 3 80 2 1 3 1 . . . . . 1 1 1 2 1 1
61. Saminem 1 2 68 2 2 5 1 . . . . . 2 2 2 2 2 2
62. Sakiyem 1 2 68 2 1 5 1 . . . . . 1 1 1 2 2 1
63. Sutiyem 2 1 59 2 2 5 1 . . . . . 1 1 1 1 3 1
64. Siti Khotijah 2 1 52 2 2 4 1 . . . . . 2 2 2 1 3 1
65. Misinem 1 2 60 2 1 5 1 . . . . . 2 2 1 1 3 1
66. Riana 2 1 57 2 2 5 1 . . . . . 2 2 2 2 2 2
67. Nasiah 1 2 69 2 2 5 1 . . . . . 1 1 1 2 2 2
68. Tamisa 1 2 72 2 2 5 2 12 2 24 1 1 1 1 2 2 2 2
69. Poniah 2 1 56 2 2 5 1 . . . . . 2 2 2 2 2 2
70. Laraswati 2 1 54 2 2 5 2 14 12 168 1 1 1 1 1 1 3 1
71. Suhardinata 2 1 52 1 4 4 2 1 12 12 1 1 1 1 2 2 2 2
72. Edison 2 1 56 1 5 4 2 40 6 240 2 2 2 2 2 1 3 1
73. Ronti 1 3 75 2 1 5 1 . . . . . 1 1 2 2 2 2
74. Susi 2 1 45 2 5 1 2 15 1 15 1 1 2 2 1 1 3 2

Universitas Sumatera Utara


75. Kasyani 2 1 51 2 4 4 2 10 18 180 1 1 2 2 2 2 2 2
76. Ratni 1 2 63 2 2 4 1 . . . . . 1 1 2 1 3 2
77. Naik Sitepu 2 1 54 1 5 2 2 28 12 336 2 2 1 1 2 2 2 1
78. Sukirman 2 1 57 1 3 1 2 20 36 720 3 2 1 1 2 2 2 1
79. Tinoria 1 2 64 2 3 5 2 2 4 8 1 1 1 1 2 1 3 1
80. Abdurrahman 1 2 63 1 5 2 2 20 1 20 1 1 1 1 1 1 3 1
81. Ester 2 1 45 2 3 4 1 . . . . . 1 1 1 1 3 1
82. Gelora Sitepu 2 1 46 1 5 2 2 25 20 500 2 2 1 1 2 1 3 1
83. Muin Siregar 2 1 57 1 5 1 1 2 5 10 1 1 1 1 2 2 2 2
84. Ahmad 2 1 48 1 4 4 2 25 14 350 2 2 2 2 2 2 2 2
85. Budiarno 1 2 60 1 3 4 2 48 14 672 3 2 2 2 2 2 1 1
86. Rasmini 2 1 50 2 4 2 1 . . . . . 1 1 2 2 2 2
87. A.K Tamba 1 2 67 1 4 2 2 47 16 752 3 2 2 2 2 2 2 1
88. Nuah Sitepu 2 1 56 1 4 2 2 35 20 700 3 2 1 1 2 2 2 2
89. Daniel 2 1 47 1 5 2 2 16 40 640 3 2 1 1 2 1 3 1
90. Ngatimin 1 2 74 1 3 4 2 52 12 624 3 2 1 1 2 1 3 1
91. Nuraini 1 2 70 2 2 4 2 5 12 60 1 1 1 1 2 1 3 2
92. Sugiman 1 2 70 2 3 5 1 . . . . . 2 2 2 1 3 1
93. Yayuk 2 1 46 2 4 5 2 3 4 12 1 1 2 2 2 1 3 2
94. Ratni 2 1 56 2 4 5 1 . . . . . 2 2 1 1 3 1
95. Marsinah 2 1 55 2 2 5 1 . . . . . 1 1 1 1 3 1
96. Ratna 1 2 60 2 2 5 1 . . . . . 1 1 2 2 2 2
97. Sulastri 1 2 73 2 3 4 1 . . . . . 1 1 2 2 2 2
98. Walna 2 1 49 2 4 5 1 . . . . . 2 2 2 2 2 2
99. Tina 2 1 49 2 2 5 1 . . . . . 2 2 2 2 2 1
100. Subanda 2 1 58 1 1 4 2 25 8 200 2 2 2 2 2 2 1 2

Universitas Sumatera Utara


101. Nuraini 1 2 63 2 2 5 1 . . . . . 1 1 2 2 2 1
102. Aderisman 2 1 46 1 3 3 1 20 12 240 2 2 1 1 2 2 2 2
103. Idris 2 1 45 1 3 4 2 1 6 6 1 1 1 1 1 1 3 2
104. Sarinah 1 3 80 2 1 5 1 . . . . . 2 2 2 2 1 1
105. Adenan 1 3 76 1 1 4 1 . . . . . 2 2 2 2 1 2
106. Sariani 1 2 60 2 3 5 1 . . . . . 1 1 1 2 2 1
107. Siwo 1 2 65 1 4 4 2 25 12 300 2 2 2 2 1 2 2 1
108. Hertati 2 1 47 2 4 5 1 . . . . . 1 1 2 1 3 1
109. Sutinah 1 2 71 2 2 5 1 . . . . . 1 1 2 2 2 2
110. Parniah 1 3 85 2 1 5 1 . . . . . 1 1 2 2 1 2
111. Arista 1 2 65 2 3 5 2 13 24 312 2 2 1 1 1 1 3 1
112. Jumien 2 1 59 1 2 4 1 . . . . 1 1 2 2 2 2

Keterangan :

1 = Umur kategori (1) 10 = Hasil kali lama merokok x jumlah rokok yang dihisap (Indeks Brinkman)
2 = Umur kategori (2) 11 = Indeks Brinkman kategori (1)
3 = Umur 12 = Indeks Brinkman kategori (2)
4 = Jenis kelamin 13 = Aktivitas fisik kategori
5 = Pendidikan 14 = Aktivitas fisik
6 = Pekerjaan 15 = Riwayat hipertensi
7 = Kebiasaan merokok kategori 16 = Status gizi kategori
8 = Lama merokok (tahun) 17 = Status gizi
9 = Jumlah batang yang dihisap (batang) 18 = Status hipertensi

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Output Data

Analisis Univariat
Kejadian hipertensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hipertensi 51 45,5 45,5 45,5
Bukan hipertensi 61 54,5 54,5 100,0
Total 112 100,0 100,0

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 45-59 58 51,8 51,8 51,8
60-74 40 35,7 35,7 87,5
75-90 14 12,5 12,5 100,0
Total 112 100,0 100,0

Jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 34 30,4 30,4 30,4
Perempuan 78 69,6 69,6 100,0
Total 112 100,0 100,0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tamat SD/ tidak
sekolah 15 13,4 13,4 13,4
SD 39 34,8 34,8 48,2
SMP 19 17,0 17,0 65,2
SMA 29 25,9 25,9 91,1
Akademi/Perguruan
Tinggi 10 8,9 8,9 100,0
Total 112 100,0 100,0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PNS/TNI/Polri 4 3,6 3,6 3,6
Pegawai Swasta 9 8,0 8,0 11,6
Petani 7 6,3 6,3 17,9
Wiraswasta 38 33,9 33,9 51,8
Tidak bekerja/pensiunan 54 48,2 48,2 100,0
Total 112 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


Riwayat hipertensi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 38 33,9 33,9 33,9
Tidak ada 74 66,1 66,1 100,0
Total 112 100,0 100,0

Status gizi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Obesitas 43 38,4 38,4 38,4
Tidak obesitas 69 61,6 61,6 100,0
Total 112 100,0 100,0

Aktivitas fisik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak cukup 62 55,4 55,4 55,4
Cukup 50 44,6 44,6 100,0
Total 112 100,0 100,0

Aktivitas fisik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Aktivitas ringan 62 55,4 55,4 55,4
Aktivitas sedang 43 38,4 38,4 93,8
Aktivitas berat 7 6,3 6,3 100,0
Total 112 100,0 100,0

Kebiasaan merokok

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak merokok 68 60,7 60,7 60,7
Pernah Merokok
(masih/sudah 44 39,3 39,3 100,0
berhenti)
Total 112 100,0 100,0

Indeks Brinkman

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ringan 20 45,5 45,5 45,5
Sedang 15 34,1 34,1 79,5
Berat 9 20,5 20,5 100,0
Total 44 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


Analisis Bivariat

Crosstabs
Umur * Kejadian Hipertensi Crosstabulation

Status hipertensi Total


Bukan
Hipertensi hipertensi Hipertensi
Umur >=60 Count 28 26 54
Expected Count 24,6 29,4 54,0
% within Umur 51,9% 48,1% 100,0%
% within Status hipertensi 54,9% 42,6% 48,2%
% of Total 25,0% 23,2% 48,2%
<60 Count 23 35 58
Expected Count 26,4 31,6 58,0
% within Umur 39,7% 60,3% 100,0%
% within Status hipertensi 45,1% 57,4% 51,8%
% of Total 20,5% 31,3% 51,8%
Total Count 51 61 112
Expected Count 51,0 61,0 112,0
% within Umur 45,5% 54,5% 100,0%
% within Status hipertensi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 45,5% 54,5% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,677(b) 1 ,195
Continuity Correction(a) 1,222 1 ,269
Likelihood Ratio 1,681 1 ,195
Fisher's Exact Test ,255 ,135
Linear-by-Linear
Association 1,662 1 ,197
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,59.

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for Umur (>=60 / <60)
1,639 ,775 3,468
For cohort Status hipertensi =
Hipertensi 1,308 ,869 1,967
For cohort Status hipertensi = Bukan
hipertensi ,798 ,564 1,128

N of Valid Cases 112

Universitas Sumatera Utara


Jenis kelamin * Kejadian hipertensi Crosstabulation

Status hipertensi Total

Bukan
Hipertensi hipertensi Hipertensi
Jenis kelamin Laki-laki Count 17 17 34
Expected Count 15,5 18,5 34,0
% within Jenis kelamin 50,0% 50,0% 100,0%
% within Status hipertensi 33,3% 27,9% 30,4%
% of Total 15,2% 15,2% 30,4%
Perempuan Count 34 44 78
Expected Count 35,5 42,5 78,0
% within Jenis kelamin 43,6% 56,4% 100,0%
% within Status hipertensi 66,7% 72,1% 69,6%
% of Total 30,4% 39,3% 69,6%
Total Count 51 61 112
Expected Count 51,0 61,0 112,0
% within Jenis kelamin 45,5% 54,5% 100,0%
% within Status hipertensi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 45,5% 54,5% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,392(b) 1 ,531
Continuity Correction(a) ,176 1 ,674
Likelihood Ratio ,392 1 ,531
Fisher's Exact Test ,544 ,337
Linear-by-Linear
Association ,389 1 ,533
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,48.

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for Jenis kelamin (Laki-laki
/ Perempuan) 1,294 ,577 2,902

For cohort Status hipertensi =


Hipertensi 1,147 ,753 1,746
For cohort Status hipertensi = Bukan
hipertensi ,886 ,601 1,307

N of Valid Cases 112

Universitas Sumatera Utara


Riwayat hipertensi * Kejadian hipertensi Crosstabulation

Status hipertensi Total


Bukan
Hipertensi hipertensi Hipertensi
Riwayat hipertensi Ada Count 24 14 38
Expected Count 17,3 20,7 38,0
% within Riwayat
hipertensi 63,2% 36,8% 100,0%
% within Status
47,1% 23,0% 33,9%
hipertensi
% of Total 21,4% 12,5% 33,9%
Tidak ada Count 27 47 74
Expected Count 33,7 40,3 74,0
% within Riwayat
hipertensi 36,5% 63,5% 100,0%
% within Status
52,9% 77,0% 66,1%
hipertensi
% of Total 24,1% 42,0% 66,1%
Total Count 51 61 112
Expected Count 51,0 61,0 112,0
% within Riwayat
hipertensi 45,5% 54,5% 100,0%
% within Status
100,0% 100,0% 100,0%
hipertensi
% of Total 45,5% 54,5% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 7,202(b) 1 ,007
Continuity Correction(a) 6,166 1 ,013
Likelihood Ratio 7,242 1 ,007
Fisher's Exact Test ,009 ,006
Linear-by-Linear
Association 7,137 1 ,008
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,30.

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for Riwayat hipertensi
(Ada / Tidak ada) 2,984 1,326 6,718

For cohort Status hipertensi =


Hipertensi 1,731 1,176 2,548
For cohort Status hipertensi = Bukan
hipertensi ,580 ,370 ,910

N of Valid Cases 112

Universitas Sumatera Utara


Status gizi * Kejadian hipertensi Crosstabulation

Status hipertensi Total


Bukan
Hipertensi hipertensi Hipertensi
Status Obesitas Count
29 14 43
gizi
Expected Count 19,6 23,4 43,0
% within Status gizi 67,4% 32,6% 100,0%
% within Status hipertensi 56,9% 23,0% 38,4%
% of Total 25,9% 12,5% 38,4%
Tidak obesitas Count 22 47 69
Expected Count 31,4 37,6 69,0
% within Status gizi 31,9% 68,1% 100,0%
% within Status hipertensi 43,1% 77,0% 61,6%
% of Total 19,6% 42,0% 61,6%
Total Count 51 61 112
Expected Count 51,0 61,0 112,0
% within Status gizi 45,5% 54,5% 100,0%
% within Status hipertensi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 45,5% 54,5% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 13,505(b) 1 ,000
Continuity Correction(a) 12,110 1 ,001
Likelihood Ratio 13,718 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
Association 13,385 1 ,000
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,58.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for Status gizi (Obesitas /
Tidak obesitas) 4,425 1,960 9,991

For cohort Status hipertensi =


Hipertensi 2,115 1,414 3,164
For cohort Status hipertensi = Bukan
hipertensi ,478 ,302 ,757

N of Valid Cases 112

Universitas Sumatera Utara


Aktivitas fisik * Kejadian hipertensi Crosstabulation

Status hipertensi Total


Bukan
Hipertensi hipertensi Hipertensi
Aktivitas Tidak cukup Count
34 28 62
fisik
Expected Count 28,2 33,8 62,0
% within Aktivitas fisik 54,8% 45,2% 100,0%
% within Status hipertensi 66,7% 45,9% 55,4%
% of Total 30,4% 25,0% 55,4%
Cukup Count 17 33 50
Expected Count 22,8 27,2 50,0
% within Aktivitas fisik 34,0% 66,0% 100,0%
% within Status hipertensi 33,3% 54,1% 44,6%
% of Total 15,2% 29,5% 44,6%
Total Count 51 61 112
Expected Count 51,0 61,0 112,0
% within Aktivitas fisik 45,5% 54,5% 100,0%
% within Status hipertensi 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 45,5% 54,5% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 4,846(b) 1 ,028
Continuity Correction(a) 4,043 1 ,044
Likelihood Ratio 4,899 1 ,027
Fisher's Exact Test ,036 ,022
Linear-by-Linear
Association 4,803 1 ,028
N of Valid Cases 112
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22,77.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for Aktivitas fisik (Tidak
cukup / Cukup) 2,357 1,092 5,090

For cohort Status hipertensi =


Hipertensi 1,613 1,031 2,523
For cohort Status hipertensi = Bukan
hipertensi ,684 ,488 ,960

N of Valid Cases 112

Universitas Sumatera Utara


Indeks Brinkman * Status hipertensi Crosstabulation

Status hipertensi Total


Tidak
Hipertensi Hipertensi Hipertensi
Indeks Ringan Count
8 12 20
Brinkman
Expected Count 10,0 10,0 20,0
% within Indeks
40,0% 60,0% 100,0%
Brinkman
% within Status
36,4% 54,5% 45,5%
hipertensi
% of Total 18,2% 27,3% 45,5%
Sedang+Berat Count 14 10 24
Expected Count 12,0 12,0 24,0
% within Indeks
58,3% 41,7% 100,0%
Brinkman
% within Status
63,6% 45,5% 54,5%
hipertensi
% of Total 31,8% 22,7% 54,5%
Total Count 22 22 44
Expected Count 22,0 22,0 44,0
% within Indeks
50,0% 50,0% 100,0%
Brinkman
% within Status
100,0% 100,0% 100,0%
hipertensi
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,467(b) 1 ,226
Continuity Correction(a) ,825 1 ,364
Likelihood Ratio 1,475 1 ,225
Fisher's Exact Test ,364 ,182
Linear-by-Linear
Association 1,433 1 ,231
N of Valid Cases 44
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for Indeks Brinkman
(Ringan / Sedang+Berat) ,476 ,142 1,593

For cohort Status hipertensi =


Hipertensi ,686 ,364 1,293
For cohort Status hipertensi = Tidak
Hipertensi 1,440 ,796 2,607

N of Valid Cases 44

Universitas Sumatera Utara


Kebiasaan merokok * Status hipertensi Crosstabulation (laki-laki)

Status hipertensi Total


Tidak
Hipertensi Hipertensi Hipertensi
Kebiasaan Tidak merokok Count
1 3 4
merokok
Expected Count 2,0 2,0 4,0
% within
Kebiasaan 25,0% 75,0% 100,0%
merokok
% within Status
5,9% 17,6% 11,8%
hipertensi
% of Total 2,9% 8,8% 11,8%
Pernah merokok Count
16 14 30
(masih/sudah berhenti)
Expected Count 15,0 15,0 30,0
% within
Kebiasaan 53,3% 46,7% 100,0%
merokok
% within Status
94,1% 82,4% 88,2%
hipertensi
% of Total 47,1% 41,2% 88,2%
Total Count 17 17 34
Expected Count 17,0 17,0 34,0
% within
Kebiasaan 50,0% 50,0% 100,0%
merokok
% within Status
100,0% 100,0% 100,0%
hipertensi
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,133(b) 1 ,287
Continuity Correction(a) ,283 1 ,595
Likelihood Ratio 1,180 1 ,277
Fisher's Exact Test ,601 ,301
Linear-by-Linear
1,100 1 ,294
Association
N of Valid Cases 34
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,00.

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for Kebiasaan merokok
(Tidak merokok / Pernah merokok ,292 ,027 3,133
(masih/sudah berhenti))
For cohort Status hipertensi = Hipertensi ,469 ,083 2,644
For cohort Status hipertensi = Tidak
1,607 ,812 3,182
Hipertensi
N of Valid Cases 34

Universitas Sumatera Utara


Kebiasaan merokok * Status hipertensi Crosstabulation (Perempuan)

Status hipertensi Total


Tidak
Hipertensi Hipertensi Hipertensi
Kebiasaan Tidak merokok Count
28 36 64
merokok
Expected Count 27,9 36,1 64,0
% within Kebiasaan
merokok 43,8% 56,2% 100,0%
% within Status
82,4% 81,8% 82,1%
hipertensi
% of Total 35,9% 46,2% 82,1%
Pernah merokok Count
(masih/sudah 6 8 14
berhenti)
Expected Count 6,1 7,9 14,0
% within Kebiasaan
merokok 42,9% 57,1% 100,0%
% within Status
17,6% 18,2% 17,9%
hipertensi
% of Total 7,7% 10,3% 17,9%
Total Count 34 44 78
Expected Count 34,0 44,0 78,0
% within Kebiasaan
merokok 43,6% 56,4% 100,0%
% within Status
100,0% 100,0% 100,0%
hipertensi
% of Total 43,6% 56,4% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,004(b) 1 ,951
Continuity Correction(a) ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,004 1 ,951
Fisher's Exact Test 1,000 ,596
Linear-by-Linear
,004 1 ,952
Association
N of Valid Cases 78
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,10.

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper Lower
Odds Ratio for Kebiasaan merokok
(Tidak merokok / Pernah merokok 1,037 ,322 3,335
(masih/sudah berhenti))
For cohort Status hipertensi = Hipertensi 1,021 ,525 1,986
For cohort Status hipertensi = Tidak
,984 ,596 1,627
Hipertensi
N of Valid Cases 78

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Surat Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai