Anda di halaman 1dari 179

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMELIHARAAN


KESEHATAN PENDERITA HIPERTENSI DI
KABUPATEN BENGKALIS

TESIS

Oleh

NUR AZMI
NIM.
187032067

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA
THE FACTORS CORRELATED WITH FAMILY SUPPORT IN
TAKING CARE OF HYPERTENSION PATIENTS IN
BENGKALIS REGENCY.

THESIS

By:

NUR AZMI
Std. Id Number: 187032067

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMELIHARAAN
KESEHATAN PENDERITA HIPERTENSI DI
KABUPATEN BENGKALIS

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan
Masyarakat dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Peminatan Promosi Kesehatan pada
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

NUR AZMI
NIM. 187032067

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA
i
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 13 Agustus 2021

TIM PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Lita Sri Andayani, S.K.M. M.Kes.


Anggota : 1. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M.
2. dr. Rahayu Lubis, M.Kes., Ph.D.
3. Sri Rahayu Sanusi, S.K.M., M.Kes., Ph.D.

ii
Pernyataan Keaslian Tesis

Saya menyatakan dengan ini bahwa tesis saya yang berjudul “Faktor

yang Berhubungan dengan Dukungan Keluarga dalam Pemeliharaan

Kesehatan Penderita Hipertensi di Kabupaten Bengkalis” beserta seluruh

isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau

klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Agustus 2021

Nur Azmi

i
Abstrak

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang sangat mempengaruhi


produktivitas dan kualitas hidup seseorang, bersifat silent killer dengan angka
prevalensi tertinggi di Indonesia. Hipertensi yang tidak diobati akan menyebabkan
terjadinya komplikasi seperti stroke, gagal ginjal, gagal jantung, dan penyakit
jantung koroner. Untuk mencegah terjadinya komplikasi seperti stroke, gagal
ginjal, gagal jantung, dan penyakit jantung koroner, perlu peran keluarga sebagai
support system utama yang mendukung penderita hipertensi patuh dalam
pengobatan dalam bentuk memberikan dukungan. Dengan adanya dukungan
keluarga akan membantu penderita melakukan pemeriksaan dan mengingatkan
jadwal minum obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan dukungan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan penderita
hipertensi di Kabupaten Bengkalis tahun 2021. Jenis penelitian ini adalah
kuantitatif analitik dengan desain cross sectional. Jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah 5938 dengan jumlah sampel sebanyak 101 diperoleh dengan
menggunakan purposive sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan
kuesioner yang digunakan dalam bentuk google form. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini dianalisis dengan univariat, bivariat, dan multivariat menggunakan
uji regresi logistik berganda. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan
faktor praktik di keluarga (p=0,003) dan faktor latar belakang budaya (p=0,001)
dengan dukungan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi.
Analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel latar belakang budaya
merupakan variabel yang paling berhubungan dengan dukungan keluarga dalam
pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi dengan nilai Prevalence Ratio (PR)
sebesar 4,444. Keluarga diharapkan untuk selalu memberikan dukungan kepada
penderita hipertensi agar patuh dalam pemeliharaan kesehatan hipertensi dan
terhindar dari komplikasi.

Kata kunci: Kesehatan, hipertensi, dukungan keluarga

i
Abstract

Hypertension is a degenerative disease which highly influences a person’s


productivity and quality of life. It is a silent killer with its highest prevalence in
indonesia. It can cause stroke, kidney failure, heart failure, and heart coronary
disease. To prevent complications such as stroke, kidney failure, heart failure,
and heart coronary disease, the role of family is highly needed as the main
support system to make hypertension patients comply with getting medication and
to remind them of taking medicines according to the schedule. The objective of the
research is to find out some factors which are correlated with family support in
taking care of the health of hypertension patients in Bengkalis Regency, in 2021.
The research uses quantitative analytic method with cross sectional design. The
population is 5,938 patients, and 101 of them are taken as the samples by using
purposive sampling technique. The data are gathered by using questionnaires in
the Google Form. The gathered data are analyzed by using univariate analysis,
bivariate analysis, and multivariate analysis with multiple logistic regression
tests. The result of bivariate analysis shows that there is a correlation of the
factor of practice (p=0,003) and the factor of cultural background (p=0,001) with
family support in taking care of the health of hypertension patients. The result of
multivariate analysis shows that the variable of cultural background has the most
dominant correlation with family support in taking care of the health of
hypertension patients at Prevalence Ratio (PR) 4,444. It is recommended that
families always give support to hypertension to prevent them from complication.

Keywords: Health, hypertension, family support

v
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini dengan judul “Faktor yang Berhubungan dengan

Dukungan Keluarga dalam Pemeliharaan Kesehatan Penderita Hipertensi di

Kabupaten Bengkalis”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M.) pada Program Studi

S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan penulisan tesis ini, penulis mendapatkan

banyak bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam

kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan rasa hormat dan mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si., selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dra. Nurmaini, M.K.M., Ph.D., selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. Dr. Lita Sri Andayani, S.K.M. M.Kes., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus

ketua penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran,

bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

v
5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M., selaku Dosen Pembimbing II yang

telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan dan

arahan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

6. dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam perbaikan tesis ini.

7. Sri Rahayu Sanusi, S.K.M, M.Kes, Ph.D selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam perbaikan tesis ini.

8. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai di FKM USU yang telah banyak membantu

dan memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Teristimewa untuk kedua orang tua saya yang senantiasa mendoakan, kasih

sayang, motivasi, perhatian, semangat, serta dukungan penuh selama penulis

menjalani pendidikan.

10. Teristimewa untuk kelurga besar yang senantiasa mendoakan, motivasi, dan

dukungan penuh selama penulis menjalani pendidikan.

11. Nur Fatiha, Nur Indah Nasution, Nina Annisa, Hartatik, Winna Anggreny dan

Noni Surtiana yang senantiasa memotivasi dan mendukung penuh selama

penulis menjalani pendidikan.

10. Teman-teman terbaik dan seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat yakni teman-teman angkatan

2018 genap dan teman-teman peminatan Promosi Kesehatan beserta teman-

teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas dukungan dan

motivasinya selama ini.

v
Dengan keterbatasan pengalaman, ilmu maupun pustaka yang ditinjau,

penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, pen u
mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan tesis ini. Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa

melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga tesis ini bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, Agustus 2021

Nur Azmi

vi
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Tesis iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xii
Daftar Gambar xiv
Daftar Lampiran xv
Daftar Istilah xvi
Daftar Riwayat Hidup xvii

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 9
Tujuan umum 9
Tujuan khusus 9
Manfaat Penelitian 9

Tinjauan Pustaka 11
Dukungan sosial keluarga 11
Pengertian keluarga 11
Fungsi keluarga 12
Peran keluarga 13
Tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan 14
Tipe keluarga 14
Pengertian dukungan sosial keluarga 15
Jenis dukungan sosial keluarga 16
Komponen dukungan sosial keluarga 17
Sumber dukungan sosial keluarga 18
Bentuk dukungan keluarga 19
Manfaat dukungan sosial keluarga 19
Faktor yang mempengaruhi dukungan sosial keluarga 20
Hipertensi 25
Pengertian hipertensi 25
Etiologi hipertensi 26
Klasifikasi hipertensi 29
Manifestasi klinis hipertensi 31
Komplikasi hipertensi 31

i
Obat anti hipertensi 32
Kepatuhan pengobatan hipertensi 33
Waktu kontrol terbaik hipertensi 35
Penanganan hipertensi 36
Landasan Teori 37
Kerangka Konsep 39
Hipotesis Penelitian 39

Metode Penelitian 41
Jenis Penelitian 41
Lokasi dan Waktu Penelitian 41
Populasi dan Sampel 42
Variabel dan Definisi Operasional 43
Metode Pengumpulan Data 46
Metode Pengukuran 47
Metode Analisis Data 51

Hasil Penelitian 53
Deskripsi Lokasi Penelitian 53
Analisis Univariat 54
Karakteristik responden 54
Distribusi variabel tingkat pengetahuan keluarga 56
Distribusi variabel praktik di keluarga 59
Distribusi variabel latar belakang budaya 62
Analisa Bivariat 69
Hubungan tingkat pengetahuan dengan dukungan keluarga 69
Hubungan praktik di keluarga dengan dukungan keluarga 70
Hubungan latar belakang budaya dengan dukungan keluarga 70
Analisis Multivariat 71
Hubungan praktik di keluarga dengan dukungan keluarga 71
Hubungan latar belakang budaya dengan dukungan keluarga 71

Pembahasan 73
Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 73
Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 73
Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 74
Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 74
Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan 75
Analisa bivariat 75
Hubungan tingkat pengetahuan dengan dukungan keluarga 75
Hubungan praktik di keluarga dengan dukungan keluarga 81
Hubungan latar belakang budaya dengan dukungan keluarga 86
Analisa multivariat 91
Hubungan latar belakang budaya dengan dukungan keluarga 91
Implikasi Penelitian 94
Keterbatasan Penelitian 95

Kesimpulan dan Saran 96


Kesimpulan 96
x
Saran 97

Daftar Pustaka 100


Lampiran 112

x
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Klasifikasi Tekanan Darah Untuk Dewasa 18 Tahun 29


Keatas

2 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-6 dan JNC-7 30


(mmHg)

3 Klasifikasi Hipertensi Menurut European Society of 30


Hypertension (ESH) (mmHg)

4 Obat Anti Hipertensi 33

5 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik 55

6 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai 57


Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi

7 Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Tingkat 59


Pengetahuan Tentang Hipertensi

8 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai 60


Praktik di Keluarga

9 Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Praktik di 62


Keluarga

10 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai 63


Latar Belakang Budaya

11 Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Latar 64


Belakang Budaya

12 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai 65


Dukungan Keluarga dalam Pemeliharaan Kesehatan
Penderita Hipertensi

13 Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Dukungan 69


Keluarga dalam Pemeliharaan Kesehatan Penderita
Hipertensi

14 Analisa Bivariat 69

x
15 Analisa Multivariat 71

xi
Daftar

No Judul Halaman

1 Kerangka Teori Friedman (2010) dan Purnawan (2008) 38

2 Kerangka konsep penelitian 39

xi
Daftar

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 112

2 Output Analisis Data 121

3 Master Data 146

4 Surat Penelitian 159

x
Daftar

AHA American Heart Association


BPS Badan Pusat Statistik
ESH European Society of Hypertension
PTM Penyakit Tidak Menular
RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar
WHO World Health Organization

x
Riwayat

Penulis bernama Nur Azmi, dilahirkan di Bengkalis, 25 Januari 1995,

beragama Islam, anak pertama dari pasangan Sulaiman dan Jumiatun. Penulis

bertempat tinggal di Jalan Sepakat RT 002 RW 004 Desa Pematang Duku Timur

Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di SDN No 35

Bengkalis dan lulus pada tahun 2007, MTS Darussalam dan lulus pada tahun

2010, SMA Negeri 2 Bantan dan lulus pada tahun 2013. Penulis melanjutkan

kuliah di Universitas Riau dan lulus pada tahun 2018. Pada tahun 2019 penulis

melanjutkan kuliah di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan

Promosi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Agustus 2021

Nur Azmi

xv
Pendahulu

Latar Belakang

Berubahnya gaya hidup masyarakat akibat urbanisasi, globalisasi, dan

modernisasi memicu terjadinya transisi epidemiologi penyakit. Transisi

epidemiologi penyakit ditunjukkan dengan adanya perubahan pola penyakit, yaitu

proporsi penyakit menular mengalami penurunan, akan tetapi proporsi penyakit

tidak menular mengalami peningkatan (Yarmaliza & Zakiyuddin, 2019).

World Health Organization (WHO, 2018) menyatakan sekitar 71%

penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak menular (PTM) yang

membunuh 36 juta jiwa pertahun (Sogno, Hoffmann, & Kuenzer, 2020). Data

World Health Organization (WHO, 2018) menunjukkan bahwa pada tahun 2030

diprediksikan akan ada 52 juta jiwa kematian pertahun yang disebabkan karena

penyakit tidak menular. Lebih dari 40% kematian akibat penyakit tidak menular

(PTM) terjadi sebelum usia 70 tahun (Ediriweera, Karunapema, Pathmeswaran, &

Arnold, 2018). Kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan akan

terus meningkat, dan peningkatan terbesar berada di negara berpenghasilan

menengah dan rendah (Ganju dkk, 2020).

Di Indonesia, penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab kematian

tertinggi menggeser angka kematian yang disebabkan penyakit menular. Riset

Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan adanya peningkatan prevalensi

penyakit tidak menular (PTM) dari tahun 2013 ke tahun 2018. Prevalensi penyakit

tidak menular (PTM) seperti kanker meningkat dari 1,4 persen menjadi 1,8

persen, prevalensi stroke dari 7 persen menjadi 10,9 persen, penyakit ginjal kronik

1
2

meningkat dari 2 persen menjadi 3,8 persen, diabetes melitus meningkat dari 6,9

persen menjadi 8,5 persen, dan hipertensi meningkat dari 25,8 persen menjadi

34,1 persen (Kemenkes RI, 2019). Dari data tersebut diatas terlihat bahwa

penyakit tidak menular (PTM) yang paling tinggi mengalami peningkatan adalah

hipertensi.

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang sangat

mempengaruhi produktivitas dan kualitas hidup seseorang (Machmud, 2020).

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadinya gangguan pada sistem

peredaran darah sehingga tekanan darah menjadi naik diatas batas normal, yaitu

tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-89 mmHg

(Aleyadeh, Centeno, Ahmed, & Shah, 2019).

World Health Organization, 2017 (dalam Akbar, dan Santoso 2020)

menyatakan bahwa pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 1,5 miliar orang di

dunia menyandang hipertensi setiap tahunnya, dan menyebabkan 9,4 juta

kematian pertahun di seluruh dunia serta 1,5 juta kematian pertahun di wilayah

Asia. Di Indonesia, tahun 2018 prevalensi kejadian hipertensi sebesar 34,1 persen.

Angka ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibanding hasil riskesdas

tahun 2013 yaitu 25.8 persen (Tirtasari & Kodim, 2019).

Hipertensi bisa terjadi pada semua golongan usia terutama usia dewasa

(Machmud, 2020). Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, yaitu faktor yang

dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah. Menurut Naidu dkk. (2019)

faktor yang tidak dapat diubah meliputi usia dan jenis kelamin. Sedangkan faktor

yang dapat diubah menurut Yoo dkk. (2020) adalah kebiasaan konsumsi alkohol
3

dalam jumlah yang banyak. Beberapa studi seperti Ibrahim (2018), Mubarik,

Malik, Mubarak, Gilani, dan Masood (2019), menyatakan determinan hipertensi

adalah kebiasaan makan yang buruk, angka buta huruf yang tinggi, sistem

kesehatan yang tidak memadai karena rendahnya dana, infrastruktur yang buruk,

harga obat yang tinggi berkontribusi pada kontrol tekanan darah yang buruk,

obesitas, dan stres sosial.

Hipertensi disebut juga silent killer atau pembunuh diam-diam. Umumnya

hipertensi terjadi tanpa gejala (asimptomatis) terlebih dahulu, sehingga sering

tidak terdeteksi dan tidak diobati (Imelda, Sjaaf, & Paf, 2020). Sebagian besar

penderita hipertensi tidak menyadari, mereka merasa sehat dan energik walaupun

tekanan darahnya sudah jauh di atas batas normal (memiliki hipertensi), sehingga

hipertensi sering ditemukan secara kebetulan saat penderita datang ke pelayanan

kesehatan melakukan pemeriksaan karena alasan penyakit tertentu (Aprilyadi &

Zuraidah, 2020). Keadaan ini tentu sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan

keterlambatan untuk mendapatkan penanganan yang bisa mengakibatkan

terjadinya komplikasi (Sari & Faizah, 2018).

Komplikasi hipertensi yang paling sering terjadi adalah gagal ginjal,

gangguan kognitif, penyakit jantung, dan stroke (Brathwaite, Hutchinson, McKee,

Palafox, & Balabanova, 2020). Hipertensi merupakan penyakit seumur hidup

yang tidak bisa disembuhkan, namun untuk mencegah kekambuhan dan

komplikasi bisa dikontrol dengan terapi pengobatan, pengaturan diet, serta gaya

hidup (Nurhayati & Febriani, 2019). Dalam melakukan terapi pengobatan, pasien

hipertensi harus patuh melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan,


4

manajemen diet, dan konsumsi obat hipertensi secara teratur sesuai dengan

anjuran dokter (Pamungkas, Rohimah, & Zen, 2020). Keharusan ini lah yang

membuat pasien hipertensi tidak patuh dalam mengkonsumsi obat dikarenakan

merasa bosan harus mengkonsumsi obat setiap hari.

Menurut Triono dan Hikmawati (2020) penderita hipertensi akan

melakukan manajemen hipertensi jika mendapatkan dukungan dari keluarga.

Menurut Prihartono, Andarmoyo, dan Isroin (2019) semakin tinggi dukungan

keluarga yang diberikan maka semakin tinggi tingkat kepatuhan penderita

hipertensi dalam menjalankan diet. Dalam hal ini family support atau dukungan

dari keluarga sangat diperlukan untuk mendampingi pasien hipertensi sehubungan

dengan rasa bosan yang dihadapi pasien dalam menjalani pengobatan (Belue,

2017).

Dukungan keluarga adalah proses hubungan antara keluarga dengan

lingkungan sosial. Dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan, dan

penerimaan keluarga dengan penderita yang sakit oleh anggota keluarga

(Prihartono, Andarmoyo, & Isroin, 2019). Bentuk dukungan keluarga yang

diberikan dapat berupa dorongan, semangat, pemberian nasihat, kepercayaan, dan

perhatian (Wahyudi, Herlianita, & Pagis, 2020). Bentuk dukungan tersebut akan

memberikan rasa nyaman secara fisik, psikologis, meningkatkan kesehatan fisik,

dan meningkatkan harapan hidup anggota keluarga yang sakit (Shirvani dkk,

2020). Menurut Khotimah dan Masnina (2020) adanya dukungan keluarga

mengurangi kecemasan serta meningkatkan komitmen pasien agar tetap menjalani

pengobatan sehingga meraih tujuan dari pengobatan. Penelitian yang dilakukan di


5

Jizan dan Al Sharqia, Arab Saudi menunjukkan bahwa dukungan keluarga

memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku self care pada penderita

hipertensi (Bahari dkk, 2019).

Dukungan keluarga atau family support sangat penting diberikan kepada

penderita hipertensi, karena dengan dukungan yang diberikan akan membantu

penderita hipertensi melakukan perawatan secara optimal, seperti menemani dan

mengantarkan penderita hipertensi melakukan pemeriksaan, mengingatkan jadwal

minum obat secara teratur, membantu pembiayaan pengobatan serta perubahan

gaya hidup (Sulistyana, 2019). Menurut Wahyudi dan Nugroho (2020) dengan

dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga menunjukkan perhatian dan

kepedulian akan memotivasi anggota keluarga yang sakit menjalani pengobatan

dengan baik dan benar. Penelitian Trajchska dkk. (2020) menemukan pasien

dengan dukungan keluarga yang rendah memiliki kualitas hidup lebih buruk,

ketidakpatuhan dalam pemeriksaan dan pengobatan.

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor terpenting yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien dalam menjalankan proses perawatan

kesehatan (Ningrum, Drajat, & Imardiani, 2020). Setiap orang yang menderita

sakit sangat mengharapkan adanya pendampingan dan dukungan yang

meneguhkan. Untuk itu peran keluarga sangat penting dalam menjadi pendamping

dan meneguhkan pasien terhadap sakit yang dihadapi. Namun tidak semua

anggota keluarga yang sakit mendapatkan dukungan dari keluarga secara baik.

Menurut Friedman (2010) dalam memberikan dukungan keluarga, ada beberapa

faktor yang mempengaruhi yaitu tingkat pendidikan atau pengetahuan dan tingkat
6

ekonomi meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan (Firmansyah, Lukman, &

Mambangsari, 2017).

Menurut Efendi dan Larasati (2017) pengetahuan keluarga terhadap suatu

penyakit merupakan hal yang sangat penting. Pengetahuan keluarga yang baik

terhadap suatu penyakit memungkinkan keluarga untuk mengetahui kapan

keluarga harus mencari pengobatan dan mendukung kepatuhan terhadap

pengobatan (Sumantra, Kumaat, & Bawatong, 2017). Menurut Firmansyah,

Lukman dan Mambangsari (2017) semakin tinggi pengetahuan keluarga maka

semakin baik dalam perawatan kesehatan hipertensi. Suatu penelitian yang

dilakukan oleh Kusumawardana, Tamtomo, dan Sugiarto (2017) lansia yang

berasal dari keluarga dengan pengetahuan yang baik tentang hipertensi memiliki

kontrol tekanan darah 0,4 kali lebih baik dibandingkan dengan mereka yang

berasal dari keluarga dengan pengetahuan yang kurang tentang hipertensi.

Menurut Srivastava dan Gill (2020) sosio ekonomi juga termasuk kedalam

faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menentukan pengobatan. Keluarga

dengan tingkat sosial ekonomi rendah lebih memilih memenuhi kebutuhan pokok

seperti bayar listrik, bayar air, daripada untuk memeriksakan kesehatan ke fasilitas

pelayanan kesehatan dan mengutamakan makan-makanan yang sehat seperti

konsumsi buah dan sayur (Lestari & Nugroho, 2019). Menurut Susanti, Siregar,

dan Falefi (2020) keluarga yang tidak mengkonsumsi makan-makanan yang sehat

seperti buah, sayur, dan ikan berisiko 3,7 kali akan mengalami hipertensi

dibandingkan dengan keluarga yang sering mengkonsumsi buah dan sayur.

Salah satu wilayah dengan jumlah hipertensi tertinggi dan meningkat


7

disetiap tahunnya adalah Kabupaten Bengkalis. Kabupaten Bengkalis merupakan

daerah kepulauan, sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai nelayan dan

petani. Masyarakat yang bekerja sebagai nelayan, menjadikan sebagian dari hasil

tangkapan diolah menjadi ikan asin. Di Kabupaten Bengkalis ikan asin termasuk

menu makanan favorit bagi sebagian besar masyarakat, selain harganya yang

terjangkau dibandingkan harga ikan segar. Selain itu, masyarakat yang bekerja

sebagai petani, setelah pulang dari bekerja mereka lebih banyak menghabiskan

waktunya untuk menonton tv dan bermain game. Hal inilah yang menjadikan

hipertensi meningkat disetiap tahunnya.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis, angka kesakitan

akibat hipertensi mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Di Kabupaten

Bengkalis pada tahun 2016 jumlah penderita hipertensi sebanyak 2.165 orang,

tahun 2017 sebanyak 11.167 orang penderita, tahun 2018 sebanyak 14.970 orang

penderita, dan pada tahun 2019 sebanyak 31.880 orang penderita (Dinas

Kesehatan Kabupaten Bengkalis, 2019). Dari 9 Kecamatan yang ada di Kabupaten

Bengkalis, Kecamatan Bengkalis menduduki tingkat pertama dengan jumlah

tertinggi hipertensi. Di Kecamatan Bengkalis pada tahun 2017 jumlah penderita

hipertensi sebanyak 648 orang, tahun 2018 sebanyak 1.508 orang penderita, dan

pada tahun 2019 meningkat menjadi sebanyak 5.938 orang penderita hipertensi

(Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis, 2019)

Survey awal yang dilakukan dengan 30 keluarga yang memiliki anggota

keluarga dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pematang Duku Timur

Kabupaten Bengkalis, 20 dari 30 mengatakan: (1) Hubungan kekeluargaan


8

mereka sangat baik, saling membantu satu sama lain jika ada yang mengalami

masalah. Namun dalam keluarga tidak pernah membicarakan masalah hipertensi.

Keluarga juga jarang mengingatkan penderita untuk menjaga kesehatan

hipertensi.

(2) Tidak ada perbedaan dalam memasak makanan khusus penderita hipertensi

dengan makanan keluarga yang tidak hipertensi. Tidak adanya perbedaan dalam

memasak dikarenakan ketidakmauan mereka untuk memasak dua kali, dengan

alasan capek ketika harus mengulang memasak kembali, menghabiskan waktu,

dan biaya. (3) Jarang memberikan dukungan ke penderita hipertensi disebabkan

karena kesibukan masing-masing

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Faktor yang berhubungan dengan dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten Bengkalis”.

Perumusan Masalah

Dukungan sosial keluarga merupakan salah satu bentuk dari upaya

pencegahan dan penanggulangan kesehatan hipertensi. Melalui dukungan yang

diberikan akan menambah semangat pada penderita dalam memelihara kesehatan

hipertensi, sehingga dapat menekan kejadian kekambuhan dan komplikasi.

Namun tidak semua penderita hipertensi mendapatkan dukungan secara baik. Hal

ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat pendapatan, tingkat

pengetahuan, emosi, spiritual, latar belakang budaya, dan praktik keluarga.

Berdasarkan masalah diatas peneliti tertarik untuk meneliti: “Faktor yang

berhubungan dengan dukungan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan penderita

hipertensi di Kabupaten Bengkalis”.


9

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Menganalisis Faktor yang berhubungan dengan dukungan

keluarga dalam pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten

Bengkalis.

Tujuan khusus.

1. Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan dukungan keluarga

dalam pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten Bengkalis.

2. Menganalisis hubungan praktek di keluarga dengan dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten Bengkalis.

3. Menganalisis hubungan latar belakang budaya dengan dukungan keluarga

dalam pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten Bengkalis.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

yang membutuhkan, baik secara teoritis maupun praktis, diantaranya:

Manfaat teoritis. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk

pengembangan ilmu kesehatan masyarakat khususnya dalam lingkup dukungan

keluarga terhadap pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten

Bengkalis Tahun 2021.

Manfaat aplikatif. Hasil penelitian ini bagi pemerintah diharapkan

berguna sebagai tambahan informasi bagi pemerintah dalam menyusun program

penanggulangan hipertensi pada masyarakat Kabupaten Bengkalis.


1

Manfaat aplikatif, bagi Puskesmas penelitian ini berguna sebagai referensi

dan pertimbangan bagi puskesmas dalam membuat program-program dalam

menyelesaikan kasus hipertensi yang ada di Kabupaten Bengkalis.


Tinjauan Pustaka

Dukungan Sosial Keluarga

Pengertian keluarga. Pengertian keluarga diantaranya, Duval (1972)

Keluarga merupakan sekelompok orang yang berdekatan yang memiliki sebuah

hubungan dan dipersatukan melalui perkawinan. Adapun tujuan dari

dipersatukannya sekelompok orang adalah untuk mempertahankan budaya yang

umum, sifat emosional di dalam diri (Ali, 2010).

Menurut para ahli Bailon dan Maglaya (1978) keluarga merupakan

sekelompok orang yang didalamnya memiliki sebuah perkawinan, hubungan

darah dan asuhan. Dalam keluarga semua individu memiliki peran dalam

keluarga.

Berdasarkan pendapat dari teori Johnson’s (1992) kekerabatan di dalam

sebuah keluarga merupakan sekumpulan orang yang dipersatukan karena adanya

hubungan darah antar keluarga, memiliki rumah yang sama, dan mempunyai

tanggung jawab yang berbeda-beda.

Pernyataan dari sebuah Lembaga Kesehatan RI (1988) ada beberapa

sekumpulan keluarga saling membutuhkan satu sama lain serta termasuk kedalam

unit terkecil dari masyarakat.

Salvicion dan Celis (1998), menyatakan bahwa keluarga merupakan

sekumpulan individu-individu yang tergabung dalam suatu tempat karena

hubungan perkawinan atau pengangkatan. Individu-individu tersebut saling

berinteraksi di dalam rumah dan saling menghargai.

11
1

Fungsi keluarga. Ada beberapa fungsi Friedman (1980):

1. Fungsi efektif

Merupakan fungsi utama dari sebuah keluarga yang dibutuhkan untuk

perkembangan individu, keluarga memiliki peran penting untuk mengajarkan dan

mempersiapkan anggota keluarga agar bisa bersosialisasi.

2. Fungsi sosialisasi

Dimana keluarga memiliki peran untuk melatih kemampuan anak dalam

berinteraksi agar mudah berinteraksi satu sama lain.

3. Fungsi Reproduksi

Dimana keluarga saling berkaitan dan memiliki kebutuhan biologis atau tempat

untuk memenuhi kebutuhan biologis sehingga menghasilkan keturunan untuk

mempertahankan generasi.

4. Fungsi Ekonomi

Pemenuhan kebutuhan keluarga yang dilakukan dengan cara bekerja agar bisa

menghasilkan pendapatan yang berguna untuk sandang dan pangan di dalam

rumah tangga.

5. Fungsi Keperawatan

Dimana keluarga memiliki peran untuk melindungi keluarga dari segala

penyakit agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

6. Fungsi Pendidikan

Bertanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya sejak mereka masih kecil

hingga dewasa.

7. Fungsi Sosial Bagi Anaknya


1

Memberikan contoh kepada anak tentang pentingnya saling menghargai dan

membantu satu sama lain dalam kehidupan sosial.

8. Fungsi Agama

Mengajarkan tentang kepercayaan dan mempraktikan kehidupan sesuai

tuntutan agama.

9. Fungsi Rekreasi

Keluarga mampu menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga

sehingga mengurangi ketegangan akibat berada diluar rumah.

10. Fungsi Afeksi

Keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan kebutuhan

psikososial sebelum anggota keluarga berada diluar rumah.

11. Fungsi Ekonomi

a. Melakukan kegiatan ekonomi untuk menopang kelangsungan hidup

keluarga seperti memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan.

b. Memanajemen perekonomian keluarga agar tidak terjadi pemborosan.

c. Memanajemen waktu bekerja dengan waktu berkumpul dengan keluarga

agar terbentuk keluarga yang harmonis.

d. Menggunakan perekonomian dengan baik

12. Fungsi Pelestarian Lingkungan

a. Menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah

Menjaga dan merawat pepohonan yang ada dilingkungan sekitar rumah.

Peran keluarga. Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan

seseorang. Seseorang akan menjalankan tugasnya sesuai dengan posisi atau


1

kedudukan masing-masing. Ayah berperan sebagai tempat kenyamanan dan ibu

memiliki peran sebagai pendidik anak-anak, dan pelindung keluarga (Ali, 2010).

Tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan. Keluarga berfungsi

sebagai pemeliharaan kesehatan, karena dengan adanya keluarga pencapaian

keluarga sehat akan tercapai. Adapun fungsi keluarga dalam kesehatan adalah

(Pamungkas, Rohimah, & Zen, 2020).

1. Menyadari adanya gangguan perkembangan kesehatan dalam anggota

keluarganya.

2. Memilih kesehatan yang tepat untuk anggota keluarga yang membutuhkan.

3. Membantu keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

4. Menjaga rumah tetap bersih dan nyaman

5. Menjaga hubungan interaksi antara keluarga dan fasilitas kesehatan.

Tipe keluarga. Menurut Friedman (1986) ada delapan tipe keluarga yaitu

sebagai berikut (Ali, 2010).

1. Nuclear family

Merupakan tipe keluarga yang semua kebutuhan hidupnya masih menjadi

tanggung jawab orang tua, dan bertempat tinggal yang sama.

2. Extended family

Merupakan keluarga besar yang tinggal dalam satu rumah dari satu atau dua

keluarga.

3. Single parent family

Keluarga yang terdiri dari ayah atau ibu saja sebagai kepala rumah tangga.

4. Nuclear dyed
1

Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri yang tidak memiliki

keturunan.

5. Blended family

Keluarga dari pasangan duda dan janda yang menikah dan mereka membawa

masing-masing anak.

6. Three generation family

Keluarga besar yang terdiri dari kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam

satu rumah.

7. Single adult living alone

Orang dewasa yang tinggal sendirian

8. Middle age atau elderly couple

Merupakan keluarga paruh baya

Pengertian dukungan sosial keluarga. Dukungan keluarga adalah

tindakan yang diberikan kepada individu pada situasi tertentu dan dengan adanya

dukungan menjadikan individu merasa disayangi sehingga lebih semangat dalam

menjaga kesehatan (Ayuni, 2020).

Dukungan sosial atau yang biasa disebut social support menurut Cohen,

Gottlieb, & Underwood 1983 (dalam Istanto, dan Engry 2019) dukungan sosial

keluarga merupakan keadaan yang terjadi melalui interaksi antar individu yang

diberikan seseorang membuat penderita merasa diperhatikan dan membuat

semangat untuk sembuh dari sakit.


1

House & Khan, 1985 (dalam Rosa, 2020) dukungan sosial keluarga

merupakan suatu tindakan yang diberikan kepada seseorang dalam rangka

memberikan bantuan untuk mengatasi masalah.

Shumaker & Brawnell, 1984 (dalam Sardi, dan Ayriza 2020) dukungan

sosial keluarga merupakan pertukaran sumberdaya antara individu yang

memberikan dukungan kepada seseorang sebagai penerima dukungan untuk

meningkatkan kesejahteraan. Dukungan sosial mencakup keyakinan bahwa orang

lain atau keluarga perhatian, menghargai, dan peduli terhadap orang yang

diberikan dukungan.

Jhonson & Jhonson (dalam Widiantoro, Nugroho, dan Arief 2019)

dukungan sosial keluarga merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang

berupa materi dan informasi yang berfungsi untuk peningkatan kesejahteraan

manusia. Dukungan sosial dianggap dapat menolong individu secara fisik maupun

psikologis karena dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam menghadapi stres.

Menurut Goldsmith, 2004 (dalam Istanto, dan Engry 2019) dengan adanya

dukungan yang diberikan keluarga diharapkan dapat meningkatkan kepuasan

dalam hubungan sosial, keluarga dan pasangan.

Jenis dukungan sosial keluarga. Sarafino, 2007 menyatakan bentuk

dukungan sosial yaitu (Dluha, Suminar, dan Hendriyani 2020):

1. Dukungan instrumental

Keluarga memberikan bantuan seperti keuangan dan segala kebutuhan yang

diperlukan penderita hipertensi seperti mengantarkan penderita melakukan

pemeriksaan.
1

2. Dukungan jaringan sosial, yaitu dukungan yang diberikan oleh kelompok

organisasi atau kelompok pengajian yang diikuti penderita. Dengan adanya

dukungan dari kelompok menambah semangat penderita untuk mengontrol

tekanan darahnya.

3. Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai pembawa informasi.

Informasi seperti berupa saran, nasihat, dan informasi-informasi seputar

hipertensi yang dibutuhkan penderita dalam upaya meningkatkan pemeliharaan

kesehatan hipertensi.

4. Dukungan penilaian, yaitu keluarga sebagai pengambil keputusan dalam

pemecahan masalah, dan memberikan support, penghargaan, serta perhatian

kepada penderita hipertensi. Dengan adanya support yang diberikan akan

memberikan semangat kepada penderita untuk melakukan pemeliharaan

kesehatan hipertensi.

5. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai tempat istirahat dan membantu

menenangkan emosi. Diharapkan dengan dukungan emosional yang diberikan

penderita hipertensi akan semangat dan termotivasi untuk tetap melakukan

pemeliharaan kesehatan hipertensi.

Komponen-komponen dukungan sosial. Weiss (dalam Ulfah, 2018)

menyebutkan terdapat enam komponen untuk mengukur dukungan keluarga

meliputi:

1. Emotional Attachment

Perasan senantiasa ingin dekat dan dilindungi oleh orang-orang terdekat.

Dukungan sosial ini biasanya didapatkan dari orang-orang..


1

2. Social integration

Dukungan ini didapatkan dari teman-teman yang memiliki semangat dan minat

yang sama dan adanya kepedulian yang diberikan oleh keluarga atau

masyarakat yang memberikan rasa bahagia.

3. Reassurance of Worth

Didapat dari keluarga, lembaga atau sekolah.

4. Reliable Reliance

Dukungan ini biasanya didapatkan dari keluarga terdekat yang bisa diandalkan

jika dibutuhkan.

5. Guidance

Seperti nasihat, saran, dan informasi yang diberikan oleh seseorang untuk

mengatasi masalah seperti dari orang tua yang berpengaruh.

6. Opportunity for Nurturance

Perasaan dimana dirinya dibutuhkan untuk kesejahteraan orang lain.

Sumber dukungan sosial keluarga. Rook dan Dooley (dalam Fajar,

2015) dukungan keluarga berasal dari dua sumber yaitu natural dengan orang

terdekat. Sedangkan artifisial merupakan semangat yang didapatkan dari pihak

luar seperti dukungan dari kelompok pengajian.

Sarafino, 2007 (dalam Dluha, Suminar, dan Hendriyani 2020)

mengelompokkan sumber dukungan sosial keluarga berasal dari tiga sumber

yaitu:

1. Significant others

Merupakan sumber dukungan yang didapatkan dari rekan kerja.


1

2. Profesional

Merupakan sumber dukungan yang diperoleh dari kalangan profesional seperti

psikolog, guru, dan dokter.

3. Social support groups

Merupakan dukungan yang didapat dari kelompok-kelompok main, atau

organisasi-organisasi yang diikuti oleh seseorang.

Manfaat dukungan sosial keluarga. Sebagai mahluk hidup kita

memerlukan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan dalam kehidupan.

Dengan adanya bantuan yang berupa dukungan sosial membantu seseorang lebih

semangat dalam menghadapi masalah yang dihadapinya. Menurut Jhonson dan

Jhonson (1991) mengungkapkan bahwa dukungan sosial akan memberikan

manfaat yaitu (Widyastuti, 2013).

1. Mengurangi dampak stres kerja

2. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik

3. Menumbuhkan rasa percaya diri dan peningkatan harga diri.

Dengan adanya dukungan keluarga mampu membuat keluarga lebih

semangat (Amelia, 2014).

Bentuk dukungan keluarga. Ada beberapa orang dalam keluarga yang

berperan dalam memberikan dukungan terhadap anggota keluarga yang sakit

(Werdhani, Setiawati, & Rinawan, 2017).

1. <1 tahun dan 1-5 tahun


2

Yang berperan dalam memberikan dukungan seperti merawat anak,

memberikan nutrisi sesuai anjuran, dan membawa pasien ke dokter adalah ibu,

nenek, dan ayah.

2. Usia 6-12 tahun

Yang berperan dalam memberikan dukungan adalah orang tua, kakek dan

nenek, serta paman dan bibi.

3. Usia 20-39 tahun

Jika yang menderita sakit usia 20-39 tahun, maka anggota keluarga yang

perhatian dan khawatir dengan kondisi pasien adalah pasangan dan orang tua.

4. Usia 40-59 tahun

Jika yang menderita sakit adalah usia 40-59 tahun, maka anggota keluarga

yang khawatir dan peduli terhadap kesehatan anggota keluarga yang sakit

adalah pasangan dan anak.

5. Usia >60 tahun

Jika usia >60 tahun yang menderita sakit dalam keluarga, maka orang yang

peduli dengan pasien dan orang terdekat adalah pasangan hidup, anak,

menantu, dan cucu.

Menurut Friedman (2010) apabila ibu/ istri mengalami sakit, maka yang

menggantikan perannya dan memberikan dukungan adalah anak perempuan

tertua.

Faktor-faktor yang memengaruhi dukungan keluarga. Faktor-faktor

dapat didasarkan pada teori-teori berikut:

1. Teori Purnawan
2

Menurut Purnawan, 2008 (dalam fajar, 2015) dalam memberikan dukungan ke

keluarga dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar.

a. Faktor internal

Faktor internal terdiri dari:

1) Tahap perkembangan keluarga

Menurut Duval, 1971 (dalam Tyas, dan Sunarti 2017) tugas perkembangan

keluarga merupakan tugas utama yang akan menentukan keberhasilan

kehidupan. Perkembangan keluarga terdiri dari 8 tahap. Setiap tahap

perkembangan keluarga memiliki fokus kesehatan yang berbeda-beda,

misalnya pada usia paruh baya kesehatannya berfokus pada penyesuaian

terhadap perubahan fisiologi pada penuaan, sedangkan pada usia remaja fokus

kesehatannya adalah berkaitan dengan perilaku yang tidak sehat.

(Kusumawardani dkk, 2015).

2) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang didapatkan dari proses

melihat benda. Penginderaan terjadi melalui indera-indera yang dimilikinya

(pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba, dan perasa). Pengetahuan dapat

diukur melalui apa yang diketahuinya tentang objek misalnya pengetahuan

tentang imunisasi, pengetahuan tentang KB, pengetahuan tentang penyakit

malaria dan lain-lain (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Apriany (2012) pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan. Seseorang yang berpendidikan memiliki banyak pengetahuan dan

mudah menerima informasi. Sebaliknya seseorang berpendidikan rendah maka


2

akan menghambat perkembangan terhadap penerimaan informasi (Wahyuni,

2013).

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan ranah penting dalam

membentuk perilaku individu. Pengetahuan terdiri dari (Notoatmodjo, 2012):

1. Know

Tahu merupakan ranah terendah dari domain pengetahuan. Tahu diartikan

sebagai mampu mengingat kembali tentang apa yang telah didapatkan

2. Comprehension

Kemampuan menginterpretasikan tentang apa yang telah didapatkan

3. Application

Kemampuan menerapkan kembali apa yang telah dipelajarinya ke dalam

dunia nyata.

4. Analysis

Kemampuan menjelaskan materi ke dalam sub bagian yang masih

berhubungan satu sama lain.

5. Synthesis

Kemampuan mengimprovisasi formulasi yang ada menjadi formulasi yang

baru.

6. Evaluation

3) Faktor emosi

Emosi berasal dari bahasa latin yang memiliki arti bergerak menjauh.

Emosi merupakan bagian dari psikis yang berhubungan dengan perasaan dan

merasakan. Perasaan berkaitan dengan bagaimana seseorang mampu


2

mengontrol pergolakan pikiran (Ndari, Vinayastri, & Masykuroh, 2019).Emosi

seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kondisi dan situasi lingkungan,

kondisi kesehatan, dan pembawaan.

Emosi memberikan pengaruh terhadap berbagai hal salah satunya

pengaruh pada kesehatan seseorang. Emosi akan mempengaruhi daya nalar

seseorang. Orang yang memiliki emosional tinggi akan menyebabkan

hilangnya daya nalar. Begitu juga seseorang yang mengalami stres akan

merespon sakit dengan cara yang mengkhawatirkan, menganggap penyakit

sebagai akhir dari kehidupan (Notoatmodjo, 2012).

4) Spiritual

Menurut Taylor dalam Ummah (2016) spiritual merupakan segala sesuatu

yang berkaitan dengan kekuatan yang lebih tinggi. (Ummah, 2016). Hal ini

berkaitan dengan keyakinan yang dimilikinya, pergaulan dengan orang-orang

sekitar, dan memiliki kemampuan memaknai setiap kehidupan. Spiritual yang

baik tergambar dari perilaku seseorang yang senantiasa bersyukur, dan taat

kepada perintah agama yang dianut. Seseorang yang memiliki spiritual yang

baik mampu menghadapi masalah dengan baik (Dewi, 2016).

b. Faktor Luar

1) Praktek di keluarga

Praktik di keluarga berkaitan dengan implementasi keluarga dalam

kehidupan sehari-hari, seperti menyediakan makan-makanan sehat bagi

keluarga yang sakit.

2) Faktor sosio-ekonomi
2

Sosio ekonomi akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap penyakit.

Keluarga dengan tingkat ekonomi yang tinggi mudah menyediakan makanan

yang sehat

3) Latar belakang budaya

Budaya menurut Ki Hajar Dewantara merupakan hasil perjuangan manusia

terhadap alam dan zaman. Budaya berhubungan dengan kebiasaan individu

dalam pelaksanaan kesehatan pribadi (Noorkasiani, Heryati, & Ismail, 2009).

Budaya berkaitan dengan perilaku pencarian kesehatan dalam keluarga.

Keluarga yang memiliki kepercayaan bahwa perilaku tertentu yang merupakan

faktor pencetus suatu penyakit dianggap tidak membahayakan sehingga tidak

diobati.

Latar belakang budaya terdiri dari beberapa komponen budaya. Menurut

Lehman, Himstreet dan Baty, komponen budaya terdiri dari nilai-nilai, bahasa

dan pengetahuan. Menurut Murphy dan Hildebrandt budaya terdiri dari formal,

informal, dan teknis. Formal merupakan kebiasaan yang berlaku secara turun

temurun dalam keluarga. Sedangkan informal merupakan suatu kepercayaan

yang terjadi secara luas dari generasi ke generasi.

Indonesia terdiri dari beragam budaya yang disebabkan karena keragaman

suku bangsa yang mendiami kawasan ini. Keragaman dari hasil budaya

indonesia adalah makanan. Hal ini berkaitan dengan bahan makanan,

pengolahan makanan, dan kebiasaan makanan (Fadhilah, 2014).

a) Makanan sebagai kategori budaya


2

Makanan sebagai kategori budaya berkaitan dengan kepercayaan tentang

makanan, mengenai bahan-bahan makanan. Bahan makanan yang sudah

menjadi kebiasaan susah dirubah, dikarenakan adanya sosialisasi turun

temurun dari keluarga (Fitriani, 2012).

Kebiasaan makan merupakan suatu kebiasaan yang sudah tertanam lama

dalam keluarga mengenai makanan seperti makanan kesukaan, makanan

pantangan dan tahayul-tahayul yang berkaitan dengan konsumsi makanan.

Salah satu pola kebiasaan yang berkaitan dengan makanan adalah seperti

kebiasaan makanan selingan yang dikonsumsi diluar waktu makan seperti

gorengan (tempe, tahu, risol) .

2. Teori Friedman

Menurut Friedman, 2010 (dalam Prihartono, Andarmoyo, dan Isroin 2019)

dukungan keluarga dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

a. Tingkat ekonomi

Termasuk pendapatan atau pekerjaan.

b. Tingkat pendidikan/ Pengetahuan

Hipertensi

Pengertian hipertensi. Hipertensi merupakan keadaan abnormal tekanan

darah dimana tekanan darah sistolik (bagian atas) dan angka diastolik (bagian

bawah) mengalami peningkatan (Irwan, 2016).

Menurut kowalski (2010) hipertensi merupakan peningkatan darah

abnormal, tekanan darah normal berada pada kisaran 120 mmHg/70 mmHg.

Tekanan darah mengalami perubahan pada setiap saat. Tekanan darah tertinggi
2

terjadi saat beraktivitas dan stagnasi sepanjang hari. Penurunan tekanan darah

terjadi pada malam hari dan akan mencapai titik terendah pada saat seseorang

tidur pulas (Irwan, 2016).

Etiologi hipertensi. Hipertensi bisa terjadi karena faktor tertentu seperti

faktor internal dan eksternal (Tumanduk, Nelwan, & Asrifuddin, 2019).

1. Faktor internal

a. Usia

Usia termasuk pencetus penting yang memiliki keterkaitan dengan

masalah kesehatan. Semakin bertambahnya usia menyebabkan terjadinya

penurunan fungsi. Hal ini menyebabkan terjadinya hipertensi yang tidak

dapat dikendalikan (Tumanduk, Nelwan, & Asrifuddin, 2019).

b. Gender

Laki-laki tekanan darahnya lebih tinggi dari pada perempuan. Hal ini

dipengaruhi oleh faktor psikologis dan perilaku tidak sehat seperti

merokok (Tumanduk, Nelwan, & Asrifuddin, 2019).

c. Keturunan

Individu dari keluarga tekanan darah tinggi lebih berisiko untuk terkena

hipertensi, hal ini berkaitan dengan rendahnya kadar rasio antara potasium

terhadap sodium individu dengan orang tua (Anggraini, 2009).

d. Culture

Hipertensi rentan terjadi pada orang yang memiliki kulit hitam karena

kadar renin pada orang yang berkulit hitam sedikit dan sensitivitas

terhadap vasopresin lebih banyak dari pada orang yang berkulit putih.
2

2. Faktor yang bisa diatasi

a. Tinggi kalium

Penggunaan kalium berlebihan memicu peningkatan tekanan darah. Hal ini

disebabkan oleh kelebihan natrium yang mengakibatkan adanya retensi air,

sehingga volume darah meningkat (Purwono, Sari, Ratnasari, & Budianto,

2020).

b. Asupan kalium rendah

Kalium memiliki fungsi untuk melengkapi natrium. Kalium berperan

dalam kestabilan cairan, elektrolit, asam, dan basa. Konsumsi tinggi

kalium berfungsi sebagai pencegahan pada renin angiotensin system dan

mengakibatkan rendahnya sekresi aldosteron, sehingga menurunkan

reabsorpsi natrium dan air di tubulus ginjal, menurunkan tekanan darah

(Purwandari, 2020).

c. Kegemukan

Kegemukan disebabkan karena tertimbunnya jaringan lemak dalam tubuh.

Kegemukan atau obesitas berpeluang 2 hingga 3 kali menyebabkan

hipertensi (Rahayu, 2020). Hal ini terjadi karena tubuh yang besar

memerlukan jumlah darah yang banyak sehingga curah jantung ikut

meningkat (Aldo & Gustian, 2019).

d. Olah raga

Olahraga yang rendah mempengaruhi tekanan darah, karena kurang

olahraga cenderung denyut jantungnya meningkat dan menyebabkan otot

jantung memompa lebih ekstra. Bertambah berat beban otot jantung


2

bekerja maka semakin tekanan darah meningkat (Muafirah & Mariadi,

2019).

e. Kebiasaan makan yang tidak sehat

Kebiasaan konsumsi yang tidak sehat berisiko pada tekanan darah, seperti

sering makan berlemak dan fruktosa. Makanan berlemak akan memicu

kolesterol dan menyebabkan terjadinya aterosklerosis pada pembuluh

darah, sehingga menyebabkan tekanan darah naik.

f. Minum alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan berisiko meningkatkan masalah

kesehatan, karena kebiasaan minum alkohol memicu peningkatan sintesis

katekolamin sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah

(Firmansyah, Lukman, & Mambangsari, 2017).

g. Stres

Stres yang berlarut akan meningkatkan tekanan darah stagnasi. Secara

fisiologis, saat individu stres body akan merespon dengan mengaktivasi

hipotalamus, hipotalamus akan mengendalikan sistem simpatis dan sistem

korteks adrenal. Sistem saraf simpatis akan merespon dengan cara

mengaktivasi semua organ dan otot polos yang berada dibawah controlnya,

sehingga menyebabkan meningkatnya kecepatan dan kekuatan denyut

jantung, dan menyebabkan terjadi hipertensi (Bukian, Widiyanto, Atmojo,

2019).

h. Merokok
2

Merokok dengan kadar nikotin yang tinggi akan memicu peningkatan

denyut jantung, keadaan ini disebabkan karena nikotin meningkatkan

pelepasan katekolamin medula adrenal dan jaringan kromatin jantung,

disamping itu juga nikotin bekerja pada kemoreseptor badan-badan karotis

meningkatkan kadar karboksihemoglobin sehingga mengurangi kebutuhan

oksigen yang dibutuhkan miokard (Yuliana, 2020).

Berdasarkan jenis hipertensi, ada beberapa faktor risiko penyebab

terjadinya hipertensi menurut jenisnya, yaitu (Pikir dkk, 2015):

1. Hipertensi sekunder

a. Penyakit ginjal primer, adanya perbedaan pada glomerolus ginjal.

b. KB

c. Drug induce hypertension/ hipertensi akibat penggunaan obat-obatan.

d. Gangguan endokrin lainnya

Klasifikasi hipertensi. Menurut American Heart Association (AHA 2017)

hipertensi diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu: kelompok normal,

normal tinggi, dan hipertensi (Tjokroprawiro, Setiawan, Santoso, Soegianto, &

Rahmawati, 2015).

Tabel 1

Klasifikasi Tekanan Darah Untuk Dewasa 18 Tahun Keatas Menurut American


Heart Association (AHA 2017).

Klasifikasi tekanan darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 <80
Normal tinggi 120-129 <80
Hipertensi:
Stadium 1 130-139 80-89
Stadium 2 >140 >90
3

Menurut Palmer (2005) klasifikasi hipertensi terbagi menjadi dua jenis,

yaitu (Manuntung, 2018):

1. Hipertensi esensial (primer)

Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang banyak terjadi, yaitu sekitar

95%. Hipertensi ini disebabkan karena faktor pola hidup yang tidak sehat

seperti kurang bergerak dan pola makan yang tidak sehat.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus

hipertensi. Hipertensi jenis ini disebabkan karena kondisi medis lainnya seperti

penyakit ginjal, atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu misalnya pil KB.

Tabel 2

Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-6 dan JNC-7 (mmHg)

Kategori JNC-6 Tekanan Darah Sistolik (TDS) Kategori JNC-7


Tekanan Darah Diastolik (TTD)
Optimal < 120/80 Normal
Normal 120-129/ 80-84 Prehipertensi
Borderline 130-139/ 85-89 Prehipertensi
Hipertensi > 140/90 Hipertensi
Stadium 1 140-159/90-99 Stadium 1
Stadium 2 160-179/100-109 Stadium 2
Stadium 3 > 180/ 110 Stadium 3
Sumber: Tjokroprawiro dkk, 2015

Tabel 3

Klasifikasi Hipertensi Menurut European Society of Hypertension (ESH) (mmHg)

Kategori Sistolik Diastolik


Optimal < 120 < 180
Normal 120-129 Prehipertensi
Normal tinggi 130-139 Prehipertensi

(bersambung)
3

Tabel 3

Klasifikasi Hipertensi Menurut European Society of Hypertension (ESH) (mmHg)

Kategori Sistolik Diastolik


Hipertensi grade 1 140-159 Hipertensi
Hipertensi grade 2 160-179 Stadium 1
Hipertensi grade 3 > 180 Stadium 2
Hipertensi sistolik terisolasi > 140 Stadium 3
Sumber: Tjokroprawiro dkk, 2015

Manifestasi klinis hipertensi. Hipertensi disebut juga silent killer. Terjadi

dengan gejala yang berbeda-beda pada setiap orang. Gejala yang sering terjadi

(Manuntung, 2018).

1. Pusing

2. Mudah capek

3. Nausea vomitus

4. Susah bernafas

5. Penglihatan kabur akibat rusaknya retina mata, jantung, dan gagal ginjal.

6. Kesulitan tidur

Adapun manifestasi pada lansia yang sering terjadi adalah sakit kepala,

pendarahan hidung, vertigo, nausea vomitus, pandangan kabur, tangan dan kaki

terasa kebas, susah napas, dan nyeri dada.

Komplikasi hipertensi. Penyakit hipertensi jarang ditemukan sembuh,

kecuali hanya sebagian kecil pada hipertensi ringan (Marliani & Tantan, 2007).

Ada beberapa komplikasi akibat hipertensi yaitu (Manuntung, 2018):

1. PJK

Jantung koroner adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya

penyempitan lubang pembuluh darah akibat pengapuran pada dinding


3

pembuluh darah jantung. Penyempitan ini mengakibatkan kurangnya aliran

darah ke otot jantung dan menimbulkan nyeri pada dada sehingga

menyebabkan gangguan otot jantung.

2. Stroke

Stroke timbul karena embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang

terpajan tekanan tinggi. Stroke disebabkan karena adanya penebalan pada

arteri-arteri yang memperdarahi otak sehingga aliran darah ke area-area yang

diperdarahinya berkurang.

3. Gagal ginjal

Gagal ginjal disebabkan karena rusaknya glomerulus akibat hipertensi.

Glomerulus yang rusak mengakibatkan darah akan mengalir ke unit-unit

fungsional ginjal, ini menyebabkan nefron terganggu hingga menjadi hipoksia

dan kematian. Glomerulus yang rusak mengakibatkan protein keluar sehingga

tekanan osmotik kecil.

4. Gagal jantung

Gagal jantung merupakan kegagalan jantung untuk memompa kembali darah

ke jantung sehingga mengakibatkan penumpukan cairan pada paru, kaki, dan

jaringan yang disebut edema. Cairan yang tertimbun didalam paru-paru dapat

menyebabkan sesak napas.

Obat antihipertensi. Ada empat golongan obat antihipertensi yang

direkomendasikan dalam JNC VIII yaitu:


3

Tabel 4

Golongan Obat Anti Hipertensi

Pengobatan Antihipertensi Dosis Dosis Target yang Aturan


Harian ditinjau dalam pakai
Awal (mg) Randomized (Tablet)
Control Trial
ACE-Inhibitor
Captopril 50 150-200 2
Enalapril 5 20 1-2
Lisinopril 10 40 1
Angiotensin Receptor
Blockers
Eprosartan 400 600-800 1-2
Candesartan 4 12-32 1
Losartan 50 100 1-2
Valsartan 40-80 160-320 1
Irbesartan 75 300 1
B-Blockers
Atenolol 25-50 100 1
Metoprolol 50 100-200 1-2
Calcium Channel
Blockers
Amlodipin 2.5 10 1
Diltiazem extended 120-180 360 1
release
Nitrendipine 10 20 1-2
Thiazide-type diuretics
Bendroflumethiazide 5 10 1
Chlorthalidone 12.5 12.5-25 1
Hydrochlorothiazide 12.5-25 25-100 1-2
Indapamide 1.25 1.25-2.5 1

Kepatuhan pengobatan hipertensi. Menurut WHO, 2003 kepatuhan

pengobatan hipertensi merupakan sejauh mana pasien menggunakan

pengobatannya sesuai anjuran dokter. Kepatuhan pengobatan meliputi kepatuhan

dalam mengikuti setiap aturan minum dan jenis obat yang harus diminum. Tingkat

kepatuhan terhadap terapi pengobatan antihipertensi dipengaruhi juga oleh terapi

obat antihipertensi yang tunggal dengan kombinasi.


3

Penderita hipertensi yang sudah mengalami komplikasi memungkinkan

bertambahnya obat yang dikonsumsi pasien, sehingga dapat meningkatkan resiko

menurunkan kepatuhan konsumsi obat karena jumlah obat yang terlalu banyak

(Ernawati, Fandinita, & Permatasari, 2020). Ketidakpatuhan pengobatan dengan

pil tunggal biasanya <10%, ketidakpatuhan pengobatan meningkat menjadi 20%

ketika mendapatkan dua pil, bahkan ketidakpatuhan mencapai 40% ketika pasien

mendapatkan tiga pil, dan seterusnya (Mayangsari, Lestari, & Nurdiana, 2019).

Ada beberapa teori kepatuhan yang berhubungan dengan perilaku patuh

konsumsi obat, yaitu model atau tipe kepatuhan (Morgan & Horne, 2005), teori

rencana perubahan perilaku, model kepercayaan terhadap kesehatan (Weinman &

Horne, 2005).

1. Model/ Tipe Kepatuhan

Menurut Morgan dan Horne, 2005 (dalam Ernawati, Fandinita, &

Permatasari, 2020) ada dua tipe kepatuhan yaitu Unintentional Non-adherence

dan Intentional Non-adherence. Unintentional Non-adherence merupakan

penurunan kepatuhan yang disebabkan karena penurunan ingatan (lupa aturan

pakai atau lupa jadwal pengobatan), pengetahuan (tidak memahami kebutuhan

untuk minum obat secara teratur) atau kesibukan rutinitas harian.

Intentional Non-adherence merupakan ketidakpatuhan yang

menggambarkan cara pasien dalam mengambil keputusan dalam pengobatan.

Proses ini mencangkup keyakinan pasien, kondisi, prioritas, pilihan dan

latihan, diperlukan penanganan yang berbeda antara keadaan yang sebenarnya

dengan keinginan pasien dalam pengobatannya. Selain itu menurut Barber,


3

2002 (dalam Ernawati, Fandinita, & Permatasari, 2020) penyebab kepatuhan

dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berasal dari human error (kesalahan

pada individu manusia nya).

2. Model Kepercayaan terhadap Kesehatan

Merupakan kepercayaan yang berkaitan dengan bagaimana tindakan hidup

sehat. Tindakan tersebut meliputi melakukan pemeriksaan secara rutin ke

pelayanan kesehatan. Penderita akan menilai keuntungan apa yang akan dia

dapatkan ketika melakukan pemeriksaan kesehatan (misalnya dengan berobat

akan mengurangi gejala sakit), meskipun ada rasa kekhawatiran terhadap

pengobatan yang dilakukan seperti efek samping yang akan menyertainya.

Perubahan pola pikir tentang pentingnya konsumsi obat merupakan kondisi

yang diawali dengan pemahaman individu terhadap kondisinya, sehingga akan

memotivasi untuk melakukan pemeriksaan secara dini dan rutin.

3. Teori Rencana Perubahan Perilaku

Merupakan teori yang berisi tentang melihat pengaruh antara perilaku dan

tindakan. Kepatuhan pengobatan hipertensi sangat dipengaruhi oleh

kemampuan seseorang dalam mengontrol dirinya terhadap hambatan-hambatan

yang mungkin muncul dari lingkungan serta seberapa besar dukungan dari

lingkungannya.

Waktu kontrol terbaik hipertensi. Menurut American Heart Association,

2014 menyebut waktu kontrol terbaik untuk penderita hipertensi yaitu:

1. 3 bulan sekali untuk tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99

mmHg.
3

2. 2-4 minggu sekali untuk tekanan darah sistolik >160 mmHg dan diastolik >100

mmHg.

3. Penderita hipertensi yang baru terdiagnosa, disarankan melakukan kontrol

seminggu sekali (Kemenkes, 2019).

Penanganan hipertensi. Penanganan hipertensi bisa dilakukan dengan:

1. Perubahan gaya hidup

Menurunkan tekanan darah diantaranya bisa dilakukan dengan:

a. Menjaga berat badan tubuh tetap ideal

b. Mengurangi asupan garam harian

c. Mengurangi minum alkohol

d. Mengurangi makanan berlemak, lemak total, dan kolesterol

e. Memperbanyak konsumsi buah dan sayur

f. Olahraga setiap 30 menit perhari

g. Menghindari rokok

2. Mengurangi asupan garam

Jumlah asupan garam yang baik adalah kurang dari 2,4 gram sehari. Jumlah ini

setara dengan 6 gram yaitu satu sendok perhari. Ada beberapa tips mengurangi

asupan garam salah satunya kurangi konsumsi saus

3. Mengurangi kelebihan berat badan

Berat badan akan mempengaruhi tekanan darah. Bertambah berat badan, maka

meningkat tekanan darah. Untuk menghindari, maka perlu konsumsi makanan

yang sehat dan seimbang.

4. Kurangi minum alkohol


3

Minum alkohol dalam jumlah banyak akan menyebabkan tekanan darah naik.

5. Anjuran memilih dan mengolah bahan makanan.

Perhatikan bahan masakan, pilih makanan yang sehat dan bersih (Dewi, 2009).

a. Pilih makanan yang segar dan mengandung lemak tak jenuh (omega 3).

Omega tiga pada ikan tawar paling tinggi terdapat pada ikan lele. Konsumsi

ikan minimum 2 minggu sekali.

b. Perbanyak konsumsi putih telur

c. Gunakan daging sapi tanpa lemak

d. Kurangi penggunaan santan kental

Landasan Teori

Dari uraian indikator faktor-faktor yang mempengaruhi keluarga dalam

memberikan dukungan ke keluarga menurut beberapa ahli, peneliti memilih

faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga menurut Friedman (2010)

dan Purnawan (2008).


3

Kerangka Teori

Adapun kerangka teori penelitian ini adalah sebagai berikut:

Faktor Karakteristik
Umur
Jenis Kelamin
Jenis Pekerjaan
Tingkat Pendidikan

Teori Dukungan Keluarga Menurut Dukungan Keluarga dalam Pemeliharaan


Kesehatan Penderita
Friedman (2010), Hipertensi
● Tingkat Ekonomi/ Pendapatan
● Tingkat Pendidikan/ Pengetahuan

Teori Dukungan Keluarga Menurut


Purnawan (2008),
● Tahap Perkembangan Keluarga
● Tingkat Pengetahuan
● Emosional
● Spiritual
● Praktek di Keluarga
● Tingkat Ekonomi
● Latar Belakang Budaya

Gambar 1. Kerangka Teori Friedman (2010) dan Purnawan (2008).


3

Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan teori yang dipaparkan sebelumnya, peneliti

merancang kerangka konsep yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian

ini, maka kerangka konsep dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendapatan
Dukungan
Keluarga
dalam
Pemeliharaan
Tingkat Pengetahuan
Praktek di Keluarga Kesehatan
Latar Belakang Budaya

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian

Dari kerangka konsep diatas bahwa dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, suku, tingkat

pendapatan, tingkat pengetahuan, praktek di keluarga, dan latar belakang budaya.

Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten Bengkalis Tahun

2021.
4

2. Ada hubungan praktek di keluarga dengan dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten Bengkalis Tahun

2021.

3. Ada hubungan latar belakang budaya dengan dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten Bengkalis Tahun

2021.
Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif analitik yang menggunakan

pendekatan cross sectional, yaitu peneliti melakukan penilaian atau pengukuran

terhadap variabel independen dan variabel dependen dalam satu waktu (Nursalam,

2008). Pada penelitian ini peneliti ingin melihat berbagai variabel independen

(umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat

pengetahuan, praktik di keluarga, dan latar belakang budaya) dan variabel

dependen (dukungan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan penderita

hipertensi).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bengkalis

Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Adapun alasan penelitian dilakukan di

Kecamatan Bengkalis karena Kecamatan Bengkalis merupakan Kecamatan yang

menduduki peringkat pertama dari 9 Kecamatan tertinggi jumlah hipertensi dan

mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Di Kecamatan Bengkalis pada tahun

2017 jumlah penderita hipertensi sebanyak 648 orang, tahun 2018 sebanyak 1.508

orang penderita, dan pada tahun 2019 meningkat menjadi sebanyak 5.938 orang

penderita hipertensi (Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis, 2019).

Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2021 sampai

dengan bulan Juli 2021.

41
4

Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Unaradjan, 2019). Populasi

penelitian ini adalah semua pasien hipertensi yang berdomisili di wilayah

Kecamatan Bengkalis yaitu berjumlah 5938. Proses penentuan sampel

menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan mendapatkan sampel

yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel pada penelitian ini

adalah 1) Pasien hipertensi yang memiliki tekanan darah >140/90 mmHg, 2)

Pasien hipertensi yang berusia 20 - 60 tahun, 3) Pasien hipertensi yang tinggal di

wilayah Kecamatan Bengkalis, 4) Pasien hipertensi yang tinggal satu rumah

dengan anggota keluarga, minimal anggota keluarga berusia 17 tahun, 5) Anggota

keluarga memiliki smartphone dan mampu menggunakannya, 6) Bersedia menjadi

responden penelitian. Berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan, maka terpilih

101 pasien hipertensi yang memenuhi kriteria sampel.

Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah:

1. Jika yang menderita hipertensi dalam keluarga adalah kakek usia >60 tahun,

maka yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah anak tertua

(perempuan/ laki-laki), atau menantu, dan atau cucu usia >17 tahun yang

tinggal satu rumah dengan penderita hipertensi.

2. Jika yang menderita hipertensi dalam keluarga adalah nenek usia >60 tahun,

maka yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah anak tertua
4

(perempuan/ laki-laki), atau menantu, dan atau cucu usia >17 tahun yang

tinggal satu rumah dengan penderita hipertensi.

3. Jika yang menderita hipertensi dalam keluarga adalah ibu usia 40-59 tahun,

maka yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pasangan atau anak

tertua perempuan atau anak tertua laki-laki yang berusia >17 tahun yang

tinggal satu rumah dengan penderita hipertensi.

4. Jika yang menderita hipertensi dalam keluarga adalah bapak usia 40-59 tahun,

maka yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pasangan atau anak

tertua perempuan atau anak tertua laki-laki yang berusia >17 tahun yang

tinggal satu rumah dengan penderita hipertensi.

5. Jika yang menderita hipertensi dalam keluarga adalah istri usia 20-39 tahun,

maka yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pasangan atau orang

tua perempuan atau orang tua laki-laki yang tinggal satu rumah dengan

penderita hipertensi.

6. Jika yang menderita hipertensi dalam keluarga adalah suami usia 20-39 tahun,

maka yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pasangan atau orang

tua perempuan atau orang tua laki-laki yang tinggal satu rumah dengan

penderita hipertensi.

Variabel dan definisi operasional.

Variabel penelitian. Variabel merupakan suatu atribut dari orang, objek

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Indra & Cahyaningrum, 2019).

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen.
4

Variabel dependen. Adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (Indra & Cahyaningrum, 2019). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga dalam pemeliharaan

kesehatan penderita hipertensi.

Variabel independen. Adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Indra &

Cahyaningrum, 2019). Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat

pengetahuan, praktek di keluarga, dan latar belakang budaya.

Definisi operasional variabel. Definisi operasional merupakan suatu

proses mendefinisikan variabel dengan tegas, sehingga menjadi faktor yang dapat

diukur (Endra, 2017).

1. Umur

Merupakan jumlah tahun yang menandakan lamanya keberadaan seseorang.

Umur dihitung mulai awal kelahiran hingga keberadaan responden saat ini.

2. Jenis Kelamin

Merupakan ciri-ciri biologis yang melambangkan responden dan dibedakan

menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan.

3. Pekerjaan

Merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan secara rutin oleh responden

untuk mendapatkan penghasilan sehingga bisa digunakan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

4. Tingkat Pendidikan

Merupakan jenis pendidikan formal yang pernah diikuti oleh responden dari
4

awal hingga selesai yang dibedakan dalam kategori pendidikan rendah (tidak

tamat SD, SD/ sederajat, dan SMP/ sederajat), pendidikan menengah (SMA/

sederajat), dan pendidikan tinggi (D3, S1, S2).

5. Tingkat Pendapatan

Merupakan jumlah upah atau gaji yang diterima oleh responden sesuai dengan

Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Bengkalis.

6. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan sesuatu yang didapatkan melalui proses pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan disini adalah kemampuan anggota

keluarga dalam memahami penyakit hipertensi dan cara pemeliharaannya.

7. Praktik di Keluarga

Praktik di keluarga merupakan suatu kegiatan yang diimplementasikan secara

langsung di keluarga. Praktik di keluarga berkaitan dengan perilaku atau sikap

keluarga yang dilaksanakan secara langsung di keluarga berupa bantuan

penyediaan makanan sehat dan mengingatkan penderita untuk mematuhi diet

hipertensi.

8. Latar Belakang Budaya

Merupakan suatu kepercayaan dan bentuk-bentuk kebiasaan keluarga dalam

pengolahan makanan dan kebiasaan makan dalam keluarga yang dapat

menyebabkan terjadinya hipertensi.

9. Dukungan Keluarga

Merupakan bentuk perhatian yang diberikan keluarga terhadap anggota

keluarga yang menderita hipertensi dengan cara mengingatkan jadwal minum


4

obat, mengingatkan penderita untuk tidak mengkonsumsi makanan dan

minuman yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi, mengingatkan

penderita untuk berolahraga, dan mengantarkan penderita melakukan

pemeriksaan tekanan darah ke pelayanan kesehatan.

10. Pemeliharaan Kesehatan Penderita Hipertensi

Merupakan upaya menjaga kesehatan penderita hipertensi dengan cara rutin

melakukan pemeriksaan kesehatan, pengobatan, dan perawatan.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan jenis

data yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer. Data primer adalah data yang didapat langsung dari

responden melalui wawancara langsung yang berpedoman pada kuesioner

penelitian. Kuesioner adalah instrumen tulisan yang diisi sendiri oleh subjek yang

terdiri dari pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Didalam

kuesioner terdapat pedoman pengisian kuesioner untuk membimbing responden

memberikan jawabannya.

Data sekunder. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh

lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna jasa.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini seperti Profil Dinas Kesehatan

Kabupaten Bengkalis.

Validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan untuk memastikan

sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya

(Zulmiyetri, Nurhastuti, & Safaruddin, 2019). Uji validitas suatu instrumen


4

dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total

variabel dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment dengan

ketentuan bila r hitung > r tabel, maka instrumen dinyatakan valid dan bila r

hitung < r tabel maka dinyatakan tidak valid (Payadnya & Jayantika, 2018). Nilai

r tabel dilihat menggunakan rumus (df=n-2), sehingga df=30-2=28 dengan tingkat

kemaknaan yang digunakan 10% (α=0,1) didapat r tabel = 0,3061.

Uji reliabilitas adalah suatu instrumen yang dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah valid.

Instrumen dikatakan reliabel jika dapat memberikan hasil relatif sama saat

dilakukan pengukuran kembali pada objek yang berlainan pada waktu yang

berbeda atau dapat dikatakan memberikan hasil yang tetap (Payadnya &

Jayantika, 2018). Uji reliabilitas dilakukan dengan rumus alpha cronbach, apabila

r hitung > r tabel maka instrumen dinyatakan reliabilitas dan bila r hitung < r tabel

maka instrumen dinyatakan tidak reliabilitas.

Metode Pengukuran

Instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner dalam bentuk google form yang akan dijadikan sebagai alat

wawancara kepada anggota keluarga penderita hipertensi di Kecamatan

Bengkalis.

Aspek pengukuran. Aspek pengukuran meliputi:

1. Umur

Umur responden diklasifikasikan menjadi kategori sesuai dengan Departemen


4

Kesehatan RI tahun 2009 yaitu:

Usia remaja akhir : 17-25

Usia dewasa awal : 26-35

Usia dewasa akhir : 36-45

Usia lansia awal : 46-55

Usia lansia akhir : 56-65

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

a. Laki-laki

b. Perempuan

3. Pekerjaan

Pekerjaan diklasifikasikan menjadi beberapa kategori sesuai dengan pekerjaan

penduduk masyarakat Kecamatan Bengkalis (Badan Pusat Statistik Provinsi

Riau, 2020) yaitu:

a. Wiraswasta

b. Pegawai

c. Honorer

d. Karyawan

e. Buruh

f. Pengusaha

g. Lain-lain

4. Tingkat Pendidikan
4

Pendidikan responden diklasifikasikan menjadi tiga tingkat yaitu:

a. Rendah (tidak tamat SD, SD/ sederajat, SMP/ sederajat)

b. Menengah (SMA/ sederajat)

c. Tinggi (D3, S1, S2)

5. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan diklasifikasikan menjadi dua kategori sesuai dengan Upah

Minimum Regional (UMR) Kabupaten Bengkalis yaitu:

a. Mampu = > Rp. 3.261.357.42

b. Tidak mampu = < Rp. 3.261.357.42

6. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan diukur menggunakan skala Guttman dengan dua pilihan

jawaban “ya” dengan skor 1 dan “tidak” dengan skor 0 (Riyanto & Hatmawan,

2020). Jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak 15 buah pertanyaan, jika

jawaban benar diberi bobot 1 dan jika salah diberi bobot 0 sehingga total skor

maksimal 15 dan skor minimal 0. Skala pengukuran variabel tingkat

pengetahuan adalah skala ordinal. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat

diklasifikasikan dalam 2 kategori (Riyanto & Hatmawan, 2020). Pengetahuan

keluarga dibagi atas:

a. Baik, jika total nilai yang diperoleh responden 8-15 (skor > 50%)

b. Kurang, jika total nilai yang diperoleh responden 0-7 (skor < 50%)

7. Praktik di Keluarga

Diukur menggunakan skala Likert dengan lima pilihan jawaban. Jika jawaban

selalu diberi nilai 5, jika jawaban sering diberi nilai 4, jika jawaban kadang-
5

kadang diberi nilai 3, jika jawaban jarang diberi nilai 2, dan jika jawaban tidak

pernah diberi nilai 1 (Riyanto & Hatmawan, 2020). Jumlah pertanyaan yang

diajukan sebanyak 10 buah pertanyaan. Skala pengukuran variabel praktik di

keluarga adalah skala ordinal. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat

diklasifikasikan dalam 2 kategori (Riyanto & Hatmawan, 2020). Variabel

praktik di keluarga dikategorikan menjadi dua yaitu:

a. Baik, jika total nilai yang diperoleh responden 26-50 (skor > 50%)

b. Kurang, jika total nilai yang diperoleh responden 0-25 (skor < 50%)

8. Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya diukur menggunakan skala Guttman dengan dua pilihan

jawaban “ya” dengan skor 1 dan “tidak” dengan skor 0 (Riyanto & Hatmawan,

2020). Jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak 10 buah pertanyaan, jika

jawaban benar diberi bobot 1 dan jika jawaban salah diberi bobot 0. Skala

pengukuran variabel latar belakang budaya adalah ordinal. Berdasarkan jumlah

nilai dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori (Riyanto & Hatmawan, 2020).

Latar belakang budaya dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

a. Baik, jika total nilai yang diperoleh responden 6-10 (skor > 50%)

b. kurang, jika total nilai yang diperoleh responden 0-5 (skor < 50%)

9. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga diukur menggunakan skala Likert dengan lima pilihan

jawaban. Jika jawaban selalu diberi nilai 5, jika jawaban sering diberi nilai 4,

jika jawaban kadang-kadang diberi nilai 3, jika jawaban jarang diberi nilai 2,
5

dan jika jawaban tidak pernah diberi nilai 1 (Riyanto & Hatmawan, 2020).

Jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak 15 buah pertanyaan. Skala

pengukuran variabel dukungan keluarga adalah skala ordinal. Berdasarkan

jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori (Riyanto &

Hatmawan, 2020). Variabel dukungan keluarga dikategorikan menjadi dua

yaitu:

c. Baik, jika total nilai yang diperoleh responden 38-75 (skor > 50%)

d. kurang, jika total nilai yang diperoleh responden 0-37 (skor < 50%)

Metode Analisis Data

Analisis univariat. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan

untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat

berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa

sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna (Endra,

2017). Analisis ini digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dan

persentase dari tiap variabel.

Analisis bivariat. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan

antara variabel independen (tingkat pengetahuan, praktik di keluarga, dan latar

belakang budaya) dengan variabel dependen (dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi). Analisis bivariat menggunakan uji

chi-square pada tingkat kemaknaan 95 persen. Bila p kurang dari 0,05, maka hasil

statistik dikatakan berhubungan (Riyanto, 2012).

Analisis multivariat. Analisis multivariat digunakan untuk melihat


5

variabel independen (tingkat pengetahuan keluarga, praktik di keluarga, dan latar

belakang budaya) yang paling berhubungan dengan dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi. Analisis yang digunakan adalah uji

regresi logistik berganda dengan metode backward selection dengan nilai p <0,25.
Hasil Penelitian

Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Kecamatan Bengkalis Kabupaten

Bengkalis Provinsi Riau. Kabupaten Bengkalis terdiri dari Pulau dan daratan serta

memiliki kawasan pesisir dan laut dengan garis panjang +446 km.

Letak Kabupaten Bengkalis sangat strategis, berada di tepi jalur pelayaran

internasional, yakni Selat Malaka serta berada pada kawasan segitiga

pertumbuhan ekonomi Indonesia, Malaysia, Singapura (IMS-GT) dan kawasan

segitiga pertumbuhan ekonomi Indonesia, Malaysia, Thailand (IMT-GT). Luas

wilayah Kabupaten Bengkalis 7.773,93 km² terbagi dalam sembilan Kecamatan

yaitu, Kecamatan Bengkalis, Kecamatan Bantan, Kecamatan Bukit Batu,

Kecamatan Siak Kecil, Kecamatan Rupat, Kecamatan Rupat Utara, Kecamatan

Mandau, dan Kecamatan Pinggir. Jumlah penduduk Kabupaten Bengkalis

sebanyak 573.003 jiwa (BPS, 2020).

Kecamatan Bengkalis memiliki jumlah penduduk 82.111 jiwa dengan laki-

laki berjumlah 41.694 jiwa dan perempuan berjumlah 40.417 jiwa. Luas

Kecamatan Bengkalis 464.89 km² terbagi dalam 31 desa yaitu, desa Sekodi,

Kelamantan, Ketam Putih, Pematang Duku, Penebal, Temeran, Penampi, Sungai

Alam, Air Putih, Senggoro, Rimba Sekampung, Bengkalis Kota, Wonosari,

Damon, Kelapapati, Pedekik, Pangkalan Batang, Sebauk, Teluk Latak, Meskom,

Palkun, Kelamantan Barat, Sungai Batang, Pematang Duku Timur, Damai,

Kelebuk, Kuala Alam, Pangkalan Batang, Sederak, Perapat Tunggal, dan Simpang

53
5

Ayam (BPS, 2020).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis,

pekerjaan masyarakat yang tercatat sekitar 44,84 persen jiwa dengan penduduk

yang berprofesi sebagai buruh, karyawan, dan pegawai. Penduduk yang berprofesi

di sektor wiraswasta sebanyak 16,6 persen, buruh tidak tetap sebanyak 14,29

persen, buruh tetap sebanyak 1,87 persen, pekerja bebas/ lain-lain sebanyak 8,82

persen, dan pekerja keluarga sebanyak 3,11 persen (BPS, 2020).

Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi masing-

masing variabel yang ada pada penelitian berupa karakteristik individu yang

terdiri dari umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat

pendapatan.

Karakteristik responden. Responden dalam penelitian ini berjumlah 101

orang. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin,

pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Berdasarkan distribusi

responden umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat

pendapatan diperoleh informasi bahwa distribusi responden dengan kelompok

usia terbanyak adalah kelompok usia dewasa awal (26–35 tahun) yaitu sebanyak

33,7 persen. Distribusi responden dengan jenis kelamin terbanyak yaitu jenis

kelamin perempuan sebanyak 54,5 persen. Responden dengan kelompok

pekerjaan terbanyak adalah kelompok pekerjaan petani sebanyak 28,7 persen.

Responden dengan tingkat pendidikan terbanyak yaitu tingkat pendidikan SMA

sebanyak 36,6 persen, dan karakteristik tingkat pendapatan responden paling


5

banyak yaitu responden yang memiliki tingkat pendapatan dibawah UMR

sebanyak 81,2 persen.

Distribusi responden yang memiliki anggota keluarga dengan hipertensi

sebanyak 100,0 persen. Responden yang tinggal satu rumah dengan penderita

hipertensi sebanyak 100,0 persen. Distribusi anggota keluarga yang paling banyak

menderita hipertensi adalah ibu sebanyak 33,7 persen. Distribusi tekanan darah

terakhir periksa penderita hipertensi terbanyak adalah tekanan darah diatas 140/90

mmHg sebanyak 69,3 persen. Distribusi lama menderita hipertensi 1 tahun

sebanyak 31,7 persen, dan 2 tahun lamanya menderita hipertensi sebanyak 31,7

persen. Distribusi tempat penderita hipertensi yang berobat di puskesmas

sebanyak 77,2 persen. Distribusi waktu berobat penderita untuk kontrol tekanan

darah setiap kurang satu kali dalam sebulan sebanyak 51,5 persen. Distribusi

penderita hipertensi yang mengkonsumsi obat hipertensi sebanyak 94,1 persen.

Distribusi nama obat yang sering dikonsumsi penderita hipertensi paling banyak

dikonsumsi oleh penderita adalah captopril sebanyak 61,4 persen, dan distribusi

penderita yang patuh dalam mengkonsumsi obat sebanyak 58,4 persen.

Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5

Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Tingkat


Pendidikan, dan Tingkat Pendapatan

Karakteristik Responden N %
Umur
Remaja Akhir (17-25 tahun) 19 18,8
Dewasa Awal (26-35 tahun) 34 33,7
Dewasa Akhir (36-45 tahun) 24 23,8

(bersambung)
5

Tabel 5

Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Tingkat


Pendidikan, dan Tingkat Pendapatan

Karakteristik Responden N %
Lansia Awal (46-55 tahun) 22 21,8
Lansia Akhir (56-65 tahun) 2 2,0
Jenis Kelamin
Laki-Laki 46 45,5
Perempuan 55 54,5
Pekerjaan
Wiraswasta 22 21,8
Pegawai 3 3,0
Honorer 10 9,9
Karyawan 1 1,0
Buruh 13 12,9
Pengusaha 4 4,0
Petani 29 28,7
Nelayan 5 5,0
Ibu Rumah Tangga 12 11,9
Mahasiswa 2 2,0
Tingkat Pendidikan
Tidak Tamat SD 14 13,9
SD/ Sederajat 19 18,8
SMP/ Sederajat 16 15,8
SMA/ Sederajat 37 36,6
D3/S1/S2 15 14,9
Tingkat Pendapatan
< Rp. 3.261.357.42 82 81,2
> Rp. 3.261.357.42 19 18,8
Total 101 100,0

Distribusi variabel tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang didapatkan melalui proses

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indra manusia yang terdiri dari indra penglihatan, indra penciuman, indra

pendengaran, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak 66 responden


5

(65,3 persen) mengetahui penyakit hipertensi, 66 responden (65,3 persen)

mengetahui gejala hipertensi, 45 responden (44,6 persen) mengetahui gejala

hipertensi, 59 responden (58,4 persen) mengetahui umur penyebab terjadinya

hipertensi, 72 responden (71,3 persen) mengetahui penggunaan garam berlebihan

tidak baik, 58 responden (57,4 persen) mengetahui minuman alkohol tidak baik,

55 responden (54,5 persen) tidak mengetahui rokok merusak paru-paru dan

jantung, 66 responden (65,3 persen) mengetahui penderita harus rutin melakukan

pemeriksaan, 66 responden (65,3 persen) mengetahui penderita harus teratur

minum obat, 66 responden (65,3 persen) mengetahui hipertensi yang tidak diobati

menyebabkan terjadinya komplikasi, 64 responden (63,4 persen) mengetahui

komplikasi hipertensi, 59 responden (58,4 persen) mengetahui makanan berlemak

dan jelantah dapat menyebabkan terjadinya hipertensi, 56 responden (55,4 persen)

tidak mengetahui buah dan sayur dapat menjaga kestabilan tekanan darah, 52

responden (51,5 persen) tidak mengetahui aktivitas fisik baik untuk penderita

hipertensi, 66 responden (65,3 persen) mengetahui olahraga baik untuk kesehatan

penderita hipertensi.

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden mengenai Tingkat Pengetahuan


Keluarga Tentang Hipertensi

Pertanyaan Ya Tidak
n % n %
Penyakit hipertensi adalah penyakit yang 66 65,3 35 34,7
ditandai dengan peningkatan tekanan darah
diatas 120/80 mmHg
Apabila anggota keluarga mengalami sakit 66 65,3 35 34,7
kepala, rasa berat ditengkuk, susah tidur
merupakan tanda dan gejala hipertensi
(bersambung)
5

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden mengenai Tingkat Pengetahuan


Keluarga Tentang Hipertensi

Pertanyaan Ya Tidak
n % n %
Apakah pandangan kabur termasuk gejala 45 44,6 56 55,4
hipertensi?
Semakin tua umur seseorang, tekanan darah 59 58,4 42 41,6
semakin meningkat
Penggunaan garam berlebihan baik untuk 29 28,7 72 71,3
menjaga kestabilan tekanan darah
Minuman alkohol merupakan penyebab 58 57,4 43 42,6
timbulnya kekambuhan penyakit tekanan darah
tinggi
Merokok hanya merusak paru-paru tidak 46 45,5 55 54,5
merusak jantung
Anggota keluarga yang menderita hipertensi 66 65,3 35 34,7
harus rutin melakukan pemeriksaan tekanan
darah ke pelayanan kesehatan
Penderita hipertensi harus meminum obat secara 66 65,3 35 34,7
teratur
Penyakit hipertensi yang tidak diobati akan 66 65,3 35 34,7
menyebabkan terjadinya komplikasi
Apabila penderita hipertensi mengalami gagal 64 63,4 37 36,6
ginjal, penyakit jantung, stroke merupakan
komplikasi tekanan darah tinggi
Membatasi makanan berlemak dan penggunaan 59 58,4 42 46,1
jelantah merupakan salah satu usaha untuk
mencegah tekanan darah tinggi agar tidak terjadi
komplikasi pada penderita hipertensi
Membatasi konsumsi buah dan sayur merupakan 45 44,6 56 55,4
salah satu usaha untuk menjaga tekanan darah
tetap stabil
Membatasi aktivitas fisik baik untuk kesehatan 49 48,5 52 51,5
penderita hipertensi
Olahraga dapat meningkatkan metabolisme 66 65,3 35 34,7
tubuh dan memperlancar peredaran darah
penderita hipertensi

Berdasarkan distribusi kategori responden berdasarkan tingkat

pengetahuan keluarga tentang hipertensi diperoleh hasil responden yang memiliki

tingkat pengetahuan baik sebanyak 66 responden (65,3 persen), dan yang


5

memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang hipertensi sebanyak 35 responden

(34,7 persen). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki

pengetahuan yang baik tentang hipertensi.

Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban responden, kategori tingkat

pengetahuan keluarga tentang hipertensi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7

Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Tingkat pengetahuan Tentang


Hipertensi

Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi n %


Baik 66 65,3
Kurang 35 34,7
Total 101 100,0

Distribusi variabel praktik di keluarga. Praktik di keluarga adalah

kegiatan yang diimplementasikan secara langsung di keluarga. Bagaimana

keluarga memberikan dukungan biasanya mempengaruhi penderita dalam

melaksanakan kesehatannya. Misalnya klien juga kemungkinan besar akan

melakukan tindakan pencegahan jika keluarganya melakukan hal yang sama

(Amelia, Nurchayati, & Elita, 2014).

Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban responden mengenai praktik di

keluarga diperoleh hasil sebanyak 69 responden (68,3 persen) tidak pernah

menyediakan makanan sesuai aturan diet, 63 responden (62,4 persen) tidak pernah

mengawasi jadwal makan, 63 responden (62,4 persen) tidak pernah memberikan

dorongan, 69 responden (68,3 persen) tidak pernah mengingatkan penderita, 36

responden (35,6 persen) jarang mengingatkan penderita untuk makan buah dan

sayur, 57 responden (56,4 persen) tidak pernah menyediakan lalapan sayuran, 79


6

responden (78,2 persen) tidak pernah membedakan masakan, 42 responden (41,6

persen) jarang menghidangkan masakan bersantan, 57 responden (56,4 persen)

tidak pernah menghidangkan cemilan gorengan, 90 responden (89,1 persen) tidak

pernah minum alkohol.

Tabel 8

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Praktik di Keluarga

Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Sering Selalu


pernah kadang
n % n % N % n % n %

Keluarga men 69 68,3 7 6,9 9 8,9 5 5,0 11 10,9


yediakan maka
nan sesuai
dengan aturan
diet hipertensi
Keluarga 63 62,4 11 10,9 11 10,9 5 5,0 11 10,9
mengawasi
jadwal makan
penderita
hipertensi
Keluarga 63 62,4 6 5,9 10 9,9 11 10,9 11 10,9
memberikan
dorongan
kepada
penderita
hipertensi
untuk makan
sesuai anjuran
diet hipertensi
Keluarga 69 68,3 5 5,0 10 9,9 6 5,9 11 10,9
mengingatk
an untuk
mengurangi
makanan
yang tinggi
natrium

(bersambun
6

Tabel 8

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Praktik di Keluarga

Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Sering Selalu


pernah kadang
n % n % N % n % n %
Keluarga 21 20,8 36 35,6 26 25,7 7 6,9 11 10,9
mengingatkan
untuk makan buah-
buahan dan sayur
Keluarga 57 56,4 12 11,9 16 15,8 5 5,0 11 10,9
menyediakan
lalapan sayuran
ketika
menghidangkan
masakan
Keluarga 79 78,2 4 4,0 7 6,9 1 1,0 10 9,9
membedakan
masakan antara
anggota keluarga
yang tidak
menderita
hipertensi dengan
masakan anggota
keluarga yang
menderita
hipertensi
Keluarga 39 38,6 42 41,6 9 8,9 3 3,0 8 7,9
menghidangkan
masakan yang
bersantan
Keluarga 57 56,4 24 23,8 9 8,9 3 3,0 8 7,9
menghidangkan
cemilan gorengan
Keluarga 90 89,1 4 4,0 0 0 0 0 7 6,9
menyukai
dan
meminum-
minuman
beralkohol

(bersambun
6

Berdasarkan distribusi kategori praktik di keluarga diperoleh hasil, praktik

di keluarga dalam kategori baik berjumlah 32 responden (31,7 persen), dan

praktik di keluarga dalam kategori kurang berjumlah 69 responden (68,3 persen)

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki

praktik di keluarga kurang baik.

Berdasarkan hasil penelitian kategori praktik di keluarga dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 9

Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Praktik di Keluarga

Praktik di Keluarga n %
Praktik di Keluarga Baik 32 31,7
Praktik di Keluarga Kurang Baik 69 68,3
Total 101 100,0

Distribusi variabel latar belakang budaya. Latar belakang budaya

adalah suatu kepercayaan yang mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan

individu dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari di keluarga (Noorkasiani,

Heryati, & Ismail, 2009).

Berdasarkan distribusi variabel latar belakang budaya diperoleh hasil

sebanyak 52 responden (51,5 persen) menggunakan garam lebih dari 1 sendok teh

per hari, 75 responden (74,3 responden) tidak menambahkan garam meja, 54

responden (53,5 persen) mengkonsumsi gorengan sebagai makanan selingan, 73

responden (72,3 persen) menyukai sayuran, 71 responden (70,3 persen) keluarga

mengkonsumsi ikan kurang dari dua minggu sekali, 72 responden (71,3 persen)

tidak menggunakan minyak goreng berulang, 54 responden (53,5 persen) tidak


6

menyukai gulai santan kental, 54 responden (53,5 persen) tidak memasak dengan

cara menggoreng, 87 responden (86,1 responden) masak menggunakan bumbu

alami, 75 responden (74,3 persen) menghindari konsumsi ikan asin.

Tabel 10

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden mengenai Latar Belakang Budaya

Pertanyaan Ya Tidak
n % n %
Apakah keluarga mengkonsumsi garam 52 51,5 49 48,5
lebih dari 6 gram/ hari atau >1 sendok teh
per hari?
Apakah keluarga menambahkan garam meja 26 25,7 75 74,3
pada masakan?
Apakah keluarga mengkonsumsi gorengan 54 53,5 47 46,5
sebagai makanan selingan diluar waktu
makan dan ditemani oleh kopi atau teh?
Apakah keluarga lebih menyukai sayuran 73 72,3 28 27,7
dari pada gulai kambing, dan jeroan?
Apakah keluarga mengkonsumsi ikan < 2 71 70,3 30 29,7
minggu sekali?
Apakah keluarga menggunakan minyak 29 28,7 72 71,3
goreng yang sudah dipakai berulang-ulang?
Apakah keluarga sering mengolah bahan 47 46,5 54 53,5
makanan dengan cara di gulai dengan santan
kental?
Keluarga tidak memasak dengan cara 54 53,5 47 46,5
menggoreng, karena dapat meningkatkan
kalori dan lemak sehingga dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi.
Apakah keluarga menggunakan bumbu 87 86,1 14 13,9
segar seperti jahe, kunyit, laos, serai, dan
kencur sebagai penyedap rasa dan aroma
masakan?
Apakah keluarga menggunakan sayur segar 75 74,3 26 25,7
dan menghindari makanan yang diawetkan
seperti ikan asin dan sarden?

Berdasarkan distribusi kategori latar belakang budaya diperoleh hasil, latar

belakang budaya dalam kategori baik berjumlah 61 responden (60,4 persen), dan
6

latar belakang budaya dalam kategori kurang berjumlah 40 responden (39,6

persen). Dapat disimpulkan bahwa responden memiliki latar belakang budaya

yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian kategori latar belakang budaya dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 11

Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Latar Belakang Budaya

Latar Belakang Budaya n %


Latar Belakang Budaya Baik 61 60,4
Latar Belakang Budaya Kurang Baik 40 39,6
Total 101 100,0

Distribusi variabel dukungan keluarga dalam pemeliharaan

kesehatan penderita hipertensi. Dukungan keluarga merupakan bantuan yang

diberikan kepada seseorang berupa emosi, materi, dan informasi yang memiliki

peran sebagai peningkatan kesejahteraan manusia (Widiantoro, Nugroho, & Arief,

2019).

Berdasarkan distribusi variabel dukungan keluarga dalam pemeliharaan

kesehatan penderita hipertensi diperoleh hasil sebanyak 51 responden (50,5

persen) tidak pernah mengingatkan penderita, 41 responden (40,6 persen) tidak

pernah mengingatkan penderita minum obat, 41 responden (40,6 persen) tidak

pernah memberikan informasi, 58 responden (57,4 persen) memiliki waktu untuk

menemani penderita, 52 responden (51,5 persen) tidak pernah memperhatikan

makanan penderita, 53 responden (52,5 persen) tidak pernah menyediakan buah

dan sayur, 58 responden (57,4 persen) tidak pernah memberikan pujian, 55


6

responden (54,5 persen) tidak pernah mengingatkan penderita untuk berolahraga,

51 responden (50,5 persen) tidak pernah mengingatkan penderita untuk menjaga

tekanan darah, 61 responden (60,4 persen) tidak menganjurkan penderita

mengkonsumsi makanan pencetus hipertensi, 66 responden (65,3 persen) tidak

pernah membiarkan penderita tidur larut malam, 65 responden (64,4 persen) tidak

pernah menghibur penderita, 51 responden (50,5 persen) tidak pernah tanggap

terhadap masalah penderita, 61 responden (60,4 persen) tidak pernah

mengabaikan penderita, 52 responden (51,5 persen) tidak pernah memberikan

semangat kepada penderita.

Tabel 12

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden mengenai Dukungan Keluarga dalam


Pemeliharaan Kesehatan Penderita Hipertensi

Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Sering Selalu


pernah kadang
n % n % n % n % n %
Keluarga 51 50,5 12 11,9 3 3,0 17 16,8 18 17,8
mengingatkan
jadwal kontrol
penderita
hipertensi
supaya
penderita
melakukan
pemeriksaan
ke pelayanan
kesehatan
Keluarga 41 40,6 17 16,8 8 7,9 9 8,9 26 25,7
mengingatkan
penderita
untuk
meminum obat
hipertensi

(bersambun
6

Tabel 12

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden mengenai Dukungan Keluarga dalam


Pemeliharaan Kesehatan Penderita Hipertensi

Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Sering Selalu


pernah kadang
n % n % n % n % N %
Keluarga 41 40,6 14 13,9 11 10,9 13 12,9 22 21,8
memberikan
informasi ke
penderita
tentang upaya
pencegahan
hipertensi
dengan baik
dan benar
Keluarga tidak 58 57,4 8 7,9 9 8,9 11 10,9 15 14,9
mempunyai
cukup waktu
untuk
menemani
penderita
memeriksakan
tekanan darah
Keluarga 52 51,5 10 9,9 4 4,0 13 12,9 22 21,8
memperhatika
n setiap jenis
makanan yang
dikonsumsi
penderita
hipertensi
dalam
menjaga
tekanan darah
Keluarga 53 52,5 12 11,9 1 1,0 12 11,9 23 22,8
mengusahakan
untuk
menyediakan
buah dan
sayur untuk
kebutuhan
penderita
hipertensi

(bersambun
6

Tabel 12

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden mengenai Dukungan Keluarga dalam


Pemeliharaan Kesehatan Penderita Hipertensi

Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Sering Selalu


pernah kadang
n % n % n % n % N %
Keluarga tidak 50 57,4 3 3,0 6 5,9 14 13,9 20 19,8
memberikan
pujian ketika
penderita
hipertensi
menjaga tekanan
darah dengan
sungguh-sungguh
Keluarga 55 54,5 6 5,9 5 5,0 14 13,9 21 20,8
mengingatkan
penderita untuk
sering melakukan
olahraga
Keluarga 51 50,5 4 4,0 11 10,9 2 2,0 33 32,7
mengingatkan
penderita untuk
mematuhi
anjuran petugas
kesehatan untuk
menjaga tekanan
darah
Keluarga 61 60,4 5 5,0 11 10,9 8 7,9 16 15,8
menganjurkan
penderita untuk
sering
mengkonsumsi
makanan tinggi
garam, kacang-
kacangan,
biskuit, dan
gorengan
Keluarga 66 65,3 9 8,9 7 6,9 5 5,0 14 13,9
membiarkan
penderita
hipertensi tidur
larut malam

(bersambun
6

Tabel 12

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden mengenai Dukungan Keluarga dalam


Pemeliharaan Kesehatan Penderita Hipertensi

Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Sering Selalu


pernah kadang
n % n % n % n % N %
Keluarga 65 64,4 1 1,0 5 5,0 13 12,9 17 16,8
menghibur
penderita
hipertensi setiap
kali penderita
sedih
Keluarga tanggap 51 50,5 12 11,9 3 3,0 8 7,9 27 26,7
apabila penderita
mengalami
masalah yang
mengganggu
pikiran saat
dirumah
Keluarga 61 60,4 5 5,0 14 13,9 6 5,9 15 14,9
mengabaikan saat
penderita
mengeluhkan
tentang hipertensi
Keluarga 52 51,5 5 5,0 9 8,9 5 5,0 30 29,7
memberikan
semangat dan
dukungan ketika
penderita mulai
malas untuk
melakukan upaya
pemeliharaan
tekanan darah

Berdasarkan distribusi kategori responden berdasarkan dukungan keluarga

dalam pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi diperoleh hasil, dukungan

keluarga dalam pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi dalam kategori baik

berjumlah 49 responden (48,5 persen), dan dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi dalam kategori kurang berjumlah 52


6

responden (51,5 persen). Dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi masih kurang.

Berdasarkan hasil penelitian kategori dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 13

Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga dalam


Pemeliharaan Kesehatan Penderita Hipertensi

Dukungan Keluarga dalam Pemeliharaan Kesehatan n %


Penderita Hipertensi
Dukungan Keluarga Baik 49 48,5
Dukungan Keluarga Kurang 52 51,5
Total 101 100,0

Analisis Bivariat

Hasil analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara

masing-masing variabel independen yaitu tingkat pengetahuan, praktik di

keluarga, dan latar belakang budaya dengan variabel dependen yaitu dukungan

keluarga dalam pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi. Analisa bivariat

dilakukan dengan menggunakan uji chi-square dengan kriteria bermakna atau

signifikan jika p < 0,05.

Tabel 14

Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga, Praktik di Keluarga,


dan Latar Belakang Budaya dengan Dukungan Keluarga dalam Pemeliharaan
Kesehatan Penderita Hipertensi di Kabupaten Bengkalis.

Variabel Dukungan Keluarga p.


Baik Kurang Total Value
n % n % n %
Tingkat Pengetahuan
Baik 31 47,0 35 53,0 66 100 0.828
(bersambung)
7

Tabel 14

Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga, Praktik di Keluarga,


dan Latar Belakang Budaya dengan Dukungan Keluarga dalam Pemeliharaan
Kesehatan Penderita Hipertensi di Kabupaten Bengkalis

Variabel Dukungan Keluarga p.


Baik Kurang Total Value
n % n % n %
Kurang 18 51,4 17 48,6 35 100
Praktik di Keluarga
Baik 23 71,9 9 28,1 32 100 0.003
Kurang 26 37,7 43 62,3 69 100
Latar Belakang
Budaya
Baik 21 34,4 40 65,6 61 100 0.001
Kurang 28 70,0 12 30,0 40 100

Berdasarkan hasil analisis bivariat antara tingkat pengetahuan keluarga

tentang hipertensi dengan dukungan keluarga diketahui bahwa dari 66 responden

yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang hipertensi yang baik ada 53,0%

persen yang tingkat dukungan keluarganya kurang. Berdasarkan hasil uji chi-

square, didapatkan bahwa nilai p= 0,828 artinya tidak ada hubungan antara

tingkat pengetahuan keluarga dengan dukungan keluarga dalam pemeliharaan

kesehatan penderita hipertensi (p<0,05).

Hasil analisis bivariat antara praktik di keluarga dengan dukungan

keluarga dalam pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi diperoleh hasil dari

69 responden yang memiliki praktik di keluarga kurang baik ada 62,3% persen

yang tingkat dukungan keluarganya kurang. Berdasarkan hasil uji chi-square,

didapatkan bahwa nilai p= 0,003 artinya ada hubungan yang signifikan antara

praktik di keluarga dengan dukungan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan

penderita hipertensi (p<0,05).


7

Hasil analisis bivariat antara latar belakang budaya dengan dukungan

keluarga dalam pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi diperoleh hasil dari

61 responden yang memiliki latar belakang budaya baik ada 65,6 persen yang

tingkat dukungan keluarganya kurang baik. Berdasarkan hasil uji chi-square,

didapatkan bahwa nilai p= 0,001 artinya ada hubungan yang signifikan antara

latar belakang budaya dengan dukungan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan

penderita hipertensi (p<0,05).

Analisis Multivariat

Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda. Setelah

dilakukan analisis bivariat pada seluruh variabel independen, kemudian variabel

independen dimasukkan ke analisis multivariat dengan kriteria apabila memiliki

nilai p < 0,25 maka variabel independen tersebut menjadi variabel penting dalam

penelitian ini. Adapun variabel independen yang memenuhi kriteria tersebut

adalah sebagai berikut:

Tabel 15

Variabel Independen yang Memenuhi Kriteria Analisis Multivariat

Variabel P. value
Praktik di Keluarga 0,003
Latar Belakang Budaya 0,001

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa variabel independen yang

memenuhi kriteria analisis multivariat dapat dilihat berdasarkan nilai p pada hasil

uji bivariat dengan nilai p < 0,25. Variabel yang memenuhi kriteria adalah

variabel praktik di keluarga dan latar belakang budaya. Selanjutnya dilakukan

analisis multivariat untuk menganalisis hubungan variabel independen terhadap


7

variabel dependen dengan menggunakan metode Backward.

Hasil analisis disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 19

Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Berganda

95% C.I for


Tahap Variabel Koefisie P Exp.B EXP (B)
n Lower Upper
(B)
Step Praktik di -837 0.128 0.433 0.147 1.272
1ª Keluarga
Latar 1.067 0.038 2.906 1.062 7.953
Belakang
Budaya
Constant 0.104 0.853 1.109
Step Latar 1.492 0.001 4.444 1.884 10.483
2ª Belakang
Budaya
Constant -644 0.629 5.717

Pada Tabel 19, dapat diketahui bahwa hanya satu variabel yang memiliki

nilai p kurang dari 0,05 sehingga tahapan analisis multivariat telah selesai. Hasil

akhir analisis multivariat dapat diketahui bahwa variabel latar belakang budaya

memiliki hubungan yang paling dominan dengan dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi dengan nilai Prevalence Ratio (PR)

sebesar 4,4. Hal ini bermakna bahwa dukungan keluarga dalam pemeliharaan

kesehatan penderita hipertensi dengan latar belakang budaya baik meningkat 4,4

kali lebih besar dibandingkan keluarga dengan latar belakang budaya yang kurang

baik.
Pembahasan

Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa gambaran umum

karakteristik responden berdasarkan umur sebagian besar responden berada pada

rentang umur 26-35 tahun yakni sebanyak 34 responden (33,7%), diikuti

responden dengan umur 36-45 tahun sebanyak 24 responden (23,8%), umur 45-55

tahun yakni sebanyak 22 responden (21,8%), umur 17-25 tahun sebanyak 19

responden (18,8%), dan responden dengan umur 56-65 tahun sebanyak 2

responden (2,0%). Umur adalah lama hidup seorang responden yang dihitung

berdasarkan ulang tahun terakhir. Umur juga merupakan salah satu sifat

karakteristik tentang orang dalam studi epidemiologi menjadi variabel yang cukup

penting karena sejumlah penyakit atau penyulit yang ditemukan dengan berbagai

variasi frekuensi yang disebabkan oleh umur (Saleh & Yanti, 2021).

Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa gambaran umum

karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan mayoritas

responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 55 responden (54,5%).

Jenis kelamin merupakan atribut fisiologis dan anatomi yang kemudian

membedakan antara laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin merupakan kodrat

yang diberikan, artinya manusia tidak dapat memilih untuk dilahirkan sebagai

laki-laki atau perempuan. Konsep jenis kelamin lebih membedakan manusia

dimana dimana manusia yang berjenis kelamin laki-laki dapat diidentifikasi

melalui kepemilikan alat kelamin dan peran seksualnya (Setiadi, 2020).

73
7

Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa gambaran umum

karakteristik responden berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden bekerja

sebagai petani yakni sebanyak 29 responden (28,7%), diikuti responden yang

bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 22 responden (21,8%), responden yang

bekerja sebagai buruh sebanyak 13 responden (12,9%), responden yang bekerja

sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 12 responden (11,9%), responden

yang bekerja sebagai honorer sebanyak 10 responden (9,9%), responden yang

bekerja sebagai nelayan sebanyak 5 responden (5,0), responden yang bekerja

sebagai pengusaha sebanyak 4 responden (4,0%), responden yang bekerja sebagai

pegawai sebanyak 3 responden (3,9%), responden yang bekerja sebagai

mahasiswa sebanyak 2 responden (2,0%), dan responden yang bekerja sebagai

karyawan sebanyak 1 responden (1,0%). Pekerjaan adalah aktivitas yang

dilakukan responden yang bersifat menghasilkan uang untuk menunjang

kehidupan diri dan keluarganya (Tahir, 2021).

Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk menanamkan pengertian dan

tujuan agar manusia tumbuh menjadi pribadi yang memiliki sikap dan perbuatan

yang positif. Pada dasarnya usaha pendidikan diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan manusia (masyarakat) dalam menghadapi masalah-masalah yang

berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya (Zainal, Kamal, & Muhammad,

2014). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan terakhir

responden tertinggi pada tingkat pendidikan SMA, yakni sebanyak 37 responden


7

(36,6%) dan terendah pada tingkat pendidikan tidak tamat SD yakni sebanyak 14

responden (13,9%).

Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa gambaran umum karakteristik

responden berdasarkan tingkat pendapatan sebagian besar responden memiliki

tingkat pendapatan dibawah UMR yakni sebanyak 82 responden (81,2%), dan

responden yang memiliki tingkat pendapatan diatas UMR sebanyak 19 responden

(18,8%). Pendapatan adalah jumlah upah yang diperoleh seseorang dari

melakukan usaha atau kegiatan yang dapat menghasilkan pendapatan itu sendiri.

Tingkat pendapatan berbeda setiap orang, hal ini dipengaruhi oleh jenis dan

prestasi kerjanya. Jenis dan prestasi kerja seseorang juga berbeda menurut

kemampuan, keahlian, dan ditambah kecakapan serta keuletan seseorang.

Keuletan merupakan kunci sukses dalam melakukan kegiatan usaha yang pada

akhirnya dengan keuletan seseorang mampu memperoleh pendapatan maksimal

Analisis Bivariat

Analisa bivariat dalam pembahasan ini membahas hubungan dari variabel

independen terhadap variabel dependen.

Hubungan tingkat pengetahuan dengan dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten Bengkalis.

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang dan

didapatkan setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui pendengaran dan

penglihatan, setelah seseorang tersebut tahu maka ia akan dapat menentukan


7

sikap. Pengetahuan juga diperoleh dari proses pendidikan, pengalaman diri sendiri

maupun pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan. Menurut

Herawati, Fitri, dan Paulina (2021) tingkat pengetahuan seseorang juga

dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu umur, pendidikan, informasi, dan pengalaman.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting, diperlukan sebagai

dorongan psikis dalam menumbuhkan sikap dan perilaku setiap hari. Perilaku

yang dihasilkan dari pengetahuan akan lebih bertahan lama (Kholid, 2012).

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang sangat berhubungan

dengan dukungan keluarga. Pengetahuan yang dimiliki responden mengenai

hipertensi akan menimbulkan kesadaran bagi mereka dan akhirnya akan

mendorong mereka berperilaku sesuai dengan apa yang mereka ketahui

(Damayantie, Heryani, & Muazir, 2018). Hal tersebut berbanding terbalik dengan

hasil penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji

chi-square maka diperoleh nilai p-value sebesar 0.828 > α = 0.05 yang berarti Ha

ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan dukungan

keluarga dalam pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten

Bengkalis.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yanti (2008), dimana tidak

ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang

komplikasi hipertensi dengan praktik pencegahan komplikasi hipertensi.

Penelitian lain yang sejalan yaitu penelitian Ayurti, Betan, dan Goa (2016) tidak

ada hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku keluarga dalam
7

pencegahan penularan penyakit tuberkulosis dengan nilai p = 0,204.

Menurut Rohmawati dan Sukanto (2020) pengetahuan merupakan faktor

penting yang mempengaruhi perilaku seseorang. Keluarga yang memiliki

pengetahuan yang benar tentang hipertensi akan memberikan dukungan,

membantu anggota keluarga untuk mampu memilih dan memberikan pola makan

yang baik kepada anggota keluarga yang menderita hipertensi, sehingga dapat

menurunkan kekambuhan hipertensi sesuai dengan pengetahuan yang didapatkan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Nugroho, Muhlisin, dan Zulaicha (2013) dimana

terdapat hubungan pengetahuan keluarga dengan sikap keluarga dalam upaya

pencegahan komplikasi hipertensi. Penelitian lain yang sejalan yaitu penelitian

oleh Pangestu dan Muhlisin (2017) dimana terdapat hubungan yang signifikan

antara pengetahuan keluarga tentang diet hipertensi dengan terkontrolnya tekanan

darah pada lansia di posyandu lansia sejahtera kelurahan tipes (p = 0,001).

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan responden tidak berhubungan

dengan dukungan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di

Kabupaten Bengkalis, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang baik

pun belum tentu menjamin terciptanya perilaku yang baik. Menurut teori

Lehndorff dan Tracy, bahwa perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan

atau tingkat pengetahuan seseorang tetapi juga kemauan dari dalam diri

(Darussalam & Warseno, 2017). Hal ini sejalan dengan pendapat Kar dalam

Notoatmodjo (2012) dimana seseorang akan berperilaku dipengaruhi oleh niat

atau kemauan dari dalam dirinya.

Kemauan atau kehendak merupakan kecenderungan untuk melakukan


7

suatu tindakan. Menurut Simangunsong, Sianipar, dan Purba (2020) kemauan

akan bisa berlanjut menjadi suatu tindakan tetapi mungkin juga tidak, atau

berhenti pada kemauan saja. Berlanjut atau tidaknya kemauan menjadi tindakan

sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor (Notoatmodjo, 2012). Faktor yang paling

utama mendukung berlanjutnya kemauan adalah sarana atau prasarana, dukungan

dari petugas kesehatan, serta tingkat ekonomi yang meliputi tingkat pendapatan

(Ali, 2010). Hal ini sejalan dengan teori Lawrence Green (1980), perilaku

seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu faktor predisposisi, faktor

pemungkin, dan faktor penguat. Faktor predisposisi terdiri dari pengetahuan,

kepercayaan, serta tingkat sosial ekonomi keluarga yang meliputi tingkat

pendapatan (Kholid, 2012).

Tingkat pendapatan merupakan keseluruhan jumlah penghasilan yang

didapatkan dalam bentuk upah atau gaji yang diterima oleh seseorang atau

keluarga dari hasil bekerja (Kurniawati, Nurrochmah, & Katmawanti, 2017).

Menurut Nasriati (2017) tingkat pendapatan keluarga mempengaruhi keluarga

dalam memberikan dukungan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi

responden berdasarkan tingkat pendapatan 81,2% responden memiliki tingkat

pendapatan dibawah UMR. Menurut Sundary (2016) keluarga yang memiliki

pendapatan yang rendah sulit untuk memberikan dukungan. Hal ini terjadi karena

keluarga dengan pendapatan yang rendah lebih memilih menggunakan uangnya

untuk memenuhi kebutuhan pokok yang mendesak dari pada menggunakan

uangnya untuk memenuhi kebutuhan penderita hipertensi (Lestari & Nugroho,

2019). Menurut asumsi peneliti ada kaitan antara tingkat pendapatan yang rendah
7

pada keluarga berhubungan dengan rendahnya dukungan keluarga yang diberikan

walaupun tingkat pengetahuannya baik.

Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2012) seseorang berperilaku

ditentukan juga oleh persepsi seseorang terhadap objek tertentu. Persepsi sebagian

masyarakat atau keluarga yang menganggap hipertensi adalah hal sepele, atau

penyakit biasa yang sering terjadi dan tidak perlu ditakuti sehingga mendorong

keluarga untuk tidak begitu peduli terhadap kesembuhan anggota keluarga yang

menderita hipertensi. Menurut Angraini, dkk (2021) sebagai salah satu solusi

untuk meningkatkan kesadaran masyarakat atau keluarga tentang penyakit

hipertensi bukanlah penyakit sepele namun penyakit yang perlu perhatian serius

dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan kepada masyarakat atau keluarga.

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan melalui promosi kesehatan

(Susilowati, 2016). Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan

kemauan dan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan

bersama masyarakat, agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri serta

mengembangkan kegiatan masyarakat berbasis sosial budaya setempat dan

didukung oleh kebijakan publik berwawasan kesehatan (Kholid, 2012). Menurut

Susilowati (2016) promosi kesehatan melalui komunikasi, informasi dan edukasi

merupakan pilihan yang baik.

Pemberian informasi dan edukasi kepada masyarakat atau keluarga tentang

bahaya penyakit hipertensi dapat melalui berbagai cara, salah satunya adalah

penyampaian informasi melalui penyuluhan yang dilakukan oleh petugas

kesehatan. Informasi bisa diberikan melalui pendekatan utama kepada kelompok-


8

kelompok pengajian, kelompok-kelompok arisan, serta organisasi-organisasi yang

ada di masyarakat. Melalui informasi dan edukasi yang diberikan oleh tenaga

kesehatan kepada masyarakat atau keluarga tentang bahaya hipertensi jika tidak

diatasi sejak dini, maka responden atau keluarga mendapat pembelajaran yang

akan menghasilkan perubahan dari yang semula menganggap hipertensi penyakit

sepele, menjadi hipertensi merupakan penyakit serius yang perlu diperhatikan jika

tidak dilakukan pencegahan akan berlanjut ke komplikasi yang bisa berujung pada

kematian (Harianja, Nadapdap, & Anto, 2018). Adapun komplikasi hipertensi

yang sering terjadi adalah stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal dan gagal

jantung (Manuntung, 2018).

Pendapat diatas sejalan dengan hasil penelitian oleh Angraini, dkk (2021)

dimana ada peningkatan pengetahuan keluarga tentang hipertensi setelah

dilakukan KIE dimana dari pengetahuan kurang sebanyak 82%, meningkat

sehingga tidak ada lagi yang memiliki pengetahuan kurang. Penelitian lain yang

juga sejalan yaitu penelitian oleh Rahmi, dkk (2019), terjadi peningkatan

pengetahuan setelah dilakukan KIE dari pengetahuan kurang sebanyak 3,33%

meningkat sehingga tidak ada lagi yang memiliki pengetahuan kurang.

Dengan adanya komunikasi, informasi dan edukasi yang diberikan,

diharapkan anggota keluarga menyadari penyakit hipertensi merupakan penyakit

berbahaya yang jika tidak diobati bisa menyebabkan kematian, dengan

meningkatnya kesadaran masyarakat atau keluarga tentang bahaya hipertensi,

diharapkan untuk kedepan dukungan keluarga menjadi lebih baik.


8

Hubungan praktik di keluarga dengan dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten Bengkalis.

Menurut Caplan dalam Simbolon (2017) dukungan keluarga merupakan bagian

dari dukungan sosial. Dampak positif dari dukungan keluarga adalah

meningkatnya penyesuaian diri seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam

kehidupan, mengurangi dampak stres akibat masalah kesehatan yang dihadapi,

dan meningkatkan semangat penderita untuk sembuh dari sakit. Menurut Sarafino

(2008) ada beberapa jenis dukungan sosial keluarga yaitu dukungan emosional,

dukungan penilaian, dukungan informasi, dan dukungan instrumental (Dluha,

Suminar, & Hendriyani, 2020).

Berdasarkan hasil analisis hubungan praktik di keluarga dengan dukungan

keluarga dalam pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi menunjukkan bahwa

ada hubungan praktik di keluarga dengan dukungan keluarga dalam pemeliharaan

kesehatan penderita hipertensi (p=0,003). Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian Firmansyah, Lukman, dan Mambangsari (2017) dimana terdapat

hubungan yang signifikan praktik di keluarga terhadap dukungan keluarga dalam

pencegahan primer hipertensi (p=0,000). Penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian Amelia, Nurchayati, dan Elita (2014) dimana terdapat hubungan antara

praktik di keluarga dengan kepatuhan diet klien DM (p value = 0,000).

Praktik di keluarga merupakan salah satu bentuk dukungan yang nyata

yang dilakukan oleh anggota keluarga terhadap pemeliharaan kesehatan penderita

hipertensi. Menurut Rewa, Lea, dan Febriyanti (2021) bagaimana keluarga


8

memberikan dukungan berupa praktik di keluarga akan mempengaruhi penderita

dalam melaksanakan kesehatanya. Melalui praktik di keluarga, keluarga akan

mampu memfasilitasi anggota keluarga yang sakit hipertensi supaya dapat

tercapai dengan maksimal usaha yang ditempuh untuk mengembalikan

kesejahteraan jasmani, dan menjaga tekanan darah agar tetap stabil (Asyura,

Andala, & Fadhila, 2021).

Bentuk dukungan ini tidak terlepas dari kemampuan keluarga dalam

pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya, artinya keluarga dengan pendapatan

yang baik akan lebih mudah untuk memenuhi segala kebutuhan penderita

hipertensi, termasuk dalam pemenuhan kebutuhan penderita dalam pemeliharaan

kesehatan hipertensi. Menurut Friedman (2013) bentuk pemenuhan kebutuhan

penderita dalam pemeliharaan kesehatan hipertensi seperti bantuan finansial

berupa meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, keluarga

mendampingi pasien berobat serta menyediakan makanan yang baik dan bergizi

bagi penderita hipertensi (Pamungkas, Rohimah, & Zen, 2020).

Melalui praktik di keluarga yang dihadirkan seperti peralatan,

perlengkapan, finansial dan sarana pendukung yang lain termasuk didalamnya

memberikan waktu luang untuk perawatan hipertensi, mengajak penderita

rekreasi, dan mengantarkan penderita melakukan pemeriksaan kepada setiap

anggota keluarga yang membutuhkan khususnya penderita hipertensi, maka hal

tersebut akan sangat membantu penderita hipertensi dalam melakukan pencegahan

hipertensi (Dluha, Suminar, & Hendriyani, 2020). Hal ini sejalan dengan pendapat

Sarafino (2004), bahwa kehadiran orang lain didalam kehidupan pribadi seseorang
8

yang hadir untuk membantu mengatasi masalah kesehatan khususnya hipertensi

sangat diperlukan. Hal ini terjadi karena manusia atau individu merupakan

makhluk sosial yang tidak mungkin memenuhi kebutuhan fisik dan psikologisnya

sendirian (Triono & Hikmawati, 2020).

Hal tersebut diatas sejalan dengan penelitian Asyura, Andalan, dan Fadhila

(2021) dimana ada hubungan yang signifikan antara memberikan dukungan

seperti meminjamkan uang dan membantu dalam kehidupan sehari-hari penderita

hipertensi dengan derajat hipertensi pada pasien hipertensi di Gombang Meunasah

Tambo Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen tahun 2020 dengan p value =

0,003. Hasil tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian Bahari, dkk (2019),

dimana penderita hipertensi yang mendapatkan bantuan dari keluarga memiliki

perilaku self care yang lebih baik. Penelitian lain yang juga mendukung yaitu

penelitian Herlinah, Wiarsih, dan Rekawati (2013) ada hubungan antara

memberikan dukungan berupa penyediaan dana, memberikan waktu luang untuk

penderita hipertensi dengan perilaku lansia hipertensi dengan nilai p value =

0,000.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik di keluarga terhadap

dukungan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi 62,3%

terdapat pada dukungan keluarga dengan praktik di keluarga yang kurang.

Berdasarkan hasil persentase dari setiap variabel praktik di keluarga yang diukur

dalam penelitian ini, 68,3% keluarga tidak pernah menyediakan makanan sesuai

aturan diet hipertensi, 79 orang (78,2%) tidak pernah membedakan masakan

antara penderita hipertensi dengan masakan anggota keluarga yang sehat, dan
8

56,4% keluarga tidak pernah menyediakan lalapan sayuran ketika menghidangkan

masakan. Lalapan yang dihidangkan dapat berupa mentimun, daun labu siam,

daun selada dan kol putih. Daun labu siam baik untuk dikonsumsi penderita

hipertensi karena dapat menurunkan tekanan darah (Jusup, 2011). Rendahnya

nilai persentase dari tiga variabel yang diukur dari variabel praktik di keluarga, ini

berarti praktik di keluarga yang ada di Kabupaten Bengkalis belum menunjukkan

praktik di keluarga yang baik terhadap pemeliharaan kesehatan penderita

hipertensi.

Menurut Kholid (2012) seseorang atau keluarga akan melakukan praktik di

keluarga jika adanya faktor pendukung berupa sarana dan prasarana. Sarana dan

prasarana yang mendukung termasuk didalamnya adalah tingkat pendapatan

keluarga atau uang. Pendapat ini sejalan dengan teori Friedman (2010) bahwa

salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memberikan bantuan ke

keluarga seperti praktik di keluarga adalah tingkat ekonomi atau pendapatan dari

keluarga.

Pendapatan merupakan upah atau gaji yang diperoleh seseorang atau

individu dalam jangka waktu tertentu (Eryanto & Rika, 2013). Berdasarkan

karakteristik responden, menunjukkan bahwa sebanyak 82 responden (81,2%)

memiliki tingkat pendapatan dibawah UMR. Menurut Rewa, Lea, dan Febriyanti

(2021) tingkat pendapatan keluarga mempengaruhi keluarga dalam memberikan

dukungan seperti praktik di keluarga. Keluarga yang memiliki tingkat pendapatan

yang rendah akan menyebabkan rendahnya dalam hal kualitas dan kuantitas

pangan yang dibeli (Sundary, 2016). Keluarga dengan pendapatan yang rendah
8

menggunakan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti

membayar air, membayar sewa rumah, dan bayar listrik dari pada memberikan

bantuan kepada penderita hipertensi seperti mengutamakan penyediaan makan-

makanan sehat seperti konsumsi buah dan sayur (Lestari & Nugroho, 2019).

Pendapat diatas sejalan dengan hasil penelitian oleh Corsi dan

Subramanian (2019) di India keluarga yang memiliki pendapatan yang rendah

cenderung tidak membeli makanan sehat yang direkomendasikan seperti sayuran,

dan menggunakan uangnya untuk membeli makanan yang kurang sehat dan yang

penting mengenyangkan. Menurut asumsi peneliti ada kaitan antara tingkat

pendapatan yang rendah pada keluarga berhubungan dengan rendahnya praktik di

keluarga yang diberikan oleh anggota keluarga kepada penderita hipertensi di

Kabupaten Bengkalis dikarenakan keterbatasan ekonomi keluarga.

Berdasarkan pengamatan penulis, cakupan pemberian dukungan keluarga

dalam pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten Bengkalis dapat

ditingkatkan tentunya tidak lepas dari pengaruh ekonomi atau tingkat pendapatan

keluarga untuk mendorong terjadinya praktik di keluarga yang baik. Menurut

Graha (2009) salah satu upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat

adalah melalui pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat merupakan

upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat orang atau masyarakat khususnya

kelompok rentan dan lemah untuk memiliki akses terhadap sumber-sumber

produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya.

Peran dari tenaga kesehatan di wilayah Kabupaten Bengkalis perlu

melakukan upaya pemberdayaan masyarakat, tenaga kesehatan mampu membuat


8

jejaring lintas sektoral seperti dengan Dinas Sosial, Dinas Koperasi, Dinas

Pertanian, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, dan LSM yang ada di daerah

Kabupaten Bengkalis. Dengan menjalin hubungan kerjasama lintas sektoral, serta

adanya pemberdayaan masyarakat atau keluarga, diharapkan masyarakat menjadi

berdaya dan kedepan perekonomian masyarakat atau keluarga meningkat serta

praktik di keluarga menjadi lebih baik dan dukungan keluarga menjadi meningkat.

Hubungan latar belakang budaya dengan dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten Bengkalis. Hasil

analisis hubungan latar belakang budaya dengan dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi menunjukkan bahwa ada hubungan

latar belakang budaya dengan dukungan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan

penderita hipertensi di Kabupaten Bengkalis (p=0,001). Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian Firmansyah (2020) dimana terdapat hubungan antara

latar belakang budaya dengan dukungan keluarga dalam pencegahan primer

hipertensi (p value = 0,000).

Budaya merupakan faktor yang berhubungan dengan nilai-nilai dan

pandangan masyarakat yang lahir dari kebiasaan yang ada, dan akhirnya

mendorong masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan budaya yang ada.

Winkelman dalam Firmansyah (2021) mengatakan bahwa latar belakang budaya

keluarga sangat mempengaruhi perilaku kesehatan, keyakinan, dan nilai kesehatan

dalam keluarga. Individu yang sakit akan mencari pengobatan sesuai dengan

kepercayaan dan keyakinan yang ada dalam keluarga.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Michelle dkk.
8

(2010) dimana di Brasil individu yang memiliki konsonansi budaya yang tinggi

memiliki tekanan darah yang rendah. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian

oleh Ridho dan Burhantono (2019) dimana terdapat hubungan yang bermakna

antara sosial budaya dengan kualitas hidup penderita hipertensi pada etnis dayak.

Menurut Riniyanti (2017) budaya merupakan keseluruhan yang kompleks

dan luas berkaitan dengan kebiasaan individu dalam kehidupan sehari-hari,

kesenian, moral, hukum, norma, dan adat istiadat. Menurut Waryana (2017)

Indonesia terdiri dari beragam budaya yang disebabkan karena keragaman suku

bangsa yang mendiami kawasan ini. Diantara keragaman ini, salah satu

keragaman dari hasil budaya adalah keragaman jenis makanan. Hal ini berkaitan

dengan bahan makanan, pengolahan makanan, dan kebiasaan makanan yang tidak

dapat dipisahkan dari sistem kepercayaan dan sistem sosial budaya yang ada

dalam keluarga (Fadhilah, 2014). Menurut Musdalifah, Indriastuti, dan Syahwal

(2020) kebudayaan seperti kebiasaan makan dan pengolahan makanan yang

dilakukan oleh keluarga memiliki hubungan dengan terjadinya hipertensi.

Menurut Musfirah dan Hartati (2021) hipertensi tidak hanya disebabkan

oleh kebiasaan makan dan pengolahan makan saja, tetapi juga dapat disebabkan

oleh kurangnya aktivitas fisik, stres, serta adanya riwayat dari keluarga.

Berdasarkan pendapat diatas, dalam penelitian ini peneliti hanya memfokuskan

pada latar belakang budaya yang berkaitan dengan kebiasaan makan dan

pengolahan makan.

Kebiasaan makan dalam keluarga yang bisa menimbulkan penyakit

hipertensi adalah seperti kebiasaan konsumsi garam lebih dari satu sendok teh per
8

hari. Sedangkan pengolahan makanan yang dapat menimbulkan terjadinya

hipertensi adalah seperti penggunaan minyak goreng berulang, serta penggunaan

santan kental. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden

60,4% memiliki latar belakang budaya yang baik dalam pencegahan hipertensi

dari segi kebiasaan makan dan pengolahan makanan, dimana hasil persentase dari

setiap variabel latar belakang budaya yang diukur dalam penelitian ini 51,5%

responden tidak pernah menggunakan garam lebih dari satu sendok teh per hari.

Hasil ini mendukung pendapat Ramadhini dan Suryati (2018) bahwa

mengkonsumsi garam berlebihan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

hipertensi karena kelebihan natrium akan mengakibatkan adanya retensi air,

sehingga volume darah meningkat. 71,3% responden tidak pernah menggunakan

minyak goreng berulang. Hasil ini mendukung pendapat Sari dan Rohmawati

(2021) dimana terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku penggunaan

berulang minyak goreng dan angka kekambuhan hipertensi.

Hasil penelitian didapatkan juga 53,5% responden tidak menggunakan

santan kental untuk mengolah makanan. Hal ini mendukung pendapat Dewi

(2009) bahwa mengkonsumsi santan kental yang berlebihan akan menyebabkan

terjadinya hipertensi karena santan kental mengandung lemak jenuh yang dapat

meningkatkan kadar kolesterol darah. Dari hasil persentase setiap pertanyaan pada

variabel latar belakang budaya diatas menunjukkan, berarti latar belakang budaya

keluarga dari segi kebiasaan makan dan pengolahan makan yang diukur dalam

penelitian ini menunjukkan hasil yang sudah baik untuk mendukung penderita

hipertensi dalam melakukan pencegahan hipertensi.


8

Menurut Firmansyah, Lukman, dan Mambangsari (2017) keluarga yang

memiliki latar belakang budaya yang baik, akan memberikan dukungan yang baik

pula kepada penderita hipertensi dalam pencegahan hipertensi. Pendapat ini tidak

sejalan dengan hasil tabulasi silang antara latar belakang budaya dengan

dukungan keluarga dalam penelitian ini, dimana hasil tabulasi silang antara latar

belakang budaya dengan dukungan keluarga didapatkan hasil 61 responden yang

memiliki latar belakang budaya baik, ada 65,6% tingkat dukungan keluarganya

masih kurang. Hal ini terjadi karena menurut Noorkasiani dkk (2009), bahwa

budaya merupakan kebiasaan individu dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari di

keluarga yang diukur tidak hanya dari kebiasaan makan dan pengolahan makanan

saja, tetapi juga berkaitan dengan kebiasaan bekerja sehari-hari di keluarga yang

berguna untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian berdasarkan distribusi karakteristik pekerjaan

responden dalam penelitian ini didapatkan hasil sebagian besar masyarakatnya

bekerja sebagai petani (28,7%), wiraswasta (21,8), buruh (12,9%), dan nelayan

(5,0%). Masyarakat yang bekerja sebagai petani, buruh dan nelayan pasti lebih

sering keluar rumah untuk bekerja dari pagi hingga sore hari, bahkan masyarakat

yang bekerja sebagai nelayan banyak menghabiskan waktunya di sungai maupun

dilautan dari pada dirumah dengan keluarga, sehingga kurangnya dukungan

keluarga yang diberikan kepada anggota keluarga yang sakit hipertensi di

Kabupaten Bengkalis.

Menurut Caplan dalam Simbolon (2017) bentuk dukungan keluarga yang

diberikan dapat berupa kasing sayang, simpati, perhatian seperti mengingatkan


9

jadwal minum obat, keluarga mengingatkan penderita untuk olahraga, serta

mengingatkan jadwal kontrol penderita. Dukungan ini biasanya didapatkan dari

orang terdekat seperti suami, istri, teman dekat, dan sanak saudara (Marpaung &

Sinaga, 2019).

Menurut Kar dalam Notoatmodjo (2012) seseorang akan berperilaku

kesehatan jika mendapatkan dukungan dari orang terdekat salah satunya adalah

keluarga. Berdasarkan pengamatan penulis, hal inilah yang menyebabkan

walaupun latar belakang budaya anggota keluarga baik dari segi kebiasaan makan

dan pengolahan makan yang diukur dalam penelitian ini, namun dukungan

keluarganya masih kurang dikarenakan kurangnya waktu bersama antara keluarga

dengan anggota keluarga yang sakit.

Pendapat di atas sesuai dengan hasil penelitian pada variabel dukungan

keluarga dimana 50,5% keluarga tidak pernah mengingatkan jadwal kontrol

penderita hipertensi supaya penderita melakukan pemeriksaan ke pelayanan

kesehatan. 40,6% keluarga tidak pernah mengingatkan penderita untuk minum

obat hipertensi. Hal ini disebabkan karena masyarakat yang bekerja sebagai

petani, buruh dan nelayan pasti lebih sering keluar rumah untuk bekerja dari pagi

hingga sore hari sehingga waktunya lebih banyak diluar rumah daripada dirumah

dengan keluarga sehingga kurangnya dukungan keluarga yang diberikan, seperti

mengingatkan jadwal kontrol dan mengingatkan untuk minum obat hipertensi.

Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Pamungkas, Rohimah, dan Zen (2020)

dimana keluarga yang memiliki kesibukan sehari-hari seperti bekerja tidak bisa

sepenuhnya memberikan dukugan ke keluarga.


9

Analisis Multivariat

Hubungan latar belakang budaya dengan dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten Bengkalis.

Berdasarkan hasil analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda

menunjukkan bahwa ada hubungan latar belakang budaya dengan dukungan

keluarga dalam pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten

Bengkalis dimana nilai p=0,001 (<0,05), yang artinya variabel latar belakang

budaya memiliki hubungan yang signifikan dengan dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten Bengkalis dengan nilai

Prevalence Ratio (PR) sebesar 4,4. Mengacu pada hasil tersebut dapat dijelaskan

bahwa dukungan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi

dengan latar belakang budaya baik meningkat 4,4 kali lebih besar dibandingkan

keluarga dengan latar belakang budaya yang kurang baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Firmansyah (2020) dimana

latar belakang budaya keluarga berhubungan dengan dukungan keluarga. Hasil

penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Purnawan (2008), dimana salah satu

faktor yang mempengaruhi keluarga dalam memberikan dukungan ke anggota

keluarga adalah faktor latar belakang budaya.

Budaya merupakan suatu kebiasaan yang ada dimasyarakat, membentuk,

mengatur, dan mempengaruhi individu dalam melakukan kegiatan dalam

kehidupan sehari-hari, baik berupa upaya pencegahan penyakit maupun

menyembuhkan diri dari penyakit (Dahniar, 2009). Kebiasaan keluarga dalam

kehidupan sehari-hari seperti kebiasaan makan dan pengolahan makanan akan


9

mempengaruhi penderita hipertensi dalam melakukan pemeliharaan kesehatan

hipertensi.

Menurut Noorkasiani (2009) budaya merupakan kebiasaan individu,

keluarga atau masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan keluarga dalam

kegiatan sehari-hari tidak lepas dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti

pemenuhan kebutuhan makan. Menurut Waryana (2017) Indonesia terdiri dari

beragam budaya yang disebabkan karena keragaman suku bangsa yang mendiami

kawasan ini. Diantara keragaman ini, salah satu keragaman dari hasil budaya

adalah keragaman jenis makanan. Hal ini berkaitan dengan bahan makanan,

pengolahan makanan, dan kebiasaan makanan yang tidak dapat dipisahkan dari

sistem kepercayaan dan sistem sosial budaya yang ada dalam keluarga (Fadhilah,

2014).

Budaya yang ada dalam keluarga akan mempengaruhi penderita hipertensi

dalam melakukan pemeliharaan kesehatannya. Budaya yang ada dalam keluarga

atau masyarakat memiliki hubungan dengan apa, kapan, dan bagaimana keluarga

mendapat makanan. Pola makanan yang banyak mengandung lemak, protein, dan

tinggi geram serta rendah serat pangan akan menyebabkan berkembangnya

penyakit degeneratif seperti hipertensi (Manik & Wulandari, 2020). Menurut

Setiadi dalam Firmansyah (2020), salah satu hambatan pencegahan penyakit

hipertensi dalam keluarga adalah kepercayaan budaya yang tidak menunjang

kesehatan, seperti kepercayaan bahwa makanan tertentu yang dapat mencetus

hipertensi dianggap tidak membahayakan sehingga tidak dilakukan pencegahan

dini.
9

Keluarga yang memiliki budaya yang baik dalam kebiasaan makan dan

pengolahan makanan yang dapat mencegah terjadinya hipertensi, maka akan

sangat membantu penderita hipertensi untuk melakukan pencegahan hipertensi

dari segi kebiasaan makan dan pengolahan makan. Menurut Amelia, Nurchayati,

dan Elita (2014) hal ini terjadi karena keluarga yang memiliki budaya yang baik

khususnya dalam kebiasaan makan dan pengolahan makanan akan mengusahakan

semua kebiasaan makan dan pengolahan makanan harus bergizi dan sehat. Hal ini

mendorong penderita hipertensi untuk makan bergizi dan sehat yang sudah

disediakan oleh keluarga.

Sebagaian besar keluarga, apa yang disediakan atau dihidangkan oleh

keluarga itulah yang akan dikonsumsi. Untuk itu, bagi keluarga yang telah

memiliki kebiasaan makan dan pengolahan makanan yang baik, sehat dan bergizi

akan sangat memudahkan keluarga dalam memberikan dukungan ke pada

penderita dalam pemeliharaan kesehatan hipertensi. Hal ini terjadi karena

seseorang atau individu akan melakukan pencegahan terhadap suatu penyakit

seperti menghindari kebiasaan makan dan pengolahan makan yang tidak baik

yang bisa menimbulkan hipertensi, jika keluarga nya melakukan hal yang sama.

Pendapat diatas sejalan dengan hasil penelitian Yuda, Sari, dan Yuwono

(2020) dimana terdapat hubungan yang bermakna antara latar belakang budaya

terhadap dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke. Hasil penelitian ini

juga sejalan dengan pendapat Green (1980) dimana salah satu variabel perilaku

pencarian pengobatan adalah kepercayaan budaya (Kholid, 2012). Pendapat ini

juga sejalan dengan World Health Organization (WHO) bahwa perilaku


9

seseorang ditentukan oleh kebudayaan (Notoatmodjo, 2012). Pendapat lain yang

juga sejalan yaitu pendapat oleh Blum (1978) bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi kesehatan seseorang adalah lingkungan yang termasuk ke

dalamnya adalah budaya (Notoatmodjo, 2012).

Implikasi Penelitian

Temuan dalam penelitian ini memiliki beberapa implikasi meliputi petugas

kesehatan dan keluarga.

Implikasi kepada petugas kesehatan. Peran petugas kesehatan untuk

memberikan komunikasi, informasi dan edukasi tentang bahaya penyakit

hipertensi tidak hanya kepada penderita hipertensi, tetapi juga kepada anggota

keluarga, serta melakukan intervensi seperti melakukan penyuluhan terhadap

anggota keluarga mengenai pentingnya dukungan keluarga dalam pencegahan

hipertensi.

Peran petugas kesehatan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat,

serta menjalin kerjasama lintas sektor seperti dengan Dinas Sosial, Dinas

Pertanian, Dinas Koperasi, dan LSM yang ada di Kabupaten Bengkalis. Dengan

menjalin hubungan kerjasama lintas sektoral serta adanya pemberdayaan

masyarakat, diharapkan masyarakat menjadi berdaya dan kedepan perekonomian

masyarakat atau keluarga meningkat. Diharapkan dengan meningkatnya ekonomi

keluarga, dukungan keluarga menjadi lebih baik dan hipertensi di Kabupaten

Bengkalis bisa di atasi.

Implikasi kepada keluarga. Keluarga merupakan garda terdepan bagi

kesehatan, dimana sebuah keluarga mampu menjadi pengaruh bagi anggota


9

keluarga yang lain dalam sebuah kesehatan keluarga. Dalam hal ini keluarga

sangat diharapkan untuk bisa memberikan dorongan dan semangat kepada

anggota keluarga hipertensi agar penderita patuh dalam menjaga kesehatan

hipertensi.

Keterbatasan Penelitian

1. Keterbatasan penelitian karena keadaan yang tidak memungkinkan untuk turun

kelapangan pada masa pandemi COVID-19 sehingga peneliti melakukan

penelitian dengan menggunakan kuesioner online, sehingga tidak dapat

bertemu dengan responden secara langsung dan tidak dapat menggali data

secara dalam dan maksimal.

2. Keterbatasan dalam pengukuran variabel latar belakang budaya, dimana

peneliti hanya memfokuskan pada budaya yang berkaitan dengan pencegahan

hipertensi dari segi kebiasaan makan dan pengolahan makanan sehingga

memengaruhi hasil penelitian.

3. Keterbatasan penelitian, dimana peneliti tidak mencantumkan suku responden

dalam variabel karakteristik responden, sehingga peneliti tidak mengetahui

suku apa saja yang ada pada responden sehingga memengaruhi hasil penelitian.

4. Keterbatasan penelitian, dimana peneliti hanya melibatkan 101 sampel yang

didapatkan berdasarkan kriteria-kriteria inklusi yang telah ditentukan dalam

penelitian, sehingga hasil penelitian tidak bisa menggambarkan keseluruhan

populasi yang ada di Kabupaten Bengkalis.

5. Keterbatasan penelitian berdasarkan waktu dan tempat penelitian sehingga

peneliti tidak secara maksimal dan mempengaruhi hasil penelitian.


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang melibatkan 101 sampel tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan dukungan keluarga dalam pemeliharaan

kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten Bengkalis tahun 2021, maka

disimpulkan bahwa:

1. Karakteristik responden berdasarkan umur yang paling banyak dalam

penelitian yang melibatkan 101 sampel tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan dukungan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi

di Kabupaten Bengkalis tahun 2021 adalah usia dewasa awal (26-35 tahun)

sebanyak 34 orang (33,7%). Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin yang

paling banyak adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 55 orang (54,5%).

Jumlah responden berdasarkan pekerjaan yang paling banyak adalah pekerja

petani sebanyak 29 orang (28,7%). Jumlah responden berdasarkan tingkat

pendidikan yang paling banyak berada pada tingkat pendidikan SMA sebanyak

37 orang (36,6%). Jumlah responden berdasarkan tingkat pendapatan yang

paling banyak adalah tingkat pendapatan dibawah UMR sebanyak 82 orang

(81,2%).

2. Faktor yang berhubungan dengan dukungan keluarga dalam pemeliharaan

kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten Bengkalis tahun 2021 adalah

faktor praktik di keluarga (p = 0,003) dan faktor latar belakang budaya (p =

0,001).

96
97

3. Faktor yang tidak berhubungan dengan dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten Bengkalis tahun

2021 adalah faktor tingkat pengetahuan keluarga dimana nilai p = 0,828.

4. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan dukungan keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi di Kabupaten Bengkalis tahun

2021 adalah faktor latar belakang budaya dengan nilai Prevalence Ratio (PR)

sebesar 4,4. Artinya dukungan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan

penderita hipertensi dengan latar belakang budaya baik meningkat 4,4 kali

lebih besar dibandingkan keluarga dengan latar belakang budaya yang kurang

baik.

Saran

Dari hasil penelitian yang melibatkan 101 sampel tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan dukungan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan

penderita hipertensi di Kabupaten Bengkalis tahun 2021, maka saran yang dapat

disampaikan adalah:

1. Bagi institusi kesehatan diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan keluarga

dengan memberikan penyuluhan cara pemeliharaan kesehatan penderita

hipertensi melalui pendekatan dengan kelompok-kelompok pengajian,

kelompok arisan, dan organisasi-organisasi yang ada di masyarakat. Dengan

melibatkan keluarga dalam penyuluhan cara pemeliharaan kesehatan penderita

hipertensi, diharapkan pengetahuan keluarga semakin meningkat dan dukungan

keluarga menjadi lebih baik.


9

2. Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis melalui puskesmas di wilayah kerjanya

diharapkan mampu meningkatkan peran serta masyarakat dengan

mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial

budaya setempat melalui lintas sektoral sebagai upaya meningkatkan

perekonomian masyarakat setempat. Diharapkan dengan meningkatnya

ekonomi masyarakat atau keluarga, keluarga mudah melakukan pencegahan

hipertensi dari segi praktik di keluarga.

3. Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis melalui puskesmas diharapkan lebih

meningkatkan upaya promosi kesehatan baik dalam bentuk poster, banner,

leaflet, baliho tentang budaya kebiasaan makan dan pengolahan makanan yang

baik untuk penderita hipertensi, serta bekerjasama dengan lintas sektoral Dinas

Ketahanan Pangan untuk mengatasi masalah keamanan pangan yang beresiko

menyebabkan hipertensi.

4. Kepada Pemerintah Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan Dinas

Perdagangan dan Perindustrian diharapkan dapat membuat regulasi khusus

PTM, seperti adanya regulasi pembatasan pengedaran makanan dan minuman

yang tidak sehat yang dapat meningkat resiko terjadinya penyakit hipertensi.

Dengan adanya regulasi pembatasan pengedaran makanan dan minuman

diharapkan dapat mengurangi jumlah konsumsi makanan dan minuman yang

dapat mencetus hipertensi, sehingga angka hipertensi dapat diturunkan.

5. Kepada pihak keluarga diharapkan agar selalu aktif mencari informasi

mengenai pemeliharaan kesehatan penderita hipertensi dan menerapkannya


9

dalam kehidupan sehari-hari, sehinga dengan informasi yang didapatkan dapat

menunjang kesehatan anggota keluarga yang mengalami hipertensi.


10

Daftar Pustaka

Abidin, A. Z., & Ferawati. (2020). Pelaksanaan fungsi pemeliharaan kesehatan


keluarga dengan pengetahuan terapi komplementer pada penderita
hipertensi di balenrejo bojonegoro. Jurnal ilmu kesehatan, 10(2), 66-75
Akbar, H., & Santoso, E. B. (2020). Analisis faktor penyebab terjadinya hipertensi
pada masyarakat (studi kasus di kecamatan passi barat kabupaten
Bolaang Mongodow). The Indonesian Journal of Health Promotion, 3(1),
12-19

Aleyadeh, W., Centeno, E. H., Ahmed, H. M., & Shah, N. P. (2019).


Hypertension guidelines: treat patients, not numbers. Cleveland Clinic
Journal, 86(1). doi:10.3949/ccjm.86a.18027

Ali, Z. (2010). Pengantar keperawatan keluarga. Jakarta: EGC

Andayani, T., Febryani, A., & Andriansyah, D. (2020). Pengantar sosiologi.


Yayasan Kita Menulis

Apriany, R. E. A. (2012). Asupan protein, lemak jenuh, natrium, serat, dan IMT
terkait dengan tekanan darah pasien hipertensi di RSUD Tugurejo
semarang. (Disertasi, Universitas Diponegoro). Diakses dari http://eprint
undip.ac.id/38392/1/440_RISTA_EMIRIA_AFRIDA_APRIANY_G2C0
08061.pdf

Arini, L. D. D., Yudhistira, I. A., & Yuniarsih, E. (2020). Pengaruh


mengkonsumsi garam berlebihan dengan hipertensi dan proteinuria di
puskesmas jaten II karanganyar. Jurnal Kesehatan Komunitas, 6(2), 194-
198

Ayuni, D. Q. (2020). Asuhan keperawatan keluarga pada pasien post operasi


katarak. Padang: Pustaka Galeri Mandiri.

Bahari, G., Scafide, K., Krall, J., Mallinson, R. K., & Weinstein, A. A. (2019).
Mediating role of self-efficacy in the relationship between family social
support and hypertension self care behaviours: A cross-sectional study of
Saudi men with hypertension. International Journal of Nursing Practice,
25(6). doi: 10.1111/ijn.12785

Beaney, T., Schutte, A. E., Stergiou, S. S., Borghi, C., Burger, D., Charchar, F.,
...Diaz, A. (2020). May measurement month 2019 the global blood
pressure screening campaign of the international society of hypertension.
American Heart Association, 76, 333-341. Diakses dari
10

https://www.ahajournals.org/doi/epub/10.1161/HYPERTENSIONAHA.1
20.14874

Belue, R. (2017). The role of family in non-communicable disease in sub saharan


africa. Global Health Promotion, 24(3), 71-74. Diakses dari https://doi.or
g/10.1177/1757975915614190

Brathwaite, R., Hutchinson, E., McKee, M., Palafox, B., & Balabanova, D.
(2020). The long and winding road: A systematic literature review
conceptualising pathway for hypertension care and control in low-and
middle-income countries. International Journal Health Policy
Management, x(x), 1-12. doi: 10.34172/ijhpm.2020.105

Cholifah, N., Azizah, N., Astuti, D., Fanani, Z., Karyati, S., & Kurnia, W. (2020).
The influence of celery juice against blood pressure reduction in
hypertension. Journal of Physics. doi:10.1088/1742-6596/1477/6/062009
Dewi, A. B. F. K. (2009). Menu sehat 30 hari untuk hiperkolesterol, hipertensi,
dan penyakit jantung. Tangerang: PT Agro Media Pustaka.

Dewi, S. R. 2016. Spiritualitas dan persepsi kesehatan lansia dengan hipertensi di


wilayah kerja puskesmas mayang jember. The Indonesian Journal of
Health Science, 6(2). Diakses dari http://download.garuda.ristekdikti.go.i
d/article.php

Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis. (2018). Profil Dinas Kesehatan


Kabupaten Bengkalis tahun 2018 (Profil yang tidak dipublikasikan).
Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis.

Dinas Kesehatan Provinsi Riau. (2018). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Riau
tahun 2018. Diakses dari https://www.kemkes.go.id/resources/download/
profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2018/04_RIAU_2018.pdf.

Dluha, M. S., Suminar, D. R., & Hendriyani, W. (2020). Pengaruh adversity


quotient dan dukungan sosial terhadap adaptabilitas karir siswa di SMK
“X” Gresik. Journal Psikolog, 18(1). Diakses dari https://jpsikologi.esau
nggul.ac.id/index.php/JPSI/article/view/77/60
Ediriweera, D. S., Karunapema, P., Pathmeswaran., & Arnold, M. (2018).
Increase in premature mortality due to non-communicable diseases in Sri
Lanka during the first decade of the twenty-first century. BMC Public
Health, 1-6. Diakses dari https://link.springer.com/article/10.1186/s1288
9-018-5503-9
Ediriweera, D.S., Karunapema, P., Pathmeswaran, A., & Arnold, M. (2018).
Increase in premature mortality due to non- communicable diseases in Sri
10

Lanka during the first decade of the twenty-first century. BMC Public
Health. Diakses dari https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/track/pd
f/10.1186/s12889-018-5503-9.

Efendi, H., & Larasati, T. A. (2017). Dukungan keluarga dalam manajemen


penyakit hipertensi. Jurnal Majority, 6(1), 34-40. Diakses dari http://juke
kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/1527/1485

Elvira, M., & Anggraini, N. (2019). Faktor-faktor yang berhubungan dengan


kejadian hipertensi. Jurnal Akademik Baiturrahim, 8(1), 78-89. Diakses
dari http://jab.stikba.ac.id/index.php/jab/article/view/105.
Endra, F. (2017). Pedoman metode penelitian (Statistika Praktis). Taman sidoarjo:
Zifatama Sidoarjo

Eriyanto. (2007). Teknik sampling analisis opini publik. Yogyakarta: Lkis


Yogyakarta

Ernawati, L., Fandinata, S. S., & Permatasari, S. N. (2020). Kepatuhan konsumsi


obat pasien hipertensi. Gresik: Graniti

Firmansyah, R. S., Lukman, M., & Mambangsari, C. W. (2017). Faktor-faktor


yang berhubungan dengan dukungan keluarga dalam pencegahan primer
hipertensi. JKP, 5(2). Diakses dari http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/j
kp/article/download/476/167

Fitriani, E. (2012). Pola kebiasaan makan orang lanjut usia (studi kasus: penderita
penyakit hipertensi sukubangsa minangkabau di Jakarta). Humanus,
11(2). Diakses dari http://ejournal.unp.ac.id/index.php/humanus/article/vi
ew/2162

Ganju, A., Goulart, A. C., Ray, A., Majumdar, A., Jeffers, B. W., Liamosa,
G.,...Canizares, H. (2020). Systemic solutions for addressing non-
communicable disease in low-and middle-income countries. Journal of
Multidisciplinary Healthcare, 693-707. Diakses dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7394587/pdf/jmdh-13-
693.pdf

Garett, J. G. (2016). The Relationship Among Social Support, Self-Efficacy and


Medication Adherence in Adults with Hypertension (Desertation,
Northcentral University). Diakses dari https://www.proquest.com/docvie
w/1834586942/D35041A772184756PQ/10?accountid=50257

Gbadamosi, M. A., & Tlou, B. (2020). Modifiable risk factors associated with
non-communicable diseases among adult outpatients in Manzini,
10

Swaziland: a cross-sectional study. BMC Public Health. Diakses dari


https://link.springer.com/content/pdf/10.1186/s12889-020-08816-0.pdf

Ginting, F. L. (2015). Faktor- faktor yang memengaruhi kejadian hipertensi pada


lansia di wilayah kerja puskesmas silinda kabupaten serdang bedagai
tahun 2013 (Tesis, Universitas Sumatera Utara). Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/61959

Haque, M., Islam, T., Rahman, A. A., M, J., Abdullah, A., & Dhingra, S. (2020).
Strengthening primary health-care services to help prevent and control
long-term (chronic) non-communicable diseases in low-and middle-
income countries. Dovepress Journal, 409-426.

Ibrahim, M. M. (2018). Hypertension in developing countries: A major challenge


for the future. doi: 10.1007/s11906-018-0839-1
Ikram, M., AM, S., & Ansar. (2015). Hubungan tingkat pendapatan dengan
tingkat konsumsi masyarakat di kecamatan bontonompo kabupaten
gowa. Jurnal Ekonomi Balance Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, 11(1).
Imelda., Sjaaf, F., & Paf, P. (2020). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Air Dingin Lubuk
Minturun. Health & Medical Journal, II(2), 68-77. Diakses dari
https://jurnal.unbrah.ac.id/index.php/heme/article/view/532
Indra, I. M., & Cahyaningrum, I. (2019). Cara mudah memahami metodologi
penelitian. Yogyakarta: Deepublish Publisher
Istanto, T. L., & Engry, A. (2019). Hubungan antara dukungan sosial dan
homesickness pada mahasiswa rantau yang berasal dari luar pulau jawa
di universitas katolik widya mandala surabaya kampus pakuwon city.
Journal Experientia, 7(1), 19-30.
Kario, K., Chia, Y. C., Ssukonthasarn, A., Turana, Y., Shin, J., Chen, C. H.,
...Buranakitjaroen, P. (2019). Diversity of and initiatives for hypertension
management in Asia-why ne need the hope Asia network. Wiley
Periodicals, Inc, 331-343.
Kati, R. K., Opod, H., & Pali, C. (2018). Gambaran emosi dan tingkat kecemasan
pada pasien hipertensi di puskesmas bahu. Jurnal e-Biomedik (eBM),
6(1). Diakses dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/18679
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Buku Rencana Aksi Nasional 2015-2019.
Diakses dari http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UC
s4eUJ0dVBndz09/2018/10/Buku_Rencana_Aksi_Nasional_2015_2019.p
df
10

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Buku Pedoman Manajemen Penyakit Tidak


Menular. Diakses dari
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBn
dz09/2019/03/Buku_Pedoman_Manajemen_PTM.pdf
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Penyakit Tidak Menular.
Diakses dari https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/bul
etin/buletin-ptm.pdf
Khotimah, H., & Masnina, R. (2020). Hubungan dukungan keluarga dengan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja
puskesmas air putih samarinda. Borneo Student Research, 1(3). Diakses
dari https://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/view/997
Kusumawardana, L., Tamtomo, D., & Sugiarto. (2017). Relationship between
knowledge and family support regarding hypertension with blood
pressure control in elderly. Indonesian Journal of Medicine, 2(1), 1-9.

Lapau, B. (2012). Metode penelitian kesehatan: metode ilmiah penulisan skripsi,


tesis, disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Lawan, N., Booysen, F., Tsegaya, A., Kapingura, F. M., & Hongoro, C. (2020).
Lifestyle risk factors, non-communicable diseases and labour force
participation in South Africa. Journal Development Southern Africa, 37,
446-461. Diakses dari
https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/0376835X.2019.1678459
Lestari, Y. I., & Nugroho, P. S. (2019). Hubungan tingkat ekonomi dan jenis
pekerjaan dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja puskesmas palaran
tahun 2019. Borneo Student Research. Diakses dari
http://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/download/404/319

Machmud, A. N. (2020). Hipertensi: faktor determinan hipertensi pasien rawat


jalan. Jurnal Fenomena Kesehatan, 3(1), 365-377.

Mahipala, P., Dorji, G., Tisocki, K., & Rani, M. (2019). A critical of addressing
cardiovascular and other non-communicable diseases through a primary
health care approach in the South-East Asia Region. Cardiovascular
Diagnosis and Therapy, 9(2), 150-157.

Mamik. (2014). Metode penelitian kesehatan. Sidoarjo: Zifatama Publisher.


Manuntung, A. (2018). Terapi perilaku kognitif pada pasien hipertensi. Malang:
Wineka Media.
Marianingrum, D., & Amelia, C. (2019). Hubungan tingkat pengetahuan dengan
kepatuhan berobat penderita hipertensi di puskesmas baloi permai kota
10

batam. Zona Kedokteran, 9(1). Di akses dari


http://ejurnal.univbatam.ac.id/index.php/zonadokter/article/view/283

Maryusman, T., Mawapi, Y. P., & Syah, M. N. H. (2020). Apakah citra tubuh dan
risiko gangguan makan berisiko anemia? Kasus pada siswi putri. Jurnal
Gizi dan Kesehatan, 4(1), 22-31.

Mayangsari, E., Lestari, B., & Nurdiana. (2019). Farmakoterapi kardiovaskuler.


Malang: UB Pres.

Michelle, L., Slimko., George, A., & Mensah. (2010). The role of diets, food, and
nutrients in the prevention and control of hypertension and
prehypertension. Cardiol Clin, 28, 665-674.

Mill, J. G., Baldo, M. P., Molina, M. D. C., Schmidt, M. I., Barreto, S. M., Chor,
D., ...Griep, R. H. (2019). Sex-specific patterns in the association
between salt intake and blood pressure: The ELSA-Brasil study. Journal
Wiley Online Library, 502-509. Diakses dari
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1111/jch.13509

Mubarik, S., Malik, S. S., Mubarak, R., Gilani, M., & Masood, N. (2019).
Hypertension associated risk factors in Pakistan: A multifactorial case
control study. Original Article, 69(8), 1070-1073.

Musfirah., & Masriadi. (2019). Analisis faktor risiko dengan kejadian hipertensi
di wilayah kerja puskesmas takalala kecamatan marioriwawo kabupaten
soppeng. Jurnal Kesehatan Global, 2(2), 93-102.

Naidu, B. M., Yusoff, M. F. M., Abdullah, S., Musa, K. I., Yaacob, N. M.,
Mohamad, M. S.,...Sahril, N. (2019). Factors associated with the severity
of hypertension among Malaysian adults. PLOS ONE. Diakses dari
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0207472

Ndari, S. S., Vinayastri, A., & Masykuroh, K. 2019. Metode perkembangan sosial
emosi anak usia dini. Jakarta: Edu Publisher.

Ningrum, W. A. C., Drajat. M. R., & Imardiani. (2020). Dukungan keluarga dan
pengetahuan dengan kepatuhan pembatasan cairan pasien gagal ginjal
kronik. Jurnal Masker Medika, 8(1). Diakses dari
http://ejournal.stikesmp.ac.id/index.php/maskermedika/article/view/387/
327

Nopriyanto, D., Aminuddin, M., Samsugitu, I., Puspasari, R., Ruminem., &
Syukmana, M. (2019). Meningkatkan peran serta masyarakat dalam
10

upaya menurunkan peningkatan penyakit tidak menular (PTM). Jurnal


Pengabdian Pemberdayaan Masyarakat, 3(2), 285-295.

Nurdin, M. N. H., & Fakhri, N. (2017). Perbedaan empati kognitif dan empati
afektif pada remaja laki-laki dan perempuan. Jurnal Psikologi Talenta,
2(2), 11
Nurhayati, L., & Fibriana, N. (2019). Dukungan keluarga terhadap kepatuhan
kontrol pengobatan pasien hipertensi. Jurnal Keperawatan, 5(2), 63-69.
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Osamor, P. E. (2015). Social support and management of hypertension in south-
west Nigeria. Cardiovascular Journal of Africa, 26(1), 29-33.
Paczkowska, A., Hoffmann, K., Kus, K., Kopciuch, D., Zaprutko, T., Ratajczak,
P.,...Bryl, W. (2021) International Journal of Medical Sciences, 18(3),
852-860.
Pamungkas, R. A., Rohimah, S., & Zen, D. N. (2020). Hubungan dukungan
keluarga dengan kepatuhan berobat pada penderita hipertensi di wilayah
kerja puskesmas ciamis tahun 2019). Jurnal Keperawatan Galuh, 2(1), 9-
18.
Payadnya, I. P. A. A., & Jayantika, I. G A. N. T. (2018). Panduan penelitian
eksperimen beserta analisis statistik dengan spss. Yogyakarta:
Deepublish

Pelima, R. V., & Fitra. (2020). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi di desa Ambesia wilayah kerja Puskesmas Tomini Kecamatan
Tomini Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 20(1), 47-
56.

Pescatello, L. S., Buchner, D. M., Jakicic, J. M., Powell, K. E., Kraus, W. E.,
Bloodgood, B., ...Campbell, W. W. (2019). Physical activity to prevent
and treat hypertension: A systematic review. American College of Sports
Medicine. doi: 10.1249/MSS.0000000000001943

Pikir, B. S., Aminuddin, M., Subagjo, A., Dharmadjati, B. B., Suryawan, I. G. R.,
& Eko, J. N. (2015). Hipertensi manajemen komprehensif. Surabaya:
Airlangga University Press.

Prihartono, W., Andarmoyo, S., & Isroin, L. (2019). Hubungan dukungan


keluarga dengan kepatuhan pemenuhan diet pada penderita hipertensi.
Health Sciences Journal, 3(1). Diakses dari
http://studentjournal.umpo.ac.id/index.php/HSJ/article/view/215
10

Purba, E. N. (2019). Pengaruh faktor risiko yang dapat diubah terhadap kejadian
hipertensi pada usia dewasa 26-45 tahun di kota medan tahun 2018
(Tesis, Universitas Sumatera Utara). Diakses dari
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/25594.

Purqoti, D. N. S., & Ningsih, M. U. (2019). Identifikasi derajat hipertensi pada


pasien hipertensi di puskesmas kota mataram. Jurnal Keperawatan
Terpadu, 1(2), 31-38

Purwandari, A. (2020). Pengaruh konsumsi pisang terhadap tekanan darah pada


penderita hipertensi usia dewasa di dusun karangmalang depok sleman
yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 13(1). Diakses dari
http://jurnal.stikeswirahusada.ac.id/jkm/article/view/239/166

Putra, M. M., Darmayasa, I. K. N., Winduyasa, P. A., Bukian., Widiyanto, A., &
Atmojo, J. T. (2019). Hubungan keadaan sosial ekonomi dan tingkat stres
dengan kejadian hipertensi. Jurnal Ilmiah Keperawatan, 7(2). Diakses
dari https://www.akperinsada.ac.id/e jurnal/index.php/insada/article/view
/150/75.
Ramadhini, D., & Suryati. (2018). Hubungan kebiasaan konsumsi makanan asin
dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Labuhan Labo Kota
Padang Sidimpuan tahun 2018. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia, 3(2).
Raimi, T. H,. & Odusan, O. (2020). Association of hypertension with generalized
obesity in rural south western Nigeria. Journal of Surgery and Medicine,
4(3), 177-181. doi: 10.28982/josam.593387

Rajkumar, E., & Romate, J. (2020). Behavioural risk factors, hypertension


knowledge, and hypertension in rural india. International Journal of
Hypertension. doi.org/10.1155/2020/8108202

Ridha, A., Hanim, D., & Suminah. (2019). Relationship between intake of fruits
and vegetables toward hypertension among elderly in yogyakarta. Bali
Medical Journal, 8(3).
Ridho, M., & Burhanto. (2019). Hubungan antara sosial budaya dengan kualitas
hidup penderita hipertensi pada etnis dayak di desa pampang samarinda.
Borneo Student Research, 36, 32-37

Riyanto, S., & Hatmawan, A. A. (2020). Metode riset penelitian kuantitatif


penelitian bidang manajemen, teknik, pendidikan dan eksperimen.
Yogyakarta: CV Budi Utama
10

Rofiqoch, I. (2020). Manajemen deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular
(PTM). Jurnal Pengabdian “Dharma Bakti”, 3(2). Diakses dari
http://dharmabakti.respati.ac.id/index.php/dharmabakti/article/view/123

Rosa, N. N. Hubungan dukungan sosial terhadap motivasi belajar daring


mahasiswa pada masa pandemi covid-19. Journal of Education and
Teaching, 1(2). Diakses dari http://ejournal.stainkepri.ac.id/index.php/tan
jak/article/view/146
Roslandari, L. M. W., Illahi, R. K., & Lawuningtyas, A. (2020). Hubungan antara
dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan pengobatan pasien
hipertensi rawat jalan pada program pengelolaan penyakit kronis.
Pharmaceutical Journal of Indonesia, 5(2), 131-139.
Sari, M. N., & Rohmawati, D. L. The relationship between behavior of using
repeated cooking oils and recarrence of hypertension. Jurnal of
Vocational Nursing, 2(1), 62-66.
Saleh, L. M., & Yanti, I. H. (2021). Epidemiologi K3. Yogyakarta: Deepublish
Saleh, N., Wowor, R., & Adam, H. (2021). Hubungan antara memberi dukungan
keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di
wilayah kerja puskesmas kombos kecamatan singkil kota manado. Jurnal
KESMAS, 10(1).
Sardi, L. N., & Ayriza, Y. (2020). Pengaruh dukungan sosial teman sebaya
terhadap subjective well-being pada remaja yang tinggal di pondok
pesantren. Journal Acta Psychologica, 2(1), 41-48.
Sarwono, S. W. (2010). Female brain mengungkap misteri otak perempuan.
Jakarta Selatan: Phoenix Publishing Project.
Setiadi, E. M. (2020). Pengantar ringkasan sosiologi. Jakarta: Kencana

Setyawan, F. E. B. 2019. Pendekatan pelayanan kesehatan dokter keluarga


(pendekatan holistik komprehensif). Sidoarjo: Zifatama Jawara

Shah, S. N., Munjal, Y. P., Kamath, S. A., Wander, G. S., Mehta, N., Mukherjee,
S.,... Kirpalani, A. (2020). Indian guidelines on hypertension-IV (2019).
Jurnal 2004 and 2014. ELSEVIER. Diakses dari http://www.elsevier of
Human Hypertension. Diakses dari https://doi.org/10.1038/s41371-020-
0349-x
Shirvani, N. J., Ghaffari, F., Fotokian, Z., & Monadi, M. (2020). Association
between perceived family social support and self-care behaviors in elders
with chronic obstructive pulmonary disease (COPD): A Medical center-
based study from iran. The Open Nursing Journal, 14, 1-7. doi:
10.2174/1874434602014010001.
10

Sinaga, E. K., Matondang, Z., & Sitompul, H. (2019). Statistika: teori dan aplikasi
pada pendidikan. Medan: Yayasan Kita Menulis
Sinaga, M. (2017). Riset kesehatan panduan praktis menyusun tugas akhir bagi
mahasiswa kesehatan. Yogyakarta: Deepublish

Sogno, P., Hoffmann, C. T., & Kuenzer, C. (2020). Earth observation data
supporting non-communicable disease research: A review. Journal
MDPI, 1-34. Diakses dari https:// www.mdpi.com/journal/remotesensing

Srivastava, S., & Gill, A. (2020). Untreated morbidity and treatment- seeking
behaviour among the elderly in India: Analysis based on national sample
survey 2004 and 2014. Elsevier. Diakses dari
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352827320300124

Sulistyana, C. S. (2019). Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum


obat dan kontrol diet penderita hipertensi. Jurnal Kesehatan Holistic,
3(2), 28-36. Diakses dari
http://ejournal.stikesrshusada.ac.id/index.php/jkh/article/view/51

Sumantra, I. G., Kumaat, L. T., & Bawotong, J. (2017). Hubungan dukungan


informatif dan emosional keluarga dengan kepatuhan minum obat pada
lansia hipertensi di puskesmas ranomuut kota manado. E-Jurnal
Keperawatan, 5(1). Diakses dari https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jk
p/article/view/14709

Supriyatna, E., Pertiwiwati, E., & Setiawan, H. (2020). Program pos pembinaan
terpadu penyakit tidak menular di puskesmas martapura 2. Jurnal
Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, 7(1). Diakses dari
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/JPKMI/article/view/8786
Susanti, N., Siregar, P. A., & Falefi, R. (2020). Determinan kejadian hipertensi
masyarakat pesisir berdasarkan kondisi sosio demografi dan konsumsi
makanan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2(1), 43-52.
Swarjana, I. K. (2015). Metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta: Andi

Syam, B. 2016. Faktor-faktor yang memengaruhi hipertensi primer pada pasien


rawat jalan di poli dalam rumah sakit umum meuraxa kota banda aceh.
Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/5748
6/Chapter%20I.pdf?sequence=5&isAllowed=y

Tahir, S. (2021). Faktor determinan ketuban pecah dini. Bandung: Media Sains
Indonesia.
11

Tirtasari, S., & Kodim, N. (2019). Prevalensi dan karakteristik hipertensi pada
usia dewasa muda di Indonesia. Tarumanegara Medical Journal, 1(2),
395-403.
Tjokroprawiro, A., Setiawan, P. B., Santoso, D., Soegiarto, G., & Rahmawati, L.
D. (2015). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Surabaya: Airlangga
University Press.
Trajcheska, L., Bushljetikj, I. R., Selim, G., Sikola, A., Spasovski, G., Vasilova,
A. S.,... Milenkova, M. (2020). Family support is crucial for dialysis
patients' treatment adherence and quality of life. Diakses dari
https://doi.org/10.1093/ndt/gfaa142.P1551.
Tumanduk, W. M., & Nelwan, J. E., & Asrifuddin, A. (2019). Faktor-faktor risiko
hipertensi yang berperan di rumah sakit robert wolter monginsidi. Jurnal
E-Clinic, 7(2). Diakses dari https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic
/article/view/26569/26191

Tyas, F. P. S., Herawati, T., & Sunarti, E. (2017). Tugas perkembangan keluarga
dan kepuasan pernikahan pada pasangan menikah usia muda. Jurnal Ilmu
Keluarga & Konsumen, 10(2), 83-94.

Ulfah, M. (2018). Uji validitas konstruk pada instrumen the social provisions
scale dengan metode CFA. Journal Pengukuran Psikologi dan
Pendidikan Indonesia, 7(2), 62-70.

Unaradjan, D. D. (2019). Metode penelitian kuantitatif. Jakarta: Universitas


Katolik Indonesia Atma Jaya.

Utami, S. M. W. (2018). Dukungan keluarga dalam melaksanakan tugas


keperawatan keluarga pada klien hipertensi di RW 07 kelurahan pacar
kembang surabaya. Jurnal Keperawatan, XI(3). Diakses dari
http://journal.poltekkesdepkes sby.ac.id/index.php/KEP/article/download
/1474/838

Wahyudi, W. T., & Nugraha, F. A. (2020). Hubungan dukungan keluarga pada


pasien dengan tekanan darah tinggi dalam pengendalian hipertensi.
Malahayati Nursing Journal, 2(3), 525-534.
Wahyudi, W. T., Herlianita, R., & Pagis, D. (2020). Dukungan keluarga,
kepatuhan dan pemahaman pasien terhadap diet rendah garam pada
pasien dengan hipertensi. (2020). Holistik Jurnal Kesehatan, 14(1), 110-
117.
Wahyuni., Eksanoto, D. (2013). Hubungan tingkat pendidikan dan jenis kelamin
dengan kejadian hipertensi di kelurahan di wilayah kerja puskesmas
11

pucangsawit Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1,


Juli 2013. Diakses dari http://download.portalgaruda.org/article.php

Widiantoro, D., Nugroho, S., & Arief. (2019). Hubungan antara dukungan sosial
dari dosen dengan motivasi menyelesaikan skripsi pada mahasiswa.
Journal An-Nafs, 4(1). Diakses dari https://www.ejournal.iai-
tribakti.ac.id/index.php/psikologi/article/view/649/533

Wuying, C., Jiamei, L., Lianqi, L., & Wenyi, L. (2014). Gender differences of
empathy. Advances in Psychological Science, 2, 1423-1434.

Yani, A., Ahmad, L. O. A. I., Kalza, L. A. (2021). Hubungan pendidikan,


pengetahuan dan budaya dengan pelaksanaan program gerakan
masyarakat hidup sehat (germas) terhadap masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Wapunto Kabupaten Muna tahun 2020. JAKK-UHO, 1(3),
157-162.

Yarmaliza., & Zakiyuddin. (2019). Pencegahan dini terhadap penyakit tidak


menular (PTM) melalui germas. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Multidisiplin, 3(2). Diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/317872-pencegahan-dini-
terhadap-penyakit-tidak-3a78b22f.pdf.

Yoo, M. Y., Lee, Y. J., Jang, H. B., Kim, H. J., Lee, H. J., & Park, S. I. (2020).
Association between the incidence of hypertension and alcohol
consumption pattern and the alcohol flushing response: A 12-year
follow-up study. Elsevier, 43-48. Diakses dari
http://www.alcoholjournal.org/

Yuliana D. (2020). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi


esensial di puskesmas botteng kecamatan simboro kabupaten mamuju
tahun 2016. Jurnal Antara Kebidanan, 3(1). Diakses dari
http://ojs.abdinusantara.ac.id/index.php/antarakebidanan/article/view/132
/118
Zainal, V. R., Kamal, H., & Muhammad, N. (2014). The economics of education.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Zulmiyetri., Nurhastuti., & Safaruddin. (2019). Penulisan karya ilmiah. Jakarta:


Kencana
11

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DUKUNGAN
KELUARGA DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN PENDERITA
HIPERTENSI DI KABUPATEN BENGKALIS TAHUN 2021

NOMOR RESPONDEN :

IDENTITAS RESPONDEN

1. Umur :
2. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
3. Pekerjaan : 1. Wiraswasta 5. Buruh
2. Pegawai 6. Pengusaha
3. Honorer 7. Lain-lain (isi sesuai
4. Karyawan pekerjaan)
4. Pendidikan : 1. Tidak tamat SD
2. SD/ sederajat
3. SMP/ sederajat
4. SMA/ sederajat
5. D3, S1, S2
5. Pendapatan : 1. < Rp. 3.261.357.42 2. > Rp. 3.261.357.42
6. Apakah anda memiliki anggota 1. Iya 2. Tidak
keluarga hipertensi? :
7. Apakah anda tinggal satu 1. Iya 2. Tidak
rumah dengan penderita
hipertensi? :
8. Siapakah anggota keluarga 1. Kakek 4. Bapak
yang menderita hipertensi? : 2. Nenek 5. Istri
3. Ibu 6. Suami

9. Berapa tekanan darah terakhir 1. < 140/ 90 mmHg 2. > 140/ 90 mmHg
periksa penderita hipertensi?

112
11

10. Sudah berapa lama menderita .................................................................


hipertensi? : ..

11. Dimana penderita berobat 1. Puskesmas 4. Klinik bidan


hipertensi? : 2. Rumah sakit 5. Klinik perawat
3. Klinik dokter 6. Tidak berobat

12. Berapa kali penderita berobat 1. <1 x dalam sebulan 3. Tidak pernah
untuk kontrol tekanan darah? : 2. 3 bulan sekali

13. Apakah penderita 1. Iya 2. Tidak


mengkonsumsi obat hipertensi:
14. Apa nama obat hipertensi yang 1. Captopril 3. ........................
dikonsumsi oleh penderita? : 2. Amlodipin (isi sesuai nama obat
yang diminum
penderita)
15 Apakah penderita patuh 1. Iya (jika konsumsi 2. Tidak, (jika ada
mengkonsumsi obat hipertensi? obat sesuai dengan keluhan saja)
anjuran dokter)

A. Tingkat Pengetahuan keluarga tentang hipertensi


Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan berilah tanda silang (√)
pada jawaban yang anda anggap benar.

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Penyakit hipertensi adalah penyakit yang ditandai 1 0
dengan peningkatan tekanan darah diatas 120/80
mmHg (+)
2 Apabila anggota keluarga mengalami sakit kepala, 1 0
rasa berat ditengkuk, susah tidur merupakan tanda
dan gejala hipertensi (+)
11

3 Apakah pandangan kabur termasuk gejala hipertensi? 1 0


(+)
4 Semakin tua umur seseorang, tekanan darah semakin 1 0
meningkat (+)
5 Penggunaan garam berlebihan baik untuk menjaga 0 1
kestabilan tekanan darah (-)
6 Minuman alkohol merupakan penyebab timbulnya 1 0
kekambuhan penyakit tekanan darah tinggi (+)
7 Merokok hanya merusak paru-paru tidak merusak 0 1
jantung (-)
8 Anggota keluarga yang menderita hipertensi harus 1 0
rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah ke
pelayanan kesehatan (+)
9 Penderita hipertensi harus meminum obat secara 1 0
teratur (+)
10 Penyakit hipertensi yang tidak diobati akan 1 0
menyebabkan terjadinya komplikasi (+)
11 Apabila penderita hipertensi mengalami gagal ginjal, 1 0
penyakit jantung, stroke merupakan komplikasi
tekanan darah tinggi (+)
12 Membatasi makanan berlemak dan penggunaan 1 0
jelantah merupakan salah satu usaha untuk mencegah
tekanan darah tinggi agar tidak terjadi komplikasi
pada penderita hipertensi (+)
13 Membatasi konsumsi buah dan sayur merupakan 0 1
salah satu usaha untuk menjaga tekanan darah tetap
stabil (-)
14 Membatasi aktivitas fisik baik untuk kesehatan 0 1
penderita hipertensi (-)
11

15 Olahraga dapat meningkatkan metabolisme tubuh 1 0


dan memperlancar peredaran darah sehingga baik
untuk kesehatan jantung penderita hipertensi (+)

B. Praktik di keluarga
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan berilah tanda silang (√)
pada jawaban yang anda anggap benar.

No Pertanyaan Pilihan Jawaban


Tidak Jarang Kadang Sering Selalu
pernah -kadang
(3)
(1) (2) (4) (5)
1 Keluarga menyediakan 1 2 3 4 5
makanan sesuai dengan
aturan diet hipertensi (+)
2 Keluarga mengawasi 1 2 3 4 5
jadwal makan penderita
hipertensi (+)
3 Keluarga memberikan 1 2 3 4 5
dorongan kepada
penderita hipertensi
untuk makan sesuai
anjuran diet hipertensi
(+)
4 Keluarga mengingatkan 1 2 3 4 5
untuk mengurangi
makanan yang tinggi
natrium (+)
5 Keluarga mengingatkan 1 2 3 4 5
untuk makan buah-
buahan dan sayur (+)
11

6 Keluarga menyediakan 1 2 3 4 5
lalapan sayuran ketika
menghidangkan
masakan (+)
7 Keluarga membedakan 1 2 3 4 5
masakan antara anggota
keluarga yang tidak
menderita hipertensi
dengan masakan anggota
keluarga yang menderita
hipertensi (+)
8 Keluarga 5 4 3 2 1
menghidangkan
masakan yang bersantan
(-)
9 Keluarga 5 4 3 2 1
menghidangkan cemilan
gorengan (-)
10 Keluarga menyukai dan 5 4 3 2 1
meminum-minuman
beralkohol (-)

C. Latar belakang budaya


Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan berilah tanda silang (√)
pada jawaban yang anda anggap benar.

No Pertanyaan Ya Tidak
Kebiasaan Makan
1 Apakah keluarga mengkonsumsi garam lebih dari 6 0 1
gram/ hari atau >1 sendok teh per hari?
2 Apakah keluarga menambahkan garam meja pada 0 1
11

masakan?
3 Apakah keluarga mengkonsumsi gorengan sebagai 0 1
makanan selingan diluar waktu makan dan ditemani
oleh kopi atau teh?
4 Apakah keluarga lebih menyukai sayuran dari pada 1 0
gulai kambing, dan jeroan?
5 Apakah keluarga mengkonsumsi ikan < 2 minggu 1 0
sekali?
Pengolahan Makanan
1 Apakah keluarga menggunakan minyak goreng yang 0 1
sudah dipakai berulang-ulang?
2 Apakah keluarga sering mengolah bahan makanan 0 1
dengan cara di gulai dengan santan kental?
3 Keluarga tidak memasak dengan cara menggoreng, 1 0
karena dapat meningkatkan kalori dan lemak sehingga
dapat menyebabkan terjadinya hipertensi.
4 Apakah keluarga menggunakan bumbu segar seperti 1 0
jahe, kunyit, laos, serai, dan kencur sebagai penyedap
rasa dan aroma masakan?
5 Apakah keluarga menggunakan sayur segar dan 1 0
menghindari makanan yang diawetkan seperti ikan asin
dan sarden?

D. Kuesioner dukungan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan penderita


hipertensi.
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan berilah tanda silang (√)
pada jawaban yang anda anggap benar.
11

No Pertanyaan Pilihan Jawaban


Tidak Jarang Kadang Sering Selalu
pernah -kadang
(3)
(1) (2) (4) (5)
1. Keluarga mengingatkan 1 2 3 4 5
jadwal kontrol penderita
hipertensi supaya
penderita melakukan
pemeriksaan ke
pelayanan kesehatan (+)
2. Keluarga mengingatkan 1 2 3 4 5
penderita untuk
meminum obat hipertensi
(+)
3. Keluarga memberikan 1 2 3 4 5
informasi ke penderita
tentang upaya
pencegahan hipertensi
dengan baik dan benar
(+)
4. Keluarga tidak 5 4 3 2 1
mempunyai cukup waktu
untuk menemani
penderita memeriksakan
tekanan darah (-)
5. Keluarga memperhatikan 1 2 3 4 5
setiap jenis makanan
yang dikonsumsi
penderita hipertensi
dalam menjaga tekanan
11

darah (+)
6. Keluarga mengusahakan 1 2 3 4 5
untuk menyediakan buah
dan sayur untuk
kebutuhan penderita
hipertensi (+)
7. Keluarga tidak memberik 5 4 3 2 1
an pujian ketika penderita
hipertensi menjaga tekan
an darah dengan
sungguh-sungguh (-)
8. Keluarga mengingatkan 1 2 3 4 5
penderita untuk sering
melakukan olahraga (+)
9. Keluarga mengingatkan 1 2 3 4 5
penderita untuk
mematuhi anjuran
petugas kesehatan untuk
menjaga tekanan darah
(+)
10. Keluarga menganjurkan 5 4 3 2 1
penderita untuk sering m
engkonsumsi makanan ti
nggi garam, kacang-
kacangan,biskuit, dan
gorengan (-)
11. Keluarga membiarkan 5 4 3 2 1
penderita hipertensi tidur
larut malam (-)
12

12. Keluarga menghibur 1 2 3 4 5


penderita hipertensi
setiap kali penderita
sedih (+)
13. Keluarga tanggap apabila 1 2 3 4 5
penderita mengalami
masalah yang
mengganggu pikiran saat
dirumah (+)
14. Keluarga mengabaikan 5 4 3 2 1
saat penderita
mengeluhkan tentang
hipertensi (-)
15. Keluarga memberikan 1 2 3 4 5
semangat dan dukungan
ketika penderita mulai
malas untuk melakukan
upaya pemeliharaan
tekanan darah (+)
12

Lampiran 2. Output Analisis Data

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.934 15

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
TPKTHT1 9.50 17.983 .609 .932
TPKHT2 9.53 17.499 .692 .930
TPKTHT3 10.00 16.000 .770 .927
TPKTHT4 9.53 17.499 .692 .930
TPKTHT5 10.00 16.069 .751 .928
TPKTHT6 10.00 16.000 .770 .927
TPKTHT7 10.07 16.340 .701 .929
TPKTHT8 9.63 17.068 .632 .931
TPKTHT9 9.50 17.983 .609 .932
12

TPKTHT10 9.63 17.068 .632 .931


TPKTHT11 9.50 17.983 .609 .932
TPKTHT12 9.63 17.068 .632 .931
TPKTHT13 10.00 16.000 .770 .927
TPKTHT14 10.00 16.069 .751 .928
TPKTHT15 9.53 17.499 .692 .930

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.943 10

Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
PDK1 29.23 71.082 .818 .934
PDK2 29.23 70.737 .837 .933
PDK3 30.00 69.586 .886 .931
PDK4 28.90 78.300 .593 .944
PDK5 28.83 80.420 .598 .944
PDK6 29.23 70.737 .837 .933
PDK7 29.87 68.671 .846 .933
PDK8 28.87 79.844 .630 .943
PDK9 30.00 69.586 .886 .931
PDK10 29.83 66.420 .781 .939

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.904 10
12

Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
LBB1 5.90 8.024 .748 .889
LBB2 5.83 7.937 .757 .888
LBB3 5.37 9.206 .562 .901
LBB4 5.83 7.799 .813 .884
LBB5 5.47 8.740 .596 .899
LBB6 5.47 8.740 .596 .899
LBB7 5.50 8.948 .469 .906
LBB8 5.87 7.913 .777 .887
LBB9 5.33 9.540 .469 .906
LBB10 5.83 7.799 .813 .884

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.881 15

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
DKDPKPHT1 48.67 90.299 .612 .871
DKDPKPHT2 48.43 94.392 .458 .877
DKDPKPHT3 48.77 93.978 .467 .877
DKDPKPHT4 48.97 94.102 .423 .879
DKDPKPHT5 48.90 84.369 .814 .860
DKPKPHT6 49.10 85.955 .731 .865
DKPKPHT7 48.80 92.648 .497 .876
DKPKPHT8 49.27 90.892 .462 .878
DKPKPHT9 48.53 91.016 .798 .867
DKPKPHT10 49.40 93.421 .385 .881
DKPKPHT11 48.63 92.447 .503 .876
12

DKPKPHT12 49.57 92.323 .483 .876


DKPKPHT13 48.63 90.792 .667 .869
DKPKPHT14 48.67 87.057 .592 .872
DKPKPHT15 48.80 92.648 .362 .884

UNIVARIAT

Frequencies

KATEGORI UMUR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid usia remaja akhir 19 18.8 18.8 18.8
usia dewasa awal 34 33.7 33.7 52.5
usia dewasa akhir 24 23.8 23.8 76.2
usia lansia awal 22 21.8 21.8 98.0
usia lansia akhir 2 2.0 2.0 100.0
Total 101 100.0 100.0

JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 46 45.5 45.5 45.5
perempuan 55 54.5 54.5 100.0
Total 101 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid wiraswasta 22 21.8 21.8 21.8
pegawai 3 3.0 3.0 24.8
honorer 10 9.9 9.9 34.7
karyawan 1 1.0 1.0 35.6
Buruh 13 12.9 12.9 48.5
12

pengusaha 4 4.0 4.0 52.5


petani 29 28.7 28.7 81.2
nelayan 5 5.0 5.0 86.1
ibu rumah tangga 12 11.9 11.9 98.0
mahasiswa 2 2.0 2.0 100.0
Total 101 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak tamat SD 14 13.9 13.9 13.9
SD/ sederajat 19 18.8 18.8 32.7
SMP/ sederajat 16 15.8 15.8 48.5
SMA/ 37 36.6 36.6 85.1
sederajat
D3,S1,S2 15 14.9 14.9 100.0
Total 101 100.0 100.0

Tingkat pendapatan
Frequen Cumulative
cy Percent Valid Percent Percent
Valid < RP. 3.261.357.42 82 81.2 81.2 81.2
> RP. 3.261.357.42 19 18.8 18.8 100.0
Total 101 100.0 100.0

Apakah anda memiliki anggota keluarga hipertensi?


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Iya 101 100.0 100.0 100.0

Apakah anda tinggal satu rumah dengan penderita


hipertensi?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Iya 101 100.0 100.0 100.0
12

Siapakah anggota keluarga yang menderita hipertensi?


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kakek 1 1.0 1.0 1.0
Nenek 6 5.9 5.9 6.9
Ibu 34 33.7 33.7 40.6
Bapak 16 15.8 15.8 56.4
Istri 26 25.7 25.7 82.2
Suami 18 17.8 17.8 100.0
Total 101 100.0 100.0

Berapa tekanan darah terakhir periksa penderita hipertensi?


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid < 140/90 mmHg 31 30.7 30.7 30.7
> 140/90 mmHg 70 69.3 69.3 100.0
Total 101 100.0 100.0

Sudah berapa lama menderita hipertensi?


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 32 31.7 31.7 31.7
2 32 31.7 31.7 63.4
3 14 13.9 13.9 77.2
4 5 5.0 5.0 82.2
5 8 7.9 7.9 90.1
6 1 1.0 1.0 91.1
8 2 2.0 2.0 93.1
10 3 3.0 3.0 96.0
13 1 1.0 1.0 97.0
15 2 2.0 2.0 99.0
23 1 1.0 1.0 100.0
Total 101 100.0 100.0
12

Dimana penderita berobat hipertensi?


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid puskesmas 78 77.2 77.2 77.2
rumah sakit 7 6.9 6.9 84.2
klinik dokter 4 4.0 4.0 88.1
klinik bidan 7 6.9 6.9 95.0
klinik 2 2.0 2.0 97.0
perawat
tidak berobat 3 3.0 3.0 100.0
Total 101 100.0 100.0

Berapa kali penderita berobat untuk kontrol tekanan darah?


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 1x dalam 52 51.5 51.5 51.5
sebulan
3 bulan sekali 46 45.5 45.5 97.0
tidak pernah 3 3.0 3.0 100.0
Total 101 100.0 100.0

Apakah penderita mengkonsumsi obat hipertensi?


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Iya 95 94.1 94.1 94.1
Tidak 6 5.9 5.9 100.0
Total 101 100.0 100.0

Apakah nama obat hipertensi yang dikonsumsi penderita?


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Captopril 62 61.4 61.4 61.4
Amlodipin 26 25.7 25.7 87.1
12

herbal/ 7 6.9 6.9 94.1


tradisional
tidak konsumsi 5 5.0 5.0 99.0
Allopurinol 1 1.0 1.0 100.0
Total 101 100.0 100.0

Apakah penderita patuh mengkonsumsi obat?


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid iya (konsumsi sesuai 59 58.4 58.4 58.4
anjuran dokter
tidak (jika ada keluhan 42 41.6 41.6 100.0
saja)
Total 101 100.0 100.0

Penyakit hipertensi adalah penyakit yang ditandai dengan


peningkatan tekanan darah diatas 120/80 mmHg?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 35 34.7 34.7 34.7
iya 66 65.3 65.3 100.0
Total 101 100.0 100.0

Apabila anggota keluarga mengalami sakit kepala, rasa berat


ditengkuk, susah tidur merupakan tanda dan gejala
hipertensi?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 35 34.7 34.7 34.7
iya 66 65.3 65.3 100.0
Total 101 100.0 100.0

Apakah pandangan kabur termasuk gejala hipertensi?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
12

Valid tidak 56 55.4 55.4 55.4


iya 45 44.6 44.6 100.0
Total 101 100.0 100.0

Semakin tua umur seseorang, tekanan darah semakin


meningkat?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 42 41.6 41.6 41.6
Iya 59 58.4 58.4 100.0
Total 101 100.0 100.0

Penggunaan garam berlebihan baik untuk menjaga


kestabilan tekanan darah?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Iya 29 28.7 28.7 28.7
Tidak 72 71.3 71.3 100.0
Total 101 100.0 100.0

Minuman alkohol merupakan penyebab timbulnya


kekambuhan penyakit tekanan darah tinggi?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 43 42.6 42.6 42.6
iya 58 57.4 57.4 100.0
Total 101 100.0 100.0

Merokok hanya merusak paru-paru tidak merusak jantung?


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid iya 46 45.5 45.5 45.5
tidak 55 54.5 54.5 100.0
Total 101 100.0 100.0
13

Anggota keluarga yang menderita hipertensi harus rutin


melakukan pemeriksaan tekanan darah ke pelayanan
kesehatan?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 35 34.7 34.7 34.7
iya 66 65.3 65.3 100.0
Total 101 100.0 100.0

Penderita hipertensi harus meminum obat secara teratur?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 35 34.7 34.7 34.7
iya 66 65.3 65.3 100.0
Total 101 100.0 100.0

Penyakit hipertensi yang tidak diobati akan menyebabkan


terjadinya komplikasi?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 35 34.7 34.7 34.7
iya 66 65.3 65.3 100.0
Total 101 100.0 100.0

Apabila penderita hipertensi mengalami gagal ginjal,


penyakit jantung, stroke merupakan komplikasi
tekanan darah tinggi?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 37 36.6 36.6 36.6
iya 64 63.4 63.4 100.0
Total 101 100.0 100.0
13

Membatasi makanan berlemak dan penggunaan jelantah


merupakan salah satu usaha untuk mencegah tekanan
darah tinggi agar tidak terjadi komplikasi pada penderita
hipertensi?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 42 41.6 41.6 41.6
iya 59 58.4 58.4 100.0
Total 101 100.0 100.0

Membatasi konsumsi buah dan sayur merupakan salah satu


usaha untuk menjaga tekanan darah tetap stabil?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid iya 45 44.6 44.6 44.6
tidak 56 55.4 55.4 100.0
Total 101 100.0 100.0

Membatasi aktivitas fisik baik untuk kesehatan penderita


hipertensi?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid iya 49 48.5 48.5 48.5
tidak 52 51.5 51.5 100.0
Total 101 100.0 100.0

Olahraga dapat meningkatkan metabolisme tubuh dan


memperlancar peredaran darah sehingga baik untuk
kesehatan jantung penderita hipertensi?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 35 34.7 34.7 34.7
iya 66 65.3 65.3 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga menyediakan makanan sesuai dengan aturan diet hipertensi.


13

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak pernah 69 68.3 68.3 68.3
Jarang 7 6.9 6.9 75.2
kadang-kadang 9 8.9 8.9 84.2
Sering 5 5.0 5.0 89.1
Selalu 11 10.9 10.9 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga mengawasi jadwal makan penderita hipertensi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak pernah 63 62.4 62.4 62.4
Jarang 11 10.9 10.9 73.3
kadang-kadang 11 10.9 10.9 84.2
Sering 5 5.0 5.0 89.1
Selalu 11 10.9 10.9 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga memberikan dorongan kepada penderita hipertensi untuk


makan sesuai anjuran diet hipertensi.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak pernah 63 62.4 62.4 62.4
Jarang 6 5.9 5.9 68.3
kadang-kadang 10 9.9 9.9 78.2
Sering 11 10.9 10.9 89.1
Selalu 11 10.9 10.9 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga mengingatkan untuk mengurangi makanan yang tinggi


natrium
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak pernah 69 68.3 68.3 68.3
Jarang 5 5.0 5.0 73.3
13

kadang-kadang 10 9.9 9.9 83.2


Sering 6 5.9 5.9 89.1
Selalu 11 10.9 10.9 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga mengingatkan untuk makan buah-buahan dan sayur


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak pernah 21 20.8 20.8 20.8
Jarang 36 35.6 35.6 56.4
kadang-kadang 26 25.7 25.7 82.2
Sering 7 6.9 6.9 89.1
Selalu 11 10.9 10.9 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga menyediakan lalapan sayuran ketika menghidangkan


masakan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak pernah 57 56.4 56.4 56.4
Jarang 12 11.9 11.9 68.3
kadang-kadang 16 15.8 15.8 84.2
Sering 5 5.0 5.0 89.1
Selalu 11 10.9 10.9 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga membedakan masakan antara anggota keluarga yang tidak


menderita hipertensi dengan masakan anggota keluarga yang
menderita hipertensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak pernah 79 78.2 78.2 78.2
Jarang 4 4.0 4.0 82.2
kadang-kadang 7 6.9 6.9 89.1
Sering 1 1.0 1.0 90.1
Selalu 10 9.9 9.9 100.0
Total 101 100.0 100.0
13

Keluarga menghidangkan masakan yang bersantan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Selalu 8 7.9 7.9 7.9
Sering 3 3.0 3.0 10.9
kadang-kadang 9 8.9 8.9 19.8
Jarang 42 41.6 41.6 61.4
tidak pernah 39 38.6 38.6 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga menghidangkan cemilan gorengan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Selalu 8 7.9 7.9 7.9
Sering 3 3.0 3.0 10.9
kadang-kadang 9 8.9 8.9 19.8
Jarang 24 23.8 23.8 43.6
tidak pernah 57 56.4 56.4 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga menyukai dan meminum-minuman beralkohol


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid selalu 7 6.9 6.9 6.9
jarang 4 4.0 4.0 10.9
tidak pernah 90 89.1 89.1 100.0
Total 101 100.0 100.0

Apakah keluarga mengkonsumsi garam lebih dari 6 gram/


hari atau >1 sendok teh per hari?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Iya 52 51.5 51.5 51.5
Tidak 49 48.5 48.5 100.0
Total 101 100.0 100.0
13

Apakah keluarga menambahkan garam meja pada masakan?


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Iya 26 25.7 25.7 25.7
Tidak 75 74.3 74.3 100.0
Total 101 100.0 100.0

Apakah keluarga mengkonsumsi gorengan sebagai makanan


selingan diluar waktu makan dan ditemani oleh kopi atau
teh?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Iya 54 53.5 53.5 53.5
Tidak 47 46.5 46.5 100.0
Total 101 100.0 100.0

Apakah keluarga lebih menyukai sayuran dari pada gulai


kambing, dan jeroan?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 28 27.7 27.7 27.7
Iya 73 72.3 72.3 100.0
Total 101 100.0 100.0

Apakah keluarga mengkonsumsi ikan < 2 minggu sekali?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 30 29.7 29.7 29.7
Iya 71 70.3 70.3 100.0
Total 101 100.0 100.0

Apakah keluarga menggunakan minyak goreng yang sudah


dipakai berulang-ulang?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Iya 29 28.7 28.7 28.7
13

Tidak 72 71.3 71.3 100.0


Total 101 100.0 100.0

Apakah keluarga sering mengolah bahan makanan dengan


cara di gulai dengan santan kental?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Iya 47 46.5 46.5 46.5
Tidak 54 53.5 53.5 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga tidak memasak dengan cara menggoreng, karena


dapat meningkatkan kalori dan lemak sehingga dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi.?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 47 46.5 46.5 46.5
Iya 54 53.5 53.5 100.0
Total 101 100.0 100.0

Apakah keluarga menggunakan bumbu segar seperti jahe,


kunyit, laos, serai, dan kencur sebagai penyedap rasa dan
aroma masakan?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 14 13.9 13.9 13.9
Iya 87 86.1 86.1 100.0
Total 101 100.0 100.0

Apakah keluarga menggunakan sayur segar dan menghindari


makanan yang diawetkan seperti ikan asin dan sarden?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 26 25.7 25.7 25.7
Iya 75 74.3 74.3 100.0
Total 101 100.0 100.0
13

Keluarga mengingatkan jadwal kontrol penderita hipertensi supaya


penderita melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak pernah 51 50.5 50.5 50.5
Jarang 12 11.9 11.9 62.4
kadang-kadang 3 3.0 3.0 65.3
Sering 17 16.8 16.8 82.2
Selalu 18 17.8 17.8 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga mengingatkan penderita untuk meminum obat hipertensi?


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak pernah 41 40.6 40.6 40.6
Jarang 17 16.8 16.8 57.4
kadang-kadang 8 7.9 7.9 65.3
Sering 9 8.9 8.9 74.3
Selalu 26 25.7 25.7 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga memberikan informasi ke penderita tentang upaya


pencegahan hipertensi dengan baik dan benar?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak pernah 41 40.6 40.6 40.6
Jarang 14 13.9 13.9 54.5
kadang-kadang 11 10.9 10.9 65.3
Sering 13 12.9 12.9 78.2
Selalu 22 21.8 21.8 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga tidak mempunyai cukup waktu untuk menemani penderita


memeriksakan tekanan darah?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
13

Valid Selalu 15 14.9 14.9 14.9


Sering 11 10.9 10.9 25.7
kadang-kadang 9 8.9 8.9 34.7
Jarang 8 7.9 7.9 42.6
tidak pernah 58 57.4 57.4 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga memperhatikan setiap jenis makanan yang dikonsumsi


penderita hipertensi dalam menjaga tekanan darah?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak pernah 52 51.5 51.5 51.5
Jarang 10 9.9 9.9 61.4
kadang-kadang 4 4.0 4.0 65.3
Sering 13 12.9 12.9 78.2
Selalu 22 21.8 21.8 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga mengusahakan untuk menyediakan buah dan sayur untuk


kebutuhan penderita hipertensi?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak pernah 53 52.5 52.5 52.5
Jarang 12 11.9 11.9 64.4
kadang-kadang 1 1.0 1.0 65.3
Sering 12 11.9 11.9 77.2
Selalu 23 22.8 22.8 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga tidak memberikan pujian ketika penderita hipertensi


menjaga tekanan darah dengan sungguh-sungguh?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Selalu 20 19.8 19.8 19.8
Sering 14 13.9 13.9 33.7
kadang-kadang 6 5.9 5.9 39.6
13

Jarang 3 3.0 3.0 42.6


tidak pernah 58 57.4 57.4 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga mengingatkan penderita untuk sering melakukan olahraga?


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak pernah 55 54.5 54.5 54.5
Jarang 6 5.9 5.9 60.4
kadang-kadang 5 5.0 5.0 65.3
Sering 14 13.9 13.9 79.2
Selalu 21 20.8 20.8 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga mengingatkan penderita untuk mematuhi anjuran petugas


kesehatan untuk menjaga tekanan?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak pernah 51 50.5 50.5 50.5
Jarang 4 4.0 4.0 54.5
kadang-kadang 11 10.9 10.9 65.3
Sering 2 2.0 2.0 67.3
Selalu 33 32.7 32.7 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga menganjurkan penderita untuk sering mengkonsumsi


makanan tinggi garam, kacang-kacangan, biskuit, dan gorengan ?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Selalu 16 15.8 15.8 15.8
Sering 8 7.9 7.9 23.8
kadang-kadang 11 10.9 10.9 34.7
Jarang 5 5.0 5.0 39.6
tidak pernah 61 60.4 60.4 100.0
Total 101 100.0 100.0
14

Keluarga membiarkan penderita hipertensi tidur larut malam?


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Selalu 14 13.9 13.9 13.9
Sering 5 5.0 5.0 18.8
kadang-kadang 7 6.9 6.9 25.7
Jarang 9 8.9 8.9 34.7
tidak pernah 66 65.3 65.3 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga menghibur penderita hipertensi setiap kali penderita sedih?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak pernah 65 64.4 64.4 64.4
Jarang 1 1.0 1.0 65.3
kadang-kadang 5 5.0 5.0 70.3
Sering 13 12.9 12.9 83.2
Selalu 17 16.8 16.8 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga tanggap apabila penderita mengalami masalah yang


mengganggu pikiran saat dirumah?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak pernah 51 50.5 50.5 50.5
Jarang 12 11.9 11.9 62.4
kadang-kadang 3 3.0 3.0 65.3
Sering 8 7.9 7.9 73.3
Selalu 27 26.7 26.7 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga mengabaikan saat penderita mengeluhkan tentang


hipertensi?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
14

Valid Selalu 15 14.9 14.9 14.9


Sering 6 5.9 5.9 20.8
kadang-kadang 14 13.9 13.9 34.7
Jarang 5 5.0 5.0 39.6
tidak pernah 61 60.4 60.4 100.0
Total 101 100.0 100.0

Keluarga memberikan semangat dan dukungan ketika penderita


mulai malas untuk melakukan upaya pemeliharaan tekanan darah?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak pernah 52 51.5 51.5 51.5
Jarang 5 5.0 5.0 56.4
kadang-kadang 9 8.9 8.9 65.3
Sering 5 5.0 5.0 70.3
Selalu 30 29.7 29.7 100.0
Total 101 100.0 100.0

Analisis Bivariat

Kategori tingkat pengetahuan keluarga * dukungan keluarga


Count
KODEDK
dukunga
n dukungan
keluarga keluarga Total
kurang baik
KODETP Pengetahuan baik 35 31 66
K Pengetahuan 17 18 35
kurang
Total 52 49 101

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square .182a 1 .670
Continuity Correctionb .047 1 .828
Likelihood Ratio .182 1 .670
14

Fisher's Exact Test .682 .414


Linear-by-Linear .180 1 .671
Association
N of Valid Cases 101
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,98.
b. Computed only for a 2x2 table

Kategori praktik di keluarga * dukungan keluarga

Count
KODEDK
dukunga
n dukungan
keluarga keluarga Total
kurang baik
KODEP praktik di keluarga 43 26 69
DK kurang
praktik di keluarga baik 9 23 32
Total 52 49 101

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) (2- sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 10.233 1 .001
b
Continuity Correction 8.910 1 .003
Likelihood Ratio 10.480 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear 10.132 1 .001
Association
N of Valid Cases 101
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,52.
b. Computed only for a 2x2 table
14

Kategori latar belakang budaya * dukungan keluarga

KODEDK
dukunga
n dukungan
keluarga keluarga Total
kurang baik
KODELB latar belakang budaya 12 28 40
B kurang
latar belakang budaya 40 21 61
baik
Total 52 49 101

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square 12.240a 1 .000
Continuity Correctionb 10.857 1 .001
Likelihood Ratio 12.511 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear 12.119 1 .000
Association
N of Valid Cases 101
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,41.
b. Computed only for a 2x2 table

Analisis Multivariat

Classification Tablea,b
Predicted
KODEDK
dukungan
keluarga dukungan Percentage
Observed kurang keluarga baik Correct
Step 0 KODED dukungan keluarga 52 0 100.0
K kurang
dukungan keluarga baik 49 0 .0
Overall Percentage 51.5
14

a. Constant is included in the model.


b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 0 Constant -.059 .19 .08 1 .76 .94
9 9 5 2

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step 0 Variables KODEPDK(1) 10.233 1 .001
KODELBB(1) 12.240 1 .000
Overall Statistics 14.303 2 .001

Block 1: Method = Backward Stepwise (Wald)

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 14.821 2 .001
Block 14.821 2 .001
Model 14.821 2 .001
a
Step 2 Step -2.310 1 .129
Block 12.511 1 .000
Model 12.511 1 .000
a. A negative Chi-squares value indicates that the
Chi-squares value has decreased from the previous
step.

Model Summary
-2 Log Cox & Nagelkerke R
Step likelihood Snell R Square
Square
1 125.106a .136 .182
b
2 127.415 .117 .155
a. Estimation terminated at iteration number 4
because parameter estimates changed by less
than
,001.
b. Estimation terminated at iteration number 3
because parameter estimates changed by less
than
,001.
14

Classification Tablea
Predicted
KODEDK
dukungan dukungan Percentage
Observed keluarga kurang keluarga baik Correct
Step 1 KODED dukungan keluarga 34 18 65.4
K kurang
dukungan keluarga 21 28 57.1
baik
Overall Percentage 61.4
Step 2 KODED dukungan keluarga 40 12 76.9
K kurang
dukungan keluarga 21 28 57.1
baik
Overall Percentage 67.3
a. The cut value is ,500

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) Lower Upper
a
Step 1 KODEPD -.837 .550 2.317 1 .128 .433 .147 1.272
K (1)
KODELB 1.067 .514 4.312 1 .038 2.906 1.062 7.953
B (1)
Constant .104 .560 .034 1 .853 1.109
a
Step 2 KODELB 1.492 .438 11.609 1 .001 4.444 1.88 10.48
B 4 3
(1)
Constant -.644 .269 5.717 1 .017 .525
a. Variable(s) entered on step 1: KODEPDK, KODELBB.

Variables not in the Equation


Score Df Sig.
a
Step 2 Variables KODEPDK(1) 2.387 1 .122
Overall Statistics 2.387 1 .122
14

Lampiran 3. Master Data

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dukungan Keluarga dalam Pemeliharaan Kesehatan Penderita Hipertensi di
Kabupaten Bengkalis
Tahun 2021

Karakteristik Tingkat Pengetahuan Keluarga


Responden
U JK PK PD PT TP1 TP2 TP3 TP4 TP5 TP6 TP7 TP8 TP9 TP10 TP11 TP12 TP13 TP14 TP15
53 2 7 5 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
53 2 7 5 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
54 2 7 5 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
54 2 7 5 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
55 2 7 5 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
55 2 7 5 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
58 2 7 5 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
58 2 7 5 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
17 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
17 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
20 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
20 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
20 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
20 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
20 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
21 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1

146
14

21 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
23 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
25 1 1 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
25 1 1 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
25 1 1 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
25 1 1 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
25 1 1 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
26 1 1 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
26 1 1 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
26 1 1 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
27 1 2 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
27 1 2 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
27 1 2 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
27 1 3 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
27 1 3 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
28 1 3 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
28 1 3 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
28 1 3 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
29 1 3 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
29 1 3 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
30 1 3 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
14

30 1 3 3 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
30 1 3 3 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
30 1 4 3 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
30 1 5 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
30 1 5 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
30 1 5 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
30 1 5 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
30 1 5 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
30 1 5 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
30 1 5 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
31 1 5 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
31 1 5 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
31 1 5 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
31 2 5 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
32 2 5 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
32 2 5 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
32 2 6 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
32 2 6 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
33 2 6 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
35 2 6 4 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
36 2 7 4 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
37 2 7 4 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
39 2 7 4 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
39 2 7 4 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
40 2 7 4 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
14

40 2 7 4 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
40 2 7 4 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
40 2 7 4 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
41 2 7 4 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
41 2 7 4 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
42 2 7 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
42 2 7 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
42 2 7 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
42 2 7 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
42 2 7 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43 2 7 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43 2 7 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43 2 7 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43 2 7 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
44 2 7 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
44 2 7 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
45 2 8 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
45 2 8 4 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
45 2 8 4 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
46 2 8 4 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
47 2 8 4 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
49 2 9 4 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
49 2 9 4 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
50 2 9 4 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
50 2 9 4 2 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
15

50 2 9 4 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
50 2 9 4 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
50 2 9 4 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
51 2 9 5 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
51 2 9 5 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
52 2 9 5 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
52 2 9 5 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
52 2 9 5 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
52 2 10 5 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
52 2 10 5 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0

Praktik di Keluarga dan Latar Belakang Budaya

PD PD PD PD PD PD PD PD PD PD LB LB LB LB LB LB LB LB LB LB
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10
5 5 5 5 5 5 5 1 1 4 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0
5 5 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0
5 5 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0
5 5 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0
5 5 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0
5 5 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0
5 5 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0
5 5 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
15

1 1 1 1 2 1 1 5 5 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
1 1 1 1 2 1 1 5 5 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
1 1 1 1 2 1 1 5 5 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
1 1 1 1 2 1 1 4 5 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
1 1 1 1 2 1 1 4 5 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
1 1 1 1 2 1 1 4 5 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
1 1 1 1 3 2 1 4 4 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
1 2 2 1 3 2 1 4 4 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
3 4 4 4 3 3 1 3 3 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
3 4 4 4 3 3 1 3 3 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
3 4 4 4 4 3 1 3 3 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
3 4 4 4 4 3 1 3 3 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
3 4 4 4 4 3 1 3 3 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
3 3 4 4 4 3 2 3 3 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
3 3 4 2 4 3 2 3 3 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
3 3 4 2 4 3 2 3 3 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
3 3 4 2 4 3 2 3 3 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
2 2 3 2 3 3 3 4 4 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
2 2 3 2 3 3 3 4 4 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
2 2 3 3 3 3 3 4 4 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
2 2 3 3 3 3 3 4 4 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
2 2 3 3 3 3 3 4 4 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
2 3 3 3 3 3 3 4 4 5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
2 3 3 3 3 3 3 4 4 5 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1
4 3 3 3 3 4 1 4 4 5 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1
4 3 3 3 3 4 1 4 4 5 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1
4 3 3 3 3 4 1 4 4 5 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
15

4 3 4 3 3 4 1 4 4 5 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
4 3 4 3 3 4 1 4 4 5 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 2 1 1 5 5 5 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 2 1 1 5 5 5 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 2 1 1 5 5 5 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 2 1 1 4 5 5 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 2 1 1 4 5 5 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 2 1 1 4 5 5 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 3 2 1 4 4 5 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 2 2 1 3 2 1 4 4 5 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 2 1 1 5 5 5 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 2 1 1 5 5 5 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 2 1 1 5 5 5 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 2 1 1 4 5 5 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 2 1 1 4 5 5 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 2 1 1 4 5 5 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 3 2 1 4 4 5 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1 2 2 1 3 2 1 4 4 5 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
15

1 1 1 1 2 1 1 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 2 1 1 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 2 1 1 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 2 1 1 4 5 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 2 1 1 4 5 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 2 1 1 4 5 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 3 2 1 4 4 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 2 2 1 3 2 1 4 4 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 2 1 1 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 2 1 1 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 2 1 1 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 2 1 1 4 5 5 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
1 1 1 1 2 1 1 4 5 5 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
1 1 1 1 2 1 1 4 5 5 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1
1 1 1 1 3 2 1 4 4 5 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1
1 2 2 1 3 2 1 4 4 5 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
1 1 1 1 2 1 1 5 5 5 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
1 1 1 1 2 1 1 5 5 5 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
1 1 1 1 2 1 1 5 5 5 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
1 1 1 1 2 1 1 4 5 5 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
1 1 1 1 2 1 1 4 5 5 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
15

1 1 1 1 2 1 1 4 5 5 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
1 1 1 1 3 2 1 4 4 5 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
1 2 2 1 3 2 1 4 4 5 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0
5 5 5 5 5 5 4 2 2 4 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0
5 5 5 5 5 5 5 2 2 4 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0
5 5 5 5 5 5 5 2 2 4 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0

Dukungan Keluarga

DK DK DK DK DK DK DK DK DK DK1 DK1 DK1 DK1 3 DK1 DK1


1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 4 5
5 5 5 1 5 5 1 5 5 1 1 5 5 1 5
5 5 5 1 5 5 1 5 5 1 1 5 5 1 5
5 5 5 1 5 5 1 5 5 1 1 5 5 1 5
5 5 5 1 5 5 1 5 5 1 1 5 5 1 5
5 5 5 1 5 5 1 5 5 1 1 5 5 1 5
5 5 5 1 5 5 1 5 5 1 1 5 5 1 5
5 5 5 1 5 5 1 5 5 1 1 5 5 1 5
5 5 5 1 5 5 1 5 5 1 1 5 5 1 5
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
15

1 2 2 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 2 2 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 2 2 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
2 2 2 5 1 1 3 1 2 5 5 1 2 4 1
2 2 2 5 2 1 3 1 2 5 5 1 2 4 2
2 2 2 5 2 2 3 1 2 5 5 1 2 4 2
2 2 2 5 2 2 3 3 2 5 5 1 2 4 2
2 2 3 5 2 2 3 3 3 5 5 1 2 4 2
2 2 3 5 2 2 5 3 3 5 5 1 2 5 2
2 2 3 5 2 2 5 3 3 5 5 1 2 5 3
2 3 3 4 2 2 5 3 3 5 5 1 2 5 3
2 3 3 4 2 2 5 1 3 5 5 1 2 5 3
2 3 3 4 2 2 5 2 3 5 5 1 2 5 3
2 3 3 4 2 2 5 2 3 4 5 1 2 5 3
2 3 3 4 3 2 5 2 3 4 5 1 2 5 3
3 3 3 4 3 2 4 2 3 4 5 1 3 5 3
3 3 3 4 3 2 4 2 3 4 5 1 3 5 3
3 3 3 4 3 3 4 2 3 4 5 2 3 5 3
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
15

1 2 2 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 2 2 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 2 2 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 2 2 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 2 2 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 2 2 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
15

1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
1 2 2 5 1 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1
4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4
4 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 3 4 3 4
4 4 4 3 4 4 2 4 5 3 4 3 4 3 4
4 4 4 3 4 4 2 4 5 3 4 3 4 3 4
4 4 4 3 4 4 2 4 5 3 4 3 4 3 4
4 4 4 3 4 4 2 4 5 3 4 4 4 3 5
4 4 4 3 4 4 2 4 5 3 4 4 4 3 5
4 4 4 3 4 4 2 4 5 3 4 4 4 3 5
4 4 4 3 4 4 2 4 5 3 4 4 5 3 5
4 5 4 2 4 4 2 4 5 3 3 4 5 3 5
4 5 4 2 4 4 2 4 5 3 3 4 5 3 5
4 5 4 2 4 4 2 4 5 2 3 4 5 3 5
4 5 4 2 4 5 2 4 5 2 3 4 5 3 5
15

4 5 5 2 5 5 2 4 5 2 3 4 5 3 5
4 5 5 2 5 5 2 5 5 2 3 4 5 2 5
4 5 5 2 5 5 1 5 5 2 3 4 5 2 5
4 5 5 2 5 5 1 5 5 2 2 4 5 2 5
5 5 5 2 5 5 1 5 5 2 2 4 5 2 5
5 5 5 2 5 5 1 5 5 2 2 5 5 2 5
5 5 5 2 5 5 1 5 5 1 2 5 5 2 5
5 5 5 1 5 5 1 5 5 1 2 5 5 1 5
5 5 5 1 5 5 1 5 5 1 1 5 5 1 5
5 5 5 1 5 5 1 5 5 1 1 5 5 1 5
5 5 5 1 5 5 1 5 5 1 1 5 5 1 5
5 5 5 1 5 5 1 5 5 1 1 5 5 1 5
5 5 5 1 5 5 1 5 5 1 1 5 5 1 5
5 5 5 1 5 5 1 5 5 1 1 5 5 1 5
159

Lampiran 4. Surat Penelitian

159

Anda mungkin juga menyukai