TESIS
Oleh
TESIS
Oleh
ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Tesis
Saya menyatakan dengan ini bahwa tesis saya yang berjudul “Pengaruh
Paparan Iklan Junk Food, Konsumsi Junk Food dan Aktivitas Fisik terhadap
Kejadian Obesitas pada Remaja di Kota Medan Tahun 2020” beserta seluruh
isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Obesitas merupakan salah satu permasalahan gizi yang masih tetap terjadi sampai saat
ini. Salah satu penyebab tingginya jumlah prevalensi obesitas pada remaja adalah
kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan rendah gizi atau biasa disebut junk food.
Beberapa temuan peniliti saat survei awal mendapati, dari 1.178 siswa-siswi di salah
satu sekolah di Kota Medan didapatkan 69 orang siswa-siswi yang berisiko mengalami
obesitas. Siswa yang mengalami obesitas mengakui sering mengkonsumsi makanan
junk food saat pulang sekolah dan saat libur sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk
pengaruh antara paparan iklan junk food, pola konsumsi dan aktivitas fisik terhadap
kejadian obesitas pada remaja di wilayah Kota Medan. Jenis penelitian ini
menggunakan metode case control study yang dilaksanakan di SMA Negeri yang
ada di Kota Medan sejak bulan bulan November 2020 sampai dengan selesai.
Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh remaja SMA Negeri yang ada
di Kota Medan yang berstatus aktif yaitu sebanyak 19.294 orang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara paparan iklan junkfood
(p=0,047), konsumsi junkfood (p=0,001) dan aktivitas fisik remaja (p=0,017)
terhadap terhadap kejadian obesitas pada remaja di wilayah Kota Medan.
Disarankan kepada pihak pemerintah pusat diperlukan regulasi yang mengatur
pembatasan iklan makanan (junk food) terutama pada waktu puncak menonton
remaja untuk mengurangi risiko obesitas pada remaja, dan bagi remaja yang status
gizinya dengan kategori obesitas, sebaiknya mulai untuk menurunkan berat badan
dengan memperhatikan pola makan sehari-hari yang sehat.
iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract
Obesity is a nutritional problem that still occurs today. One of the causes of the
high prevalence of obesity in adolescents is the habit of consuming low-nutrient
foods or so-called junk food. Some of the findings of the researchers during the
initial survey found that from 1,178 students in one school in Medan City, it was
found that 69 students were at risk of obesity. Obese students admit to the fact of
eating junk food when they come home from school and during school holidays.
This study aims to determine the effect of exposure to junk food advertisements,
consumption patterns and physical activity on the incidence of obesity in
adolescents in the city of Medan. This type of research uses the case control study
method which is carried out at public high schools in Medan from November
2020 to completion. The population in this study were 19,294 high school
adolescents in Medan City who were active. The results showed that there was a
significant effect between exposure to junk food advertisements (p= 0.047), junk
food consumption (p=0.001) and adolescent physical activity (p=0.017) on the
incidence of obesity in adolescents in the city of Medan. It is suggested to the
central government that regulations governing food management (junk food),
especially at peak watching time for adolescents to reduce the risk of obesity in
adolescents, and for adolescents whose nutritional status is obese, they should
start losing weight by paying attention to their daily diet - healthy day.
v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME yang telah
ini dengan judul “Pengaruh Paparan Iklan Junk Food, Konsumsi Junk Food
dan Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Obesitas pada Remaja di Kota Medan
Tahun 2020 ”.
penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis yang tercinta yaitu
ALM Drs. Zulkifli dan Hj.Sunrifah Siregar yang selalu mendoakan ku dan
Terima kasih atas doa, kasih sayang, serta dukungan yang telah diberikan setiap
saat. Dalam kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan rasa hormat dan
1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Ir. Etti Sudaryati M.K.M., Ph.D. selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu
Utara dan selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan
vi
Universitas Sumatera Utara
penulis dalam perbaikan tesis ini
tesis ini.
5. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
6. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes. selaku Dosen Penguji I yang telah
memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam perbaikan tesis ini.
7. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai di FKM USU yang telah banyak membantu
8. Yang terkasih Dedi Gustriyadi, S.Kep., Ns. terima kasih atas dukungan dan
9. Yang tersayang Muhammad Arkana Zhafran dan Mazoya Alita Defa terima
kasih untuk semangat yang luar biasa dalam penyelesaian tesis ini.
10. Teman-teman terbaik dan seperjuangan di Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan
teman-teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas
penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis
vii
Universitas Sumatera Utara
mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi
kepada kita semua dan semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.
viii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Tesis iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xii
Daftar Gambar xiii
Daftar Lampiran xiv
Daftar Istilah xv
Riwayat Hidup xvi
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7
Tinjauan Pustaka 9
Obesitas pada Remaja 9
Konsep obesitas 9
Klasifikasi obesitas 9
Dampak obesitas 12
Faktor resiko obesitas 13
Junk Food 19
Pengertian junk food 22
Iklan junk food 23
Pola Konsumsi 27
Metode kualitatif 27
Pengaruh pola konsumsi terhadap kejadian obesitas 30
Aktivitas Fisik 31
Pengertian aktifitas fisik 31
Jenis-jenis aktifitas fisik 32
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas fisik 32
Manfaat aktifitas fisik bagi remaja 33
Pengukuran aktifitas fisik 34
Pengaruh aktivitas fisik terhadap obesitas 36
Kerangka Teori 37
Kerangka Konsep 38
Hipotesis Penelitian 39
ix
Universitas Sumatera Utara
Metode Penelitian 40
Jenis Penelitian 40
Lokasi dan Waktu Penelitian 40
Populasi dan Sampel 41
Variabel dan Definisi Operasional 43
Metode Pengumpulan Data 44
Metode Pengukuran 46
Metode Analisis Data 46
Hasil Penelitian 48
Deskripsi Lokasi Penelitian 48
Sejarah singkat Kota Medan 48
Geografi dan demografi Kota Medan 48
Gambaran Karakteristik Remaja 49
Gambaran Paparan Iklan Junk Food pada Remaja 50
Karakteristik jenis media iklan junk food pada remaja 50
Karakteristik jenis iklan junk food pada remaja 51
Gambaran Pola Makan 53
Karakteristik pola makan junk food pada remaja 53
Gambaran Karakteristik Aktivitas Fisik pada Remaja di wilayah Kota
Medan 55
Analisis Chi Square Faktor Paparan Iklan Junk Food dengan Kejadian
Obesitas pada Remaja di wilayah Kota Medan 55
Analisis Chi Square Pola Konsumsi Junk Food dengan Kejadian
Obesitas pada Remaja di wilayah Kota Medan 56
Analisis Chi Square Paparan Iklan Junk Food dengan Konsumsi Junk
Food pada Remaja di wilayah Kota Medan 57
Analisis Chi Square Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada
Remaja di Wilayah Kota Medan 58
Analisis Regresi Logistik Paparan Iklan, Pola Makan dan Aktivitas
Fisik terhadap Kejadian Obesitas pada Remaja di wilayah Kota Medan 59
Pembahasan 61
Pengaruh Paparan Iklan Junk Food terhadap Kejadian Obesitas
pada Remaja 61
Pengaruh Pola Makan terhadap Kejadian Obesitas pada Remaja 64
Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Obesitas pada Remaja 67
Implikasi Penelitian 72
Keterbatasan Penelitian 73
Daftar Pustaka 76
Lampiran 81
x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel
No Judul Halaman
xi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar
No Judul Halaman
3 Rancangan penelitian 40
xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran
1 Kuesioner Penelitian 79
2 Master Data 84
xiv
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah
xiv
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup
Medan pada tanggal 25 November 1990 beragama Islam. Penulis anak pertama
dari pasangan Alm. Drs. Zulkifli dan Hj. Sunrifah Siregar. Penulis berstatus
Medan dan lulus Tahun 2002, MTsN 2 Medan dan lulus pada Tahun 2005, MAN
Kebidanan Medistra Lubuk Pakam dan lulus Tahun 2011, STIKes Medistra
Lubuk Pakam dan lulus pada Tahun 2013. Pada Tahun 2018 penulis melanjutkan
RSIA Az-Zakiyah Medan dan pada Tahun 2015 sampai tahun 2018 penulis
xvi
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan
Latar Belakang
Obesitas merupakan salah satu permasalahan gizi yang masih tetap terjadi
sampai saat ini. Suatu masalah yang cukup mengganggu di kalangan remaja yaitu
kegemukan atau obesitas. Berlebihnya jumlah jaringan lemak tubuh, lemak tertimbun
umumnya dalam jaringan subkutan, sekitar organ tubuh dan kadang di dalam organ
tubuh terjadi infiltrasi yang menyebabkan suatu kondisi ketidakseimbangan antara berat
badan dan tinggi badan disebut obesitas (Listiyana, Mardiana, & Prameswari, 2013).
hampir tiga kali lipatdi dunia sejak tahun 1975. Tercatat pada 2016 lebih dari 1,9 miliar
jiwa orang dewasa pada usia 18 tahun ke atas menderita kelebihan berat badan. Dari
jumlah tersebut, lebih dari 650 juta jiwa menderita obesitas.Diketahui pula, sebagian
kelebihan obesitas cukup tinggi daripada angka kematian karena kekurangan berat
badan. Selain itu, pada anak di bawah usia lima tahun setidaknya terdapat 41 juta anak
yang menderitaobesitas atau kelebihan berat badan, danlebih dari 340 juta anak-anak
dan remaja berusia 5-19 pada tahun 2016 juga menderita obesitas atau kelebihan berat
peningkatan setiap tahunnya. Tercatat sebesar 10,5 persen, 14,8 persen dan 21,8 persen
sejak tahun 2003, 2007 dan 2018 jumlah prevalensiobesitas. Tiga provinsi dengan
prevalensi obesitas paling tinggi di Indonesia yaitu provinsi Sulawesi Utara, DKI
1
Universitas Sumatera Utara
2
Remaja yang sepanjang hidupnya mengalami obesitas juga akan berisiko lebih tinggi
untuk mengalami beberapa penyakit serius seperti stroke, asma, diabetes, kardiovaskuler
dan kanker yang tentunya dapat berakhir dengan kematian (Suryaputra, Nadhiroh, &
Rahayu, 2012).
antara lain, adanya perkembangan tubuh dan percepatan tubuh yang memerlukan zat
gizi dan energi lebih, kebiasaan pangan dan perubahan gaya hidup juga ikut berperan
terhadap kejadian obesitas, ditambah lagidengan tidak sedikitnya remaja yang makan
secara berlebihan namum minim aktivitas fisik yang pada akhirnya mengalami obesitas
(Arisman, 2009).
Salah satu penyebab tingginya jumlah prevalensi obesitas pada remaja adalah
kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan rendah gizi atau biasa disebut junk food. Junk
food disebut makanan rendah gizi dikarenakan mengandung sangat sedikit (bahkan
tidak ada) Vitamin A dan C, besi, kalsium, riboflavin, serta asam folat, sebaliknya tinggi
akan kolesterol, natrium, dan lemak jenuh (Arisman, 2009). Beberapa faktor penyebab
junk food menjadi populer dikalangan remaja antara lain, junk food merupakan makanan
yang dianggap cukup lezat, mudah didapat, tren atau hiburan bagi remaja, dan menu
yang disajikan sangat bervariasi, ditambah lagi dengan harganya yang cukup terjangkau
Junk food merupakan makanan yang lebih mengutamakan cita rasa daripada
kandungan gizi. Misalnya keripik yang mengandung garam. Beberapa junk food juga
mengandung banyak gula misalnya, minuman bersoda, permen dan kue tar. Gula,
terutama gula buatan sangat tidak baik bagi kesehatan tubuhkita karena dapt
menyebabkan penyakit diabetes, kerusakan pada gigi kita dan menyebabkan obesitas.
Minuman bersoda mengandung paling banyak gula, sementara kebutuhan gula dalam
tubuh tidak boleh lebih dari empat gram atau satu sendok teh sehari (Griffindors, 2013)
Junk food atau “makanan sampah” semakin digemari remaja karena adanya
pengaruh iklan dan dinilai “bergengsi”. Maraknya iklan junk food ikut memicu adanya
peningkatan jumlah obesitas pada remaja. Para ahli menyebut hal tersebut sebagai krisis
kesehatan, khususnya di kalangan remaja. Pasalnya, mereka menilai, bahwa remaja lebih
mudah dipengaruhi iklan dibandingkan orang dewasa. Diketahui pula. iklan makanan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iklan junk food dapat mengaktifkan sel
yang sangat sensitif dan masih berkembang di otak remaja. Selain itu, makanan dengan
tinggi lemak, gula, karbohidrat olahan, garam dan penambah rasa lainnya, telah terbukti
sebagai suatu adiktif (candu). Dalam sudut pandang biologis, remaja sangat rentan
terhadap hal-hal yang yang adiktif karena sistem penghargaan dapat berkembang
dengan cepat dan memuncak pada masa remaja, sebaliknya bagian-bagian otak yang
Pada dasarnya pola kebiasaan makan remaja dibentuk sejak kecil oleh orangtua
dan beberapa faktoryang mempengaruhi antara lain, lingkungan, teman sebaya, harga,
dan budaya, media masa, body image, kehidupan sosial, serta kegiatan yang dilakukan
di luar rumah (Brown, 2011). Umumnya pola konsumsi makanan pada remaja kurang
bervariasi dan dikonsumsi tidak tepat waktu dengan jumlah yang sedikit sehingga
menyebabkan asupan energi dari sumber karbohidrat, lemak, protein, vitamin, energi
dan kalsium sangat kurang jika dibandingkan dengan anjuran kecukupan gizi pada
remaja tersebut (Majid, Ramli, Ying, Su, Jalaludin, & Abdul, 2016). Begitu pula dengan
aktifitas fisik, mayoritas remaja saat ini cenderung tidak memiliki aktivitas yang banyak.
Banyak diantaranya hanya aktif di sekolah saja, remaja lebih menyukai kegiatan-
makanan junkfood.
Beberapa temuan peniliti saat survei awal yang dilakukan di SMA N 3 Medan
mengalami obesitas terdiri dari kelas VII, VII dan kelas IX. Siswa yang mengalami
sekolah dan saat libur sekolah. Adapun beberapa jenis restoran junk food yang paling
digemari remaja di SMA N 3 Medan adalah KFC , McDonalds dan Richeese Factory.
Anak yang terpapar iklan televisi sering cenderung berisiko mengalami obesitas
dibandingkan dengan anak yang terpapar iklan televisi jarang. Diperoleh nilai p= 0,015
berdasarkan hasil uji statistik, hal ini berarti Ho ditolak karena nilai p<0,05. Ini
menandakan ada hubungan paparan iklan televisi dengan kejadian obesitas (Agustina,
Pada aktivitas fisik dan pola makan telah dikaji oleh beberapa peneliti
sebelumnya antara lain, hasil penelitian (Agustina, Maas, & Zulfendri, 2019) juga
menunjukkan bahwa aktivitas fisik, kebiasaan makan, uang jajan dan paparan iklan
televisi adalah faktor dominanpada anak usia sekolah terhadap kejadian obesitas.
dengan nilai Exp (B) 25,200 adalah uang jajan. Hal ini berarti anak yang mempunyai
uang jajan besar 25,2 kali akan mengalami obesitas. Probabilitas untuk mengalami
kejadian obesitas adalah 80,5 persen. Hal ini berarti seseorang yang memiliki uang jajan
besar maka probabilitas mengalami kejadian obesitas sebesar 80,5 persen. Adapun,
pada penelitian ini uang jajan menjadi faktor dominan dimungkinkan karena uang jajan
yang dimiliki anak akan mempengaruhi apa yang dimakan. Untuk membeli makanan
jajanan di sekolah sebagian besar menggunakan uang jajan yang diterima anak. Adapun,
yang cenderung sering jajan adalah anak sekolah yang memiliki uang jajan tinggi
Penelitian yang dilakukan oleh (Aprillia, 2011) yang menyebutkan bahwa 95,9
persen anak sekolah yang obesitas menghabiskan uang sakunya dengan membeli jajan
di sekolah. Selain itu, tingkat konsumsi pada anak sekolah didapatkan 25 persen dari
makanan utama dan 75 persen dari makanan jajanan (Padmiari, 2011). Hasil penelitian
ini didukung oleh Imtihani dan (Noer & Imtihani, 2012) mengatakan bahwa uang jajan
yang semakin tinggi maka semakin tinggi pula frekuensi konsumsi makanan cepat saji
sehingga uang jajan berhubungan dengan frekuensi makanan cepat saji. Hal ini terjadi
karena anak yang mendapatkan uang jajan yang cukup, sehingga menggunakan uangnya
iklan- iklan junk food, pola konsumsi makanan dan aktivitas fisik menjadi beberapa
faktor pendorong utama bagi remaja untuk mengalami obesitas. Beberapa penelitian
terkait mendapatkan hasil yang berubah-ubah antara satu penelitian dengan penelitian
lainnya, sehingga belum mendapatkan hasil yang sama. Maka penelitian ini akan
memastikan kembali apakah terdapat pengaruh antara paparan iklan junk food,
konsumsi junk food dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada remaja di
Perumusan Masalah
Pada usia 5-19 tahun sebanyak 18 persen prevalensi kejadian obesitas sehingga
menjadikan obesitas sebagai masalah global (WHO, 2016). Obesitas sendiri terjadi
karena sudah pada level yang bisa dikatakan gawat, yaitu lanjutan dari gizi lebih yang
sudah parah. Dalam 30 tahun terakhir gizi lebih atau overweight juga mengalami
peningkatan (Arisman, 2009). Salah satu kelompok umur beresiko terjadinya gizi lebih
adalah remaja. Masalah yang merisaukan bagi anak dan remaja adalah gizi lebih dan
obesitas karena dapat menyebabkan gangguan psikologis dan menurunkan rasa percaya
diri seseorang. Selain itu pada remaja gizi lebih cenderung berlanjut hingga dewasa dan
lansia.Ssalah satu faktor risiko penyakit degenerative yakni gizi lebih seperti beberapa
jenis kanker, kardiovaskuler dan penyakit diabetes mellitus. Pola konsumsi yang
berubah salah satunya pola makan tinggi lemak dan serat, gaya hidup serta aktivitas fisik
yang kurang menjadi faktor utama penyebab overweight. Makanan fast food (cepat saji)
yang nilai gizinya minim, sedikit mengandung serat, dan tinggi lemak disukai remaja
Media massa berupa iklan junk food dinilai memiliki peran besar terhadap dan
perilaku makan pada remaja yang tidak sehat.Saat ini iklan-iklan yang berhubungan
dengan jenis iklan junk food. Tidak heran apabila iklan tersebut mempengaruhi remaja,
Pola konsumsi junk food yang sering dan dalam jumlah banyak adalah pola
konsumsi yang tidak baik, ditambah lagi dengan aktifitas fisik yang minim memicu
berat badan. Gangguan tersebut terjadi karena makanan junk food berkadar lemak dan
kalori yang tinggi serta mengandung kadar garam. Kandungan nutrisi yang sedikit akan
latar belakang di atas adalah Bagaimanakah pengaruh antara paparan iklan junk food,
konsumsi junk food dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada remaja di wilayah
Kota Medan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini secara umum untuk menganalisis
pengaruh antara paparan iklan junk food, konsumsi junk food dan aktivitas fisik terhadap
Manfaat Penelitian
2. Penelitian ini juga diharapkan dapat mengubah pola fikir remaja sekolah,
agar lebih selektif dalam memilih makanan, dimana bukan karena tergiur
dengan tayangan iklan junk food yang menarik tetapi lebih memilih
3. Selain itu, penelitian ini nantinya juga dapat digunakan untuk referensi
dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam evaluasi program obesitas yang
Menurut WHO, mereka yang berada pada tahap transisi antara masa
kanak- kanak dan dewasa adalah remaja. 12 sampai 24 tahun adalah batasan usia
yang paling rawan adalah setelah ia mampu bertahan hidup (survive) adalah masa
remaja, dimana secara psikologi akan mulai mencari identitas diri dan secara fisik
dan perubahan yang cepat pada masa ini baik psikososial maupun fisik (Waryana,
2010). Kelompok sasaran yang berisiko mengalami obesitas salah satunya adalah
remaja. Berat badan yang relatif berlebihan bila dibandingkan dengan usia atau
tinggi badan remaja sebaya merupakan tanda obesitas pada remaja, sebagai akibat
Konsep obesitas. Obesitas (obesity) berasal dari bahasa latin yaitu “Ob”
yang mengandung arti „akibat dari‟ dan “esam” yang berarti “makan”. Sehingga,
dapat diartikan bahwa obesitas adalah akibat dari pola makan yang berlebihan
(Sudargo, 2014). Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (2016)
mendefiniskan obesitas adalah berat badan yang lebih tinggi dari berat badan yang
dianggap sehat untuk tinggi badan tertentu. Sedangkan obesitas menurut WHO
waktu yang lama antara asupan energi (energy intake) dengan energi yang
9
Universitas Sumatera Utara
10
penyebab terjadinya obesitas. Makanan sumber energi dan lemak tinggi yang
adalah penyebab pengeluaran energi yang rendah (Kemenkes RI, 2012). Berdasarkan
1. Obesitas reguler, yaitu pada pusat yang mengatur masukan makanan terdapat
(sindrom Mauriac, sindrom Freulich, dll), atau kondisi lain (sindrom Turner,
dan dimensi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi disebut antropometri
(Supariasa, 2014). Mengukur obesitas ada beberapa metode antropometri yang dapat
digunakan diantaranya skinfold thickness (SKF), rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP),
Indeks Massa Tubuh (IMT), bioelectrical impedence analysis (BIA) (Sudargo, 2014)
badan, berat badan, lingkar lengan atas, tebal lemak tubuh (triceps, biceps,
mengetahui status gizi berdasarkan satu ukuran menurut ukuran lainnya, misalnya
berat badan dan tinggi badan menurut umur ( BB & TB/U) (Irianto, 2007)
under weight atau ”kekurusan”, dan berat badan yang berada di atas batas
orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia
istilah BMI diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan
alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang
berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup
Penilaian Status Gizi Anak, indeks IMT/U digunakan untuk kategori umur 5-18
Tahun. Adapun perhitungan status gizi menurut IMT/U adalah sebagai berikut
(Supariasa, 2014).
BBkg
IMT
TB 2 m
Keterangan:
2) Nilai Individu Rujukan adalah nilai median yang dilihat di tabel standar
3) Nilai Simpang Baku Rujukan adalah selisih antara nilai median dengan
standar + 1 SD atau -1 SD, jadi apabila nilai individu subyek lebih besar
daripada nilai median maka nilai simpang baku rujukannya diperoleh dengan
gizi usia 5-18 tahun berdasarkan indeks dapat dilihat pada tabel 1 :
Tabel 1
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Usia 5-18 Tahun Berdasarkan Indeks
Dampak obesitas. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (2015)
memaparkan bahwa seseorang yang memiliki berat badan sehat dibandingkan dengan
orang yang mengalami obesitas memiliki dampak kesehatan yang berbeda. Obesitas
berisiko lebih tinggi terhadap banyak penyakit serius hingga berbagai macam penyebab
penderita obesitas adalah seperti kolesterol LDL tinggi, kolesterol HDL rendah, atau
osteoartritis (kerusakan tulang rawan dan tulang dalam sendi), masalah pernapasan dan
apnea tidur, serta beberapa kanker (payudara, usus besar,kantong empedu, ginjal,
endometrium, dan hati). Selain itu obesitas juga berdampak pada rendahnya kualitas
hidup, penyakit mental seperti kecemasan,depresi klinis dan gangguan mental lainnya,
kesulitan dengan fungsi fisik dan nyeri tubuh (CDC Center for Disease Control and
Prevention, 2015).
Faktor risiko obesitas. Pada dasarnya banyak faktor risiko obesitas yang
meliputi semua faktor yang memberikan kemungkinan risiko obesitas. Misalnya dilihat
dari faktor gender terdapat perbedaan antara pria dan perempuan. (Pasumbung & Purba,
2015) berpendapat bahwa jenis kelamin adalah faktor paling dominan yang
kejadian obesitas adalah laki- laki. Faktor yang tebukti memberikan kontribusi terhadap
hidup seperti peningkatan konsumsi junk food,genetic, pengaruh iklan, faktor psikologis,
program diet, status sosial ekonomi, rendahnya aktivitas fisik,jenis kelamin dan usia
berlebihnya asupan makanan, sehingga kalori berlebih itu disimpan sebagai lemak
lemak dan energi lebih ini biasanya bersifat ganda (Bustan, 2015).
1. Faktor Genetik
tubuh. Efisiensi tubuh dalam metabolism makanan untuk menjadi energi, dan
memiliki kaitan yangh erat dengan obesitas, seperti sindrom barsdet-biedel dan
belakang. Jika ditinjau dari faktor keturunannya yang ada di dalam keluarga,
sebagian besar orang tua mereka memiliki gen yang diturunkan pada anak mereka
dan juga mengalami obesitas, sehingga anak tersebut juga mengalami obesitas.
Besar pengaruh terhadap anak dari salah satu orang tua yang menderita obesitas
persen terjadi jika kedua orang tua mengalami obesitas (Padmiari, 2011).
Diperkirakan sekitar 40-70 persen fenotip yang terkait variasi genetik pada
kejadian obesitas dapat diwariskan (Arief & Sudikno, 2014). Riwayat orang tua
dengan seseorang yang orang tuanya tidak memiliki riwayat obesitas (Ali, 2018).
Obesitas dapat dialami seseorang pada umur berapa, sesuai dengan mulai
terjadi perubahan hormonal dan berkurangnya aktivitas fisik. Pada semua umur
obesitas dapat terjadi. Seiring dengan pertambahan umur, jumlah otot dalam tubuh
karena berkurangnya otot. Faktor usia dan jenis kelamin merupakan faktor
pengganda, dengan adanya perbedaan pola pertambahan berat badan antara pria
dan wanita dewasa. Menurut Penelitian (Prima & Andayani, 2018), Sebesar
Menurut (Barasi, 2009), baik sifat maupun jumlah bahan makanan yang
tersedia bagi penduduk diberbagai belahan dunia selama beberapa dekade terakhir
canggih.
yang sedikit.
yaitu makanan cepat saji dan makanan siap saji, yang berdenisitas energi lebih
frekuensi makanan berat sehari dengan p= 0,038 dengan OR=2,337. Hal tersebut
berarti anak berpotensi DUA kali terkena obesitas memiliki lebih dari 3 kali
4. Behavior (perilaku)
a. Mengudap (Mengemil),
cepat saji atau siap saji dengan selang waktu yang lebih panjangketimbang
Sudargo, & Hakimi, 2016) menyebutkan bahwa obesitas dan jenis cemilan
secara praktis dan statistik juga memiliki hubungan yang bermakna, yaitu
Kalori yang terbakar sedikit disebabkan hidup tidak aktif. Masukan kalori
yang lebih banyak lebih mudah didapatkan dari gaya hidup sedentery, karena
lebih sedikit terbakarnya kalori. Artinya jika gerak kurang, walaupun makan
sedikit (kalori masuk sedikit), tetap bisa terjadi energy yang berlebih.
bahwa pada murid sekolah dasar kejadian obesitas dipengaruhi oleh aktifitas fisik.
Kemungkinan menderita obesitas 2,4 kali dialami kelompok murid yang memiliki
aktifitas fisik ringan atau dan sedangdibandingkan kelompok murid yang memiliki
6. Merokok
kenaikan berat badan dapat terjadi jika berhenti merokok. Walaupun demikian,
7. Lingkungan
Kehidupan yang sehat dan bugar pada dasarnya didukung oleh lingkungan
(Rachmalia & Fitri, 2012) Faktor lingkungan (pola makan dan aktifitas fisik)
lingkungan pada anak sekolah di Sekolah Dasar Kartika XIV-I Lampriet Banda
Aceh.
a. Lingkungan fisik
1. Di sekitar tempat terbuka yang aman dan rumah kurang tersedia alur jalan
tersedianya alur jaln kaki/trails , trotoar, area parking dan tempat gym
yang murah.
orang makan berlebih. Jika ini menjadi perilaku tetap atau berlanjut, akan
berakhir dengan energi masuk lebih besar dari energi keluar yang
menyebabkan obesitas.
makanan yang tidak mendidik seperti makanan yang tinggi kalori, high-
Seseorang yang memiliki banyak teman dan sering bergaul dengan orang-
kemungkinan lebih besar . Sedangkan jika dilihat dari faktor ekonomi, masyarakat
kegemukan. Namun, baik status miskin atau kaya sama-sama bisa mengalami
obesitas. Seseorang yang kaya dapat dengan mudah makan secara berlebih,
untuk membeli makanan sehat tidak mempunyai uang yang cukup, atau tidak
obesitas dapat terjadi karena proporsi lemak yang tidak sehat dan berlebih.
Junk Food
Junk food ialah jenis makanan yang memiliki kepadatan energi tinggi, kadar
serat rendah dan pengolahan makanan yang luas yang memudahkan menelan cepat
dengan mengunyah minimal. Pemrosesan makanan jenis junk food ini juga
Gortmaker, Ebbeling, Pereira, & Ludwig, 2004). Selain itu, junk food memiliki nilai
gizi yang rendah, makanan jenis ini hanya tinggi akan kalori dan kandungan garam,
Golongan Junk Food. Mengenai dampak buruk makanan junk food dan
Yang termasuk dalam 10 golongan makanan junk food menurut WHO, adalah:
1. Makanan yang dapat mengiritasi usus dan lambung serta memberatkan kerja
ginjal seperti makanan asinan yang mengandung kadar garam sangat tinggi.
3. Gorengan, yang memiliki kandungan kalori dan minyak serta lemak yang
4. Daging olahan seperti ham, sosis, dan lain-lain, yang membahayakan organ
hati karena mengandung bahan pengawet dan pewarna. Selain itu, bisa
5. Mie instant. Di dalam mie instant mengandung kadar garam dan bahan
pengawet sehingga kerja ginjal menjadi berat. Resiko buruk pada pembuluh
berdampak pada kerja ginjal yang berat serta tingginya risiko gangguan pada
fungsi hati.
9. Makanan manisan beku seperti cake beku, ice cream, dan lain-lain, umumnya
10. Makanan jeroan dan daging berlemak mengandung lemak jenuh dan kolesterol
yang meningkatkan risiko penyakit kanker usus besar, kanker payudara dan
jantung koroner.
Menurut (WHO, 2014), jenis-jenis makanan junk food yang dilihat dari jenis
makanan cepat saji beserta dampak obesitas yang di timbulkan adalah sebagai berikut :
1. Makanan gorengan
dan oksidanya yang cukup tinggi. Jenis makanan yang termasuk junk food
salah satunya adalah french fries (kentang goring), French fries juga
gula dalam tubuh tidak boleh lebih dari empat gram atau satu sendok teh
sehari.
pertumbuhan. Akan tetapi makanan ini juga mengandung lemak jenuh dan
kandungan tersebut.
4. Olahan keju
Konsumsi makanan berkadar lemak dan gula tinggi seperti ini sering
Ice cream termasuk golongan ini, cake beku dll. Golongan ini punya tiga
Bahaya junk food. Makanan junk food rasanya sangat lezat dan orang
yang melihatnya pasti ingin menggigitnya. Sulit rasanya menolak selera untuk
menikmati makanan junk food, tetapi mengkonsumsi junk food dalam waktu yang
a. Junk food dibuat menggunakan banyak lemak jenuh. Lemak jenuh tersebut
tidak sehat dan pada pencernaan dapat mengeluarkan banyak racun ke dalam
begitu bersih. Dalam jangka panjang, ini bisa merusak perut, hati, dan usus
kita.
c. Junk food tidak mengandung vitamin dan mineral dan banyak nutrisi dalam
makanan tersebut yang tidak dimasak dengan benar dan dalam makanan
d. Junk food membuat berat badan bertambah. Orang yang memiliki obesitas
atau obesitas morbid adalah mereka yang memiliki prefensi ngemil yang kuat
e. Makan junk food bisa membuat rentan terhadap daibetes, karena terlalu
banyak mengandung gula. Hal ini membuat kita rentan terhadap penyakit
jenis makanan.
f. Junk food mengandung pengawet dan pewarna, baik yang mengandung zat
tanda usia lebih tua. Hal ini karena memakan junk food dalam waktu yang
Iklan junk food. Iklan junk food saat ini sangat mudah ditemukan di berbagai
tempat umum bahkan di televisi. Tayangan iklan yang disajikan secara menarik terbukti
junk food meningkat dari tahun ke tahun. Beberapa penelitian telah meneliti efek dari
iklan makanan cepat saji pada sikap dan preferensi seseorang. Iklan makanan
Paparan iklan junk food pada remaja. Remaja merupakan segmen yang sangat
dan potensi kesetiaan pada suatu produk (Ferle, 2001). Hal ini menjadi alasan mengapa
Mereka menggunakan teknik yang dirancang dengan baik dan menggunakan berbagai
saluran untuk menjangkau kalangan remaja. Proses ini dimulai ketika remaja masih
Selain itu, pada umumnya program televisi favorit para remaja sering
menampilkan iklan makanan tidak bergizi selama jeda iklan. Iklan-iklan ini cenderung
memengaruhi sikap dan perilaku remaja. Frekuensi iklan ini juga sangat tinggi terutama
junk food. Iklan televisi bertujuan untuk membangun pengenalan nama dan
mempromosikan penjualan. Iklan televisi yang populer memiliki pengaruh sosial yang
televisi sering menyediakan pesan-pesan tidak sehat tentang makanan dengan tujuan
untuk memuaskan perasaan emosional atau sosial seseorang daripada rasa laparnya.
kekuatan untuk membujuk karena memiliki fitur yang menarik bagi indera manusia.
Daya tarik ini berasal dari suara, gerakan, visi dan warna yang menarik mata sehingga
berdampak pada sisi psikologis dan sosiologis remaja. Selain itu, iklan makanan TV
memiliki peran penting dalam menetapkan preferensi makanan, pilihan, dan jumlah
penayangan iklan junk food di TV secara berlebihan dianggap tidak baik karena
mempromosikan pola makan yang tidak sehat di kalangan anak- anak dan remaja yang
mengakibatkan kondisi kesehatan seperti obesitas, diabetes dan beberapa bentuk kanker.
Sumber iklan junk food. Saat ini, hampir semua remaja menjadikan media tv
dan media sosial sebagai hiburan favorit mereka. Oleh sebab itu, tidak heran internet
melalui situs web atau media sosial dimanfaatkan oleh banyak perusahaan makanan
khususnya junk food dengan menampilkan berbagai macam konten atau iklan menarik
teknik untuk menarik termasuk advertorial, kompetisi, tautan video, diskon produk, dan
menyematkan pesan merek dalam petualangan yang penuh warna, menyenangkan, dan
bergerak cepat yang dibuat oleh perusahaan dengan tujuan eksplisit untuk
mempromosikan merek mereka (Moore, 2006). Pada dasarnya, sumber periklanan telah
secara efektif diperluas untuk mencakup berbagai kegiatan yang komprehensif seperti
halnya yang diungkapkan oleh (Scho & Frenkena, 2017) antara lain:
1. Iklan televisi,
2. Pemasaran di Internet,
yang berperan besar atas kejadian obesitas pada remaja salah satunya yaitu
tingginya paparan iklan makanan siap saji atau junk food yang ditujukan khusus
untuk kaum remaja. Pengaruh iklan makanan dan pemasaran dalam bentuk
tinggi lemak dan kalori seperti junk food secara terus menerus dinilai dapat
menyebutkan, paparan dari iklan televisi atau smartphone yang berisi makanan
tinggi lemak dan kalori, cenderung membuat remaja lebih memilih jenis makanan
seperti itu sebagai makanan cemilan favoritnya. Bahkan, dalam setahun, remaja
tersebut dapat mengkonsumsi cemilan jenis itu sebanyak 500 kali lebih banyak
dibanding remaja yang jarang atau tidak terpapar iklan-iklan makanan cepat saji
tersebut. Ditambah lagi, remaja yang kerap menonton iklan makanan cepat saji di
Paparan iklan junk food diukur dengan melihat rata-rata paparan iklan
yang ditonton remaja per-hari yang diketahui dengan menganalisis waktu dan
paparan iklan junk food pada penelitian ini, hal ini mengacu pada penelitian
(Nurwanti, 2013) yang mendapati nilai rata-rata paparan iklan junk food pada
Pola Konsumsi
dan frekuensi bahan makanan yang setiap hari dikonsumsi oleh kelompok masyarakat
tertentu disebut pola konsumsi. Pola konsumsi makan yang mencetus terjadinya obesitas
karbohidrat sederhana, tinggi lemak, rendah serat dan tinggi energi (Supariasa, 2014).
diperoleh serta melihat frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan
menggunakan metode :
makanan yang dimakan sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan
memanfaatkan Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT) atau daftar lain yang
digunakan yaitu :
1. Recall 24 jam
yaitu:
dan zat gizi lainnya dalam bentuk frekuensi makan seseorang dengan menggunakan
sebuah kuesioner. Frekuensi tersebut antara lain harian, mingguan, bulanan, dan tahunan
yang kemudian dikonversikan menjadi konsumsi per hari. FFQ memberikan gambaran
kebiasaan atau pola makan individu terhadap zat gizi. Peneliti dan sarana penelitian
dapat membuat bahan makanan dan makanan yang tertera dalam FFQ tersebut sesuai
kebutuhan.
pengumpulan data, membuat pewawancara bosan, tidak dapat menghitung intake zat
gizi, dan responden harus memiliki motivasi tinggi dan jujur (Supariasa, 2014).
Food Frequency Questionnaire (FFQ) yang diadopsi dari penelitian (Arlinda, 2015)
sering (>3x/minggu) berhubungan dengan kejadian obesitas dengan p value= 0,000 dan
OR= 6,00. Artinya bahwa remaja yang sering mengonsumsi fast food 6,00 kali lebih
bahwa pola makan berhubungan secara signifikan dengan kejadian obesitas (p value=
mendapatkan hasil bahwa berubahnya pola makan dari pola tradisional ke pola makan
ala barat meningkatkan risiko kejadian obesitas. (Ramadhaniah, Julia, & Huriyati, 2014)
kejadian obesitas dengan p value=0,001 dan OR= 2,55. Artinya, seseorang dengan
konsumsi energi tinggi lebih berisiko sebesar 2,55 kali untuk menderita obesitas
Konsumsi makanan yang tinggi kalori seperti soft drink dan fast food juga
bahwa risiko 2,469 kali lebih besar untuk mengalami obesitas dengan mengkonsumsi
fast food lebih sering dibandingkan dengan yang jarang mengkonsumsi. Konsumsi soft
drink dengan frekuensi sering (>5.4 kali/bulan) berisiko 1,12 kali untuk mengalami
obesiztas dibandingkan dengan frekuensi jarang (≤5.4 kali/bulan) (Rafiony, Purba, &
Pramantara, 2015).
makan dan pola makan erat hubungannya dengan kejadian obesitas. Adanya
perubahan gaya hidup remaja yang mendekati pada budaya kebaratan berkaitan
masyarakat yang mendekati pada pola makan tinggi kalori, kolesterol, dan tinggi
lemak, terutama terhadap penawaran makanan siap saji (junk food) yang berakibat
meningkatkan risiko obesitas karena adanya perubahan gaya hidup yang mengarah
Hal ini didukung oleh penelitia (Olivia, 2016) yang mana pada hasil
analisis regresi logistik menyatakan bahwa dari asupan lemak, berbagai asupan zat
gizi merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap status obesitas pada
subjek dalam penelitian ini pola konsumsi dalam hal ini yaitu asupan lemak,
sebesar 1,46 kali dikarenakan peningkatan konsumsi daging. Hal ini disebabkan
yang banyak mengandung karbohidrat dan protein serta makanan berlemak lebih
konsumsi yang berlebihan dikarenakan rasa yang sangat lezat dari makanan
Aktivitas Fisik
melakukan aktivitas fisik. Status gizi remaja ditentukan oleh salah satu faktor yaitu
aktivitas fisik. Aktivitas fisik yaitu pengeluaran energi yang penting bagi pemeliharaan
kehidupan yang sehat, fisik, dan mental yang disebabkan oleh pergerakan anggota
tubuh. Pergerakan tubuh yang ditimbulkan oleh otot-otot skeletal dan menyebabkan
pengeluaran energi merupakan aktivitas fisik (Puspitasari, 2018). Tingkat aktivitas fisik
merupakan kategori aktivitas fisik berdasarkan jumlah energi yang dikeluarkan untuk
jenis aktivitas per satuan waktu dalam 24 jam (Suryaputra, Nadhiroh, & Rahayu, 2012).
Jadi, gerakan tubuh oleh tubuh dan sistem penunjangnya yang membutuhkan arus
Jenis-jenis aktivitas fisik remaja. Tiga tingkat golongan aktivitas fisik yang
binatang peliharaan.
outbond dan bela diri (misal pencak silat, karate, taekwondo,). Lakukan
untuk kenaikan berat badan selama 60 menit dan untuk menurunkan berat
mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, maka kira-kira sebesar 0,8-1 persen per
tahunakan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, atau bila ini dapat
Jenis kelamin. Aktivitas fisik yang hampir sama biasanya sampai pubertas
terjadi pada remaja laki-laki dan remaja perempuan, tetapi remaja laki-laki setelah
Pola makan. Faktor yang ikut aktivitas salah satunya makanan, tubuh akan
merasa tidak ingin melakukan kegiatan seperti olah raga atau aktivitas lainnya dan
mudah lelah bila porsi makanan dan jumlah makanan lebih banyak. Kandungan
dari makanan yang berlemak juga banyak. Pergerakan tubuh untuk menjalankan
gizinya agar tubuh tidak mengalami kelebihan energi namun tidak bisa secara
maksimal dikeluarkan.
melakukan olah raga yang berat karena kekurangan sel darah merah. Obesitas
karena bagi mereka ada kelebihan dalam waktu jangka panjang dan kelebihan
mereka bisa menjadi optimal. Remaja yang aktif memiliki beberapa keuntungan
kesehatan.
diturunkan.
lamanya waktu melakukan aktivitas dalam sehari dan jenis aktivitas yang dilakukan
variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam perhitungan pengeluaran energy.
Selama 24 jam besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dinyatakan dalam
Physical Activity Level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. Selama 24 jam besarnya energi
yang dikeluarkan dalam kkal per kilogram berat badan disebut PAL. Rumus PAL
PAR
PAL=
24 jam
Keterangan:
PAL memiliki rentangan nilai yang akan digunakan untuk menentukan tingkat
aktivitas fisik seseorang. Adapun kategori tingkat aktivitas fisik dijelaskan pada Tabel 2
berikut ini:
Tabel 2
dandan, serta kegiatan waktu luang seperti berbisnis, nonton TV, bermain game,
mendengarkan musik dan duduk. Kegiatan yang dikategorikan kedalam kategori sedang
terbagi atas 2 kategori yaitu naik kenderaan, mengendarai kenderaan, kepesta, kepasar,
belanja, bersepeda, berjalan tanpa beban dan melakukan pekerjaan rumah tangga.
Kegiatan yang sering dilakukan contoh adalah kuliah, menonton, melakukan pekerjaan
untuk mengukur aktivitas fisik. Tidak memerlukan biaya yang besar untuk melakukan
metode ini serta mudah dilakukan. Namun, kekurangan dari metode subjektif ini dalam
menetapkan frekuensi dan intensitas aktivitas fisik secara tepat. Tiga golongan aktivitas
fisik yang diukur dengan Physical Activity level (PAL) yaitu ringan, sedang dan berat
(FAO/WHO/UNU , 2011).
Metode recall 24 jam memperoleh data aktivitas fisik. Data aktivitas fisik yang
dikumpulkan berupa jenis aktivitas fisik yang dilakukan dan durasi waktumenjalankan
aktivitas fisik dalam sehari. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan kuesioner
yang diisi sendiri oleh contoh dengan panduan peneliti. Physical Activity Ratio
Tabel 3
yaitu rendahnya aktivitas fisik, interaksi antara makan yang banyak dan rendahnya
aktivitas fisik dapat menyebabkan obesitas. Remaja kurang aktif berisiko tinggi
mengalami obesitas. Obesitas pada masa remaja juga berdampak pada perkembangan
dari lingkungan sehingga menjadi kurang percaya diri, sedih, mudah gugup dan
kesepian (Noviyanti & Marfuah, 2017). Banyaknya energi yang tersimpan sebagai
lemak, sehingga orang - orang yang kurang melakukan aktivitas cenderung menjadi
gemuk disebabkan kurangnya aktivitas fisik. Hal ini menguraikan bahwa tingkat
kontribusi aktivitas fisik terhadap kejadian berat badan berlebih terutama penggunaan
komputer dan alat-alat berteknologi tinggi lainnya, kebiasaan duduk terus-menerus serta
Hasil penelitian (Miko & Pratiwi, 2017), Menunjukan bahwa seseorang dengan
berat badan ideal dipengaruhi oleh aktivitas fisik yang baik. Manfaat setiap hari
melakukan aktivitas fisik tidak hanya untuk memperoleh kondisi tubuh yang sehat
namun juga bermanfaat untuk kesehatan mental, hiburan dalam mencegah stres. faktor
olahraga didasarkan atas aktivitas fisik anak dalam kesehariannya antara lain kebiasaan
Kerangka Teori
(WHO, 2014).
variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam perhitungan pengeluaran energy.
Hasil penelitian (Miko & Pratiwi, 2017), Menunjukan bahwa seseorang dengan berat
badan ideal dipengaruhi oleh aktivitas fisik yang baik. Manfaat setiap hari melakukan
aktivitas fisik tidak hanya untuk memperoleh kondisi tubuh yang sehat namun juga
bermanfaat untuk kesehatan mental, hiburan dalam mencegah stres. faktor utama yang
atas aktivitas fisik anak dalam kesehariannya antara lain kebiasaan berjalan kaki dan
Food Frequency Questionnaire (FFQ) yang diadopsi dari penelitian (Arlinda S. , 2015)
sering (>3x/minggu) berhubungan dengan kejadian obesitas dengan p value= 0,000 dan
OR= 6,00. Artinya bahwa remaja yang sering mengonsumsi fast food 6,00 kali lebih
Paparan Iklan
Junk Food Konsumsi Junk Food
Kejadian
Obesitas
Aktiitas Fisik
Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini kerangka konsep dapat dilihat pada Gambar 2.2, bahwa
kejadian obesitas pada remaja sekolah diindikasikan terjadi karena adanya paparan iklan
junk food yang berlebih, dan berkaitan dengan konsumsi junk food yang tidak
diimbangi dengan aktifitas fisiik. Selengkapnya, kerangka konsep penelitian ini dapat
Aktivitas Fisik
Hipotesis Penelitian
: Ada pengaruhantara paparan iklan junk food, pola konsumsi, dan aktivitas
Jenis Penelitian
menggunakan desain case control study yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
antara paparan iklan junk food, pola konsumsi dan aktivitas fisik terhadap kejadian
obesitas pada remaja di wilayah Kota Medan dengan cara membandingkan kelompok
kasus (remaja dengan obesitas) dengan kelompok kontrol (remaja dengan tidak
Kota Medan.
Waktu penelitian. Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Februari 2020-
selesai.
40
Universitas Sumatera Utara
41
terdiri atas obyek atau subyek dan memiliki kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan-
nya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja SMA Negeri yang ada
di Kota Medan Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Medan Tahun 2019,
jumlah seluruh siswa SMA yang berstatus aktif ada sebanyak 19.294 orang, yang
dibagi menjadi 2 bagian, yaitu populasi kasus dan populasi kontrol. Populasi
kasus adalah seluruh siswa yang mengalami obesitas di SMA Negeri di Kota
Medan. Sedangkan, populasi kontrol adalah seluruh siswa yang tidak obesitas di
Sampel penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi.
penelitian ini terbagi dalam dua kelompok yang terdiri dari kelompok remaja yang
mengalami obesitas dan kelompok remaja yang tidak mengalami obesitas yang
a) Remaja Obesitas yang tidak dapat memberikan jawaban yang seperti yang
a) Remaja dengan berat badan normal yang berada di Kota Medan yang
mengalami obesitas.
a) Remaja dengan berat badan normal namun tidak dapat memberikan jawaban
n = P1 (1 – P1) + P2 ( 1 – P2 ) ( Zα + Zβ )2
( P1 – P2 )2
Keterangan:
n : Jumlah sampel
OR : 4,96 Zα : 1,96
0,14 + 0,03
n= x 7,84
0,01
0,37
n= x 7,84
0,04
n= 17 x 7,84
n= 133
n= 133 + 20%
n= 159
minimal sebesar 159 orang. Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
responden yang memiliki berat badan obesitas, dan 181 responden yang
1. Data primer diperoleh peneliti pada saat mewawancarai responden dalam hal
terkait kuesioner secara lengkap dan jelas sebagai acuan pewawancara dalam
melakukan wawancara.
yaitu : alat pengumpulan data dan metode pengumpulan data. Data dikumpulkan
Kuesioner terdiri dari tiga bagian yaitu paparan iklan junk food, pola konsumsi
junk food, dan aktivitas fisik remaja. Dalam pengisian kuesioner, peneliti
tersebut ke Dinas Pendidikan Kota Medan dan kemudian melanjutkan surat izin
dengan siswa/i yang sesuai dengan kriteria inklusi, selanjutnya peneliti menemui
kesediaan responden selanjutnya peneliti mengukur tinggi badan dan berat badan
responden serta membagikan kuesioner secara langsung dan adapula yang secara
Validitas dan reliabilitas. Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur itu dapat mengukur apa yang akan di ukur. Uji reliabilitas data merupakan
suatu uji instrumen yang digunakan untuk menyatakan tingkat kepercayaan instrumen
sehingga dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Perhitungan dilakukan dengan
rumus korelasi product moment kemudian membandingkan antara nilai korelasi atau r
1. Jika hasil uji validitas setiap item pertanyaan memiliki nilai > 0,361
2. Jika pada hasil uji reliabilitas, didapat nilai alpha cronbach sebesar >0,60
variabel memiliki nilai r hasil >r tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa
Metode Pengukuran
1. Paparan iklan
2. Pola Konsumsi
3. Aktivitas Fisik
4. Kejadian Obesitas
square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05, dengan kriteria: ditolak jika
variabel dependen. diterima jika p> α (0,05) maka tidak terdapat hubungan
kriteria: ditolak jika p<α (0,05) maka terdapat pengaruh antara variabel
P (Y)=
Keterangan:
β : Koefisien regresi
X1 : Paparan Iklan
X2 : Pola Konsumsi
X3 : Aktivitas Fisik
merupakan hutan rimba dan di sana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi
semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 bangsa Belanda mulai membuka kebun
Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu
Medan didirikan pada pertapakan yang terdiri atas perkampungan penduduk asli
Melayu Deli, kemudian tanah yang termasuk konsesi perkebunan Mabar, Deli Tua
dari Deli Maatschappij, serta konsesi perkebunan Polonia (BPS Kota Medan,
2014).
didukung oleh luas wilayah 265,10 km2 atau 3,6 persen dari total luas wilayah
Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3° 30' – 3°-
43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Secara administratif Kota
Medan sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, untuk Selatan, Barat, dan
Kecamatan, dan 151 Kelurahan yang terbagi atas 2.001 lingkungan (BPS Kota
Medan, 2014).
berjumlah 2.135.516 jiwa. Penduduk Kota Medan terdiri atas 1.053.393 laki – laki
48
Universitas Sumatera Utara
49
2.122.804 jiwa, dibanding hasil sensus penduduk tahun 2013 terjadi pertambahan
dalam penelitian ini meliputi: jenis kelamin, dan kelas pendidikan. Selengkapnya
Tabel 5
Kota Medan, dimana remaja yang diteliti dikelompokkan menjadi dua kelompok
yakni tidak obesitas dan obesitas. Pada kelompok remaja dengan tidak obesitas
tahun sebanyak 81 orang (44,8), dan tingkat sekolah kelas 2 SMA sebanyak 73
orang (40,3%). Sementara, pada kelompok remaja dengan obesitas mayoritas juga
sebanyak 73 orang (40,3), dan tingkat sekolah kelas 1 SMA sebanyak 77 orang
(42,5%).
Gambaran Paparan Iklan Junk Food pada Remaja di Wilayah Kota Medan.
Medan, diketahui mayoritas remaja sering terpapar iklan junk food yakni sebanyak
Tabel 6
Kejadian Obesitas
Paparan Total
Tidak Obesitas Obesitas
Iklan
n (181) % n (181) % n (362) %
Jarang 54 61,4 34 38,6 88 100,0
Sering 127 46,4 147 53,6 274 100,0
Karakteristik jenis media iklan junk food pada remaja di wilayah
Kota Medan. Karakteristik media iklan pada remaja di Kota Medan yang
Tabel 7
(Bersambung)
Tabel 7
pada remaja di Kota Medan, dimana remaja yang diteliti dikelompokkan menjadi
dua kelompok yakni tidak obesitas dan obesitas. Pada kelompok remaja dengan
tidak obesitas Tv/gadget menjadi media terbanyak yang dinilai memaparkan iklan
junkfood yakni pagi hari sebanyak 74 persen, siang hari sebanyak 79 persen dan
malam hari sebanyak 77,3 persen.. Sama halnya pada kelompok remaja dengan
obesitas Tv/gadget juga menjadi media terbanyak yang dinilai memaparkan iklan
junkfood yakni pagi hari sebanyak 71,8 persen, siang hari sebanyak 71,3 persen
Medan. Karakteristik jenis iklan junk food pada remaja di Kota Medan yang
Tabel 8
Tidak
Obesitas Total
Obesitas
Jenis Iklan Junk Food
n n n
% % %
(181) (181) (362)
Pagi
Wastern Food 11 6,1 13 7,2 24 6,6
Snack Manis/Asin 42 23,2 47 26,0 89 24,6
Minuman Manis/ Bersoda 25 13,8 5 2,8 30 8,3
Produk Mie Instan 79 43,6 80 44,2 159 43,9
Olahan Daging Instan 24 13,3 36 19,9 60 16,6
Siang
Wastern Food 13 7,2 22 12,2 35 9,7
Snack Manis/Asin 65 35,9 42 23,2 107 29,6
Minuman Manis/ Bersoda 38 21,0 43 23,8 81 22,4
Produk Mie Instan 25 13,8 36 19,9 61 16,9
Olahan Daging Instan 40 22,1 38 21,0 78 21,5
Malam
Wastern Food 13 7,2 20 11,0 33 9,1
Snack Manis/Asin 50 27,6 36 19,9 86 23,8
Minuman Manis/ Bersoda 21 11,6 24 13,3 45 12,4
Produk Mie Instan 39 21,5 42 23,2 81 22,4
Olahan Daging Instan 58 32,0 59 36,2 117 32,3
pada remaja di Kota Medan, dimana remaja yang diteliti dikelompokkan menjadi
dua kelompok yakni tidak obesitas dan obesitas. Pada kelompok remaja dengan
tidak obesitas produk mie instan menjadi iklan terbanyak yang dilihat pada pagi
hari yakni sebanyak 43,6 persen, snack manis/asin pada siang hari sebanyak
35,9% dan olahan daging instan pada malam hari sebanyak 32 persen. Sama
halnya pada kelompok remaja dengan obesitas produk mie instan menjadi iklan
terbanyak yang dilihat pada pagi hari yakni sebanyak 44,2 persen, minuman
manis/bersoda pada siang hari sebanyak 23,8 persen dan olahan daging instan
Medan. Karakteristik konsumsi junk food pada remaja di Kota Medan yang
dianalisis dalam penelitian ini meliputi:olahan mie, olahan nasi, roti mix daging,
daging dan daging giling. Selengkapnya disajikan pada Tabel 9 di bawah ini:
Tabel 9
pada remaja di Kota Medan, dimana remaja yang diteliti dikelompokkan menjadi
dua kelompok yakni remaja dengan status gizi obesitas dan bukan obesitas. Pada
olahan mie > 3 kali seminggu sebanyak 117 orang (64,6%), olahan nasi > 1 kali
sehari sebanyak 170 orang (93,9%), roti mix daging < 3 kali seminggu sebanyak
72 orang (42%), daging > 3 kali seminggu sebanyak 74 orang (40,9%) dan olahan
Pada kelompok remaja dengan status gizi normal atau bukan obesitas
mayoritas mengkonsumsi makanan olahan mie > 3 kali seminggu sebanyak 100
orang (55,2%), olahan nasi > 1 kali sehari sebanyak 149 orang (82,4%), roti mix
daging < 3 kali seminggu sebanyak 107 orang (57,1%), daging < 3 kali seminggu
sebanyak 110 orang (60,8%) dan olahan daging giling > 3 kali seminggu
Kota Medan, maka dapat diketahui mayoritas remaja kota medan sering
mengkonsumsi junk food yakni sebanyak 290 orang. Selengkapnya dapat dilihat
Tabel 10
Kejadian Obesitas
Total
Pola Makan Tidak Obesitas Obesitas
Junk Food n
n (181) % n (181) % %
(362)
Jarang 55 76,4 17 23,6 72 100,0
Sering 126 43,4 164 56,6 290 100,0
diketahui mayoritas remaja kota medan kurang dalam melakukan aktivitas fisik
yakni sebanyak 236 orang. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 11
Kejadian Obesitas
Aktivitas Total
Fisik Tidak Obesitas Obesitas
n (181) % n (181) % n (362) %
Aktif 77 61,1 49 38,9 126 100,0
Kurang 104 44,1 132 55,9 236 100,0
Analisis Chi Square Faktor Paparan Iklan Junk Food dengan Kejadian
Obesitas pada Remaja di wilayah Kota Medan
Hubungan faktor paparan iklan junk food dengan kejadian obesitas pada
remaja di wilayah Kota Medan dilihat dengan menggunakan uji statistik Chi
square. Hasil uji pada faktor tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 12
Hasil Uji Chi Square Paparan Iklan Junk Food dengan Kejadian Obesitas pada
Remaja di wilayah Kota Medan
Kejadian Obesitas
Tidak Total 95%
Paparan Obesitas p
Obesitas OR Convidance
Iklan value
n n Interval
n (181) % % %
(181) (362)
Jarang 54 61,4 34 38,6 88 100,0
0,020 2,838 1,126-4,002
Sering 127 46,4 147 53,6 274 100,0
Diketahui dari tabulasi silang antara faktor paparan iklan junk food dengan
kejadian obesitas, dari 362 remaja Kota medan yang diamati 274 remaja yang
sering terpapar iklan junk food, 147 (53,6%) diantaranya merupakan remaja
dengan status gizi obesitas. Sementara 88 remaja yang jarang terpapar iklan junk
food, 54 remaja (61,4%) diantaranya merupakan remaja dengan status gizi normal
atau tidak obesitas. Pada hasil analisis dengan chi square diperoleh nilai p sebesar
0,020 (p<α) dengan nilai odds ratio sebesar 2,838. Maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel faktor paparan iklan
junk food dengan kejadian obesita pada remaja sekolah, dimana remaja yang
sering terpapar iklan junk food berisiko mengalami kejadian obesitas sebesar 2,8
kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang jarang terpapar iklan junk
food.
Analisis Chi Square Pola Konsumsi Junk Food dengan Kejadian Obesitas
pada Remaja di wilayah Kota Medan
Hubungan faktor pola makan junk food dengan kejadian obesitas pada
remaja di wilayah Kota Medan dilihat dengan menggunakan uji statistik Chi
square. Hasil uji pada faktor tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 13
Hasil Uji Chi Square Pola Makan Junk Food dengan Kejadian Obesitas pada
Remaja di wilayah Kota Medan
Kejadian Obesitas
Pola
Tidak Total 95%
Makan Obesitas p
Obesitas OR Convidance
Junk value
n n n Interval
Food % % %
(181) (181) (362)
Jarang 55 76,4 17 23,6 72 100,0
0,001 4,211 2,331-7,607
Sering 126 43,4 164 56,6 290 100,0
Diketahui dari tabulasi silang antara faktor pola makan junk food dengan
kejadian obesitas, dari 362 remaja Kota medan yang diamati 290 remaja yang
memiliki pola makan junk food dengan kategori sering, 164 (56,6%) diantaranya
memiliki pola makan junk food dengan kategori jarang, 55 remaja (76,4%)
diantaranya merupakan remaja dengan status gizi normal atau tidak obesitas. Pada
hasil analisis dengan chi square diperoleh nilai p sebesar 0,001 (p<α) dengan nilai
odds ratio sebesar 4,211. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel faktor pola makan junk food dengan kejadian obesita
pada remaja sekolah, dimana remaja yang sering mengkonsumsi junk food
berisiko mengalami kejadian obesitas sebesar 4,2 kali lebih tinggi dibandingkan
Analisis Chi Square Paparan Iklan Junk Food dengan Konsumsi Junk Food
pada Remaja di wilayah Kota Medan
Hubungan faktor paparan junk food dengan pola makan junk food pada
remaja di wilayah Kota Medan dilihat dengan menggunakan uji statistik Chi
square. Hasil uji pada faktor tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 14
Hasil Uji Chi Square Paparan Iklan Junk Food dengan Konsumsi Junk pada
Remaja di wilayah Kota Medan
Diketahui dari tabulasi silang antara paparan junk food dengan pola makan
junk food, dari 362 remaja Kota medan yang diamati 290 remaja yang sering
terpapar iklan junk food, 257 (88,6%) diantaranya merupakan remaja yang sering
mengkonsumsi junk food pula. Sementara 72 remaja yang jarang terpapar iklan
mengkonsumsi junk food pula. Pada hasil analisis dengan chi square diperoleh
nilai p sebesar 0,001 (p<α) dengan nilai odds ratio sebesar 25,196. Maka dapat
iklan junk food dengan pola makan junk food pada remaja sekolah, dimana remaja
yang sering terpapar iklan junk food berisiko sering mengkonsumsi junk food
sebesar 25,196 kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang jarang terpapar
Analisis Chi Square Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Remaja
di Wilayah Kota Medan
wilayah Kota Medan dilihat dengan menggunakan uji statistik Chi square. Hasil
uji pada faktor tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 15
Hasil Uji Chi Square Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Remaja di
wilayah Kota Medan
Kejadian Obesitas
Tidak Total 95%
Obesitas p
Aktivitas Obesitas OR Convidance
value
Fisik n n n Interval
% % %
(181) (181) (362)
Aktif 77 61,1 49 38,9 126 100,0 1,283-
0,003 3,995
Kurang 104 44,1 132 55,9 236 100,0 5,099
Diketahui dari tabulasi silang antara faktor aktivitas fisik dengan kejadian
obesitas, bahwa dari 362 remaja Kota medan yang diamati 236 remaja yang
status gizi obesitas. Sementara 126 remaja yang memiliki aktivitas aktif, 77
(61,1%) diantaranya merupakan remaja dengan status gizi normal atau tidak
obesitas. Pada hasil analisis dengan chi square diperoleh nilai p sebesar 0,003
(p<α) dengan nilai odds ratio sebesar 3,995. Maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara variabel faktor aktivitas fisik dengan
kejadian obesita pada remaja sekolah, dimana remaja yang kurang aktif dalam
tinggi dibandingkan dengan remaja sekolah yang aktif dalam aktivitas sehari-
harinya.
Analisis Regresi Logistik Paparan Iklan, Pola Makan dan Aktivitas Fisik
Terhadap Kejadian Obesitas pada Remaja di wilayah Kota Medan
multivariat adalah variabel yang pada hasil analisis bivariatnya memiliki nilai
p<0,25. Berdasarkan hasil uji kandidat dengan chi square diperoleh hasil variabel
independen paparan iklan, pola makan dan aktivitas fisik memiliki nilai p value <
berganda dengan model prediksi yang bertujuan untuk memperoleh model yang
dalam model multivariat adalah variabel yang mempunyai p value < 0,05.
Tabel 16
95%
p
Variabel B S.E Wald Df OR Convidance
value Interval
Paparan Iklan 0,662-4,443
2,241 1,333 9,523 1 0,047 2,272
Junk Food
Pola Makan 0,077-9,438
4,692 2,442 14,662 1 0,001 4,184
Junk Food
Aktivitas Fisik 3,116 1,308 8,549 1 0,017 3,123 0,614-7,053
paparan iklan, pola makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada
remaja di wilayah Kota Medan. Hasil menunjukkan bahwa variabel paparan iklan,
pola makan dan aktivitas fisik memiliki nilai p<0,05. Hal ini bermakna bahwa
variabel dependen.
iklan junk food berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian obesitas dengan
OR sebesar 2,7 dimana remaja yang sering terpapar iklan junk food berisiko
mengalami kejadian obesitas sebesar 2,7 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
remaja yang jarang terpapar iklan junk food. Salah satu faktor risiko yang
berperan besar atas kejadian obesitas pada remaja menurut WHO (2014), yaitu
tingginya paparan iklan makanan junk food yang ditujukan khusus untuk kaum
remaja. Pengaruh iklan makanan dan pemasaran dalam bentuk lainnya terbukti
tersebu didorong dengan kebiasaan melihat iklan junk food, dimana nantinya
Iklan junk food biasanya disisipkan pada media hiburan yang disukai
remaja, seperti gawai/gadged. Remaja dinilai sangat mudah terpapar iklan junk
food lewat media sosial, layanan streaming, dan pengaruh selebritas atau
influencer. Selain itu, remaja juga dianggap sebagai kelompok masyarakat yang
menganalisis 3.394 remaja yang berusia 11-19 tahun dari seluruh Inggris dimana
mereka telah melihat iklan jukfood selama sebulan untuk makanan dan minuman
61
Universitas Sumatera Utara
62
yang tinggi lemak, gula dan garam. Temuan tersebut menemukan sebanyak 88
persen melihat penawaran khusus untuk junk food, 86 persen melihat iklan junk
food di media sosial, 84 persen melihat iklan di TV, 82 persen melihat iklan di
TV atau majalah dengan makanan dan minuman yang tidak sehat, 68 persen
mempromosikan makanan tidak sehat, dan 57 persen melihat iklan di koran atau
majalah.
media sosial selama pandemi covid-19 sekarang ini, dimana remaja menghabiskan
lebih banyak waktu untuk kegiatan online dan sendirian di kamar mereka, hal
junk food. Berdiam di rumah selama masa pandemi covid-19 terbukti berdampak
negatif pada diet, tidur, dan aktivitas fisik pada remaja. Penelitian di University at
obesitas selama masa di rumah saja sepanjang bulan Maret dan April di Verona,
makanan tambahan per hari, tidur setengah jam ekstra per hari, menghabiskan
hampir lima jam per hari di depan layar hp, computer, dan televisi, dan secara
Sebaliknya, aktivitas fisik mereka menurun lebih dari dua jam per minggu,
jenuh, natrium, dan sukrosa yang tinggi. Makanan yang termasuk kategori junk
food di antaranya: sereal manis, produk mie/beras instan, snack manis, olahan
daging, snack asin, jus/minuman buah kemasan, susu tinggi lemak dan gula serta
olahannya, es krim tinggi lemak, coklat dan permen, western fast food, local fast
food, frozen food, lemak dan olahannya, minuman manis bersoda, minuman manis
Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa temuan penelitian antara lain,
buah, serta berkurangnya aktivitas fisik (Leenders & Veugelers, 2005). Remaja
soft drink, minuman buah kemasan, beberapa permen dan snack, dan beberapa
positif dengan konsumsi soft drink, minuman buah kemasan, keripik kentang,
coklat manis, biskuit, hamburger, dan french fries, namun berhubungan negatif
antara kejadian obesitas dengan paparan iklan junk food. Paparan iklan junk food
makanan tinggi energi, lemak jenuh, dan natrium, serta berkontribusi terhadap
peningkatan berat badan (obesitas). Faktor lain yang berhubungan dengan obesitas
pada anak usia 6-12 tahun adalah asupan lemak jenuh total dan jenis kelamin.
Sama halnya dengan (Agustina, Maas, & Zulfendri, 2019) yang juga mendapati
bahwa remaja yang sering terpapar iklan junkfood cenderung berisiko mengalami
Hasil analisis dengan regresi logistik diperoleh nilai p sebesar 0,001 (p<α)
dengan nilai odds ratio sebesar 4,184. Maka dapat diketahui bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel faktor pola makan junk food dengan
kejadian obesitas pada remaja sekolah, dimana remaja yang sering mengkonsumsi
junk food berisiko mengalami kejadian obesitas sebesar 4,2 kali lebih tinggi
Menurut (Thamaria, 2017), status gizi remaja tergantung dari asupan gizi
dan kebutuhannya, jika antara asupan gizi dengan kebutuhan tubuhnya seimbang,
maka akan menghasilkan status gizi baik. Kebutuhan asupan gizi setiap individu
berbeda antar individu, hal ini tergantung pada usia, jenis kelamin, aktivitas, berat
dalam bentuk cadangan dalam tubuh. Misal remaja yang kelebihan asupan
bentuk lemak dalam jaringan adiposa tubuh. Sebaliknya remaja yang asupan
junkfood pada remaja di Kota Medan, diketahui bahwa selama pandemi Covid-19,
dari hasil wawancara peneliti dengan salah seorang remaja, diketahui sering
melewatkan makan pagi/sarapan, sehingga pada saat makan siang timbul rasa
besar. Kemudian sebelum makan siang para remaja juga banyak makan selingan,
mengkonsumsi junk food yang dipesan lewat aplikasi makanan online, sehingga
remaja tidak perlu keluar rumah untuk membelinya. Junk food yang sering dibeli
para remaja tersebut belum tentu mengandung gizi yang seimbang, contohnya
pizza, burger, bakso, mie ayam, nasi goreng dan makanan lainnya yang
terjadinya kelebihan konsumsi pada salah satu sumber zat gizi terutama
karbohidrat yang bersumber dari makanan pokok. Pola makan yang berlebihan
sumber karbohidrat utama yang sering dikonsumsi remaja Kota Medan adalah
nasi dan mie instan. Karbohidrat merupakan salah satu suplai energi bagi tubuh
sehingga jika mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang banyak dan sering
pada tubuh. Energi yang berlebih tersebut juga akan disintesis menjadi lemak
tubuh, sedangkan lemak yang tersedia didalam tubuh tidak terpakai untuk energi
Selain karbohidrat, pola makan yang tidak baik juga berasal dari adanya
konsumsi makanan dengan kandungan lemak tinggi. Hal ini terlihat dari kebiasaan
remaja yang mengkonsumsi olahan junkfood yang digoreng, dimana jenis olahan
lemak dalam jumlah yang banyak dan dengan kategori sering dapat menyebabkan
obesitas karena lemak merupakan sumber energi padat dan penghasil energi yang
besar.
dengan obesitas (nilai p = 0,002) OR = 6,889 dan pola makan dengan obesitas
Olivia (2016), yang mana pada hasil analisis regresi logistik menyatakan
bahwa dari asupan lemak, berbagai asupan zat gizi merupakan variabel yang
paling berpengaruh terhadap status obesitas pada subjek dalam penelitian ini pola
konsumsi dalam hal ini yaituasupan lemak, energy, karbohidrat, dan protein
pola makan, aktivitas fisik, dan durasi tidur dengan kejadian obesitas
bahwa pola makan junk food berhubungan secara signifikan dengan kejadian obesitas (p
mendapatkan hasil bahwa berubahnya pola makan dari pola tradisional ke pola makan
ala barat meningkatkan risiko kejadian obesitas. (Ramadhaniah, Julia, & Huriyati, 2014)
kejadian obesitas dengan p value=0,001 dan OR= 2,55. Artinya, seseorang dengan
konsumsi energi tinggi lebih berisiko sebesar 2,55 kali untuk menderita obesitas
Hasil analisis dengan regresi logistik diperoleh nilai p sebesar 0,017 (p<α)
dengan nilai odds ratio sebesar 3,123. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel faktor aktivitas fisik dengan kejadian
obesitas pada remaja sekolah, dimana remaja yang kurang aktif dalam aktivitas
fisik remaja SMA di Kota Medan cenderung kurang. Hal tersebut dikarenakan
Covid-19. Hal yang sering dilakukan saat pandemi Covid-19 ini yaitu berbaring,
negatifnya menjadikan anak lupa waktu, kurang belajar, dan istirahat jadi kurang,
hal ini disebabkan karena anak sering jadi tidak sadar berjam-jam di depan media
digital.
Pada faktanya, aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab yang paling
memengaruhi keadaan status gizi remaja. Aktivitas fisik yang ringan akan
kalori ditubuh karena aktivitasnya yang tidak cukup (Serly, Sofian, & Ernalia,
2015). Kombinasi aktivitas fisik yang tidak mencukupi dan asupan energi dari
makanan jenis junkfood yang tinggi bertanggungjawab atas kelebihan berat badan
dan obesitas. Semakin aktif remaja tersebut dalam melakukan aktivias fisik maka
semakin banyak juga energi yang dikeluarkan, sebaliknya jika asupan energi
berlebih tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang maka remaja
kegiatan sehari-hari. Aktivitas fisik yang kurang pada remaja lebih banyak
disebabkan oleh kegiatan nonton televisi (TV) dan bermain gadget. Di masa
pandemic Covid-19 ini, penggunaan internet sudah menjadi kebutuhan wajib bagi
remaja. Remaja terbiasa duduk selama berjam-jam di depan komputer atau gadget
aktivitas fisik dan durasi tidur yang cukup bagi remaja, selain itu makanan yang
dikonsumsi tidak begitu diperhatikan karena terlalu fokus dengan bermain game
dan sosial media, sehingga asupan gizi yang masuk menjadi berkurang. Remaja
mengeluarkan energi ditambah dengan asupan gizi yang kurang maka seorang
berbagai penyakit, seperti diabetes, jantung, hipertensi dan banyak yang lainnya.
Salah satu upaya yang dianggap dapat mengurangi resiko obesitas adalah dengan
meningkatkan aktivitas fisik. Aktivitas fisik tidak hanya terbatas pada kegiatan
khusus olahraga, tetapi juga kegiatan lain yang membutuhkan kerja fisik, seperti
senantiasa dalam keadaan fit agar dapat terhindar dari dampak virus Covid-19.
dini, dan melakukan proteksi dasar. (Kartikasari & Kurniawati, 2020) juga
mempunyai emosi yang positif. Seseorang yang memiliki emosi positif dapat
dengan baik beradaptasi dalam situasi traumatis. Untuk dapat berada dalam
kondisi emosi yang positif dalam kondisi wabah, beberapa hal dapat dilakukan,
wabah virus.
terhambat, lebih cepat merasa capek, tidak seperti pada remaja dengan berat badan
normal, remaja cenderung tidak kuat melakukan aktivitas jangka waktu lama dan
menyebabkan kematian secara global. Salah satu faktor penting yang berperan
pada obesitas adalah aktifitas fisik. Seiring perkembangan zaman terjadi berbagai
2015) bahwa remaja dengan aktifitas fisik yang ringan berpeluang sebesar 55,2
persen mengalami obesitas, sedangkan remaja dengan aktifitas fisik yang sedang
Secara tradisional, aktivitas fisik telah menjadi strategi yang efektif dalam
aktivitas fisik berbeda untuk orang dewasa dan anak-remaja. Rekomendasi untuk
orang dewasa adalah paling sedikit dua jam per minggu olahraga sedang atau
paling sedikit 75 menit perminggu latihan yang giat, tetapi rekomendasi untuk
anak-remaja adalah jauh lebih tinggi, setidaknya 60 menit per hari aktivitas fisik.
termasuk toleransi glukosa, metabolisme lipid, dan insulin. Glukosa, tubuh mulai
bergerak menyimpan lemak dari sel-sel lemak dan membakar lemak ini untuk
tekanan darah, meningkatkan lipid darah serta kadar kolesterol dan meningkatkan
Hasil penelitian ini juga didukung oleh beberapa hasil penelitian terdahulu,
memberikan berbagai macam dampak atau pengaruh baik itu terhadap fisik
maupun psikis individu. Dampak fisik dapat berupa kelelahan pada anggota tubuh
karena terlalu lama bermain game yang menyebabkan kesehatan badan menurun
sehingga mudah sakit. Kurangnya aktivitas fisik dinilai menjadi faktor risiko yang
epidemi obesitas. Aktivitas fisik menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
status gizi remaja, dikarenakan dengan melakukan aktivitas fisik dapat membantu
tertimbun dalam tubuh berupa zat lemak dapat terbakar sebagai kalori (Bella,
2019)
Implikasi Penelitian
Hasil penelitian ini sebagai bukti ilmiah mengenai pengaruh paparan iklan
junk food, pola konsumsi junk food dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas
pada remaja. Implikasi pada penelitian ini terkait bagaimana remaja mampu
mengontrol keterparannya terhadap iklan junk food yang berkaitan dengan pola
konsumi serta aktivitas fisik mereka, sehingga berdampak buruk pada kesehatan.
Keterbatasan Penelitian
penyebab tidak langsung dari peningkatan konsumsi junk food pada remaja
yang sesuai dengan tujuan penelitian secara online. Sebaiknya pada penelitian
berikutnya paparan iklan pada remaja obesitas dapat dipaparkan secara detail.
2. Kejadian obesitas pada penelitian ini dilihat dari paparan iklan junk food,
konsumsi junk food dan aktivitas fisik. Sedangkan kejadian obesitas pada
3. Pandemi covid 19 saat ini mewajibkan sistem pembelajaran secara daring dari
wawancara. Oleh karena itu, sulit untuk melakukan wawancara secara intens
secara mendalam.
Kesimpulan
1. Variabel paparan iklan junk food, konsumsi junk food dan aktivitas fisik
2. Hasil analisis dengan regresi logistik diperoleh nilai p sebesar 0,047 (p<α)
dengan nilai odds ratio sebesar 2,272. Maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel paparan iklan junk food
terhadap kejadian obesitas dengan OR sebesar 2,7 dimana remaja yang sering
terpapar iklan junk food berisiko mengalami kejadian obesitas sebesar 2,7 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang jarang terpapar iklan junk food.
3. Hasil analisis dengan regresi logistik diperoleh nilai p sebesar 0,001 (p<α)
dengan nilai odds ratio sebesar 4,184. Maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel faktor pola konsumsi junk
food dengan kejadian obesitas pada remaja sekolah, dimana remaja yang
4,2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang jarang mengkonsumsi
junk food.
4. Hasil analisis dengan regresi logistik diperoleh nilai p sebesar 0,017 (p<α)
dengan nilai odds ratio sebesar 3,123. Maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel faktor aktivitas fisik dengan
kejadian obesitas pada remaja sekolah, dimana remaja yang kurang aktif
72
Universitas Sumatera Utara
73
kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja sekolah yang aktif dalam
aktivitas sehari-harinya..
Saran
kepada para pemerintah, tenaga kesehatan, dan remaja Kota Medan. Adapun
1. Kepada remaja yang status gizinya dengan kategori obesitas, sebaiknya mulai
yang sehat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara konsumsi makanan dengan
jenis yang beragam dan gizi seimbang dengan porsi masing-masing untuk
2. Kepada remaja yang status gizinya normal, agar tetap memelihara dan
menjaga pola makan yang seimbang dan sehat, juga diikuti dengan melakukan
makanan (junk food) terutama pada waktu puncak menonton remaja untuk
Agustina, L., Maas, L., & Zulfendri. (2019). Analisis faktor perilaku berisiko
terhadap kejadian obesitas pada anak usia 9-12 tahun di SD Harapan 1
Medan. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 4(2), 371-
381.
Ali, R. (2018). Sosial ekonomi, konsumsi fast food dan riwayat obesitas sebagai
faktor risiko obesitas remaja. Media Gizi Indonesia, 13(2), DOI:
10.20473/mgi.v13i2.123–132.
Almatsier, S. (2010). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Arisman. (2009). Buku ajar gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC.
Arlinda, S. (2015). Hubungan Konsumsi fast food dengan obesitas pada remaja di
SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. (STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta).
Diakses dari http://digilib.unisayogya.ac.id/754/.
Bowman, S., Gortmaker, S., Ebbeling, C., Pereira, M., & Ludwig, D. (2004).
Effects of fast-food consumption on energy intake and diet quality among
children in a national household survey. Pediatrics, 113(1), 112-8. doi:
10.1542/peds.113.1.112.
74
Universitas Sumatera Utara
75
Brown, J. (2011). Nutrition through the life cycle. Wadsworth (US): Cengage
Learning.
Cancer Research UK. (2020). Together we wil beat cancer. Diakses dari
https://www.cancerresearchuk.org.
CDC Center for Disease Control and Prevention. (2015). The Health Effects of
Overweight and Obesity. Diakses dari https://www.cdc.gov/
healthyweight/effects/index.html.
Evan, Wiyono, J., & Candrawati, E. (2017). Hubungan antara pola makan dengan
kejadian obesitas pada mahasiswa di Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Malang. Jurnal Ilmiah Keperawatan, 2(3).
Fachrunnisa, J., Abrori, C., & Rachmawati, D. (2016). Analisis faktor risiko
kejadian obesitas pada anak perkotaan di beberapa sekolah dasar
Kabupaten Jember. Journal of Agromedicine and Medical Sciences, 2(3).
Irdianty, M., Sudargo, T., & Hakimi, M. (2016). Aktivitas fisik dan konsumsi
camilan pada remaja obesitas di pedesaan dan perkotaan Kabupaten
Bantul. BKM Journal of Community Medicine and Public Health, 32(7),
217-222.
Irianto, K. (2007). Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Yrama Widya.
Karman. (2012). Pola penggunaan media digital di kalangan anak dan remaja
(Kasus Di Kota Jayapura Provinsi Papua). Jurnal Penelitian Pos dan
Informatika.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf.
Kurdanti, W., Siwi, L., Adityant, M., Mustikaningsih, D., Sholihah, K., Suryanti,
I., et al. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian obesitas pada
remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 11(4), 179-190.
Listiyana, A., Mardiana, & Prameswari, G. (2013). Obesitas sentral dan kadar
kolesterol darah total. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(1), 37-43.
Majabadi, H., Solhi, M., Montazeri, A., Shojaeizadeh, D., Nejati, S., Farahani, F.,
et al. (2014). Factors influencing fast-food consumption among
adolescents in tehran: a qualitative study. Iranian Red Crescent Medical
Journal, 18(3), 1-9. doi: 10.5812/ircmj.
Majid, A., Ramli, L., Ying, S., Su, T., Jalaludin, M., & Abdul, M. (2016). Dietary
Intake among Adolescents in a Middle-Income Country: An Outcome
from the Malaysian Health and Adolescents Longitudinal Research Team
Study (the MyHeARTs Study). Plos one, 11(5), DOI:
10.1371/journal.pone.0155447.
Miko, A., & Pratiwi, M. (2017). Hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan
kejadian obesitas mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh.
AcTion Journal, 2(1).
Noer, E., & Imtihani, T. (2012). Hubungan pengetahuan, uang saku, dan peer
group dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji pada remaja putri.
Journal of Nutrition College, 2(1).
Novela, V. (2020). Hubungan konsumsi zat gizi mikro dan pola makan dengan
jejadian obesitas. Human Care Journal, 4(3), 190.
Noviyanti, D., & Marfuah, D. (2017). Hubungan pengetahuan gizi, aktivitas fisik,
dan pola makan terhadap status gizi remaja di Kelurahan Purwosari
Laweyan Surakarta. Jurnal Kesehatan, 421–426.
Nurwanti, M. (2013). Pemanfaatan filtrat daun muda jati sebagai bahan pewarna
alternatif dalam pembuatan preparat jaringan tumbuhan. Berkala Ilmiah
Pendidikan Biologi (BioEdu), 2(1).
Olivia. (2016). Hubungan pola makan dengan obesitas remaja. Jurnal e-Biomedik,
4(1).
Padmiari, I. (2011). Prevalensi obesitas dan konsumsi fast food sebagai faktor
resiko terjadinya obesitas pada anak SD di Kota Denpasar. (Tesis,
Universitas Gadjah Mada). Diakses dari
https://repository.ugm.ac.id/58044/.
Pasumbung, E., & Purba, M. (2015). Faktor risiko obesitas berdasarkan indeks
massa tubuh dan lingkar pinggang di SMA Katolik Palangkaraya. Jurnal
Vokasi Kesehatan, 1(1), 1-8.
Prima, T., & Andayani. (2018). Prima, Thesa Ananda., Hafni Andayani., Mars
Nashrah Abdullah. (2018). Hubungan konsumsi junk food dan aktivitas
fisik terhadap obesitas pada remaja di Banda Aceh. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kedokteran Biomedis, 4(1), 20-27.
Puspitasari, N. (2018). Faktor kejadian obesitas sentral pada usia dewasa. Higeia
Journal of Public Health Research and Development, 2(2), 249-259.
Rachmalia, & Fitri, E. (2012). Faktor risiko obesitas dan tingkat obesitas pada
anak Sekolah Dasar Banda Aceh. Idea Nursing Journal, 3(2), 69-7.
Rafiony, A., Purba, M., & Pramantara, I. (2015). Konsumsi fast food dan soft
drink sebagai faktor risiko obesitas pada. Jurnal Gizi Klinik Indonesia,
11(4), 170-178.
Ramadhaniah, Julia, M., & Huriyati, E. (2014). Durasi tidur, asupan energi, dan
aktivitas fi sik dengan kejadian obesitas. Jurnal Gizi Klinik Indonesia,
11(2), 85-96.
Rini, Q., & Retnaningsih. (2008). Keterbukaan diri dan kepuasan perkawinan
pada pria dewasa awal. Jurnal Psikologi, 1(2).
Scho, J., & Frenkena, K. (2017). Putting the sharing economy into perspective.
Environmental Innovation and Societal Transitions, 23, 3-10
https://doi.org/10.1016/j.eist.2017.01.003.
Serly, V., Sofian, A., & Ernalia, Y. (2015). Hubungan body image, asupan energi
dan aktivitas fisik dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Riau Angkatan 2014. Jurnal Onlien Mahasiswa, 2(2).
Sudargo. (2014). Pola makan dan obesitas. Yogyakarta: Gadja Mada University
Press.
Suryaputra, K., Nadhiroh, & Rahayu, S. (2012). Perbedaan pola makan dan
aktivitas fisik antara remaja obesitas dengan non obesitas. Makara,
Kesehatan, 16(1), 45-50.
Virgianto, G., & Purwaningsih, E. (2006). Konsumsi fast food sebagai faktor
risiko terjadinya obesitas pada remaja usia 15-17 tahun (Studi Kasus Di
SMUN 3 Semarang). Media Medika Muda, 3.
WHO. (2014). Report of the Special Rapporteur on the right of everyone to.
Diakses dari https://www.who.int/nmh/events/2014/rapporteur.pdf?ua=1.
KUESIONER PENELITIAN
Nama Responden :
Jenis Kelamin :
Nama Sekolah :
Kelas :
Tanggal :
Berilah tanda centang (√) pada kolom paparan iklan di bawah ini, menurut
Anda rata-rata berapa kali Anda melihat iklan junk food / fast food di tv atau gadget
≥49 iklan/hari
<49 iklan/hari
Siang
Malam
I. Pola Konsumsi
Berilah tanda centang (√) pada frekuensi makanan, berapa kali Anda makan makanan
junk food/ fast food di setiap jenis makanan yang menurut Anda paling mendekati
Aktivitas Olahraga
Waktu (Lama melakukan
No Aktivitas Fisik
aktivitas fisik)
1 Tidur
2 Mandi, berpakaian, dandan
3 Makan
4 Memasak
5 Beribadah
6 Kegiatan sekolah
7 Mencuci piring
8 Menyapu
9 Mengendarai motor
10 Berjalan
11 Kerja kelompok
12 Menonton
13 Berdiri/membawa beban
14 Membaca buku
15 Browsing/bermain laptop
16 Bermain game
17 Mengepel
18 Mencuci baju
19 Bersepeda
20 Nongkrong/duduk-duduk
Rata- Rata-
Media Paparan Media Pararan
Z Rata Jenis Paparan Iklan rata
No BB TB IMT Obesitas JK Umur Kelas
Score Jenis
Pagi Siang Malam Media Pagi Siang Malam Iklan
Iklan
1 65 150 28.8 1 Perempuan 14 Tahun 9 Bulan 2.91 1 2 2 2 2 2 5 3 3 1
2 78 168 27.6 1 Laki-laki 14 Tahun 7 Bulan 2.89 1 2 1 2 2 2 4 3 3 0
3 63 150 28 1 Perempuan 15 Tahun 2 bulan 2.33 2 2 2 2 2 2 4 1 2 1
4 66 149 29.7 1 Perempuan 14 Tahun5 bulan 3.06 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1
5 89 170 30.7 1 Laki-laki 16 Tahun 4 bulan 3.22 2 3 3 3 3 3 4 3 3 1
6 60 148 27.3 1 Perempuan 15 Tahun 3 bulan 2.09 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
7 70 155 29.1 1 Perempuan 15 Tahun 8 bulan 2.57 2 1 1 2 1 1 4 4 3 0
8 80 169 28 1 Laki-laki 15 Tahun 5 bulan 2.72 2 2 2 2 2 2 5 5 4 1
9 68 154 28.6 1 Perempuan 14 Tahun 3 bulan 2.78 1 2 3 2 2 2 1 1 1 0
10 77 167 27.6 1 Laki-laki 17 Tahun 1 bulan 2.06 3 2 2 1 2 2 2 5 3 1
11 64 152 27.7 1 Perempuan 15 Tahun 4 bulan 2.21 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1
12 98 170 33.9 1 Perempuan 15 Tahun 6 bulan 4.06 2 1 2 1 1 1 4 4 3 0
13 89 173 29.7 1 Laki-laki 16 Tahun 4 bulan 2.9 2 2 3 3 3 3 2 1 2 0
14 67 157 27.2 1 Perempuan 15 Tahun 1 bulan 2.09 2 1 2 2 2 2 2 4 3 1
15 63 151 27.6 1 Perempuan 15 Tahun 11 bulan 2.02 2 2 2 2 2 2 2 5 3 1
16 102 175 33.3 1 Laki-laki 14 Tahun 7 Bulan 4.92 1 3 1 1 2 2 1 2 2 1
17 78 167 28 1 Laki-laki 17 Tahun 5 bulan 2.12 3 1 2 2 2 2 4 3 3 1
18 87 170 30.1 1 Laki-laki 15 Tahun 7 bulan 3.3 2 1 2 1 1 1 2 4 2 0
19 65 152 28.1 1 Perempuan 14 Tahun 4 bulan 2.59 1 2 2 2 2 2 1 1 1 0
20 76 165 27.9 1 Laki-laki 16 Tahun 2 bulan 2.35 2 1 3 2 2 2 4 3 3 1
21 62 150 27.5 1 Perempuan 15 Tahun 2 bulan 2.18 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1
26 2 3 1 2 2 2 1.44 Ringan
27 3 3 3 3 3 3 1.55 Ringan
28 2 3 1 1 1 2 2.15 Berat
29 1 3 2 2 2 2 1.87 Sedang
30 3 3 3 3 2 3 1.45 Ringan
31 1 3 1 1 1 1 2.16 Berat
32 3 3 3 3 2 3 1.77 Sedang
33 3 3 2 3 2 3 1.84 Sedang
34 2 3 1 1 1 2 1.96 Sedang
35 3 3 2 3 2 3 1.55 Ringan
36 2 3 1 1 2 2 2.33 Berat
37 1 2 2 2 2 2 1.76 Sedang
38 2 3 1 2 2 2 2.33 Berat
39 3 3 1 3 2 2 1.55 Ringan
40 2 3 2 2 2 2 1.61 Ringan
41 0 2 0 0 2 1 2.17 Berat
42 3 3 1 3 2 2 1.65 Ringan
43 2 3 1 2 2 2 1.64 Ringan
44 2 3 2 2 2 2 1.77 Sedang
45 2 3 3 3 3 3 1.45 Ringan
46 0 2 1 1 1 1 2.15 Berat
47 3 3 1 1 1 2 1.87 Sedang
48 2 3 3 3 2 3 1.78 Sedang
49 3 3 1 1 2 2 1.44 Ringan
50 3 3 1 2 2 2 2.19 Berat
51 2 3 1 1 1 2 1.79 Sedang
52 2 3 3 2 2 2 1.74 Sedang
53 2 3 2 2 2 2 1.54 Ringan
54 0 2 0 0 2 1 2.18 Berat
55 2 3 2 2 2 2 1.79 Sedang
56 3 3 1 1 1 2 1.88 Sedang
57 0 2 0 0 2 1 2.21 Berat
58 3 3 1 3 2 2 1.45 Ringan
59 2 3 2 2 2 2 1.55 Ringan
60 2 3 1 1 1 2 1.76 Sedang
61 3 3 1 3 2 2 1.88 Sedang
62 2 3 3 3 3 3 1.73 Sedang
63 0 2 0 0 2 1 2.33 Berat
64 2 3 1 1 1 2 1.96 Sedang
65 3 3 2 2 2 2 1.78 Sedang
66 2 3 1 1 1 2 1.87 Sedang
67 0 2 0 0 2 1 2.36 Berat
68 3 3 3 3 3 3 1.76 Sedang
69 2 3 1 2 2 2 2.22 Berat
70 2 3 2 2 2 2 1.79 Sedang
71 2 3 1 1 1 2 1.87 Sedang
72 2 3 1 2 2 2 1.89 Sedang
73 1 3 1 1 2 2 2.32 Berat
74 2 3 2 2 2 2 1.43 Ringan
75 2 3 1 1 1 2 2.32 Berat
76 2 3 2 2 2 2 1.77 Sedang
77 2 3 1 1 2 2 1.78 Sedang
78 1 3 2 2 2 2 1.87 Sedang
79 2 3 1 1 2 2 1.99 Sedang
80 2 3 1 1 2 2 1.41 Ringan
81 1 3 3 3 3 3 1.54 Ringan
82 2 3 2 2 2 2 2.31 Berat
83 2 3 3 3 2 3 1.76 Sedang
84 2 3 1 2 2 2 1.57 Ringan
85 2 3 2 2 2 2 1.87 Sedang
86 3 3 3 3 2 3 2.36 Berat
87 2 3 2 2 2 2 1.87 Sedang
88 2 3 1 1 1 2 1.76 Sedang
89 2 3 1 1 1 2 2.39 Berat
90 2 3 1 1 1 2 1.65 Ringan
91 2 3 3 3 3 3 1.62 Ringan
92 1 3 1 2 2 2 1.87 Sedang
93 2 3 1 1 2 2 1.77 Sedang
94 2 3 3 3 2 3 1.60 Ringan
95 1 3 1 1 2 2 2.36 Berat
96 2 3 2 2 2 2 1.45 Ringan
97 2 3 3 3 2 3 1.76 Sedang
98 2 3 2 2 2 2 1.45 Ringan
99 2 3 1 1 1 2 2.35 Berat
100 2 3 2 2 2 2 1.84 Sedang
101 3 3 1 1 1 2 1.76 Sedang
102 3 3 3 3 3 3 2.19 Berat
103 2 3 1 1 2 2 1.66 Ringan