Anda di halaman 1dari 86

KEBIASAAN SARAPAN PAGI, ASUPAN GIZI DAN STATUS

GIZI PADA ANAK SD NEGERI 17 KECAMATAN AIR


PUTIH KABUPATEN BATU BARA

SKRIPSI

Oleh

ERLISDA YANTI
NIM. 171000052

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021

Universitas Sumatera Utara


KEBIASAAN SARAPAN PAGI, ASUPAN GIZI DAN STATUS
GIZI PADA ANAK SD NEGERI 17 KECAMATAN AIR
PUTIH KABUPATEN BATU BARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ERLISDA YANTI
NIM. 171000052

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021

Universitas Sumatera Utara


i

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 30 Juli 2021

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Ernawati Nasution, S.K.M., M.Kes


Anggota : 1. Dr. Dra. Jumirah, Apt.,M.Kes
2. Ecia Meilonna Koka, S.K.M., M.Kes

ii

Universitas Sumatera Utara


Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa Skripsi saya yang berjudul

“Kebiasaan Sarapan Pagi, Asupan Gizi dan Status Gizi pada Anak SD

Negeri 17 Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara” beserta seluruh isinya

adalah benar karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan

dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam

masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko

atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak

lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2021

Erlisda Yanti

iii

Universitas Sumatera Utara


Abstrak

Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang harus diperhatikan
tumbuh dan kembangnya. Anak usia sekolah membutuhkan asupan gizi yang
baik, asupan gizi yang baik akan mempengaruhi status gizi seseorang, anak usia
sekolah sangat penting melakukan sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah
agar pada saat di sekolah siswa akan berkonsentrasi untuk memperoleh pelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan sarapan pagi, asupan gizi dan
status gizi pada anak SD Negeri 17 Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara.
Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan desain Cross Sectional yang
dilaksanaan di SD Negeri 17 Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara. Sampel
pada penelitian ini berjumlah 80 siswa. Metode pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan kuesioner dengan wawancara langsung dan melakukan
pengukuran berat badan siswa dengan menggunakan timbangan digital serta
pengukuran tinggi badan siswa dengan menggunakan alat ukur tinggi badan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa siswa berstatus gizi normal sebesar 83,8%.
Kebiasaan sarapan pagi siswa/i dapat dikatakan baik dengan presentase 60% yaitu
siswa/i sering melakukan sarapan pagi. Kecukupan energi pada siswa adalah
sebesar 75% termasuk dalam kategori normal sedangkan kecukupan protein siswa
sebesar 75% juga termasuk dalam kategori normal. Peran orangtua terutama ibu
memiliki pengaruh besar dalam membentuk kebiasaan sarapan anak dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah, dimana orangtua yang dapat
mengatur asupan gizi untuk anaknya sehingga akan berpengaruh ke status gizi
anak sekolah. Guru juga memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas
gizi anak, dengan cara guru memberi motivasi kepada anak sekolah untuk
menerapkan gaya hidupsehat.

Kata kunci : Sarapan, asupan gizi, status gizi

iv

Universitas Sumatera Utara


Abstract

School-age children are the nation's next generation whose growth and
development must be considered. School-age children need good nutritional
intake, good nutritional intake will affect a person's nutritional status, school-age
children are very important to have breakfast before going to school so that at
school students will concentrate on learning. This study aims to determine the
breakfast habits, nutritional intake and nutritional status of children at SD Negeri
17 Air Putih District, Batu Bara Regency. The type of research is quantitative
with a cross sectional design which is carried out at SD Negeri 17 Air Putih
Subdistrict, Batu Bara Regency. The sample in this study amounted to 80 students.
Data collection methods were carried out using questionnaires with direct
interviews and measuring students' weight using digital scales and measuring
students' height using microtoise. The results showed that students with normal
nutritional status were 83.8%. Students' breakfast habits can be said to be good
with a percentage of 60%, namely students often have breakfast. Energy adequacy
in students is 75% included in the normal category while students' protein
adequacy of 75% is also included in the normal category. The role of parents,
especially mothers, has a major influence in shaping children's breakfast habits
during the growth and development of school children, where parents can
regulate nutritional intake for their children so that it will affect the nutritional
status of school children. Teachers also have an important role in improving the
nutritional quality of children, by means of teachers motivating school children to
adopt a healthylifestyle.

Keywords: Breakfast, nutritional intake, nutritional status

Universitas Sumatera Utara


Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah

yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Kebiasaan Sarapan Pagi, Asupan Gizi dan Status Gizi pada Anak

SD Negeri 17 Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara”. Skripsi ini adalah

salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Dr. Muryanto Amin. S.Sos., M.Si selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si., selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ernawati Nasution, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan dan

masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Dra. Jumirah, Apt., M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu

dalam penyempurnaan skripsiini.

6. Ecia Meilonna Koka, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah

meluangkan waktu dalam penyempurnaan skripsi ini.

vi

Universitas Sumatera Utara


7. dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat.

8. Marihot Oloan Samosir, S.T., selaku Staf Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat

yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk membantu penulis

dalam memberi informasi apapun yang penulis butuhkan.

9. Seluruh Dosen, dan Staf Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

10. Terimakasih kepada Kepala Sekolah SD Negeri 17 Desa Titi Payung yang telah

memberi izin untuk melakukan penelitian dan telah memberikan informasi kepada

penulis.

11. Teristimewa untuk kedua orang tua, Ahmad Adarbi dan Erma Suti Nasution serta

kedua adik penulis, Muhammad Afif Fadillah dan Riska Rahmadani yang

senantiasa memberikan do’a, dukungan, moril, motivasi serta kasih sayang yang

begitu besar kepada penulis selama menjalani pendidikan hingga menyelesaikan

skripsi ini.

12. Terimakasih kepada Rafli, Btari, Sabila, Dwisti, Nila, Suci, dan Intan yang telah

memberikan motivasi, dukungan serta bantuan yang luar biasa selama ini dari

awal penulis masuk kuliah hingga bisa sampai ke titik ini.

13. Terimakasih kepada para Wanita Cantik (Anggi, Putri, Rani, Susi dan Wina) yang

selama ini telah membantu dan memberi dukungan kepada penulis.

14. Teman-teman tercinta peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat 2017 yang telah

vii

Universitas Sumatera Utara


memberikan banyak kenangan indah, berbagai saran dan masukan serta

penghiburan kepada penulis selama masa perkuliahan berlangsung.

15. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusinya dalam

penyelesaian skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih untuk segala sesuatunya.

16. Yang terakhir, terimakasih untuk diri sendiri yang sudah berjuang sampai sejauh

ini dan alhamdulillah bisa sampai dititik ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh

sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis

berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat

bagi pembaca.

Medan, Juli 2021

ErlisdaYanti

viii

Universitas Sumatera Utara


Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xiii
Daftar Lampiran xiv
Daftar Istilah xv
Riwayat Hidup xvi

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 5

Tinjauan Pustaka 6
Kebiasaan Sarapan Pagi 6
Asupan Gizi 9
Status Gizi 13
Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi 14
Penilaian status gizi 17
Landasan Teori 21
Kerangka Konsep 21

Metode Penelitian 24
Jenis Penelitian 24
Lokasi dan Waktu Penelitian 24
Populasi dan Sampel 24
Variabel dan Definisi Operasional 25
Metode Pengumpulan Data 26
Metode Pengukuran 26
Metode Analisis Data 29

Hasil Penelitian 31
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 31
Karakteristik Siswa 32
Kebiasaan Sarapan Pagi 35

ix

Universitas Sumatera Utara


Asupan Zat Gizi 36
Status Gizi 42
Pembahasan 42
Status Gizi Anak Sekolah 42
Status Gizi berdasarkan Sarapan Pagi 42
Status Gizi berdasarkan Asupan Energi 43
Status Gizi berdasarkan Asupan Protein 44
Keterbatasan Penelitian 45

Kesimpulan dan Saran 46


Kesimpulan 46
Saran 46

Daftar Pustaka 48
Lampiran 51

Universitas Sumatera Utara


Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan 13


(Per Orang Anak Usia 7-12 Tahun)

2. Kategori Status Gizi Anak Sekolah Berdasarkan TB/U 20

3 Kategori Status Gizi Anak Sekolah Berdasarkan IMT/U 21

4 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Usia 5-18 29


Tahun Berdasarkan IMT/U

5 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di SD 32


Negeri 17 Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 2021

6 Distribusi Kebiasaan Sarapan Pagi Anak Sekolah di SD 32


Negeri 17 Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 2021

7 Distribusi Frekuensi Sarapan Pagi Anak Sekolahdi SD 33


Negeri 17 Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 2021

8 Distribusi Jenis Sarapan Pagi Anak Sekolah di SD 33


Negeri 17 Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 2021

9 Distribusi Berdasarkan Sumbangan Energi dan Protein Sarapan 34


Pagi Anak Sekolah di SD Negeri 17 Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batu Bara Tahun 2021

10 Distribusi Sarapan Pagi Berdasarkan Usia Anak Sekolah di SD Negeri 35


17 Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 2021

11 Distribusi Sarapan Pagi Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Sekolah di 35


SD Negeri 17 Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 202

12 Distribusi Berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein pada 36


Asupan Zat Gizi Anak Sekolah di SD Negeri 17 Kecamatan Air
Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 2021

13 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Menurut 37


TB/U Anak Sekolah di SD Negeri 17 Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batu Bara Tahun 2021

14 Distribusi Status Gizi (TB/U) BerdasarkanUsia Anak Sekolah di SD 37


Negeri 17 Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 2021

xi

Universitas Sumatera Utara


15 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Menurut IMT/U Anak 38
Sekolah di SD Negeri 17 Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara
Tahun 2021

16 Distribusi Status Gizi (IMT/U) Berdasarkan Usia Anak Sekolah di SD 38


Negeri 17 Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 2021

17 Distribusi Status Gizi (IMT/U) Berdasarkan Sarapan Pagi Anak 39


Sekolah di SD Negeri 17 Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara
Tahun 2021

18 Distribusi Status Gizi (IMT/U) Berdasarkan Frekunsi Sarapan Pagi 40


Anak Sekolah di SD Negeri 17 Kecamatan Air Putih Kabupaten
Batu Bara Tahun 2021

19 Distribusi Status Gizi (IMT/U)Berdasarkan Kecukupan Energi Pada 40


Asupan Zat Gizi Anak Sekolah di SD Negeri 17 Kecamatan Air
Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 2021

20 Distribusi Status Gizi (IMT/U)Berdasarkan Kecukupan Protein Pada 41


Asupan Zat Gizi Anak Sekolah di SD Negeri 17 Kecamatan Air
Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 2021

xii

Universitas Sumatera Utara


Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka teori penelitian 23

2 Kerangka konsep penelitian 23

xiii

Universitas Sumatera Utara


Daftar Lampiran

No Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 51

2 Formulir Food Recall 52

3 Surat Izin Penelitian 53

4 Surat Selesai Penelitian 54

5 Dokumentasi Penelitian 55

6 Master Data 58

7 Output SPSS 62

xiv

Universitas Sumatera Utara


Daftar Istilah

AKG Angka Kecukupan Gizi


AKP Angka Kecukupan Protein
BB Berat Badan
BMI Basal Metabolisme Index
IMT Indeks Massa Tubuh
KMS Kartu Menuju Sehat
PB Panjang Badan
PGS Pedoman Gizi Seimbang
SD Standar Deviasi
SDT Survei Diet Total
TB Tinggi Badan

xv

Universitas Sumatera Utara


Riwayat Hidup

Penulis bernama Erlisda Yanti berumur 22 tahun, dilahirkan di Sipare-pare

pada tanggal 06 Mei 1999. Penulis beragama islam, anak pertama dari tiga

bersaudara dari pasangan Bapak Ahmad Adarbi dan Ibu Erma Suti Nasution.

Pendidikan formal dimulai di TK Yaskumam Indrapura Tahun 2005.

Pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 014711 Sipare-pare Tahun 2005-2011,

sekolah menengah pertama di MTs Al-Ihya Tanjung Gading Tahun 2011-2014,

sekolah menengah atas di SMAN 1 Sei Suka Tahun 2014-2017, selanjutnya

penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juli 2021

Erlisda Yanti

xvi

Universitas Sumatera Utara


Pendahuluan

Latar Belakang

Anak pada usia sekolah merupakan investasi bangsa sebab mereka

merupakan penerus bangsa, mutu masa depan bangsa ditentukan dari mutu anak

pada saat ini. Masa anak-anak ialah masa dimana seseorang anak harus

diperhatikan tumbuh kembangnya sebagai aset untuk generasi penerus, terutama

dalam hal kecukupan gizi anak karena sangat mempengaruhi kecerdasan dan

produktivitas seseorang.

Anak pada usia sekolah ialah anak berumur 6- 12 tahun yang tengah alami

perkembangan serta pertumbuhan raga ataupun mental. Pada anak umur sekolah

yang sudah berumur 10- 12 tahun pada dasarnya telah tercantum dalam golongan

anak muda serta kebutuhan gizinya bertambah secara bermakna. Masa anak muda

ialah peralihan dari masa kanak- kanak jadi anak muda hingga berusia. kebutuhan

gizi pada masa ini sangat bernilai sebab mempengaruhi terhadap perkembangan

masa pubertas, kerutinan jajanan, haid serta penampilan fisik (body image)

terutama untuk remaja putri (Departemen Kesehatan RI, 2014)

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI (2016), permasalahan

gizi anak di Indonesia cukup tinggi. Tercatat presentase stunting sebesar 37,1%,

anak dengan status gizi kurang sebesar 19,6%, dan anak bergizi lebih sebanyak

11,9%. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,

prevalensi nasional anak usia sekolah (5-12 tahun) kurus adalah 11,2%. Selain

masalah anak kurus juga terdapat masalah anak gemuk yaitu anak usia sekolah (5-

12 tahun) gemuk 18,8%.

1
Universitas Sumatera Utara
2

Status gizi seseorang seringkali dihubungkan dengan asupan makanan

sehari-hari. Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan

semua zat gizi yang diperlukan untuk fungsi normal tubuh, sebaliknya bila

makanan tidak dipilih dengan baik tubuh akan mengalami kekurangan zat gizi

esensial tertentu. Fungsi zat gizi dalam tubuh yaitu memberi energi, pertumbuhan

dan pemeliharaan tubuh, serta untuk mengatur proses tubuh (Almatsier, 2010).

Status gizi pada anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik

dan mental anak sehingga pada akhirnya berdampak pada kecerdasannya.

Pengukuran status gizi merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk

dilakukan agar dapat terhindar dari salah satu komplikasinya yaitu malnutrisi.

Masalah menu, porsi, dan waktu makan merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi status gizi pada anak. Adanya ketidakseimbangan antara

pemasukan dan kebutuhan nutrisi berisiko tinggi menjadi malnutrisi, terutama

pada anak yang mengalami kesulitanmakan.

Asupan gizi yang salah atau tidak tepat menyebabkan masalah seperti

kekurangan berat badan dan kelebihan berat badan (Almatsier, 2010). Secara

umum, kurangnya asupan makanan dapat menyebabkan defisiensi gizi pada anak

sehingga dapat menyebabkan gangguan sistem kekebalan tubuh.

Masyarakat Indonesia masih banyak yang belum membiasakan sarapan.

Padahal dengan tidak sarapan akan berdampak buruk terhadap proses belajar di

sekolah bagi anak sekolah, menurunkan aktifitas fisik, menyebabkan kegemukan

dan meningkatkan risiko jajan yang tidak sehat (Kemkes RI, 2014). Analisis data

RISKESDAS 2010 yang dilakukan terhadap konsumsi pangan pada 35.000 anak

Universitas Sumatera Utara


3

usia sekolah dasar, menunjukkan bahwa 26,1% anak hanya sarapan dengan

minuman (air, teh dan susu) dan sebesar 44,6% yang sarapan hanya memperoleh

asupan energi kurang dari 15% Angka Kecukupan Gizi (AKG). Sedangkan

menurut Riset Kesehatan Dasar (2013) menemukan 41,7% subjek jarang sarapan

pagi, prevalensi status gizi kurang pada anak sekolah dasar termasuk rendah,

sehingga anemia pada anak sekolah di Indonesia pada umur 5-14 tahun adalah

26,4% sedangkan untuk umur 15-24 tahun adalah 18,4%.

Sarapan yang sehat harus memenuhi ¼ dari kebutuhan energi harian.

Maka, setidaknya menu sarapan pagi harus mengandung karbohidrat, protein,

lemak, vitamin, mineral dan serat, serta air yang cukup untuk membantu proses

pencernaan, meningkatkan energi juga konsentrasi dan daya ingat (Khomsan,

2004). Sarapan pagi termasuk dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS) Tahun 2014

pada pesan ke VI. Hal ini menandakan bahwa untuk mendapatkan asupan gizi

yang seimbang, perlu dilakukan sarapan pagi secara rutin. Sarapan pagi bagi anak

usia sekolah sangatlah penting, karena waktu sekolah adalah penuh dengan

aktifitas yang membutuhkan energi yang cukup besar.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiyanto (2008) pada

132 orang anak sekolah dasar di Kecamatan Bukit Raya kota Pekanbaru,

didapatkan 58,3% sering sarapan pagi dan 41,7% yang jarang sarapan pagi. Status

gizi anak sekolah dasar tersebut didapatkan 4,5% yang berstatus gizi gemuk,

94,7% berstatus gizi normal dan 0,8% berstatus gizi kurus.

Sekolah Dasar Negeri 17 desa Titi Payung Kecamatan Air Putih

Kabupaten Batu Bara merupakan sekolah yang memiliki jumlah siswa yang cukup

Universitas Sumatera Utara


4

banyak dibandingkan dengan sekolah dasar yang berada disekitarnya. Jadwal

masuk sekolah yang cukup cepat, membuat anak sekolah sering melewatkan

sarapanpagi.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di

Sekolah Dasar Negeri 17 Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu

Bara, dari 15 siswa SD yang diwawancarai, terdapat sebanyak 5 siswa (33,3%)

yang terbiasa mengonsumsi sarapan pagi dan 10 siswa (66,7%) yang tidak

terbiasa mengonsumsi sarapan pagi. Dari 5 siswa yang terbiasa mengonsumsi

sarapan pagi, 3 siswa sarapan dengan nasi, lauk, dan sayur, sementara 2 siswa

lainnya sarapan dengan susu atau teh manis dan roti. Dalam survei tersebut, alasan

para siswa tidak terbiasa mengonsumsi sarapan pagi adalah karena tidak sempat

(30%), tidak ada yang menyiapkan sarapan (20%), dan tidak selera makan atau

tidak lapar(50%).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Kebiasaan Sarapan Pagi, Asupan Gizi Dan Status Gizi Pada

anak SD Negeri 17 Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana kebiasaan sarapan pagi, asupan gizi dan status

gizi pada anak Sekolah Dasar di SD Negeri 17 Kecamatan Air Putih Kabupaten

Batu Bara?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebiasaan sarapan pagi,

Universitas Sumatera Utara


5

asupan gizi dan status gizi pada anak Sekolah Dasar di SD Negeri 17 Kecamatan

Air Putih Kabupaten Batu Bara.

Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah memberi informasi bagi SD Negeri

17 Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara mengenai kebiasaan sarapan pagi

siswa mereka sehingga diharapkan dapat mengubah perilaku siswa dalam

konsumsi sarapan pagi. Sebagai informasi bahwa sarapan pagi itu penting dan

status gizi anak Sekolah Dasar harus terpenuhi, menjaga makanan dengan asupan

gizi yang baik juga sangat penting bagi anak Sekolah Dasar di SD Negeri 17

Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara dan menambah informasi dan

pengetahuan kebiasaan sarapan pagi, asupan gizi dan status gizi sebagai sumber

referensi untuk penelitianselanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


Tinjauan Pustaka

Kebiasaan Sarapan Pagi

Sarapan pagi merupakan suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan

aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat setidaknya mengandung unsur empat

sehat lima sempurna, sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk

menghadapi segala aktivitas setiap hari dengan amunisi yang lengkap.

Sarapan pagi termasuk dalam Pedoman Gizi Seimbang Tahun 2014 pada

pesan keenam. Sarapan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan

memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan

meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Sarapan pagi atau makan pagi

mempunyai peranan penting bagi anak sekolah usia 6-14 tahun, yaitu untuk

pemenuhan gizi di pagi hari, dimana anak-anak berangkat ke sekolah dan

mempunyai aktivitas yang sangat padat di sekolah (Arifin, 2015).

Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangatlah penting, karena waktu

sekolah adalah penuh aktivitas yang membutuhkan energi cukup besar. Untuk

sarapan pagi harus memenuhi sebanyak ¼ kalori dalam sehari (Depkes RI, 2012).

Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi

sampai jam 9 pagi untuk memenuhi sebagian kebutuhan gizi harian (15-30%

kebutuhan gizi) dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif dan produktif

(Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof

Hardinsyah (2016), menjelaskan bahwa alasan kenapa sarapan pagi sebaiknya

dilakukan sebelum jam 9 pagi, karena satu jam sebelum aktivitas pekerjaan

6
Universitas Sumatera Utara
7

dimulai, kadar gula darah dalam tubuh mulai menurun, untuk mencegah hal

tersebut, diperlukan nutrisi yang diperoleh dari sarapan pagi.

Sarapan membekali tubuh dengan zat gizi yang diperlukan untuk berpikir,

bekerja dan melakukan aktivitas fisik secara optimal setelah bangun pagi. Bagi

anak sekolah, sarapan yang cukup terbukti dapat meningkatkan konsentrasi

belajar dan stamina (Kemkes RI, 2014). Pada Pedoman Gizi Seimbang Tahun

2014 dikatakan bahwa sarapan yang baik terdiri dari pangan karbohidrat, pangan

lauk-pauk, sayuran atau buah-buahan dan minuman.

Anak yang tidak sarapan akan cenderung mengkonsumsi makanan jajanan.

Jajan yang terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan anak di rumah. Selain itu,

banyak makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan sehingga akan

mengganggu kesehatan anak. Sebagian besar makanan jajanan terbuat dari

karbohidrat sehingga lebih tepat sebagai snack antar waktu makan, bukan sebagai

pengganti makanan utama (Ethasari, 2014).

Makanan jajanan yang dibeli atau dikonsumsi banyak mengandung energi

dan lemak seperti makanan gorengan dan lain-lain yang berpeluang menjadi

gemuk atau status gizi lebih, sedangkan kalau makanan jajanan yang dibeli seperti

makanan ringan, es, permen maka anak ini merupakan anak yang berisiko rendah

gizi terutama kalori sehingga kalau ini dikonsumsi setiap hari maka anak akan

menjadi gizi kurang (Ethasari, 2014).

Dampak bagi anak sekolah yang meninggalkan sarapan pagi diantaranya

konsentrasi di kelas biasanya buyar karena tubuh tidak memperoleh masukan gizi

yang cukup. Sebagai gantinya siswa memilih jajan di sekolah untuk mengganjal

Universitas Sumatera Utara


8

perut. Tetapi kualitas makanan jajan tidak seimbang. Oleh karena itu, kebiasaan

sarapan dipertahankan dalam setiap keluarga. Selain itu, sarapan pagi berperan

penting terutama untuk menyediakan energi serta gairah belajar dan kerja pada

awal hari baru (Betty Yosephin, 2018)

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak tidak terbiasa sarapan pagi,

yaitu tidak dibiasakan sarapan oleh orangtua juga pemberian uang jajan yang

melebihi kebutuhan sehingga anak cenderung memilih untuk jajan di sekolah

dibandingkan melakukan sarapan pagi di rumah (Sukinarti, 2015). Sarapan

menjadi perilaku yang baik apabila dilakukan secara rutin atau menjadi kebiasaan.

Kebiasaan sarapan terutama pada anak sangat dipengaruhi oleh perilaku orangtua

dalam membiasakan anaknya sarapan di pagi hari (Susanto, 2011).

Jenis makanan untuk sarapan dapat dipilih dan disusun sesuai dengan

keadaan dan akan lebih baik bila terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran,

buah-buahan dan minuman dalam jumlah yang seimbang (Kemkes, 2014).

Sarapan pagi yang baik harus banyak mengandung karbohidrat karena akan

merangsang glukosa dan mikro nutrient dalam otak yang dapat menghasilkan

energi, selain itu dapat berlangsung memacu otak agar membantu memusatkan

pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran (Moehji,2009).

Sarapan juga memengaruhi kinerja otak, makan pagi memiliki manfaat

dalam memberi energi untuk otak, sarapan dapat membantu meningkatkan daya

ingat dan konsentrasi. Sarapan pagi merupakan makanan khusus untuk otak, hal

ini didukung dengan pendapat Klienman (2013) dalam Sukiniarti (2015) yang

menunjukkan bahwa makan pagi berkaitan erat dengan kecerdasan mental. Secara

Universitas Sumatera Utara


9

tidak langsung, dapat memberikan pengaruh positif terhadap diri manusia dalam

menjalankan aktivitasnya sehari-hari.

Asupan Gizi pada Anak Sekolah Dasar

Status gizi dipengaruhi asupan gizi makronutrien dan mikronutrien yang

seimbang. Angka kecukupan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi minimal yang

dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi. (Almatsier, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian dilakukan oleh Nenny Rotua Cibro tentang

Gambaran Asupan Zat Gizi dan Prestasi Belajar pada Siswa Stunting di Yayasan

Pendidikan SMP Swasta Anugerah Sitinjo Kabupaten Dairi Tahun 2017,

dijelaskan bahwa asupan zat gizi siswa stunting di Yayasan Pendidikan SMP

Swasta Anugerah Sitinjo Kabupaten Dairi tahun 2017 menurut jenis makanan

masih belum beraneka ragam, dapat diketahui dari kurangnya variasi menu setiap

kali makan cenderung mengkonsumsi dua jenis makanan (makanan pokok dan

lauk). Sedangkan untuk frekuensi makanan masih cenderung mengonsumsi

makanan pokok, sumber protein sedangkan sayuran, buah dan susu masih kurang

dikonsumsi. Lebih dari 80% asupan zat gizi makro siswa stunting yaitu asupan

energi dan asupan protein juga masih tergolong kurang. Lebih dari 80% asupan

zat gizi mikro siswa stunting yaitu asupan vitamin A, asupan kalsium, asupan

fosfor dan asupan zat besi masih tergolong kurang.

Anak dari golongan usia sekolah memerlukan makanan yang kurang lebih

sama dengan yang dianjurkan untuk anak prasekolah tetapi porsinya harus lebih

besar karena kebutuhannya yang lebih banyak, mengingat bertambahnya berat

badan dan aktivitas (Adriani dan Bambang, 2012). Kebutuhan gizi harus

Universitas Sumatera Utara


10

disesuaikan dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh anak usia sekolah.

Oleh karena itu, ada beberapa fungsi dan sumber zat gizi yang perlu diketahui

agar dapat mencukupi kebutuhan gizi anak sekolah,yaitu:

Energi. Aktivitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk

metabolisme basal. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh

dan sistem penunjangnya. Kebutuhan energi anak-anak digolongkan berdasarkan

umur, metabolisme dasar, dan aktivitas.

Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak,

seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Setelah itu bahan

makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni.

Semua makanan yang dibuat dari dan dengan bahan makanan tersebut merupakan

sumber energi. Kebutuhan energi pada anak usia sekolah bagi anak perempuan

sebesar 1900 kkal/hari dan bagi anak laki-laki sebesar 2000 kkal/hari.

Karbohidrat. Di dalam tubuh, zat-zat makanan yang mengandung unsur

karbon dapat digunakan sebagai bahan pembentuk energi yaitu karbohidrat,

lemak, dan protein. Energi yang terbentuk dapat digunakan untuk melakukan

gerakan-gerakan tubuh baik yang disadari maupun yang tidakdisadari.

Pangan sumber karbohidrat misalnya serealia, biji-bijian, gula dan buah-

buahan umumnya menyumbang paling sedikit 50% atau separuh kebutuhan energi

keseluruhan. Proporsi asupan karbohidrat yang disarankan untuk anak usia

sekolah, bagi anak perempuan sebesar 280 gram dan bagi anak laki-laki sebesar

300 gram karbohidrat dari kebutuhan energi per hari.

Protein. Pada anak usia sekolah, kebutuhan protein relatif lebih tinggi

Universitas Sumatera Utara


11

dibandingkan dengan orang dewasa. Angka Kecukupan Protein (AKP) anak usia

sekolah usia 7-9 tahun adalah 400 mg untuk laki-laki dan perempuan, usia 10-12

tahun laki-laki adalah 500 mg sedangkan untuk perempuan 550 mg. Disarankan

untuk memberi protein 1,5-2 g/kg berat badan bagi anak sekolah atau sekitar 10-

15% dari kebutuhan energi per hari.

Sumber protein terdapat dalam bahan makanan hewani yang merupakan

sumber protein yang baik dalam jumlah maupun mutu seperti telur, susu, daging,

unggas, ikan dan kerang. Sumber protein nabati adalah kedelai, kacang dan hasil

olahan lainnya seperti tahu dan tempe serta kacang-kacangan lain (Almatsier,

2010).

Lemak. Fungsi lemak terutama adalah menghasilkan energi yang

diperlukan oleh tubuh, sebagai pembentuk struktur tubuh, mengatur proses yang

berlangsung dalam tubuh secara langsung dan tidak langsung serta sebagai

pembawa (carrier) vitamin yang larut dalam lemak.

Defisiensi lemak dalam tubuh akan mengurangi ketersediaan energi dan

mengakibatkan terjadinya katabolisme atau perombakan protein. Cadangan lemak

akan semakin berkurang dan lambat laun akan terjadi penurunan berat badan.

Defisiensi asam lemak akan mengganggu pertumbuhan dan menyebabkan

terjadinya kelainan pada kulit. Sumber lemak diantaranya yaitu minyak, susu,

minyak kacang tanah, minyak jagung, olive, minyak ikan dan lain-lain. Menurut

Peraturan Menteri Kesehatan RI (2019), kebutuhan lemak untuk anak usia 10-12

tahun bagi anak laki-laki sebesar 50gr/hari dan bagi anak perempuan adalah

sebesar 55 gr/hari.

Universitas Sumatera Utara


12

Vitamin. Vitamin dan mineral diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan normal. Bila asupan vitamin dan mineral tidak mencukupi maka

pertumbuhan akan terganggu dan menghasilkan sejumlah penyakit akibat

defisiensi.

a. Vitamin larut lemak

Asupan harian vitamin larut lemak ditentukan dari berat badan. Pemberian

vitamin A harus diperhatikan karena banyak kasus defisiensi vitamin A pada

kelompok usia anak sekolah. Vitamin D juga dibutuhkan untuk penyerapan dan

penyimpanan kalsium ke tulang.

Kebutuhan dari sumber bahan makanan tergantung pada faktor non-

dietary, seperti lokasi geografis dan waktu yang dihabiskan di luar ruangan. Anak-

anak yang tinggal di daerah tropis tidak memerlukan tambahan vitamin D atau

hanya butuh sekitar 2,5 µg (100 IU) atau kurang dari itu untuk mengoptimalkan

penyerapan kalsium dalam tubuhnya. Temperate Zones (daerah di luar lingkungan

tropis) memerlukan vitamin D yang berasal dari sumber bahan pangan sebesar 5

µg (200 IU).

b. Vitamin larut air

Vitamin larut air yang dibutuhkan adalah vitamin C yang berperan aktif dalam

pembentukan dan menjaga keseimbangan material intraseluler serta meningkatkan

ketahanan tubuh untuk melawan penyakit infeksi.

Mineral. Kebutuhan mineral pada anak usia sekolah sangat penting dalam

menjaga keadaan normal fisiologis tubuh. Mineral yang berperan adalah mineral

makro seperti elektrolit (natrium dan kalium) yang terlibat dalam regulasi

Universitas Sumatera Utara


13

kesimbangan air dalam tubuh. Mineral dalam tulang (kalsium dan fosfor)

berperan penting sebagai kofaktor protein, regulasi fungsi otot, pembekuan darah

dan pengeluaran energiseluler.

Mineral mikro atau trace elemen seperti zat besi terlibat dalam transport

oksigen yang jika kekurangan akan menyebabkan anemia. Mineral mikro lainnya

seperti zinc berperan bagi metabolisme energi, sintesis protein, pertumbuhan dan

kematangan organ seksual yang jika kekurangan akan menyebabkan kegagalan

pertumbuhan, nafsu makan rendah dan ketajaman perasa/ pengecap menurun.

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi anak sekolah tercantum

dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1

Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan (Per Orang Anak Usia 7-12
Tahun)

Golongan Usia Berat Tinggi Protein Energi

7-9 tahun 27 130 40 g 1650 kkal


10-12 tahun 36 145 50 g 2000 kkal
(Laki-laki)
10-12 tahun 38 147 55 g 1900 kkal
(Perempuan)
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019

Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar

Status gizi adalah keadaan seimbang dalam bentuk variabel tertentu atau

perwujudan dari nutriture (keadaan gizi) dalam bentuk variabel tertentu. Contoh:

gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan

pengeluaran iodium dalam tubuh. Status gizi terdiri dari dua macam yaitu status

gizi normal dan malnutrisi.

Universitas Sumatera Utara


14

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dapat pula diartikan sebagai tanda fisik yang

diakibatkan oleh adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat

gizi melalui variabel-variabel tertentu, yaitu indikator status gizi. Status gizi

seseorang dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang bergantung pada jumlah dan

jenis pangan yang dibeli, pemasukan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan

makan secara perorangan (Almatsier,2013). Status gizi adalah ekspresi dari

keadaaan keseimbangan zat gizi dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan

dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Hasdianah dan Yuly, 2014).

Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang

dimasukkan kedalam tubuh (nutrien input) dengan kebutuhan tubuh (nutrien

output) akan zat gizi tersebut (Supariasa, 2012). Masalah gizi anak secara garis

besar merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara asupan gizi dan keluaran

zat gizi (nutritional imbalance) yaitu asupan yang melebihi keluaran atau

sebaliknya, di samping kesalahan dalam memilih bahan makanan untuk disantap

(Arisman, 2010).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar

Menurut UNICEF (1998) dalam Supariasa (2012) menggambarkan faktor

yang berhubungan dengan status gizi, pertama penyebab langsung adalah asupan

gizi dan penyakit infeksi. Kedua, penyebab tidak langsung yaitu ketersediaan

pangan tingkat rumah tangga, perilaku / asuhan ibu dan anak, pelayanan

kesehatan dan lingkungan, ketiga masalah utama yaitu kemiskinan, pendidikan

rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Keempat, masalah dasar, yaitu

Universitas Sumatera Utara


15

krisis politik dan ekonomi.

Menurut Creasoft (2010) dalam Pujiati Eny (2013), faktor-faktor yang

mempengaruhi status gizi anak, yaitu:

Faktor eksternal, faktor eksternal yang mempengaruhi:

1. Pendapatan. Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf

ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga

tersebut.

2. Pendidikan. Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan,

sikap dan perilaku orangtua atau masyrakat untuk mewujudkan dengan status

gizi yang baik.

3. Pekerjaan. Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan

yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga.

4. Budaya. Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan

kebiasaan.

Faktor Internal, faktor internal yang mempengaruhi status gizi antara lain:

1. Usia. Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki

orangtua dalam pemberian nutrisi anak balita.

2. Kondisi fisik. Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang

lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan

mereka yang buruk. Bayi dan anak- anak yang kesehatannya buruk adalah

sangat rawan, karena pada periode hidup ini, kebutuhan zat gizi digunakan

Universitas Sumatera Utara


16

untuk pertumbuhan cepat.

Infeksi. Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan

atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan.

Ada beberapa faktor yang membantu tercapainya status gizi yang baik yaitu :

1. Aktivitas fisik, aspek ini mempertahankan kebutuhan energi dan nafsu makan,

menjamin asupan makanan yang adekuat, serta mempertahankan massa otot,

yang menunjang hidup mandiri dan kemampuan menyediakan makanannya

sendiri.

2. Interaksi sosial, hal ini mendorong orang untuk makan dan mempertahankan

minat mereka terhadapmakanan.

3. Pemilihan makanan, pemilihan makan dari berbagai macam jenis, yang

mencakup semua kelompok makanan dalam jumlah yangsesuai.

Anak usia sekolah dasar dapat digambarkan sebagai anak yang berumur 6

sampai 12 tahun, dengan karakteristik pertumbuhan yang semakin meningkat

tetapi dengan sedikit dengan pemberian makanan. Waktu lebih banyak dihabiskan

di sekolah sehingga anak usia ini mulai menyesuaikan dengan jadwal rutin.

Mereka juga mencoba mempelajari keterampilan fisik dan menghabiskan banyak

waktu untuk berolahraga dan bermain. Anak pada usia sekolah dasar tumbuh

dengan perbedaan tinggi badan yang sudah mulai tampak. Ada sebagian anak

yang terlihat relatif lebih pendek atau lebih tinggi. Komposisi tubuh anak usia

sekolah dasar juga mulaiberubah.

Pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah dasar akan lebih

maksimal jika kebutuhan gizi anak dapat terpenuhi. Selain itu pembiasaan pola

Universitas Sumatera Utara


17

makan sehat di dalam keluarga harus benar-benar ditanamkan agar anak dapat

tumbuh dan berkembang secara maksimal (Didit dan Muhilal, 2006). Anak yang

tidak cukup kebutuhan nutrisinya khususnya energi dan protein. Apabila

kekurangan zat gizi ini berbulan-bulan hingga bertahun-tahun menyebabkan anak

tumbuuh pendek (stunting) dan prestasi belajarnya lebih rendah daripada anak-

anak yang mendapatkan asupan gizi yang baik.

Penilaian status gizi. Menurut Supariasa (2016) penilaian status gizi

dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode langsung dan metode tidak

langsung. Metode langsung adalah metode yang cara kerjanya berhubungan atau

kontak langsung dengan masing-masing responden. Enumerator harus langsung

bertemu dengan responden yang ingin diketahui status gizinya. Metode ini terbagi

atas empat cara penilaian status gizi, yaitu secara klinis, biokimia, biofisik dan

antropometri.

Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama

untuk mengetahui status gizi masyarakat. Metode ini diadasrkan atas perubahan-

perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini

dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau

pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical

surveys) survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis

umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.

Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang

diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh,

Universitas Sumatera Utara


18

antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan

otot. Metode ini digunakan untuk sutau peringatan bahwa kemungkinan akan

terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah agi. Banyak gejala klinis yang kurang

spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong untuk

menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa, 2016).

Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi

dengan melihat kemampuan fisik (khususnya jaringan) dan melihat perubahan

struktur dari jaringam. Oemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan

gejala kurang gizi. Pemeriksaan dengan memoerhatikan rambut, mata, lidah,

tegangan otot dan bagian tubuhlainnya.

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang

gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran

dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi.

Cara pengukuran yang paling sering digunakan dalam masyarakat adalah

antropometri gizi indikator yang umum dikenal dalam penelitian status gizi yaitu

Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dan

Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).

Berat Badan menurut Umur (BB/U). Berat badan adalah salah satu

parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive

terhadap perubahan yang mendadak. Misalnya, karena terserang penyakit infeksi,

menurunnya nafsu makan. Mengingat karakteristik berat badan yang labil maka

indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang.

Menurut standar World Health Organization (WHO, 2007), penggunaan

Universitas Sumatera Utara


19

indeks BB/U hanya untuk anak sekolah umur 5-10 tahun. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh WHO, untuk umur diatas 10 tahun apabila tetap menggunakan

indeks BB/U tidak akan mendapatkan perbedaan yang bermakna dikarenakan

pada umur lebih dari 10 tahun, status gizi anak sudah banyak dipengaruhi oleh

pertumbuhan tinggibadannya.

Penggunaan indeks BB/ U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan

dan kekurangan yang perlu mendapat perhatian. Kelebihan indeks BB/ U yaitu:

1. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum

2. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek

3. Dapat mendeteksi kegemukan

Sedangkan kelemahan dari indeks BB/U yaitu:

1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang tidak benar bila terdapat

oedema

2. Memerlukan data umur yang akurat

3. Sering terjadi kesalahan pengukuran, misalnya pengaruh pakaian atau gerakan

anak pada saat penimbangan

Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Tinggi badan merupakan

antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan rangka. Pada keadaan

normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan

tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah gizi

dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat besi terhadap tinggi badan

akan nampak dalam waktu yang lama. Berdasarkan karakteristik di atas, maka

indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Perwujudan dari nutriture dalam

Universitas Sumatera Utara


20

bentuk variabel tertentu.

Tabel 2

Kategori Status Gizi Anak Sekolah Berdasarkan TB/U

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)


Sangat Pendek (Severely <-3 SD
Umur (TB/U) Anak Stunted)
usia 5-18 tahun Pendek (Stunted) -3 SD sd <-2 SD
Normal -2 SD sd +3 SD
Tinggi >+ 3 SD
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020

Penilaian status gizi anak difasilitas kesehatan (puskemas, rumah sakit,

dan lain-lain) tidak didasarkan pada berat badan anak menurut umur (BB/U).

Pemeriksaan BB/ U dilakukan untuk memantau berat badan anak, sekaligus untuk

melakukan deteksi dini anak yang kurang gizi (gizi kurang dan gizi buruk).

Pemantauan berat badan anak dapat dilakukan di masyarakat (posyandu) atau di

sarana pelayanan kesehatan (puskemas dan klinik tumbuh kembang rumah sakit)

dalam bentuk kegiatan pemantauan tumbuh kembang anak dengan menggunakan

KMS (Kartu Menuju Sehat), yang dibedakan antara anak laki-laki dan anak

perempuan. Status gizi anak < 2 tahun ditentukan dengan menggunakan tabel

Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB), sedangkan anak ≥ 2 tahun

ditentukan dengan menggunakan tabel Berat Badan menurut Tinggi Badan

(BB/TB).

Menurut World Health Organization 2007, indeks TB/U dapat digunakan

untuk anak sekolah berumur 5-19 tahun atau sesuai ketetapan di Indonesia adalah

anak sekolah berumur 5-18 tahun. Penilaian TB/U dengan menghitung nilai

Standar Deviasi (SD) atau disebut juga nilai Z-score.

Universitas Sumatera Utara


21

Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U). IMT atau Basal

Metabolisme Index (BMI) mencerminkan status gizi masa sekarang karena sangat

sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak misal : terserang penyakit

infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang

dikonsumsi maka Indeks Massa Tubuh merupakan indeks antropometri yang

sangat stabil.

Saat ini, IMT/U merupakan penilaian status gizi yang paling dianjurkan

untuk anak-anak sekolah di Indonesia. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan Nomor

1995/MENKES/SK/XII/2010 untuk usia 5-18 tahun.

Berat Badan (kg)


IMT =
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
Tabel 3

Kategori Status Gizi Anak Sekolah Berdasarkan IMT/U

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)


Buruk (Severely Thinness) <-3 SD
Umur (IMT/U) Anak Gizi Kurang (Thinnes)
usia 5-18 tahun -3 SD sd <-2 SD
Gizi Baik (Normal) -2 SD sd +1 SD
Gizi Lebih (Overweight) + 1 SD sd + 2 SD
Obesitas (Obese) >+ 2 SD
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020

Landasan Teori

Masa sekolah anak merupakan periode perkembangan yang dimulai dari

usia 6-12 tahun. Ditinjau dari sudut masalah kesehatan gizi, maka anak usia

sekolah yaitu 6-12 tahun, termasuk golongan masyarakat yang disebut masyarakat

rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan

gizi, sedangkan pada saat itu mereka mengalami pertumbuhan yang sangat pesat

dan membutuhkan zat-zat gizi dalam jumlah yang relatif besar. Maka kesehatan

Universitas Sumatera Utara


22

yang baik ditunjang oleh keadaan status gizinya (United Nation Children’s Fund,

2013). Status gizi anak dipengaruhi oleh faktor langsung. Menurut United Nation

Children’s Fund (UNICEF), ciri pertama akan mempengaruhi asupan gizi dan

penyakit infeksi, kemudian faktor-faktor tersebut secara langsung akan

mempengaruhi kebersihan lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat, serta

akses terhadap pelayanan kesehatan.

Faktor karakteristik akan mempengaruhi asupan gizi dan status gizi.

Kemudian faktor tersebut akan mempengaruhi asupan gizi dan penyakit infeksi,

dan selanjutnya kedua faktor tersebut secara langsung akan mempengaruhi status

gizi (United Nation Children’s Fund, 2013). Jika asupan gizinya sesuai maka

status gizinya disebut seimbang atau baik. Sedangkan status gizi tidak seimbang

dapat muncul dalam bentuk status gizi kurus atau gizi kurang, yaitu apabila

asupan gizi tidak mencukupi dan dalam bentuk gizi lebih yaitu melebihi dari

kebutuhan. Selain faktor tersebut menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh

Ambrawati (2014), membuktikan bahwa ada hubungan antara kebiasaan sarapan

pagi dengan status gizi. Bagi anak yang tidak sarapan mempunyai risiko terhadap

status gizi. Menurut Khomsan (2005), alasan mengapa banyak anak di Indonesia

biasanya melewatkan sarapan pagi sebelum sekolah adalah karena tidak ada

makanan yang bisa dimakan, makanan yang tidak menarik, jenis makanan yang

disediakan monoton (membosankan), dan waktu yang tidak cukup (waktu

terbatas) karena mereka harus berangkat pagi hari. Selain faktor tersebut menurut

Call dan Levinson dalam Supariasa (2012), bahwa status gizi dipengaruhi oleh

penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung terdiri dari dua faktor

Universitas Sumatera Utara


23

yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan, terutama adanya penyakit infeksi.

penyebab tidak langsung kandungan zat gizi dalam bahan makanan, kebiasaan

makan, ada tidaknya program pemberian makanan tambahan, pemeliharaan

kesehatan, serta lingkungan fisik dan sosial.

Kerangka Teori Penelitian

Ketersediaan Pangan

Kebiasaan Sarapan
Budaya Setempat Pagi :

Frekuensi Asupan Status


Sarapan Gizi Gizi
Pendapatan Keluarga JenisSarapan
Jumlah
Sarapan
Jumlah Anggota
Keluarga
Gambar 1. Modifikasi kerangka teori faktor-faktor yang berhubungan dengan

status gizi (Call dan Levinson 1971 dan Unicef 1998)

Kerangka Konsep

Kebiasaan Sarapan
Pagi
- Frekuensi
Sarapan
- JenisSarapan
- Jumlah
Sarapan

Asupan Zat Gizi Status Gizi


Sumbangan Sarapan
Pagi terhadap
Kecukupan Gizi
Sehari (Energi &
Protein)
Gambar 2. Kerangka konsep penelitian

Universitas Sumatera Utara


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

mengetahui kebiasaan sarapan pagi, asupan gizi dan status gizi pada anak sekolah

dasar di SD Negeri 17 Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara. Penelitian ini

menggunakan desain peneltian cross sectional yaitu pengumpulan data yang

dilakukan pada satu saat atau periode tertentu dan pengamatan studi hanya

dilakukan satu kali selama penelitian.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 17

Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan November

2020 dan selesai pada bulan Juli 2021.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang

bersekolah di SD Negeri 17 Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara yang

berjumlah 275 siswa.

Sampel. Sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling

yaitu seluruh siswa kelas IV dan V SD Negeri 17 Kecamatan Air Putih Kabupaten

Batu Bara sebanyak 80 siswa.

Alasan peneliti memilih sampel ini dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. peneliti menganggap bahwa siswa pada kelas IV dan V tersebut sudah cukup

mengerti saat akan diwawancarai.

24
Universitas Sumatera Utara
25

2. Peneliti tidak mengambil sampel siswa kelas VI karena siswa kelas VI akan

fokus mengikuti Ujian Nasional(UN).

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel. Terdapat dua variabel pada penelitian ini, variabel independent

yaitu kebiasaan sarapan pagi, sumbangan sarapan pagi terhadap kecukupan gizi

sehari dan asupan gizi pada anak sekolah dasar. Sedangkan variabel dependent

yaitu status gizi anak sekolah dasar.

Definisi Operasional

Kebiasaan sarapan pagi. Kebiasaan sarapan pagi adalah kegiatan

mengonsumsi makanan yang dilakukan oleh siswa pada pagi hari mulai pukul

06.00-08.00 WIB, terdiri dari jenis sarapan, frekuensi sarapan dan jumlah sarapan.

Jenis sarapan. Jenis sarapan adalah variasi makanan yang dikonsumsi

oleh siswa, yang dilihat dari tingkat keberagaman konsumsi sarapan pagi.

Frekuensi sarapan. Frekuensi Sarapan adalah seberapa sering siswa

mengkonsumsi makanan pada pagi hari dalam seminggu.

Jumlah sarapan. Jumlah sarapan adalah banyaknya makanan yang

dikonsumsi oleh siswa pada saat sarapan pagi yang dilihat dari jumlah energi dan

protein sarapan pagi.

Asupan zat gizi. Asupan zat gizi adalah jumlah rata-rata energi dan

protein dari konsumsi bahan makanan dalam sehari.

Sumbangan sarapan pagi terhadap kecukupan gizi sehari. Sumbangan

sarapan pagi terhadap kecukupan gizi sehari adalah besar asupan energi dan

protein sarapan pagi terhadap kecukupan energi dan protein dalam satu hari.

Universitas Sumatera Utara


26

Status gizi. Status gizi adalah keadaan tubuh yang diukur dengan cara

menghitung Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) dan Tinggi Badan

Menurut Umur (TB/U).

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini berdasarkan jenis

data yang digunakan yaitu data primer dan data skunder.

Data primer. Pengumpulan data primer diperoleh dengan dua cara, yaitu

pengukuran dan wawancara secara langsung dengan menggunakan kuesioner.

Kuesioner tersebut meliputi karakteristik responden yaitu nama, usia, jenis

kelamin, tempat/tanggal lahir dan kelas serta beberapa pertanyaan yang

berhubungan dengan kebiasaan sarapan pagi dan melakukan pengukuran pola

makan dan sarapan pagi dengan menggunakan lembar foodrecall 24 jam,

kemudian setiap jenis makanan yang tertulis pada lembar foodrecall 24 jam akan

dihitung kandungan energi (kkal) dan protein (gr). Sedangkan pengukuran berat

badan menggunakan timbangan digital dan tinggi badan menggunakan microtoise

untuk mengetahui status gizi responden, kemudian dilakukan perhitungan berat

badan dan tinggi badan responden sehingga dapat diketahui nilai TB/U dan

IMT/U masing-masing responden.

Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari Sekolah Dasar Negeri 17

Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara diperlukan untuk melihat jumlah

setiap kelas pada anak Sekolah Dasar dan gambaran umum sekolah.

Metode Pengukuran

Pengukuran yang dilakukan terhadap anak Sekolah Dasar pada masing-

Universitas Sumatera Utara


27

masing variabel (penelitian) ditentukan menurut kategori yang disesuaikan dengan

variabel.

Kebiasaan sarapan pagi. Pengukuran variabel kebiasaan sarapan pagi

ditetapkan dari frekuensi sarapan pagi, jenis sarapan pagi dan jumlah sarapan

pagi. Kemudian, ada 2 kategori untuk kebiasaan sarapan pagi:

1. Baik, apabila frekuensi sarapan pagi dan jumlah sarapan pagibaik.

2. Tidak Baik, apabila satu atau dua kategori dari frekuensi sarapan pagi dan jumlah

sarapan pagi tidakbaik.

Frekuensi sarapan pagi. Pengukuran variabel frekuensi sarapan pagi

diukur dengan kuesioner yang meliputi kebiasaan sarapan pagi dalam satu

minggu. Kemudian, ada 3 kategori untuk frekuensi sarapan pagi:

1. Sering (4-7 kali dalam seminggu)

2. Jarang (1-3 kali dalam seminggu)

3. Tidak Pernah

Jumlah sarapan pagi. Pengukuran variabel jumlah sarapan pagi ditetapkan

dari jumlah energi serta protein yang dikonsumsi oleh anak sekolah antara jam

06.00-08.00 WIB, kemudian konversi jumlah energi serta protein didapatkan dari

hasil food recall 24 jam dalam satuan ukuran rumah tangga. Berat makanan dalam

satuan ukuran rumah tangga dikonversi dalam ukuran gram bahan makanan

selanjutnya dikonversi dalam ukuran satuan kalori (kkal) untuk energi dan satuan

gram (gr) untuk protein. Jumlah sarapan pagi dilihat berdasarkan sumbangan zat

gizi terhadap AKG. Sumbangan energi dan protein sarapan didapatkan dari makan

pagi anak sekolah, kemudian dibagi dengan AKG (energi dan protein) kemudian

Universitas Sumatera Utara


28

dinyatakan dengan satuan persen. Kemudian ada 2 kategori untuk sumbangan

energi dan protein :

1. Cukup (20-30%)

2. Kurang (<20%)

Tingkat kecukupan zat gizi energi dan protein. Asupan zat gizi pada

anak sekolah dasar yang dilihat dari hasil kuesioner food recall 24 jam dengan

bantuan Software nutrisurvey. Jumlah angka kecukupan tambahan energi dan

protein yang dianjurkan untuk anak sekolah dasar dengan angka kecukupan energi

sebesar 2000 kkal untuk anak laki-laki usia 10-12 tahun dan 1900 kkal untuk anak

perempuan usia 10-12 tahun (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 28 Tahun 2019). Hasil analisa food recall 24 jam akan dihitung rata-rata

konsumsi kemudian dibandingkan dengan kecukupan energi pada anak sekolah

dasar. Dianalisis dengan menggunakan software nutrisurvey untuk menganalisis

jumlah zat gizi energi dan protein. Untuk mengukur tingkat energi dan protein

menggunakan rumus :

𝑎𝑠𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 (𝑘𝑘𝑎𝑙)


Tingkat Konsumsi Energi = 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑘𝑒𝑐𝑢𝑘𝑢𝑝𝑎𝑛𝑔𝑖𝑧𝑖𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑥 100%

(sumber : Supariasa, 2001)

𝑎𝑠𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 (𝑔𝑟)


Tingkat Konsumsi Protein = 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑘𝑒𝑐𝑢𝑘𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑔𝑖𝑧𝑖 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑥 100%

(sumber : Supariasa, 2001)

(sumber : Supariasa,2001)

Untuk mengetahui tingkat kecukupan energi dan protein dikelompok kedalam 5

(lima) kategori (Supariasa, 2001):

1. Defisit tingkat berat(<70%)

Universitas Sumatera Utara


29

2. Defisit tingkat sedang(70-79%)

3. Defisit tingkat ringan (80-89%)

4. Normal(90-119%)

5. Diatas kecukupan (>119%)

Status gizi. Status gizi dinilai dengan cara melakukan pengukuran Berat

Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh

menurut Umur (IMT/U) menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 pada anak usia 5-18 tahun. Status gizi anak

sekolah dapat diukur menggunakan software WHO Anthro Plus dengan melihat

Z-score Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) kemudian disesuaikan

dengan kategorinya. Pengukuran status gizi diperoleh berdasarkan perhitungan

IMT. Pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan digital dan

pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise dengan tingkat ketelitian 0,1

cm.

Tabel 4

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Usia 5-18 Tahun Berdasarkan
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)


Gizi Buruk (Severely Thinness) <-3 SD
Gizi Kurang (Thinness) -3 SD sd <- 2 SD
Gizi Baik (Normal) -2 SD sd + 1 SD
Gizi Lebih (Overweight) + 1 SD sd +2 SD
Obesitas (Obese) >+ 2 SD

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2020

Metode Analisis Data

Metode pengolahan data. Data yang sudah terkumpul akan diolah

Universitas Sumatera Utara


30

melalui langkah-langkah berikut:

Editing. Editing merupakan kegiatan melakukan pemeriksaan kebenaran

data yang telah diperoleh atau dikumpulkan. Pada tahap ini peneliti menghitung

jumlah kuesioner yang telah terisi, memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner

(semua pertanyaan sudah terisi jawaban), jelas (jawaban relevan dengan

pertanyaan) dan konsisten (antara beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan isi

jawabannya konsisten)

Coding. Coding merupakan kegiatan memberi kode atau angka-angka

tertentu pada kuesioner.

Tabulating. Tabulating merupakan kegiatan mengolah data ke dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah analisis data, pengolahan

data serta pengambilan kesimpulan.

Analisis data. Data dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk

distribusi dan persentase.

Universitas Sumatera Utara


Hasil Penelitian

Gambaran Umum Tempat Penelitian

Sekolah Dasar Negeri 17 terletak Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih

Kabupaten Batu Bara. Sekolah ini memiliki luas bangunan sebesar 3 m2. Sarana

dan prasarana yang terdapat di sekolah ini yaitu memiliki 12 ruangan kelas, 1

ruangan kepala sekolah, 1 ruangan tata usaha, 1 perpustakaan, 1 kamar mandi,

dan lapangan upacara. Sekolah ini dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan

memiliki tenaga pengajar yang berjumlah 15 orang serta memiliki tenaga

kependidikan yang berjumlah 3 orang. Jumlah seluruh peserta didik di SDN 17

Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara pada tahun ajaran

2021/2022 sebanyak 275 peserta didik, terdiri dari 150 peserta didik laki-laki dan

125 peserta didikperempuan.

Karakteristik Siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berada pada

usia 11 tahun yaitu sebanyak 45 siswa (56,2%). Sedangkan jenis kelamin siswa di

SD Negeri 17 Desa Titi Payung, Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar siswa berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 42 siswa(52,5%).

Karakteristik siswa mencakup usia dan jenis kelamin. Distribusi siswa

berdasarkan karakteristik-karakteristik disajikan dalam tabel sebagai berikut :

31
Universitas Sumatera Utara
32

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Anak Sekolah di SD


Negeri 17 Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun
2021

Karakteristik Jumlah (=80) %


Usia
10 tahun 30 37,5
11 tahun 45 56,2
12 tahun 5 6,2
Jenis Kelamin
Laki-laki 38 47,5
Perempuan 42 52,5

Kebiasaan Sarapan Pagi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa anak

sekolah yang memiliki kebiasaan sarapan pagi yang baik yaitu sebanyak 60 siswa

(75%) akan tetapi masih terdapat siswa yang sarapan paginya tidak baik yaitu

sebanyak 20 siswa (25%). Distribusi sarapan pagi anak sekolah dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Sarapan Pagi Anak Sekolah di SD Negeri 17


Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun2021

Sarapan Pagi n %
Baik 60 75
Tidak Baik 20 25
Total 80 100

Frekuensi sarapan pagi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan diketahui bahwa anak sekolah memiliki frekuensi makan yang sering

yaitu jika mengonsumsi sarapan pagi sebanyak 5-7 kali dalam seminggu adalah

sebanyak 66 siswa (82,5%) akan tetapi masih terdapat siswa yang menonsumsi

Universitas Sumatera Utara


33

sarapan paginya kurang dari 5-7 kali dalam seminggu sehingga dapat dikatakan

frekuensi makannya kadang-kadang yaitu sebanyak 14 siswa (17,5%). Distribusi

frekuensi sarapan pagi responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7

Distribusi Frekuensi Sarapan Pagi Anak Sekolah di SD Negeri 17 Desa Titi


Payung Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 2021

Frekuensi Sarapan Pagi n %


Sering 66 82,5
Kadang-kadang 14 17,5
Total 80 100,0

Jenis sarapan pagi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

diketahui bahwa jenis sarapan pagi anak sekolah yang paling banyak yaitu telur

dadar/ceplok yang dikonsumsi anak sekolah pada saat sarapan pagi sebanyak 26

siswa (32,5%). Distribusi jenis sarapan pagi responden dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 8

Distribusi Jenis Sarapan Pagi Anak Sekolah di SD Negeri 17 Desa Titi Payung
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 2021

Jenis Sarapan Pagi n %


Telur Dadar/Ceplok 26 32,5
Lontong 10 12,5
Sosis 7 8,8
Tempe Goreng 10 12,5
Tahu Goreng 5 6,2
Mie Instant 3 3,8
Bubur 4 5
Ikan Goreng/Sambal 15 18,8
Total 80 100,0

Jumlah sarapan pagi. Jumlah sarapan pagi dilihat berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


34

sumbangan zat gizi terhadap AKG. Sumbangan energi dikatakan cukup jika

jumlah energi dari sarapan pagi >20% dari kebutuhan energi total sehari.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat bahwa sumbangan

energi sarapan pagi anak sekolah berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 49

siswa (61,2%). Sedangkan sumbangan protein sarapan pagi anak sekolah berada

pada kategori cukup yaitu sebanyak 50 siswa (62,5%). Distribusi sumbangan

energi dan protein sarapan pagi responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9

Distribusi Berdasarkan Sumbangan Energi dan Protein Sarapan Pagi Anak


Sekolah di SD Negeri 17 Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu
Bara Tahun 2021

Sumbangan Sarapan Pagi Jumlah (=80) %


Kecukupan Energi
Cukup 49 61,2
Kurang 31 38,8
Kecukupan Protein
Cukup 50 62,5
Kurang 30 37,5

Sarapan pagi berdasarkan usia. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan di SD Negeri 17 Desa Titi Payung diperoleh distribusi sarapan pagi

berdasarkan usia responden yang paling banyak yaitu pada siswa yang berusia 11

tahun dengan sarapan pagi yang baik yaitu sebesar 30 siswa (66,7%). Distribusi

sarapan pagi berdasarkan usia responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara


35

Tabel 10

Distribusi Frekuensi Sarapan Pagi Berdasarkan Usia Anak Sekolah di SD Negeri


17 Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 2021

Usia Sarapan Pagi Jumlah


Responden Baik Tidak Baik
n % n % n %
10 Tahun 21 70 9 30 30 100
11 Tahun 30 66,7 15 33,3 45 100
12 Tahun 4 80 1 20 5 100

Sarapan pagi berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan di SD Negeri 17 Desa Titi Payung diperoleh distribusi

sarapan pagi berdasarkan jenis kelamin responden yang paling banyak yaitu pada

siswa yang berjenis kelamin perempuan dengan sarapan pagi yang baik yaitu

sebesar 30 siswa (71,4%). Distribusi sarapan pagi berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 11

Distribusi Frekuensi Sarapan Pagi Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Sekolah di


SD Negeri 17 Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara
Tahun 2021

Jenis Sarapan Pagi Jumlah


Kelamin Baik Tidak Baik
n % n % n %
Laki-laki 25 65,8 13 34,2 38 100
Perempuan 30 71,4 12 28,6 42 100

Asupan Zat Gizi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan asupan gizi mencakup

tingkat kecukupan energi dan tingkat kecukupan protein.

Tingkat kecukupan energi dan protein pada asupan zat gizi.

Universitas Sumatera Utara


36

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat bahwa tingkat

kecukupan energi pada asupan zat gizi anak sekolah berada pada kategori normal

yaitu sebanyak 60 siswa (75%) dan tingkat kecukupan energi pada asupan zat gizi

siswa berada pada kategori diatas kecukupan yaitu sebanyak 10 siswa (12,5%).

Sedangkan tingkat kecukupan protein pada asupan zat gizi anak sekolah berada

pada kategori normal yaitu sebanyak 60 siswa (75%) dan tingkat kecukupan

protein pada asupan zat gizi siswa berada pada kategori diatas kecukupan yaitu

sebanyak 13 siswa (16,2%). Distribusi tingkat kecukupan energi dan protein pada

asupan zat gizi responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 12

Distribusi Berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein pada Asupan Zat
Gizi Anak Sekolah di SD Negeri 17 Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batu Bara Tahun 2021

Kecukupan Zat Gizi Jumlah (=80) %


Kecukupan Energi
Defisit Tingkat Ringan 10 12,5
Normal 60 75
Diatas Kecukupan 10 12,5
Kecukupan Protein
Defisit Tingkat Ringan 7 8,8
Normal 60 75
Diatas Kecukupan 13 16,2

Status Gizi

Berdasarkan TB/U. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

pada anak sekolah di SD Negeri 17 Desa Titi Payung berdasarkan tinggi badan

menurut usia maka diperoleh distribusi status gizi siswa berdasarkan tinggi badan

menurut usia sebagian besar berada pada kategori normal yaitu sebanyak 57 siswa

(71,2%), yang memiliki tinggi badan sangat pendek sebanyak 3 siswa (3,8%) dan

Universitas Sumatera Utara


37

siswa yang memiliki kategori pendek sebanyak 20 siswa (25%). Distribusi status

gizi berdasarkan TB/U responden dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 13

Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi menurut TB/U Anak Sekolah di SD


Negeri 17 Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun
2021

Status Gizi Menurut TB/U N %


Sangat Pendek 3 3,8
Pendek 20 25
Normal 57 71,2
Total 80 100,0

Status gizi (TB/U) berdasarkan usia. Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan pada anak sekolah di SD Negeri 17 Desa Titi Payung berdasarkan

status gizi (TB/U) berdasarkan usia responden distribusi status gizi siswa sebagian

besar berada pada kategori normal terdapat pada usia 11 tahun yaitu sebanyak 33

siswa (73,3%). Distribusi status gizi (TB/U) berdasarkan usia responden dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 14

Distribusi Status Gizi (TB/U) Berdasarkan Usia Anak Sekolah di SD Negeri 17


Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 2021

Usia Status Gizi(TB/U) Jumlah


Responden Sangat Pendek Pendek Normal
n % n % N % n %
10 Tahun 1 3,3 6 20 23 76,7 30 100
11 Tahun 1 2,2 11 24,4 33 73,3 45 100
12 Tahun 1 20 3 60 1 20 5 100

Status gizi berdasarkan IMT/U. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan pada anak sekolah di SD Negeri 17 Desa Titi Payung berdasarkan berat

Universitas Sumatera Utara


38

badan dan tinggi badan siswa maka diperoleh distribusi status gizi siswa sebagian

besar berada pada kategori normal yaitu sebanyak 67 siswa (83,8%), yang

memiliki kategori kurus sebanyak 12 siswa (15%) dan siswa yang memiliki

kategori gemuk sebanyak 1 siswa (1,2%). Distribusi status gizi berdasarkan

IMT/U responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 15

Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi menurut IMT/U Anak Sekolah di


SD Negeri 17 Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara
Tahun 2021

Status Gizi Menurut IMT/U n %


Kurus 12 15
Normal 67 83,8
Gemuk 1 1,2
Total 80 100,0

Status gizi (IMT/U) berdasarkan usia. Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan pada anak sekolah di SD Negeri 17 Desa Titi Payung berdasarkan

status gizi (IMT/U) berdasarkan usia responden distribusi status gizi siswa

sebagian besar berada pada kategori normal terdapat pada usia 11 tahun yaitu

sebanyak 37 siswa (82,2%). Distribusi status gizi (IMT/U) berdasarkan usia

responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 16

Distribusi Status Gizi (IMT/U) Berdasarkan Usia Anak Sekolah di SD Negeri 17


Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 2021

Usia Status Gizi(IMT/U) Jumlah


Responden Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
10 Tahun 5 16,7 25 83,3 0 0 30 100
11 Tahun 7 15,6 37 82,2 1 2,2 45 100
12 Tahun 0 0 5 100 0 0 5 100

Universitas Sumatera Utara


39

Status gizi (IMT/U) berdasarkan sarapan pagi. Sarapan pagi akan

memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh

seperti energi dan protein, sarapan pagi yang baik bagi anak sekolah dapat

membuat anak sekolah berkonsentrasi saat belajar di sekolah. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan kategori sarapan pagi baik memiliki

status gizi normal yaitu sebanyak 45 siswa (81,8%).

Distribusi status gizi berdasarkan sarapan pagi responden dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 17

Distribusi Frekuensi Status Gizi (IMT/U) Berdasarkan Sarapan Pagi Anak


Sekolah di SD Negeri 17 Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu
Bara Tahun 2021

Sarapan Status Gizi(IMT/U) Jumlah


Pagi Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
Baik 9 16,4 45 81,8 1 1,8 55 100
Tidak 3 12 22 88 0 0 25 100
Baik

Status gizi berdasarkan frekuensi sarapan pagi. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan kategori frekuensi sarapan pagi

sering memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 53 siswa (80,3%).

Distribusi status gizi berdasarkan frekuensi sarapan pagi responden dapat

dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


40

Tabel 18

Distribusi Frekuensi Status Gizi (IMT/U) Berdasarkan Frekuensi Sarapan Pagi


Anak Sekolah di SD Negeri 17 Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih Kabupaten
Batu Bara Tahun 2021

Frekuensi Status Gizi(IMT/U) Jumlah


Sarapan Kurus Normal Gemuk
Pagi n % n % N % n %
Sering 12 18,2 53 80,3 1 1,5 66 100
Kadang- 0 0 14 100 0 0 14 100
kadang

Status gizi berdasarkan asupan energi. Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa siswa yang asupan energi dengan

kategori normal juga memiliki status gizi yang normal yaitu sebanyak 50 siswa

(83,3%). Distribusi status gizi berdasarkan asupan energi responden dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 19

Distribusi Frekuensi Status Gizi (IMT/U) Berdasarkan Asupan Energi Anak


Sekolah di SD Negeri 17 Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu
Bara Tahun 2021

Asupan Energi Status Gizi (IMT/U) Jumlah


Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
Defisit Tingkat 1 10 9 90 0 0 10 100
Ringan
Normal 10 16,7 50 83,3 0 0 60 100
Diatas
Kecukupan 1 10 8 80 1 10 10 100

Status gizi berdasarkan asupan protein. Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa siswa yang asupan protein dengan

kategori normal juga memiliki status gizi yang normal yaitu sebanyak 51 siswa

Universitas Sumatera Utara


41

(85%). Distribusi status gizi berdasarkan asupan protein responden dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 20

Distribusi Frekuensi Status Gizi (IMT/U) Berdasarkan Asupan Protein Anak


Sekolah di SD Negeri 17 Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu
Bara Tahun 2021

Asupan Protein Status Gizi (IMT/U) Jumlah


Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
Defisit Tingkat 2 28,6 5 71,4 0 0 7 100
Ringan
Normal 8 13,3 51 85 1 1,7 60 100
Diatas 2 15,4 11 84,6 0 0 13 100
Kecukupan

Universitas Sumatera Utara


Pembahasan

Status Gizi Siswa SD Negeri 17 Desa Titi Payung

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 83,3% siswa memiliki

status gizi normal. Angka ini tergolong cukup baik karena dapat dikatakan lebih

dari jumlah sampel pada penelitian ini memiliki status gizi normal. Status gizi

yang baik sangat penting untuk anak sekolah karena masih dalam masa

pertumbuhan. Statsu gizi pada anak usia sekolah sangat berpengaruh terhadap

perkembangan fisik dan mental sehingga berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan

siswa. Kekurangan gizi pada siswa di sekolah akan mengakibatkan siswa menjadi

lemah, cepat lelah, mudah sakit-sakitan sehingga anak jarang untuk masuk

sekolah serta akan mengalami kesulitan untuk mengikuti pelajaran disekolah.

Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, tercatat

prevalensi nasional anak usia sekolah (5-12 tahun) , terdapat 11,2% anak usia

sekolah berstatus gizi kurus. Selain masalah anak kurus, terdapat juga masalah

anak usia sekolah (5-12 tahun) berstatus gizi gemuk sebesar 18,8%.

Status Gizi Berdasarkan Kebiasaan Sarapan Pagi

Kebiasaan sarapan pagi merupakan suatu kegiatan yang penting sebelum

melakukan aktivitas fisik pada hari itu, yang dilakukan pada pagi hari mulai pukul

06.00-08.00 WIB. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan (Tabel 17) siswa

yang memiliki kebiasaan sarapan pagi yang baik memiliki status gizi normal

sebesar 81,8% dan gemuk 1,8%. Siswa yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi

yang baik akan menjadi salah satu faktor pendukung status gizi pada siswa

tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Liza

42
Universitas Sumatera Utara
43

(2017) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

kebiasaan sarapan pagi dan status gizi murid di SD Negeri Pesanggrahan 02

Jakarta. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yulyastri dan Widaryati (2014) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara

pola makan pagi dengan status gizi siswa pada kelas 3, 4 dan 5 di SD

Muhammadiyah Bendo Srandakan Bantul. Dalam penelitian ini kebiasaan sarapan

pagi dinilai berdasarkan frekuensi sarapan, jumlah sarapan, dan jenis sarapan yang

dikonsumsi.

Status Gizi Berdasarkan Asupan Energi

Zat gizi merupakan zat atau unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam

makanan yang diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh secara normal. Zat gizi

yang dibutuhkan oleh tubuh terdiri atas karbohidrat, protein. Lemak, vitamin,

mineral dan air. Energi diartikan sebagai suatu kapasitas untuk melakukan

pekerjaan, jumlah energi yang dibutuhkan seseorang berbeda-beda sesuai dengan

usia, jenis kelamin dan berat badan. Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 19)

didapatkan bahwa 90% siswa yang asupan energinya defisit tingkat ringan

memiliki status gizi normal namun ada juga yang berstatus gizi kurus (10%).

Status gizi yang tidak baik disebabkan asupan energi maupun protein tidak

baik, selain itu disebabkan oleh faktor ekonomi keluarga yang kurang sehingga

menyebabkan terbatasnya daya beli terhadap bahan makanan sehingga

mempengaruhi variasi menu yang disajikan. Penyakit infeksi juga mempengaruhi

asupan makanan dan status gizi anak usia sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh

Pusungulaa, dkk (2013) yang dilakukan pada anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 di

Universitas Sumatera Utara


44

SD Katolik St.Malalayang Kota Manado, menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat

hubungan antara asupan energi dengan status gizi anak SD Katolik St. Malalayang

kota Manado. Tingkat konsumsi zat gizi seseorag dipengaruhi oleh ketersediaan

makanan. Tingkat ketersediaan makanan dipengaruhi oleh jneis dan jumlah bahan

makanan yang tersedia, kemampuan atau daya beli serta jumlah anggota keluarga.

Bagi anak usia sekolah, kekurangan energi dapat menghambat pertumbuhan.

Status Gizi Berdasarkan Asupan Protein

Protein adalah bagian dari sel hidup dan merupakan bagian terbesar

sesudah air. Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah

dan sebagainya merupakan protein. Fungsi utama protein yaitu membangun serta

memelihara jaringan tubuh, fungsi lainnya sebagai pembentuk ikatan esensial

tubuh seperti hormon, enzim dan antibodi , mengatur keseimbangan air dan

mengangkut zat-zat gizi. Jika tubuh dalam kondisi kekurangan zat sumber energi,

maka tubuh akan menggunakan protein untuk membentuk energi dan

mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun. Berdasarkan hasil

penelitian (Tabel 20) didapatkan bahwa 71,4% siswa yang asupan proteinnya

defisit tingkat ringan memiliki status gizi normal namun ada juga yang berstatus

gizi kurus(28,6%).

Kekurangan protein dapat menyebabkan anak terserang penyakit infeksi

yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada anak usia sekolah.

Tinggi badan, berat badan dan pertumbuhan organ maupun jaringan lainnya akan

terganggu jika asupan protein dalam makanan sehari-hari tidak terpenuhi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum (2017)

Universitas Sumatera Utara


45

menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan protein dengan

status gizi tetapi menunjukkan korelasi yang positif yaitu apabila asupan protein

meningkat maka status gizi semakin baik.

Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian mengenai kebiasaan sarapan pagi, asupan gizi

dan status gizi pada anak SD negeri 17 kecamatan Air Putih kabupaten Batu Bara,

terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Saat melakukan proses wawancara terkadang anak sekolah sedikit susah untuk

mengingat apa-apa saja yang telah mereka konsumsi pada hari sebelumnya.

2. Saat melakukan proses pengukuran tinggi badan dan berat badan responden tidak

kondusif karena semua ingin cepat diukur tinggi badan dan beratbadannya.

3. Waktu penelitian tidak dilakukan dalam waktu singkat, karena dalam masa

pandemi Covid-19 seperti ini, siswa harus bergantian untuk datang ke sekolah

guna mengurangi penyebaranvirus.

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasrkan hasil penelitian tentang kebiasaan sarapan pagi, asupan gizi

dan status gizi anak SD Negeri 17 Desa Titi Payung Kecamatan Air Putih

Kabupaten Batu Bara didapatkan kesimpulan bahwa siswa/i di SD Negeri 17 Desa

Titi Payung berstatus gizi normal sebesar 83,8%. Kebiasaan sarapan pagi siswa/i

dapat dikatakan baik dengan presentase 60% yaitu siswa/i sering melakukan

sarapan pagi karena sudah terbiasa melakukannya. Kecupan energi siswa dalam

kategori normal sebesar 75% sedangkan kecukupan protein siswa juga dalam

kategori normal sebesar 75%. Status gizi yang baik dapat terjadi apabila tubuh

memperoleh zat-zat gizi yang cukup, agar pertumbuhan fisik dan perkembangan

otak meningkat secara efisien. Jika memiliki status gizi yang kurang dapat

menghambat pertumbuhan dan perkembangan pada anak sekolah, dimana pada

usia sekolah anak harus memiliki gizi yang cukup untuk mudah menerima

pelajaran saat disekolah.

Saran

Seharusnya peran orangtua terutama ibu yang memiliki pengaruh besar

dalam membentuk kebiasaan sarapan anak dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan anak sekolah, dimana orangtua yang dapat mengatur asupan gizi

untuk anaknya sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi anak sekolah.

Dalam penelitian ini masih ada anak sekolah yang memiliki status gizi kurus,

orangtua mengingatkan anak untuk melakukan sarapan pagi dengan teratur agar

pada saat di sekolah bisa berkonsentrasi menerima pelajaran. Guru juga memilik

46
Universitas Sumatera Utara
47

peran penting dalam meningkatkan kualitas gizi anak sekolah dasar, dengan cara

guru memberi motivasi kepada anak sekolah untuk menerapkan gaya hidup sehat.

Gizi yang baik mendukung kecerdasan otak anak, jika tidak sarapan konsentrasi

anak saat belajar akan menurun, anak juga akan merasa kelelahan hingga mudah

mengantuk saat belajar di kelas.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012). Peranan gizi dalam siklus kehidupan.
Jakarta : Kencana.

Almatsier, S. (2010). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarata: Gramedia Press.

Almatsier, Sunita. (2013). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama

Arifin, L, A. (2015). Hubungan sarapan pagi dengan konsentrasi siswa di


sekolah. Surabaya: Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Vol. 3 No.
1:203-207.

Arisman, M. B. (2010). Gizi dalam daur kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta:
EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Didit, D. & Muhilal. (2006). Hidup sehat gizi seimbang dalam siklus kehidupan
manusia. Jakarta: Primamedia Pustaka.

Ethasari, Rossa Kurnia. (2014). Hubungan antara kebiasaan sarapan dengan


kesegaran jasmani dan status gizi pada anak sekolah dasar di SD negeri
Padangsari 02 Banyumanik (Skripsi). Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.

Hardinsyah. (2016). Sarapan sebelum jam 9 penting. Bogor: Antara News.


http://www.antarnews.com/berita/595968/sarapan-sebelum-jam-9-penting
Diakses pada tanggal 17 November 2020.

Hasdianah & Peristiowati, Y. (2014). Pemanfaatan gizi, diet dan obesitas.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Isdaryanti. (2007). Asupan energi, protein, status gizi dan prestasi belajar anak
sekolah dasar Arjowinnangun I Pacitan (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Situasi pangan jajanan anak sekolah. Jakarta
Selatan : Pusat Data dan Informasi.

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Penilaian status gizi. Diakses dari


http://bppsdmk.kemkes.go.id

Kusumaningrum, R. (2017). Hubungan asupan energi dan protein dengan status


gizi anak min ketitang Nogosari Boyolali (Skripsi). Surakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PKU. Muhammadiyah Surakarta.

48
Universitas Sumatera Utara
49

Liza, A. V. (2017). Hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi dan
prestasi belajar murid di sekolah dasar negeri pesanggrahan 02 Jakarta.
(Skripsi). Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.

Moehji, Sjahmen. (2009). Ilmu gizi I pengetahuan dasar ilmu gizi. Jakarta : PT
Bhratara Niaga Media.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019 tentang


Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang


Standar Antropometri Anak.

Pujiati, E. (2013). Status gizi siswa Sekolah Dasar Negeri I Buara Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Purbalingga tahun pelajaran 2012/2013.
http://eprints.uny.ac.id/17616/1/85. Eny Pujiati.pdf

Pusungulaa, N. Bolang, A. Purba, R. B. (2013). Hubungan antara asupan energi


dengan status gizi anak sekolah dasar kelas 4 dan kelas 5 SD KatolikSt,
Malalayang Kota Manado. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi Manado.

Riset Kesehatan Dasar. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Diakses dari
http://www.litbang.depkes.go.id

Sihombing, E. S., & Sitepu, R. (2020). Faktor-faktor yang mempengaruhi status


gizi anak usia sekolah 6-12 tahun korban erupsi gunung Sinabung di
Perumahan Huntara Desa Kuta Tengah Kabupaten Karo Tahun 2019.
Excellent Midwifery Journal, 3 (1).

Sukiniarti. (2015). Kebiasaan makan pagi pada anak usia SD dan hubungannya
dengan tingkat kesehatan dan prestasi belajar. Tangerang: Jurnal
Pendidikan Biologi Indonesia, 1 (3), 315-321. Diakses dari
https://doi.org/10.22219/jpbi.vli3.2664

Supariasa. Nyoman, D. Bakri, B. Dan Fajar, I. (2016). Penilaian status gizi (Edisi
ke 2). Jakarta : EGC.

Susanto, Ahmad. (2011). Perkembangan anak usia dini. Jakarta : Kencana


Prenada MediaGroup.

UNICEF. 2013. Improving child neutrition: The achievable imperative for global
progress. New York : UNICEF.

Yulyastri, R. (2014). Hubungan Pola Makan Pagi dengan Status Gizi Siswa di SD

Universitas Sumatera Utara


50

Muhammadiyah Bendo Srandakan Bantul.

Yunawati, I., Hadi, H., & Julia, M. (2016). Kebiasaan sarapan tidak berhubungan
dengan status gizi anak sekolah dasar di Kabupaten Timor Tengah Selatan,
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia
(Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics). 3(2). 77.
http://doi.org/10.21927/ijnd.2015.3(2).77-86

Yosephin, Betty. (2018). Tuntunan praktis menghitung kebutuhan gizi (Edisi ke


1). Yogyakarta : AndiOffset.

Universitas Sumatera Utara


51

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

KEBIASAAN SARAPAN PAGI, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI PADA

ANAK SD NEGERI 17 DESA TITI PAYUNG

KECAMATAN AIR PUTIH

A. Karakteristik Responden

Nama :

Umur :

Kelas :

Jenis Kelamin : L / P Tanggal Lahir:

B. Indeks Massa Tubuh (StatusGizi)

BeratBadan : kg

TinggiBadan : cm

C. Pertanyaan Terkait Kebiasaan SarapanPagi

1. Apakah anda biasa melakukan sarapan pagi ? Ya /Tidak

2. Bila ya, berapa kali anda sarapan dalam 1 minggu?

............ kali (isi antara 1-7 kali)

3. Pada jam berapa biasanya anda melakukan sarapan pagi ? Jam.....

4. Apakah anda melakukan sarapan pagi di rumah ? Ya /Tidak

Jika tidak berikan alasannya ............

Universitas Sumatera Utara


52

Lampiran 2. Formulir Food Recall

D. Formulir Food Recall 2 x 24Jam

Waktu Nama Bahan Makanan Banyaknya


Makan Makanan Jenis URT Gram
Pagi / Jam

Makanan
Selingan
(Snack) / Jam

Siang / Jam

Makanan
Selingan
(Snack) / Jam

Malam / Jam

Ket :

URT : Ukuran Rumah Tangga, misalnya piring, mangkuk, gelas, sendok

makan, potong, porsi dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara


53

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


54

Lampiran 4. Surat Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara


55

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara


56

Universitas Sumatera Utara


57

Universitas Sumatera Utara


58

Lampiran 6. Master Data

No. Kelas Jenis Usia BB TB Ksp Jsp Ksr Fsp Jensp Jlhsp Sp Tke Tkp Sesp Spsp Sgtb Sgimt
Resp Kelamin
1 IV L 11 30 130 1 07.00 1 1 1 1 1 4 5 1 1 2 3
2 IV L 10 34 140 1 06.00 1 1 3 2 2 3 3 2 1 3 3
3 IV P 10 27 128 1 07.00 1 1 1 2 2 4 4 2 1 2 3
4 IV P 10 30 126 1 07.00 1 1 2 1 1 5 4 2 1 2 3
5 IV P 11 24 135 1 07.00 1 1 1 1 1 4 4 1 1 3 2
6 IV P 10 27 131 1 07.00 1 1 1 1 1 4 4 2 1 3 3
7 IV L 10 28 127 1 06.00 1 1 2 2 1 3 4 2 2 3 3
8 IV L 10 26 129 1 07.00 1 1 1 1 1 4 5 1 2 3 3
9 IV P 12 30 130 1 07.00 1 1 8 1 1 4 4 2 2 1 3
10 IV L 10 23 133 1 07.00 1 1 8 1 1 4 5 1 1 2 2
11 IV L 11 32 133 1 07.00 1 1 5 1 2 4 4 1 1 3 3
12 IV P 10 32 133 1 06.00 2 1 1 1 1 3 4 2 1 3 3
13 IV L 10 26 122 1 06.00 1 1 4 1 1 5 4 1 1 1 3
14 IV P 10 28 128 2 07.00 1 2 1 1 1 4 5 1 2 3 3
15 IV P 10 34 135 1 07.00 1 1 1 2 2 4 4 2 1 3 3
16 IV P 10 27 131 1 07.00 1 1 1 1 2 4 4 1 2 3 3
17 IV P 10 22 128 2 06.00 2 1 2 1 1 4 4 2 2 3 2
18 IV L 11 30 129 1 06.00 1 1 5 1 2 4 3 1 1 2 3
19 IV L 11 34 133 2 07.00 1 2 6 1 1 4 4 1 1 3 3
20 IV P 10 22 130 1 07.00 1 1 7 1 1 4 4 1 2 3 2

Universitas Sumatera Utara


59

21 IV P 10 26 122 1 07.00 1 1 8 1 1 5 4 1 1 2 3
22 IV P 10 28 130 2 07.00 1 2 4 1 1 4 4 1 1 3 3
23 IV L 10 30 128 1 06.00 1 1 4 2 2 3 4 2 1 3 3
24 IV L 10 32 135 1 06.00 2 1 7 1 1 4 5 1 2 3 3
25 IV L 11 25 124 2 07.00 1 2 3 1 1 4 4 1 1 1 3
26 IV P 10 25 126 2 07.00 1 2 1 2 2 4 4 2 2 3 3
27 IV P 10 24 126 1 07.00 1 1 1 1 1 5 4 2 2 2 3
28 IV P 10 24 138 1 06.00 1 1 3 1 1 4 5 1 2 3 2
29 IV P 11 31 130 2 06.00 1 2 1 2 2 4 4 1 1 2 3
30 IV P 11 34 135 1 07.00 1 1 3 1 1 4 4 1 2 3 3
31 IV L 11 26 129 1 07.00 1 1 8 1 2 4 4 2 1 3 3
32 IV L 11 21 125 1 07.00 1 1 1 1 1 4 4 1 1 2 2
33 IV P 10 26 131 2 07.00 1 1 8 2 2 3 4 1 1 3 3
34 IV L 10 27 133 1 06.00 1 1 7 1 2 4 4 1 2 3 3
35 IV L 10 30 134 2 06.00 1 2 7 1 1 4 5 1 2 3 3
36 IV P 10 29 128 1 06.00 1 1 5 1 1 4 5 1 1 3 3
37 IV P 10 28 129 1 07.00 1 1 6 1 1 4 5 1 2 3 3
38 IV L 10 25 126 1 07.00 2 1 4 1 1 4 4 1 2 3 3
39 IV P 11 27 128 1 07.00 1 1 1 2 1 4 4 1 1 3 3
40 IV P 11 22 129 1 07.00 1 1 4 2 2 4 3 2 1 2 2
41 V L 11 29 133 1 07.00 1 1 5 2 2 4 4 2 1 3 3
42 V P 11 32 138 2 06.00 1 1 4 2 1 4 3 2 1 3 3
43 V L 11 21 124 1 07.00 1 1 3 1 1 5 4 2 1 2 2
44 V P 11 29 135 1 06.00 1 1 8 1 1 4 4 1 1 3 3
45 V P 11 29 133 1 07.00 1 1 8 1 2 3 4 1 2 3 3

Universitas Sumatera Utara


60

46 V L 11 33 133 1 06.00 1 1 4 2 2 4 4 2 1 3 3
47 V P 11 30 139 1 07.00 1 1 1 1 1 4 3 1 2 3 3
48 V P 11 30 129 1 07.00 1 1 2 2 2 4 4 2 1 2 3
49 V L 11 29 133 1 07.00 1 1 8 2 2 4 4 2 1 3 3
50 V L 11 45 143 1 07.00 1 1 1 1 1 5 4 2 2 3 4
51 V L 11 30 130 2 07.00 1 2 1 1 1 5 4 1 2 3 3
52 V L 11 33 132 1 07.00 1 1 8 2 2 4 5 2 1 3 3
53 V L 11 32 135 1 07.00 1 1 2 1 1 4 4 1 1 3 3
54 V L 11 29 133 1 06.00 1 1 1 1 2 4 4 1 1 3 3
55 V P 12 30 129 1 06.00 1 1 6 2 2 3 4 2 1 3 3
56 V P 10 29 130 2 07.00 1 2 4 1 1 4 4 1 1 3 3
57 V L 10 32 134 2 07.00 1 2 5 1 1 4 4 1 1 3 3
58 V P 11 35 138 1 07.00 1 1 1 1 1 4 4 1 2 3 3
59 V P 10 21 125 1 07.00 1 1 1 2 2 3 3 2 1 2 2
60 V P 12 30 132 1 06.00 1 1 1 1 1 4 4 1 1 2 3
61 V L 11 32 140 1 06.00 1 1 4 1 1 4 4 1 2 3 3
62 V L 11 28 135 2 07.00 2 2 2 1 1 5 4 1 1 3 3
63 V L 11 34 133 1 06.00 1 1 8 1 1 4 4 1 1 3 3
64 V P 11 32 133 1 07.00 1 1 8 2 1 4 4 1 2 3 3
65 V P 11 30 132 1 07.00 1 1 3 1 1 5 4 1 1 3 3
66 V L 11 32 133 2 07.00 1 2 1 1 1 4 5 1 2 3 3
67 V P 11 25 135 1 06.00 1 1 1 1 1 4 4 2 1 3 2
68 V P 12 31 134 1 06.00 1 1 2 1 1 3 4 2 2 2 3
69 V L 11 29 134 1 06.00 1 1 8 1 1 5 4 1 1 3 3
70 V L 11 32 135 1 07.00 1 1 1 2 2 4 3 2 1 3 3

Universitas Sumatera Utara


61

71 V P 11 32 130 1 06.00 1 1 2 1 1 4 4 1 1 2 3
72 V L 11 30 134 1 07.00 1 1 8 1 1 4 4 1 2 3 3
73 V L 11 21 126 1 06.00 1 1 1 2 1 4 4 2 1 2 2
74 V P 12 32 133 1 07.00 1 1 8 1 1 4 5 1 2 2 3
75 V L 11 30 134 1 07.00 1 1 1 2 1 4 4 2 1 3 3
76 V P 11 32 131 1 07.00 2 2 8 1 1 4 4 2 2 2 3
77 V L 11 23 129 1 07.00 1 1 1 2 2 4 4 2 1 2 2
78 V P 11 33 134 2 07.00 1 2 2 2 2 3 4 1 2 3 3
79 V L 11 32 136 1 07.00 1 1 4 1 1 4 5 2 1 3 3
80 V P 11 29 133 1 07.00 1 1 2 1 1 4 4 1 2 3 3

Keterangan :

1.Ksp = Kebiasaan sarapan pagi 8. Tke = Tingkat kecukupan energi


2.Jsp = Jam sarapan pagi 9. Tkp = Tingkat kecukupan protein
3.Ksr = Kebiasaan sarapan di rumah 10.Sesp = Sumbangan energi sarapanpagi
4.Fsp = Frekuensi sarapan pagi 11.Spsp = Sumbangan protein sarapanpagi
5.Jensp = Jenis sarapan pagi 12.Sgtb = Status gizi berdasarkanTB/U
6.Jlhsp = Jumlah sarapan pagi 13.Sgimt = Status gizi berdasarkanIMT/U
7.Sp = Sarapan pagi

Universitas Sumatera Utara


62

Lampiran 7. Output SPSS

usia responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 10 30 37.5 37.5 37.5

11 45 56.2 56.2 93.8

12 5 6.2 6.2 100.0

Total 80 100.0 100.0

jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 38 47.5 47.5 47.5

Perempuan 42 52.5 52.5 100.0

Total 80 100.0 100.0

sarapan pagi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 60 75.0 75.0 75.0

Tidak Baik 20 25.0 25.0 100.0

Total 80 100.0 100.0

frekuensi sarapan pagi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Sering 66 82.5 82.5 82.5

Jarang 14 17.5 17.5 100.0

Total 80 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


63

jenis sarapan pagi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Telur Dadar/Ceplok 26 32.5 32.5 32.5

Lontong 10 12.5 12.5 45.0

Sosis 7 8.8 8.8 53.8

Tempe Goreng 10 12.5 12.5 66.2

Tahu Goreng 5 6.2 6.2 72.5

Mie Instant 3 3.8 3.8 76.2

Bubur 4 5.0 5.0 81.2

Ikan Goreng/Sambal 15 18.8 18.8 100.0

Total 80 100.0 100.0

usia responden * sarapan pagi Crosstabulation

sarapan pagi

Baik Tidak Baik Total

usia responden 10 Count 21 9 30

% within usia responden 70.0% 30.0% 100.0%

11 Count 30 15 45

% within usia responden 66.7% 33.3% 100.0%

12 Count 4 1 5

% within usia responden 80.0% 20.0% 100.0%

Total Count 55 25 80

% within usia responden 68.8% 31.2% 100.0%

jenis kelamin * sarapan pagi Crosstabulation

sarapan pagi

Baik Tidak Baik Total

jenis kelamin Laki-laki Count 25 13 38

% within jenis kelamin 65.8% 34.2% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


64

status gizi berdasarkan indeks masa tubuh menurut umur

Perempuan Count 30 12 42

% within jenis kelamin 71.4% 28.6% 100.0%

Total Count 55 25 80

% within jenis kelamin 68.8% 31.2% 100.0%

tingkat kecukupan energi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Defisit tingkat ringan (80-


10 12.5 12.5 12.5
89%)

Normal (90-119%) 60 75.0 75.0 87.5

Diatas kecukupan (>119%) 10 12.5 12.5 100.0

Total 80 100.0 100.0

tingkat kecukupan protein

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Defisit tingkat ringan (80-


7 8.8 8.8 8.8
89%)

Normal (90-119%) 60 75.0 75.0 83.8

Diatas kecukupan (>119%) 13 16.2 16.2 100.0

Total 80 100.0 100.0

sumbangan energi sarapan pagi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Cukup 49 61.2 61.2 61.2

Kurang 31 38.8 38.8 100.0

Total 80 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


65

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurus 12 15.0 15.0 15.0

Normal 67 83.8 83.8 98.8

Gemuk 1 1.2 1.2 100.0

Total 80 100.0 100.0

sumbangan protein sarapan pagi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Cukup 50 62.5 62.5 62.5

Kurang 30 37.5 37.5 100.0

Total 80 100.0 100.0

status gizi berdasarkan tinggi badan menurut umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Sangat pendek 3 3.8 3.8 3.8

Pendek 20 25.0 25.0 28.8

Normal 57 71.2 71.2 100.0

Total 80 100.0 100.0

status gizi berdasarkan tinggi badan menurut umur * usia responden


Crosstabulation

usia responden

10 11 12 Total

status gizi Sangat Count 1 1 1 3


berdasarkan tinggi pendek
% within status gizi
badan menurut umur 33.3 33.3
berdasarkan tinggi 33.3% 100.0%
% %
badan menurut umur

Pendek Count 6 11 3 20

% within status gizi


30.0 55.0
berdasarkan tinggi 15.0% 100.0%
% %
badan menurut umur

Universitas Sumatera Utara


66

Normal Count 23 33 1 57

% within status gizi


40.4 57.9
berdasarkan tinggi 1.8% 100.0%
% %
badan menurut umur

Total Count 30 45 5 80

% within status gizi


37.5 56.2
berdasarkan tinggi 6.2% 100.0%
% %
badan menurut umur

status gizi berdasarkan indeks masa tubuh menurut umur * usia responden Crosstabulation

usia responden

10 11 12 Total

status gizi Kurus Count 5 7 0 12


berdasarkan
% within status gizi
indeks masa
berdasarkan indeks
tubuh menurut 41.7% 58.3% .0% 100.0%
masa tubuh menurut
umur
umur

Normal Count 25 37 5 67

% within status gizi


berdasarkan indeks
37.3% 55.2% 7.5% 100.0%
masa tubuh menurut
umur

Gemuk Count 0 1 0 1

% within status gizi


berdasarkan indeks
.0% 100.0% .0% 100.0%
masa tubuh menurut
umur

Total Count 30 45 5 80

% within status gizi


berdasarkan indeks
37.5% 56.2% 6.2% 100.0%
masa tubuh menurut
umur

sarapan pagi * status gizi berdasarkan indeks masa tubuh menurut umur Crosstabulation

Universitas Sumatera Utara


67

status gizi berdasarkan indeks masa tubuh


menurut umur

Kurus Normal Gemuk Total

sarapan pagi Baik Count 9 45 1 55

% within sarapan pagi 16.4% 81.8% 1.8% 100.0%

Tidak Count 3 22 0 25
Baik
% within sarapan pagi 12.0% 88.0% .0% 100.0%

Total Count 12 67 1 80

% within sarapan pagi 15.0% 83.8% 1.2% 100.0%

Frekuensi sarapan pagi * status gizi berdasarkan indeks masa tubuh menurut umur Crosstabulation

status gizi berdasarkan indeks masa tubuh menurut


umur

Kurus Normal Gemuk Total

frekuensi Serin Count 12 53 1 66


sarapan g
% within frekuensi sarapan
pagi 18.2% 80.3% 1.5% 100.0%
pagi

Jaran Count 0 14 0 14
g
% within frekuensi sarapan
.0% 100.0% .0% 100.0%
pagi

Total Count 12 67 1 80

% within frekuensi sarapan


15.0% 83.8% 1.2% 100.0%
pagi

tingkat kecukupan energi * status gizi berdasarkan indeks masa tubuh menurut umur
Crosstabulation

status gizi berdasarkan indeks


masa tubuh menurut umur

Kurus Normal Gemuk Total

tingkat Defisit tingkat Count 1 9 0 10


kecukupan ringan (80-89%)
% within tingkat
energi 10.0% 90.0% .0% 100.0%
kecukupan energi

Normal (90-119%) Count 10 50 0 60

Universitas Sumatera Utara


68

% within tingkat
16.7% 83.3% .0% 100.0%
kecukupan energi

Diatas kecukupan Count 1 8 1 10


(>119%)
% within tingkat
10.0% 80.0% 10.0% 100.0%
kecukupan energi

Total Count 12 67 1 80

% within tingkat
15.0% 83.8% 1.2% 100.0%
kecukupan energi

tingkat kecukupan protein * status gizi berdasarkan indeks masa tubuh menurut umur
Crosstabulation

status gizi berdasarkan indeks


masa tubuh menurut umur

Kurus Normal Gemuk Total

tingkat Defisit tingkat Count 2 5 0 7


kecukupan ringan (80-89%)
% within tingkat
protein
kecukupan 28.6% 71.4% .0% 100.0%
protein

Normal (90-119%) Count 8 51 1 60

% within tingkat
kecukupan 13.3% 85.0% 1.7% 100.0%
protein

Diatas kecukupan Count 2 11 0 13


(>119%)
% within tingkat
kecukupan 15.4% 84.6% .0% 100.0%
protein

Total Count 12 67 1 80

% within tingkat
kecukupan 15.0% 83.8% 1.2% 100.0%
protein

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai