Anda di halaman 1dari 37

Pengaruh Pemberian Jus Bengkuang Terhadap Penurunan Kadar Gula

Darah Pasien Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja RSUP


M. Djamil Padang 2016

Proposal Penelitian diajukan untuk menyelesaikan mata kuliah metodologi Penelitian

Oleh :
MERISA DWI RAHMI
NIM: 142210741

JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian ini dalam kurun waktu
yang telah ditetapkan. Judul Proposal Penelitian ini Pengaruh Pemberian Jus Bengkuang
terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja RSUP
M. Djamil Padang Tahun 2016.
Selama proses pembuatan Proposal Penelitian ini, penulis banyak mendapat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan
bimbingan dalam menyelesaikan Proposal Penelitian ini.
Penulis menyadari Proposal Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak
kekurangan yang terdapat didalamnya, oleh karna itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan agar dapat memperbaiki Proposal Penelitian ini.
Akhir kata penulis ucapkan semoga Proposal Penelitian ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca sekalian dan terutama bagi penulis sendiri dapat memenuhi salah satu syarat
mata kuliah Metodologi Penelitian.
Amin.

Padang, Agustus 2016

Penulis

Daftar Isi
Contents
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A.

Latar Belakang.......................................................................................... 1

B.

Rumusan Masalah...................................................................................... 4

C.

Tujuan Penelitian.................................................................................. 4

1.

Tujuan Umum........................................................................................ 4

2.

Tujuan Khusus....................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian......................................................................................... 4
1. Bagi Peneliti............................................................................................... 4
2.

Bagi Pasien........................................................................................... 5

3.

Bagi Masyarakat..................................................................................... 5
Ruang Lingkup Penelitian............................................................................ 5

E.

BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................... 6


Tinjauan Teori........................................................................................... 6

A.
1.

Diabetes Melitus..................................................................................... 6

2.

Klasifikasi Diabetes Melitus......................................................................8

3.

Patofisiologi Diabetes Melitus..................................................................11

4.

Diagnosis Diabetes Mellitus....................................................................13

5.

Komplikasi Diabetes melitus...................................................................14

6.

Penatalaksanaan Penderita Diabetes Melitus................................................18

7.

Bengkuang.......................................................................................... 21

8.

Klasifikasi Bengkuang...........................................................................22

9.

Kandungan Zat Gizi Bengkuang...............................................................23


Kerangka konsep..................................................................................... 24

B.
1.

Kelompok Kasus.................................................................................. 24
2

2.

Kelompok Kontrol................................................................................ 24

C.

Hipotesis............................................................................................... 24

D.

Matriks Operasional.................................................................................25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................27


A.

Design Penelitian..................................................................................... 27

B.

Waktu dan Tempat Penelitian......................................................................27

C.

Populasi dan Sampel................................................................................. 27

1. Populasi...................................................................................................... 27
2. Sampel.................................................................................................... 28
Rancangan Penelitian................................................................................ 28

D.
1.

Rancangan pembuatan Jus Bengkuang.......................................................28

2.

Persiapan responden..............................................................................29

3.

Pelaksanaan penelitian...........................................................................29

E.

Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data.........................................................29


1.

Data primer......................................................................................... 29

2.

Data sekunder...................................................................................... 29

F.

Pengolahan dan Analisis Data.....................................................................30


1.

Pengolahan data................................................................................... 30

2.

Analisis data........................................................................................ 30

Daftar Pustaka.................................................................................................... 32

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes merupakan salah satu penyakit tidak menular yang banyak terjadi di seluruh
dunia.Diabetes adalah penyebab kematian keempat atau kelima terbesar di sebagian besar negara
berpenghasilan tinggi dan terdapat bukti bahwa penderita diabetes meningkat di banyak negara
berpenghasilan rendah dan menengah. (Andriani Rizka Yasmina 2014)
Tahun 2010,penderita prediabetes dan diabetes mellitus (DM) pada orang dewasa usia
20-79 tahun di seluruh dunia mencapai 285 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2030
meningkat hingga 439 juta jiwa. Menurut WHO, pada tahun 2000 Indonesia menempati
peringkat ke-4 untuk penderita diabetes terbanyak di seluruh dunia dengan jumlah sebanyak 8,4
juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. (Andriani
Rizka Yasmina 2014)
Laporan dari badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementrian kesehatan
(RISKESDAS) tahun 2007 menjelaskan bahwa Prevalensi nasional Penyakit Diabetes Melitus adalah
1,1% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Sedangakan dari data RISKESDAS 2013
Prevalensi

DM

di

Indonesia

berdasarkan

jawaban

pernah

didiagnosis

dokter

sebesar

1,5 persen. Dengan prevalensi terdiagnosis dokter tertinggi pada daerah Sulawesi Tengah (3,7%)

dan paling rendah pada daerah Jawa Barat (0,5%). Masih dari data RISKESDAS tersebut
menyebutkan prevalensi dari penderita DM cenderung meningkat pada perempuan dibandingkan
dengan laki-laki dan terjadi peningkatan prevalensi penyakit diabetes melitus sesuai dengan
pertambahan umur namun mulai umur 65 tahun cenderung menurun dan tersebut cenderung

lebih tinggi bagi penderita yang tinggal diperkotaan dibandingkan dengan dipedesaan. Jika
ditinjau dari segi pendidikan menurut RISKESDAS bahwa prevalensi diabetes melitus
cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi serta dengan kuintil
indeks kepemilikan yang tinggi.(RISKESDAS 2013)
Sumatera Barat yang merupakan salah satu dari 17 Provinsi yang dikategorikan memiliki
prevalensi penderita DM yang lebih tinggi dari prevalensi penderita DM Nasional. Laporan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 memberikan data bahwa prevalensi Nasional penyakit DM
sebesar 1,1%. Pada tahun yang sama Provinsi Sumatera Barat memiliki prevalensi penderita DM sebesar
1,2%.(Amelia 2014).
Dari data yang didapatkan dari rekam medik pasien rawat jalan RSUP. Dr. M. Djamil Padang
dapat diketahui bahwa jumlah pasien yang menderita hipertensi mengalami peningkatan dari tahun 2014
sampai 2015, dengan jumlah pasien rawat jalan tahun 2014 berjumlah 784 dan pada tahun 2015
berjumlah 849 orang.(Andalas 2016)
Pencegahan diabetes melitus dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: pemilihan jenis
makanan yang tepat dan peningkatan aktivitas fisik. Salah satu cara yang bisa dilakukan dalam pemilihan
jenis makanan yang tepat adalah dengan memilih makanan dengan indeks glikemik (IG) yang rendah dan
memiliki serat larut air. Salah satu bahan makanan yang memiliki IG rendah dan berpotensi menurunkan
kadar glukosa darah adalah.(Andriani Rizka Yasmina 2014)
IG bengkuang sebesar 51 dimana angka tersebut masuk kedalam kategori rendah. Indeks
Glikemik pangan merupakan indeks (tingkatan) pangan menurut efeknya dalam meningkatkan kadar
glukosa darah. Bahan makanan yang mempunyai IG tinggi bila dikonsumsi akan meningkatkan kadar
glukosa dalam darah dengan cepat dan tinggi. Sebaliknya, peningkatan kadar glukosa darah seseorang
yang mengonsumsi bahan makanan dengan IG rendah berlangsung lambat. Kecepatan pencernaan
karbohidrat berpengaruh penting terhadap peningkatan kadar glukosa darah. Serat larut air yang terdapat

dalam bengkuang berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah karena memperlambat absorpsi
glukosa sehingga dapat mengendalikan kadar glukosa darah. (Andriani Rizka Yasmina 2014)
Serat

larut

air

yang

terdapat

dalam

bengkuang

adalah

inulin

(oligasakarida).

Bengkuang adalah jenis umbi-umbian yang sering dikonsumsi oleh masyarakat, mudah didapat di
Indonesia

dan

memiliki

harga

yang

relatif

murah.Bagian

bengkuang

yang

dikonsumsi

banyak orang adalah umbinya.Saat ini pemanfaatan sari bengkuang banyak digunakan dalam bidang
kecantikan dan masih sangat sedikit dimanfaatkan di bidang kesehatan. Salah satu hasil
olahan dari bengkuang yang dapat dikonsumsi dengan mudah adalah sari bengkuang dimana sari
bengkuang didapatkan dengan cara menghaluskan bengkuang menggunakan juicer untuk diambil
sarinya.Dari sebuah penelitian ditemukan kandungan zat gizi sari bengkuang mengandung senyawa
polifenolat 3,063%, flavonoid 2,603%, alkaloid 1,517%, vitamin B1 0,07mg, vitamin C 26 mg,
karbohidrat 13 gr, besi 0,8 mg, protein 1,6 gr, energi 53 kal.(Andriani Rizka Yasmina 2014)
Diabetes Mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Insulin adalah suatu
hormon yang diproduksi oleh sel beta di pankreas, suatu organ kecil yang terletak pada bagian belakang
lambung. Produksi insulin dipengaruhi oleh tingginya kadar gula darah. Makin tinggi gula di dalam
darah, maka semakin tinggi insulin yang akan diproduksi.(Amelia 2014)
Hiperglikemia adalah kondisi kadar gula darah (glukosa) yang tinggi. Pada semua krisis
hiperglikemik, hal yang mendasari adalah defisiensi insulin relatif ataupun absolut. Hiperglikemia dapat
melemahkan kapasitas sekresi insulin dan menambah berat resistensi insulin sehingga produksi insulin
semakin berkurang. (Amelia 2014)
Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti tertarik ingin melakukan penelitian tentang Pengaruh
Pemberian Jus Bengkuang Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Di Wilayah
Kerja RSUP M.Djamil Padang Tahun 2016.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana tentang Pengaruh Pemberian Jus Bengkuang Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah
Pasien Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja RSUP M.Djamil Padang Tahun 2016.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Jus Bengkuang Terhadap Penurunan Kadar Gula
Darah Pasien Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja RSUP M.Djamil Padang Tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya kadar gula darah awal pasien Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja RSUP
b.

M.Djamil Padang Tahun 2016.


Diketahuinya kadar gula darah akhir pasien Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja RSUP

M.Djamil Padang Tahun 2016.


c. Diketahuinya perbedaan kadar gula darah awal dan akhir pasien Diabetes Mellitus Di
Wilayah Kerja RSUP M.Djamil Padang Tahun 2016.
d. Diketahuinya Pengaruh Pemberian Jus Bengkuang terhadap Kadar Gula Darah Pasien
Diabetes Mellitus

Di Wilayah Kerja

RSUP M.Djamil Padang Tahun 2016 dalam

penurunan kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja RSUP M.Djamil
Padang.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan peneliti dalam
mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan, khususnya pada mata kuliah Metodologi
Penelitian yang diperoleh selama perkuliahan dalam melakukan penelitian.

2. Bagi Pasien
Dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk pengobatan alternatif bagi pasien atau
penderita penyakit Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja RSUP M. Djamil Padang.
3. Bagi Masyarakat
Dapat memberi informasi dan masukan kepada masyarakat atau keluarga mengenai
makanan yang dapat membantu dalam mengontrol kadar gula darah penderita Diabetes
Mellitus, dan meningkatkan kepedulian akan bahaya Diabetes Mellitus serta
meningkatkan perhatian pada kesehatan.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada responden penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja
RSUP M. Djamil Padang untuk melihat pengaruh pemberian jus bengkuang dalam penurunan
kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Diabetes Melitus
Diabetes melitus atau penyakit gula adalah penyakit yang ditandai dengan kadar
glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif. Tingkat kadar glukosa darah menentukan apakah
seseorang menderita DM atau tidak. (Arisman. 2011.)

Tabel 2.1 Menunjukan Kriteria DM atau Bukan


B
ukan

ena

DM

100

<

j
a

apiler <

80

anggu

ena 100

an

140

T
oleran
si

2
j
a

Ve
na 100
140

Ka

apiler 80

piler 80

120

120

G
lukos
6

a
D
M

ena

140

>

Ve
na > 200

Ka

piler

apiler >

200

>

120
P
(Sumber : Manaf, A. , 2007 dalam Hasdianah)1
Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
(Perkeni 2011)
Didalam darah, kadar gula selalu fluktuatif tergantung pada asupan makanan. Kadar
paling tinggi tercapai pada 1 jam sesudah makan. Satu jam setelah makan, gula di dalam darah
akan mencapai kadar paling tinggi, normalnya tidak akan melebihi 180 mg per 100 cc darah
(= 180 mg/dl). Kadar 180 mg/dl disebut nilai ambang ginjal. Ginjal, tempat membuat urine,
hanya dapat menahan gula kalau kadarnya hanya sampai angka tersebut. Lebih tinggi dari itu,
ginjal tidak dapat menahan gula dan kelebihan gula akan keluar bersama urine.
( R, Gustaviani,2006)
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak cukup
dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin itu sendiri.
Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula
darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat terjadi
kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah jantung

(penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal),
syaraf (dapat terjadi stroke) . (Badan Kesehatan Dunia WHO 2010,2013)
DM ditandai dengan kelompok gejala hiperglikemia, perubahan metabolisme lipid,
karbohidrat, dan protein serta meningkatnya resiko komplikasi penyakit vaskular yang terjadi
karena defisiensi sintesis dan sekresi insulin. Penyakit kencing manis dalam istilah medisnya
disebut diabetes mellitus, dan penderitanya disebut Diabetisi (sesuai kesepakatan Konggres I
persatuan diabetes Indonesia (PERSADI) di Bandung pada tahun 1986). Pada penderita DM, air
seninya terasa manis karena mengandung gula. Diabetes mellitus (DM) atau yang dikenal
dengan sebutan penyakit kencing manis merupakan suatu sindrom klinik yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa 126 mg/dl atau postpradial
200mg/dl atau glukosa darah sewaktu mg/dl). Bila diabetes melitus tidak segera diatasi akan
terjadi gangguan metabolisme lemak dan protein,dan resiko timbulnya gangguan mikrovaskuler
atau makrovaskuler meningkat. (T, Sutanto ,2013.)
Dalam keadaan sehat atau normal, kadar gula dalam darah saat berpuasa berkisar antara
80 mg%-120 mg%, sedangkan 1 jam sesudah makan akan mencapai 170 mg%, dan 2 jam
sesudah makan akan turun hingga mencapai 140 mg%. 1 Kadar glukosa darah kapiler normal
untuk kadar glukosa darah sewaktu adalah < 200 mg/dl. Jika kadar gula dalam darah lebih tinggi
dari nilai normal, maka disebut hiperglikemia, namun sebaliknya jika lebih rendah dari nilai
normal, maka disebut hipoglikemia. Kadar gula dalam darah akan dijaga keseimbangannya oleh
hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar beta sel pankreas di perut. Namun, jika kadar gula
dalam darah masih berlebihan, maka hormon insulin akan mengubah kelebihan gula tersebut
menjadi lemak dan protein melalui suatu proses kimia. (E ,Lanywati, 2001)

2. Klasifikasi Diabetes Melitus


Berdasarkan Perkeni (2006) diabetes, diklasifikasikan menjadi:
a. Diabetes Mellitus Tipe-1
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut, yangdisebabkan
oleh: autoimun dan idiopatik . Diabetes ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit
populasinya, diperkirakan kurang dari 5-10% dari keseluruhan populasi penderita diabetes.
Ganguan produksi insulin pada DM tipe 1 umumnya terjadi karena kerusakan sel-sel pulau
langerhans yang disebabkan oleh reaksi autoimun. Namun ada pula yang disebabkan oleh
bermacam-macam virus, diantaranya virus Cocksakie, Rubella, herpes dan lain sebagainya. Ada
beberapa tipe autoantibodi yang dihubungkan dengan DM Tipe 1, antara lain ICCA (Islet Cell
Cytoplasmic Antibodies), ICSA (Islet Cell Surface Antibodies), dan antibodi terhadap GAD
(Glutamic Acid Decarboxylase) . (Departemen kesehatan RI. 2012 .)
Pada diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
Penderita tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk kerusakan
autoimum sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap
sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.(L , Cristina. L, Roberto. D.P, Stefano,
2008).
DM tipe I ditandai dengan kegagalan produksi insulin yang parsial atau total oleh sel-sel
pankreas.pasien DM tipe I memerlukan insulin untuk tetap bertahan hidup. Tanpa adanya
insulin dari luar, pasien tersebut akan mengalami ketoasidosis, koma dan kematian. 2Kebanyakan
penderita diabetes tipe ini sudah terdiagnosa sejak usia muda. Umumnya pada saat mereka belum
mencapai usia 30 tahun. (L , Cristina. L, Roberto. D.P, Stefano, 2008)
b. Diabetes Mellitus Tipe-2

DM tipe 2 atau yang disebut Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) paling
banyak menyerang orang dewasa, penderita DM tipe ini mencapai 90-95% dari keseluruhan
populasi diabetes, yang umumnya berusia diatas 45 tahun, tetapi akhir-akhir ini DM tipe 2
dikalangan remaja dan anak-anak populasinya meningkat .( Departemen kesehatan RI. 2012)
Pada diabetes melitus tipe 2, jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang
terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan
glukosa dalam darah menjadi meningkat. (L , Cristina. L, Roberto. D.P, Stefano, 2008)
Etiologi DM Tipe 2 disebabkan berbagai faktor yang belum sepenuhnya terungkap
dengan jelas. Genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam menyebabkan terjadinya DM
Tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurang gerak badan.
Berbeda dengan DM Tipe 1, pada penderita DM Tipe 2 terutama yang berada pada tahap awal,
umumnya dapat dideteksi jumlah insulin yang cukup di dalam darahnya, disamping kadar
glukosa yang juga tinggi. Jadi, awal patofisiologis DM Tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya
sekresi insulin tetapi kerena selsel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin
secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai Resistensi Insulin. (L , Cristina. L, Roberto.
D.P, Stefano2008)
Penderita diabetes mellitus tipe-2 memiliki satu atau lebih keabnormalan di bawah ini,
antara lain:
a) Defisiensi insulin relatif: insulinyang disekresi oleh sel- pankreas untuk
memetabolisme tidak mencukupi .
b) Resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif . (E ,Lanywati, 2001)

DM tipe 2 ditandai dengan resistensi insulin ketika hormon insulin diproduksi dengan
jumlah yang tidak memadai atau dengan bentuk yang tidak efektif. Ada korelasi genetik yang

10

kuat pada tipe diabetes ini dan proses terjadinya berkaitan erat dengan obesitas. Penderita DM
tipe 2 adalah mereka yang berusia >40. (E ,Lanywati, 2001)
c. Diabetes Mellitus Tipe Lain
Diabetes tipe ini dapat disebabkan karena beberapa hal, antara lain : defek genetic fungsi
sel beta, defek genetic kerja insulin penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau
zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan
diabetes . Etiologi bagi diabetes tipe ini merupakan defek spesifik pada sekresi atau fungsi
insulin, kelainan metabolik yang menyebabkan gangguan sekresi insulin, kelainan mitokondria,
dan keadaan-keadaan yang lainnya yang menyebabkan IGT. (W.F ,Ganong,1996)

d. Diabetes Mellitus Kehamilan


Diabetes mellitus kehamilan atau sering disebut dengan istilah Diabetes Mellitus Gestasional
(DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama kali pada
saat kehamilan sedang berlangsung. Faktor risiko diabetes tipe ini antara lain obesitas, adanya
riwayat DMG, gukosuria, adanya riwayat keluarga dengan diabetes, abortus berulang, adanya
riwayat melahirkan bayi dengan berat > 4 kg, dan adanya riwayat preeklamsia. Penilaian adanya
risiko diabetes melitus gestasional perlu dilakukan sejak kunjungan pertama untuk pemeriksaan
kehamilannya. Bentuk diabetes yang terjadi selama kehamilan. DM gestasional merupakan

intoleransi karbohidrat yang mengakibatkan hiperglikemia dengan keparahan yang beragam dan
deteksi pertama kali pada saat hamil. (Sutanto, 2010)
3. Patofisiologi Diabetes Melitus
a. Pada diabetes melitus tipe1, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang berbeda
a) Tipe 1A, diduga pengruh genetik dan lingkungan memegang peran utama untuk terjadinya
kerusakan pancreas. HLA-DR4 ditemukan mempunyai hubungan yang sangat erat.
11

b) Tipe1B berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok penderita yang juga sering
menunjukan manifestasi autoimun lainnya, seperti Hasbimoto disease, pernisious anemia, dan
myasthenia gravis. keadaan ini berhubungan dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia

sekitar 30-50 tahun. Pada diabetes tipe 1 cenderung terjadi ketoasidosis diabetic. (E.J ,Corwin.
2008)
b. Pada diabetes tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu:
resistesni insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi
suatu rangkain reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe 2
disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan,
dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka
kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe 2. (S.A ,Price. L. M ,Wilson, 2006)

Secara ilmiah, penyebab diabetes dapat dikarenakan kurangnya produksi zat


insulin atau kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap zat insulin. Hal ini akan
mengakibatkan kadar glukosa pada makanan tidak dapat diserap dan dimanfaatkan oleh
tubuh. Akibatnya kadar gula dalam darah akan terus meningkat. Namun, masih ada faktor
lainnya yang mendukung terjadinya diabetes, diantaranya . (H.K.S. K, Sri, 2009)
a.) Genetik atau faktor keturunan
Diabetes Mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Anggota
keluarga penderita diabetes (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini
12

dibandingkan dengan anggota yang tidak menderita Diabetes Mellitus. Para ahli kesehatan juga
menyebutkan Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin.
Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan perempuan sebagai pihak
yang membawa gen untuk mewariskan kepada anak-anaknya.
b. )Virus dan bakteri
Virus yang diduga penyebab Diabetes Mellitus adalah rubela, mumps, dan human
coxsackvirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan
dektruksi atau perusakan sel. Bisa juga virus ini menyerang melalui reaksi autoimunitas yang
menyebabkan hilangnya autoimun dalam sel beta. Diabetes Mellitus akibat bakteri cukup
berperan menyebabkan Diabetes Mellitus.
c.)Bahan toksik atau beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron
(rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur).
d. )Nutrisi
Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor resiko pertama yang diketahui
penyebab Diabetes Mellitus.
e.) Obesitas
Kelebihan berat badan atau obesitas akan menungkinkan seseorang terjangkit Diabetes
Mellitus.

4. Diagnosis Diabetes Mellitus


Penegakan diagnosis Diabetes Melitus atau kencing manis berdasarkan pemeriksaan gula
darah berikut (I ,Junaidi. 2009).

13

a. Pemeriksaan gula darah sewaktu


Pemeriksaan gula darah sewaktu adalah pemeriksaan gula darah yang waktunya dapat
dilakukan kapan saja tanpa memerlukan persiapan puasa.
b. Pemeriksaan gula darah puasa
Pemeriksaan gula darah puasa adalah pemeriksaan gula darah saat puasa. Pemeriksaan
untuk melakukan tes ini adaah berpuasa sedikitnya 8 jam sebelum pemeriksaan.
c. Pemeriksaan gula darah 2 jam post prandial atau disebut dengan uji toleransi glukosa 2 jam, tes
gula darah pasca 2 jam beban glukosa 75 mg, dan tes toleransi glukosa oral (TTGO)
d. Pemeriksaan A1C (HbA1C)
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan rata-rata kadar gula darah dalam waktu 2-3 bulan
sebelumnya. Bila selama 2-3 bulan terakhir gula darah kita rata-rata baik, A1C hasilnya baik.
Nilai A1C biasanya dikaitkan dengan resiko komplikasi kronis. artinya jika hasil A1C tidak
tinggi, risiko komplikasi juga kecil. Nilai A1C dianggap baik adalah 6,5 % (6% - 7%). Apabila
kadar gula darah lebih sering tinggi daripada Normal, hasil A1C akan tinggi. Namun, jika lebih
banyak normal daripada tinggi, hasil A1C akan lebih baik.
Kriteria diagnosis menurut American Diabetes Association (2009)
a) Kadar glukosa darah puasa 126 mg/dL (7,0 mmol/L).Puasa diartikan pasien tidak mendapatkan
asupan kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
b) Tampak gejala klasik diabetes melitus dan kadar glukosa darah sewaktu 200mg/dL (11,1 mmol/L).
Gejala klasik diabetes mellitus termasuk poliuria, polidipsia dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan. Glukosa sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir.

14

c) Kadar glukosa darah 2 jam pada Tes Toleransi Glukosa Oral 200 mg/dL(11,1mmol/L).Tes
Toleransi Glukosa Oral dilakukan dengan standar World Health Organization, menggunakan beban
glukosa yang setara dengan 75 gramglukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau diabetesmelitus,
maka dapat digolongkan ke dalam kelompok Toleransi GlukosaTerganggu (TGT) atau
Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) tergantungdari hasil yang diperoleh:
a) TGT: glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dL (7,8-11,0 mmol/L).
b) GDPT: glukosa darah puasa antara 100-125 mg/dL (5,6-6,9 mmol/L).

5. Komplikasi Diabetes melitus


Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan komplikasi akut dan
kronis. Berikut ini akan diuraikan beberapa komplikasi yang sering terjadi dan harus
diwaspadai: (Departemen kesehatan RI, 2012)

a. Hipoglikemia
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan menjadi gelap), keluar keringat
dingin, detak jantung meningkat, sampai hilang kesadaran. Apabila tidak segera ditolong dapat
terjadi kerusakan otak dan akhirnya kematian . (Departemen kesehatan RI, 2012 )
Pada hipoglikemia, kadar glukosa plasma penderita kurang dari 50 mg/dl, walaupun ada
orang-orang tertentu yang sudah menunjukkan gejala hipoglikemia pada kadar glukosa plasma di
atas 50 mg/dl. Kadar glukosa darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak
mendapat pasokan energi sehingga tidak dapat berfungsi bahkan dapat rusak. Hipoglikemia lebih
sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1, yang dapat dialami 1 2 kali perminggu. Dari hasil
survei yang pernah dilakukan di Inggeris diperkirakan 2 4% kematian pada penderita diabetes
15

tipe 1 disebabkan oleh serangan hipoglikemia. Pada penderita diabetes tipe 2, serangan
hipoglikemia lebih jarang terjadi, meskipun penderita tersebut mendapat terapi insulin. Serangan
hipoglikemia pada penderita diabetes umumnya terjadi apabila penderita:
-

Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau malam)

Makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan oleh dokter atau ahli gizi

Berolah raga terlalu berat

Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besar dari pada seharusnya

Minum alkohol

Stress

Mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia.


Disamping penyebab di atas pada penderita DM perlu diperhatikan apabila penderita

mengalami hipoglikemik, kemungkinan penyebabnya adalah:


a) Dosis insulin yang berlebihan
b) Saat pemberian yang tidak tepat
c) Penggunaan glukosa yang berlebihan misalnya olahraga anaerobik berlebihan
d) Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepekaan individu terhadap insulin,
misalnya gangguan fungsi adrenal atau hipofisis. (Departemen kesehatan RI,
2012).
b. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak secara tiba-tiba.
Keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu.
Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah (fatigue), dan
pandangan kabur. Apabila diketahui dengan cepat, hiperglikemia dapat dicegah tidak menjadi

16

parah. Hipergikemia dapat memperburuk gangguan-gangguan kesehatan seperti gastroparesis,


disfungsi ereksi, dan infeksi jamur pada vagina. Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat
berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik
(Diabetic Ketoacidosis = DKA) dan (HHS), yang keduanya dapat berakibat fatal dan membawa
kematian. Hiperglikemia dapat dicegah dengan kontrol kadar gula darah yang ketat .
(Departemen kesehatan RI, 2012 )
b. Komplikasi makrovaskuler
Tiga jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada penderita diabetes
adalah penyakit jantung koroner (coronary heart disease = CAD), penyakit pembuluh darah otak,
dan penyakit pembuluh darah perifer (peripheral vascular disease = PVD). Walaupun komplikasi
makrovaskular dapat juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang lebih sering merasakan
komplikasi makrovaskular ini adalah penderita DM tipe 2 yang umumnya menderita hipertensi,
dislipidemia dan atau kegemukan. Kombinasi dari penyakit-penyakit komplikasi makrovaskular
dikenal dengan berbagai nama, antara lain Syndrome X, Cardiac Dysmetabolic Syndrome,
Hyperinsulinemic Syndrome, atau Insulin Resistance Syndrome. Karena penyakit-penyakit
jantung sangat besar risikonya pada penderita diabetes, maka pencegahan komplikasi terhadap
jantung harus dilakukan sangat penting dilakukan, termasuk pengendalian tekanan darah, kadar
kolesterol dan lipid darah. Penderita diabetes sebaiknya selalu menjaga tekanan darahnya tidak
lebih dari 130/80 mm Hg. Untuk itu penderita harus dengan sadar mengatur gaya hidupnya,
termasuk mengupayakan berat badan ideal, diet dengan gizi seimbang, berolah raga secara
teratur, tidak merokok, mengurangi stress dan lain sebagainya. (Departemen kesehatan RI,
2012)
d. Komplikasi mikrovaskuler

17

Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes tipe 1.Hiperglikemia


yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi (termasuk HbA1c) menyebabkan
dinding pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada
pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah yang mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi
mikrovaskuler, antara lain retinopati, nefropati, dan neuropati. Disamping karena kondisi
hiperglikemia, ketiga komplikasi ini juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Oleh sebab itu dapat
terjadi dua orang yang memiliki kondisi hiperglikemia yang sama, berbeda risiko komplikasi
mikrovaskularnya. Namun demikian prediktor terkuat untuk perkembangan komplikasi
mikrovaskular tetap lama (durasi) dan tingkat keparahan diabetes.Satu-satunya cara yang
signifikan untuk mencegah atau memperlambat jalan perkembangan komplikasi mikrovaskular
adalah dengan pengendalian kadar gula darah yang ketat. Pengendalian intensif dengan
menggunakan suntikan insulin multi-dosis atau dengan pompa insulin yang disertai dengan
monitoring kadar gula darah mandiri dapat menurunkan risiko timbulnya komplikasi
mikrovaskular sampai 60% . (Departemen kesehatan RI, 2012 )
2. Ketoasidosis Diabetik
Keadaan ini berhubungan dengan defisiensi insulin, jumlah insulin yangterbatas dalam
tubuh menyebabkan glukosa tidak dapat digunakan sebagaisumber energi, sehingga tubuh
melakukan penyeimbangan dengan;. memetabolisme lemak. Hasil dari metabolisme ini adalah
asam lemak bebasdan senyawa keton. Akumulasi keton dalam tubuh inilah yang
menyebabkanterjadinya asidosis atau ketoasidosis . Gejala klinisnya dapat berupa kesadaran
menurun, nafas cepat dan dalam(kussmaul) serta tanda-tanda dehidrasi. Selain itu, sesorang
dikatakanmengalami ketoasidosis diabetik jika hasil pemeriksaan laboratoriumnya:
a) Hiperglikemia (glukosa darah >250 mg/dL)

18

b) Na serum <140 meq/L


c) Asidosis metabolik (pH <7,3; bikarbonat <15 meq/L)
d) Ketosis (ketonemia dan atau ketonuria
3. Hiperosmolar non ketotik
Riwayat penyakitnya sama dengan ketoasidosis diabetik, biasanya berusia > 40 tahun.
Terdapat hiperglikemia disertai osmolaritas darah yang tinggi >320.
(Departemen kesehatan RI, 2012).
6. Penatalaksanaan Penderita Diabetes Melitus

Penatalaksanaan secara umum adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang


diabetes.(Perkeni 2011) Target penatalaksanaan DM meliputi kendali kadar gula darah, kendali
penyakit penyerta dan pengelolaan komplikasi. (Media komunikasi RS Dr. Oen surakarta.
Diabetes mellitus (the mother of alldisease), 2013)
Penatalaksanaan pada penderita DM meliputi 4 pilar utama yaitu.
a. Edukasi
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemahaman tentang perjalanan penyakit
DM, pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan, penyulit/komplikasi DM, resiko
dan cara penggunaan obat diabetes/insulin. (Media komunikasi RS Dr. Oen surakarta. Diabetes
mellitus (the mother of alldisease), 2013)
Pemberdayaan diabetes memerlukan pastisipasi aktif pasien dalam menuju perubahan
perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang
komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.(Perkeni 2011)
Beberapa bentuk perubahan perilaku dalam edukasi sebagai berikut:
a) Mengikuti pola makan sehat

19

b) Meningkatkan kegiatan jasmani


c) Menggunakan obat diabetes
d) Melakukan pemantauan gula darah mandiri
e) Melakukan perawatan kaki secara berkala
f)

Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan hipoglikemia.20

b. Terapi Gizi Medis


Terapi gizi medis merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara
total. kunci keberhasilan terapi ini adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota
tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya). Prinsip
pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk
masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan
zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya
keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada
mereka yang menggunakan obat penurunan glukosa darah atau insulin. Makanan seharihari hendaknya cukup karbohidrat antara 45-65% kebutuhan, lemak 20-25% kebutuhan,
protein 10-20% kebutuhan, serat 25 gr/hari, dan natrium < 3000 mg. (M. J ,Gibney,
2009)
c. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan secara teratur 3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit. Tujuan latihan jasmani untuk menjaga kebugaran,
menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga akan
mengendalikan gula darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang
bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Hindarkan

20

kebiasaan hidup yang kurang gerak. (Media komunikasi RS Dr. Oen surakarta. Diabetes
mellitus (the mother of alldisease). Buletin tumbuh. Edisi Januari. 2013;20-6.)
d. Terapi Farmakologis
e. Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi
farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan insulin. (Media komunikasi RS Dr. Oen
surakarta. Diabetes mellitus (the mother of alldisease). Buletin tumbuh. Edisi Januari. 2013;206.). Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan yaitu, (PERKENI, 2006).
a) Pemicu sekresi insulin: sulfonilurea dan glinid
b) Peningkatan sensivitas terhadap insulin: metformin dan tiazolidindion
c) Penghambat glukoneogenesis: metformin
d) Penghambat absorbsi glukosa
e) Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor
7. Bengkuang
Bengkuang (Pachyrhizus erosus ) berasal dari daerah Amerika Tengah dan Selatan
terutama di daerah Mexico. Suku Aztec menggunakan biji tanaman bengkuang ini sebagai obatobatan. Kemudian pada abad ke-17, Spanyol menyebarkan tanaman ini ke daerah Philipina
sampai akhirnya menyebar ke seluruh Asia dan Pasifik. Tanaman ini masuk ke Indonesia dari
Manila melalui Ambon, dan sejak saat itulah bengkuang dibudidayakan diseluruh negeri.
Bengkuang sekarang ini lebih banyak dibudidayakan didaerah Jawa dan Madura atau didataran
rendah. (Susanto 2011)
Bengkuang termasuk ke dalam Famili Fabaceae, Genus Pachyrhizus, Spesies Pachyrhizus.
Menurut Sorensen , genus pachyrhizus terdiri atas lima spesies, yaitu Pachyrhizus erosus (L.) Urban, P.
ahipa (wedd.) parody, P.tuberosus (lam.) spreng, P. ferrugineus (piper), dan P. panamensis clausen.

21

Ketiga spesies yang pertama sudah dibudidayakan, sedang dua spesies lainnya masih
merupakan spesies liar. Varietas yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah bengkuang
gajah dan bengkuang badur. Perbedaan di antara kedua jenis bengkuang ini adalah waktu
panennya. (Susanto 2011)
Varietas bengkuang gajah dapat dipanen ketika usia tanam memasuki empat sampai lima
bulan. Varietas bengkuang badur memiliki waktu panen lebih lama. Jenis ini baru dapat dipanen
ketika tanamannya berusia tujuh sampai sebelas bulan. Tumbuhan bengkuang ini membentuk
umbi akar (cormus) berbentuk bulat atau membulat seperti gasing. Kulit umbinya tipis berwarna
kuning pucat dan bagian dalamnya berwarna putih dengan cairan segar agak manis. Daging umbi
bagian dalam berwarna putih dan memiliki tekstur renyah berair.
Umbi dengan kualitas baik beratnya mencapai 3 kg dengan rata-rata diameter 10-30 cm.
Umbinya mengandung gula dan pati serta fosfor dan kalsium. Umbi ini juga memiliki efek
pendingin karena mengandung kadar air 86-90%. Rasa manis berasal dari suatu oligosakarida
yang disebut inulin yang tidak bisa dicerna tubuh manusia. Sifat ini berguna bagi penderita
diabetes atau orang yang berdiet rendah kalori.(Susanto 2011)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Andriani, Enny (2014) menyatakan
bahwa peran sari bengkuang dalam menurunkan kadar glukosa darah diketahui berasal dari
kandungan oligosakarida bengkuang. Kandungan oligosakarida dalam bengkuang sebesar 44.04
gr. Oligosakarida atau inulin adalah jenis karbohidrat kompleks.Inulin termasuk serat larut air
dimana serat larut air dapat digunakan sebagai terapi hipoglikemik.Peran serat larut air sebagai
terapi hipoglikemik adalah dengan memperbaiki sensitivitas insulin dan menurunkan kebutuhan
insulin. Sama seperti serat larut air lainnya, inulin akan meningkatkan viskositas lambung
sehingga menurunkan laju penyerapan glukosa dan menunda pengosongan lambung sehingga

22

membuat rasa kenyang lebih lama, menyebabkan perubahan level hormon di saluran cerna
seperti gastric inhibitory polipeptide (GIP), glukagon, dan somatostatin yang berpengaruh pada
motilitas saluran pencernaan, penyerapan zat gizi, dan sekresi insulin.(Andriani Rizka Yasmina
2014)
8. Klasifikasi Bengkuang

Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Sub Divisio

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Fabales

Family

: Fabaceae (polong-polongan)

Genus

: Pachyrhizus

Spesies

: Pachyrhizus erosus L.

9. Kandungan Zat Gizi Bengkuang


Bengkoang memiliki komposisi yang bervariasi sesuai dengan jenis kultivar dan
kematangan bagian tanaman. Pada bentuk umbi siap panen, bengkoang mengandung 80 90%
air, 10 17% karbohidrat, 1 2,5% protein, 0,5 1% serat, 0,1 0,2% lemak dan vitamin C.
Pada buah muda bengkoang mengandung 86% air, 10% karbohidrat, 2,6% protein, 0,9% serat,
0,3% lemak dan vitamin C. Pada bentuk benih yang sudah matang, mengandung 30%
minyak/lemak, pachyrrizon, asam pachyrrizon, 0,5 1% rotenon dan 0,5 1% rotenoid. Pada
bagian daun bengkuang mengandung kurang dari 0,01% rotenon dan rotenoid, tetapi pada bagian
umbi tidak memiliki senyawa ini. (Milka Melianda Susanto 2013)

23

Komposisi zat gizi umbi bengkuang (Kadar per 100 gram)

Energi (kkal)

55

Protein (g)

1,4

Lemak (g)

0,2

Karbohidrat (g)

12,8

Kalsium (mg)

15

Fosfor (mg)

18

Besi (mg)

0,6

Vitamin C (mg)

20

Vitamin B1 (mg)

0,04

Vitamin A (IU)

0,5

Air (g)

85,1

Tepung serat bengkuang mempunyai kandungan serat pangan larut 4,07%, serat tidak larut
51,21%, resistant starch 19,41%, inulin 172 ppm dan rafinosa 85,66 ppm. Swelling power,
solubility, water binding capacity secara berurutan: 14,47 g/g, 18,92%, 649,84%(Milka Melianda
Susanto 2013)
24

B. Kerangka konsep
1. Kelompok Kasus

Kadar gula darah

Kadar

sewaktu ( awal)

darah

gula

sewaktu
Diberi jus bengkuang

2. Kelompok Kontrol

Kadar gula darah

Kadar

sewaktu ( awal)

darah

gula

Tidak diberi jus bengkuang

C. Hipotesis
Ada pengaruh pemberian jus bengkuang terhadap penurunan kadar gula darah pada
kelompok perlakuan (kasus).

D. Matriks Operasional
N
o

Variabel

Defi
nisi

Cara
Pengukuran

Alat
Pengukuran
25

Variabel
1
glukosa

Kadar

Nilai

darah

ukur kadar

riksa

glukosa

glukosa darah

darah

sewaktu awal

sewaktu (awal)
responde
n

sebelum

pemberian

jus

Meme

sewa
ktu (awal)

bengkuang

sebe

kadar

Blood
glucose
test

respon
den

secara

langsung

lum

dengan blood

pemberian

glucose test.

jus
bengkuang
2

Pemberia
njus bengkuang

Pem
berian

jus

Meng
ukur

jumlah

bengkuang

jus

kepada

bengkuang

responden 1

yang

kali

diberikan

sehari

Timba
ngan

akan

sebanyak

kepada

+/- 250 ml

responden

untuk setiap

kasus.

kali
pemberian
selama

21

hari
berturutturut.
3

Kadar
glukosa

darah

sewaktu

(akhir)

Nilai

Meme

Blood

kadar

Glucose Test

ukur kadar

riksa

glukosa

glukosa
26

responden

darah

darah

Setelah
pemberian
bengkuang

jus

ktu

sewa

sewaktu akhir

(akhir)

respon

responden 1

den

hari

langsung
setel

secara
denga

ah

blood

pemberian

glucose test.

jus
bengkuang
selama

21

hari

27

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Design Penelitian

Design penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan pra-pasca perlakuan (pretestposttest with control group design). Dalam rancangan ini dilakukan secara randomisasi, artinya
pengelompokan angota-anggota kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan
berdasarksn acak dan random. Dalam penelitian ini pengukuran kadar gula darah dilakukan
sebelum dan sesudah perlakuan dan terdapat kontrol sebagai pembanding. Kasus dan kontrol
adalah penderita Diabetes Mellitus yang memiliki kadar gula darah 200 mg/dl yang tidak
diberi perlakuan. Hasil penelitian ini untuk melihat pengaruh pemberian Jus Bengkuang dalam
penurunan kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus di wilayah kerja RSUP M. Djamil
Padang tahun 2016.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember Tahun 2016 diwilayah kerja RSUP
Padang selama tujuh hari berturut-turut.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh penderita Diabetes Mellitus yang berada di wilayah
kerja RSUP M. Djamil Padang .

28

2. Sampel
Sampel penelitian adalah pasien Diabetes Mellitus yang diambil secara purposive
sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan keinginan peneliti sebanyak 20 orang 10
sampel kasus dan 10 orang sampel kontrol .
Pengambilan sampel juga mempertimbangkan syarat-syarat berikut.
a. Hasil pengukuran kadar gula darah saat di Rumah sakit 200 mg/dl.
b. Bersedia diberikan perlakuan berupa pemberian Jus Bengkuang setiap hari selama
21secara berturut-turut hari dengan menandatangani surat persetujuan.
c. Pasien tergolong Diabetes Mellitus tanpa komplikasi yang didapatkan melalui
data RSUP M.Djamil Padang.
d. Pasien berumur >40 tahun.
D. Rancangan Penelitian
1. Rancangan pembuatan Jus Bengkuang

a. Alat
Alat yang digunakan dalam proses pembuatan adalah pisau, blender, dan
timbangan
b. Bahan
Bahan yang digunakan adalah buah bengkuang yang diperoleh dari slah satu
penjual bengkuang yang berada di sekitaran simpang Bandara Internasional
Minangkabau di daerah Lubuk Buaya Padang dan air.
1. Cara pembuatan jus bengkuang
Siapkan 320 gram buah bengkuang. Setelah itu, hancurkan buah bengkuang dan
tambahkan air dengan blender dengan menghasilkan +/- 250 ml sari buah bengkuang,
kemudian ambil sari buah bengkuang, masukan jus bengkuang kedalam gelas.
29

2. Persiapan responden

Pada persiapan responden peneliti melakukan identifikasi faktor atau masalah terkait
tentang pengontrolan kadar gula darah responden. Identifikasi yang dilakukan
ditujukan pada asupan makan responden dan jenis zat gizi yang akan dikontrol adalah
karbohidrat.
Metode yang digunakan untuk mengetahui asupan makan responden adalah metode
recall 24 jam yang dilakuan 3 24 jam dalam hari yang berurtan.
3. Pelaksanaan penelitian

Jus Bengkuang diberikan kepada sampel +/- 250 ml dalam bentuk sari bengkuang
setiap hari selama 21 hari berturut- turut. Sebelum diberikan perlakuan kadar gula
darah sampel diukur dan pada hari ke 22 kadar gula darah diukur kembali. Sedangkan
pada kelompok kontrol diberikan sirup rendah kalori dengan dosis +/- 200 ml .
E. Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data
1. Data primer
Data yang dikumpulkan adalah jumlah Jus Bengkuang yang dihabiskan, data berat badan dan
tinggi badan untuk melihat status gizi (IMT), dan data kadar gula darah sewaktu responden yang
dikumpulkan oleh peneliti sendiri. Untuk mengukur kadar gula darah digunakan alat ukur kadar
gula darah glukose test (Blood GlucoseTest)

2. Data sekunder
Data dikumpulkan meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, tergolong diabetes

yang

diperoleh dari laporan kesehatan di RSUP M. Djamil Padang.

30

F. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan data

Data mengenai kadar gula darah pasien yang diperoleh dan diolah dengan cara
komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyunting Data (editing)
Dalam menyunting data dilakukan pengecekan kelengkapan pengisian kuesioner,
kejelasan jawaban, kesesuaian relevansi jawaban dan keseragaman satuan.
b. Mengkode Data (coding)
Memberi kode pada masing-masing data sesuai dengan tujuan penelitian yang
sudah dirumuskan.
c. Memasukkan Data (entry)
Penyajian data tingkat kehabisan, kadar gula darah (sebelum dan sesudah), dan
penurunan kadar gula darah kedalam tabel.
d. Membersihkan Data (cleaning)
Pemeriksaan kembali terhadap data yang telah di entrykan untuk mengecek
kesalahan yang mungkin terjadi.
2. Analisis data

a. Analisis Univariat
Analisis univariat untuk melihat rata-rata Jus Bengkuang yang dihabiskan dan
rata - rata kadar gula darah sebelum dan sesudah perlakuan.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk menguji hipotesis yaitu ada perbedaan antara kadar gula
darah sebelum dan sesudah pemberian Jus Bengkuang pada kelompok perlakuan
dengan uji T-Test beda dua mean dependent dan uji T-Test independent untuk
31

mengetahui pengaruh pemberian Jus Bengkuang dengan melihat perbedaan ratarata penurunan kadar gula darah pada kelompok perlakuan dan kontrol. Dengan
tingkat kepercayaan p = <0,05.

32

Daftar Pustaka

Amelia, A.A., 2014. Pemberian Nata de Aloevera dalm Penurnan Kadar Gula Darah Pasieb
Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Naggalo Padang Tahun 2014. , (July).
Andalas, U., 2016. Hubungan Konsumsi Bahan Makanan Sumber Indeks Glikemik Tinggi
dengan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus di Poliklinik Khusus Penyakit
Dalam RSUP Dr. M Djamli Padang 2016. , (3).
Andriani Rizka Yasmina, E.P., 2014. Perbedaan Kadar Gula Darah Puasa sebelum dan setelah
Pemberian Sari Bengukang pada Wanita Usia Subur. Journal of Nutrition College, 3,
pp.440446.
Milka Melianda Susanto, D., 2013. BENGKOANG (Pachyrhizus erosus).
Perkeni, 2011. Kata Pengantar. Konsensus PengendaliN dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia.
RISKESDAS, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Penelitian, Badan Pengembangan,
Susanto, H.A., 2011. Genitika, Yogyakarta: Graham Ilmu.

33

Anda mungkin juga menyukai