Anda di halaman 1dari 71

POLA KONSUMSI DAN KEBIASAAN KONSUMSI TTD

DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI


DI SMK NEGERI I MANGGIS, KABUPATEN KARANGASEM

Oleh :
MELINA PERMANA SARI
NIM. P07131214048

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI DIV
DENPASAR
2018

i
POLA KONSUMSI DAN KEBIASAAN KONSUMSI TTD
DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI
DI SMK NEGERI I MANGGIS, KABUPATEN KARANGASEM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program


Studi Diploma IV Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Denpasar

Oleh:
MELINA PERMANA SARI
NIM. P07131214048

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI DIV
DENPASAR
2018

i
LEMBAR PERSETUJUAN

POLA KONSUMSI DAN KEBIASAAN KONSUMSI TTD


DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI
DI SMK NEGERI I MANGGIS, KABUPATEN KARANGASEM

TELAH MENDAPAT PERSETUJUAN

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Pande Putu Sri Sugiani,DCN.M.Kes G. A. Dewi Kusumayanti,DCN.M.Kes


NIP.19641227 198903 2 002 NIP.19660426 198903 2 003

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR,

Ni Komang Wiardani,SST.M.Kes
NIP.19670316 199003 2 002

ii
PENELITIAN DENGAN JUDUL:

POLA KONSUMSI DAN KEBIASAAN KONSUMSI TTD


DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI
DI SMK NEGERI I MANGGIS, KABUPATEN KARANGASEM

TELAH DIUJI DI HADAPAN TIM PENGUJI


PADA HARI:………..
TANGGAL:…………

TIM PENGUJI:
1. Dr. I Putu Suiraoka, SST., M.Kes (Ketua) (…................)

2. Gusti Ayu Dewi Kusumayanti, DCN., M.Kes (Anggota) (……………)

3. Pande Putu Sri Sugiani, DCN., M.Kes (Anggota) (……………)

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR,

Ni Komang Wiardani,SST.M.Kes
NIP.19670316 199003 2 002

iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Melina Permana Sari
NIM : P07131214048
Tempat/Tanggal Lahir : Denpasar, 11 Mei 1995
Prodi : Diploma IV
Jurusan : Gizi
Alamat Rumah : Br.Dinas Dalang Desa, Dalang, Selemadeg Timur
Nomor Telp/Hp/Email : 082227932800 / melina.permanasari@yahoo.com
1. Tugas akhir dengan judul adalah benar “Pola Konsumsi dan Kebiasaan
Konsumsi TTD dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMK Negeri 1
Manggis, Kabupaten Karangasem” karya sendiri atau bukan plagiat hasil
karya orang lain.
2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa tugas akhir bukan karya saya sendiri
atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia menerima
sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan ketentuan
perundang – undangan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Dibuat di : Denpasar
Pada tanggal : 29 Juni 2018
Yang membuat pernyataan

Melina Permana Sari


NIM.P07131214048

v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hayang Widhi Wasa,
karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan usulan
penelitian yang berjudul “Pola Konsumsi Dan Kebiasaan Konsumsi Tablet
Tambah Darah Terhadap Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di Smk Negeri I
Manggis, Kabupaten Karangasem”.
Usulan penelitian ini dapat tersusun atas bimbimngan serta dorongan dari
berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Pande Putu Sri Sugiani, DCN.M.Kes, sebagai Pembimbing Utama
yang telah memberikan bimbingan, masukan saran, tambahan ilmu,
dan motivasi yang berguna dalam menyusun Usulan Penelitian ini.
2. Ibu Gusti Ayu Dewi Kusumayanti,DCN.M.Kes, sebagai Pembimbing
Pendamping yang telah memberikan bimbingan, masukan saran,
tambahan ilmu, dan motivasi yang berguna dalam menyusun Usulan
Penelitian ini.
3. Direktur Poltekkes Kemenkes Denpasar, yang telah memberi
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Usulan Penelitian ini.
4. Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Denpasar, yang telah
memberi kesempatan kepada penulisuntuk menyelesaikan Usulan
Penelitian ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Denpasar
yang turut memberi arahan dan masukan dalam menyelesaikan Usulan
Penelitian ini.
6. Teman-teman, keluarga serta rekan-rekan yang telah memberi
masukan, saran dan motivasi dalam menyelesaikan Usulan Penelitian
ini.
Penulis menyadari bahwa Usulan Penelitian Skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan bimbingan, saran, serta
kritik yang sifatnya membangun guna perbaikan dan penyempurnaan usulan
penelitian. Semoga usulan penelitian ini nantinya dapat terwujud sebagai sebuah
Skripsi yang berguna bagi peneliti sendiri maupun pihak lain.
Denpasar, April 2017
vi

Penulis
vii
DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL............................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................. iii

KATA PENGANTAR.......................................................................... iv

DAFTAR ISI......................................................................................... v

DAFTAR TABEL................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR............................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................... 3

C. Tujuan Penulisan....................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian.................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 5

A. Pola Konsumsi ......................................................................... 5

1. Pengertian Pola Konsumsi............................................ 5

2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi. . 6

3. Pengukuran Pola Konsumsi.......................................... 8

B. Tablet Tambah Darah............................................................... 11

1. Pengertian Tablet Tambah Darah................................. 11

2. Fungsi Zat Besi............................................................. 12

3. Manfaat Tablet Tambah Darah..................................... 12

4. Absorpsi, Transportasi, dan Penyimpanan Zat Besi..... 13

v
5. Fatkor – faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Zat Besi 16

6. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Konsumsi Tablet

Tambah Darah............................................................... 17

7. Angka Kecukupan Zat Besi yang Dianjurkan.............. 18

8. Sumber Zat Besi............................................................ 18

C. Anemia...................................................................................... 19

1. Pengertian Anemia........................................................ 19

2. Penyebab Anemia Defesiensi Besi............................... 19

3. Tanda dan Gejala Anemia............................................. 20

4. Penatalaksanaan Anemia Defesiensi Besi.................... 22

5. Klasifikasi Kadar Hemoglobin..................................... 24

D. Remaja...................................................................................... 24

1. Pengertian dan Perkembangan Remaja......................... 24

2. Kebutuhan Gizi Remaja................................................ 25

3. Masalah Gizi pada Remaja........................................... 25

BAB III KERANGKA KONSEP......................................................... 28

A. Kerangka Konsep...................................................................... 28

B. Variabel dan Defenisi Operasional........................................... 30

C. Hipotesis Penelitian.................................................................. 34

BAB IV METODE PENELITIAN....................................................... 35

A. Jenis dan Rancangan Penelitian................................................ 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................... 35

C. Populasi dan Sampel Penelitan................................................. 35

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data............................................ 37

vi
E. Alat dan Instrumen Penelitian................................................... 38

F. Cara Pengolahan dan Analisis Data.......................................... 39

G. Prosedur Penatalaksanaan Penelitian........................................ 41

H. Etika Penelitian......................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 43

LAMPIRAN.......................................................................................... 45

vii
DAFTAR TABEL

HALAMAN

1. Tabel Klasifikasi Kadar Hemoglobin................................................... 24

2. Tabel Kecukupan Zat Gizi Remaja Berdasarkan AKG 2013.............. 25

3. Tabel Defenisi Operasional................................................................... 30

viii
DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

1. Gambar Kerangka Konsep........................................................ 28

ix
DARTAR LAMPIRAN

HALAMAN

1. Rencana Kegiatan..................................................................... 46

2. Rencara Biaya........................................................................... 47

3. Surat Pernyataan....................................................................... 48

4. Formulir Identitas...................................................................... 49

5. Tabel Analisis Data................................................................... 53

6. Rumus Korelasi Sperman......................................................... 54

7. Formulir SQ-FFQ...................................................................... 55

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi

masalah kesehatan masyarakat adalah anemia gizi besi. Prevalensi anemia di

dunia sangat tinggi, terutama di negara-negara sedang berkembang termasuk

Indonesia. Anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di

dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. (Imran, N., Indriasari, R., &

Najamuddin, U. 2014). Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling

sering terjadi pada remaja, karena kebutuhan zat besi yang tinggi untuk

pertumbuhan. Gejala anemia biasanya sering mengalami pusing, cepat merasa

lelah, tidak bertenaga atau bergairah dalam beraktivitas. Remaja puteri menjadi

rentan terhadap anemia sebab remaja puteri mengalami siklus menstruasi.

Ketidakseimbangan zat gizi juga menjadi penyebab anemia pada remaja. Remaja

puteri biasanya sangat memperhatikan bentuk tubuh, sehingga banyak yang

membatasi konsumsi makanan dan banyak pantangan terhadap makanan

(Budiman, dkk. 2016)

Remaja yang terkena anemia cenderung memiliki body image yang

negatif, sedangkan remaja yang memiliki body image yang positif cenderung

tidak terkena anemia. Menurut tim penulis Poltekes Depkes, salah satu penyebab

remaja putri lebih mudah terserang anemia adalah karena remaja putri biasanya

ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan makanan. Remaja sering

merasa tidak nyaman dengan perubahan tubuhnya yang cepat. (Amalia M, dkk.

2014).

1
Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya prevalensi anemia secara

umum yaitu: kehilangan darah secara kronis, asupan zat besi tidak cukup,

penyerapan yang tidak adekuat dan peningkatan kebutuhan akan zat besi,

persentase asupan zat yang dapat membantu penyerapan zat besi (Fe) juga

berperan penting dalam pembentukan kadar hemoglobin darah, seperti vitamin C (

asam askorbat) yang terdapat pada buah, asam malat dan tartat pada sayuran

seperti : wortel, kentang, brokoli, tomat, kubis dan labu kuning, dan asam amino

sistein yang terdapat pada protein hewani yakni daging sapi, daging kambing,

ayam, hati dan ikan, serta presentase banyaknya zat besi (Fe) yang dapat diserap

dari makanan sangat rendah karena adanya zat-zat penghambat penyerapan zat

besi (Fe) seperti tannin yang terkandung dalam daun, kopi, teh, wine, dan beer.

Remaja memerlukan lebih banyak zat besi dan wanita membutuhkan lebih banyak

lagi untuk mengganti zat besi yang hilang bersama darah haid (Kristyan, 2011)

Berbagai studi menunjukkan dampak negatif dari anemia akibat

kekurangan zat gizi besi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dan

remaja. Anemia pada anak menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tidak

optimal dan menurunkan prestasi belajar karena rasa cepat lelah, kehilangan

gairah dan tidak dapat berkonsentrasi. Sedangkan pada remaja penderita anemia,

sebagai calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus bangsa, anemia akan

menyebabkan tingginya risiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)

yang mempunyai kualitas hidup yang tidak optimal. (Fikawati et al., 2009)

Upaya suplementasi tablet tambah darah di Indonesia diatur dalam buku

Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri dan Wanita Usia

Subur yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada

2
tahun 2006. Dalam pedoman tersebut disebutkan bahwa kegiatan Suplementasi

TTD dilakukan secara mandiri sebanyak 13 tablet/bulan di mulai dari bulan

agustus 2016 di dukung oleh Surat Edaran Kementrian Kesehatan RI No.

GK.01.02/V.3/004/2016 dan dianjurkan minum satu tablet setiap hari selama

masa menstruasi. Kebijakan ini tidak memberikan hasil yang optimal karena

peningkatan prevalensi anemia di dasarkan pada peningkatan prevalensi anemia

pada remaja khususnya pada remaja putri. (Risva & Rahfiludin, 2016)

SMK Negeri I Manggis, Kabupaten Karangasem setiap bulannya

mendapat jatah 13 tablet tambah darah, yang rutin diberikan setiap hari senin oleh

petugas puskesmas, untuk remaja yang sedang haid diberikan TTD untuk dibawa

pulang dan dianjurkan untuk dikonsumsi selama haid.

Berdasarkan Data Riskesdas tahun 2016 di Provinsi Bali, prevalensi

anemia sebanyak 27,1%. Hal ini menunjukkan bahwa masalah anemia khususnya

pada wanita masih cukup tinggi. Sehingga, dengan pengetahuan gizi yang kurang

mengenai asupan makanan yang baik, ditambah dengan persepsi body image yang

dipengaruhi oleh diet ketat dan pola makan yang buruk akan berdampak pada

masalah anemia defesiensi zat besi. Zat besi (Fe) merupakan mineral yang sangat

penting bagi tubuh meskipun dibutuhkan sangat sedikit (trance mineral). Hal

tersebutlah yang menjadikan penulis ingin melakukan penelitian mengenai pola

konsumsi dan kebiasaan konsumsi TTD terhadap kejadian anemia pada remaja

putri di SMK Negeri I Manggis, Kabupaten Karangasem.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah hubungan pola

3
konsumsi dan kebiasaan konsumsi TTD dengan kejadian anemia pada remaja

putri di SMK Negeri I Manggis, Kabupaten Karangasem?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pola konsumsi dan kebiasaan konsumsi TTD dengan kejadian

anemia pada remaja putri di SMK Negeri I Manggis, Kabupaten Karangasem

2. Tujuan Khusus

a. Menilai pola konsumsi pada remaja putri di SMK Negeri I Manggis,

Kabupaten Karangasem

b. Menilai kebiasaan konsumsi Tablet Tambah Darah pada remaja putri di

SMK Negeri I Manggis, Kabupaten Karangasem

c. Menilai kadar hemoglobin pada remaja putri di SMK Negeri I Manggis,

Kabupaten Karangasem

d. Menganalisis pola konsumsi dan kebiasaan konsumsi TTD dengan

kejadian anemia pada remaja putri di SMK Negeri I Manggis, Kabupaten

Karangasem

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang benar

serta masukan dalam rangka mencegah dan menanggulangi anemia pada remaja

putri di SMK Negeri I Manggis, Kabupaten Karangasem

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau

kontribusi data bagi pengembang ilmu pengetahuan dan penerapannya, khususnya

4
di bidang gizi, instansi terkait dan bagi para peneliti lainnya yang ingin

melakukan penelitian lebih dalam dan serius mengenai anemia pada remaja putri.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pola Konsumsi

1. Pengertian Pola Konsumsi

Pola konsumsi adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi

seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola konsumsi pangan

merupakan gambaran mengenai jenis, jumlah dan frekuensi bahan makanan yang

dikonsumsi seseorang sehari – hari dan merupakan cirri khas pada suatu

kelompok masyarakat tertentu (Wati Oktaviani, 2011).Pola makan terdiri dari:

a. Jenis Makanan

Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang jika dimakan, dicerna

dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang.

Menyiapkan variasi makanan merupakan salah satu cara untuk menghilangkan

rasa bosan. Variasi menu yang tersusun oleh kombinasi bahan makanan yang

diperhitungkan dengan cepat dan tepat akan memberikan hidangan sehat baik

secara kualitas maupun kuantitas. Teknik pengolahan makanan adalah guna

memperoleh intake yang baik dan bervariasi (Wati Oktaviani, 2011)

b. Jumlah Konsumsi Zat Gizi

1) Protein

Protein dalam darah mempunyai mekanisme yang spesifik sebagai

carrier bagi transportasi zat besi pada sel mukosa. Protein itu disebut

transferring yang disintesa di dalam hati dan transferrin akan membawa

5
zat besi dalam darah untuk digunakan pada sintesa hemoglobin. Dengan

berkurangnya asupan protein dalam makanan, sintesa transferring akan

terganggu sehingga kadar dalam darah akan turun. Rendahnya kadar

transferring dapat menyebabkan transportasi zat besi tidak dapat berjalan

dengan baik, akibatnya kadar Hb akan menurun (Hallberg, 1988 dalam

Pratiwi 2016).

(Bridges 2008 dalam Pratiwi 2016) menyatakan bahwa protein juga

mempunyai peranan penting dalam transportasi zat besi dalam tubuh.

Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi

terlambat sehingga akan terjadi defesiensi zat besi, disamping itu

makanan yang tinggi protein terutama berasal dari daging, ikan dan

ungags juga banyak mengandung zat besi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja putri yang asupan

proteinnya kurang dari AKG memiliki resiko lebih tinggi terkena anemia

dibandingkan dengan remaja putri yang asupannya cukup atau memenuhi

AKG. (Safyanti 2002 dalam Pratiwi 2016) mendapatkan hasil bahwa

remaja putri yang asupan proteinnya kurang dari AKG memiliki resiko

lebih 5,3 kali terkena anemia dibandingkan dengan remaja putri yang

asupannya cukup.

2) Vitamin C

Zat gizi yang telah dikenal luas sangat berperanan dalam

meningkatkan absorpsi zat besi dalam Vitamin C (Husaini,1989;

Almatsier, 2001 dalam Pratiwi 2016). Vitamin C dapat meningkatkan

absorpsi zat besi non hem sampai empat kali lipat, yaitu dengan merubah

6
besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah diabsorpsi.

Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang

sukardimobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan. Vitamin C

pada umumnya hanya terdapat pada pangan nabati yaitu sayur dan buah

terutama yang asam seperti jeruk, nanas, rambutan, papaya, dan tomat

( Almatsier, 2001 dalam Pratiwi 2016).

Beberapa penelitian membutikan pengaruh konsumsi vitamin C

terhadap kejadian anemia yaitu pada tahun 2001, Safyanti menemukan

remaja putri yang konsumsi Vitamin C kurang dari 100% AKG memiliki

resiko 3.5 kali lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan dengan

remaja putri yang mengkonsumsi vitamin C > 100% AKG. (Satyaningsih

2007 dan Kwatrin dalam Pratiwi 2016) juga menemukan hal yang sama,

yaitu resiko mengalami anemia lebih tinggi 4 kali pada remaja putri yang

konsumsi Vitamin C kurang dari AKG.

3) Zat Besi (Fe)

Tubuh mendapatkan zat besi memlalui makanan. Kandungan zat besi

dalam makanan berbeda – beda, dimana makanan yang kaya akan

kandungan zat besi adalah makanan yang berasal dari hewani (seperti

ikan, daging, hati dan ayam). Makanan nabati ( seperti sayuran hijau tua)

walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap

dengan baik oleh usus (Depkes RI, 1998;14 dalam Pratiwi 2016).

Rendahnya asupan zat besi ke dalam tubuh yang berasal dari konsumsi zat

besi dari makanan sehari – hari merupakan salah satu penyebab terjadinya

anemia (Mary E. Beck, 2000;197 dalam Pratiwi 2016).

7
Asupan zat besi kedalam tubuh remaja putri dipengaruhi; Konsumsi

zat besu dalam makanan terdapat 2 macam zat besi yaitu besi heme (40%)

dan besi non hem. Besu non hem merupakan sumber utama zat besi dalam

makanan. Terdapat dalam semua jenis sayuran misalnya sayuran hijau,

kacang-kacangan, kentang, dan serealia serta beberapa jenis buah –

buahan. Sedangkan besi hem hamper semua terdapat dalam makanan

hewani antara lain daging, ikan, ayam, hati, dan organ – organ lain

(Almatsier, 2001).

Berdasarkan penelitian Arifin (2013) yang menunjukkan bahwa

asupan Fe mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian anemia

pada murid sekolah dasar di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

(p=0,000).

c. Frekuensi Makan

Frekuensi konsumsi makanan dapat menggambarkan berapa banyak

makanan yang dikonsumsi seseorang. Menurut (Hui 1985 dalam Pratiwi 2016).

Melewatkan waktu makan dapat menyebabkan penurunan konsumsi energi,

protein, dan zat gizi lain (Brown et al.2005 dalam pratiwi 2016).

Frekuensi makan yang ideal adalah 3 kali dalam sehari. Sebagaimana

menurut beberapa kajian, frekuensi makan yang baik adalah tiga kali sehari.

Orang dewasa dengan polaa makan yang teratur mempunyai kecendrungan lebih

langsing dan sehat dibandingkan orang yang makan secara tidak teratur (Niklas,

Tom, Karen & Gerald 2001 dalam phujiyanti, 2004).

Pada umumnya remaja mempunyai kebiasaan makan yang kurang baik.

Beberapa remaja khususnya remaja putri sering mengkonsumsi makanan dalam

8
jumlah yang tidak seimbang dibandingkan dengan kebutuhannya karena takut

kegemukan. Kebiasaan makan remaja biasanya tidak lebih dari tiga kali sehari

dan disebut makan bukan hanya dalam konteks mengkonsumsi makanan pokok

saja tetapi makanan ringan juga dikategorikan sebagai makan (Suhardjo,1989

dalam pratiwi 2016). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan

frekuensi makan < 3 kali memiliki resiko lebih tinggi terkena anemia

dibandingkan dengan remaja yang frekuensi makan > 3 kali sehari. (Raptauli

2012 dalam pratiwi 2016) menyatakan remaja dengan frekuensi makan < 3 kali

sehari mempunyai peliang 1,729 kali untuk menderira anemia dibandingkan

dengan remaja yang frekuensi makannya 3 kali sehari.

2. Faktor yang mempengaruhi pola konsumsi makan

Secara umum faktor –faktor yang mempengaruhi konsumsu pangan

adalah faktor ekonomi dan harga serta faktor social budaya dan religious seperti

yang akan dijelaskan sebagai berikut (Enika R.Siregar, 2008):

a. Faktor Ekonomi dan Harga

Keadaan ekonomi keluarga relative mudah diukur dan berpengaruh besar

terhadap konsumsi pangan, terutama pada golongan miskin. Hal ini disebabkan

karena penduduk golongan miskin sebagian besar pendapatannya untuk

memenuhi kebutuhan makanan. Perubahan pendapatan secara langsung dapat

mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga. Meningkatnya pendapatan

berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan keluarga, dengan kualitas

dan kuantitas yang lebih baik begitu pula sebaliknya (Wati Oktaviani, 2011).

b. Faktor Sosial Budaya dan Religi

9
Kebudayaan suatu budaya bangsa masyaraakat mempunyai kekuatan yang

berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk

dikonsumsi. Aspek social budaya pangan adalah fungsi pangan dalam masyarakat

yang berkembang sesuai dengan keadaan lingkungan, agama, adat kebiasaan dan

pendidikan masyarakat tersebut. Kebudayaan juga menentukan kapan seseorang

boleh atau tidak boleh memakan sesuatu makanan (tabu) walaupun tidak semua

tabu rasional bahkan banyak jenis tabu yang tidak masuk akal. Oleh karena itu

kebudayaan mempengaruhi seseorang dalam mengonsumsi pangan yang

menyangkut pemilihan jenis pangan dan persiapan serta penyajiannya (Enika

R.Siregar,2008).

c. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan memiliki pengaruh besar terhadap pola konsumsi.

Antara masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi dengan masyarakat dengan

tingkat pendapatannya yang rendah akan memiliki beberapa perbedaan dalam pola

makan atau konsumsi (Wati Oktaviani, 2011).

d. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan itu sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan gizi,

ini berakibat pada penanganan anak – anak dan keluarga tentang pemilihan

makanan yang bergizi (Wati Oktaviani, 2011).

3. Pengukuran pola konsumsi makan

Metode pengukuran konsumsi makanan digunakan untuk mendapatkan

data konsumsi makanan tingkat individu. Ada beberapa metode pengukuran

konsumsi makanan, yaitu sebagai berikut :

a. Recall 24 jam (24 Hour Recall)

10
Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta

minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu. Recall dilakukan pada

saat wawancara dilakukan dan mundur kebelakang sampai 24 jam penuh.

Wawancara menggunakan formulir recall harus dilakukan oleh petugas yang telah

terlatih. Data yang diperlukan dari hasil recall lebih bersifat kualitatif. Untuk

mendapatkan data kuantitatif maka perlu ditanyakan penggunaan URT ( Ukuran

Rumah Tangga). Sebaiknya racall dilakukan minimal dua kali dengan tidak

berturut – turut. Data food recall 1 kali 24 jam kurang dapt mewakili dalam

menggambarkan kebiasaan makan individu. Penelitian menunjukkan bahwa

penggunaan minimal 2 kali foot recall 24 jam tanpa berturut – turut dapat

memberikan gambaran asupan zat gizi dan memberikan variasi yang lebih besar

pada asupan harian individu (Supariasa, 2001)

b. Metode Estimated Food Record

Estimated Food Record merupakan catatan responden mengenai jenis dan

jumlah makanan dan minuman dalam satu periode waktu, biasanya 2 sampai 4

hari berturut – turut dan dapat dikuantitatifkan dengan estimasi menggunakan

ukuran rumah tangga (estimated food record) atau menimbang (weighed food

record) termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut. Metode ini

disebut juga diary record yang digunakan untuk mencatat jumlah yang

dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua apa yang

dikonsumsi setiap kali sebelum makan Ukuran Rumah Tangga (URT) atau

menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (Supariasa,2001).

c. Food Frequency Questionnaire (FFQ)

11
FFQ merupakan metode pengukuran konsumsi makanan dengan

menggunakan kuesioner untuk memperoleh data mengenai frekuensi seseorang

dalam mengonsumsi makanan dan minuman. Frekuensi konsumsi dapat dilakukan

selama periode tertentu, misalnya harian, mingguan, bulanan maupun tahuanan.

Kuesioner terdiri dari daftar jenis makanan dan minuman (Supariasa,2001).

Selain itu dengan metode frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran

pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapu karena periode

pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu berdasarkan rangking

tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam penelitian

epidemologi gizi. Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan

makanan atau makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut adalah yang

dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden. Dalam absorbs

zat besi (Fe), yang harus diperhatikan adalah bahan makanan yang dapat

membantu dan menghambat penyerapan dari zat besi (Fe) itu sendiri, bahan

makanan yang dimaksud adalah bahan makanan yang ada pada menu sehari – hari

yang dikonsumsi oleh seseorang. Pola menu makanan pada garis besarnya dapat

digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi dengan

tingkatan absorbs zat besi (Fe) masing – masing 5%, 10%, 15%.

Pola menu yang tergolong rendah absorbs zat besi (Fe) (±5%), merupakan

pola menu yang hanya terdiri dari nasi atau umbi – umbian dengan kacang –

kacangan dan sangat sedikit (jarang sekali) daging ayam atau ikan serta sedikit

mengandung vitamin C. sebaliknya menu makanan ini lebih banyak bahan

makanan yang mengandung zat penghambat penyerapan zat besi (Fe).

12
Menu makanan yang tergolong bioavailabilitas zat besi (Fe) sedang,

biasanya terdiri dari nasi, roti, umbi – umbian atau jagung, sayur – sayuran, buah

– buahan, dan seing ngengonsumsi daging, ikan atau ayam, walaupun jumlahnya

tidak banyak. Sedangkan makanan yang tergolong tinggi biovailabilitas zat bezi

(Fe) yang dikandungnya (±15%) adalah makanan yang tersusun dari

beranekaragam (diversifikasi) bahan – bahan makanan dan dalam menu terdapat

banyak daging, ikan, ayam dan bahan makanan lainnya yang banyak mengandung

vitamin C.

Langkah – langkah Metode frekuensi makanan, Supariasa dkk. (2001)

yaitu sebagai berikut:

1) Enumeratordiminta untuk memberi tanda pada daftar yang tersedia pada

kuesioner mengenai frekuensi penggunaanya dan ukuran porsinya.

2) Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis – jenis bahan

makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber –sumber zat gizi

tertentu selama periode tententu pula.

Menurut Supariasa dkk. (2001), Metode Frekuensi Makanan mempunyai

beberapa kelibihan, antara lain relative murah dan sederhana, dapat dilakukan

sendiri oleh responden, tidak membutuhkan latihan khusus, dapat membantu

untuk menjelaskan hubungan anatara penyakit dan kebiasaan makan. Sedangkan

kekurangan Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency) antara lain tidak dapat

untuk menghitung intake zat gizi sehari, sulit mengembangkan kuesioner

pengumpulan data, cukup menjemukan bagi pewawancara, perlu percobaan

pendahuluan untun menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk

dalamdaftar kuesioner, responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi.

13
d. Penimbangan Makanan (Food Weighing)

Metode penimbangan makanan dilakukan dengan cara menimbang

makanan disertai dengan mencatat seluruh makanan dan minuman yang

dikonsumsi responden selama satu hari. Persiapan pembuatan makanan,

penjelasan mengenai bahan – bahan yang digunakan dan merk makanan (jika ada)

sebaiknya harus diketahui. Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung

beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia

(Supariasa, 2001).

e. Metode Frekuensi Makanan (food frequency)

Metode frekuensi makanan adalah memperoleh data tentang frekuensi

konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu

seperti hari, minggu, bulan atau tahun (Supariasa, 2001)

B. Tablet Tambah Darah

1. Pengertian Tablet Tambah Darah

Tablet tambah darah adalah suplemen yang mengandung zat besi, dimana

setiap tablet mengandung 200mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25

mg asam folat. Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel

darah merah (Hemoglobin) (Kristyan, N. 2011)

2. Fungsi Zat Besi

Menurut Almatsier (2002)

a. Sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan

b. Sebagai alat angkut electron pada metabolism energy

c. Sebagai enzim pembentuk kekebalan tubuh dan sebagai pelarut obat-

obatan

14
3. Manfaat Tablet Tambah Darah

Pentingnya pemberian zat besi ini kepada seseorang yang sedang terkena

anemia defisiensi besi dan tidak ada gangguan absorpsi maka dalam 7 – 10 hari

kadar kenaikan Hb bisa terjadi dengan mengkonsumsi tablet tambah darah sebesar

1,4 mg/hari (Kristyan, N. 2011).

Pada keadaan perdarahan berlebihan atau perdarahan normal pada haid,

kehilangan besi akibat perdarahan harus diganti. Karena haid rata-rata

mengeluarkan darah 60 ml per bulan, yang sama dengan 30 mg besi, perempuan

memerlukan satu ekstra miligram per hari untuk diserap agar keseimbangan

terjaga (Kristyan, N. (2011).

Suplemen zat besi sebaiknya dikonsumsi pada malam hari, karena efek

dari suplemen zat besi tersebut dapat menimbulkan rasa mual. Jumlah suplemen

yang diberikan diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan wanita. Kebutuhan akan

zat besi 3000 s/d 5000 mg yang ada dalam tubuh, yang diekskresikan tubuh setiap

harinya hanya 1 mg dan hanya 60 % (1800 – 3000 mg) berada dalam eritrosit, 30

% berada sebagai besi cadangan dan hanya 20 % berada dalam berbagai organ

lainnya seperti otot, enzim dan lain – lain (Kristyan, N. (2011).

4. Absorpsi, Transportasi, dan Penyimpanan Zat Besi

Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi. Sebelum diabsorpsi, di

dalam lambung besi dibebaskan dari ikatan organik, seperti protein. Sebagian

besar besi dalam bentuk feri direduksi menjadi bentuk fero. Hal ini terjadi dalam

suasana asam di dalam lambung dengan adanya Hcl dan vitamin C yang terdapat

di dalam makanan (Kristyan, N. (2011).

15
Absorpsi terutama terjadi di bagian atas usus halus (duodenum) dengan

bantuan alat angkut protein khusus. Ada dua jenis alat angkut protein di dalam sel

mukosa usus halus yang membantu penyerapan besi, yaitu transferin dan feritin.

Transferin, protein yang disintesis di dalam hati, terdapat dalam dua bentuk.

Transferin mukosa mengangkut besi dari saluran cerna ke dalam sel mukosa dan

memindahkannya ke transferin reseptor yang ada di dalam sel mukosa. Transferin

mukosa kemudian kembali ke rongga saluran cerna untuk mengikat besi lain,

sedangkan transferin reseptor mengangkut besi melalui darah ke semua jaringan

tubuh. Dua ion feri di ikatkan pada transferin untuk di bawa ke jaringan-jaringan

tubuh. Banyaknya reseptor transferin yang terdapat pada membran sel bergantung

pada kebutuhan tiap sel. Kekurangan besi pertama dapat dilihat pada tingkat

kejenuhan transferin (Kristyan, N. (2011).

Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi hem seperti terdapat

dalam hemoglobin dan mioglobin makanan hewani, dan besi non hem dalam

makanan nabati. Besi hem diabsorpsi ke dalam sel mukosa sebagai kompleks

porfirin utuh. Cincin porfirin di dalam sel mukosa kemudian dipecah oleh enzim

khusus (hemoksigenase) dan besi dibebaskan. Besi hem dan non hem kemudian

melewati alur yang sama dan meninggalkan sel mukosa dalam bentuk yang sama

dengan menggunakan alat angkut yang sama. Absorpsi besi hem tidak banyak

dipengaruhi oleh komposisi makanan dan sekresi saluran cerna serta oleh status

besi seseorang. Besi hem hanya merupakan bagian kecil dari besi yang diperoleh

dari makanan (kurang lebih 5% dari besi total makanan), terutama di Indonesia,

namun yang dapat diabsorpsi dapat mencapai 25% sedangkan non hem hanya 5%

(Kristyan, N. (2011).

16
Agar dapat diabsorpsi, besi non hem di dalam usus halus harus berada

dalam bentuk terlarut. Besi non hem diionisasi oleh asam lambung, direduksi

menjadi bentuk fero dan dilarutkan dalam cairan pelarut seperti asam askorbat,

gula dan asam amino yang mengandung sulfur. Pada suasana pH hingga 7 di

dalam duodenum, sebagian besar besi dalam bentuk feri akan mengendap, kecuali

dalam keadaan terlarut seperti disebutkan diatas. Besi fero lebih mudah larut pada

pH 7, oleh karena itu dapat diasorpsi (Kristyan, N. (2011).

Taraf absorpsi besi diatur oleh mukosa saluran cerna yang ditentukan oleh

kebutuhan tubuh. Transferin mukosa yang dikeluarkan ke dalam empedu berperan

sebagai alat angkut protein yang bolak balik membawa besi ke permukaan sel

usus halus untuk diikat oleh transferin reseptor dan kembali ke rongga saluran

cerna untuk mengangkut besi lain. Di dalam sel mukosa besi dapat mengikat

apoferitin dan membentuk feritin sebagai simpanan besi sementara dalam sel. Di

dalam sel mukosa apoferitin dan feritin membentuk pool besi (Kristyan, N.

(2011).

Penyebaran besi dari sel mukosa ke sel-sel tubuh berlangsung lebih lambat

daripada penerimaannya dari saluran cerna, bergantung pada simpanan besi dalam

tubuh dan kandungan besi dalam makanan. Laju penyebaran besi ini diatur oleh

jumlah dan tingkat kejenuhan transferin. Tingkat kejenuhan transferin biasanya

sepertiga dari mampu ikat besi totalnya (Total Iron Binding Capacity/TIBC). Bila

besi tidak dibutuhkan, reseptor transferin berada dalam keadaan jenuh dan hanya

sedikit besi diserap dari sel mukosa. Transferin yang ada di dalam sel kemudian

dikeluarkan bersama sel mukosa yang umurnya hanya dua hingga tiga hari. Bila

17
besi dibutuhkan, transferin pada sel mukosa ini tidak jenuh, dan dapat lebih

banyak mengikat besi untuk disalurkan keseluruh tubuh (Kristyan, N. (2011).

Sebagian besar transferin darah membawa besi ke sumsum tulang dan

bagian tubuh lain. Di dalam sumsum tulang besi digunakan untuk membuat

hemoglobin yang merupakan bagian dari sel darah merah. Sisanya dibawa ke

jaringan tubuh yang membutuhkan. Kelebihan besi yang dapat mencapai 200

hingga 1500 mg, disimpan sebagai protein feritin dan hemosiderin di dalam hati

(30%), sumsum tulang belakang (30%) dan selebihnya di dalam limpa dan otot.

Dari simpanan besi tersebut hingga 50 mg sehari dapat dimobilisasi untuk

keperluan tubuh seperti pembentukan hemoglobin. Feritin yang bersikulasi di

dalam darah mencerminkan simpanan besi di dalam tubuh. Pengukuran feritin di

dalam serum merupakan indikator penting untuk menilai status besi (Kristyan, N.

(2011).

Menggunakan suplemen besi dosis tinggi untuk jangka waktu panjang atau

sering mendapat transfusi darah dapat menimbulkan penumpukan besi secara

berlebihan di dalam hati. Simpanan besi terutama dalam bentuk hemosiderin yang

tidak larut air dapat menimbulkan hemosiderin yang tidak baik untuk tubuh.

Feritin dapat dengan cepat dibentuk dan dipecah untuk memenuhi kebutuhan

tubuh segera akan besi. Hemosiderin dibentuk bila besi di darah terlalu tinggi dan

pemecahannya berlangsung lebih lambat (Kristyan, N. (2011).

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Zat Besi

Menurut Sunita Almatsier (2011) diperkirakan hanya 5-15% besi makanan

diabsorpsi oleh orang dewasa yang berada dalam status besi baik. Dalam keadaan

defisiensi besi absorpsi dapat mencapai 50%. Banyak faktor berpengaruh terhadap

18
absorpsi besi. Bentuk besi di dalam makanan berpengaruh terhadap

penyerapannya. Besi hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin

yang terdapat di dalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besi

non hem. Kurang lebih 40% dari besi di dalam daging, ayam dan ikan terdapat

sebagai besi hem dan selebihnya sebagai besi non hem. Besi non hem juga

terdapat di dalam telur, serealia, kacang-kacangan sayuran hijau dan beberapa

jenis buah-buahan. Makan besi hem dan non hem secara bersama dapat

meningkatkan penyerapan besi non hem. Daging, ayam dan ikan mengandung

suatu faktor yang membantu penyerapan besi. Faktor ini terdiri atas asam amino

yang mengikat besi dan membantu penyerapannya. Susu sapi, keju dan telur tidak

mengandung faktor ini hingga tidak dapat membantu penyerapan besi.

Asam organik, seperti vitamin C sangat membantu penyerapan besi non

hem dengan mengubah bentuk feri menjadi bentuk fero. Seperti telah dijelaskan,

bentuk fero lebih mudah diserap. Vitamin C disamping itu membentuk gugus besi

askorbat yang tetap larut pada pH lebih tinggi dalam duodenum. Oleh karena itu,

sangat dianjurkan memakan makanan sumber vitamin C seperti jambu biji, jeruk

dan nanas tiap kali makan. Asam organik lain adalah asam sitrat. Asam fitat dan

faktor lain di dalam serat serealia dan asam oksalat di dalam sayuran menghambat

penyerapan besi. Faktor-faktor ini mengikat besi, sehingga mempersulit

penyerapannya. Protein kedelai menurunkan absorpsi besi yang mungkin

disebabkan oleh nilai fitat yang tinggi. Karena kedelai dan hasil olahannya

mempunyai kandungan besi yang tinggi. Pengaruh akhir terhadap absorpsi besi

biasanya positif. Vitamin C dalam jumlah cukup dapat melawan sebagian

pengaruh faktor-faktor yang menghambat penyerapan besi.

19
Tanin yang merupakan polifenol dan terdapat di dalam teh, kopi dan

beberapa jenis sayuran dan buah juga menghambat absorpsi besi dengan cara

mengikatnya. Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum teh atau

kopi waktu makan. Kalsium dosis tinggi berupa suplemen menghambat absorpsi

besi, namun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Bayi dapat lebih

banyak menyerap besi yang berasal dari ASI daripada dari susu sapi.

Tingkat keasaman lambung meningkatkan daya larut besi. Kekurangan

asam klorida di dalam lambung atau penggunaan obat-obatan yang bersifat basa

seperti antasid menghalangi absorpsi besi.

Kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh besar terhadap absorpsi besi. Bila

tubuh kekurangan besi atau kebutuhan meningkat pada masa pertumbuhan,

absorpsi besi non hem dapat meningkat sampai sepuluh kali, sedangkan besi hem

dua kali.

6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Konsumsi Tablet

Tambah Darah

a. Pengetahuan

Pengetahuan yang baik sangat berpengaruh terhadap kepatuahan

responden untuk mengkonsumsi tablet tambah darah. Hal ini disebabkan karena

responden memiliki pengetahuan yang lebih mengenai pentingnya untuk rutin

mengkonsumsi tablet tambah darah.

b. Sikap

20
Sikap yang baik terbukti dapat menciptakan kepatuhan yang baik dalam

mengkonsumsi tablet tambah darah. Hal ini disebabkan karena responden yang

memiliki sikap baik juga memiliki kesadaran yang tinggi mengenai pentingnya

mengkonsumsi tablet tambah darah sebagai upaya mencegah anemia pada remaja

puteri.

c. Budaya

Responden dengan budaya baik memiliki kemungkinan mengkonsumsi

tablet tambah darah 2.5 kali lebih besar dibandingkan responden dengan budaya

buruk.

d. Lingkungan

Lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh yang baik juga

terhadap kebiasaan mengkonsumsi tablet tambah darah

Menurut Risva, T.C (2016)

7. Angka Kecukupan Zat Besi yang Dianjurkan

Widya Karya Pangan dan Gizi menetapkan angka kecukupan besi untuk

Indonesia :

a. Remaja perempuan : 14-25 mg

b. Dewasa perempuan : 14-26 mg

8. Sumber Zat Besi

Sumber baik besi adalah makanan hewani, seperti daging, ayam dan ikan.

Sumber baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran

hijau dan beberapa jenis buah. Di samping jumlah besi, perlu diperhatikan

kualitas besi di dalam makanan, danamakan juga ketersediaan biologik. Pada

umumnya besi di dalam daging, ayam dan ikan mempunyai ketersediaan biologik

21
sedang, dan besi di dalam sebagian besar sayuran, terutama yang mengandung

asam oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik rendah.

Sebaiknya diperhatikan kombinasi makanan sehari-hari, yang terdiri atas

campuran sumber besi berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan serta sumber

gizi lain yang dapat membantu absorpsi. Menu makanan di Indonesia sebaiknya

terdiri atas nasi, daging/ayam/ikan, kacang-kacangan, serta sayuran dan buah-

buahan yang kaya akan vitamin C (Kristyan, N. (2011).

C. Anemia

1. Pengertian Anemia

Anemia (dalam Bahasa Yunani “Anaimia” artinya kekurangan darah)

adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel

darah merah berada dibawah normal (HR & Suprapto 2014). Anemia juga dapat

dikatakan sebagai keadaan menurunya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah

sel darah merah dibawah normal yang dipatok untuk perorangan. Anemia gizi besi

adalah keadaan dengan kadar hemoglobin, hematokrit, dan sel darah merah yang

lebih rendah dari normal, sebagai akibat dari defisiensi unsur zat besi atau Fe dari

makanan esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut. Batas

terendah hemoglobin menurut WHO 1972 adalah 12 gr/dl untuk anak usia 6 – 12

tahun dan untuk WUS atau wanita dewasa yang tidak hamil adalah 12 – 14

gr/dl(Arisman 2009).

2. Penyebab Anemia Defisiensi Besi

Secara umum ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi yaitu

kehilangan darah secara kronis sebagai dampak pendarahan kronis, seperti pada

penyakit ulkus peptikum, hemoroid, infeksi parasit dan proses keganasan.

22
Selanjutnya adalah karena asupan zat besi yang tidak cukup dan penyerapannya

yang tidak adekuat. Serta yang terakhir adalah karena peningkatan kebutuhan

akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada

masa pertumbuhan bayi, masa pubertas (menstruasi), masa kehamilan dan

meyusui(Arisman 2009).

Selain itu, penyebab umum dari anemia antara lain : kekurangan zat besi,

pendarahan usus, pendarahan, genetic, kekurangan vitamin B12, kekurangan asam

folat, dan gangguan sumsum tulang. Secara garis besar penyebab anemia dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Peningkatan dekstrusi eritrosit, contohnya pada penyakit gangguan sistem

imun dan talasemia.

2. Penurunan produksi eritrosit, contohnya pada penyakit anemia aplastic dan

kekurangan nutrisi.

3. Kehilngan darah dalam jumlah besar, contohnya akibat pendarahan akut,

pendarahan kronis, mentruasi, ulser kronis dan trauma (HR & Suprapto

2014).

Sepanjang usia reproduksi wanita akan mengalami kehilangan darah akibat

peristiwa menstruasi. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa jumlah darah

yang hilang selama 1 periode menstruasi berkisar antara 20 – 25 cc. jumlah ini

menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12.5 - 15 mg per bulan, atau kira – kira

sama dengan 0.4 – 0.5 mg sehari. Jika jumlah tersebut ditambah dengan dengan

kehilangan zat besi secara basal, jumlah total zat besi yang hilang selama periode

menstruasi sebesar 1.25 mg per hari(Arisman 2009)

23
3. Tanda dan Gejala Anemia

Tanda dan gejala anemia defisiensi zat besi bianaya tidak khas dan sering

tidak jelas seperti : pucat, takikardia, dan sesak nafas, Kepucatan bisa diperiksa

pada telapak tangan, kuku, dan konjungtiva palpebral(Arisman 2009). Selain itu

tanda dan gejala anemia juga dapat berupa :

1. Kelopak Mata Pucat

Ketika kelopak mata bagian bawah diregangkan akan terlihat bagian dalam

kelopak mata yang berwarna pucat.

2. Sering Kelelahan

Jika anda merasa Lelah sepanjang waktu selama satu bulan lebih, bisa

menjadi kemungkinan jumlah sel darah merah dalam tubuh rendah, karena

pasokan energi tubuh sangat beragntung pada oksigen yang dibawa sel darah

merah.

3. Sering Mual

Mereka yang mengalami anemia sering kali mengalami gejala mual segera

setelah mereka bangun dari tempat tidur di pagi hari.

4. Sakit Kepala

Orang yang mengalami anemia sering mengeluh sakit kepala secara terus –

menerus. Kekurangan sel darah merah membuat otak kekurangan oksigen.

Hal inilah yang sering menyebabkan sakit kepala.

5. Ujung Jari Pucat

24
Ketika ujung jari ditekan, daerah itu akan menjadi berubahc merah.

Sedangkan pada pederita anemia, jika ujung jari di tekan makan akan timbul

warna putih atau pucat.

6. Sesak Nafas

Jumlah darah yang rendah akan menurunkan tingkat oksigen dalam tubuh.

Hal ini membuat penderita anemia sering merasa sesak nafas atau sering

terengah – engah ketika melakukan aktivitas sehari – hari seperti berjalan.

7. Denyut Jantung Tidak Teratur

Ketika tubuh mengalami kekurangan oksigen, akibat rendahnya jumlah sel

darah merah dalam tubuh, denyut jantung akan meningkat. Hal inilah yang

menyebabkan jantung berdebar tidak teratur.

8. Wajah Pucat

Wajah penderita anemia akan terlihat pucat. Kulit penderita anemia umumnya

juga akan terlihat putih kekuningan.

9. Rambut Rontok

Rambut rontok bisa jadi gejala anemia. Ketika kulit kepala tidak

mendapatkan makanan yang cukup dari tubuh maka akan terjadi penipisan

rambut dengan cepat.

10. Menurunya Kekebalan Tubuh

Etika tubuh memiliki energi yang sangat sedikit, maka kekebalan tubuh juga

kan ikut menurun. Hal ini menyebabkan penderita anemia mudah jatuh sakit

(HR & Suprapto 2014).

4. Penatalaksanaan Anemia Defisiensi Besi

25
Jika anemia sudah terjadi, tubuh tidak akan mungkin menyerap zat besi

dalam jumlah besar dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu, pengobatan

anemia selalu menggunakan suplementasi zat besi, disamping tentu saja

menambah jumlah asupan makanan yang kaya akan zat besi dan dapat

meningkatkan penyerapan zat besi. Sejauh ini ada empat pendekatan dalam

pencegahan anemia defisiensi zat besi. Pendekatan tersebut adalah :

1. Pemberian tablet atau suntikan suplemen Fe

2. Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat

besi melalui makanan

3. Pengawasan penyakit infeksi, dan

4. Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi(Arisman 2009).

Banyak jenis anemia yang tidak dapat dicegah, manun pada anemia akibat

defisiensi zat besi dapat dibantu dengan pemberian suplemntasi dan memenuhi

asupan zat besi dari makanan. Suplemen Fe yang diberikan adalah tablet Fe dalam

bentuk ferro yang lebih mudah diserap ketimbang dalam bentuk ferri. Dosis tablet

Fe untuk remaja dan dewasa adalah 60 mg (anemia derajat ringan) sampai 120

mg (anemia derajad sedang sampai berat)(Arisman 2009).

Zat besi dapat ditemukan pada daging berwarna merah, hati, kacang –

kacangan, sayuran berwarna hijau gelap dan buah – buahan yan g dikeringkan.

Selain makanan yang mengandung zat besi, untuk pencegahan anemia ini serta

untuk meningkatkan dan mengoptimalkan penyerapan Fe dalam tubuh, diperlukan

juga sumber asam folat, vitamin B 12 dan vitamin C. Bahan makanan yang

mengandung asam folat, vitamin B 12 dan vitamin C diantaranya adalah jeruk,

melon, jenis buah beri – berian (strawbwri, blue berry, raspberry, blackberry dan

26
lain sebagainya), pisang, sayuran hijau tua, sereal, pasta, daging, serta susu dan

olahannya (HR & Suprapto 2014).

5. Klasifikasi Kadar Hemoglobin

Tabel 1. Klasifikasi Kadar Hb

kriteria Batas Nilai Hb (gr/dl)

Tidak anemia 12,0

Anemia ringan 9,0-10,0

Anemia sedang 7,0-8,0

Anemia berat < 7,0

D. Remaja

1. Pengertian dan Perkembangan Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak – anak ke dewasa. Batasan

remaja yang digunakan untuk masyarakat Indonesia yaitu mereka yang berusia 11

– 24 tahun dan belum menikah. Peralihan tidak hanya dari faktor psikis saja,

tetapi dari faktor fisik. Bahkan perubahan – perubahan fisik yang terjadi itulah

yang merupakan tanda – tanda primer dalam pertumbuhan remaja. Diantara

perubahan fisik itu yang terbesar pengaruhnya pada perkembanan jiwa remaja

adlah perkembangan tubuh. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja khususnya

pada remaja putri adalah:

 Pertumbuhan tulang

 Pertumbuhan payudara

 Tumbuh rambut halus pada kemaluan dan ketiak

27
 Mencapai pertumbuhan tinggi badan maksimal

 Mengalami menstruasi(Mulyatiningsih et al. 2004).

Menstruasi yang terjadi pada remaja putri merupakan petunjuk awal mulai

berfungsinya organ reproduksi pada remaja putri. Kadangkala seorang remaja

putri sudah mulai masa remajanya pada umur 9 atau 10 tahun(Gunawan & D

2008).

2. Kebutuhan Gizi Remaja

Status gizi remaja harus dinilai secara perorangan, berdasarkan data yang

diperoleh dari pemeriksaan klinis, biokimiawi, antropometris, diet serta

psikososial. Pada masa remaja, terjadi peningkatan beberapa asupan makro dan

mikro nutrient salah satunya adalah peningkatan akan besi dan kalsium.

Peningkatan akan besi dan kalsium ini paling mencolok karena kedua mineral ini

merupakan komponen pembentuk tulang dan otot serta karena pada masa remaja,

remaja putri telah mulai mengalami menstruasi. Kecukupan zat besi untuk remaja

putri berdasarkan AKG adalah 20 – 26 mg sesuai dengan kelompok umurnya.

(Arisman 2009)

Tabel 2

Kecukupan Zat Gizi Remaja Berdasarkan AKG 2013

Kecukupan Zat Perempuan


Gizi 13-15 Tahun 16-18 Tahun 19-29 Tahun
Energy (Kkal) 2125 2125 2250
Protein (gr) 69 59 56
Lemak (gr) 71 71 75
Karbohidrat (gr) 292 292 309
Serat (mg) 30 30 32

28
Zat Besi (mg) 26 26 26
Vitamin C (mg) 65 75 75

3. Masalah Gizi pada Remaja

a. Makan tidak teratur

Aktivitas yang tinggi tinggi baik disekolah maupun di luar sekolah

menyebabkan makan menjadi tidak teratur. Biasanya remaja melewatkan waktu

makan pagi dan makan siang. Tak jarang remaja makan di luar rumah dengan

komposisi zat gizi tidak seimbang. Remaja menyukai makanan ringan,

kebanyakan makanan mengandung “nol kalori”. Makanan ini biasanya

menghilangkan nafsu makan pada makanan bergizi lain.

b. Gangguan makan

Terdapat dua macam gangguan makan yaitu anoreksia nervosa dan

bumilia nervosa. Anoreksia dan bumilia adalah gangguan pola makan yang

tampak atau sering terjadi pada remaja dan wanita dewasa. Kedua gangguan ini

biasanya terjadi akibat seseorang terobsesi untuk menjadi langsing.

c. Obesitas (kegemukan)

Obesitas meningkat pada usia ini, karena penurunan aktivitas fisik dan

peningkatan konsumsi tinggi lemak, tinggi karbohidrat dimana memiliki gizi

rendah. Pada remaja ini dapat disebabkan faktor yang bersifat multifactor baik

yang bersifat genetic, lingkungan maupun faktor psikologis. Walaupun tidak

terdapat tipe remaja obese namun dapat dilihat pada karakteristik fisik, meliputi

pematangan lebih awal, massa otot membesar dan menarche lebih awal.

29
d. Anemia

Remaja memiliki banyak kegiatan seperti sekolah dari pagi hingga siang

diteruskan dengan kegiatan ekstra di luar sekolag seperti les atau kegiatan

tambahan lainnya. Semua kegiatan ini membuat remaja tidak sempat makan,

akibatnya remaja menjadi lemas, kecapaian dan tidak bergairah. Remaja putrid

lebih beresiko menderita anemia daripada remaja putra karena disebabkan oleh

faktor setian bulan remaja putrid mengalami menstruasi, selama kurang lebih lima

hari. Kemudian, remaj putrid sering kali menjaga penampilan ingin kurus

sehingga berdiet atau mengurangi makan. Diet yang tidak seimbang dengan

kebutuhan tubuh akan menyebabkan tubuh kekurangan zat penting seperti zat besi

(Fe). Oleh sebab itu, untuk mencegah kekurangan zat besi (Fe) remaja sebaiknya

mengonsusmsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup

serta tablet tambah darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Merryana

Adriani,2012).

e. Body Image

Body image adalah gambaran seseorang mengenai bentuk dan ukuran

tubuhnya sendiri yang dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran tubuh serta harapan

terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang diinginkan. Apabila harapan tersebut

tidak sesuai dengan kondisi tubuh actual makan akan menimbulkan body image

negative. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar responden

(60,6%) menilai bahwa bentuk tubuhnya tidak ideal (didasarkan pada pendapat

pribadi). Sebagian besar menilai bentuk tubuh meraka saat ini kurus, sedangkan

bentuk tubuh mereka saat ini kurus, sedangkan bentuk tubuh ideal menurut

30
mereka adalah tinggi badan sepadan dengan berat badan (83,8%) kurus (13,4%),

overweight (2,1%), dan obesitas (0,7%) (Merianta Sada,2012)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Siklus Haid

Pola Konsumsi
Jenis Bahan Makan 31
Jumlah Konsumsi
Makan
Frekuensi Makan
Status Anemia
Konsumsi Tablet
Tambah Darah

Adanya penyakit
kronis/infeksi (gastritis,
ulkuks peotikum, diare,
infeksi cacing)

Gambar 1.

Hubungan Pola Konsumsi dan Kebiasaan Konsumsi TTD dengan Kejadian

Anemia

Keterangan :

= Dianalisis

= Tidak dianalisis

Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin didalam darah lebih

rendah daripada nilai normal. Terdapat empat faktor yang menyebabkan anemia

yaitu pola konsumsi, konsumsi tablet tambah darah, siklus haid, dan adanya

penyakit kronis/infeksi. Penyebab timbulnya anemia yaitu pola konsumsi dan

kebiasaan konsumsi tablet tambah darah. Penilaian pola konsumsi dapat dilihat

dari jenis bahan makanan yang dikonsumsi, dimana jenis bahan makanan yang

bervariasi menunjukkan keanekaragaman jenis bahan makanan yang dikonsumsi,

kurang beragamnya dan kurang asupan seperti protein, zat besi, dan vitamin C

dalam tubuh akan berdampak pada anemia. Protein dan zat besi digunakan dalam

32
pembentukkan darah dan vitamin C berguna untuk membantu proses penyerapan

zat besi didalam tubuh.

Jumlah konsumsi zat gizi menunjukkan asupan zat gizi seseorang dalam

sehari. Apabila asupan protein, zat besi dan vitamin C tidak sesuai dengan

kebutuhan maka akan berdampak pada penyakit anemia, dimana kekurangan zat

besi dan protein yang sangat berperan dalam pembentukan sel darah merah

apabila berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka akan menghambat

pembentukan sel darah merah dalam tubuh sehingga menyebabkan penurunan

kadar hemoglobin dalam darah yang akan menimbulkan penyakit anemia.

Frekuensi makan menunjukkan berapa kali seseorang makan dalam waktu

sehari, apabila seseorang makan kurang dari standar yaitu tiga kali makan utama,

maka kecukupan protein, zat besi, dan vitamin C yang diperlukan oleh tubuh

untuk pembentukan darah menjadi tidak terpenuhi, apabila berlangsung dalam

jangka waktu yang lama maka akan berdampak pada penyakit anemia.

Tablet tambah darah adalah suplemen yang mengandung zat besi, dimana

setiap tablet mengandung 200mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25

mg asam folat . Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel

darah merah (Hemoglobin).

B. Definisi Operasional

Table 3. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Pengu Ukur
kuran
Variabel Dependen
1. Anemia Anemia adalah Metod Easy 1.Anemia Ordinal

33
keadaan kadar e Touch (Hb <12

Hb darah lebih Hemo GCHb dan gr/dl)

rendah dari 12 que Check Stri 2.Tidak

mg/dl pada p anemia (Hb

orang yang hemoglobi ≥12gr/dl)

bersangkutan n darah
Variabel Independen
2. Pola Pola konsumsi Wawa Formulir 1. Baik, jika Ordinal

konsumsi adalah ncara SQ-FFQ memenuhi 3

gambaran kriteria yaitu

mengenai jumlah yang

jenis, jumlah di konsumsi

dan frekuensi sesuai

zat gizi yang kebutuhan

dikonsumsi atau

sehari memenuhi 3

kategori

jenis, jumlah

dan

frekuensi.

2.Tidak baik,

jika tidak

memenuhi

kriteria yaitu

jumlah yang

34
di konsumsi

sesuai

kebutuhan

atau tidak

memenuhii 3

kategori

jenis, jumlah

dan

frekuensi.

 Baik : ≥ 5

Sub a. Jenis yaitu Wawa Formulir jenis BM Ordinal

Variabel menggamba ncara SQ-FFQ  Tidak baik

rkan berapa : < 5 jenis

banyaknya BM

bahan

makanan

yang

dikonsumsi

sehari.

 Baik : ≥
80% AKG
b. Jumlah Wawa Formulir  Tidak baik Ordinal
: < 80%
konsumsi zat ncara SQ-FFQ AKG

gizi yaitu

35
menunjukka

n tingkat

konsumsi

(protein, fe,

dan vitamin

C) yang

dikonsumsi

dalam sehari

1. Sering : ≥ 3

c. Frekuensi Wawa kali sehari

merupakan ncara Formulir 2. Jarang : ≤ 3 Ordinal

gambaran SQ-FFQ kali sehari

frekuensi

makan

dalam sehari

36
3. Konsumi Jumlah Wawa Questioner  Kurang ,

Tablet konsumsi TTD ncara < 13 biji


Ordinal
Tambah selama tablet.

Darah sebulan.  Baik , ≥

13 biji

tablet

C. Hipotesi Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dijabarkan, maka hipotesis

penelitian yang dirumuskan :

“Ada hubungan pola konsumsi dan kebiasaan konsumsi TTD dengan

kejadian anemia pada remaja putri di SMK Negeri I Manggis, Kabupaten

Karangasem”

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dilakukan dengan

pengamatan dan pencatatan pada objek yang diteliti. Rancangan penelitian ini

adalah pendekatan crossectional dimana data yang menyangkut variabel bebas

37
yaitu pola konsumsi dan kebiasaan konsumsi TTD, sedangkan untuk variabel

terikat yaitu status anemia pada remaja putri di SMK Negeri I Manggis,

Kabupaten Karangasem akan diukur pada waktu yang bersamaan serta diamati

secara bersamaan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini akan dilakukan di SMK Negeri I Manggis, Kabupaten

Karangasem, dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. SMK Negeri I Manggis, Kab.Karangasem merupakan sekolah yang telah

memiliki program pemberian tablet tambah darah dari puskesmas

pendamping.

b. Belum ada penelitian tentang pola konsumsi dan kebiasaan konsumsi TTD

terhadap kejadian anemia yang sampelnya yaitu siswi SMK Negeri I Manggis

2. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan yaitu bulan

Januari 2018 hingga Juli 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswi di SMK Negeri I Manggis,

Kabupaten Karangasem. Sampel yang akan diteliti dari penelitian ini adalah

sebagian dari populasi dengan kriteria sebagai berikut:

a) Siswi SMK yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah.

b) Sudah pernah mendapatkan sosialisasi tentang TTD

c) Berjenis kelamin perempuan

38
d) Berusia antara 15-19 tahun

e) Bersedia dilakukan pemeriksaan Kadar Hemoglobin.

f) Bersedia untuk diteliti dengan menandatangani informed concent

2. Sampel

a. Besaran sampel

Besaran sampel dihitung dengan menggunakan rumus

z2 . p q 2
n= =z p ¿¿
d2

(Snedecor GW & Cochran WG, 1967)

Keterangan:

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

za = 1,96 untuk (5%)

p = proporsi remaja yang anemia 27,1%

q = 1-p (proporsi remaja yang tidak anemia)

d = presisi (10-20% menurut WHO)

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh sampel sejumalah 76 orang untuk

mengantisipasi adanya sampel yang dropout jumlah sampel ditambah 10%

sehingga sampel yang akan diteliti berjumlah 84 orang.

b. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan

subjek siswi di SMK Negeri I Manggis Pada tahun 2018 adalah dengan sampling

sistematis agar mendapatkan jumlah sampel yang sesuai dengan porsi di masing –

masing kelas

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.

39
1. Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung meliputi :

a. Identitas Sampel

Nama, jenis kelamin, tanggal lahir/umur, alamat, kelas, agama, riwayat

penyakit, kadar Hb, TB, BB yang dikumpulkan dengan metode wawancara

dan antropometri dengan menggunakan kuesioner.

b. Data Pola Konsumsi yaitu jenis, jumlah dan frequensi bahan makanan yang

dikonsumsi. Data ini dapat menghasilkan gambaran pola konsumsi bahan

makanan secara kualitatif. Enumerator diminta untuk memberi tanda pada

daftar bahan makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi

penggunaan dan ukuran porsinya. Rekapitulasi data tentang frekuensi

penggunaan jenis – jenis bahan makanan, terutama bahan makanan yang

merupakan sumber – sumber zat gizi tertentu selama periode tertentu pula

c. Data kebiasaan konsumsi TTD dikumpulkan dengan metode wawancara

dengan menggunakan kuesioner

d. Kadar Hemoglobin.

Pengukuran dengan metode hemoque yang dilakukan oleh enumerator yang

telah dilatih. Dengan prosedur sebagai berikut :

1) Menyiapkan alat yaitu, hemoque, strip Hb, lancet blood, alcohol swab

dan sarung tangan.

2) Hidupkan hemoque dengan memasukkan batrai kemudian tekan on pada

layar sampai alat menunjukkan keadaan on.

3) Bersihkan jari tangan yang akan diambil darahnya dengan menggunakan

alcohol swab, baik jari tangan kanan maupun kiri.

40
4) Tusuk jari tangan menggunakan lancet blood yang telah dibersihkan

dengan alcohol swab.

5) Buang darah yang pertama kali keluar, gunakan darah yang kedua

dengan menggunakan strip Hb.

6) Biarkan darah masuk kedalam strip Hb, masukkan strip Hb kedalam alat

hemoque

7) Hasil akan terbaca pada layar setelah 30 – 60 detik strip Hb dimasukkan

2. Data sekunder meliputi :

a. Gambaran umum sekolah

b. Data mengenai jumlah siswi di SMK Negeri I Manggis, Kab.Karangasem.

3. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dibantu 10 orang enumerator yaitu

mahasiswa semester VII Prodi DIV Gizi Poltekkes Denpasar yang telah

mendapatkan penjelasan tentang penjelasan prosedur penelitian mendapat

pelatihan sehingga terampil melakukan wawancara dan pengukuran kadar

hemoglobin.

E. Alat dan Instrumen Pengukuran

1. Alat :

- Easy Touch GCHb

- Lancet

- Check Strip hemoglobin darah

- Alcohol swab

- Masker mulut

- Handscoon

2. Instrumen

41
- seperti formulir identitas sampel

- formulir pencatatan kadar hemoglobin

- formulir SQ-FFQ

- kuesioner kebiasaan konsumsi TTD

- buku catatan, laptop, kamera, fotometer Set ATK (pulpen, pensil,

penghapus, stipo, rautan pensil,dll)

F. Cara Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan atau diperoleh akan dianalisis sesuai

dengan jenis data dan tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

1) Data gambaran umum sampel ditabulasi kemudian disajikan dengan

tabel frekuensi dan dianalisis secara deskriptif.

2) Data pola konsumsi sampel menggunakan metode SQ-FFQ dengan

instrument Formulir SQ-FFQ dikompilasi berdasarkan jenis

makanan, jumlah Zat Gizi dalam gram diolah menggunakan

Nutri2008, dan frekuensi makan yang dikategorikan sebagai berikut :

a. Jenis makanan :

- Baik, jika ≥ 5 kategori bahan nmakanan yang terpenuhi.

- Tidak baik, jika < 5 kategori bahan makanan yang

terpenuhi.

b. Jumlah makanan :

- Baik, Jika konsumsi ≥ 80% AKG

- tidak baik, Jika konsumsi < 80% AKG

c. Frekuensi makan :

42
- ≥ 3 kali Dalam sehari.

- < 3 kali Dalam sehari.

3) Data status anemia sperti kadar Hb dikategorikan sebagai

berikut:

Perempua:

1. < 12 gr/dl = Anemia


2. ≥ 12 gr/dl = Normal

1. Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan variabel

dependen dan variabel independen yaitu analisis korelasi sperman (rumus

terlampir), digunakannya analisis ini karena analisis tersebut menguji

hubungan antara 2 variabel. Data dianalisis menggunakan tabel dskriptif

frekuensi dan tabel silang (kontingensi) dengan ketentuan (Nursanyoto

dkk, 2011) :

Ho diterima apabila x2h<x2t


Ho diterima apabila x2h>x2t

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Penelitian yang dilakukan didahului dengan pengurusan surat ijin

penelitian.

43
b. Pemilihan, penetapan dan pelatihan untuk tenaga enumerator tentang

pengukuran kadar hemoglobin.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penetapan sampel yang memenuhi kriteria diminta untuk mengisi

formulir pernyataan persetujuan mengikuti penelitian (inform consent).

b. Pengumpulan data akan dilakukan oleh peneliti dengan bantuan

enumerator.

3. Tahap penyelesaian

a. Melakukan pembersihan data, pengolahan dan analisis data.

b. Menyusun skripsi.

H. Etika Penelitian

1. Setiap subjek yang memenuhi kriteria sampel dimohon kesediannya untuk

menjadi sampel dengan mengisi dan menandatangani formulir pernyataan

bersedia menjadi sampel.

2. Pengambilan data dilakukan setelah diadakan perjanjian terlebih dahulu

dengan subjek penelitian.

Adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo,2010). Pada penelitian ini,

hubungan antar variabel dianalisis dengan menggunakan rumus pada tingkat

signifikan 5% rank spearman:

44
6∑ d2
r spr =1− 3
n −n

Keterangan : r spr : koefisien korelasi spearman rank

d2 : beda antara jenjang setiap subyek

n : banyaknya subyek

Tabel 4.1 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai rspr

No Interval Koefisien Tingkat Hubungan

1 0,80 – 1,00 Sangat Kuat

2 0,60 – 0,79 Kuat

3 0,40 – 0,59 Sedang

4 0,60 – 0,39 Rendah

5 0,80 – 0, 19 Sangat Rendah

Dengan taraf signifikan 5% jika :

ρ hitung > ρ tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga ada

hubungan pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS dengan sikap ibu dalam

melakukan tes PMTCT. Namun, apabila ρ hitung < ρ tabel maka H0 diterima

dan Ha ditolak sehingga tidak ada hubungan pengetahuan ibu hamil tentang

HIV/AIDS dengan sikap ibu dalam melakukan tes PMTCT

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Merryana. Dkk. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta : Kencana

______. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan, Jakarta : Kencana

Almatsier S, Soetardjo S, Soekatri M, editors. Gizi Seimbang dalam Daur

Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2011.

45
Amalia M, M., Indriasari, R., & Jafar, N. (2014). Hubungan Body Image Dengan
Perilaku Diet Dan Kadar Hb Pada Remaja Putri Di Sman 10 Kota
Makassar

Arisman, 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan Edisi 2 2nd ed. Suryani, ed., Jakarta:
EGC.

Budiman, B., & Vianingsih, Y. (2016). Pengaruh Kebiasaan Konsumsi Zat Besi
(Fe) Dan Status Gizi Terhadap Kejadian Anemia Gizi Besi (Agb) Pada
Siswi Di Sman 4 Cimahi. Edusentris, 3(1), 46-56.

Dinkes Lumajang, 2016. WUS,Remaja Putri dan zat Besi. Available at:
dinkes.lumajang.go.id.

Depkes RI, PedomanOperasional Penanggulangan Anemia Gizi di


Indonesia,Jakarta. 1996

Dito, 2007. Anemia dan Etiologi Anemia, Bandung: Surya Medika

Fikawati, S., Syafiq, A., Nurjuaida, S., Kesehatan, D., Tangerang, K., & Barat, J.
(2009). Pengaruh suplementasi zat besi satu dan dua kali per minggu
terhadap kadar hemoglobin pada siswi yang menderita anemia.
Universa Medicina, 24(4), 167–174. Retrieved from
http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Sandra(1).pdf

Gunawan, S.D. & D, N.Y.S., 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,
Jakarta: BPK Gunung Mulia.

HR, H. & Suprapto, S.I., 2014. Patologi dan Patofisiologi Penyakit, Yogyakarta:
Nuha Medika

Imran, N., Indriasari, R., & Najamuddin, U. (2014). Pengetahuan Dan Sikap
Tentang Anemia Dengan Status Hemoglobin Remaja Putri Di Sma
Negeri 10 Makassar

Kristyan, N. (2011). Perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan setelah pemberian


tablet besi (Fe) pada santri putri di pondok pesantren Al-Hidayah
Kabupaten Grobogan. Retrieved from
http://lib.unnes.ac.id/224/1/7018.pdf

Mulyatiningsih, R. et al., 2004. Bimbingan Pribadi - Sosial, Belajar dan Karir,


jakarta: Grasindo.

Notoadmojo, S., 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S., 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka


Cipta.
Oktaviani, Wati. 2011. Hubungan Pola Konsumsi dengan Gastritis pada

46
Mahasiswa S.I Keperawatan Program A RIKES UPN “VETRAN”
JAKARTA.JAKARTA : Universitas Pembangunan Nasional “Veteran
(online).

Pada, A., Putri, R. & Man, D.I., 2015. FAKTOR - FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN. Jurnal Kesehatan Metro
Sai Wawai, VIII(1), pp.1–7.

Puspitasari, D. & Sari, A., 2015. Pengaruh Pemberian Suplemen Besi Saat
Menstruasi Terhadap Peningkatan Kadar Hb pada Remaja di SMUN I
Bantul Yogyakarta. Media Ilmu Kesehatan, 4(3), pp.156–161.

Risva, T. C., & Rahfiludin, M. Z. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Sebagai Upaya Pencegahan Anemia Pada Remaja Puteri ( Studi
Pada Mahasiswa Tahun Pertama Di Fakultas Kesehatan Masyaratak
Universitas Diponegoro ), 4(April), 243–250.

Sada, Marianta. dkk. 2012. Hubungan Body Image, Pengetahuan Gizi Seimbang,
dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi Masyarakat Politeknik
Kesehatan Jayapura. Makasar : FKM Universitas Hasanuddin.

Sastroasmoro, S. & Sofyan, I., 1995. Dasar - Dasar Metodelogi Penelitian Klinis,
Jakarta: Binapura Aksara.

47
LAMPIRAN

Lampiran 1
Rencana Kegiatan

2017 2018
Kegiatan
Feb Mar Apr Mei Jun Jan Feb Mar Apr Mei Juni
Perencanaan Judul √
Penetapan Judul √
Pembuatan Proposal √ √
Seminar Proposal √

48
Perbaikan Proposal √ √
Persiapan Penelitian √ √
Penelitian √ √
Pengolahan dan √ √

Penyusunan
Seminar Akhir √

Lampiran 2
RENCANA BIAYA

NO JENIS KEGIATAN BIAYA


1 Persiapan Penelitian :
a. Pembuatan dan pengadaan proposal Rp. 250.000,-
b. Penjajagan lokasi Rp. 100.000,-
c. Seminar awal Rp. 300.000,-
2 Pelaksanaan Penelitian :
a. Pelaksanaan Rp. 1.000.000,-
b. Pengolahan dan Analisis data Rp. 500.000,-
3 Pengadaan Laporan :
 Pengadaan Rp. 250.000,-
 Seminar Akhir Rp. 350.000,-
TOTAL Rp. 2.750.000,-

49
Lampiran 3
SURAT PERNYATAAN BERSEDIA
MENJADI SAMPEL PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : …………………………………………………
Tempat/ tgl lahir : …………………………………………………
Alamat : …………………………………………………
…………………………………………………
Pekerjaan : …………………………………………………
Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi sampel penelitian dan
akan memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian yang berjudul
“POLA KONSUMSI DAN KEBIASAAN KONSUMSI TABLET TAMBAH
DARAH DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMK
NEGERI I MANGGIS KABUPATEN KARANGASEM” serta akan ada
pemeriksaan darah (Hb).
Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa ada
paksaan dari pihak manapun dan saya berhak menuntutmatas kerahasiaan
informasi yang saya berikan.

Denpasar, ………………………2017
Yang membuat pernyataan

(……………………………………………)
50
Lampiran 4
FORM IDENTITAS SAMPEL
PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI DAN KEBIASAAN
KONSUMSI TTD DENGAN KEJADIAN ANEMIA
DI SMK NEGERI I MANGGIS
A. Data Identitas Sampel
1 Kode Sampel

2 Nama Sampel

4 Agama 1. Hindu 2. Islam 3. Kristen 4. Katolik 5. Budha

5 Tanggal lahir/ umur

Tahun

6 Alamat

7 Jurusan/Kelas

8 BB Kg

9 TB Cm

1 Data Kadar Hb gr/dl

B. Kuisioner Anemia dan Tablet Tambah Darah


1. Apakah itu Anemia ?

51
a. Darah yang berlebihan di dalam tubuh
b. Kurangnya kadar hemoglobin dalam darah
c. Tekanan darah rendah
d. Kurangnya darah dalam tubuh
2. Bagaimana cara mencegah dan mengobati anemia pada remaja putri ?
a. Mengkonsumsi tablet tambah darah
b. Menjaga kebersihan perorangan
c. Memperbaiki status gizi dengan berolahraga secara teratur
d. Mengurangi makanan yang berlemak
3. Apa itu tablet tambah darah ?
a. Tablet yang berwarna putih yang mengandung zat besi
b. Tablet yang berwarna merah yang mengandung 200 mg Sulfat Ferosus dan
0,400 mg asam folat
c. Tablet yang berwarna merah mengandung vitamin A, B1 dan B6
d. Tablet berwarna merah yang diminum untuk meningkatkan tekanan darah
4. Apa manfaat tablet tambah darah ?
a. Meningkatkan konsentrasi belajar dan mengganti zat besi yang hilang
bersama darah pada saat haid
b. Menghilangkan bintik bintik merah pada kulit dan meningkatkan daya ingat
remaja
c. Meningkatkan nafsu makan dan menjaga status gizi
d. Mencegah terjadinya keram perut saat menstruasi dan mengurangi rasa lelah
5. Bagaimana aturan pemakaian tablet tambah darah?
a. Minum satu kali dalam seminggu dan minum tablet tambah darah dengan teh
agar penyerapan lebih baik
b. Minum satu kali dalam sebulan dan minum tablet tambah darah bersamaan
dengan pisang
c. Minum satu kali setiap minggu dan satu tablet setiap hari selama haid dan
disimpan ditempat kering
d. Tablet tambah darah diminum kapan saja sesuka hati dengan air putih
6. Berapa jumlah tablet tambah darah yang diberikan ?
a. 4 butir/bulan b. 10 butir/bulan c. 1 butir/hari d. 13 butir/bulan
7. Apakah tablet besi tersebut diminum?
a. Ya b. Tidak
8. Berapa sisa tablet tambah darah yang diberikan?
a. Tidak sisa
b. Sisa ≤3 butir, sebutkan…… butir
c. Sisa > 3 butir, sebutkan ….. butir
d. Tidak diminum
9. Apabila diminum, kapan biasanya meminum TTD?
a. setiap hari
b. setiap mendapatkan haid /menstruasi
c. seminggu sekali dan selama haid
d. pada saat kondisi tertentu (sakit,jika ingat, dll)
10. Apabila tidak dihabiskan, mengapa tidak dihabiskan?
a. Lupa 1. Ya 2. Tidak
b. Malas 1. Ya 2. Tidak

52
c. Mual, bila minum tablet tambah darah 1. Ya 2. Tidak
d. Takut terlalu banyak minum obat 1. Ya 2. Tidak
Lain......

Lampiran 5
Tabel Analisis Data
A. Tabel 2x2

Status Anemia
Jenis  Anemia Normal TOTAL
N % n % n %
 Baik      
 Tidak Baik      
TOTAL      

Status Anemia
Jumlah Anemia Normal TOTAL
N % n % n %
 Baik      
 Tidak Baik      
TOTAL      

Status Anemia
Frekuensi Anemia Normal TOTAL
N % n % n %
 Sering      
 Jarang      
TOTAL      

Konsumsi TTD Status Anemia

53
Anemia Normal TOTAL
N % n % n %
 Sering      
 Jarang      
TOTAL      

Lampiran 6

Rumus Korelasi Spearman:

6 ∑ d 2i
ρ=1- 3
N −N
di mana :
d i = beda antara 2 pengamatan berpasangan

N = total pengamatan
ρ = koefisien korelasi Spearman

54
Lampiran 7
FORMULIR SEMI QUANTITATIF FOOD FREQUENCY QUESTIONARE
(SQ – FFQ)
No :

Nama :

Tanggal :

Semi Qualitative – Food Frequency (SQ –FFQ)


No Jenis Bahan Frekuensi Penggunaannya Volume
Makanan Harian Mingguan Bulanan Tidak URT Jumlah
Pernah (gram)
A. Karbohidrat
1 Beras
2 Jagung
3 Roti tawar
4 Biscuit
5 Roti manis
6 Bihun
7 Kentang
8 Mie
9 Singkong
10 Ubi
11 Lainnya…
B. Protein Hewani
1 Ayam
2 Telur
3 Ikan
4 Udang

55
5 Daging sapi
6 Ikana sin
7 Daging babi
8 Hati…
9 Daging bebek
10 Pindang
11 Lainnya….

C. Protein Nabati
1 Tempe
2 Tahu
3 Kacang ijo
4 Kacang tanah
5 Kedelai
6 Kacang merah
7 Lainnya….

D. Sayuran
1 Bayam
2 Kol
3 Daun singkong
4 Buncis
5 Kacang panjang
6 Wortel
7 Labu siam
8 Labu waluh
9 Pakis
10 Jagung muda
11 Ketimun
12 Kangkung
13 Tauge
14 Tomat
15 Terong
16 Kembang Kol
17 Brokoli
18 Jamur Merang
19 Jamur Kuping
20 Sawi Putih
21 Sawi Hijau
22 Selada
23 Daun Kelor
24 Lainnya…

E. Buahan – buahan
1 Alpukat
2 Apel Manalagi

56
3 Apel Merah
4 Apel Pear
5 Belimbing
6 Manga
7 Jambu biji
8 Jambu air
9 Jeruk manis
10 Nangka
11 Manggis
12 Semangka
13 Rambutan
14 Pisang
15 Salak
16 Pepaya
17 Melon
18 Anggur Merah
19 Anggur Hijau
20 Strawberry
21 Nenas
22 Durian
23 Lainnya….

F. Susu
1 Susu sapi
2 Susu kedelai
3 Susu skim
4 Susu kental manis
5 Yoghurt
6 Lainnya…

G. Lain – lain
1 Minyak goreng
2 Bumbu – bumbu
3 Gula pasir
4 Gula merah
5 Kecap
6 Saos
7 Lainnya…

57
58

Anda mungkin juga menyukai