Oleh :
MELINA PERMANA SARI
NIM. P07131214048
i
POLA KONSUMSI DAN KEBIASAAN KONSUMSI TTD
DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI
DI SMK NEGERI I MANGGIS, KABUPATEN KARANGASEM
Oleh:
MELINA PERMANA SARI
NIM. P07131214048
i
LEMBAR PERSETUJUAN
MENGETAHUI
KETUA JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR,
Ni Komang Wiardani,SST.M.Kes
NIP.19670316 199003 2 002
ii
PENELITIAN DENGAN JUDUL:
TIM PENGUJI:
1. Dr. I Putu Suiraoka, SST., M.Kes (Ketua) (…................)
MENGETAHUI
KETUA JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR,
Ni Komang Wiardani,SST.M.Kes
NIP.19670316 199003 2 002
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Melina Permana Sari
NIM : P07131214048
Tempat/Tanggal Lahir : Denpasar, 11 Mei 1995
Prodi : Diploma IV
Jurusan : Gizi
Alamat Rumah : Br.Dinas Dalang Desa, Dalang, Selemadeg Timur
Nomor Telp/Hp/Email : 082227932800 / melina.permanasari@yahoo.com
1. Tugas akhir dengan judul adalah benar “Pola Konsumsi dan Kebiasaan
Konsumsi TTD dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMK Negeri 1
Manggis, Kabupaten Karangasem” karya sendiri atau bukan plagiat hasil
karya orang lain.
2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa tugas akhir bukan karya saya sendiri
atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia menerima
sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan ketentuan
perundang – undangan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Dibuat di : Denpasar
Pada tanggal : 29 Juni 2018
Yang membuat pernyataan
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hayang Widhi Wasa,
karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan usulan
penelitian yang berjudul “Pola Konsumsi Dan Kebiasaan Konsumsi Tablet
Tambah Darah Terhadap Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di Smk Negeri I
Manggis, Kabupaten Karangasem”.
Usulan penelitian ini dapat tersusun atas bimbimngan serta dorongan dari
berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Pande Putu Sri Sugiani, DCN.M.Kes, sebagai Pembimbing Utama
yang telah memberikan bimbingan, masukan saran, tambahan ilmu,
dan motivasi yang berguna dalam menyusun Usulan Penelitian ini.
2. Ibu Gusti Ayu Dewi Kusumayanti,DCN.M.Kes, sebagai Pembimbing
Pendamping yang telah memberikan bimbingan, masukan saran,
tambahan ilmu, dan motivasi yang berguna dalam menyusun Usulan
Penelitian ini.
3. Direktur Poltekkes Kemenkes Denpasar, yang telah memberi
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Usulan Penelitian ini.
4. Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Denpasar, yang telah
memberi kesempatan kepada penulisuntuk menyelesaikan Usulan
Penelitian ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Denpasar
yang turut memberi arahan dan masukan dalam menyelesaikan Usulan
Penelitian ini.
6. Teman-teman, keluarga serta rekan-rekan yang telah memberi
masukan, saran dan motivasi dalam menyelesaikan Usulan Penelitian
ini.
Penulis menyadari bahwa Usulan Penelitian Skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan bimbingan, saran, serta
kritik yang sifatnya membangun guna perbaikan dan penyempurnaan usulan
penelitian. Semoga usulan penelitian ini nantinya dapat terwujud sebagai sebuah
Skripsi yang berguna bagi peneliti sendiri maupun pihak lain.
Denpasar, April 2017
vi
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL............................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................... iv
DAFTAR ISI......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR............................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan....................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 4
v
5. Fatkor – faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Zat Besi 16
Tambah Darah............................................................... 17
C. Anemia...................................................................................... 19
1. Pengertian Anemia........................................................ 19
D. Remaja...................................................................................... 24
A. Kerangka Konsep...................................................................... 28
C. Hipotesis Penelitian.................................................................. 34
vi
E. Alat dan Instrumen Penelitian................................................... 38
H. Etika Penelitian......................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 43
LAMPIRAN.......................................................................................... 45
vii
DAFTAR TABEL
HALAMAN
viii
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
ix
DARTAR LAMPIRAN
HALAMAN
1. Rencana Kegiatan..................................................................... 46
2. Rencara Biaya........................................................................... 47
3. Surat Pernyataan....................................................................... 48
4. Formulir Identitas...................................................................... 49
7. Formulir SQ-FFQ...................................................................... 55
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi
Indonesia. Anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di
dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. (Imran, N., Indriasari, R., &
sering terjadi pada remaja, karena kebutuhan zat besi yang tinggi untuk
lelah, tidak bertenaga atau bergairah dalam beraktivitas. Remaja puteri menjadi
Ketidakseimbangan zat gizi juga menjadi penyebab anemia pada remaja. Remaja
negatif, sedangkan remaja yang memiliki body image yang positif cenderung
tidak terkena anemia. Menurut tim penulis Poltekes Depkes, salah satu penyebab
remaja putri lebih mudah terserang anemia adalah karena remaja putri biasanya
merasa tidak nyaman dengan perubahan tubuhnya yang cepat. (Amalia M, dkk.
2014).
1
Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya prevalensi anemia secara
umum yaitu: kehilangan darah secara kronis, asupan zat besi tidak cukup,
penyerapan yang tidak adekuat dan peningkatan kebutuhan akan zat besi,
persentase asupan zat yang dapat membantu penyerapan zat besi (Fe) juga
asam askorbat) yang terdapat pada buah, asam malat dan tartat pada sayuran
seperti : wortel, kentang, brokoli, tomat, kubis dan labu kuning, dan asam amino
sistein yang terdapat pada protein hewani yakni daging sapi, daging kambing,
ayam, hati dan ikan, serta presentase banyaknya zat besi (Fe) yang dapat diserap
dari makanan sangat rendah karena adanya zat-zat penghambat penyerapan zat
besi (Fe) seperti tannin yang terkandung dalam daun, kopi, teh, wine, dan beer.
Remaja memerlukan lebih banyak zat besi dan wanita membutuhkan lebih banyak
lagi untuk mengganti zat besi yang hilang bersama darah haid (Kristyan, 2011)
kekurangan zat gizi besi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dan
optimal dan menurunkan prestasi belajar karena rasa cepat lelah, kehilangan
gairah dan tidak dapat berkonsentrasi. Sedangkan pada remaja penderita anemia,
sebagai calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus bangsa, anemia akan
menyebabkan tingginya risiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)
yang mempunyai kualitas hidup yang tidak optimal. (Fikawati et al., 2009)
Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri dan Wanita Usia
2
tahun 2006. Dalam pedoman tersebut disebutkan bahwa kegiatan Suplementasi
masa menstruasi. Kebijakan ini tidak memberikan hasil yang optimal karena
pada remaja khususnya pada remaja putri. (Risva & Rahfiludin, 2016)
mendapat jatah 13 tablet tambah darah, yang rutin diberikan setiap hari senin oleh
petugas puskesmas, untuk remaja yang sedang haid diberikan TTD untuk dibawa
anemia sebanyak 27,1%. Hal ini menunjukkan bahwa masalah anemia khususnya
pada wanita masih cukup tinggi. Sehingga, dengan pengetahuan gizi yang kurang
mengenai asupan makanan yang baik, ditambah dengan persepsi body image yang
dipengaruhi oleh diet ketat dan pola makan yang buruk akan berdampak pada
masalah anemia defesiensi zat besi. Zat besi (Fe) merupakan mineral yang sangat
penting bagi tubuh meskipun dibutuhkan sangat sedikit (trance mineral). Hal
konsumsi dan kebiasaan konsumsi TTD terhadap kejadian anemia pada remaja
B. Rumusan Masalah
3
konsumsi dan kebiasaan konsumsi TTD dengan kejadian anemia pada remaja
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Kabupaten Karangasem
Kabupaten Karangasem
Karangasem
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
serta masukan dalam rangka mencegah dan menanggulangi anemia pada remaja
2. Manfaat Teoritis
4
di bidang gizi, instansi terkait dan bagi para peneliti lainnya yang ingin
melakukan penelitian lebih dalam dan serius mengenai anemia pada remaja putri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pola Konsumsi
Pola konsumsi adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi
seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola konsumsi pangan
merupakan gambaran mengenai jenis, jumlah dan frekuensi bahan makanan yang
dikonsumsi seseorang sehari – hari dan merupakan cirri khas pada suatu
a. Jenis Makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang jika dimakan, dicerna
dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang.
rasa bosan. Variasi menu yang tersusun oleh kombinasi bahan makanan yang
diperhitungkan dengan cepat dan tepat akan memberikan hidangan sehat baik
1) Protein
carrier bagi transportasi zat besi pada sel mukosa. Protein itu disebut
5
zat besi dalam darah untuk digunakan pada sintesa hemoglobin. Dengan
Pratiwi 2016).
makanan yang tinggi protein terutama berasal dari daging, ikan dan
proteinnya kurang dari AKG memiliki resiko lebih tinggi terkena anemia
remaja putri yang asupan proteinnya kurang dari AKG memiliki resiko
lebih 5,3 kali terkena anemia dibandingkan dengan remaja putri yang
asupannya cukup.
2) Vitamin C
absorpsi zat besi non hem sampai empat kali lipat, yaitu dengan merubah
6
besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah diabsorpsi.
pada umumnya hanya terdapat pada pangan nabati yaitu sayur dan buah
terutama yang asam seperti jeruk, nanas, rambutan, papaya, dan tomat
remaja putri yang konsumsi Vitamin C kurang dari 100% AKG memiliki
2007 dan Kwatrin dalam Pratiwi 2016) juga menemukan hal yang sama,
yaitu resiko mengalami anemia lebih tinggi 4 kali pada remaja putri yang
kandungan zat besi adalah makanan yang berasal dari hewani (seperti
ikan, daging, hati dan ayam). Makanan nabati ( seperti sayuran hijau tua)
walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap
dengan baik oleh usus (Depkes RI, 1998;14 dalam Pratiwi 2016).
Rendahnya asupan zat besi ke dalam tubuh yang berasal dari konsumsi zat
besi dari makanan sehari – hari merupakan salah satu penyebab terjadinya
7
Asupan zat besi kedalam tubuh remaja putri dipengaruhi; Konsumsi
zat besu dalam makanan terdapat 2 macam zat besi yaitu besi heme (40%)
dan besi non hem. Besu non hem merupakan sumber utama zat besi dalam
hewani antara lain daging, ikan, ayam, hati, dan organ – organ lain
(Almatsier, 2001).
(p=0,000).
c. Frekuensi Makan
makanan yang dikonsumsi seseorang. Menurut (Hui 1985 dalam Pratiwi 2016).
protein, dan zat gizi lain (Brown et al.2005 dalam pratiwi 2016).
menurut beberapa kajian, frekuensi makan yang baik adalah tiga kali sehari.
Orang dewasa dengan polaa makan yang teratur mempunyai kecendrungan lebih
langsing dan sehat dibandingkan orang yang makan secara tidak teratur (Niklas,
8
jumlah yang tidak seimbang dibandingkan dengan kebutuhannya karena takut
kegemukan. Kebiasaan makan remaja biasanya tidak lebih dari tiga kali sehari
dan disebut makan bukan hanya dalam konteks mengkonsumsi makanan pokok
frekuensi makan < 3 kali memiliki resiko lebih tinggi terkena anemia
dibandingkan dengan remaja yang frekuensi makan > 3 kali sehari. (Raptauli
2012 dalam pratiwi 2016) menyatakan remaja dengan frekuensi makan < 3 kali
adalah faktor ekonomi dan harga serta faktor social budaya dan religious seperti
terhadap konsumsi pangan, terutama pada golongan miskin. Hal ini disebabkan
dan kuantitas yang lebih baik begitu pula sebaliknya (Wati Oktaviani, 2011).
9
Kebudayaan suatu budaya bangsa masyaraakat mempunyai kekuatan yang
dikonsumsi. Aspek social budaya pangan adalah fungsi pangan dalam masyarakat
yang berkembang sesuai dengan keadaan lingkungan, agama, adat kebiasaan dan
boleh atau tidak boleh memakan sesuatu makanan (tabu) walaupun tidak semua
tabu rasional bahkan banyak jenis tabu yang tidak masuk akal. Oleh karena itu
R.Siregar,2008).
c. Tingkat Pendapatan
tingkat pendapatannya yang rendah akan memiliki beberapa perbedaan dalam pola
d. Tingkat Pengetahuan
ini berakibat pada penanganan anak – anak dan keluarga tentang pemilihan
10
Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta
minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu. Recall dilakukan pada
Wawancara menggunakan formulir recall harus dilakukan oleh petugas yang telah
terlatih. Data yang diperlukan dari hasil recall lebih bersifat kualitatif. Untuk
Rumah Tangga). Sebaiknya racall dilakukan minimal dua kali dengan tidak
berturut – turut. Data food recall 1 kali 24 jam kurang dapt mewakili dalam
penggunaan minimal 2 kali foot recall 24 jam tanpa berturut – turut dapat
memberikan gambaran asupan zat gizi dan memberikan variasi yang lebih besar
jumlah makanan dan minuman dalam satu periode waktu, biasanya 2 sampai 4
ukuran rumah tangga (estimated food record) atau menimbang (weighed food
record) termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut. Metode ini
disebut juga diary record yang digunakan untuk mencatat jumlah yang
dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua apa yang
dikonsumsi setiap kali sebelum makan Ukuran Rumah Tangga (URT) atau
11
FFQ merupakan metode pengukuran konsumsi makanan dengan
tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam penelitian
makanan atau makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut adalah yang
dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden. Dalam absorbs
zat besi (Fe), yang harus diperhatikan adalah bahan makanan yang dapat
membantu dan menghambat penyerapan dari zat besi (Fe) itu sendiri, bahan
makanan yang dimaksud adalah bahan makanan yang ada pada menu sehari – hari
yang dikonsumsi oleh seseorang. Pola menu makanan pada garis besarnya dapat
digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi dengan
tingkatan absorbs zat besi (Fe) masing – masing 5%, 10%, 15%.
Pola menu yang tergolong rendah absorbs zat besi (Fe) (±5%), merupakan
pola menu yang hanya terdiri dari nasi atau umbi – umbian dengan kacang –
kacangan dan sangat sedikit (jarang sekali) daging ayam atau ikan serta sedikit
12
Menu makanan yang tergolong bioavailabilitas zat besi (Fe) sedang,
biasanya terdiri dari nasi, roti, umbi – umbian atau jagung, sayur – sayuran, buah
– buahan, dan seing ngengonsumsi daging, ikan atau ayam, walaupun jumlahnya
tidak banyak. Sedangkan makanan yang tergolong tinggi biovailabilitas zat bezi
banyak daging, ikan, ayam dan bahan makanan lainnya yang banyak mengandung
vitamin C.
makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber –sumber zat gizi
beberapa kelibihan, antara lain relative murah dan sederhana, dapat dilakukan
kekurangan Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency) antara lain tidak dapat
13
d. Penimbangan Makanan (Food Weighing)
penjelasan mengenai bahan – bahan yang digunakan dan merk makanan (jika ada)
beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia
(Supariasa, 2001).
konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu
Tablet tambah darah adalah suplemen yang mengandung zat besi, dimana
setiap tablet mengandung 200mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25
mg asam folat. Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel
obatan
14
3. Manfaat Tablet Tambah Darah
Pentingnya pemberian zat besi ini kepada seseorang yang sedang terkena
anemia defisiensi besi dan tidak ada gangguan absorpsi maka dalam 7 – 10 hari
kadar kenaikan Hb bisa terjadi dengan mengkonsumsi tablet tambah darah sebesar
memerlukan satu ekstra miligram per hari untuk diserap agar keseimbangan
Suplemen zat besi sebaiknya dikonsumsi pada malam hari, karena efek
dari suplemen zat besi tersebut dapat menimbulkan rasa mual. Jumlah suplemen
zat besi 3000 s/d 5000 mg yang ada dalam tubuh, yang diekskresikan tubuh setiap
harinya hanya 1 mg dan hanya 60 % (1800 – 3000 mg) berada dalam eritrosit, 30
% berada sebagai besi cadangan dan hanya 20 % berada dalam berbagai organ
dalam lambung besi dibebaskan dari ikatan organik, seperti protein. Sebagian
besar besi dalam bentuk feri direduksi menjadi bentuk fero. Hal ini terjadi dalam
suasana asam di dalam lambung dengan adanya Hcl dan vitamin C yang terdapat
15
Absorpsi terutama terjadi di bagian atas usus halus (duodenum) dengan
bantuan alat angkut protein khusus. Ada dua jenis alat angkut protein di dalam sel
mukosa usus halus yang membantu penyerapan besi, yaitu transferin dan feritin.
Transferin, protein yang disintesis di dalam hati, terdapat dalam dua bentuk.
Transferin mukosa mengangkut besi dari saluran cerna ke dalam sel mukosa dan
mukosa kemudian kembali ke rongga saluran cerna untuk mengikat besi lain,
tubuh. Dua ion feri di ikatkan pada transferin untuk di bawa ke jaringan-jaringan
tubuh. Banyaknya reseptor transferin yang terdapat pada membran sel bergantung
pada kebutuhan tiap sel. Kekurangan besi pertama dapat dilihat pada tingkat
Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi hem seperti terdapat
dalam hemoglobin dan mioglobin makanan hewani, dan besi non hem dalam
makanan nabati. Besi hem diabsorpsi ke dalam sel mukosa sebagai kompleks
porfirin utuh. Cincin porfirin di dalam sel mukosa kemudian dipecah oleh enzim
khusus (hemoksigenase) dan besi dibebaskan. Besi hem dan non hem kemudian
melewati alur yang sama dan meninggalkan sel mukosa dalam bentuk yang sama
dengan menggunakan alat angkut yang sama. Absorpsi besi hem tidak banyak
dipengaruhi oleh komposisi makanan dan sekresi saluran cerna serta oleh status
besi seseorang. Besi hem hanya merupakan bagian kecil dari besi yang diperoleh
dari makanan (kurang lebih 5% dari besi total makanan), terutama di Indonesia,
namun yang dapat diabsorpsi dapat mencapai 25% sedangkan non hem hanya 5%
(Kristyan, N. (2011).
16
Agar dapat diabsorpsi, besi non hem di dalam usus halus harus berada
dalam bentuk terlarut. Besi non hem diionisasi oleh asam lambung, direduksi
menjadi bentuk fero dan dilarutkan dalam cairan pelarut seperti asam askorbat,
gula dan asam amino yang mengandung sulfur. Pada suasana pH hingga 7 di
dalam duodenum, sebagian besar besi dalam bentuk feri akan mengendap, kecuali
dalam keadaan terlarut seperti disebutkan diatas. Besi fero lebih mudah larut pada
Taraf absorpsi besi diatur oleh mukosa saluran cerna yang ditentukan oleh
sebagai alat angkut protein yang bolak balik membawa besi ke permukaan sel
usus halus untuk diikat oleh transferin reseptor dan kembali ke rongga saluran
cerna untuk mengangkut besi lain. Di dalam sel mukosa besi dapat mengikat
apoferitin dan membentuk feritin sebagai simpanan besi sementara dalam sel. Di
dalam sel mukosa apoferitin dan feritin membentuk pool besi (Kristyan, N.
(2011).
Penyebaran besi dari sel mukosa ke sel-sel tubuh berlangsung lebih lambat
daripada penerimaannya dari saluran cerna, bergantung pada simpanan besi dalam
tubuh dan kandungan besi dalam makanan. Laju penyebaran besi ini diatur oleh
sepertiga dari mampu ikat besi totalnya (Total Iron Binding Capacity/TIBC). Bila
besi tidak dibutuhkan, reseptor transferin berada dalam keadaan jenuh dan hanya
sedikit besi diserap dari sel mukosa. Transferin yang ada di dalam sel kemudian
dikeluarkan bersama sel mukosa yang umurnya hanya dua hingga tiga hari. Bila
17
besi dibutuhkan, transferin pada sel mukosa ini tidak jenuh, dan dapat lebih
bagian tubuh lain. Di dalam sumsum tulang besi digunakan untuk membuat
hemoglobin yang merupakan bagian dari sel darah merah. Sisanya dibawa ke
jaringan tubuh yang membutuhkan. Kelebihan besi yang dapat mencapai 200
hingga 1500 mg, disimpan sebagai protein feritin dan hemosiderin di dalam hati
(30%), sumsum tulang belakang (30%) dan selebihnya di dalam limpa dan otot.
dalam serum merupakan indikator penting untuk menilai status besi (Kristyan, N.
(2011).
Menggunakan suplemen besi dosis tinggi untuk jangka waktu panjang atau
berlebihan di dalam hati. Simpanan besi terutama dalam bentuk hemosiderin yang
tidak larut air dapat menimbulkan hemosiderin yang tidak baik untuk tubuh.
Feritin dapat dengan cepat dibentuk dan dipecah untuk memenuhi kebutuhan
tubuh segera akan besi. Hemosiderin dibentuk bila besi di darah terlalu tinggi dan
diabsorpsi oleh orang dewasa yang berada dalam status besi baik. Dalam keadaan
defisiensi besi absorpsi dapat mencapai 50%. Banyak faktor berpengaruh terhadap
18
absorpsi besi. Bentuk besi di dalam makanan berpengaruh terhadap
penyerapannya. Besi hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin
yang terdapat di dalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besi
non hem. Kurang lebih 40% dari besi di dalam daging, ayam dan ikan terdapat
sebagai besi hem dan selebihnya sebagai besi non hem. Besi non hem juga
jenis buah-buahan. Makan besi hem dan non hem secara bersama dapat
meningkatkan penyerapan besi non hem. Daging, ayam dan ikan mengandung
suatu faktor yang membantu penyerapan besi. Faktor ini terdiri atas asam amino
yang mengikat besi dan membantu penyerapannya. Susu sapi, keju dan telur tidak
hem dengan mengubah bentuk feri menjadi bentuk fero. Seperti telah dijelaskan,
bentuk fero lebih mudah diserap. Vitamin C disamping itu membentuk gugus besi
askorbat yang tetap larut pada pH lebih tinggi dalam duodenum. Oleh karena itu,
sangat dianjurkan memakan makanan sumber vitamin C seperti jambu biji, jeruk
dan nanas tiap kali makan. Asam organik lain adalah asam sitrat. Asam fitat dan
faktor lain di dalam serat serealia dan asam oksalat di dalam sayuran menghambat
disebabkan oleh nilai fitat yang tinggi. Karena kedelai dan hasil olahannya
mempunyai kandungan besi yang tinggi. Pengaruh akhir terhadap absorpsi besi
19
Tanin yang merupakan polifenol dan terdapat di dalam teh, kopi dan
beberapa jenis sayuran dan buah juga menghambat absorpsi besi dengan cara
mengikatnya. Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum teh atau
kopi waktu makan. Kalsium dosis tinggi berupa suplemen menghambat absorpsi
besi, namun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Bayi dapat lebih
banyak menyerap besi yang berasal dari ASI daripada dari susu sapi.
asam klorida di dalam lambung atau penggunaan obat-obatan yang bersifat basa
Kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh besar terhadap absorpsi besi. Bila
absorpsi besi non hem dapat meningkat sampai sepuluh kali, sedangkan besi hem
dua kali.
Tambah Darah
a. Pengetahuan
responden untuk mengkonsumsi tablet tambah darah. Hal ini disebabkan karena
b. Sikap
20
Sikap yang baik terbukti dapat menciptakan kepatuhan yang baik dalam
mengkonsumsi tablet tambah darah. Hal ini disebabkan karena responden yang
memiliki sikap baik juga memiliki kesadaran yang tinggi mengenai pentingnya
mengkonsumsi tablet tambah darah sebagai upaya mencegah anemia pada remaja
puteri.
c. Budaya
tablet tambah darah 2.5 kali lebih besar dibandingkan responden dengan budaya
buruk.
d. Lingkungan
Widya Karya Pangan dan Gizi menetapkan angka kecukupan besi untuk
Indonesia :
Sumber baik besi adalah makanan hewani, seperti daging, ayam dan ikan.
hijau dan beberapa jenis buah. Di samping jumlah besi, perlu diperhatikan
umumnya besi di dalam daging, ayam dan ikan mempunyai ketersediaan biologik
21
sedang, dan besi di dalam sebagian besar sayuran, terutama yang mengandung
campuran sumber besi berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan serta sumber
gizi lain yang dapat membantu absorpsi. Menu makanan di Indonesia sebaiknya
C. Anemia
1. Pengertian Anemia
adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel
darah merah berada dibawah normal (HR & Suprapto 2014). Anemia juga dapat
sel darah merah dibawah normal yang dipatok untuk perorangan. Anemia gizi besi
adalah keadaan dengan kadar hemoglobin, hematokrit, dan sel darah merah yang
lebih rendah dari normal, sebagai akibat dari defisiensi unsur zat besi atau Fe dari
terendah hemoglobin menurut WHO 1972 adalah 12 gr/dl untuk anak usia 6 – 12
tahun dan untuk WUS atau wanita dewasa yang tidak hamil adalah 12 – 14
gr/dl(Arisman 2009).
Secara umum ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi yaitu
kehilangan darah secara kronis sebagai dampak pendarahan kronis, seperti pada
22
Selanjutnya adalah karena asupan zat besi yang tidak cukup dan penyerapannya
yang tidak adekuat. Serta yang terakhir adalah karena peningkatan kebutuhan
akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada
meyusui(Arisman 2009).
Selain itu, penyebab umum dari anemia antara lain : kekurangan zat besi,
folat, dan gangguan sumsum tulang. Secara garis besar penyebab anemia dapat
kekurangan nutrisi.
pendarahan kronis, mentruasi, ulser kronis dan trauma (HR & Suprapto
2014).
yang hilang selama 1 periode menstruasi berkisar antara 20 – 25 cc. jumlah ini
menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12.5 - 15 mg per bulan, atau kira – kira
sama dengan 0.4 – 0.5 mg sehari. Jika jumlah tersebut ditambah dengan dengan
kehilangan zat besi secara basal, jumlah total zat besi yang hilang selama periode
23
3. Tanda dan Gejala Anemia
Tanda dan gejala anemia defisiensi zat besi bianaya tidak khas dan sering
tidak jelas seperti : pucat, takikardia, dan sesak nafas, Kepucatan bisa diperiksa
pada telapak tangan, kuku, dan konjungtiva palpebral(Arisman 2009). Selain itu
Ketika kelopak mata bagian bawah diregangkan akan terlihat bagian dalam
2. Sering Kelelahan
Jika anda merasa Lelah sepanjang waktu selama satu bulan lebih, bisa
menjadi kemungkinan jumlah sel darah merah dalam tubuh rendah, karena
pasokan energi tubuh sangat beragntung pada oksigen yang dibawa sel darah
merah.
3. Sering Mual
Mereka yang mengalami anemia sering kali mengalami gejala mual segera
4. Sakit Kepala
Orang yang mengalami anemia sering mengeluh sakit kepala secara terus –
24
Ketika ujung jari ditekan, daerah itu akan menjadi berubahc merah.
Sedangkan pada pederita anemia, jika ujung jari di tekan makan akan timbul
6. Sesak Nafas
Jumlah darah yang rendah akan menurunkan tingkat oksigen dalam tubuh.
Hal ini membuat penderita anemia sering merasa sesak nafas atau sering
darah merah dalam tubuh, denyut jantung akan meningkat. Hal inilah yang
8. Wajah Pucat
Wajah penderita anemia akan terlihat pucat. Kulit penderita anemia umumnya
9. Rambut Rontok
Rambut rontok bisa jadi gejala anemia. Ketika kulit kepala tidak
mendapatkan makanan yang cukup dari tubuh maka akan terjadi penipisan
Etika tubuh memiliki energi yang sangat sedikit, maka kekebalan tubuh juga
kan ikut menurun. Hal ini menyebabkan penderita anemia mudah jatuh sakit
25
Jika anemia sudah terjadi, tubuh tidak akan mungkin menyerap zat besi
dalam jumlah besar dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu, pengobatan
menambah jumlah asupan makanan yang kaya akan zat besi dan dapat
meningkatkan penyerapan zat besi. Sejauh ini ada empat pendekatan dalam
2. Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat
Banyak jenis anemia yang tidak dapat dicegah, manun pada anemia akibat
defisiensi zat besi dapat dibantu dengan pemberian suplemntasi dan memenuhi
asupan zat besi dari makanan. Suplemen Fe yang diberikan adalah tablet Fe dalam
bentuk ferro yang lebih mudah diserap ketimbang dalam bentuk ferri. Dosis tablet
Fe untuk remaja dan dewasa adalah 60 mg (anemia derajat ringan) sampai 120
Zat besi dapat ditemukan pada daging berwarna merah, hati, kacang –
kacangan, sayuran berwarna hijau gelap dan buah – buahan yan g dikeringkan.
Selain makanan yang mengandung zat besi, untuk pencegahan anemia ini serta
juga sumber asam folat, vitamin B 12 dan vitamin C. Bahan makanan yang
melon, jenis buah beri – berian (strawbwri, blue berry, raspberry, blackberry dan
26
lain sebagainya), pisang, sayuran hijau tua, sereal, pasta, daging, serta susu dan
D. Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak – anak ke dewasa. Batasan
remaja yang digunakan untuk masyarakat Indonesia yaitu mereka yang berusia 11
– 24 tahun dan belum menikah. Peralihan tidak hanya dari faktor psikis saja,
tetapi dari faktor fisik. Bahkan perubahan – perubahan fisik yang terjadi itulah
perubahan fisik itu yang terbesar pengaruhnya pada perkembanan jiwa remaja
adlah perkembangan tubuh. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja khususnya
Pertumbuhan tulang
Pertumbuhan payudara
27
Mencapai pertumbuhan tinggi badan maksimal
Menstruasi yang terjadi pada remaja putri merupakan petunjuk awal mulai
putri sudah mulai masa remajanya pada umur 9 atau 10 tahun(Gunawan & D
2008).
Status gizi remaja harus dinilai secara perorangan, berdasarkan data yang
psikososial. Pada masa remaja, terjadi peningkatan beberapa asupan makro dan
mikro nutrient salah satunya adalah peningkatan akan besi dan kalsium.
Peningkatan akan besi dan kalsium ini paling mencolok karena kedua mineral ini
merupakan komponen pembentuk tulang dan otot serta karena pada masa remaja,
remaja putri telah mulai mengalami menstruasi. Kecukupan zat besi untuk remaja
(Arisman 2009)
Tabel 2
28
Zat Besi (mg) 26 26 26
Vitamin C (mg) 65 75 75
makan pagi dan makan siang. Tak jarang remaja makan di luar rumah dengan
b. Gangguan makan
bumilia nervosa. Anoreksia dan bumilia adalah gangguan pola makan yang
tampak atau sering terjadi pada remaja dan wanita dewasa. Kedua gangguan ini
c. Obesitas (kegemukan)
Obesitas meningkat pada usia ini, karena penurunan aktivitas fisik dan
rendah. Pada remaja ini dapat disebabkan faktor yang bersifat multifactor baik
terdapat tipe remaja obese namun dapat dilihat pada karakteristik fisik, meliputi
pematangan lebih awal, massa otot membesar dan menarche lebih awal.
29
d. Anemia
Remaja memiliki banyak kegiatan seperti sekolah dari pagi hingga siang
diteruskan dengan kegiatan ekstra di luar sekolag seperti les atau kegiatan
tambahan lainnya. Semua kegiatan ini membuat remaja tidak sempat makan,
akibatnya remaja menjadi lemas, kecapaian dan tidak bergairah. Remaja putrid
lebih beresiko menderita anemia daripada remaja putra karena disebabkan oleh
faktor setian bulan remaja putrid mengalami menstruasi, selama kurang lebih lima
hari. Kemudian, remaj putrid sering kali menjaga penampilan ingin kurus
sehingga berdiet atau mengurangi makan. Diet yang tidak seimbang dengan
kebutuhan tubuh akan menyebabkan tubuh kekurangan zat penting seperti zat besi
(Fe). Oleh sebab itu, untuk mencegah kekurangan zat besi (Fe) remaja sebaiknya
mengonsusmsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup
Adriani,2012).
e. Body Image
tubuhnya sendiri yang dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran tubuh serta harapan
terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang diinginkan. Apabila harapan tersebut
tidak sesuai dengan kondisi tubuh actual makan akan menimbulkan body image
(60,6%) menilai bahwa bentuk tubuhnya tidak ideal (didasarkan pada pendapat
pribadi). Sebagian besar menilai bentuk tubuh meraka saat ini kurus, sedangkan
bentuk tubuh mereka saat ini kurus, sedangkan bentuk tubuh ideal menurut
30
mereka adalah tinggi badan sepadan dengan berat badan (83,8%) kurus (13,4%),
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Siklus Haid
Pola Konsumsi
Jenis Bahan Makan 31
Jumlah Konsumsi
Makan
Frekuensi Makan
Status Anemia
Konsumsi Tablet
Tambah Darah
Adanya penyakit
kronis/infeksi (gastritis,
ulkuks peotikum, diare,
infeksi cacing)
Gambar 1.
Anemia
Keterangan :
= Dianalisis
= Tidak dianalisis
rendah daripada nilai normal. Terdapat empat faktor yang menyebabkan anemia
yaitu pola konsumsi, konsumsi tablet tambah darah, siklus haid, dan adanya
kebiasaan konsumsi tablet tambah darah. Penilaian pola konsumsi dapat dilihat
dari jenis bahan makanan yang dikonsumsi, dimana jenis bahan makanan yang
kurang beragamnya dan kurang asupan seperti protein, zat besi, dan vitamin C
dalam tubuh akan berdampak pada anemia. Protein dan zat besi digunakan dalam
32
pembentukkan darah dan vitamin C berguna untuk membantu proses penyerapan
Jumlah konsumsi zat gizi menunjukkan asupan zat gizi seseorang dalam
sehari. Apabila asupan protein, zat besi dan vitamin C tidak sesuai dengan
kebutuhan maka akan berdampak pada penyakit anemia, dimana kekurangan zat
besi dan protein yang sangat berperan dalam pembentukan sel darah merah
apabila berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka akan menghambat
sehari, apabila seseorang makan kurang dari standar yaitu tiga kali makan utama,
maka kecukupan protein, zat besi, dan vitamin C yang diperlukan oleh tubuh
jangka waktu yang lama maka akan berdampak pada penyakit anemia.
Tablet tambah darah adalah suplemen yang mengandung zat besi, dimana
setiap tablet mengandung 200mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25
mg asam folat . Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel
B. Definisi Operasional
33
keadaan kadar e Touch (Hb <12
bersangkutan n darah
Variabel Independen
2. Pola Pola konsumsi Wawa Formulir 1. Baik, jika Ordinal
dikonsumsi atau
sehari memenuhi 3
kategori
jenis, jumlah
dan
frekuensi.
2.Tidak baik,
jika tidak
memenuhi
kriteria yaitu
jumlah yang
34
di konsumsi
sesuai
kebutuhan
atau tidak
memenuhii 3
kategori
jenis, jumlah
dan
frekuensi.
Baik : ≥ 5
banyaknya BM
bahan
makanan
yang
dikonsumsi
sehari.
Baik : ≥
80% AKG
b. Jumlah Wawa Formulir Tidak baik Ordinal
: < 80%
konsumsi zat ncara SQ-FFQ AKG
gizi yaitu
35
menunjukka
n tingkat
konsumsi
(protein, fe,
dan vitamin
C) yang
dikonsumsi
dalam sehari
1. Sering : ≥ 3
frekuensi
makan
dalam sehari
36
3. Konsumi Jumlah Wawa Questioner Kurang ,
13 biji
tablet
C. Hipotesi Penelitian
Karangasem”
BAB IV
METODE PENELITIAN
pengamatan dan pencatatan pada objek yang diteliti. Rancangan penelitian ini
37
yaitu pola konsumsi dan kebiasaan konsumsi TTD, sedangkan untuk variabel
terikat yaitu status anemia pada remaja putri di SMK Negeri I Manggis,
Kabupaten Karangasem akan diukur pada waktu yang bersamaan serta diamati
secara bersamaan.
1. Tempat
pendamping.
b. Belum ada penelitian tentang pola konsumsi dan kebiasaan konsumsi TTD
terhadap kejadian anemia yang sampelnya yaitu siswi SMK Negeri I Manggis
2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan yaitu bulan
1. Populasi
Kabupaten Karangasem. Sampel yang akan diteliti dari penelitian ini adalah
38
d) Berusia antara 15-19 tahun
2. Sampel
a. Besaran sampel
z2 . p q 2
n= =z p ¿¿
d2
Keterangan:
b. Teknik Sampling
subjek siswi di SMK Negeri I Manggis Pada tahun 2018 adalah dengan sampling
sistematis agar mendapatkan jumlah sampel yang sesuai dengan porsi di masing –
masing kelas
Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.
39
1. Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung meliputi :
a. Identitas Sampel
b. Data Pola Konsumsi yaitu jenis, jumlah dan frequensi bahan makanan yang
merupakan sumber – sumber zat gizi tertentu selama periode tertentu pula
d. Kadar Hemoglobin.
1) Menyiapkan alat yaitu, hemoque, strip Hb, lancet blood, alcohol swab
40
4) Tusuk jari tangan menggunakan lancet blood yang telah dibersihkan
5) Buang darah yang pertama kali keluar, gunakan darah yang kedua
6) Biarkan darah masuk kedalam strip Hb, masukkan strip Hb kedalam alat
hemoque
mahasiswa semester VII Prodi DIV Gizi Poltekkes Denpasar yang telah
hemoglobin.
1. Alat :
- Lancet
- Alcohol swab
- Masker mulut
- Handscoon
2. Instrumen
41
- seperti formulir identitas sampel
- formulir SQ-FFQ
1. Pengolahan Data
a. Jenis makanan :
terpenuhi.
b. Jumlah makanan :
c. Frekuensi makan :
42
- ≥ 3 kali Dalam sehari.
berikut:
Perempua:
1. Analisis Data
dkk, 2011) :
1. Tahap Persiapan
penelitian.
43
b. Pemilihan, penetapan dan pelatihan untuk tenaga enumerator tentang
2. Tahap Pelaksanaan
enumerator.
3. Tahap penyelesaian
b. Menyusun skripsi.
H. Etika Penelitian
44
6∑ d2
r spr =1− 3
n −n
n : banyaknya subyek
hubungan pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS dengan sikap ibu dalam
melakukan tes PMTCT. Namun, apabila ρ hitung < ρ tabel maka H0 diterima
dan Ha ditolak sehingga tidak ada hubungan pengetahuan ibu hamil tentang
DAFTAR PUSTAKA
45
Amalia M, M., Indriasari, R., & Jafar, N. (2014). Hubungan Body Image Dengan
Perilaku Diet Dan Kadar Hb Pada Remaja Putri Di Sman 10 Kota
Makassar
Arisman, 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan Edisi 2 2nd ed. Suryani, ed., Jakarta:
EGC.
Budiman, B., & Vianingsih, Y. (2016). Pengaruh Kebiasaan Konsumsi Zat Besi
(Fe) Dan Status Gizi Terhadap Kejadian Anemia Gizi Besi (Agb) Pada
Siswi Di Sman 4 Cimahi. Edusentris, 3(1), 46-56.
Dinkes Lumajang, 2016. WUS,Remaja Putri dan zat Besi. Available at:
dinkes.lumajang.go.id.
Fikawati, S., Syafiq, A., Nurjuaida, S., Kesehatan, D., Tangerang, K., & Barat, J.
(2009). Pengaruh suplementasi zat besi satu dan dua kali per minggu
terhadap kadar hemoglobin pada siswi yang menderita anemia.
Universa Medicina, 24(4), 167–174. Retrieved from
http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Sandra(1).pdf
Gunawan, S.D. & D, N.Y.S., 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
HR, H. & Suprapto, S.I., 2014. Patologi dan Patofisiologi Penyakit, Yogyakarta:
Nuha Medika
Imran, N., Indriasari, R., & Najamuddin, U. (2014). Pengetahuan Dan Sikap
Tentang Anemia Dengan Status Hemoglobin Remaja Putri Di Sma
Negeri 10 Makassar
46
Mahasiswa S.I Keperawatan Program A RIKES UPN “VETRAN”
JAKARTA.JAKARTA : Universitas Pembangunan Nasional “Veteran
(online).
Pada, A., Putri, R. & Man, D.I., 2015. FAKTOR - FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN. Jurnal Kesehatan Metro
Sai Wawai, VIII(1), pp.1–7.
Puspitasari, D. & Sari, A., 2015. Pengaruh Pemberian Suplemen Besi Saat
Menstruasi Terhadap Peningkatan Kadar Hb pada Remaja di SMUN I
Bantul Yogyakarta. Media Ilmu Kesehatan, 4(3), pp.156–161.
Sada, Marianta. dkk. 2012. Hubungan Body Image, Pengetahuan Gizi Seimbang,
dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi Masyarakat Politeknik
Kesehatan Jayapura. Makasar : FKM Universitas Hasanuddin.
Sastroasmoro, S. & Sofyan, I., 1995. Dasar - Dasar Metodelogi Penelitian Klinis,
Jakarta: Binapura Aksara.
47
LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana Kegiatan
2017 2018
Kegiatan
Feb Mar Apr Mei Jun Jan Feb Mar Apr Mei Juni
Perencanaan Judul √
Penetapan Judul √
Pembuatan Proposal √ √
Seminar Proposal √
48
Perbaikan Proposal √ √
Persiapan Penelitian √ √
Penelitian √ √
Pengolahan dan √ √
Penyusunan
Seminar Akhir √
Lampiran 2
RENCANA BIAYA
49
Lampiran 3
SURAT PERNYATAAN BERSEDIA
MENJADI SAMPEL PENELITIAN
Nama : …………………………………………………
Tempat/ tgl lahir : …………………………………………………
Alamat : …………………………………………………
…………………………………………………
Pekerjaan : …………………………………………………
Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi sampel penelitian dan
akan memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian yang berjudul
“POLA KONSUMSI DAN KEBIASAAN KONSUMSI TABLET TAMBAH
DARAH DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMK
NEGERI I MANGGIS KABUPATEN KARANGASEM” serta akan ada
pemeriksaan darah (Hb).
Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa ada
paksaan dari pihak manapun dan saya berhak menuntutmatas kerahasiaan
informasi yang saya berikan.
Denpasar, ………………………2017
Yang membuat pernyataan
(……………………………………………)
50
Lampiran 4
FORM IDENTITAS SAMPEL
PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI DAN KEBIASAAN
KONSUMSI TTD DENGAN KEJADIAN ANEMIA
DI SMK NEGERI I MANGGIS
A. Data Identitas Sampel
1 Kode Sampel
2 Nama Sampel
Tahun
6 Alamat
7 Jurusan/Kelas
8 BB Kg
9 TB Cm
51
a. Darah yang berlebihan di dalam tubuh
b. Kurangnya kadar hemoglobin dalam darah
c. Tekanan darah rendah
d. Kurangnya darah dalam tubuh
2. Bagaimana cara mencegah dan mengobati anemia pada remaja putri ?
a. Mengkonsumsi tablet tambah darah
b. Menjaga kebersihan perorangan
c. Memperbaiki status gizi dengan berolahraga secara teratur
d. Mengurangi makanan yang berlemak
3. Apa itu tablet tambah darah ?
a. Tablet yang berwarna putih yang mengandung zat besi
b. Tablet yang berwarna merah yang mengandung 200 mg Sulfat Ferosus dan
0,400 mg asam folat
c. Tablet yang berwarna merah mengandung vitamin A, B1 dan B6
d. Tablet berwarna merah yang diminum untuk meningkatkan tekanan darah
4. Apa manfaat tablet tambah darah ?
a. Meningkatkan konsentrasi belajar dan mengganti zat besi yang hilang
bersama darah pada saat haid
b. Menghilangkan bintik bintik merah pada kulit dan meningkatkan daya ingat
remaja
c. Meningkatkan nafsu makan dan menjaga status gizi
d. Mencegah terjadinya keram perut saat menstruasi dan mengurangi rasa lelah
5. Bagaimana aturan pemakaian tablet tambah darah?
a. Minum satu kali dalam seminggu dan minum tablet tambah darah dengan teh
agar penyerapan lebih baik
b. Minum satu kali dalam sebulan dan minum tablet tambah darah bersamaan
dengan pisang
c. Minum satu kali setiap minggu dan satu tablet setiap hari selama haid dan
disimpan ditempat kering
d. Tablet tambah darah diminum kapan saja sesuka hati dengan air putih
6. Berapa jumlah tablet tambah darah yang diberikan ?
a. 4 butir/bulan b. 10 butir/bulan c. 1 butir/hari d. 13 butir/bulan
7. Apakah tablet besi tersebut diminum?
a. Ya b. Tidak
8. Berapa sisa tablet tambah darah yang diberikan?
a. Tidak sisa
b. Sisa ≤3 butir, sebutkan…… butir
c. Sisa > 3 butir, sebutkan ….. butir
d. Tidak diminum
9. Apabila diminum, kapan biasanya meminum TTD?
a. setiap hari
b. setiap mendapatkan haid /menstruasi
c. seminggu sekali dan selama haid
d. pada saat kondisi tertentu (sakit,jika ingat, dll)
10. Apabila tidak dihabiskan, mengapa tidak dihabiskan?
a. Lupa 1. Ya 2. Tidak
b. Malas 1. Ya 2. Tidak
52
c. Mual, bila minum tablet tambah darah 1. Ya 2. Tidak
d. Takut terlalu banyak minum obat 1. Ya 2. Tidak
Lain......
Lampiran 5
Tabel Analisis Data
A. Tabel 2x2
Status Anemia
Jenis Anemia Normal TOTAL
N % n % n %
Baik
Tidak Baik
TOTAL
Status Anemia
Jumlah Anemia Normal TOTAL
N % n % n %
Baik
Tidak Baik
TOTAL
Status Anemia
Frekuensi Anemia Normal TOTAL
N % n % n %
Sering
Jarang
TOTAL
53
Anemia Normal TOTAL
N % n % n %
Sering
Jarang
TOTAL
Lampiran 6
6 ∑ d 2i
ρ=1- 3
N −N
di mana :
d i = beda antara 2 pengamatan berpasangan
N = total pengamatan
ρ = koefisien korelasi Spearman
54
Lampiran 7
FORMULIR SEMI QUANTITATIF FOOD FREQUENCY QUESTIONARE
(SQ – FFQ)
No :
Nama :
Tanggal :
55
5 Daging sapi
6 Ikana sin
7 Daging babi
8 Hati…
9 Daging bebek
10 Pindang
11 Lainnya….
C. Protein Nabati
1 Tempe
2 Tahu
3 Kacang ijo
4 Kacang tanah
5 Kedelai
6 Kacang merah
7 Lainnya….
D. Sayuran
1 Bayam
2 Kol
3 Daun singkong
4 Buncis
5 Kacang panjang
6 Wortel
7 Labu siam
8 Labu waluh
9 Pakis
10 Jagung muda
11 Ketimun
12 Kangkung
13 Tauge
14 Tomat
15 Terong
16 Kembang Kol
17 Brokoli
18 Jamur Merang
19 Jamur Kuping
20 Sawi Putih
21 Sawi Hijau
22 Selada
23 Daun Kelor
24 Lainnya…
E. Buahan – buahan
1 Alpukat
2 Apel Manalagi
56
3 Apel Merah
4 Apel Pear
5 Belimbing
6 Manga
7 Jambu biji
8 Jambu air
9 Jeruk manis
10 Nangka
11 Manggis
12 Semangka
13 Rambutan
14 Pisang
15 Salak
16 Pepaya
17 Melon
18 Anggur Merah
19 Anggur Hijau
20 Strawberry
21 Nenas
22 Durian
23 Lainnya….
F. Susu
1 Susu sapi
2 Susu kedelai
3 Susu skim
4 Susu kental manis
5 Yoghurt
6 Lainnya…
G. Lain – lain
1 Minyak goreng
2 Bumbu – bumbu
3 Gula pasir
4 Gula merah
5 Kecap
6 Saos
7 Lainnya…
57
58