Anda di halaman 1dari 5

Proposal Hari : Sabtu

MK. Perencanaan Program Gizi Tanggal : 13 November 2020

PROPOSAL PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN (PBL) KEJADIAN


STUNTING DAN KEK DI KOTA PEKANBARU
Disusun Oleh:
Kelompok
Adekta Marbun P031913411001
Febri Adhinna P031913411015
Levi anggraini P031913411057
Marcelina Aprilia Wardhani P031913411059
Milenia Muyassari P031913411060
Nurlita Lumban Batu P031913411063

Dosen Pengampu :

Dewi Erowati, S.Gz, MPH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN RIAU

JURUSAN GIZI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga tugas “Proposal
Praktik Belajar Lapangan (PBL) Kejadian Stunting, dan KEK di kota Pekanbaru ” telah berhasil
disusun sehingga telah selesai pada waktu yang telah di tentukan.
Proposal ini disusun sebagai penunjang bagi kita untuk lebih mengetahui terkait
permasalahan dan cara pencegahan stunting sejak dini, dan KEK. Kami sebagai penyusun
proposal ini berterimakasih kepada Ibu Dewi Erowati, S.Gz, MPH, Ibu Dewi Rahayu, SP, M.Si,
dan Ibu Yolahumaroh, SKM, MPH selaku dosen mata kuliah Perencanaan Program Gizi.
Penulis berharap agar proposal ini dapat berguna bagi mahasiswa maupun para pembaca
yang membutuhkan informasi. Penulis mengaharapkan kritik dan saran agar segala kekurangan
dalam proposal ini dapat di perbaiki.

Pekanbaru, Agustus 2021

Tim Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Belakangan ini banyak permasalahan gizi yang terjadi di provinsi Riau khususnya kota
Pekanbaru. Masalah gizi yang banyak dijumpai di kota Pekanbaru yaitu masalah stunting
pada balita , dan kejadian KEK pada ib hamil . Stunting adalah masalah kurang gizi kronis
yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih
dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun (Kemenkes RI, 2018).
Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada indeks BB/U atau TB/U dimana dalam
standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuran tersebut berada pada
ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai dengan -3 SD (pendek/stunted) dan<-3 SD (sangat
pendek/severely stunted) (Trihono, 2015).
Kurang Energi Kronis (KEK) adalah keadaan seseorang yang menderita kekurangan
makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang ditandai dengan lingkar lengan atas
(LILA) < 23,5 cm sehingga mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan. Kurang Energi
Kronis (KEK) dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil (Irianto, 2014).
Permasalahan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan permasalahan
mendasar yang perlu mendapatkan penanganan yang lebih baik (Dinkes DIY, 2017). Ibu
hamil yang mengalami Kurang Energi Kronis (KEK) atau kurang gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah, baik pada ibu, saat proses persalinan maupun pada janin. Dampak
Kurang Energi Kronis (KEK) terhadap ibu diantaranya meningkatkan risiko terjadinya
anemia, pendarahan, dan terkena penyakit infeksi (Irianto,2014). Dampak Kurang Energi
Kronis terhadap proses persalinan diantaranya akan berisiko terjadinya persalinan lama,
persalinan sebelum waktunya (premature), dan persalinan dengan operasi cederung
meningkat (Agria, 2012).
Dampak Kurang Energi Kronis (KEK) terhadap janin diantaranya berisiko terjadinya
proses pertumbuhan janin terhambat, keguguran atau abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan),
lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Waryana, 2010). Masalah ibu hamil Kurang
Energi Kronis (KEK) disebabkan konsumsi zat gizi yang masih kurang. Menurut Arisman
(2010) penyebab lain terjadinya Kurang Energi Kronis (KEK) adalah penyakit infeksi, ibu
hamil yang asupan makannya cukup tetapi menderita suatu penyakit atau sakit maka
mengalami masalah yang ditandai dengan menurunnya nafsu makan yang menyebabkan
asupan makan berkurang dan ibu hamil yang asupan makannya kurang dapat menurunkan
daya tahan tubuh sehingga mudah terserang penyakit.
Tingkat pendidikan yang rendah, pengetahuan ibu tentang gizi kurang dan pendapatan
keluarga yang tidak memadahi juga berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan gizi ibu
(Arisman, 2010). Paritas ibu yang tinggi atau terlalu sering hamil dapat menguras cadangan
zat gizi tubuh, jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu tidak memperoleh
kesempatan untuk memperbaiki tubuh setelah melahirkan, ibu hamil yang beban kerja yang
tinggi juga membutuhkan lebih banyak energi karena cadangan energinya dibagi untuk
dirinya sendiri, janin dan pekerjaannya (Arisman, 2010).
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti bertujuan untuk mengetahui gambaran
kejadian Stunting , Hipertensi dan Kekurangan Energi Kronis (KEK) Di Kota Pekanbaru .

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Seberapa luas masalah stunting, dan KEK yang terjadi di Kota Pekanbaru?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting, dan KEK di Kota
Pekanbaru?
3. Bagaimanakah perencanaan program gizi yang tepat dalam mengatasi permasalahan
stunting, dan KEK yang terjadi di Kota Pekanbaru?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa luas masalah stunting, dan KEK yang terjadi di Kota
Pekanbaru.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting dan KEK yang
terjadi di Kota Pekanbaru.
3. Untuk mengetahui perencanaan program gizi yang tepat dalam mengatasi permasalahan
stunting , dan KEK di kota Pekanbaru.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Stunting
Berdasarkan data Riskesdas Tahun 2013, sekitar 37% (hampir 9 Juta) anak balita di
Indonesia mengalami stunting (Kemenkes RI, 2014) dan di seluruh dunia, Indonesia adalah
negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar. Berdasarkan data Pemantauan Status
Gizi (PSG) Selama dua tahun terakhir, balita pendek memiliki prevalensi tertinggi
dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus dan gemuk. Prevalensi
balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada
tahun 2017. Prevalensi balita pendek di Indonesia cenderung statis (Kemenkes RI, 2018).
Prevalensi stunting di Provinsi Riau tahun 2016 masih menunjukkan angka tinggi yaitu
29,7%.
Prevalensi stunting di Kota Pekanbaru mencapai angka 27,7% . Kota Pekanbaru masuk
dalam urutan ke-7 masalah stunting di provinsi Riau. Dalam perangkingan diketahui
puskesmas yang memiliki balita stunting tertinggi terdapat di Puskesmas Harapan Raya
(peringkat ke-1) dengan jumlah balita sebanyak 66 orang balita (42,79 %) dengan kategori
sangat tinggi (Harahap, 2020).
Pekanbaru sebagai salah satu kota yang di kenal kaya dengan sumber daya alamnya,
ternyata masih menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan gizi. Angka stunting di
Kota Pekanbaru tergolong cukup tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi stunting
nasional yaitu sebesar 29,6%.
2.2 KEK
Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi WUS yang beresiko KEK di Indonesia
sebesar 13,6% dengan prevalensi yang terdapat di provinsi Riau sebesar 10,1%. Hasil
penelitian Nur Khasanah (2010) menggunakan data sekunder Riskesdas 2007 didapat
prevalensi ibu hamil yang beresiko KEK,di Indonesia sebesar 21,6% dengan prevalensi yang
terdapat di provinsi Riau sebesar 11,8%. Hal ini mengindikasikan KEK pada ibu hamil
masih menjadi masalah di Indonesia (Kemenkes, 2007). Ibu hamil di Kota Pekanbaru
Propinsi Riau yang memiliki lingkar lengan atas kurang 23,5 cm yang tertinggi yaitu di
Kecamatan Payung Sekaki sebanyak 180 orang (8%) (Profil Kesehatan Provinsi Riau,
2012). Sementara untuk tahun 2013 sebanyak 155 orang (6,5%) terjadi sedikit penurunan.

Anda mungkin juga menyukai