Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RESUME BIOETIK BAB VI

Wulan Apriani 1605025024


Reti Dian Lestari 1605025035
Violita Devi Savitri 1605025114
Muhammad Hijmuh 1605025122
Leni Marlina 1605025138
Alifianti Salma Putri 1605025174
Topik 1
Etika dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar
Etika dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah penerapan konsep benar, salah,
baik, buruk dan tanggung jawab serta memerlukan sikap kritis, metodis dan sistematis dalam
melakukan dalam melakukan pengkajian (asesmen) gizi, diagnosisi gizi, intervensi gizi dan
monitoring dan evaluasi gizi. Ahli gizi harus memperhatikan identitas pasien dan kesesuaian
dengan label diet, berkomunikasi dengan tim medis agar tidak terjadi kesalahan pelayanan. Dalam
melaksanakan kegiatan asesmen ahli gizi harus mengikuti etika sesuai kode etik.

A. ETIKA DALAM MELAKUKAN ASESMEN GIZI


Pengkajian gizi atau asesmen gizi ini bukan hanya mengumpulkan data awal saja namun
juga melakukan pengkajian data ulang serta menganalisis intervensi gizi yang telah diberikan
sebelumnya. Tujuan kegiatan asesmen gizi, adalah untuk mendapatkan informasi atau data yang
lengkap dan sesuai dalam upaya mengidentifikasi masalah gizi atau faktor lain yang dapat
menimbulkan masalah gizi. Data yang diperoleh dari pengukuran kemudian dibandingkan dengan
standar baku (nilai normal) sehingga dapat dikaji dan diidentifikasikan berapa besar masalahnya.
Tabel dibawah ini menggambarkan pada setiap jenis pengukuran, pengkajian apa yang
harus dilakukan dan etika yang sesuai dengan pengukuran yang dilakukan.
Pengukuran Pengkajian Etika dalam melakukan pengukuran dan
pengkajiannya
a. Antropometri Bandingkan Nilai 1. Memberi salam, perkenalan diri,
baku (standar) membangun hubungan, dan memahami
tujuan pengukuran.
2. Meminta izin karena mungkin
mengganggu privasi.
3. Set alat ukur sesuai prosedur, agar
pengukuran akurat.
4. Lakukan pengukuran sesuai prosedur
yang benar dan baca hasil pengukuran
yang benar.
5. Bandingkan hasil ukur menggunakan
nilai baku sesuai dengan pengukuran.
b. Pemeriksaan data Kaji hasil 1. Lakukan komunikasi yang baik dengan
biokimia pemeriksaan tenaga kesehatan
laboratorium yang 2. Data biokimia pasien terdapat pada rekam
berhubungan dengan medis pasien dan bersifat rahasia.
keadaan gizi,dengan 3. Mintalah izin terlebih dahulu untuk
meggunakan nilai membaca rekam medis pasien.
baku yang ada pada 4. Baca dengan seksama dan buat catatan
lembar hasil sendiri
pemeriksaan 5. Kembalikan rekam medis pasien kepada
biokimia perawat
6. Dalam membaca rekam medis pasien kita
harus selalu berfikir kritis, apakah data tsb
terkait dengan gizi.
c. Pemeriksaan data Pengkajian fisik dan Data ini juga terdapat pada rekam medis
klinis dan fisik klinis terkait gizi pasien.
d. Riwayat makan FFQ, Hasil analisis zat gizi 1. Persiapkan alat dan bahan sebelum
Food recall 24 H dari asupan makan melakukan wawancara.
dikaji dengan 2. Sebelum melakukan wawancara memberi
membandingkan salam, perkenalan diri, membangun
standar baku asupan, hubungan, dan memahami tujuan
sesuai umur, jenis wawancara.
kelamin, keadaan 3. Minta klien mengingat apa saja yang
kesehatan, akititas. dimakan sehari sebelumnya (24 jam)
untuk foodrecall serta mengingat bahan
makanan/makanan yang dikonsumsi
selama 1 bulan lalu untu FFQ.
4. Lakukan klarifikasi ulang untuk
membantu mengingat kembali apa saja
yang dikonsumsi klien.
5. Agar membantu mempermudah klien
gunakan food model/ foto bahan makanan
serta dapat juga menggunakan perangkat
lunak seperti “nutriclin”
e. Riwayat Personal Pengkajian data 1. Etika dalam berkomunikasi yang baik
terkait gizi seperti dengan tenaga kesehatan lain
alergi makanan, 2. Mengumpulkan data riwayat personal
pantangan yang umumnya tertulis dalam rekam
makanan,keadaan medik.
sosial ekonomi, pola
aktifitas, riwayat 3. Baca dan Catat data yang berkaitan
penyakit klien, serta dengan gizi dalam buku catatan saudara.
masalah psikologis 4. Gunakan selalu cara berfikir kritis.
yang terkait dengan 5. Bila ada data lain yang diperlukan dapat
gizi langsung melalui wawancara klien.
6. Ahli gizi perlu menguasai cara bertanya
yang tepat menggunakan ketrampilan
konseling sehingga mendapatkan
informasi yang akurat.

B. ETIKA DALAM MELAKUKAN DIAGNOSIS GIZI


Dianosis gizi adalah kegiatan mengidentifikasi dan memberi nama masalah gizi yang
aktual, dan atau beresiko menyebabkan masalah gizi. Diagnosis Gizi diuraikan berdasarkan
komponen masalah gizi (problem), penyebab masalah gizi (etiologi) dan tanda serta gejala adanya
masalah gizi (sign and symptom).
Tabel dibawah ini menjelaskan tentang bagaimana etika dalam menulis diagnose gizi
berdasarkan komponen diagnose gizi.
Komponen, Pengelompokan dan Etika dalam menetapkan Diagnosis Gizi
Penulisan Diagnosis Gizi
a. Komponen Diagnosis Gizi
 Problem Problem menunjukan adanya masalah gizi
 Etiology 1. Merupakan faktor penyebab dalam timbulnya problem
atau masalah gizi antara lain patofisiologi, psikososial,
perilaku, lingkungan.
2. Etiologi merupakan dasar penentuan intervensi,jadi
perlu dilihat faktor penyebab yang paling utama
 Sign dan Symptom 1. Sign merupakan tanda data objektif dari perubahan
yang nampak pada status kesehatannya.
2. Symtom merupakan data subjektif dari perubahan
yang terjadi dirasakan oleh klien dan dinyatakan
secara verbal.
b. Pengelompokan diagnosis gizi Gunakan selalu International Diettetic & Nutrition
Terminilogy (IDNT)
 Domain intake 1. Keseimbangan energi seperti hiper/hipometabolisme,
peningkatan/kekurangan kebutuhan intake energi,
kelebihan intake energy.
2. Asupan oral, Asupan cairan (kekurangan atau
kelebihan)
3. Asupan zat bioaktif seperti kelebihan alkohol,
suplemen diet.
4. Asupan zat-zat gizi seperti peningkatan kebutuhan zat
gizi
 Domain klinis 1. Fungsional, seperti kesulitan mengunyah dan menelan.
2. Biokimia seperti perubahan kemampuan metabolisme
zat gizi
 Domain perilaku Pengetahuan, Aktifitas fisik, Keamanan dan akses
makanan
c. Penulisan Diagnosa Gizi 1. Kaitan Problem dan etiologi dihubungkan dengan kata
“berkaitan dengan”
2. Etiologi dengan sign-symtomdihubungkan dengan
kata “ ditandai dengan”
Contoh: Diagnosisi gizi domain asupan (intake) Asupan energi tidak adekuat (P) berkaitan
dengantidak nafsu makan, mual dan muntah (E), ditandai dengan pencapaian asupan energi
makanan terhadap kebutuhan 65%.

C. ETIKA DALAM MELAKUKAN INTERVENSI


Setelah menetapkan prioritas diagnosis gizi , kemudian dilakukan intervensi gizi yang
terdiri dari 2 (dua) komponen yaitu menetapkan rencana diet dan komitmen untuk melaksanakan
rencana diet, diharapkan klien dapat melakukan proses perubahan perilaku.
Tabel dibawah ini menjelaskan bagaimana etika kita dalam merencanakan, membuat
tujuan dan melakukan intervensi gizi.
Langkah dalam Intervensi Gizi Etika dalam melakukan
a. Memilih rencana diet 1. Dimulai dari merencanakan diet, menetapkan tujuan
dan preskripsi diet.
2. Merencanakan kebutuhan energi dan zat gizi, dan menu
sesuai kebutuhan.
3. Menyampaikan perubahan pola makan dan alternatif
rencana diet
4. Sebelum selesai komunikasi dengan klien jangan lupa
memastikan bahwa klien sudah mengerti apa yang
harus dilakukannya.
5. Buat perjanjian dengan klien untuk pertemuan
berikutnya.
b. Tujuan diet 1. Untuk tujuan diet berdasarkan problem (P) dan
penyebab/etiologi (E) pada diagnosis gizi.
2. Bila E tidak bisa diintervensi gizi, maka intervensi gizi
berdasarkan Tanda(sign) dan gejala (symtom) yang
ada.
3. Tujuan harus realistik, dapat diukur dan dapat dicapai
dalam waktu yang ditentukan.
c. Preskripsi diet 1. Merupakan arahan bagi klien untuk merubah perilaku
makan.
2. Jenis diet, bentuk makanan,makanan yang boleh dan
tidak boleh dimakan, jumlah yang dikonsumsi dan
kandungan zat gizi sesuai dengan kebutuhan.
d. Menghitung kebutuhan gizi Merupakan perhitungan jumlah energi yang dibutuhkan
dan zat gizi seseorang untuk berbagai kegiatan sekama 24 jam agar
tercapai keadaan kesehatan yang optimal
e. Menyusun menu Merupakan perencanaan hidangan yang sesuai dengan
preskripsi diet, dengan tidak mengabaikan kesukaan klien
dan faktor sosioekonominya
f. Menyampaikan rencana diet 1. Merubah perilaku makan bukan hal mudah, untuk itu
atau perubahan pola makan perlu kerja sama antara konselor dan klien yang baik.
2. Agar tercipta hubungan yang baik antara klien dan
konselor adalah dengan menjelaskan hasil pengkajian
antropometri, biokimia dan klinis yang terkait dengan
masalah kesehatan serta gizi klien.
3. Kebiasaan makan, asupan energi dan zat gizi.
4. Alternatif perubahan pola makan.
5. Membantu klien untuk menentukan rencana diet dan
faktor pendukung serta penghambatnya
g. Memperoleh komitmen 1. Konseling tidak akan berhasil tanpa komitmen klien.
2. Berikan pemahaman anjuran diet yang telah disepakati
bersama dan dukungan serta tingkatkan kepercayaan
diri klien.
3. Cek pemahaman klien, jangan menggurui, jangan
menyalahkan.
D. ETIKA DALAM MELAKUKAN MONITORING DAN EVALUASI
Pada langkah terakhir ini, dilakukan penilaian kembali terhadap kemajuan klien dan
konelor. Pada tahap ini dilakukan untuk mengetahui respon klien terhadap intervensi dan tingkat
keberhasilannya.
Etika yang perlu diperhatikan pada tahap monitoring dan evaluasi merupakan langkah dan
tindakan professional sorang tenaga gizi. Dimulai dengan memonitor perkembangan klien setelah
dilakukan intervensi gizi, mengukur dan mengevaluasi hasil, sampai pada dokumentasi hasil
monitoring dan pencatatan pelaporan yang rapih dan sistematik. Dokumen ini juga akan
menggambarkan profesionalisme kita.
Langkah dalam monitoring Etika dalam melakukan
dan evaluasi
a. Monitoring perkembangan 1. Mengecek pemahaman dan ketaatan diet klien.
2. Mengecek apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan
rencana diet.
3. Menentukan status klien berubah/tetap.
4. Mengidentifikasi hasil lain yang positif maupun negative.
5. Mengumpulkan informasi bila tidak ada perkembangan
klien.
b. Mengukur hasil Ukur kembali komponen tanda dan gejala dari diagnosis gizi
c. Evaluasi hasil 1. Evaluasi adalah membandingkan hasil data terbaru dengan
data sebelumnya.
2. Evaluasi proses untuk melihat tingkat partisipasi klien,
kesesuaian isi materi, waktu danketercapaian tujuan.
3. Evaluasi dampak melihat keberhasilan konselor dalam
memberikan konseling.
Contoh: klien melakukan kunjungan ulang, ketepatan
asupan, terjadi perubahan BB, perubahan nilai biokimia
dan perubahan perilaku positif.
4. Gali informasi klien entang masalah, hambatan, tentukan
alternatif pemecahan masalahnya
Dokumentasi monitoring 1. Lakukan dokumentasi pada setiap tahap perlakuan.
dan evaluasi 2. Dokumentasi harus relevan, tepat, terjadwal dan akurat.
3. Dalam kunjungan ulang, konselor harus mencermati
perkembangan status gizi, data laboratorium, perubahan
penyakit, perubahan kebiasaan makan dan perubahan
asupan energi serta zat gizi
d. Pencatatan dan pelaporan 1. Merupakan kegiatan pengumpulan dan pengolahan data
untuk menghasilkan bahan bagi penilaian kegiatan
konseling.
2. Pencatatan dilakukan pada setiap langkah kegiatan
konseling.

Ringkasan
1. Etika dalam melakukan kegiatan praktik pekerjaan gizi sangat penting dilaksanakan.
Pelaksanaan Etika dalam kegiatan praktik tenaga gizi ini akan menunjukan
profesionalismenya, dan lebih jauh lagi akan melindungi klien/pasien dalam mendapatkan
pelayanan gizi yang baik dan benar.
2. Dalam melaksanakan pekerjaan tenaga gizi, menggunakan PAGT yang sudah terstandar
Internasional mulai dari cara mengukur, mengkaji, mendiagnosis, mengintervensi sampai
denga monitoring dan evaluasinya. Kegiatan ini disebut dengan ASUHAN GIZI.
3. Komunikasi dalam melakukan pekerjaan praktik tenaga gizi juga sagat penting. Baik
komunikasi dengan sesame tenaga gizi maupuan komunikasi dengan tenaga kesehatan lain
seperti dokter, perawat, bidan, tenaga laboratorium, farmasi dll.
4. Tenaga gizi harus melakukan pencatatan dan pelaporan yang baik dan benar pada semua jenis
kegiatannya.

Anda mungkin juga menyukai