Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ibu hamil


Ibu hamil adalah orang yang sedang dalam proses pembuahan untuk melanjutkan
keturunan. Di dalam tubuh seorang wanita hamil terdapat janin yang tumbuh di dalam rahim.
Kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting.Seorang ibu hamil harus mempersiapkan
diri sebaik- baiknya agar tidak menimbulkan permasalahan pada kesehatan ibu, bayi, dan saat
proses kelahiran. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu adalah keadaan gizi
(Waryana, 2010).
Tanda – tandaseorang wanita yang hamil :
1) Ibu berhenti haid
2) Payudaramulaimembesardanmengeras.
3) Pada pagi hari ibu sering muntah – muntah, pusing, dan mudah letih.
4) Semakin hari perut seorang wanita hamil akan membesar dan pada saat usia kehamilan
6 bulan puncak rahim setinggi sekitar pusat.
5) Sifat ibu berubah – ubah, misalnya ibu lebih suka makan yang asam – asam, rujak,
mudahtersinggungdansebagainyaadalah normal.

2.2 Tablet Tambah Darah (TTD)


Tablet tambah darah adalah tablet untuk suplementasi penanggulangan anemia gizi besi
yang diberikan kepada ibu hamil. Suplementasi tablet besi merupakan cara yang efektif karena
kandungan besinya padat dan dilengkapi dengan asam folat yang sekaligus dapat mencegah dan
menanggulangi anemia akibat kekurangan asam folat (Kementerian Kesehatan RI., 2020)
Komposisi TTD dan Dosis Pemberian Komposisi TTD adalah setiap tablet sekurangnya
mengandung zat besi setara dengan 60 mg besi elemental (dalam bentuk sediaan Ferro Sulfat,
Ferro Fumarat atau Ferro Gluconat); dan Asam Folat 0,400 mg (Kemenkes RI, 2014).
Pada beberapa orang, pemberian TTD dapat menimbulkan gejala-gejala seperti mual,
nyeri di daerah lambung, muntah, kadangkadang terjadi diare dan sulit buang air besar. Untuk
mencegah timbulnya gejala tersebut, dianjurkan agar TTD diminum dengan air putih setelah
makan pada malam hari menjelang tidur dan lebih baik setelah minum TTD disertai dengan
makan buah jeruk dan bahan makanan lain yang mengandung vitamin C. Setelah minum TTD,
kotoran (tinja) akan menjadi hitam, hal ini sama sekali tidak membahayakan (Kemenkes RI,
2020).
Masih adanya ibu hamil yang menderita anemia walaupun telah diberikan TTD, hal ini
dikarenakan beberapa faktor antara lain ibu tidak mengerti cara mengonsumsi TTD. Sebaiknya
TTD dikonsumsi pada malam hari sebelum tidur atau 2 jam setelah makan. TTD tidak
dianjurkan dikonsumsi bersamaan dengan makanan seperti susu, teh dan kopi yang mengandung
kalsium, tanin serta kafein. Zat-zat tersebut dapat menyebabkan penyerapan zat besi akan
terganggu, hal ini dikarenakan zat tersebut dapat mengikat Fe sehingga mengurangi penyerapan
(Kemenkes RI, 2020).

2.3 Kepatuhan Konsumsi TTD


Kepatuhan mengonsumsi tablet tambah darah didefinisikan perilaku ibu hamil mentaati
semua petunjuk yang dianjurkan oleh petugas kesehatan dalam mengonsumsi tablet tambah
darah. Kepatuhan konsumsi tablet tambah darah diperoleh melalui perhitungan tablet yang
tersisa. Ibu hamil dikategorikan patuh apabila angka kepatuhannya mencapai 90%. Sebaliknya
ibu hamil dikatakan tidak patuh apabila angka kepatuhannya <90% (Puspitasari & Ramawati,
2008).
Kepatuhan mengonsumsi tablet tambah darah di ukur dari ketepatan jumlah tablet yang
dikonsumsi, ketepatan cara mengonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi perhari.
Suplementasi zat besi atau pemberian tablet tambah darah adalah salah satu upaya penting dalam
mencegah dan mengatasi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi zat besi
merupakan cara efektif karena mengandung zat besi yang dilengkapi asam folat yang dapat
mencegah anemia akibat kekurangan asam folat (Nurdin et al., 2019).
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan konsumsi TTD pada ibu hamil:
1) Umur kehamilan
Durasi kehamilan diukur dari hari pertama periode menstruasi normal terakhir.
Usia kehamilan dinyatakan dalam beberapa minggu (WHO, 2006). Kehamilan yang
normal akan berlangsung selama 38-40 minggu. Jika dihitung dengan ukuran hari akan
berakhir sesudah 266 hari atau 38 minggu pasca ovulasi, atau kira-kira 40 minggu dari
akhir hari pertama haid terakhir, atau 9,5 bulan dalam hitungan kalender. Menurut
World Health Organization, (2006) Kehamilan membutuhkan waktu 9 bulan kalender
atau 40 hari. Kehamilan dibagi menjadi tiga periode, yaitu: 1. Trimester I dari minggu
ke-1 sampai minggu ke-12 2. Trimester II dari minggu ke-13 sampai minggu ke-24 3.
Trimester III dari minggu ke-25 sampai minggu ke 38-40 (akhir kehamilan)
2) Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang perempuan,
salah satu factor penting yang dapat mempengaruhi status gizi ibu adalah paritas
(Paramashanti, 2019). Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang perempuan
dibedakan menjadi: (Manuaba dkk, 2009)
a) Nulipara adalah perempuan yang belum pernah melahirkan
b) Primipara adalah perempuan yang sudah pernah melahirkan sebanyak satu kali
c) Multipara adalah perempuan yang sudah melahirkan dua hingga empat kali
3) Pengetahuan
Merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan pada ibu
hamil dalam kepatuhannya mengkonsumsi tablet besi selama kehamilannya. Perilaku
yang didasari pengetahuan akan lebih abadi dari pada perilaku yang tidak didasarkan
oleh pengetahuan.
Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai tablet Fe berpengaruh terhadap perilaku
dalam memilih makanan yang mengandung zat besi. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan sangat penting peranannya dalam menentukan kepatuhan dalam
mengkonsumsi tablet Fe. Dengan adanya pengetahuan tentang tablet Fe, ibu hamil akan
tahu bagaimana mengonsumsi tablet Fe, manfaat, dan dampak yang mungkin timbul
jika tidak konsumsi zat besi pada ibu hamil. Pengetahuan merupakan salah satu faktor
penting untuk membentuk suatu sikap yang utuh. Semakin baik pengetahuan seseorang
semakin baik sikap yang akan terbentuk untuk menciptakan suatu tinda-kan yang baik
pula (Nurdin et al., 2019).
4) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan faktor yang berhubungan dengan status ekonomi maupun
banyak beban yang ditanggung ibu hamil yang beresiko terjadinya anemia selama
kehamilan. Pada ibu hamil yang bekerja dengan tingkat ekonomi lebih baik, informasi
tentang kesehatan lebih banyak, baik dari media cetak maupun media elektronik.
Sehingga mereka dapat memperbaiki status kesehatan termasuk frekuensi kunjungan ke
pelayanan kesehatan selama kehamilan (Silvia, 2012).
5) Tingkat penghasilan
Ekonomi menjadi alasan utama bagi keluarga sehingga mereka tidak dapat
memenuhi kebutuhan zat gizi ibu hamil dan juga untuk sering memeriksakan
kehamilannya pada pelayanan kesehatan yang ada. Bagi keluarga yang tingkat
penghasilannya Rp 100.000 – Rp 300.000 sangat sulit untuk bisa selalu memeriksakan
kehamilan pada pelayanan kesehatan, mereka lebih berpikir untuk makan saja, ibu
hamil tidak dipentingkan. Tablet besi yang mereka dapatkan tidak gratis namun
membayar bersama dengan pemeriksaan kehamilan. Faktor sosial ekonomi yang
rendah juga memegang peranan penting kaitannya dengan asupan gizi ibu selama hamil
(Puspitasari & Ramawati, 2008).
6) Tingkat pendidikan
Pendidikan mempunyai pengaruh pada kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet
besi, dan hasilnya bahwa tingkat pendidikan yang tinggi ternyata diikuti dengan
pemahaman yang tinggi pula terhadap kepatuhan mengkonsumsi tablet besi
(Puspitasari & Ramawati, 2008). Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin
mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Demikian pula makin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
maka makin tinggi pula pengetahuannya termasuk pengetahuan tentang kesehatan
terutama yang berkaitan dengan tablet Fe, sehingga akan berpengaruh terhadap
praktek mengonsumsi tablet Fe (Raimundus Chalik, 2019).
7) Frekuensi ANC
Frekunsi ANC atau pemeriksaan kehamilan dapat mempengaruhi kepatuhan ibu
dalam mengonsumsi TTD karena dalam periksaan kehamilan ada keterlibatan langsung
ibu sebagai pasien dan tenaga kesehatan. ANC dilakukan sebanyak 4 kali yaitu satu
kali pada trimester I dan II dan dua kali pada trimester III. Dalam proses itu tentunya
ibu diberi informasi seputar kehamilannya. Sehingga kejelasan pesan yang
disampaikan pada saat proses pemeriksaan dalam meningkatkan pengetahuannya
(Silvia, 2012).
8) Sikap Tenaga Kesehatan
Perilaku petugas kesehatan sangat mempengaruhi kepatuhan dalam
mengkonsumsi tablet besi karena petugas kesehatan selalu memberi motivasi untuk
mengkonsumsi tablet besi sampai habis. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
masalah kepatuhan mengkonsumsi tablet besi adalah pendistribusian tablet Fe melalui
Posyandu, Polindes, Puskesmas dan melibatkan petugas kesehatan seperti; bidan,
perawat hingga kader Posyandu. Beberapa cara telah dilakukan agar kepatuhan minum
tablet besi pada ibu hamil dapat meningkat, antara lain dengan penyuluhan kepada
sasaran langsung yaitu ibu hamil, baik melalui media PKK, pengajian, Posyandu,
Puskesmas dan Rumah Sakit khususnya di poli KIA, praktek bidan desa dan di klinik
bersalin serta media massa khususnya majalah wanita. Sehingga diharapkan ibu hamil
bisa patuh dalam mengkonsumsi tablet besi setiap hari sampai habis (Puspitasari &
Ramawati, 2008)
9) Peran serta keluarga
Peran serta keluarga sangat mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi tablet besi selama kehamilannya. Upaya yang dilakukan dengan
mengikutkan peran serta keluarga adalah sebagai faktor dasar penting yang ada berada
disekeliling ibu hamil dengan memberdayakan anggota keluarga terutama suami untuk
ikut membantu para ibu hamil dalam meningkatkan kepatuhannya mengkonsumsi
tablet besi. Upaya ini sangat penting dilakukan, sebab ibu hamil adalah seorang
individu yang tidak berdiri sendiri, tetapi ia bergabung dalam sebuah ikatan
perkawinan (Puspitasari & Ramawati, 2008).

2.4 Anemia
Anemia pada ibu hamil adalah keadaan dimana seorang ibu hamil mengalami defisiensi
zat besi dalam darahnya (Rismawati & Rohmatin, 2017). Anemia defisiensi zat besi adalah
penurunan jumlah sel darah merah dalam darah yang disebabkan oleh zat besi yang terlalu
sedikit. Kekurangan zat besi adalah alasan yang sangat normal dari anemia. Zat besi adalah
komponen mendasar bagi tubuh dan dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah .
Kebutuhan zat besi selama kehamilan meningkat karena digunakan untuk pembentukan sel dan
jaringan baru termasuk jaringan otak pada janin.
Zat besi merupakan unsur penting dalam pembentukan hemoglobin pada sel darah merah.
Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkan oksigen ke seluruh sel
jaringan tubuh, termasuk otot dan otak. Bila seorang ibu hamil kekurangan hemoglobin, maka
ibu hamil dikatakan mengalami anemia atau kurang darah (Kemenkes RI, 2020). Anemia dapat
dikelompokkan kedalam tiga kategori yakni, dikatakan anemia ringan apabila kadar hemoglobin
dalam darah berkisar pada 9-10 gr % , anemia sedang apabila kadar hemoglobin dalam darah
berkisar pada 7-8 gr %, dan anemia berat apabila kadar hemoglobin dalam darah kurang dari 7 gr
% (WHO,2012).
Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi asam folat,
vitamin B12 dan protein. Secara langsung anemia terutama disebabkan karena produksi/kualitas
sel darah merah yang kurang dan kehilangan darah baik secara akut atau menahun (Kemenkes
RI, 2018). Ada 3 penyebab anemia, yaitu:

1) Defisiensi zat gizi


Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan pangan
sumber zat besi yang berperan penting untuk pembuatan hemoglobin sebagai
komponen dari sel darah merah/eritrosit. Zat gizi lain yang berperan penting dalam
pembuatan hemoglobin antara lain asam folat dan vitamin B12.Pada penderita penyakit
infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS, dan keganasan seringkali disertai anemia,
karena kekurangan asupan zat gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri.
1) Perdarahan (Loss of blood volume)
 Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang mengakibatkan kadar
Hb menurun.
 Perdarahan karena menstruasi yang lama dan berlebihan
2) Hemolitik
Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai karena terjadi
hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat besi (hemosiderosis) di organ tubuh,
seperti hati dan limpa.Pada penderitaThalasemia, kelainan darah terjadi secara genetik
yang menyebabkan anemia karena sel darah merah/eritrosit cepat pecah, sehingga
mengakibatkan akumulasi zat besi dalam tubuh.
Gejala yang sering dijumpai pada penderita anemia adalah 5 L (Lesu, Letih, Lemah, Lelah,
Lalai), disertai sakit kepala dan pusing, mata berkunang-kunang, mudah mengantuk, cepat lelah
serta sulit fokus. Secara klinis penderita anemia ditandai dengan “pucat” pada muka, kelopak
mata, bibir, kulit, kuku, dan telapak tangan (Kemenkes RI, 2020).
Ibu hamil anemia yang dapat mengakibatkan :
1) Meningkatkan risiko Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), prematur, BBLR, dan
gangguan tumbuh kembang anak diantaranya stunting dan gangguan neurokognitif.
2) Perdarahan sebelum dan saat melahirkan yang dapat mengancam keselamatan ibu dan
bayinya.
3) Bayi lahir dengan cadangan zat besi (Fe) yang rendah akan berlanjut menderita anemia
pada bayi dan usia dini.
4) Meningkatnya risiko kesakitan dan kematian neonatal dan bayi

Pemberian zat besi merupakan salah satu syarat pelayanan kesehatan kunjungan ibu
hamil yang keempat pada ibu hamil. Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk
membentuk sel darah merah (hemoglobin). Pada ibu hamil, zat besi berperan penting untuk
perkembangan janin. Selama kehamilan, asupan zat besi harus ditambah mengingat selama
kehamilan, volume darah dalam tubuh ibu meningkat. Sehingga, untuk dapat terus memenuhi
kebutuhan ibu dan memasok makanan dan oksigen ke janin melalui plasenta, diperlukan asupan
zat besi yang lebih banyak (Wijayanti & Fitriani, 2019).
Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia dilakukan dengan memberikan asupan
zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan pembentukan hemoglobin (Kemenkes
RI, 2018). Upaya yang dapat dilakukan adalah:
1) Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi Meningkatkan asupan makanan
sumber zat besi dengan pola makanan bergizi seimbang, yang terdiri dari berbagai
sumber makanan, terutama sumber makanan hewani yang kaya zat besi (besi heme)
dalam jumlah yang cukup sesuai dengan AKG. Selain itu juga penting untuk
meningkatkan sumber makanan nabati yang kaya zat besi (besi non-heme), meskipun
penyerapannya lebih rendah daripada hewani. Makanan yang kaya sumber zat besi
dari hewani contohnya hati, ikan, daging dan unggas, sedangkan dari nabati yaitu
sayuran berwarna hijau tua dan kacang-kacangan. Untuk meningkatkan penyerapan
zat besi dari sumber nabati perlu mengonsumsi buah-buahan yang mengandung
vitamin C, seperti jeruk, jambu. Penyerapan zat besi dapat dihambat oleh zat lain,
seperti tannin, fosfor, serat, kalsium, dan fitat.
2) Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi Fortifikasi bahan makanan menambahkan
setidaknya satu atau lebih zat gizi ke makanan untuk meningkatkan nilai gizi pada
pangan tersebut. Penambahan zat gizi dilakukan dalam industri pangan, untuk itu
disarankan membaca label kemasan untuk mengetahui apakah bahan makanan
tersebut sudah difortifikasi dengan zat besi. Sumber pangan yang sudah difortifikasi
zat besi di Indonesia antara lain tepung terigu. Zat besi dan vitamin mineral lain juga
dapat ditambahkan ke makanan yang disajikan di rumah tangga dalam bentuk tabur
gizi atau dikenal juga dengan Multiple Micronutrient Powder.
3) Suplementasi zat besi Dalam keadaan dimana zat besi dari makanan tidak cukup
untuk kebutuhan zat besi, itu harus diperoleh dari suplementasi zat besi. Pemberian
suplementasi zat besi secara konsisten untuk jangka waktu tertentu bertujuan untuk
meningkatkan kadar hemoglobin dengan cepat, dan harus terus meningkatkan
simpanan zat besi dalam tubuh.

2.5 Pengetahuan Anemia


Pengetahuan ibu hamil tentang anemia adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu
yang sedang mengandung tentang anemia. Adanya pengetahuan tentang anemia akan
menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap program pencegahan anemia diantaranya
dengan suplementasi zat besi
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoadmodjo (2007) pengetahuan tergantung
dari faktor-faktor antara lain:
1) Tingkat Pendidikan Rendahnya pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
yang diperoleh . Semakin tinggi pendidikan maka pengetahuan yang diperoleh akan
semakin banyak, begitupun sebaliknya.
2) Status Sosial Budaya Status sosial budaya juga turut mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang dengan status yang berbeda-beda maka pengetahuan yang
diperoleh pun berbeda-beda.
3) Derajat Penyuluhan Semakin banyak penyuluhan yang diperoleh atau makin banyak
frekuensi penyuluhan maka pengetahuan yang diperoleh juga semakin banyak,
begitupun sebaliknya.
4) Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan dan perilaku
orang atau kelompok.
5) Sarana dan Prasarana Dengan sarana prasarana yang menunjang maka pengetahuan
yang akan diperoleh akan lebih besar apabila dibandingkan dengan kurangnya sarana
dan prasarana.
2.6 Media
Media merupakan semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi
yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronika (TV, Radio,
komputer dan sebagainya) dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkatkan
pengetahuannya yang akhirnya dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan
(Notoatmodjo, 2007). Jenis-jenis media ini dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Media cetak Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesanpesan
visual. Media cetak umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto
dalam tata warna. Macam-macam media cetak, antara lain:
a) Poster.
b) leaflet
c) Brosur
d) Majalah
e) Surat kabar
f) Lembar balik
g) Sticker, dan pamflet
2) Media elektronik Media elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat
dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronik.
Macam-macam media elektronik, antara lain:
a) Televisi
b) Radio
c) Film
d) Video Film
e) Cassete
f) CD & VCD

2.7 Poster
Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambarr dengan tujuan untuk
mempengaruhi sesorang agar tertarik pada sesuatu, atau mempengaruhi agar seseorang
bertindak akan sesuatu hal. Poster tidak dapat member pelajaran dengan sendirinya, karena
keterbatasan kata-kata. Poster lebih cocok kalau diperuntukan sebagai tindak lanjut dari suatu
pesan yang sudah disampaikan beberapa waktu yang lalu. Dengan demikian poster bertujuan
untuk mengingat kembali dan mengarahkan pembaca kearah tindakan tertentu sesuai dengan
apa yang diinginkan oleh komunikator
Pada dasarnya poster merupakan suatu media yang lebih menonjolkan kekuatan pesan,
visual, dan warna untuk dapat mempengaruhi perilaku, sikap seseorang dalam melakukan
sesuatu. Poster yang digunakan dalam pendidikan pada prinsipnya merupakan gagasan yang
diwujudkan dalam bentuk ilustrasi obyek gambar yang disederhanakan dan dibuat dengan
ukuran besar. Tujuannya untuk menarik perhatian, membujuk, memotivasi, atau
memperingatkan pada gagasan pokok, fakta atau peristiwa tertentu (Sumartono & Hani Astuti,
2018)

Anda mungkin juga menyukai