TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Anemia
Anemia pada ibu hamil adalah keadaan dimana seorang ibu hamil mengalami defisiensi
zat besi dalam darahnya (Rismawati & Rohmatin, 2017). Anemia defisiensi zat besi adalah
penurunan jumlah sel darah merah dalam darah yang disebabkan oleh zat besi yang terlalu
sedikit. Kekurangan zat besi adalah alasan yang sangat normal dari anemia. Zat besi adalah
komponen mendasar bagi tubuh dan dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah .
Kebutuhan zat besi selama kehamilan meningkat karena digunakan untuk pembentukan sel dan
jaringan baru termasuk jaringan otak pada janin.
Zat besi merupakan unsur penting dalam pembentukan hemoglobin pada sel darah merah.
Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkan oksigen ke seluruh sel
jaringan tubuh, termasuk otot dan otak. Bila seorang ibu hamil kekurangan hemoglobin, maka
ibu hamil dikatakan mengalami anemia atau kurang darah (Kemenkes RI, 2020). Anemia dapat
dikelompokkan kedalam tiga kategori yakni, dikatakan anemia ringan apabila kadar hemoglobin
dalam darah berkisar pada 9-10 gr % , anemia sedang apabila kadar hemoglobin dalam darah
berkisar pada 7-8 gr %, dan anemia berat apabila kadar hemoglobin dalam darah kurang dari 7 gr
% (WHO,2012).
Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi asam folat,
vitamin B12 dan protein. Secara langsung anemia terutama disebabkan karena produksi/kualitas
sel darah merah yang kurang dan kehilangan darah baik secara akut atau menahun (Kemenkes
RI, 2018). Ada 3 penyebab anemia, yaitu:
Pemberian zat besi merupakan salah satu syarat pelayanan kesehatan kunjungan ibu
hamil yang keempat pada ibu hamil. Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk
membentuk sel darah merah (hemoglobin). Pada ibu hamil, zat besi berperan penting untuk
perkembangan janin. Selama kehamilan, asupan zat besi harus ditambah mengingat selama
kehamilan, volume darah dalam tubuh ibu meningkat. Sehingga, untuk dapat terus memenuhi
kebutuhan ibu dan memasok makanan dan oksigen ke janin melalui plasenta, diperlukan asupan
zat besi yang lebih banyak (Wijayanti & Fitriani, 2019).
Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia dilakukan dengan memberikan asupan
zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan pembentukan hemoglobin (Kemenkes
RI, 2018). Upaya yang dapat dilakukan adalah:
1) Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi Meningkatkan asupan makanan
sumber zat besi dengan pola makanan bergizi seimbang, yang terdiri dari berbagai
sumber makanan, terutama sumber makanan hewani yang kaya zat besi (besi heme)
dalam jumlah yang cukup sesuai dengan AKG. Selain itu juga penting untuk
meningkatkan sumber makanan nabati yang kaya zat besi (besi non-heme), meskipun
penyerapannya lebih rendah daripada hewani. Makanan yang kaya sumber zat besi
dari hewani contohnya hati, ikan, daging dan unggas, sedangkan dari nabati yaitu
sayuran berwarna hijau tua dan kacang-kacangan. Untuk meningkatkan penyerapan
zat besi dari sumber nabati perlu mengonsumsi buah-buahan yang mengandung
vitamin C, seperti jeruk, jambu. Penyerapan zat besi dapat dihambat oleh zat lain,
seperti tannin, fosfor, serat, kalsium, dan fitat.
2) Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi Fortifikasi bahan makanan menambahkan
setidaknya satu atau lebih zat gizi ke makanan untuk meningkatkan nilai gizi pada
pangan tersebut. Penambahan zat gizi dilakukan dalam industri pangan, untuk itu
disarankan membaca label kemasan untuk mengetahui apakah bahan makanan
tersebut sudah difortifikasi dengan zat besi. Sumber pangan yang sudah difortifikasi
zat besi di Indonesia antara lain tepung terigu. Zat besi dan vitamin mineral lain juga
dapat ditambahkan ke makanan yang disajikan di rumah tangga dalam bentuk tabur
gizi atau dikenal juga dengan Multiple Micronutrient Powder.
3) Suplementasi zat besi Dalam keadaan dimana zat besi dari makanan tidak cukup
untuk kebutuhan zat besi, itu harus diperoleh dari suplementasi zat besi. Pemberian
suplementasi zat besi secara konsisten untuk jangka waktu tertentu bertujuan untuk
meningkatkan kadar hemoglobin dengan cepat, dan harus terus meningkatkan
simpanan zat besi dalam tubuh.
1) Media cetak Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesanpesan
visual. Media cetak umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto
dalam tata warna. Macam-macam media cetak, antara lain:
a) Poster.
b) leaflet
c) Brosur
d) Majalah
e) Surat kabar
f) Lembar balik
g) Sticker, dan pamflet
2) Media elektronik Media elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat
dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronik.
Macam-macam media elektronik, antara lain:
a) Televisi
b) Radio
c) Film
d) Video Film
e) Cassete
f) CD & VCD
2.7 Poster
Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambarr dengan tujuan untuk
mempengaruhi sesorang agar tertarik pada sesuatu, atau mempengaruhi agar seseorang
bertindak akan sesuatu hal. Poster tidak dapat member pelajaran dengan sendirinya, karena
keterbatasan kata-kata. Poster lebih cocok kalau diperuntukan sebagai tindak lanjut dari suatu
pesan yang sudah disampaikan beberapa waktu yang lalu. Dengan demikian poster bertujuan
untuk mengingat kembali dan mengarahkan pembaca kearah tindakan tertentu sesuai dengan
apa yang diinginkan oleh komunikator
Pada dasarnya poster merupakan suatu media yang lebih menonjolkan kekuatan pesan,
visual, dan warna untuk dapat mempengaruhi perilaku, sikap seseorang dalam melakukan
sesuatu. Poster yang digunakan dalam pendidikan pada prinsipnya merupakan gagasan yang
diwujudkan dalam bentuk ilustrasi obyek gambar yang disederhanakan dan dibuat dengan
ukuran besar. Tujuannya untuk menarik perhatian, membujuk, memotivasi, atau
memperingatkan pada gagasan pokok, fakta atau peristiwa tertentu (Sumartono & Hani Astuti,
2018)