Anda di halaman 1dari 33

DAFTAR ISI

BAB I ............................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ......................................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................................... 3

C. TUJUAN PENELITIAN ...................................................................................................... 3

D. MANFAAT PENELITIAN ................................................................................................. 4

BAB II............................................................................................................................................. 5

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................. 5

1. LANDASAN TEORI ........................................................................................................... 5

A. STATUS GIZI ..................................................................................................................... 5

2. Pengertian ASI dan ASI Eksklusif ....................................................................................... 6

B. Jenis-jenis ASI ..................................................................................................................... 7

C. Komposisi ASI ..................................................................................................................... 8

D. Manfaat ASI ......................................................................................................................... 9

B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MASALAH GIZI PADA IBU MENYUSUI ............ 11

1. ASUPAN MAKANAN ...................................................................................................... 11

2. POLA MAKAN ................................................................................................................. 14

3. TABU ................................................................................................................................. 14

4. PENDIDIKAN ................................................................................................................... 15

5. PENGETAHUAN .............................................................................................................. 16

6. UMUR.................................................................................Error! Bookmark not defined.

7. DUKUNGAN KELUARGA ..............................................Error! Bookmark not defined.

8. PENDAPATAN KELUARGA .......................................................................................... 17

9. PEKERJAAN IBU ............................................................................................................. 19

C. KERANGKA KONSEP......................................................Error! Bookmark not defined.

D. VARIABEL INDIKATOR MATRIKS (VIM) .................................................................. 22

i
BAB III ......................................................................................................................................... 23

METODE PENELITIAN.............................................................................................................. 23

A. Jenis Pelaksanaan ............................................................................................................... 23

B. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan ....................................................................................... 23

C. Populasi Dan Sampel ......................................................................................................... 23

D. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objek .......................................................................... 23

E. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data .................................................................................... 25

F. Pengolahan Data, Analisis Data dan Penyajian Data......................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembagunan kesehatan masyarakat di Indonesia pada hakikatnya untuk
meningkatkan angka harapan hidup, meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta
kualitas kehidupan guna meningkatkan kesejahteraan keluarga agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia, sehingga perlu senantiasa di usahakan agar setiap penduduk makin
menyadari pentingnya kesehatan bagi diri sendiri dan lingkungannya, serta makin
mampu untuk berperilaku hidup sehat, untuk mencapai hal tersebut memerlukan usaha
perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat merupakan salah satu faktor yang
menentukan kualitas hidup dan produktifitas (Azwar, 1983 Dalam Setyaningsih,2007).
Saat ini masih terdapat empat masalah gizi yang merupakan masalah kesehatan
nasional yaitu gangguan akibat kekurangan iodium (GAKY), anemia gizi besi (AGB),
kekurangan vitamin A (KVA) dan kekurangan energy protein (KEP). Masalah gizi
merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia, khususnya
pada balita menjadi masalah besar karena berkaitan erat dengan indikator kesehatan
umumnya seperti meningkatkan angka kesakitan serta angka kematian bayi dan balita.
Kerawanan gizi dapat mengancam kualitas sumber daya manusia di masa mendatang.
(Setyaningsih,2007).
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam global strategi for infant
and young child feeding, (WHO/ UNICEF tahun 2001) merekomendasikan empat hal
penting yang harus di lakukan, yaitu pertama memberikan ASI kepada bayi segera
dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya ASI saja atau
pemberian ASI secara eksklusift sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ke tiga
memberikan makanan pendamping air susu ibu (MPASI) sejak bayi berusia 6 bulan
sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24
bulan atau lebih.
Berdasarkan hasil riset Kesehatan dasar (RISKESDAS) 2010 di Indonesia
pemberian ASI baru mencapai 15,3% dan pemberian susu formula meningkat tiga kali
lipat dari 20,3% menjadi 32,5%.
Berdasarkan data Kemenkes (2012) cakupan pemberian ASI Ekslusif di provinsi
Sulawesi tenggara sebesar 63,8% sedangkan pencapain ASI Esklusif di kota kendari

1
sebesar 61,2% jika di bandingkan dengan standar nasional tahun 2011 (80%) masih di
bawa jauh dari standar nasional.
Zat gizi menyusui sangant penting karena berhubungan dengan kesehatan ibu dan
anak. Selama menyusui, ibu dianjurkan untuk meningkatkan asuapan kalori, protein,
kalsium, zat besi, azam fulfat dan vitamin serta mineral lain untuk mencakup kebutuhan
zat gizi saat menyusui (Zalilah, 2006). Kekurangan gizi pada ibu menyusui
menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan pada bayi meliputi
proses tubuh kembang anak, bayi mudah sakit, mudah terkena infeksi. Kekurangan zat-
zat esensial menimbulkan pada mata ataupun tulang. Status gizi ibu menyusui
mengambarkan pola makannya (Diet), dan diukur menggunakan indikator
IMT/U,LILA, dan Kadar HB (Supariasa, 2002).
Pola makan (Diet) Ibu menyusui biasanya membutuhkan diet kalori tinggi,
bergizi tinggi dan seimbang, yang harus mulai disiapkan ibu sejak masa sebelum dan
selama kehamilannya. Bila kebutuhan energi wanita usia reproduksi 2100 kkal/hari,
seorang ibu menyusui memerlukan asupan rata-rata 2700 kkal dalam kesehariannya.
Tambahan sebesar 500-700 kkal tidak lain diperlukan keperluan biosistesis ASI
(Arisman, 2007 dalam melatih artika, 2009). Bila kebutahan tidak terpenuhi secara
terus-menerus menyebabkan terjadi KEK karena ibu menyusui merupakan kelompok
rawan gizi.
Data menunjukkan bahwa prevalensi nasional KEK untuk wanita usia subur (15-
45 tahun) masih tinggi mencapai angka 13,6% dengan presentase perkotaan dan
pedesaan masing-masing adalah 13,0% dan 14,1%, prevalensi KEK di SULTRA
sebesar 27,5% (Depkes, 2007).
Status gizi ibu menyusui disebabkan banyak faktor, salah satu diantaranya adalah
pola makan atau asupan zat gizi ibu. Pola makan adalah pola makan yang seimbang
memenuhi kebutuhan gizi ibu baik dari jenis maupun jumlah. Dalam kehidupan sehari-
hari, tidak jarang ditemukan ibu menyusui mengalami kekurang asupan zat gizi akibat
adanya pantangan makanan tertentu yang berkaitan dengan masalah budaya. Asupan
zat gizi seseorang ditentukan oleh kebiasaan dan frekuensi makan. Asupan zat gizi ibu
ditentukan oleh ketersediaan makanan ditingkat keluarga. Ketersedian makanan atau
ketahanan pangan tingkat keluarga atau rumah tangga sangat ditentukan oleh
kemampuan daya beli atau pendapat keluarga tersebut. Pada keluarga dengan tingkat
pendapatan rendah akan sulit menyediakan makanan bermutu sesuai dengan kebutuhan
gizi anggota keluarganya, sehingga anggota keluarga menjadi rawan masalah gizi.

2
ASI yang diproduksi dipengaruhi asupan makan dan riwayat gizi ibu. Ibu
menyusui merupakan kelompok rawan terhadap masalah kekurangan gizi (Yanuarti
Petrika,dkk 2014) Meskipun suatu keluarga memiliki pendapatan yang cukup atau
kemampuan yang memadai tidak serta merta menjamin pemenuhan kebutuhan gizi
suatu keluarga. Tidak sedikit masalah gizi ditemukan pada anggota yang mampu secara
ekonomi. Kekeluarga memiliki finansial yang cukup tanpa dibarangi dengan
pengetahuan gizi dan kesehatan yang memadai memiliki resiko untuk masalah gizi.
Pengetahuan gizi yang dimiliki ibu menyusui memiliki peran penting dalam praktik
pemilihan, pengolahan dan pengaturan makanan ibu sehari-hari.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penyusunan proposal ini
adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran status gizi (KEK) ibu menyusui?


2. Bagaimana asupan makanan ibu menyusui?
3. Bagaimana tingkat pengetahuan ibu menyusui?
4. Bagaimana tingkat pendidikan ibu menyusui?
5. Bagaimana pola makan ibu menyusui?
6. Bagaimana gambaran tabu atau pantangan pada ibu menyusui?
7. Bagaimana tingkat pendapatan keluarga ibu menyusui?
8. Bagaimana gambaran pekerjaan ibu menyusui?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui masalah gizi dan faktor determinannya pada ibu menyusui
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran status gizi (KEK) ibu menyusui
2. Untuk mengetahui asupan makanan ibu menyusui
3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu menyusui
4. Untuk mengetahui tingkat pendidikan ibu menyusui
5. Untuk mengetahui pola makan ibu menyusui
6. Untuk mengetahui gambaran tabu atau pantangan pada ibu menyusui
7. Untuk mengetahui tingkat pendapatan keluarga ibu menyusui
8. Untuk mengetahui gambaran pekerjaan ibu menyusui

3
D. MANFAAT PENELITIAN

a. Bagi Peneliti
1. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta menambah pengalaman juga
meningkatkan kesadaran untuk mengembangkan diri secara lebih optimal dan
memecahkan masalah kesehatan khususnya didalam pemberian ASI Eksklusif.
2. Sebagai aplikasi nyata dari keilmuan yang diperoleh selama perkuliahan.

b. Bagi masyarakat
Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai informasi tambahan mengenai wawasan
baru yaitu pengetahuan ibu bayi tentang pentingnya ASI dan hasilnya dapat
disampaikan kepada msayarakat

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. LANDASAN TEORI

A. STATUS GIZI
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable
tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu. Faktor-faktor
yang mempengaruhi status gizi secara garis besar di bagi menjadi dua yaitu konsumsi
makanan dan kesehatan. Konsumsi makanan sangat di pengaruhi oleh tersediaanya
bahan makanan, makanan dan pendapatan untuk mencukupi keperluan makan.
Selanjutnya adalah keadaan kesehatan yang di pengaruhi oleh pemeliharaan kesehatan
dan lingkungan fisik dan sosial (Supariasa, Bakri, Fajar, 2002).

Status gizi ibu menyusui di sebabkan oleh banyak faktor, salah satu di antaranya
adalah pola makan atau asupan zat gizi ibu. Pola makan yang baik merupakan pola
makan yang seimbang, memenuhi kebutuhan gizi ibu baik dari jenis maupun jumlah.
Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang ditemukan ibu menyusui mengalami
kekurangan asupan zat gizi akibat adanya pantangan makanan tertentu yang berkaitan
dengan masalah budaya. Asupan zat gizi seseorang di tentukan oleh kebiasaan makan
dan frekuensi makan. Asupan zat gizi ibu di tentukan oleh ketersediaan makanan di
tongkat keluarga. Pada keluarga dengan tingkat pendapatan rendah akan sulit
menyediakan makanan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan gizi anggota
keluarganya. Sehingga anggota keluarganya menjadi rawan masalah gizi. Golongan ibu
menyusui merupakan kelompok rawan terhadap masalah kekurangan gizi (Yanuarti
Petrika,dkk 2014).

Masalah gizi ibu menyusui saat ini masih sangat banyak di jumpai di antaranya
KEK (Setyaningsih, A 2012). Kekurangan gizi pada ibu menyusui menimbulkan
gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses
tumbuh kembang anak, bayi mudah sakit, mudah terkena infeksi. Kekurangan zat-zat
esensial menimbulkan ganguan pada mata ataupun tulang. Status gizi ibu menyusui
menggambarkan pola makanannya(diet), di ukur dengan mengunakan indikator
IMT/umur, LILA (Supariasa, 2002).

5
1. Bentuk-bentuk masalah gizi pada ibu menyusui
Berdasarkan studi literatur yang kami lakukan bahwa masalah gizi ibu menyusui
saat ini masih sangat dijumpai diantaranya KEK. KEK merupakan suatu keadaan
dimana status gizi seseorang buruk yang disebabkan karena kurangnya konsumsi
pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro (Rahmaniar, dkk 2013).
Kurang Energi Kronis adalah keadaan seseorang menderita kekurangan makanan yang
berlangsung dalam jangka waktu yang lama atau menahun yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan dengan tanda-tanda atau gejala antara lain badan lemah
dan muka pucat (James, 1988 dalam Depkes,1995) kurang lingkaran lengan atas
(LILA) sudah digunakan secara umum untuk mengidentifikasi Wanita Usia Subur
termasuk ibu hamil dan ibu menyusui yang beresiko KEK.
Departemen kesehatan menetapkan bahwa wanita usia subur beresiko KEK
adalah bila ukuran LILA -23,5 cm2 untuk mendapatkan intervensi. Kurang energi
kronis (KEK) merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia yang dialami oleh wanita
usia subur termasuk ibu hamil dan ibu menyusui. Pada ibu menyusui yang beresiko
KEK mencerminkan tidak tersediannya simpanan lemak tubuh untuk produksi ASI, dan
untuk menyusui bayinya. Dengan optimal ibu akan mengorbankan status gizi dirinya.
Air susu ibu merupakan makanan terbaik bagi bayi walaupun semua ibu menyusui
bayinya, namun sebagian besar ibu menambahkan dengan memberi makanan minuman
lah tersebut justru banyak dilakukan oleh ibu dinegara sedang berkembang.

2. Pengertian ASI dan ASI Eksklusif


Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu dan
berguna sebagai makanan bayi (Kristiyansari, 2009). ASI Eksklusif adalah pemberian
ASI saja kepada bayi tanpa tambahan makanan atau minuman lain seperti air putih,
susu formula, jeruk, madu, air teh, pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi tim kecuali
vitamin, mineral, obat, dan ASI yang diperah yang diberikan selama 6 bulan
(DepkesRI, 2009).

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi paling sesuai
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi
di Indonesia sejak bayi lahir sampai dengan bayi berumur 6 (enam) bulan dan
dianjurkan dilanjutkan sampai anak berusia 2 (dua) tahun dengan pemberian makanan
tambahan yang sesuai (Roesli, 2000).

6
Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin
tercapainya pengembangan potensial kecerdasan anak secara optimal. Selain sebagai
nutrient yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan
bayi, ASI juga mengandung nutrient-nutrient khusus yang diperlukan otak bayi agar
tumbuh optimal (Roesli, 2009).

B. Jenis-jenis ASI
Jika dilihat dari waktu produksinya, ASI dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Kolostrum
Kolostrum adalah susu pertama yang dihasilkan oleh payudara ibu berbentuk
cairan yang agak kental berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan
dengan ASI matur, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan
sel-sel epitel, dengan khasiat :
a. Saluran pencernaan siap untuk menerima makanan sebagai pembersih selaput
usus bayi baru lahir.
b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat
memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.
c. Mengandung zat antibody sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari
berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan.

2. ASI Peralihan
ASI peralihan merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari
kesepuluh. Pada masa ini, susu transisi mengandung lemak dan kalori yang lebih
tinggi dan protein yang lebih rendah dari pada kolostrum.

3. ASI Matur
ASI matur merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai
seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan
dengan perkembangan bayi sampai usia 6 bulan. ASI ini berwarna putih seperti
susu krim dan mengandung lebih banyak kalori dari pada susu kolostrum ataupun
transisi.

7
C. Komposisi ASI
a. Air
Air merupakan kebutuhan yang sangat vital dan tanpa air akan terjadi
dehidrasi. Kandungan air di dalam ASI sangat besar yaitu 88 % dimana
kegunaannya untuk melarutkan zat – zat yang terdapat dalam ASI dan juga bisa
meredakan rangsangan haus.
b. Protein
ASI mengandung asam amino seimbang yang cocok untuk bayi. Dalam 100
ml ASI terdapat 0,9 gr protein, jumlah ini lebih sedikit dibandingkan protein pada
mamalia lainnya. Kelebihan protein dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal bayi
(WHO, 2009). ASI mengandung protein khusus yang dirancang untuk tumbuh
kembang bayi manusia.
ASI mengandung protein whey dan casein. Whey adalah protein yang halus,
lembut dan mudah dicerna sedangkan kasein adalah protein yang bentuknya kasar,
menggumpal dan susah dicerna. Perbandingan antara whey dan casein dalam ASI
adalah 60:40 Sedangkan pada susu sapi 20:80. ASI mengandung alfa lactalbumin
sedangkan susu sapi mengandung beta lactoglobulin yang sering menyebabkan
alergi (WHO, 2010).
Selain alfa lactalbumin , protein unik yang dimiliki ASI dan tidak terdapat
dalam susu formula adalah taurin, lactoferin dan lysosom. Taurin diperlukan untuk
perkembangan otak, susunan saraf, dan pertumbuhan retina. Selain Taurin, protein
unik yang ada dalam ASI adalah lactoferin. Lactoferin membiarkan bakteri usus
baik yang menghasilkan vitamin untuk tumbuh dan menghancurkan bakteri yag
jahat. Lisosom merupakan antibiotik alami dalam ASI yang dapat menghancurkan
bakteri berbahaya (Roesli, 2000).
c. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah Laktosa. Dimana 100 ml ASI
mengandung 7 gr laktosa atau 20-30% lebih banyak daripada susu sapi. Laktosa
mudah dicerna dan merupakan sumber energi. Di dalam usus laktosa diubah menjadi
asam laktat yang berfungsi untuk membantu penyerapan kalsium yang penting untuk
pertumbuhan tulang. Selain itu, laktosa juga diperlukan untuk pertumbuhan otak,
makin tinggi kadar laktosa pada susu mamalia, maka makin besar juga ukuran
otaknya. ASI mengandung kadar laktosa yang paling tinggi dibandingkan susu
mamalia lain (Riordan, 2000).

8
d. Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Lemak ASI merupakan lemak
yang tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi karena mengandung jumlah
lemak yang sehat dan tepat secara proporsional. Kadar lemak dalam ASI antara
3,5% - 4,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh
bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecahkan menjadi asam lemak dan
gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Lemak utama ASI adalah lemak
ikatan panjang yang mengandung omega-3, omega-6, DHA, ARA. (Roesli, 2000).
e. Vitamin dan Mineral
ASI mengandung vitamin yang cukup untuk bayi, walaupun ibunya
mengalami defisiensi vitamin. Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada
proses pembentukan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah cukup dan mudah
diserap. Dalam ASI juga terdapat vitamin D dan E terutama dalam kolostrum.
Mineral berupa zat besi (Fe) dan Zinc terdapat di ASI dalam jumlah sedikit, tetapi
dengan bioavailibilitas dan penyerapan tinggi.

D. Manfaat ASI
- Manfaat Bagi Bayi
Adapun manfaat ASI Eksklusif bagi bayi yaitu (Roesli, 2005) :
1) ASI sebagai nutrisi dimana ASI sebagai makanan tunggal untuk memenuhi
semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.
2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena mengandung berbagai zat
anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. ASI juga mengurangi
terjadinya mencret, sakit telinga dan infeksi saluran pernafasan serta
terjadinya serangan alergi.
3) ASI Eksklusif meningkatkan kecerdasan karena mengandung asam lemak
yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI Eksklusif
potensial lebih pandai.
4) ASI Eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang sehingga dapat menunjang
perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual dan
hubungan sosial yang baik.

9
- Manfaat Bagi Ibu
Adapun manfaat ASI Eksklusif bagi ibu bila memberikan ASI Eksklusf, yaitu
(Roesli, 2005) :
1. Mengurangi perdarahan pasca persalinan Apabila bayi disusukan segera
setelah dilahirkan, maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah
melahirkan berkurang karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar
oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh darah
sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.
2. Mengurangi terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi karena
menyusui mengurangi perdarahan.
3. Menjarangkan kehamilan, menyusui merupakan cara kontrasepsi yang
aman, murah, dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan
belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah
melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.
4. Lebih cepat langsing kembali karena menyusui membutuhkan energi maka
tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil.
5. Mengurangi kemungkinan penderita kanker, seperti kanker payudara dan
indung telur. Pada ibu yang menyusui, angka kejadian kanker payudara
berkurang 25%, sedangkan risiko kanker indung telur berkurang sampai
20-25%.
6. Lebih ekonomis dan murah karena dapat menghemat pengeluaran untuk
susu formula, perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan susu
formula.
7. Tidak merepotkan dan hemat waktu karena ASI dapat diberikan segera
tanpa harus menyiapkan atau memasak air.
8. Memberi ibu kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam
karena telah berhasil memberikan ASI Eksklusif.

10
B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MASALAH GIZI PADA IBU MENYUSUI

1. ASUPAN MAKANAN
Menurut Maretha (2009) Dalam Anjani (2013), asupan makanan adalah informasi
tentang jumlah dan jenis makanan yang dinamakan atau dikonsumsi oleh seseorang
atau kelompok orang pada waktu tertentu. Dari asupan makanan diperolah zat gizi
esensial yang dibutuhkan tubuh utntuk memelihara pertumbuhan dan kesehatan yang
baik (Budianto, 2009). Makanan terdiri dari bermacam-macam zat kimia. Beberapa zat
dikenal sebagai nutrient dan terdapat banyak zat lain., terutama dalam bahan makanan
nabati. Zat ini memacu pertumbuhan tanaman, melindunginya dari pemangsa dan
memperbaiki penampilan atau menambah aromanya. Zat-zat ini (fitokimia) tidak
dianggap sebagai nutrient tetapi mungkin aktif secara biologis dan memenuhi efek
menguntungkan pada manusia.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Munir (2002), dimana terdapat hubungan
antara asupan energi dengan resiko KEK. Hal tersebut dimungkinkan karena terdapat
beberapa faktor anatara lain dari penyebab langsung yaitu kurangnya asupan atau
nutrient tidak memenuhi 80% AKG dan faktor tidak langsung aktifitas fisik berat,
lingkungan.
Natrium dibedakan menjadi makronatrien dan mikronutrien. Makronutrien
diperlukan dalam jumlah yang sangat besar oleh tubuh sedangkan mikronutrien hanya
diperlukan dalam jumlah yang sedikit. Selanjutnya adalah air yang menjadi komponen
esensial dalam diet karena asupan cairan yang cukup merupakan hal yang vital bagi
kelangsungan hidup. Makronutrien dalam diet mencangkup karbohidrat, lemak dan
protein sedangkan mikronutrien mencakup vitamin dan mineral (Barasi, 2007).

a) Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi manusia yang harganya
relative murah. Karbohidrat tersusun dari berbagai kompleksitas untuk membentuk
gula sederhana serta unit yang lebih besar seperti oligosakarida dan polisakarida
(Barasi, 2007). Fungsi utamanya adalah sebagai sumber energy dalam bentuk
glukosa, satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori karbohidrat didalam tubuh
berada dalam sirkulasi darah sebagai bentuk glikogen dalam hati dan jaringan otot,
dan sebagian lagi disimpan dijaringan lemak (Almatsier, 2010).

11
Fungsi lain karbohidrat adalah sebagai penghemat protein artinya ketika
karbohidrat tidak mencukupi, maka protein akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhana energi. Dan sebaliknya, bila karbohidrat cukup, protein terutama akan
digunakan sebagai zat pembangun. Jenis karbohidrat dalam makanan
dikelompokan menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Monosakarida
dibagi lagi menjadi glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Galaktosa merupakan gula
khusus yang terdapat pada bahan hewani, yaitu air susu. Disakarida dalam bahan
makanan yang penting adalah sukrosa, maltose, dan laktosa. Laktosa hanya
dijumpai pada susu hewan menyusui dan air susu ibu. Dalam bahan makanan
nabati terdapat dua jenis polisakarida yang dapat dicerna (yaitu amilum dan
dekstrin) dan tidak dapat dicerna (seperti selulosa, pentose, dan galaktosa.
Sedangkan dalam bahan makanan hewani terdapat polisakarida yang dapat dicerna
yang disebut glikogen (Anonimus, 2007)
b) Lemak
Lemak meliputi berbagai macam zat yang larut dalam lipid, sebagian besar
merupakan trigleserida atau triasigliserol (TAG). Produk terunannya seperti
fosfolipid dan sterol (yang paling dikenal adalah kolesterol) juga termasuk dalam
kelompok ini. TAG dipecahkan untuk menghasilkan energi dan menyusun
cadangan energi utama bagi tubuh dalam jaringan adipose (Barasi, 2007). Lemak
dan minyak merupakan zat makanan uang penting untuk menjaga kesehatan tubuh
manusia. Dan merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan
karbohidrat dan protein. Besar energi yang dihasilkan per gram lemak adalah 9
kalori, fungsi lain lemak dalam tubuh adalah sebagai pembangun/pembentuk
susunan tubuh, pelindung kehilangan panas tubuh, pelarut vitamin A, D, E dan K
(Budiman, 2009). Sumber utama lemak adalah minyak tumbuhan, mentega,
argarin, dan lemak hewan. Sumber lain berasal dari kacang-kacangan, susu,
kedelai, kuning telur, dan sebagainya (Almatsier, 2010). Lemak hewani ada yang
terbentuk padat antara lain lemak susu, lamak sapi, dan berbentuk cair seperti
minyak ikan paus, minyak ikan cod, minyak ikan bering.

12
c) Protein
Protein merupakan suatau zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena
mengandung unsur C,H,O dan N yang tidak memiliki oleh lemak dan karbohidrat.
Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan logam. Tiap gram protein
terdiri atas berbagai rantai dari asam amino tunggal yang tegabung membentuk
beraneka ragam protein. Saat dicerna masing-masing asam amino digunakan untuk
sintesis asam amino serta protein lainya yang diperlukan oleh tubuh, jika asam
amino tidak dibutuhkan lebih lanjut, barulah asam amino tersebut dipecah dan
digunakan sebagai sumber energy (Barasi, 2007).
Protein ada disemua dijaringan tubuh dan merupakan material dasar dikulit,
otot, tendon, saraf dan darah. Selain itu, protein juga membentuk anti body dan
enzim yang penting dalam biomolekuler. Vitamin merupakan suatu molekul
organik yang dibutuhkan untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang
normal. Vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh dalam jumlah yang sangat cukup.
Oleh karena itu, harus diperoleh dari asupan makanan itu (Budianto 2009)
d) Vitamin
Vitamin dibagi menjadi dua kelompok yaitu vitamin larut dalam lemak
(A,D,E,K) dan vitamin larut dalam air (B dan C) tiap vitamin memeiliki tugas
spesifik dalam tubuh (Almatsier 2010). Vitamin yang berperan dalam perbentukan
darah (asam volat dan vitamin B12), sebagai anti oksidan (asam askorbat dan
Vitamin E) Metabolisme protein (vitamin A dan K), metabolisme energy (tianin,
riboflafin dan tirodoksin) dan pembentukan tulang oleh vitamin D. Dan pada
dasarnya vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi,
pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh. Pada umunya sbegai koenzim atau sebagai
bagian dari enzim (Almatsier 2010).
e) Mineral
Mineral merupakan unsur esensial dalam pemeliharaan fungsi tubuh. Baik
pada tingkat sel, jaringan. Organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral
digolongkan atas dua, mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro (natrium,
klorida, kalium, kalsium, fosfor, magnesium dan sulphur). Dibutuhkan tubuh
dakam jumlah lebih dari 100 mg sehari sedangkan mineral miro (besi, seng,
iodium, selenium dan lain-lain) dibutuhan kurang dari 100 mg sehari (Almatsier
2004).

13
2. POLA MAKAN
Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan jumlah
pangan yang di konsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Yayuk
Firda Baliwati,dkk, 2004: 69). Santosa dan ranti (2004: 89) menggungkapkan bahwa
pola makan merupakan sebagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam
dan jumlah bahan makanan yang di makan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan
ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan dapat di definisikan
untuk sebagai cara seseorang atau kelompok orang dalam memilih makanan dan
mengkonsumsi sebagai tanggapan pengaruh psikologi, fisiologi, budaya, dan social
(Soehardjo, 1996).

3. TABU
Tabu makanan adalah suatu larangan dalam mengkonsumsi makanan tertentu
karena ada beberapa ancaman atau hukuman kepada orang yang mengkonsumsinya.
Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan
tertentu, karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang melanggarnya
(Sediaoetama, 1999). Pantangan terhadap makanan tentu akan merugikan apabila
berbeda dari tinjauan medis. Dalam pantangan agama, tahayul dan kepercayaan tentang
kesehatan, terdapat bahan makanan bergizi yang tidak boleh di makan (Foster &
Anderson, 2006). Pantangan terhadap makanan tentu akan merugikan apabila berbeda
dengan tinjauan medis.

Kepercayaan masyarakat tentang konsepsi kesehatan dan gizi sangat berpengaruh


terhadap pemilihan bahan makanan. Semakin banyak pantangan dalam makanan maka
semakin kecil peluang keluarga untuk mengkonsumsi makanan yang beragam.
Beberapa jenis bahan makanan di larang di makan oleh anak-anak, ibu hamil, ibu
menyusui ataupun kaum remaja. Namun, jika di tinjau dari konteks gizi dalam jumlah
bahan makanan tersebut justru mengandung nilai gizi yang tinggi, tetapi pantangan itu
tetap di jalankan dengan alasan takut menanggung resiko yang akan timbul. Sehingga
masyarakat yang demikian akan mengkonsumsi bahan makanan yang bergizi dalam
jumlah yang kurang, dengan demikian maka penyakit kekurangan gizi akan mudah
timbul di masyarakat (Suhardjo, 1989).

14
4. PENDIDIKAN IBU
Di indonesia di kenal dua jenis jalur pendidikan yaitu jalur pendidikan sekolah
dan jalur luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang di
selenggarakan di sekolah memalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan
sinambungan ( pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi).
Sifatnya formal di atur berdasarkan ketentuan-ketentuan pemerintah dan mempunyai
keseragaman pola yang bersifat nasional. Jalur pendidikan luar sekolah merupakan
pendidikan yang bersifat kemasyarakatan yang diselenggarakan diluar sekolah melalui
kegiatan belajar mengajar yang tidak berjenjang dan bersinambungan, seperti ke
pramukaan berbagai kursus dan lain-lain.

Berdasarkan Notoadmojo (2003), pendidikan merupakan salah satu faktor yang


mempengaruhi pengetahuan orang atau keluarga dalam masyarakat. Dalam rangka
pembinaan dan peningkatan prilaku kesehatan masyarakat supaya lebih efektif perlu di
perhatikan tiga faktor utama, yaitu :

a. Faktor predisposisi, Faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat


terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistim nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,
dan tingkat sosial ekonomi.
b. Faktor pemungkin, Fasilitas ini pada hakiakatnya mendukung atau memungkinkan
terwujudnya prilaku kesehatan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana fasilitas. Kesehatan bagi masyarakat. Termasuk juga fasilitas pelayanan
kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poli klinik, posyandu, polindes, dokter,
bidan praktik swasta, dan sebagainya.
c. Faktor penguat, Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas
kesehatan dan dukungan keluarga. Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-
peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu
pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas kesehatan saja melainkan
diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para
petuga terutama petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

15
5. PENGETAHUAN IBU
Pengetahuan adalah hasil yang diperoleh manusia, hanya dapat menjawab
pertanyaan apa sesuatu itu. Hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagai pengetahuan
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupan dasar terbentuknya tindakan
(Notoatmodjo, 2003). Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003)
pengetahuan yang tercakup dalam domain kognif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah meningat kembali
(Recall 24 jam) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengdefinisikan,
menyatakan dan sebagainya. Misalnya ibu tau tentang arti ASI eksklusif.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari. Misalnya , ibu dapat menjelaskan penting ASI eksklusif.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau konsisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau pengalaman hokum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks situasi lain. Misalnya ibu dapat mengaplikasikan cara
menyusi yang benar.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain kemampuan analisis yang dapat dilihat dari pengunaan kata
kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.

16
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
mengabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Misalnya dapat menyusun, merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan
dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria- kriteria yang telah
ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak
yang kekurangan gizi dan sebagainya.

6. PENDAPATAN KELUARGA
Pendapatan adalah suatu pekerjaan atau penghargaan yang di berikan berupa
material uang. Dalam hal ini, pendapatan keluarga sangat menentukan besar kecilnya
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dalam keluarga. Baik kebutuhan kesehatan dan
kebutuhan penunjang lainya. Pendapatan yang rendah akan memberikan pengaruh dan
dampak yang besar dalam pencapaian pemenuhan kebutuhan hidup dalam keluarga,
begitu juga sebaliknya. Hal ini memberi gambaran bahwa pendapatan keluarga
memberi pengaruh yang sangat besar dalam peningkatan berbagai faktor penunjang
untuk kehidupan manusia dalam keluarga, salah satunya yaitu faktor kesehatan.

Menurut suhardjo (1989) dalam sarah (2006), keadaan ekonomi keluarga yang
kurang mampu merupakan faktor yang kurang mendukung bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak balita. Hal ini di sebabkan karena sangat berpengaruh terhadap
konsumsi pangan keluarga.

Soetjinigsih(1998) mengemukakan bahwa pendapatan keluarga yang baik dapat


menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder. Rendahnya pendapatan merupakan
rintangan lain yang menyebabkan orang tidak mampu membeli pangan dan jumlah
yang di perlukan, sehingga tinggi rendahnya pendapatan sangat mempengaruhi daya
beli kelurga terhadap bahan pangan yang akhirnya berpengaruh terhadap status gizi
seseorang terhadap anak balita di mana pada masa ini diperluakan banyak zat gizi untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Faktor sosial ekonomi dari sebuah kelurga

17
pada kaitanya dengan pendapatan kelurga. Pendapatan bepengaruh pada daya beli dan
konsumsi makanan sehari-hari. Asupan zat gizi sangat di tentukan oleh daya beli
keluarga. Status sosial ekonomi berguna untuk pemastian apakah ibu berkemampuan
membeli dan memilih makanan yng bernilai gizi tinggi. Sementara itu pemanfaatan
fasilitas kesehatan oleh masyarakat dan sosial ekonomi rendah masih sedikit di samping
pelayanan itu sendiri masih jauh dari normal (Almatsier, 2003). Pengeluaran rumah
tangga adalah biaya yang di keluarkan untuk konsumsi semua anggota rumah tangga.
Pngeluaran rumah tangga digolongkan menjadi dua yaitu pengeluaran pangan dan
nonpangan.

a. Pengeluaran pangan
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki bagi penduduk
suatu Negara. Karena itu, sejak berdirinya Negara Republik Indonesia, UUD 1945
telah mengamankan bahwa Negara wajib menjalankan kedaulatan pangan (hak
rakyat atas pangan) dan mengupayakan terpenuhinya kebutuhan pangan bagi
penduduk. Kewajiban yang dimaksud mencakup kewajiban menjamin ketersediaan,
keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan
bergizi seimbang. Untuk bias melaksanakan kewajiban tersebut secara efektif, maka
Negara wajib menguasai sumber daya alam untuk digunakan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat (UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3). Pengeluaran pangan merupakan
segala sesuatu yang dikeluarkan untuk kebutuhan pangan itu sendiri.
b. Pengeluaran nonpangan
Mereka yang sekarang atau segera akan mendapatkan kenaikan penghasilan,
penambahan uang tidak secara otomatis diwujudkan kedalam belanja pangan yang
lebih besar. Prinsip yang telah diterima sebagai tradisi adalah bahwa makanan yang
lebh besar dan lebih baik merupakan suatu fungsi dari pendapatan yang lebih besar.
Prinsip ini tidak diragukan lagi dan berlaku dalam jangka waktu yang lama dan bagi
peningkatan penghasilan dan standard kehidupan umum yang tinggi. Data kasar bagi
belanja pangan sering kali menyesatkan. Jika peningkatan penghasilan hanya kecil
dan dimulai dari dasar yang rendah, mungkin terdapat periode peralihan yang
menunjukan hubungan terbalik antara penghasilan dan gizi. (Alan Berg, dkk 1987).

18
7. PEKERJAAN IBU
Tenaga kerja perempuan yang meningkat menjadi salah satu kendala dalam
mensuskeskan dalam program ASI akslusif. Hal ini karena cuti melahirkan hanya 12
minggu, di mana 4 (empat) minggu di antaranya sehingga harus di ambil sebelum
melahirkan (Suwardi, 2003). Dengan demikian, ibu yang bekerja hanya mendampi
bayinya secara intense hanya 2 (dua) bulan, termaksut dalam penyusuan bayinya.
Setelah itu ibu harus kembali bekerja dan sering ibu terpaksa berhenti menyusui.
Faktor ibu bekerja sering menjadi faktor penting dalam kegagalan menyusui. Hal
ini di tunjukan oleh hasil studi yang di lakukaan Old (2000) tentang perilaku menyusui
dari 140 sampel yang terbagi dua kelompok (75,4% kelompokm control dan 73,2%
kelompok interfensi) di mana di temukan responden yang tidak bekerja menyusui
jumlahnya 3 (tiga) tiga kali responden yang bekerja dan tetap menyusui. Di daerah
pekotaan relative lebih banyak ibu yang bekerja untuk mencari nafkah mengakibatkan
ibu tidak dapat menyusui bayinya dengan baik dan teratur. Hal ini mejadi signifikan
karena situasi tempat bekerja belum mendukung praktik pemberian ASI, misalnya;
tidaknya tersedianya tempat memerah dan penyimpan ASI, belum banyak tersedia atau
tidak adanya tempat penitipan bayi agar ibu pekerja dapat menyusui bayinya pada saat-
saat tertentu (Tumbelaka, 1997) Dalam Diharjo, 1998.
Di kalangan kelurga miskin beban yang sangat berat ini harus di tanggung oleh
perempuan sendiri (peran reproduktif) terlebih-lebih jika si perempuan tersebut harus
bekerja mencari penghasilan (peran produktif) maka iya memikul betar ganda.
Kesehatan ibu hamil akan terganggu jika ibu harus bekerja keras unutk mendapatkan
penghasilan kelurga, disamping tetap di tuntut melakukan pekerja rumah tangga
(Kelompok studi wanita FISIP, 1990). Menurut Penelitian Pusat Pengembangn Gizi
(1998), mengemukakan bahwa kegiatan jasmani orang dewasa terbagi tiga golongan
yaitu kegiatan berat, sedang, dan kegiatan kurang. Wanita yang bekerja tergolong
kegiatan berat seperti memecah batu, mencangkul dan lain sebagainya mempunyai
resiko lebih besar menderita KEK.

19
C. KERANGKA TEORI

1. Kerangka Teori

Status gizi ibu dan anak Outcome

Penyebab
Konsumsi makanan Penyakit infeksi
langsung

Pola asuh, pemberian


Ketersediaan Pelayanan
ASI/MP-ASI, pola asuh Penyebab
& pola kesehatan
psikososial, penyediaan tidak
konsumsi dan
MP-ASI, kebersihan langsung
rumah tangga dan sanitasi kesehatan
lingkungan

Daya beli, akses pangan, akses informasi, akses pelayanan

Akar
Kemiskinan, Ketahanan Pangan & gizi, pendidikan, kesehatan
masalah

Pembangunan ekonomi, politik, sosial

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian


Sumber : UNICEF, 1990

20
2. Kerangka konsep

STATUS GIZI IBU


MENYUSUI

ASUPAN
MAKANAN

TABU / POLA MAKAN PENDIDIDKAN


PANTANGAN

PEKERJAAN IBU

PENGETAHUAN
GIZI TINGKAT
PENDAPATAN

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

21
D. VARIABEL INDIKATOR MATRIKS (VIM)

NO VARIABLE METODE REFERENSI


INDIKATOR

Pengukuran
1. Status gizi LILA (lingkar lengan atas ) Supariasa, 2002
antropometri
Asupan 1.Tingkat Kecukupan Energy
2. Recall 2x24 jam Gibson, 2005
makanan 2.Tingkat Kecukupan Protein
1.Frekuensi makanan yang
Food Frequency Depkes RI, 2009 Dan
3. Pola makan dikonsumsi
Questionnaire (FFQ) Gibson 2005
2.Jenis makanan yang dikonsumsi

Wawancara secara
Tingkat 1. Makanan Ibu Menyusui langsung dengan Riskesdas 2010 dan
4.
Pengetahuan 2. Pendoman Gizi Seimbang (PGS ) mengunakan Kemenkes 2014
kuesioner
Wawancara secara
langsung dengan
Tingkat Pendekatan melalui pengeluaran Berg muscal 1985
5. mengunakan
pendapatan pangan dan non pangan Soekirman 2000
formulir pengeluaran
pangan
Wawancara secara
1. Pendidikan Rendah Undang-undang
Tingkat langsung
6. 2. Pendidikan Menengah SISDIKN AS No 20
pendidikan mengunakan
3. Pendidikan Tinggi tahun 2003
kuesioner
1.Ada Atau Tidaknya Makanan
Pantangan Pada Ibu Menyusui
2.Jenis Makanan Pantangan Ibu
Menyusui Wawancara secara
3.Alasan Makanan Tersebut langsung Sanjur, 1982
7. Tabu
Menjadi Tabu Pada Ibu Menyusui mengunakan Suhardji, 2003
4. Siapa Yang Menyarankan Ibu kuesioner
Untuk Memantang Makanan
Tersebut.

1.Pedagang
2. Buruh tani
Wawancara secara
3. PNS
langsung dengan
8 Pekerjaan 4. TNI/Polri Notoadmodjo, 2012
menggunakan
5.Pensiunan
kuisioner
6. Wiraswasta

22
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Pelaksanaan
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional study.

B. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan


Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe yang akan
dilakukan pada Awal November 2019

C. Populasi Dan Sampel


1. Populasi, Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang tercatat di
Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe.
2. Sampel, Sampel dalam pengambilan data ini adalah sebagian ibu menyusui yang
berada di Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe Sampara. Penentuan besar
sampel menggunakan metode cluster systematic random sampling.

D. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objek


1. Status gizi ibu menyusui
Status gizi ibu menyusui adalah keseimbangan antara zat gizi yang masuk
kedalam tubuh dengan kebutuhan gizi yang diperlukan tubuh (Radharisnawati, dkk
2017). Tingkat keadaan gizi seorang ibu menyusui yang diketahui melalui
pengukuran LILA selanjutnya dibandingkan dengan standar.
Kriteria objektif :
a. KEK : Jika ukuran LILA < 23,5 cm
b. Tidak KEK : Jika ukuran LILA > 23,5 cm (Sumber : Supariasa, 2002)
2. Asupan makan
Tingkat asupan makan ibu menyusui yang diketahui melalui recall konsumsi makan
selanjutnya dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG, 2013) dengan Kriteria
Objektif :
a. Baik : jika tingkat asupan makan ibu mencapai ≥ 80% - 110% dari total
kebutuhan
b. Kurang : jika tingkat asupan makan ibu < 80% dari total kebutuhan

23
c. Lebih : jika tingkat asupan makan ibu > 110% dari total kebutuhan (Sumber :
WNPG, 2004)
3. Pola makan
Segala sesuatu yang berhubungan dengan faktor sosial budaya serta tingkah laku ibu
menyusui dalam memehami kebutuhan akan makanan. Pola makan diolah
berdasarkan pengkantegorian nilai skor yang dikemukakan oleh (Sirajuddin, Sumita
dkk,2018) yaitu Kriteria Objektif :
a. Tidak pernah =0
b. Jarang <4x perbulan =1
c. Kurang 3x seminggu =5
d. 3-4x seminggu = 10
e. 1x sehari = 15
f. 2x/hari = 25
g. Setiap kali makan (≥2x/hr) = 50

Jawaban responden, dibandingkan dengan kategori :

Cukup : ≥ nilai median


Kurang : ≤ nilai median (Sumber : Suhardjo dalam Dewi, 2013)
4. Pengetahuan ibu
5.
Tingkat pengetahuan ibu menyusui mengenai gizi di peroleh dari skor jawaban
responden di bagi dengan total skor dalam kuesioner. Pengukuran ini menggabungkan
dua indicator pengetahuan yaitu pengetahuan pola makan dan pengetahuan mengenai
pemberian ASI.
Criteria objektif:
a. Cukup :jika nilai jawaban responden ≥ 60% dari total jawaban yang benar.
b. Kurang : jika nilai jawaban < 60% dari total jawaban benar.
(sumber: soekidjo,2003)
6. Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga, di olah berdasarkan jawaban responden, seluruh bentuk
pengeluaran pangan dan non pangan yang di konversi ke dalam rupiah, selanjutnya
pengeluaran pangan di bagi dengan total pengeluaran pangan dan non pangan di kali
100%.
Criteria objektif:

24
a. Cukup : Jika proporsi pengeluaran pangan < 60% dari total pengeluaran
b. Kurang : Jika proporsi pengeluaran pangan ≥ 60% dari total pengeluaran
(sumber: Berg, Muscal, 1985).
7. Tabu
Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan
tertentu, karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang melanggarnya
(sediaoetama, 1999 dalam harnany, 2006). Pantangan terhadap makanan selama
menyusui di deskripsikan berdasarkan jenis tabu, jenis bahan makanan, sumber
informasi tabu (suhardjo,1989).
Criteria objektif:
a. Ada tabu : Jika terdapat tabu pada ibu menyusui
b. Tidak ada tabu : Jika tidak terdapat tabu pada ibu menyusui
8. Pendidikan ibu
pendidikan ibu adalah banyaknya tinkatan pendidikan yang telah di peroleh
responden. Criteria objektif:
a. Cukup : Bila ibu tamat SMA, Akademi,/ PT
b. Kurang : Bila ibu tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP.
9. Pekerjaan ibu
Adalah status pekerjaan yang di miliki oleh responden
Criteria objektif:
a. Bekerja : Bila memiliki pekerjaan/aktifitas rutin yang dapat menggangu
pemberian ASI.
b. Tidak bekerja : Bila tidak memiliki pekerjaan di luar yang dapat menganggu
pemberian ASI.

E. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan
kuisioner yang diberikan kepada responden dalam hal ini adalah Ibu menyusui
yang berisi pertanyaan serta jawaban yang telah disiapkan
2. Data Sekunder
Meliputi data tentang gambaran umum lokasi penelitian yang diperoleh dari
kelurahan setempat

25
F. Pengolahan Data, Analisis Data dan Penyajian Data
Sebelum data diolah, dilakukan proses editing yaitu pemeriksaan terhadap data
mentah yang telah diperoleh dari lapangan dengan tujuan untuk melihat kelengkapan dan
kejelasan pengisian, relevansi jawaban, konsistensi serta keseragaman satuan data. Proses
selanjutnya yaitu koding atau mengklasifikasikan jawaban responden, mengentry data dan
tabulating data, yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel.

1. Pengolahan Data
Menurut Muchamad Fauzi (2009-2014) data yang diperoleh dilapangan diolah
menggunakan system konputerisasi program Microsoft excel dan SPSS. Yang
dilakukan melalui proses dengan tahapan sebagai berikut :
a. Editing
Editing adalah pengolahan dan pengoreksian data yang telah dikumpulkan karena
kemungkinan data yang masuk (row data) atau data yang terkumpul tidak logis
atau meragukan. Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalahan yang
terdapat dan pencatatan yang ada dilapangan dan bersifat koreksi.
b. Coding
Coding adalah usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden menurut
macamnya. Klasifikasi inidilakukan dengan menandai atau memberikan kode
pada setiap jawaban para responden
c. Entry data
Pada tahap ini yaitu memasukan data yang diperoleh menggunakan fasilitas
computer dengan program SPSS.
d. Tabulasi
Pada tahap ini diperlukan ketelitian dan kehati-hatian agar tidak terjadi kesalahan
khususnya dalam tabulasi silang. Tabel tabulasi dapat berbentuk tabel
pemindahan, tabel biasa dan tabel analisis

26
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap sebuah variabel
digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel penelitian yaitu pengetahuan
ibu, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, tabu, pola makan, asupan makanan,
pendapatan keluarga, status gizi KEK dan Pemberian ASI Eksklusif. Untuk
memperoleh gambaran/karakteristik sampel dibuat tabel distribusi frekuensi.

b. Analisis Bivariat
Analisis ialah untuk melihat hubungan dua variable yaitu hubungan pengetahuan
ibu, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, tabu, pola makan, asupan makanan,
pendapatan keluarga, status gizi KEK dan Pemberian ASI Eksklusif. Untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan secara bermakna diantara variable yang
diteliti, maka penulis menggunakan uji chi-square dengan menggunakan bantuan
computer program SPSS 20. Apabila hasil uji chi-square didapat p < 0,05 berarti
ada hubungan yang bermakna antara variabel bebas dan variabel terikat.
3. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk narasi dan tabulasi

27
DAFTAR PUSTAKA

- Azwar,A.1983.Pengantar ilmu Kesehatan Lingkungan, Penerbit Mutiara, Jakarta.


- Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
- Anonymous, 2007. Vitamin dan Mineral (sweetpee. wordpress. com/2007/07/30/
vitamin-dan-mineral)
- Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
- Afifah. 2009. Buku Pintar Merawat Bayi. Yogyakarta : Nuha Medika
- Berg, Allan,Robert S,Muscat. 1985,Factor Gizi di Terjemahkan A. Djaeni S, Bharata
Karya Aksara, Jakarta.
- Baliwati, Frida Yayuk, dkk. 2002. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Swadaya.
- Gibson, R. (2005). Principles Of Nutritional Assesment. New York : Oxford
University.
- Budianto, A. 2009. Dasar – Dasar Ilmu Gizi. UMM Press. Malang
- Barasi, ME.2007.At.a. Glance Ilmu Gizi. Dialih bahasakan oleh Halim,H. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
- Budiman. (2009). Masalah kesehatan akibat alcohol dan merokok. In Sudoyo A.W.,
Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., & Setiati S (Eds). Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid 1. (5th ed.). Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. P83-88.
- Diharjo, dkk. 1998. Masalah di Seputar Perilaku Pemberian ASI Secara Eksklusif.
Majalah Kesehatan Masyarakat, XXVI, April No.3
- Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, Ed IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
- Depkes, (2007). Tentang Pemberian ASI secara eksklusif Pada Bayi Indonesia,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
- Depkes RI,2011.http://www.depkes.go.id/download/advertorial/adv_pp_asi.pdf
- Departemen kesehatan RI (2006). Kebijakan departeman kesehatan tentang
peningkatan pemberian air susu ibu (ASI) pekerja wanita. Konseling.jakarta :pusat
kesehatan kerja departemen kesehatan RI. (2006). Gizi dalam angka sampai tahun

28
2009. Direktorat jendral gizi masyarakat, Jakarta (2007). Tentang pemberian ASI
eksklusif pada bayi Indonesia, departemen kesehatan RI, Jakarta.
- Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama.
- Foster & Anderson. : Antropologi Kesehatan (terjemahan), (Jakarta,: UI-Press, 1986)
- Green, Lawrence, 1980. Health Education: A Diagnosis Approach, The John Hopkins
University, Mayfield Publishing Co.
- Kristiyansari, W. 2009. ASI, Menyusui dan Sadari. Nuha Medika. Yogyakarta.
- Kemenkes, RI.2014 pedoman Gizi Seimbang. Jakarta : Kemenkes RI.
- Munir, M. 2007. Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif terhadap Berat Badan Bayi
Umur 4-6 bulan. Tuban: Stikes
- Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
- Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
- Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian RI tahun 2013. Diakses : 10 April 2018, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas2013.pdf.
- Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2010). Badan Penelitian dan pengembangan
kesehatan kementrian RI tahun 2010. Diakses : 10 April 2018, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas2010.pdf.
- Roesli, Utami. (2000). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Niaga Swadaya.
- Roesli, U. 2009. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda
- Riordan, Jan. (2000) Buku saku menyusui dan laktasi. Jakarta: EGC
- Roesli, Utami. (2005). Mengenal ASI Esklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.
- Resnaeny, Maretha. 2009. Perbedaan Tingkat Asupan Energi, Protein, Dan Status
Gizi Anak Asuh Di Panti Asuhan Desa Dan Kota. “online”
http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/detil/id/18:18765/q/pengarang:Putranti/offset/0/li mit/15
Diakses pada tanggal 29 Juni 2011
- Rahmaniar A.2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan KEK (Tampa
padang,Sulawesi Barat).Media Gizi Masyarakat: Indonesia. 2:98-103
- Sanjur D. (1982). Social and Cultural Perpesctive in Nutrition. New Jersey : Prentice
Hall Inc.

29
- Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk keluarga dan Masyarakat. Dirjen
pendidikan Tinggi. Jakarta.
- Supariasa, I,.et al 2014. Penilaian status gizi Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
- Supariasa, 2002. Penilaian Status Gizi Jakarta : Penerbit Kedokteran EGC
- Setyaningsih, 2007. Pengaruh Interaksi, Pengetahuan dan Sikap terhadap Praktek Ibu
dalam Pencegahan Anemia Gizi Besi Balita di Kota Pekalongan Tahun 2008. Skripsi.
Universitas Dipenegeoro. Semarang.
- Suhardjo, 1989. Sosio Budaya Gizi. Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat antar Universitas pangan dan gizi
- Santoso,S dan Ranti L.A, 2004. Kesehatan Dan Gizi. Rineka Cipta. Jakarta.
- Suhardjo, 1996. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.
- Sediaoetama, A. 1999. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi jilid 1. Jakarta: Dian
Ratna.
- Sirajuddin, Surmita, dkk 2018. Survei Konsumsi pangan. Pusat pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Kesehatan Edisi tahun 2018
- UNICEF.2009. Alasan Medis yang dapat Diterima Sebagai Dasar Penggunaan
Pengganti ASI. Peru :World Health Organization(WHO)
- UNICEF,2011.Asi Eksklusif Tekan Angka Kematian Bayi Indonesia dalam
http//:situs.kesrepro.info/kia/agu/2006/kia03.htm.
- UNICEF, 1990. Guide to the Convention on The Rights of The Child. Jakarta ;
UNICEF
- WHO,2011,WHO call support for appropriate infant and young child feeding in the
current emergency in Lebanon, and caution about unnecessary use of milk products.
http://www,who.int/hac/crises/international/middle east/ lebanon appro priate infant
and young child feeding. Pdf 3 agustus 2014.
- WHO. 2010. Infant mortality. World Health Organization
- WHO WHO. World Health Organization. 2009;1–3.
- Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). 2004. Lembaga Ilmu.Jakarta
- Yanuarti petrika,dkk.”tingkat asupan energy dan ketersediaan pangan berhubungan
dengan resiko kekurangan energy kronik (KEK) pada ibu hamil”. Jurnal Gizi Dan
Dietetik Indonesia vol. 2, no. 3, September 2014 : 140-149
www.ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJND/article/donload/295/267 di akses pada
tanggal 04 juni 2017

30
31

Anda mungkin juga menyukai