Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PRAKTEK KONSULTASI GIZI

TENTANG
DIET LAMBUNG

DISUSUN OLEH:
Kelompok 18

Nama : 1. Clara Maretta Siregar (P01031219114)


2. Evelina Sidabutar (P01031219119)
3. Faulina Silalahi (P01031219121)

Kelas : Sarjana Terapan Dan Dietetika 4C

Dosen Pengampu :
Mincu Manalu, S.Gz, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUPLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan karuniaNya, sehingga kami dapat bisa menyelesaikan Makalah Tugas Mata Kuliah
Konsultasi Gizi kami dengan tepat waktu. Makalah yang berjudul “PRAKTIK PENYAKIT
DIET LAMBUNG”, kami susun bersumber dari Internet sebagai referensi.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Mincu Manalu, S.Gz,
M.Kes selaku dosen mata kuliah Konsultasi Gizi. Karena tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penyusun.

Dalam penyusunan Makalah Mata Kuliah Konsultasi Gizi ini masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekuranganya baik dari segi teknik tulis atau isi materinya, oleh
karena itu, dengan penuh kerendahan hati kami mengharapkan saran dan kritik untuk
kesempurnaan isi Laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata dengan segala
keterbatasan yang ada mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Lubuk Pakam, Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN ISI…………………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4
1.3 Manfaat Penyusunan Makalah..................................................................................4

BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................................5


2.1 Pengertian Lambung...............................................................................................5
2.2 Pengertian Penyakit Lambung..............................................................................7
2.3 Tanda dan Gejala Penyakit Lambung..................................................................7
2.4 Penyebab Penyakit Lambung................................................................................7
2.5 Diet Pada Pasien Penyakit Lambung....................................................................8
2.6 Tips Mengurangi Dan Mencegah Terjadinya Penyakit Lambung ....................14

BAB III. PENUTUP.............................................................................................................16


3.1 Kesimpulan.............................................................................................................16
3.2 Saran.......................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu perlu pelayanan gizi yang
berkualitas pada individu dan masyarakat. Pelayanan gizi merupakan salah satu
subsistem dalam pelayanan kesehatan pari purna, yang berfokus kepada keamanan
pasien. Dengan demikian pelayanan gizi wajib mengacu kepada standar yang berlaku.
Mengingat masih dijumpai kejadian malnutrisi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya, maka perlu upaya pendekatan yang lebih strategis (Kementrian
Kesehatan RI, 2014). Asuhan gizi adalah kegiatan yang dilakukan oleh ahli gizi berupa
pemberian diet dan edukasi/konseling gizi serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
yang dapat membantu dalam menunjang proses penyembuhan pasien (Ismi, 2019).

Pelayanan gizi yang berkualitas dari asuhan gizi pasien rawat inap dapat berupa
rancangan diet yang tepat, edukasi dan konseling gizi yang sesuai dengan permasalahan
dan kebutuhan gizi yang terdokumentasi, serta hasil asuhan gizi dapat terukur dan tidak
bias. Kualitas pelayanan dinilai melalui hasil kerja dan kepatuhan mentaati proses
terstandar yang disepakati. Semua hal tersebut akan dapat dicapai apabila dietisien
memberikan asuhan gizi dengan menggunakan Nutrition Care Process (NCP),
sebagaimana yang direkomendasikan oleh American Dietetics Association (ADA)
(Sumapradja, 2011).

NCP merupakan siklus proses asuhan gizi yang memiliki 4 langkah kegiatan yang
berurutan dan saling berkaitan, yaitu pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi dan
monitoring evaluasi. Perbedaan mendasar antara NCP dengan asuhan gizi sebelumnya
terletak pada diagnosis gizi yang tersusun sistematis meliputi permasalahan, etiologi
serta tanda dan gejala. Permasalahan yang teridentifikasi pada diagnosis gizi merupakan
dasar untuk menentukan rencana intervensi, dengan sasaran terapi pada etiologi dan
pencapaian hasil dapat dilihat dari perbaikan tanda dan gejala yang dialami pasien
(Sumapradja, 2011).

Penyakit secara umum yang paling sering menyerang anak hingga masuk ke Rumah
Sakit biasanya penyakit yang terinfeksi oleh virus dan bakteri yang selalu membuat
anak-anak mengalami sakit dan masuk ke Rumah Sakit. Penyakit yang sering terjadi

1
biasanya penyakit demam, diare, amandel/tonsillitis dan lain-lain. Penyakit yang dapat
membuat anak untuk susah makan biasanya penyakit amandel atau disebut dengan
penyakit tonsillitis. Penyakit ini terjadi disebabkan peradangan pada tonsil oleh karena
kegagalan atau ketidaksesuaian pemberian antibiotik pada penderita tonsillitis akut (Rini,
2018).

Berdasarkan data dari Depkes RI, (2013) angka kejadian penyakit tonsilitis di
Indonesia sekitar 23%. Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di tujuh provinsi di
Indonesia pada bulan September tahun 2012, prevalensi tonsilitis kronik tertinggi setelah
nasofaringitis akut yaitu sebesar 3,8%. Di Indonesia data mengenai jumlah operasi
tonsilektomi atau tonsiloadenoidektomi belum ada. Namun dari beberapa rumah sakit di
Indonesia, jumlah kunjungan pasien rawat jalan yang disebabkan penyakit tonsilitis pada
dua tahun terakhir, yaitu pada tahun 2012-2013 berjumlah sebanyak ±55.383 orang
sedangkan pasien rawat inap yang disebabkan tonsillitis berjumlah ±37.835 orang.
Dengan jumlah laki-laki sebanyak ±18.213 orang dan perempuan sebanyak ±19.622
orang (Ramadhan, Sahrudin, & Ibrahim, 2017).

Tonsilitis kronis adalah proses peradangan yang terjadi pada jaringan tonsil palatine
yang merupakan bagian dari komponen mucosa-associated lymphoid tissue (MALT)
yang berperan sebagai pertahanan pada kerusakan permukaan mukosanya. Selain itu
pada jaringan tonsil, kolonisasi H. pylori dapat ditemukan dengan prevalensi yang
beraneka ragam tergantung kepada metode yang digunakan. Helicobacter pylori
merupakan faktor etiologi pada peptic ulcer, gastritis dan tumor gaster, dan menginduksi
munculnya MALT pada lambung dan mempunyai peran penting pada kronisitas penyakit
(Surono, Agus, & Oedono, 2009).

Gastritis merupakan gangguan sistem pencernaan berupa peradangan mukosa


lambung yang paling sering disebabkan oleh ketidakteraturan diet, rokok dan konsumsi
kopi dengan keluhan nyeri pada lambung, mual, muntah, lemas, kembung, dan terasa
sesak, nyeri pada ulu hati, tidak ada nafsu makan, wajah pucat, suhu badan naik, keringat
dingin, pusing atau bersendawa (Imayani, CH, & Aritonang, 2017).

Persentase angka kejadian gastritis di Indonesia pada tahun 2012 menurut WHO
(2012) adalah 40.8% dengan angka insiden kejadian gastritis pada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi (Agustina, Azizah, & Agianto, 2016). Berdasarkan penelitian dan
pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 2013, angka

2
kejadian gastritis tertinggi terdapat di kota medan yaitu mencapai 91,6%, lalu di
beberapa kota lainnya seperti Jakarta 50%, Denpasar 46%, Palembang 35,3%, Bandung
32,5%, Aceh 31,7% Pontianak 31,2% dan Surabaya 31,2% (Novitasary & Sabilu, 2017).

Penyebab terjadinya gastritis diakibatkan oleh ketidakteraturan diet misalnya makan


terlalu banyak, makan terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau
makanan yang terinfeksi, penyebab lain termasuk infeksi Helicobacter pylori mungkin
berdampak pada tingginya kejadian gastritis, alkohol, aspirin, refluks empedu ataupun
terapi radiasi (Suddarth & Bunner, 2010). Tanda gejala yang muncul pada penderita
gastritis adalah mual, muntah, anoreksia, perdarahan pada saluran cerna, serta nyeri pada
epigastrum atau ulu hati (Ardiansyah, 2012). Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus
maka akan berisiko tinggi terjadinya malnutrisi dan komplikasi lebih lanjut. Oleh karena
itu perlu dilakukannya asuhan gizi untuk mempertahankan maupun memperbaiki status
gizi serta mempercepat proses penyembuhan pasien (Wijayanti & Purhita, 2013).

Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan dan
tindakan preventif dalam mencegah kejadian. Solusi untuk mengatasi ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada penderita gastritis dengan pembinaan nutrisi
untuk yang bertujuan untuk memberikan makanan yang adekuat, tidak mengiritasi
lambung, mengurangi produksi asam lambung, dan mencegah kekambuhan penyakit
tersebut. Jadi, nutrisi sangat berperan dalam mengatasi penyakit gastritis. Nutrisi yang
dibutuhkan untuk penderita gastritis adalah makanan yang mengandung tinggi protein,
seperti tahu, tempe, telur, ikan, daging, dan lainnya, karena protein dapat berperan dalam
menetralisir asam lambung (Wahyu, Supono, & Hidayah, 2015).

Asuhan gizi penting diberikan untuk pasien dengan diagnosa Tonsilofaringitis


dengan Gastritis karena penyakit ini berkaitan dengan daya terima makanan yang sulit
diterima oleh tubuh dan mengakibatkan asupan makan menjadi kurang. Oleh sebab itu,
agar asupan tetap terpenuhi dengan memberikan intervensi gizi yaitu dengan mengubah
bentuk makanan lunak dan dapat diberikan edukasi gizi agar dapat meningkatkan
pengetahuan pasien dan keluarga pasien terkait penyakit yang diderita.

Asuhan yang diambil untuk studi kasus ini adalah asuhan gizi pada pasien
Tonsilofaringitis dengan Gastritis. Asuhan gizi dengan menggunakan Nutritional Care
Procces (NCP) yang dimulai dari assessment, diagnosis gizi, intervensi gizi, monitoring
dan evaluasi.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian lambung ?
2. Apa pengertian penyakit lambung ?
3. Apa saja tanda dan gejala penyakit lambung ?
4. Apa saja penyebab penyakit lambung ?
5. Apa saja diet yang diberikan pada pasien ?
6. Bagaimana tips mengurangi dan mencegah terjadinya penyakit lambung ?

1.3 Manfaat Penyusunan Makalah


1. Untuk mengetahui apa pengertian lambung
2. Untuk mengetahui apa pengertian penyakit lambung
3. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala penyakit lambung
4. Untuk mengetahui apa saja penyebab penyakit lambung
5. Untuk mengetahui apa saja diet yang diberikan pada pasien
6. Untuk mengetahui bagaimana tips mengurangi dan mencegah terjadinya
penyakit lambung

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lambung


Lambung merupakan sebuah kantung muskuler yang letaknya antara esophagus dan
usus halus, sebelah kiri abdomen di bawah diafragma. Lambung merupakan saluran yang
dapat mengembang karena adanya gerakan peristaltik, tekanan organ lain, dan postur
tubuh.Neopasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus-
menerus secara tak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna
bagi tubuh.(Patologi, dr. Achmad Tjarta,2002)
Penyebab dari karsinoma Gaster sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
Namun para penyelidik berpendapat bahwa komposisi makanan merupakan faktor penting
dalam kejadian karsinoma Gaster. Jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran,
pilihan terbaik adalah pembedahan. Walaupun telah terdapat daerah sebar, pembedahab
sudah dapat dilakukan sebagai tindakan paliatif.Sistem saluran  pencernaan adalah saluran
yang berfungsi untuk mencerna makanan, mengabsorpsi  zat-zat gizi, dan mengekresi sisa-
sisa pencernaan. Saluran cerna terdiri atas mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus
besar dan anus.
Gangguan pencernaan dan absorpsi dapat terjadi pada proses menelan,
mengosongkan lambung, absorpsi zat-zat gizi, dan proses buang air besar (defekasi).
Gangguan ini antara lain terjadi karena infeksi atau peradangan, gangguan motilitas,
perdarahan atau hematemesis – melena, kondisi saluran cerna pasca bedah, dan tumor atau
kanker. Penyakit-penyakit saluran cerna yang terjadi antara lain stenosis esofagus, gastritis
akut atau kronik, hematenesis –melena, ulkus peptikum, sindroma dumping, hemoroid, diare
dan kostipasi.Manifestasi yang terjadi pada pasien dapat berupa disfagia, dyspepsia, diare,
konstipasi hematenesis, melena dan hematokesia. Menurut lokasinya, penyakit saluran cerna
dibagi dalam 2 kelompok, yaitu penyakit saluran cerna atas dan penyakit saluran cerna
bawah.
Lambung merupakan sebuah kantung muskuler yang letaknya antara esophagus dan
usus halus, sebelah kiri abdomen di bawah diafragma. Lambung merupakan saluran yang
dapat mengembang karena adanya gerakan peristaltik, tekanan organ lain, dan postur tubuh.
Struktur lambung :
1. Fundus ventrikuli

5
Bagian ini menonjol ke atas, terletak di sebelah kiri osteum kardiakum dan biasanya berisi
gas. Pada batas dengan esophagus terdapat katup sfingter kardiak
2. Korpus Ventrikuli
Bagian ini merupakan bagian lambung yang berbentuk tabung dan mempunyai otot yang
tebal membentuk sfincter pylorus. Antrum pylorus merupakan muara bagian distal dan
berlanjut ke duodenum.
3. Antrum pylorus
Merupakan bagian lambung yang berbentuk tabung dan mempunyai otot yang tebal
membentuk sfincter pylorus. Antrum pylorus merupakan muara distal yang berlanjut ke
duodenum.
4. Kurvantura minor
Terletak di sebelah kanan lambung dan terbentang dari osteum kardiak sampai ke pylorus.
Kurvantura minor dihubungkan ke hepar oleh omentum minor. Suatu lipatan ganda dari
peritoneum.
5. Oesteum kariakum
Merupakan tempat esophagus bagian abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini
terdapat orifisium pylorus yang tidak mempunyai sfincter khusus, hanya berbentuk cincin
yang membuka dan menutup osteum dengan kontraksi dan relaksasi. Osteum dapat
tertutup oleh lipatan membran mukosa dan serta otot pada dasar esophagus.

Fungsi Lambung :
Lambung menampung makanan yang masuk melalui esophagus, menghancurkan
makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung. Penghancuran makanan
dilakukan dengan dua cara:
a. Mekanis : menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan mengeluarkan kimus ke
dalam usus. Pendorongan makanan terjadi secara gerakan peristaltik setiap 20 detik
b. Kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan enzim-enzim
tergantung jenis makanan enzim yang dihasilkan antara lain pepsin asam garam, renin dan
lapisan lambung
1. Pepsin, memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton) agar dapat
diabsorbsi di intestinum minor
2. Asam garam (HCl) mengasamkan makanan sebagai antiseptik dan desinfektan yang
masuk ke dalam makanan. Disamping itu mengubah pepsinogen menjadi pepsin dalam
suasana asam

6
3. Renin, sebagai ragi pembekuan susu dan membentuk kasein dan kaseinogen dari
protein
4. Lapisan lambung memecah lemak menjadi asam lemak untuk merangsang sekresi getah
lambung

2.2 Pengertian Penyakit Lambung


Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronis, ulkus
peptikum, pasca-operasi lambung yang sering diikuti dengan “dumping syndrome” dan
kanker lambung. Gangguan gastrointestinal sering dihubungkan dengan emosi atau 
psikoneurosis dan makan terlalau cepat karena kurang di kunyah serta terlalu banyak
merokok.
Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma distepsia, yaitu kumpulan gejala
yang terdiri dari mual, muntah, nyeri efigastrium, kembung, nafsu makan berkurang dan rasa
cepat kenyang.

2.3 Tanda dan Gejala Penyakit Lambung


Tanda dan gejala yang terjadi pada penyakit lambung adalah meliputi :
1) Sakit saat buang air besar
2)  Mual dan muntah
3) Sering merasa lapar
4) Perut kembung
5) Nyeri yang terasa perih pada perut dan dada
6) Sering bersendawa
7) Rasa nyeri dan terbakar pada daerah perut
8) Penurunan berat badan
9) Kesulitan menelan
10) Muntah darah atau mengeluarkan muntahan berwarna seperi kopi.

2.4 Penyebab Penyakit Lambung


Sebagian besar penyebab timbulnya gejala penyakit lambung adalah karena kelalaian
penderita dengan memiliki pola hidup dan makan yang kurang tepat. Secara umum penyebab
penyakit lambung adalah:
1) Beban pikiran yang berlebihan sehingga mengakibatkan stres dan tekanan emosional.
2) Produksi asam lambung dan pepsin yang berlebihan pada lambung.

7
3) Lapisan mukosa lambung mengalami luka yang diakibatkan kelebihan asam lambung dan
pepsin sehingga fungsi mukosa jadi menurun dan berakibat pada timbulnya luka, iritasi,
peradangan pada lambung.
4) Menunda atau terlambat untuk makan dan ketika makan dilakukan secara berlebihan.
5) Mengonsumsi makanan yang terlalu pedas, asam, minuman beralkohol tinggi, obat-
obatan tertentu dan mengonsumsinya secara berlebihan atau tidak sesuai dosis.
2.5 Diet Pada Pasien Penyakit Lambung
Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma distepsia, yaitu kumpulan gejala
yang terdiri dari mual, muntah, nyeri efigastrium, kembung, nafsu makan berkurang dan rasa
cepat kenyang.
Berikut diet yang diberikan pada pasien yang terkena penyakit lambung :
1. Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makan dan cairan secukupnya
yang tidak meberatkan lambung serta mencegah dan menetralakn sekresi asam lambung
yang berlebihan.

2. Syarat Diet
Syarat diet penyakit lambung adalah :
1) Mudah cerna, porsi kecil dan sering di berikan.
2) Energy dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya.
3) Lemak rendah, yaitu 10 – 15 % dari kebutuhan energy total yang di tingkatkan secara
bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4) Rendah serat, terutama serat tidak arut air yang di tingkatkan secara bertahap.
5) Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
6) Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis,
mekanis, maupun kimia ( disesuaikan daya terima perorangan).
7) Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak di anjurk minum
susu terlalu banyak.
8) Makan secara perlahan di lingkunan yang tenang.
9) Pada fase akut dapat diberikan makan parenteral saja selama 24 – 48 jam untuk
member istirahat pada lambung.

3. Prinsip Diet
1. Mudah Dicerna (makanan lunak / cair)
2. Tidak merangsang (terlalu pedas , terlalu asin, terlalu gurih)
3. Porsi kecil dan diberikan sering

4. Macam Diet Dan Indikasi Pemberian


Diet lambung diberikan pada pasien dengan gastritis, ulkus pektikum, tifus
abdominalis, dan paska bedah saluran cerna atas
Diet Lambung I

8
Diet lambung I diberikan pada pasien gastritis akut, ulkus pektikum, paska pendarahan,
dan tifus abdominalis berat. Makanan diberikan dalam bentuk saring dan merupakan
perpindahan dari pasca – hematemesis – melena, atau setelah fase akut teratasi. Makanan
diberikan setiap tiga jam ( lihat makan saring ) selama 1 – 2 hari saja karena membosankan
serta kurang energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C.

Diet Lambung II
Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I, kepada pasien
dengan ulkus pektikum atau gastritis kronis dan tifus abdominalis ringan. Makanan berbentuk
lunak, porsi keci serta deberikan berupa 3 kali makanan lengkap dan 2 – 3 kali makanan
selingan. Makanan ini cukup energy, protein, vitamin C, tetapi kurang tiamin.
Bahan Makanan Sehari
Bahan makanan Berat(g) Urt
Beras 90 3,5 gls bubur
Roti 40 2 iris
Maizena 20 4 sdm
Daging 100 2 ptg sdg
Telur ayam 100 2 btr
Tempe 100 4 ptg sdg
Sayuran 250 2,5 gls
Buah 200 2 ptg sdg papaya
Margarine 35 3,5 sdm
Gula pasir 65 6,5 sdm
Susu 300 1,5 gls

Nilai Gizi
Energi              1942 kkal                    Besi                 28,5 mg          
Protein             75 g                             Vitamin A       15369 RE
Lemak             79 g                             Tiamin             0,8 mg
Karbohidrat     241 g                           Vitamn C        205 mg
Kalsium           817 mg

Pembagian Bahan Makanan Sehari


Pagi                                                                            Pukul 10.00
beras                30 g = 1,25 gls bubur                         maizena           20 g = 4 sdm
telur ayam       50 g = 1 btr                                         gula pasir         25 g = 2,5 sdm
sayuran            50 g = 0,5 gls                                      susu                 100 g = 0,5 gls
gula pasir         10 g = 1 sdm
margarin          5 g = 0,5 sdm
Siang                                                                           Pukul 16.00
beras                30 g = 1,25 gls bubur                          roti                   40 g = 2 iris
daging             50 g = 1 ptg sdg                                  margarine        10 g = 1 sdm
tempe              50 g = 2 ptg sdg                                  telur                 50 g = 1 btr

9
sayuran            100 g = 1 gls                                       gula pasir         10 g = 1 sdm
pepaya             100 g = 1 ptg sdg
gula pasir         10 g = 1 sdm
margarine        10 g = 1 sdm
Malam                                                                        Pukul 20.00
beras                30 g = 1,25 gls bubur                          susu                 200 g = 1 gls
daging             50 g = 1 ptg sdg                                  gula pasir         10 g = 1 sdm
tempe              50 g = 2 ptg sdg
sayuran            100 g = 1 gls
pepaya             100 g = 1 ptg sdg
margarine        10 g = 1 sdm

Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan


Bahan makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan
Sumber karbohidrat Beras ditim, nasi; kentang direbus, Beras ketan, beras tumbuk, roti whole
dipure; macaroni, mi, bihun direbus; wheat, jagung; ubi, singkong, tales;
roti, biscuit, krekers; tepung-tepungan cake, kentang digoreng, dodol dan
dibuat pudding atau bubur sebagainya.

Sumber protein Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam Daging, ikan ,ayam yang dikaleng,
hewani direbus, disemur, ditim, dipanggang; dikeringkan, diasap, diberi bumbu-
telur ayam direbus, didadar, ditim, bumbu tajam; daging babi; telur
diceplok air dan dicampur dalam digoreng.
makanan; susu.

Sumber protein Tahu, tempe disrebus, ditim, ditumis; Tahu, tempe digoreng; kacang tanah,
nabati kacang hijau direbus. kacang merah, kacang polo.

Sayuran Sayuran yang tidak banyak serat dan Sayuran dikeringkan.


tidak menimbulkan gas dimasak;
bayam, buncis, kacang panjang, bit,
labu siam, labu kuning, wortel, tomat
direbus dan ditumis, disetup dan
diberi santan.

Buah-buahan Papaya, pisang, sawo jeruk manis, sari Buah yang tinggi serat atau dapat

10
buah; buah dalam kaleng. menimbulkan gas seperti jambu biji,
nanas, apel, kedondong, durian,
nangka; buah yang dikeringkan.

Lemak Margarine, minyak untuk, santan Lemak hewan, santan kental


encer.

Minuman Sirup, the encer. Teh kental, minuman yang


mengandung soda dan alcohol, kopi,
ice cream.

Bumbu Gula, garam, vetsin,dalam jumlah Lombok, bawang, merica, cuka, dan
terbatas; kunci, kencur, jahe, kunyit, sebagainya yang tajam
terasi, laos, saam sereh.

Contoh Menu Sehari


Pagi                                                                 Pukul 10.00
bubur nasi/tim nasi                                          pudding maizena + saos sirup
telur ceplok air
setup wortel
teh
Siang                                                               Pukul 16.00
bubur nasi/tim nasi                                          roti bakar
semur daging giling                                         orak arik telur
setup bayam
jus papaya
Malam                                                            Pukul 20.00
bubur nasi/tim nasi                                          susu
sup ayam giling
tumis labu siam + tomat
pisang

Diet Lambung III


Diet lambung III diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung II pada pasien
dengan ukus pektikum, gastritis kronis, atau tifus abdominalis yang hamper sembuh.
Makanan yang berbentuk lunak atau yang bergantung pada toleransi pasien. Makanan ini
cukup energy dan zat gizi lainnya.
Bahan Makanan Sehari
Bahan makanan Berat (g) Urt

11
Beras 200 4 gls tim
Maizena 15 3 sdm
Biscuit 20 2 bh
Daging 100 2 ptg sdg
Telur ayam 50 1 btr
Tempe 100 4 ptg sdg
Sayuran 250 2,5 gls
Buah 200 2 ptg sdg pepaya
Minyak 25 2,5 sdm
Gula pasir 40 4 sdm
Susu 200 1 gls

Nilai Gizi
Energy             2054 kkal                    Besi                 26 mg                                     
Protein             70 g                             Vitamin A       29103 RE
Lemak             69 g                             Tiamin             0,8 mg
Karbohidrat     290 g                           Vitamn C        204 mg
Kalsium           653 mg

Pembagian Bahan Makanan Sehari


Pagi                                                                             Pukul 10.00
beras                50 g = 1 gls tim                                   maizena           15 g = 3 sdm
telur ayam       50 g = 1 btr                                         gula pasir         20 g = 2 sdm
sayuran            50 g = 0,5 gls                                     
gula pasir         10 g = 1 sdm
minyak            5 g = 0,5 sdm
Siang dan Malam                                                      Pukul 16.00
beras                75 g = 1,5 gls tim                                biskuit             20 g = 2 bh
daging             50 g = 1 ptg sdg                                  susu                 200 g = 1 gls
tempe              50 g = 2 ptg sdg                                  gula pasir         10 g = 1 sdm
sayuran            100 g = 1 gls                                      
pepaya             100 g = 1 ptg sdg
gula pasir         10 g = 1 sdm

Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan


Bahan makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan
Sumber karbohidrat Beras ditim, nasi; kentang direbus, Beras ketan, beras tumbuk, roti whole
dipure; macaroni, mi, bihun direbus; wheat, jagung; ubi, singkong, tales;
roti, biscuit, krekers; tepung-tepungan cake, kentang digoreng, dodol dan
dibuat pudding atau bubur sebagainya.

12
Sumber protein Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam Daging, ikan ,ayam yang dikaleng,
hewani direbus, disemur, ditim, dipanggang; dikeringkan, diasap, diberi bumbu-
telur ayam direbus, didadar, ditim, bumbu tajam; daging babi; telur
diceplok air dan dicampur dalam digoreng.
makanan; susu.

Sumber protein Tahu, tempe disrebus, ditim, ditumis; Tahu, tempe digoreng; kacang tanah,
nabati kacang hijau direbus. kacang merah, kacang polo.

Sayuran Sayuran yang tidak banyak serat dan Sayuran dikeringkan.


tidak menimbulkan gas dimasak;
bayam, buncis, kacang panjang, bit,
labu siam, labu kuning, wortel, tomat
direbus dan ditumis, disetup dan
diberi santan.

Buah-buahan Papaya, pisang, sawo jeruk manis, sari Buah yang tinggi serat atau dapat
buah; buah dalam kaleng. menimbulkan gas seperti jambu biji,
nanas, apel, kedondong, durian,
nangka; buah yang dikeringkan.

Lemak Margarine, minyak untuk, santan Lemak hewan, santan kental


encer.

Minuman Sirup, the encer. Teh kental, minuman yang


mengandung soda dan alcohol, kopi,
ice cream.

Bumbu Gula, garam, vetsin,dalam jumlah Lombok, bawang, merica, cuka, dan
terbatas; kunci, kencur, jahe, kunyit, sebagainya yang tajam
terasi, laos, saam sereh.

Contoh Menu Sehari


13
Pagi                                         Siang                                       Malam
nasi tim/nasi                            nasi tim/nasi                            nasi tim/nasi
telur dadar                               semur ayam                             ikan bumbu tomat
serup wortel                            tahu bumbu tomat                   tim tempa
sayur bening bayam                sayur lodeh
papaya                                     pisang
Pukul 10.00                                                                            Pukul 16.00
pudding maizena/agar-agar+saos susu                                    bubur kacang ijo
susu

Diet Lambung IV
Diet lambung IV diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet lambung III atau
kepada pasien ulkus peptikum ringan, gastritis ringan, esofagus ringan, serta tifus
abdominalis yang hampir sembuh. Makanan diberikan dalam bentuk lunak dan biasa,
tergantung toleransi pasien. Makanan ini cukup kalori dan semua zat gizi. Nilai gizi makanan
ini adalah 2.080 kalori, 74 gr protein, 65 gr lemak dan 303 gr karbohidrat.

2.6 Tips Mengurangi dan Mencegah Terjadinya Penyakit Lambung

1. Mengenakan pakaian longgar, karena pakaian ketat bisa menyebabkan naiknya asam
lambung.
2. Pastikan posisi tubuh agar tetap tegap, kebiasaan buruk seperti berbaring, duduk
membungkuk terutama setelah makan akan membuat asam lambung naik. Dengan
posisi tegap dapat membantu mendorong makanan turun ke lambung
3. Jangan langsung tidur setelah makan, usahakan 2-3 jam setelah makan agar makanan
tercerna dulu dan sudah turun ke usus.
4. Tidur menyamping atau miring, akan menekan rasa sakit akibat naik asam lambung.
5. Kontrol berat badan
6. Lakukan olah raga secara teratur sesuai kemampuan.
                          
Cara mengatur diet :
1. Kurangi makanan pedas, asam, mengandung gas terlalu panas dan dingin
2. Sumber karbohidrat : nasi keras, ketan, bulgur,jagung, cantel, ubi talas
3. Makan harus teratur, lambung tidak boleh kosong lebih dari 3 jam
4. Makan dalam porsi kecil tetapi sedikit dan frekuensi sering. Dianjurkan 6 kali atau lebih
dalam sehari
5. Makan secara perlahan dengan cara yang santai
6. Cara memasak sebaiknya direbus, dikukus, ditim, atau dibakar       
                      
Hal-hal yang perlu diperhatikan :                                    
1. Hindari merokok (perokok pasif)                                         

14
2. Hindari stress                                               
3. Hati-hati memberikan obat/suplemen yang bersifat asam dan merangsang keluarnya asam
lam bung : vitamin C, Zat besai, asam salisilat, acetosal, kortikosteroid dan obat-obat anti
rematik.   

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronis, ulkus
peptikum, pasca-operasi lambung yang sering diikuti dengan “dumping syndrome” dan

15
kanker lambung. Diet pada pasien penyakit lambung ada 4 tahap , dan setiap tahap
mempunyai cara atur diet yang berbeda - beda           

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pembelajaran kami
kedepannya. Untuk pasien yang terkena penyakit lambung dapat mengikuti pola menu
makanan sehari yang sudah kami paparkan pada makalah ini, tergantung jenis penyakit
lambungnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.pkr.ac.id/1025/6/BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf
https://anggorae.blogspot.com/2014/10/makalah-diet-lambung.html
http://www.rsmaguanhusada.com/2019/08/21/diet-lambung-gerd/

16
17

Anda mungkin juga menyukai