TENTANG
DIET LAMBUNG
DISUSUN OLEH:
Kelompok 18
Dosen Pengampu :
Mincu Manalu, S.Gz, M.Kes
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan karuniaNya, sehingga kami dapat bisa menyelesaikan Makalah Tugas Mata Kuliah
Konsultasi Gizi kami dengan tepat waktu. Makalah yang berjudul “PRAKTIK PENYAKIT
DIET LAMBUNG”, kami susun bersumber dari Internet sebagai referensi.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Mincu Manalu, S.Gz,
M.Kes selaku dosen mata kuliah Konsultasi Gizi. Karena tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penyusun.
Dalam penyusunan Makalah Mata Kuliah Konsultasi Gizi ini masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekuranganya baik dari segi teknik tulis atau isi materinya, oleh
karena itu, dengan penuh kerendahan hati kami mengharapkan saran dan kritik untuk
kesempurnaan isi Laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata dengan segala
keterbatasan yang ada mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN ISI…………………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4
1.3 Manfaat Penyusunan Makalah..................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu perlu pelayanan gizi yang
berkualitas pada individu dan masyarakat. Pelayanan gizi merupakan salah satu
subsistem dalam pelayanan kesehatan pari purna, yang berfokus kepada keamanan
pasien. Dengan demikian pelayanan gizi wajib mengacu kepada standar yang berlaku.
Mengingat masih dijumpai kejadian malnutrisi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya, maka perlu upaya pendekatan yang lebih strategis (Kementrian
Kesehatan RI, 2014). Asuhan gizi adalah kegiatan yang dilakukan oleh ahli gizi berupa
pemberian diet dan edukasi/konseling gizi serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
yang dapat membantu dalam menunjang proses penyembuhan pasien (Ismi, 2019).
Pelayanan gizi yang berkualitas dari asuhan gizi pasien rawat inap dapat berupa
rancangan diet yang tepat, edukasi dan konseling gizi yang sesuai dengan permasalahan
dan kebutuhan gizi yang terdokumentasi, serta hasil asuhan gizi dapat terukur dan tidak
bias. Kualitas pelayanan dinilai melalui hasil kerja dan kepatuhan mentaati proses
terstandar yang disepakati. Semua hal tersebut akan dapat dicapai apabila dietisien
memberikan asuhan gizi dengan menggunakan Nutrition Care Process (NCP),
sebagaimana yang direkomendasikan oleh American Dietetics Association (ADA)
(Sumapradja, 2011).
NCP merupakan siklus proses asuhan gizi yang memiliki 4 langkah kegiatan yang
berurutan dan saling berkaitan, yaitu pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi dan
monitoring evaluasi. Perbedaan mendasar antara NCP dengan asuhan gizi sebelumnya
terletak pada diagnosis gizi yang tersusun sistematis meliputi permasalahan, etiologi
serta tanda dan gejala. Permasalahan yang teridentifikasi pada diagnosis gizi merupakan
dasar untuk menentukan rencana intervensi, dengan sasaran terapi pada etiologi dan
pencapaian hasil dapat dilihat dari perbaikan tanda dan gejala yang dialami pasien
(Sumapradja, 2011).
Penyakit secara umum yang paling sering menyerang anak hingga masuk ke Rumah
Sakit biasanya penyakit yang terinfeksi oleh virus dan bakteri yang selalu membuat
anak-anak mengalami sakit dan masuk ke Rumah Sakit. Penyakit yang sering terjadi
1
biasanya penyakit demam, diare, amandel/tonsillitis dan lain-lain. Penyakit yang dapat
membuat anak untuk susah makan biasanya penyakit amandel atau disebut dengan
penyakit tonsillitis. Penyakit ini terjadi disebabkan peradangan pada tonsil oleh karena
kegagalan atau ketidaksesuaian pemberian antibiotik pada penderita tonsillitis akut (Rini,
2018).
Berdasarkan data dari Depkes RI, (2013) angka kejadian penyakit tonsilitis di
Indonesia sekitar 23%. Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di tujuh provinsi di
Indonesia pada bulan September tahun 2012, prevalensi tonsilitis kronik tertinggi setelah
nasofaringitis akut yaitu sebesar 3,8%. Di Indonesia data mengenai jumlah operasi
tonsilektomi atau tonsiloadenoidektomi belum ada. Namun dari beberapa rumah sakit di
Indonesia, jumlah kunjungan pasien rawat jalan yang disebabkan penyakit tonsilitis pada
dua tahun terakhir, yaitu pada tahun 2012-2013 berjumlah sebanyak ±55.383 orang
sedangkan pasien rawat inap yang disebabkan tonsillitis berjumlah ±37.835 orang.
Dengan jumlah laki-laki sebanyak ±18.213 orang dan perempuan sebanyak ±19.622
orang (Ramadhan, Sahrudin, & Ibrahim, 2017).
Tonsilitis kronis adalah proses peradangan yang terjadi pada jaringan tonsil palatine
yang merupakan bagian dari komponen mucosa-associated lymphoid tissue (MALT)
yang berperan sebagai pertahanan pada kerusakan permukaan mukosanya. Selain itu
pada jaringan tonsil, kolonisasi H. pylori dapat ditemukan dengan prevalensi yang
beraneka ragam tergantung kepada metode yang digunakan. Helicobacter pylori
merupakan faktor etiologi pada peptic ulcer, gastritis dan tumor gaster, dan menginduksi
munculnya MALT pada lambung dan mempunyai peran penting pada kronisitas penyakit
(Surono, Agus, & Oedono, 2009).
Persentase angka kejadian gastritis di Indonesia pada tahun 2012 menurut WHO
(2012) adalah 40.8% dengan angka insiden kejadian gastritis pada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi (Agustina, Azizah, & Agianto, 2016). Berdasarkan penelitian dan
pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 2013, angka
2
kejadian gastritis tertinggi terdapat di kota medan yaitu mencapai 91,6%, lalu di
beberapa kota lainnya seperti Jakarta 50%, Denpasar 46%, Palembang 35,3%, Bandung
32,5%, Aceh 31,7% Pontianak 31,2% dan Surabaya 31,2% (Novitasary & Sabilu, 2017).
Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan dan
tindakan preventif dalam mencegah kejadian. Solusi untuk mengatasi ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada penderita gastritis dengan pembinaan nutrisi
untuk yang bertujuan untuk memberikan makanan yang adekuat, tidak mengiritasi
lambung, mengurangi produksi asam lambung, dan mencegah kekambuhan penyakit
tersebut. Jadi, nutrisi sangat berperan dalam mengatasi penyakit gastritis. Nutrisi yang
dibutuhkan untuk penderita gastritis adalah makanan yang mengandung tinggi protein,
seperti tahu, tempe, telur, ikan, daging, dan lainnya, karena protein dapat berperan dalam
menetralisir asam lambung (Wahyu, Supono, & Hidayah, 2015).
Asuhan yang diambil untuk studi kasus ini adalah asuhan gizi pada pasien
Tonsilofaringitis dengan Gastritis. Asuhan gizi dengan menggunakan Nutritional Care
Procces (NCP) yang dimulai dari assessment, diagnosis gizi, intervensi gizi, monitoring
dan evaluasi.
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian lambung ?
2. Apa pengertian penyakit lambung ?
3. Apa saja tanda dan gejala penyakit lambung ?
4. Apa saja penyebab penyakit lambung ?
5. Apa saja diet yang diberikan pada pasien ?
6. Bagaimana tips mengurangi dan mencegah terjadinya penyakit lambung ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Bagian ini menonjol ke atas, terletak di sebelah kiri osteum kardiakum dan biasanya berisi
gas. Pada batas dengan esophagus terdapat katup sfingter kardiak
2. Korpus Ventrikuli
Bagian ini merupakan bagian lambung yang berbentuk tabung dan mempunyai otot yang
tebal membentuk sfincter pylorus. Antrum pylorus merupakan muara bagian distal dan
berlanjut ke duodenum.
3. Antrum pylorus
Merupakan bagian lambung yang berbentuk tabung dan mempunyai otot yang tebal
membentuk sfincter pylorus. Antrum pylorus merupakan muara distal yang berlanjut ke
duodenum.
4. Kurvantura minor
Terletak di sebelah kanan lambung dan terbentang dari osteum kardiak sampai ke pylorus.
Kurvantura minor dihubungkan ke hepar oleh omentum minor. Suatu lipatan ganda dari
peritoneum.
5. Oesteum kariakum
Merupakan tempat esophagus bagian abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini
terdapat orifisium pylorus yang tidak mempunyai sfincter khusus, hanya berbentuk cincin
yang membuka dan menutup osteum dengan kontraksi dan relaksasi. Osteum dapat
tertutup oleh lipatan membran mukosa dan serta otot pada dasar esophagus.
Fungsi Lambung :
Lambung menampung makanan yang masuk melalui esophagus, menghancurkan
makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung. Penghancuran makanan
dilakukan dengan dua cara:
a. Mekanis : menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan mengeluarkan kimus ke
dalam usus. Pendorongan makanan terjadi secara gerakan peristaltik setiap 20 detik
b. Kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan enzim-enzim
tergantung jenis makanan enzim yang dihasilkan antara lain pepsin asam garam, renin dan
lapisan lambung
1. Pepsin, memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton) agar dapat
diabsorbsi di intestinum minor
2. Asam garam (HCl) mengasamkan makanan sebagai antiseptik dan desinfektan yang
masuk ke dalam makanan. Disamping itu mengubah pepsinogen menjadi pepsin dalam
suasana asam
6
3. Renin, sebagai ragi pembekuan susu dan membentuk kasein dan kaseinogen dari
protein
4. Lapisan lambung memecah lemak menjadi asam lemak untuk merangsang sekresi getah
lambung
7
3) Lapisan mukosa lambung mengalami luka yang diakibatkan kelebihan asam lambung dan
pepsin sehingga fungsi mukosa jadi menurun dan berakibat pada timbulnya luka, iritasi,
peradangan pada lambung.
4) Menunda atau terlambat untuk makan dan ketika makan dilakukan secara berlebihan.
5) Mengonsumsi makanan yang terlalu pedas, asam, minuman beralkohol tinggi, obat-
obatan tertentu dan mengonsumsinya secara berlebihan atau tidak sesuai dosis.
2.5 Diet Pada Pasien Penyakit Lambung
Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma distepsia, yaitu kumpulan gejala
yang terdiri dari mual, muntah, nyeri efigastrium, kembung, nafsu makan berkurang dan rasa
cepat kenyang.
Berikut diet yang diberikan pada pasien yang terkena penyakit lambung :
1. Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makan dan cairan secukupnya
yang tidak meberatkan lambung serta mencegah dan menetralakn sekresi asam lambung
yang berlebihan.
2. Syarat Diet
Syarat diet penyakit lambung adalah :
1) Mudah cerna, porsi kecil dan sering di berikan.
2) Energy dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya.
3) Lemak rendah, yaitu 10 – 15 % dari kebutuhan energy total yang di tingkatkan secara
bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4) Rendah serat, terutama serat tidak arut air yang di tingkatkan secara bertahap.
5) Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
6) Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis,
mekanis, maupun kimia ( disesuaikan daya terima perorangan).
7) Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak di anjurk minum
susu terlalu banyak.
8) Makan secara perlahan di lingkunan yang tenang.
9) Pada fase akut dapat diberikan makan parenteral saja selama 24 – 48 jam untuk
member istirahat pada lambung.
3. Prinsip Diet
1. Mudah Dicerna (makanan lunak / cair)
2. Tidak merangsang (terlalu pedas , terlalu asin, terlalu gurih)
3. Porsi kecil dan diberikan sering
8
Diet lambung I diberikan pada pasien gastritis akut, ulkus pektikum, paska pendarahan,
dan tifus abdominalis berat. Makanan diberikan dalam bentuk saring dan merupakan
perpindahan dari pasca – hematemesis – melena, atau setelah fase akut teratasi. Makanan
diberikan setiap tiga jam ( lihat makan saring ) selama 1 – 2 hari saja karena membosankan
serta kurang energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C.
Diet Lambung II
Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I, kepada pasien
dengan ulkus pektikum atau gastritis kronis dan tifus abdominalis ringan. Makanan berbentuk
lunak, porsi keci serta deberikan berupa 3 kali makanan lengkap dan 2 – 3 kali makanan
selingan. Makanan ini cukup energy, protein, vitamin C, tetapi kurang tiamin.
Bahan Makanan Sehari
Bahan makanan Berat(g) Urt
Beras 90 3,5 gls bubur
Roti 40 2 iris
Maizena 20 4 sdm
Daging 100 2 ptg sdg
Telur ayam 100 2 btr
Tempe 100 4 ptg sdg
Sayuran 250 2,5 gls
Buah 200 2 ptg sdg papaya
Margarine 35 3,5 sdm
Gula pasir 65 6,5 sdm
Susu 300 1,5 gls
Nilai Gizi
Energi 1942 kkal Besi 28,5 mg
Protein 75 g Vitamin A 15369 RE
Lemak 79 g Tiamin 0,8 mg
Karbohidrat 241 g Vitamn C 205 mg
Kalsium 817 mg
9
sayuran 100 g = 1 gls gula pasir 10 g = 1 sdm
pepaya 100 g = 1 ptg sdg
gula pasir 10 g = 1 sdm
margarine 10 g = 1 sdm
Malam Pukul 20.00
beras 30 g = 1,25 gls bubur susu 200 g = 1 gls
daging 50 g = 1 ptg sdg gula pasir 10 g = 1 sdm
tempe 50 g = 2 ptg sdg
sayuran 100 g = 1 gls
pepaya 100 g = 1 ptg sdg
margarine 10 g = 1 sdm
Sumber protein Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam Daging, ikan ,ayam yang dikaleng,
hewani direbus, disemur, ditim, dipanggang; dikeringkan, diasap, diberi bumbu-
telur ayam direbus, didadar, ditim, bumbu tajam; daging babi; telur
diceplok air dan dicampur dalam digoreng.
makanan; susu.
Sumber protein Tahu, tempe disrebus, ditim, ditumis; Tahu, tempe digoreng; kacang tanah,
nabati kacang hijau direbus. kacang merah, kacang polo.
Buah-buahan Papaya, pisang, sawo jeruk manis, sari Buah yang tinggi serat atau dapat
10
buah; buah dalam kaleng. menimbulkan gas seperti jambu biji,
nanas, apel, kedondong, durian,
nangka; buah yang dikeringkan.
Bumbu Gula, garam, vetsin,dalam jumlah Lombok, bawang, merica, cuka, dan
terbatas; kunci, kencur, jahe, kunyit, sebagainya yang tajam
terasi, laos, saam sereh.
11
Beras 200 4 gls tim
Maizena 15 3 sdm
Biscuit 20 2 bh
Daging 100 2 ptg sdg
Telur ayam 50 1 btr
Tempe 100 4 ptg sdg
Sayuran 250 2,5 gls
Buah 200 2 ptg sdg pepaya
Minyak 25 2,5 sdm
Gula pasir 40 4 sdm
Susu 200 1 gls
Nilai Gizi
Energy 2054 kkal Besi 26 mg
Protein 70 g Vitamin A 29103 RE
Lemak 69 g Tiamin 0,8 mg
Karbohidrat 290 g Vitamn C 204 mg
Kalsium 653 mg
12
Sumber protein Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam Daging, ikan ,ayam yang dikaleng,
hewani direbus, disemur, ditim, dipanggang; dikeringkan, diasap, diberi bumbu-
telur ayam direbus, didadar, ditim, bumbu tajam; daging babi; telur
diceplok air dan dicampur dalam digoreng.
makanan; susu.
Sumber protein Tahu, tempe disrebus, ditim, ditumis; Tahu, tempe digoreng; kacang tanah,
nabati kacang hijau direbus. kacang merah, kacang polo.
Buah-buahan Papaya, pisang, sawo jeruk manis, sari Buah yang tinggi serat atau dapat
buah; buah dalam kaleng. menimbulkan gas seperti jambu biji,
nanas, apel, kedondong, durian,
nangka; buah yang dikeringkan.
Bumbu Gula, garam, vetsin,dalam jumlah Lombok, bawang, merica, cuka, dan
terbatas; kunci, kencur, jahe, kunyit, sebagainya yang tajam
terasi, laos, saam sereh.
Diet Lambung IV
Diet lambung IV diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet lambung III atau
kepada pasien ulkus peptikum ringan, gastritis ringan, esofagus ringan, serta tifus
abdominalis yang hampir sembuh. Makanan diberikan dalam bentuk lunak dan biasa,
tergantung toleransi pasien. Makanan ini cukup kalori dan semua zat gizi. Nilai gizi makanan
ini adalah 2.080 kalori, 74 gr protein, 65 gr lemak dan 303 gr karbohidrat.
1. Mengenakan pakaian longgar, karena pakaian ketat bisa menyebabkan naiknya asam
lambung.
2. Pastikan posisi tubuh agar tetap tegap, kebiasaan buruk seperti berbaring, duduk
membungkuk terutama setelah makan akan membuat asam lambung naik. Dengan
posisi tegap dapat membantu mendorong makanan turun ke lambung
3. Jangan langsung tidur setelah makan, usahakan 2-3 jam setelah makan agar makanan
tercerna dulu dan sudah turun ke usus.
4. Tidur menyamping atau miring, akan menekan rasa sakit akibat naik asam lambung.
5. Kontrol berat badan
6. Lakukan olah raga secara teratur sesuai kemampuan.
Cara mengatur diet :
1. Kurangi makanan pedas, asam, mengandung gas terlalu panas dan dingin
2. Sumber karbohidrat : nasi keras, ketan, bulgur,jagung, cantel, ubi talas
3. Makan harus teratur, lambung tidak boleh kosong lebih dari 3 jam
4. Makan dalam porsi kecil tetapi sedikit dan frekuensi sering. Dianjurkan 6 kali atau lebih
dalam sehari
5. Makan secara perlahan dengan cara yang santai
6. Cara memasak sebaiknya direbus, dikukus, ditim, atau dibakar
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Hindari merokok (perokok pasif)
14
2. Hindari stress
3. Hati-hati memberikan obat/suplemen yang bersifat asam dan merangsang keluarnya asam
lam bung : vitamin C, Zat besai, asam salisilat, acetosal, kortikosteroid dan obat-obat anti
rematik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronis, ulkus
peptikum, pasca-operasi lambung yang sering diikuti dengan “dumping syndrome” dan
15
kanker lambung. Diet pada pasien penyakit lambung ada 4 tahap , dan setiap tahap
mempunyai cara atur diet yang berbeda - beda
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pembelajaran kami
kedepannya. Untuk pasien yang terkena penyakit lambung dapat mengikuti pola menu
makanan sehari yang sudah kami paparkan pada makalah ini, tergantung jenis penyakit
lambungnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.pkr.ac.id/1025/6/BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf
https://anggorae.blogspot.com/2014/10/makalah-diet-lambung.html
http://www.rsmaguanhusada.com/2019/08/21/diet-lambung-gerd/
16
17