Anda di halaman 1dari 20

KONSULTASI GIZI

DIET PADA GOUT ARTRITIS

Disusun Oleh :
Kelompok 17

HELEN YUNIAR SIHOMBING (P01031219124)

IRA SUSANTI (P01031219127)

DIV-4C

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN

SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

TAHUN AJARAN 2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................2

KATA PENGANTAR.............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5

1.3 Tujuan.............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN GOUT ARTRITIS....................................................................6

2.2 PEMBERIAN DIET PADA GOUT ARTRITIS..................................................6

2.3 KONSELING GIZI PADA PASIEN GOUT ARTRITIS...................................12

2.4 ALAT PERAGA(MEDIA) YANG DIGUNAKAN..............................................16

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan..................................................................................................18

3.2. Saran............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah mata kuliah TEORI KONSULTASI GIZI
dengan judul “DIET PADA GOUT ARTRITIS”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

, Maret 2021

PENULIS
BAB I
3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gout merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan adanya


hiperurisemia atau peningkatan kadar asam urat dalam darah (Zhu, 2007). Asam
urat adalah produk metabolisme akhir dari purin di dalam tubuh. Peningkatan kadar
asam urat yang berlebihan disebabkan oleh dua kemungkinan utama, yaitu
kelebihan produksi asam urat dalam tubuh atau terhambatnya pembuangan asam
urat oleh tubuh. Kadar asam urat tinggi atau hiperurisemia juga berisiko terjadinya
hipertensi, aterosklerosis dan penyakit jantung koroner (Maria, 2005). Hiperurisemia
dapat menimbulkan penumpukan kristal asam urat. Gout akan terjadi jika kristal
asam urat tersebut berada dalam cairan sendi (Zhu, 2007). Kristal urat juga bisa
menjadi penyebab terjadinya batu ginjal (Putra, 2006).
Berdasarkan data RISKESDAS (2013), Prevalensi penyakit hiperurisemia di
Indonesia adalah 11,9% dan di Jawa Tengah adalah 25,5% (RISKESDAS, 2013).
Penelitian yang dilakukan di Bandungan, Jawa Tengah kerjasama dengan WHO-
COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15-45 tahun didapatkan angka
kejadian hiperurisemia pada pria 24,3% dan wanita 11,7% (Darmawan, 2009). Data
yang di dapat Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, penyakit
hiperurisemia menduduki peringkat ke 8 dari 10 besar penyakit rawat jalan pada
tahun 2015. Berdasarkan data rekam medik data pasien pada tahun 2015
menunjukkan bahwa penderita penyakit hiperurisemia sebanyak 235 dengan
prevalensi 1,08% (Arsip Rekamedik, 2015).
Penyakit gout umumnya lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan pada
perempuan. Karena kejadian gout pada perempuan akan meningkat setelah
menopause karena berkurangnya hormon estrogen. Penyakit gout banyak
ditemukan pada kelompok umur dewasa lebih dari 30 tahun hingga lansia.
Peningkatan kadar asam urat atau hiperurisemia dipengaruhi oleh berbagai faktor
protein yang mengandung purin banyak dihubungkan dengan kejadian
hiperurisemia, baik protein nabati maupun protein hewani. Seseorang yang memiliki
penyakit gout biasanya direkomendasikan untuk mengurangi konsumsi protein
terutama yang mengandung purin kategori tinggi dan sedang seperti seafood,
daging sapi, tempe, bayam dan melinjo. Walaupun mengandung purin dengan
jumlah sedang 50-150mg/100 gram, protein nabati tetap dianggap menjadi faktor
yang berkontribusi dalam peningkatan kadar asam urat (Hayman, 2009).
Selain itu mengkonsumsi makanan sumber vitamin C dapat meningkatkan
ekskresi asam urat, sehingga mengurangi terbentuknya kristal urat. Vitamin C dapat
menghambat reabsorpsi asam urat oleh ginjal, sehingga meningkatkan kecepatan
kerja ginjal untuk mengekresikan asam urat melalui urin. Pada penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa asupan vitamin C ≥500 mg/hari dapat menurunkan
konsentrasi serum asam urat baik vitamin C yang berasal dari suplemen (Huang,
2005). Vitamin C merupakan zat gizi lain yang juga diyakini memiliki efek urikosurik.
Penelitian kohort yang dilakukan pada 51.529 pria di Amerika Serikat menunjukkan
suplementasi vitamin C sebesar 500 mg/hari selama dua bulan dapat menurunkan
kadar asam urat darah sebesar 0,5 mg/dl. Vitamin C diyakini memiliki efek urikosurik
yang disebabkan adanya kompetisi.

4
Cairan berfungsi sebagai pelarut dan media pembuangan hasil metabolisme
tubuh (Kaparang, 2007). Konsumsi cairan tidak beralkohol yang tinggi dapat
menurunkan kadar asam urat (Guyton, 2006). Beberapa penelitian masih belum
menunjukkan hubungan yang signifikan antara asupan cairan dan kadar asam urat
darah. Seperti penelitian yang dilakukan pada 40 orang subjek berusia 50-60 tahun
di Kecamatan Gajah Mungkur Semarang menunjukkan tidak adanya hubungan
secara statistik namun diketahui bahwa adanya kadar asam urat yang lebih rendah
pada subjek dengan asupan cairan lebih dari 2000 ml (Diantari, 2012). Asupan
cairan yang tinggi akan menurunkan reabsorpsi air di ginjal dan meningkatkan
ekskresi berbagai zat terlarut termasuk asam urat (Chang, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Setyoningsih (2009) menunjukkan bahwa


faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia adalah jenis
kelamin, obesitas, asupan karbohidrat, dan asupan makanan sumber purin. Asupan
makanan sumber purin merupakan faktor risiko paling kuat terhadap kejadian
hiperurisemia. Penelitian yang dilakukan oleh Diantari (2012) menunjukkan bahwa
asupan cairan tidak berpengaruh terhadap kadar asam urat, sebaliknya asupan
purin berpengaruh terhadap peningkatan kadar asam urat. Penelitian yang dilakukan
oleh Pursriningsih (2015) menunjukkan bahwa pada penelitian ini asupan purin,
vitamin C, dan aktivitas fisik pada remaja laki – laki berhubungan terhadap kadar
asam urat dengan arah korelasi positif. Penelitian yang dilakukan oleh Silviana
(2015) menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi dan asupan bahan
makanan sumber purin dengan kadar asam urat pada rata pasien hiperurisemia
rawat jalan di RSUD Tugurejo Semarang. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyasari
(2015) menunjukkan bahwa asupan yang paling berpengaruh dengan kadar asam
urat darah wanita postmenopause adalah asupan protein hewani, vitamin C dan
kalsium.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan
asupan bahan makanan sumber purin, vitamin C, dan cairan dengan kadar asam
urat pada pasien hiperurisemia rawat jalan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang ada atau tidak adanya hubungan asupan bahan makanan
sumber purin, vitamin C, dan cairan dengan kadar asam urat pada pasien
hiperurisemia rawat jalan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
sehingga dapat mencegah risiko hiperurisemia sejak dini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian gout artritis
2. Bagaimana diet yang dianjurkan untuk pasien gout artritis
3. Bagaimana konseling yang dapat diberikan pada pasien gout artritis tersebut
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari gout artritis
2. Mengetahui cara pemberian diet pada pasien gout sartritis
3. Mengetahui cara konseling yang akan diberikan pada pasien gout artritis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN GOUT ARTRITIS
5
Gout adalah salah satu penyakit artritis yang disebabkan oleh metabolisme
abnormal purin yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah.
Hal ini diikuti dengan terbentuknya timbunan kristal berupa garam urat di persendian
yang menyebabkan peradangan sendi pada lutut dan/atau jari. Diet ini rendah purin,
rendah lermak, cukup vitamin dan mineral. Diet ini dapat menurunkan berat badan,
bila ada tanda-tanda berat badan berlebih.

2.2 DIET PADA GOUT ARTRITIS


2.2.1 Tujuan Diet
Tujuan diet Gout Artritis adalah untuk mencapai dan mempertahankan status
gizi optimal serta menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin.

2.2.2 Prinsip Diet


1. Diet rendah purin lebih banyak mengandung karbohidrat, dan sedikit lemak
untuk membantu pengeluaran kelebihan asam urat. Karbohidrat kompleks,
seperti nasi singkong, ubi dan makanan berserat seperti sayur-sayuran dan
buah-buahan sangat baik dikonsumsi oleh penderita gout karena dapat
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Oleh karena itu, konsumsi
karbohidrat kompleks disarankan tidak kurang dari 100 g. Hindari karbohidrat
sederhana seperti sirup atau permen. Fruktosa dalam karbohidrat sederhana
dapat meningkatkan kadar asam urat serum.
2. Sumber protein yang dianjurkan adalah sumber protein nabati dan protein
yang berasal dari susu, keju, dan telur.
3. Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Kandungan lemak
yang tinggi akan menimbulkan asidosis yang membuat urin menjadi lebih
asam sehingga menyulitkan eksresi asam urat Batasi makanan yang
digoreng, penggunaan margarin, mentega dan santan. Ambang batasan
lemak yang boleh dikonsumsi adalah 15% dari total kalori/hari (Sustrani L,
2004 dalam Lina dkk, 2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek
dengan kadar kolesterol tinggi (>200 mg/dl) ternyata memiliki risiko menderita
hiperurisemia 9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kolesterol (<200
mg/dl) (Kusumayanti, dkk. 2014).
4. Vitamin dan mineral diberikan cukup sesuai dengan kebutuhan dan beberapa
diantaranya dapat diberikan lebih tinggi dalam bentuk suplemen seperti vit C,
B, E dan asam folat. Vitamin C dosis tinggi memberikan efek menigkatkan
pembuangan asam urat melalui urin, tetapi perlu di waspadai vitamin C dosis

6
tinggi memberikan efek samping pada sistem pencernaan. Vitamin B sangat
penting sebagai koenzim. Asam pantotenat membantu pemecahan asam
urat, sedangkan vitamin E membantu menjaga kestabilan asam urat agar
berada dalam keadaan normal (Kusumayanti, dkk. 2014).
5. Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat melalui
urine. Oleh karena itu, disarankan untuk menghabiskan minum minimal
sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas sehari. Minuman sebaiknya berasal dari air
putih, sari buah atau jus buah. Buah-buahan yang mengandung banyak
cairan seperti semangka, melon, dan jambu air baik untuk dikonsumsi.
Hindari konsumsi alkohol dikarenakan orang yang mengonsumsi alkohol
memiliki risiko terkena penyakit gout arthritis sekitar 50%. Hal ini disebabkan
alkohol meningkatkan kadar asam laktat darah. Asam laktat yang dihasilkan
akan menghambat pengeluaran asam urat (Kusumayanti, dkk. 2014)

2.2.3 Syarat Diet


Syarat-syarat Diet Penyakit Gout Artritis adalah:

1. Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Bila berat badan berlebih atau
kegemukan, asupan energi sehari dikurangi secara bertahap sebanyak 500 ̶
1000 kkal dari kebutuhan energi normal hingga tercapai berat badan normal.
2. Protein cukup, yairu 1,0-1,2 g/kg BB atau 10-15% dari keburuhan energi total
3. Hindari bahan makanan sumber protein yang mempunyai kandungan; purin
>150 mg/100g (lihat hal. 200).
4. Lemak sedang, yaitu 10-20% dari kebutuhan enetgi total. Lemak berlebih
menghambat pengeluaran asam urat atau purin melalui urin
5. Karbohidrat dapat diberikan lebih banyak, yaitu 65-75% dari kebutuhan energi
total. Karena kebanyakan pasien gout artritis mempunyai berat badan lebih,
maka dianjurkan untuk menggunakan sumber karbohidrat kompleks.
6. Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan.
7. Cairan disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari. Raca-rata

1
asupan cairan yang dianjurkan adalah 2-2 liter/hari.
2

2.2.4 Jenis Diet dan Indikasi Pemberian


7
Diet Gout Artritis diberikan kepada pasien dengan gout dan/atau batu asam
urat dengan kadar asam urat >7,5 mg/d.
Diet ini terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Diet Purin Rendah I/ DPR I (1500 kkal)
2. Diet Purin Rendah II / DPR II (1700 kkal)

2.2.5 Lama Pemberian Diet


Diet diberikan sampai kadar asam urat darah dan berat badan menjadi
normal. Kadar asam urat darah normal dapat dilihat pada Lampiran 1.5

Bahan Pemberian Diet


DPR I DPR II
Bahan
berat (g) urt berat (g) urt
Makanan
Beras 200 3 gls nasi 250 1
3 gls nasi
2
Telur ayam 50 1 btr 50 1 btr
Ayam tanpa 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg
kulit
Ikan 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg
Tempe 50 2 ptg sdg 50 2 ptg sdg
Sayuran 250 1 300 3 gls
2 gls
2
Buah 400 4 ptg sdg 400 4 ptg sdg
pepaya pepaya
Minyak 15 1 15 1
1 sdm 1 sdm
2 2
Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm
Tepung susu 20 4 sdm 20 4 sdm
skim

Nilai Gizi
DPR I DPR II
Energi (kkal) 1500 1700
Protein (g) 61 65
Lemak (g) 31 31,5
Karbohidrat (g) 247 289
Serat (g) 25 26,5
Kalsium (mg) 547 559
Besi (mg) 15,4 16,2
Vitamin A (RE) 23373 23383
Tiamin (mg) 1,0 1,1
8
Vitamin C (mg) 198 207

2.2.6 Pembagian Bahan Makanan Sehari


Waktu dan 1500 kkal 1700 kkal
Bahan Makanan
Pagi
Beras 1 75 g = 1 gls nasi
50 g = gls nasi
2
Telur ayam 50 g = 1 btr 50 g = 1 btr
Sayuran 1 100 g = 1 gls
50 g = gls
2
Minyak 1 1
5 g= sdm 5 g= sdm
2 2
Susu skim bubuk 20 g = 4 sdm 20 g = 4 sdm
Gula pasir 10 g = 1 sdm 10 g = 1 sdm

Pukul 10.00
Buah 100 g = 1 ptg sdg pepaya 100 g = 1 ptg sdg pepaya

Siang
Beras 75 g = 1 gls nasi 1
100 g = 1 gls nasi
2
Ikan 50 g = 1 ptg sdg 50 g = 1 ptg sdg
Tempe 25 g = 1 ptg sdg 25 g = 1 ptg sdg
Sayuran 100 g = 1 gls 100 g = 1 gls
Buah 100 g = 1 ptg sdg pepaya 100 g = 1 ptg sdg pepaya
Minyak 1 1
5 g= sdm 5 g= sdm
2 2

Pukul 16.00
Buah 100 g = 1 ptg sdg pepaya 100 g = 1 ptg sdg pepaya

Malam
Beras 75 g = 1 gls nasi 75 g = 1 gls nasi
Ayam 50 g = 1 ptg sdg 50 g = 1 ptg sdg
Tempe 25 g = 1 ptg sdg 25 g = 1 ptg sdg
Sayuran 100 g = 1 gls 100 g = 1 gls
Buah 100 g = 1 ptg sdg pepaya 100 g = 1 ptg sdg pepaya
Minyak 1 1
5 g= sdm 5 g= sdm
2 2

2.2.7 Contoh Menu


 Diet Purin II (1700 kkal)
Pagi Pukul 10.00/ 16.00
Nasi Semangka/pisang kukus
Telur ceplok air
Tumis labu siam + wortel
9
Susu skim

Siang Malam
Nasi Nasi
Ikan bakar Semur ayam
Tempe goreng Pepes tahu
Cah sawi dan wortel Tumis kacang panjang
Pepaya Pisang raja

2.2.8 Peran Senyawa Flavonoid dan Vitamin C pada Penyakit Gout Arthritis
1. Senyawa Flavonoid
Flavonoid merupakan salah stau antioksidan dari kelompok senyawa febolik
yang ditemukan di dalam buah dan sayur. Salah satu buah yang mengandung
flavonoid adalah buah sirsak. Flavonoid dapat ditemukan pada batang, daun, dan
buah. Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan. Senyawa
flavonoida bersifat diuretik untuk menambah jumlah produksi urin, sehingga purin
dapat keluar melalui urin (Handayani, 2015). Flavonoid mengabsorbsi cairan ion-ion
elektrolit seperti natrium yang ada di dalam ekstraseluler darah untuk menuju
tubulus ginjal. Glomerular Filtration Rate (GFR) yang tinggi akibat adanya aktivitas
flavonoid tersebut menyebabkan ginjal mampu mengeluarkan produk buangan dari
tubuh dengan cepat (Septian dan Widyaningsih, 2014).

2. Vitamin C
Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan
kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut vitamin C mudah rusak
karena bersentuhan dengan udara terutama bila terkena panas.Vitamin C tidak
stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam (Almatsier, 2003).
Vitamin C adalah vitamin yang paling dominan pada buah sirsak, yaitu sekitar 20
mg/100 g daging buah. Kandungan vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan
memiliki kemampuan untuk menghambat produksi enzim xanthin oksidase, Vitamin
C memiliki efek urikosurik yang disebabkan adanya kompetisi absorbsi asam urat
dan Vitamin C melalui anion exchange transport system di tubulus proksimal ginjal
(Mulyasari dan Dieny, 2015). Aminah (2012) juga menyatakan bahwa, vitamin C
dapat membantu meningkatkan ekskresi pembuangan asam urat melalui urin.
Dengan kemampuan ini kadar asam urat dalam tubuh dapat berkurang. Menurut
Pakaya (2014), Vitamin C di absorpsi melalui saluran cerna, pada bagian atas usus
halus secara difusi lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Vitamin C
terdistribusi luas dalam jaringan tubuh. Eliminasi vitamin C melalui urin setelah
ekskresi dari ginjal. Urin berbentuk utuh dan bentuk garam sulfatnya terjadi apabila
kadarnya dalam darah melewati ambang rangsang ginjal 1,4 mg%.

2.2.9 Buah yang Mengandung Senyawa Flavonoid dan Vitamin C


1. Alpukat

10
Alpukat (Persea americana mill) adalah tanaman yang berasal dari Amerika
Tengah dan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Bagian tanaman alpukat yang
banyak dimanfaatkan adalah buahnya. Buah alpukat mengandung flavonoid tinggi,
yaitu 94,5 mg dibandingkan dengan buah yang lain (Febrianti dan Sari, 2016).
Namun, kandungan vitamin C nya rendah, yaitu 10 mg per 100 gram.

2. Jambu Biji
Jambu biji (Psidium guajava L.) adalah tanaman yang berasal dari Brazilia,
Amerika Tengah menyebar ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti
Indonesia. Jambu biji merah adalah varietas yang sering ditemukan di Indonesia.
Jambu biji mengandung vitamin C, yaitu 42,9 mg/100 gram (Padang dan Maliku,
2017). Kandungan flavonoid pada buah jambu biji, yaitu 37,7 mg per 100 gram.

3. Sirsak
Buah sirsak merupakan buah semu, berbentuk bulat telur memanjang,
berwarna hijau tua, dan tertutup oleh duri-duri lunak (Latief 2014 dalam Setyawan
2015). Setelah tua daging buah berwarna putih, lembek, berserat dan memiliki rasa
manis masam dengan biji banyak, berbentuk bulat telur sungsang, berwarna coklat
kehitaman dan berkilap (Haryoto 1999, dalam Setyawan 2015).Setiap 100 gram
buah sirsak yang dapat dimakan mengandung 3.3 g serat sehingga dapat memenuhi
13% kebutuhan serat per hari.

Selain itu, daging buahnya mengandung banyak karbohidrat (terutama


fruktosa), vitamin C (20 mg/100 g), B1 dan B2 (Teyler, 2002 dalam Sumantri dkk.,
2014). Dari keseluruhan berat buah sirsak sekitar 67% yang dapat dimakan, 20%
kulit, 8.5% biji dan selebihnya bagian poros tengah. Setiap 100 g buah terkandung
energi 65 kal, protein 1 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 16,3 g, kalsium 14 mg, besi 0,6
mg, vitamin A 1 RE, vitamin B1 0,07 mg, vitamin B2 0,24 mg dan vitamin C 20 mg
(Balitbang Pertanian, 2014).

Menurut Handayani (2015) dalam Kusumawati dan Sugiyanto (2016) buah


sirsak mengandung antioksidan yaitu flavonoid. Senyawa flavonoida bersifat diuretik
untuk menambah jumlah produksi urin sehingga purin dapat keluar melalui urin.
Cara mengolah buah sirsak dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya
dengan diolah menjadi jus buah. Jus buah sirsak kaya akan kandungan vitamin C,
sehingga sangat baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Kandungan vitamin C dalam jus sirsak berfungsi sebagai antioksidan dan


memiliki kemampuan untuk menghambat produksi enzim xanthine oksidase. Oleh
karena itu, jus sirsak dapat menghambat proses pembentukan asam urat dalam
tubuh. Menurut Wardani (2015), pemberian jus buah sirsak 1 gelas sehari (500 ml)
selama dua minggu dapat menurunkan kadar asam urat sebesar 1,37 mg/dl. 500 ml
jus buah sirsak dengan menggunakan dagiang buah sirsak sebesar 350 gram
mengandung energi 322,4 kkal, protein 2,5 g, lemak 1,1 g, karbohidrat 82,3 g dan
vitamin C 133 mg.
11
Kandungan senyawa alkaloid inquinolin dalam jus sirsak berperan sebagai
analgesik. Jadi jus sirsak juga bisa meredamkan rasa nyeri akibat asam urat. Selain
itu, jus sirsak pun berfungsi sebagai antiinflamasi. Kombinasi dari antiinflamasi dan
analgetik inilah yang berkhasiat mengobati asam urat (Noormindhawati, 2013).
Kandungan senyawa flavonoid dan vitamin C pada buah sirsak lebih tiinggi
dibandingkan dengan lain, sehingga buah sirsak juga dapat digunakan sebagai
solusi dalam terapi non-farmakologi untuk membantu menurunkan kadar asam urat
pada pasien Gout Arthritis.

2.3 KONSELING GIZI PADA PASIEN GOUT ARTRITIS


2.3.1 Membangun Dasar-Dasar Konseling
 Konselor gizi berdiri, menyapa klien dengan ucapan salam atau ucapan lain seperti “selamat
siang bapak/ibu” . Selanjutnya , konselor gizi menjabat tangan klien sambil memperkenalkan
diri, “saya … (nama ahli gizi), ahli gizi yang saat ini bertugas, dengan bapak atau ibu siapa?”.
Setelah klien menyebutkan nama, segera konselor gizi memanggil klien dengan sebutan
lengkap, “Bapak/Ibu … (nama klien), silahkan duduk. “
 Selanjutnya, konselor gizi meminta surat rujukan (bila ada), data laboratorium, dan hal-hal
lain yang terkait. Lalu, konselor gizi melakukan identifikasi dengan melihat hasil diagnosis
medis, yaitu klien didiagnosis gout artritis.
 Berdasarkan diagnosis medis, konselor gizi menjelaskan tujuan dan proses konseling gizi,
“berdasarkan surat rujukan dokter, bapak/ibu didagnosis gout artritis. Gout artritis ditandai
dengan meningkatnya kadar asam urat didalam darah, diikuti dengan timbunan Kristal di
persendian yang meningkatkan peradangan pada lutut dan atau jari. Untuk itu, bapak/ibu
perlu menjalani diet rendah purin. Oleh karena itu, tujuan konseling ini adalah
mendiskusikan perubahan pola makan mengikuti anjuran makanan yang boleh dan tidak
boleh, serta jenis dan jumlah yang tepat untuk seorang yang menjalani diet rendah purin.
Proses konseling gizi akan berlangsung lebih kurang 60 menit mengikuti pengkajian gizi
melalui data anthropometri, data laboratorium, data klinis, data riwayat makan dan riwayat
personal serta pennetapan diagnosis gizi dan implementasinya. Diperlukan minimal 3 kali
kunjungan, tetapi bila masih dirasakan perlu dapat dilakukan kunjungan ulang lagi, saya
berharap bapak/ibu …. (nama klien) bersedia bekerja sama untuk keberhasilan proses
konseling gizi ini.
2.3.2 Melakukan Pengkajian Gizi (Assessment Gizi)
Setelah konselor gizi menjelaskan tujuan dan proses konseling gizi, selanjutnya
konselor gizi akan melakukan pengkajian gizi pada data-data yang ada pada klien.

12
 Konselor gizi melakukan pengukuran berat badan dan tingai badan. Data
berat badan dan tinggi badan digunakan untuk menghitung IMT, IMT pada
seorang dengan penyakit gout arthritis bisa kurang, bisa normal, dan bisa
lebih.
 Konselor gizi mengkaji data laboratorium. Perlu dikaji data blokimia yang
merupakan indikator peningkatan purin, yaitu asam urat, kolesterol,
trigliserida, BUN, dan kreatinin.
 Konselor gizi rnengkaji data klinis yang berkaitan dengan diagnosis penyakit.
Data klinis yang menjadi perhatian adalah keluhan berupa bengkak dan sakit
pada persendian.
 Konselor gizi melakukan identifkasi terhadap riwayat makan dengan metode
food recall/food frequency, Hasi analisis food recall berupa asupan energi dan
zat gizi dibandingkan dengan kebutuhan energi dan zat gizi pada keadaan
saat itu. Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi pada tahap ini bisa sama
atau berbeda dengan perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi saat
implementasi gizi, Hasil yang biasanya diperoleh adalah sebagal berikut.
Kuantilatif, yaitu adanya kelebihan asupan protein dan asupan purin
dibandingkan kebutuhan.
Kualitatif, yaitu sering mengonsumsi bahan makanan sumber purin seperti
jeroan, kaldu, bebek, ikan sarden, mackerel, kerang, dan sering
mengonsumsi makanan sumber lemak.
 Konselor gizi mengkaji data riwayat personal, meliputi dari adanya riwayat
keluarga dengan penyakit gout arthritis, kurangnya aktivitas fisik dan
olahraga, hingga adanya masalah psikologi yang memengaruhi berlebihnya
asupan lemak dan protein.
Ketika kenselor gizi membuat diagnosis gizi dan rencana investasi gizi lebih
kurang 10 menit, klien dapat diminta untuk membaca brosur gizi tentang diet rendah
purin yang telah disediakan oleh konselor gizi

2.3.3 Menetapkan Diagnosisi Gizi


Berdasarkan hasil pengkajian gizi maka ditetapkan diagnosis gizi sesuai
dengan urutan prioritas untuk semua domain.

a) Domain asupan

13
Kelebihan asupan protein yang mengandung purin tinggi berkaitan dengan
pola makan yang tidak baik ditandai dengan asupan protein berlebih dari kebutuhan
(terutama protein hewani).

b) Domain klinis
Perubahan nilai laboratorium berkaitan dengan kebiasaan mengonsumsi
makanan tinggi protein dan purin ditandai dengan kadar asam urat diatas normal
(wanita = > 5,7 dan pria = >7 mg)

c) Domain lingkungan
Kurang pengetahuan tentang makanan yang rendah purin berkaitan dengan
kurang informasi tentang gizi seimbang ditandai dengan pemilihan bahan makanan
tinggi purin.

2.3.4 Melakukan Intervensi Gizi


a) Menyusun rencana intervensi
 Menetapkan tujuan diet berdesarkan problem pada diagnosis gizi, yaitu sebagal
berikut.
 Menurunkan asupan protein dan purin.
 Mencapai kadar asam urat sampai dengan normal.
 Meningkatkan pengetahuan tentang makanan yang rendah purin.
 Selanjutnya melakukan perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi lainnya
sebagai berikut.
 Energi disesuaikan kebutuhan
 Kebutuhan protein cukup 10-15 % dari total energi.
 Kebutuhan lemak sedang 10-20% dari total energi dan utamakan asam lemak
omega 3.
 Kebutuhan karbohidrat 65-75% dari total energi. Mengutamakan karbohidrat
kompleks.
 Vitamin dan mineral sesuai kecukupan.
 Kebutuhan cairan 2-2,5 liter per hari. Apabila berat badan berlebih, kebutuhan
cairan 40 cc/kg BB/hari.
 Menetapkan preskripsi diet, yaitu diet rendah purin ... kkal (disesuaikan
dengan hasil standar makanan meliputi perhitungan kebutuhan energi,
proporsi karbohidrat, lemak, dan protein). Perhitungan zat gizi bahan
makanan dapat menggunakan software FP2/ Nutriclin/Nutrisurvey jika

14
tersedia. Bentuk makanan MB (makanan biasa) atau lunak. Frekuensi
pemberian makan utama tiga kali sehari ditambah dua kali makanan selingan.
 Mengisi brosur anjuran makanan sehari dengan menekankan pada
perubahan pola makan rendah purin. Tetapkan jenis bahan makanan yang
dianjurkan dan besar porsi. Bila pasien pada kondisi akut, hindari asupan
purin yang berlebihan dengan membatasi bahan makanan tinggi purin, seperti
sarden, anchovies, daging asap, hati, ginjal, otak, jantung, herring dan
sebageinya. Respon inflamasi dapat ditekan dengan penambahan asam
lemak omega 3 yang banyak terdapat pada ikan tuna dan salmon.
b) Memperoleh komitmen
 Selanjutnya memberi penjelasan kepada klien dimulai dengan
menginformasikan hasil pengkajian gizi, menjelaskan tujuan diet,
mendiskusikan perubahan pola makan sesuai dengan brosur anjuran
makanan sehari, menjelaskan cara penerapan diet, mendiskusikan hambatan
yang dirasa klien, dan alternatif pemecahan masalah. Selama konsultasi
gunakan alat bantu food model, standar makanan sehari, contoh menu, dan
daftar makanan penukar
 Selesai berdiskusi, konselor gizi melakukan pengukuran pemahaman klien
terhadap apa yang telah dijelaskan dengan cara menanyakan kembali hal
yang telah didiskusikan. Apabila masih ada yang kurang dimangerti pasien,
konselor dapat mengulangi lagi menjelaskan hal tersebut.
 Konselor gizi menganjurkan untuk kunjungan ulang dua minggu yang akan
datang untuk konseling gizi lanjutan atau sesuai kebutuhan.
2.3.5 Monitoring dan Evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan intervensi yang telah diberikan maka
konselor gizi harus menetapkan hasil yang diharapkan pada kunjungan berikutnya
sebagai berikut.

 Perubahan berat badan apablla IMT tidak normal.


 Perubahan kadar asam urat, kadar kolesterol, kadar trigliserida ke arah
normal.
 Berkurangnya keluhan bengkak dan sakit sendi.
 Perbaikan pola makan dan asupan energi, protein, lemak, dan purin sesuai
kebutuhan.

15
 Klien dapat mengidentifikasi hambatan yang ada dalam menguban pola
makan.
 Hasil evaluasi dari data antropometri, data biokimia, data klinis dan data
riwayat makan merupakan indikator tentang keberhasilan klien dalam
mencapai tujuan intervensi.
 Klien dapat menjelaskan pola makan seimbang serta penerapannya pada
pengaturan makanan sehari
Simpan data hasil konseling pada arslp sesuai SOP setempat.

2.3.6 Mengakhiri Konseling Gizi


Pada akhir sesi konseling gizi disepakati kunjungan berikutnya, "Baik
bapak/ibu ... (nama klien), proses konseling gizi selanjutnya kita rencanakan ...
minggu mendatang dan proses konseling gizi hari ini telah selesai. Sampai
ketemu ... minggu mendatang. Terima kasih."

Untuk konseling selanjutnya, ingatkan klien tentang waktu kunjungan


selanjutnya 24-48 jam sebelumnya (melalui telepon). Berikan nomor kontak atau
telepon konselor.

2.4 ALAT PERAGA (MEDIA) YANG DIGUNAKAN


Media konseling adalah alat bantu atau pendukung untuk memperjelas pesan
dan meningkatkan proses efektifitas proses konseling gizi agar mudah dipahami
klien. Media yang dimaksud yaitu:

1. Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang dilipat sehingga dapat terdiri atas
beberapa halaman yang berisi tulisan tentang sesuatu masalah untuk suatu saran
dan tujuan tertentu. Keuntungan leaflet antara lain; dapat disimpan dalam waktu
lama, lebih informatif dibandingkan dengan poster, dapat dijadikan sumber referensi,
jangkauan lebih luas karena satu leaflet mungkin dibaca oleh beberapa orang,
Namun leaflet juga memiliki keterbatasan antara lain; mudah tercecer dan hilang,
hanya bermanfaat untuk orang yang melek huruf atau dapat membaca, perlu
persiapan khusus untuk membuatnya (Supariasa, 2012).

16
BAB III
17
PENUTUP

1.1. Kesimpulan

 Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam


urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian
atas, pergelangan dan kaki bagian tengah.
 Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal
asam urat di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan
inflamasi akut.
 Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/ penimbunan
kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada
penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik
dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
 Arthritis theumatoid adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang bersifat
sistemik, progresif. cenderung kronis yang menyerang beberapa sistem
organ, dan paling sering ditemukan di sendi. Penyebab Artritis reumatoid
masih belum diketahui secara pasti walaupun banyak hal mengenai patologis
penyakit ini telah terungkap.
 Penyakit Artritis reumatoid belum dapat dipastikan mempunyai hubungan
dengan factor genetik namun, berbagai faktor (termasuk kecenderungan
genetik) bisa mempengaruhi reaksi antoimun.
 Faktor- faktor yang berperan antara lain adalah jenis kelamin, infeksi.
keturunan dan lingkungan, Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit Artritis reumatoid adalah jenis
kelamin, keturunan, lingkungan, dan infeksi.

3.2. Saran

Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah kami susun ini,
dan dapat menginterpretasikan di dalam melakukan tindakan membuat menu diet
dalam praktik, khususnya pada pasien yang menagalami gangguan sistem Gout
Arthritis, dan mampu memberikan asuhan asupan gizi yang sesuai.

18
DAFTAR ISI

Almatsier,Sunita. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Gramedia


http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1503410052/BAB_2.pdf

19
http://repository.unimus.ac.id/520/3/12.BAB%20I.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai