Di susun oleh :
Kelas A
Adelya Agustina (08061281823033)
Widea Fitri Utami (08061181823011)
Dosen Pembimbing : DR. Miksusanti, M.Si.
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Salah satu faktor yang memengaruhi nilai IG suatu produk pangan adalah
cara pengolahan, seperti pemanasan, pemanggangan, pengukusan, penggorengan,
pendinginan, dan penggilingan (penepungan) untuk memperkecil ukuran partikel.
Proses pengolahan pada karbohidrat mengakibatkan karbohidrat menjadi lebih
mudah dicerna sehingga menaikkan indeks glikemik. Proses pengolahan juga dapat
mengakibatkan terbentuknya pati teretrogradasi (retrograded starch) yang lebih
sulit dicerna sehingga dapat menurunkan indeks glikemik (IG), sehingga penelitian
mengenai variasi metode pengolahan sangat diperlukan untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap nilai indeks glikemik terutama pada bahan pangan lokal yang
merupakan sumber karbohidrat dalam kaitannya dengan diet karbohidrat penderita
DM.
Tanaman labu kuning (waluh) merupakan suatu jenis buah yang termasuk
kedalam familia Cucurbitaceae, termasuk tanaman semusim yang sekali berbuah
langsung mati. Labu kuning salah satu tanaman yang mudah dalam pembibitan,
perawatan, dan hasilnya cukup memberikan nilai ekonomis yang tinggi kepada
masyarakat. Labu kuning banyak dibudidayakan di negara Afrika, Amerika, India
dan Cina. Labu kuning biasanya tumbuh pada dataran rendah maupun tinggi,
ketinggian tempat antara 0 m-1500 m diatas permukaan laut. Di Jawa Barat labu
kuning disebut dengan “ Labu Parang”, karena tanaman tersebut merupakan
tanaman tahunan yang menjalar (merambat) dengan perantara alat yang berbentuk
pipih, batangnya cukup kuat dan panjang terdapat bulu-bulu yang agak tajam
(Heliyani, 2012).
Labu kuning mempunyai kandungan nutrisi yang cukup lengkap di
antaranya yaitu karbohidrat (6,6 g), protein (1,1 g), lemak (0,3 g), kalsium (45 mg),
fosfor (64 mg), besi (1,4 mg), vitamin A(180 sl), vitamin B(0,08 mg), air(9,1 g),
vitamin C(5,2 mg). Tanaman Labu kuning memiliki banyak manfaat bagi kesehatan
diantaranya sebagai penambah nafsu makan anak, memperbaiki tekanan darah
tinggi, gangguan kandung kemih, sakit maag, memperbaiki kulit kusam dan
menghilangkan flek hitam. Selain itu, waluh juga mengandung antioksidan sebagai
penangkal radikal bebas dan kanker. Sifat labu kuning yang lunak dan mudah
dicerna serta mengandung karoten (pro vitamin A) cukup tinggi, serta dapat
menambah menarik warna pangan.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja kandungan labu kuning yang berpengaruh terhadap DM?
2. Mengapa labu kuning dapat dikategorikan indeks glikemik rendah?
3. Kandungan gizi apa yang terdapat dalam labu kuning?
4. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya diabetes mellitus?
5. Apakah perbedaan indeks glikemik tinggi dan rendah
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kandungan labu kuning yang berpengaruh terhadap DM
2. Mengetahui penyebab rendahnya indeks glikemik pada labu kuning
3. Mengetahui kandungan gizi yang terdapat dalam labu kuning
4. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diabetes
5. Mengetahui perbedaan indeks glikemik tinggi dan rendah
1.4 Manfaat
Diharapkan masyarakat dapat mengetahui nilai indeks glikemik dan beban
glikemik produk olahan labu kuning dan mengetahui faktor faktor yang
mempengaruhi nilai IG produk olahan bahan pangan serta mengetahui manfaat
produk olahan labu kuning terhadap penderita diabetel mellitus.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Gejala diabetes mellitus digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik.
Gejala akut ini adalah gejala yang umum muncul pada penderita diabetes mellitus
seperti banyak makan (polifagia), banyak minum (polidipsi), banyak kencing
(polyuria) atau yang biasanya disingkat 3P. Fase ini biasanya penderita menunjukan
berat badan yang terus naik (bertambah gemuk), karena pada saat ini jumlah insulin
yang masih mencukupi, bila keadaan tersebut tidak segera diobati, lama-kelamaan
akan timbul gejala yang disebakan karena kurangnya insulin seperti mual dan nafsu
makan mulai berkurang. Kadang-kadang penderita DM tidak menunjukan gejala
akut (mendadak) tetapi baru menunjukan gejala sesudah beberapa bulan atau
beberapa tahun mengidap penyakit DM gejala seperti ini disebut gejala kronik.
Gejala kronik ini seperti kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk – tusuk,
rasa tebal dikulit sehingga kalau berjalan seperti di atas bantal atau kasur, kram,
mudah mengantuk, mata kabur dan sering ganti kacamata, gatal di sekitar
kemalauan, gigi mudah goyah dan mudah lepas, dan kemampuan seksual menurun
bahkan impoten (Misdiarly, 2006).
Pencegahan penyakit DM dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu secara
primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan secara primer bertujuan untuk mencegah
terjadinya diabetes. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan mengatur pola
makan yang seimbang, olahraga teratur, mempertahankan berat badan dalam batas
normal, tidur yang cukup, menghindari stres, dan menghindari obat-obatan yang
menimbulkan diabetes. Pencegahan sekunder bertujuan agar DM yang ada tidak
menimbulkan komplikasi penyakit lain, menghilangkan gejala dan keluhan
penyakit. Pencegahan DM sekunder dilakukan dengan diet seimbang dan sehat,
menjaga berat badan tetap normal, memantau gula darah, dan berolahraga secara
teratur. Pencegahan penyakit diabetes tersier bertujuan untuk mencegah terjadinya
cacat seperti buta, gagal ginjal, dan stroke.
5
2.2 LABU KUNING (Cucurbita moschata Durch)
1. Klasifikasi
Pada beberapa daerah nama tanaman yang dalam bahasa latin dikenal
dengan Cucurbita moschata yang termasuk suku Cucurbitaceae ini berbeda-beda.
Di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat buah ini dikenal dengan nama waluh
atau labu kuning. Di Madura disebut labuh, sedangkan di Malaysia disebut dengan
labu metah, ada pula yang menyebutnya labu parang. Jika dimasak untuk kolak
sebaiknya bijinya disertakan. Menurut hasil sejumlah penelitian, biji Cucurbita
moschata banyak mengandung zat yang berguna bagi kesehatan (Anonimus,
2011). Di Indonesia, labu terutama labu kuning banyak dimanfaatkan untuk
membuat berbagai macam hidangan seperti kolak, sup, cake hingga kue-kue basah
lainnya. Bijinya juga banyak dimanfaatkan sebagai camilan atau makanan ringan
(Alamendah, 2010).
6
2. Morfologi Cucurbita moschata
Tanaman Cucurbita moschata merupakan jenis tanaman semak dan
merambat yang mudah ditanam yaitu suatu kondisi yang tidak memerlukan
perawatan intensif. Tanaman ini sangat mudah/banyak dijumpai di Indonesia.
Tanaman Cucurbita moschata memiliki batang berkayu, lunak, berbentuk segi
empat, berambut, berbuku-buku, memiliki panjang batang kurang lebih 25 m dan
berwarna hijau muda (Alamendah, 2010).
Tanaman Cucurbita moschata memiliki daun tunggal, bentuk daunnya
bulat, tepi daun berombak sedangkan pangkal daunnya membulat dan berbulu.
Panjang daunnya 7-35 cm dengan lebar 6-30 cm, tanaman ini memiliki pertulangan
daun menyirip dan berwana hijau. Bunga Cucurbita moschata berwarna kuning,
berbentuk corong sedangkan kelopaknya berbentuk lonceng. Buah Cucurbita
moschata berbentuk bulat, berdaging yang berwarna kuning muda, dan bijinya
berbentuk pipih, keras, memiliki panjang kurang lebih 1,5 cm dengan lebar kurang
lebih 0,5 cm dan berwarna putih susu (Alamendah, 2010).
3. Kandungan gizi labu kuning
8
Pangan yang menaikkan kadar glukosa darah dengan cepat memiliki IG
tinggi, sebaliknya pangan yang menaikkan kadar glukosa darah dengan lambat
memiliki IG rendah (Ragnhild et al. 2004; Rimbawan dan Siagian 2004; Atkinson
et al. 2008). Nilai IG dihitung berdasarkan perbandingan antara luas kurva kenaikan
glukosa darah setelah mengonsumsi pangan yang diuji dengan kenaikan glukosa
darah setelah mengonsumsi pangan rujukan terstandar, seperti glukosa (Marsono et
al. 2002) atau roti tawar (Brouns et al. 2005). Respons glikemik ditunjukkan oleh
kurva fluktuasi dari penyerapan glukosa dalam darah. Kurva fluktuasi dan area di
bawah kurva tersebut dijadikan acuan dalam perhitungan nilai IG suatu produk
pangan (Gambar 2).
9
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
fruktosa. Mekanisme ini memiliki kesamaan aksi mekanisme seperti akarbose yang
selama ini digunakan sebagai obat untuk penanganan diabetes melitus (Withing
dkk,2011).
Polisakarida merupakan polimer karbohidrat yang kompleks. Polisakarida
pada labu kuning dilaporkan bersifat hipoglikemik, dan dari suatu penelitian
disebutkan bahwa polisakarida pada labu kuning dapat menekan peningkatan
glukosa darah dibandingkan glibenclamide. Selain itu, pemberian polisakarida labu
kuning sebanyak 200 mg/kg berat badan pada penderita diabetes akan memberikan
dampak baik terhadap penurunan glukosa darah pada 7 jam setelah pemberian.
Polisakarida yang diikat oleh protein di labu kuning dapat disebut sebagai agen
antidiabetes dimana dapat meningkatkan kadar toleransi glukosa, dan mengurangi
glukosa darah. Semakin tinggi kadar polisakarida yang diikat oleh protein, semakin
baik efek labu kuning dalam menurunkan kadar glukosa darah . Hal ini diperkuat
dengan penelitian pemberian polisakarida yang diikat oleh protein sebanyak 500
dan 1000 mg/kg berat badan dapat meningkatkan serum insulin, meningkatkan
toleransi glukosa, dan menurunkan glukosa darah pada 2 jam setelah makan, akan
tetapi penurunan paling baik terdapat pada dosis 1000 mg/kg berat badan (Withing
dkk,2011).
Labu kuning (Cucurbita sp) merupakan salah satu komoditas pertanian
yang mulai diminati oleh masyarakat karena keistimewaannya antara lain berasa
manis, memiliki aroma dan warna menarik, tahan disimpan lama dalam bentuk
masih utuh, dan murah harganya. Daging buah labu kuning berwarna kuning atau
jingga merupakan indikasi banyaknya pigmen karotenoid. Buah labu kuning
merupakan sumber provitamin A yang baik karena mengandung β-karoten
sebanyak 767 µg/g buah segar. Selain kandungan β-karoten yang tinggi, buah labu
kuning juga banyak mengandung pektin, karbohidrat lain, dan air (Gardjito, 1989).
Pektin pada labu kuning merupakan salah satu kandungan polisakarida yang
berkontribusi sebagai serat larut. Pektin tersusun oleh galaktosa, asam galakturonat,
glukosa, 9 rhamnosa, arabinosa, dan xylosa. Asam galakturonat pada pektin terdiri
dari ± 70 %. Pektin banyak ditemukan pada sayur dan buah. Pektin memiliki sifat
mampu menahan air, dapat membentuk gel, dan dapat menunda waktu
pengosongan lambung serta mengikat glukosa sehingga kecepatan absorpsi glukosa
di usus halus berkurang. Selanjutnya pektin akan menimbulkan rasa kenyang yang
lama dan akan menekan nafsu makan. Pektin dilaporkan memiliki sifat mampu
12
mengontrol tingkat glikemik serta mengurangi kebutuhan insulin, sehingga
peningkatan glukosa darah postprandial dapat dikendalikan. Oleh karenanya,
pektin dibutuhkan bagi penderita DM (Withing dkk,2011).
Berdasarkan penelitian pangan olahan labu kuning yang dibuat bolu labu
kuning dengan hasil perhitungan luas area dibawah kurva, bolu labu kuning
tersebut memiliki nilai indeks glikemik 64% yang termasuk dalam kategori nilai
indeks glikemik sedang (55-70), dan berdasarkan perkiraan per sajian bolu labu
kuning seberat 60 gram memiliki beban glikemik yang rendah yaitu 10,25 dan
olahan mie dari labu kuning dengan Formula (75% tepung labu) menunjukkan
penurunan kadar glukosa darah tertinggi yaitu 60 mg/dL dengan indeks glikemik
69,56 (Hawa dkk, 2015).
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Pembuatan makalah ini dapat menjadi sumber referensi untuk masyarakat
memamfaatkan labu kuning segar maupun olahan sebagai alternatif makanan
bergizi tinggi untuk penderita diabetes mellitus.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
Obor, Jakarta.
Ragnhild, A.L., N.L. Asp, M. Axelsen, and A. Raben. 2004. Glycemic index
16