A. Latar Belakang
Vitamin adalah komponen tambahan makanan yang berperan
sangat penting dalam gizi manusia. Banyak vitamin tidak stabil
pada kondisi pomrosesan tertentu dan penyimpanannya. Karena itu
kandungan vitamin pada makanan sangat mudah menurun. Vitamin
dibagi menjadi dua bagian, yaitu vitamin larut dalam lemak dan
vitamin larut dalam air. Pada makalah ini akan membahas tentang
vitamin larut dalam air. Group ini terdiri dari Vitamin B dan Vitamin
C. Karena vitamin ini larut dalam air, maka vitamin ini tidak bisa
disimpan dalam tubuh karena kelebihannya akan langsung
dikeluarkan bersamaan dengan urine.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari vitamin larut dalam air?
2. Apa saja jenis-jenis dari vitamin larut dalam air?
3. Apa saja sifak fisik dan sifat kimia dari vitamin larut dalam air?
4. Apa saja analisis yang dilakukan pada vitamin larut dalam
air?
C. Tujuan
a. Mengetahui pengertian dari vitamin larut dalam air.
b. Mengetahui jenis-jenis dari vitamin larut dalam air.
c. Mengetahui sifat fisik dan sifat kimia dari vitamin larut dalam
air.
d. Mengetahui analisis yang dilakukan pada vitamin larut dalam
air.
~1~
Pembahasan
A. Pengertian Vitamin Larut dalam Air
~2~
adanya oksigen, dan pendedahan terhadap cahaya semuanya
merusak kandungan vitamin C makanan.
i. Sifat Fisik
Berbentuk kristal putih
Mudah larut dalam air
Cukup stabil pada keadaan kering, tetapi dalam
keadaan larut vitamin C mudah rusak Karen
bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama
bila terkena panas
Oksidasi akan semakin cepat jika ada tembaga
dan besi
Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi
cukup stabil dalam larutan asam.
ii. Sifat Kimia
~3~
sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih
lanjut menjadi asam L-diketogulonat yang tidak memiliki
keaktifan vitamin C lagi
b. Vitamin B1 (Thiamin)
~4~
makhluk hidup. Vitamin ini bekerja dalam bentuk tiamin
difosfat pada dekarboksilasi asam -keto dan disebut
kokarboksilase. Tiamin tersedia dalam bentuk klorida atau
nitratnya.
i. Sifat fisik
Kristal putih kekuningan
Larut dalam air
Keadaan kering Thiamin cukup stabil, di dalam
keadaan larut Thiamin hanya tahan panas bila
berada dalam keadaan asam. Dalam suasana
alkali Thiamin mudah rusak oleh panas dan
oksidasi.
Thiamin tahan pada suhu beku.
~5~
Thiamin menyatakan bahwa zat ini mengandung
sulfur (tio) dan nitrogen (amine). Molekul ini terdiri atas
cincin piramida yang terikat dengan cincin tiasol.
Thiamin memiliki rumus molekul C 12H17N4OS, vitamin ini
memiliki berat molekul 1265,36 gram/molekulnya.
c. Vitamin B2 (Ribloflavin)
~6~
Vitamin ini merupakan komponen dari dua koenzim,
flavin mononukleotida (FMN) dan flavin adenine dinukleotida
(FAD). FMN adalah riboflavin-5-fosfat dan merupakan bagian
dari beberapa enzim termasuk sitokrom c reduktase.
Flavoprotein bertindak sebagai pembawa electron dan terlibat
dalam oksidasi glukosa, asam lemak, asam amino, dan purina.
Sumber riboflavin yang sangat baik adalah susu dan
produk susu. Sumber lainnya ialah otot sapi, hati ginjal,
unggas, tomat, telur, sayur hijau, dan ragi.
Riboflavin stabil terhadap oksigen dan pH asam tetapi
tidak stabil dalam medium basa dan sangat peka terhadap
cahaya. Jika kena cahaya, laju kerusakan meningkat dengan
meningkatnya pH dan suhu. Pemanasan pada kondisi netral
atau asam tidak merusak vitamin.
Kebutuhan manusia akan riboflavin beragam menurut
aktivitas metabolisme dan bobot badan dan mempunyai
rentan mulai dari 1 sampai 3 mg per hari. Kebutuhan orang
dewasa normal 1,1 sampai 1,6 mg per hari.
Karena pengaruh cahaya dan pH basa, riboflavin diubah
menjadi lumiflavin,senyawa tak aktif dengan fluoresensi hijau
kekuniangan. Pada konsidi asam, riboflavin diubah menjadi
turunan tak aktif yang lain, lumikrom dan ribitol. Senyawa ini
mempunyai fluoresensi biru. Perubahan menjadi lumiflavin
dalam susu mengakibatkan kerusakan asam askorbat.
i. Sifat Fisik
Bentuknya kristal kuning
Larut pada air
Tahan panas, oksidasi, dan asam
Tidak tahan pada alkali dan cahaya terutama sinar
ultraviolet
~7~
Struktur riboflavin terdiri dari atas cincin
isoaloksazin dengan rantai samping ribitil. Flavin
mononukleotida (FMN) dibentuk dengan diikatkannya
ester fosfat pada rantai samping ribital. Flavin Adenin
Difosfat (FAD) dibentuk bila FMN pada rantai samping
diikatkan dengan adenine monofosfat.
d. Vitamin B6 (Piridoksin)
Piridoksin stabil terhadap panas dan basa kuat atau
asam; juga peka terhadap cahaya, terutama sinar ultraviolet
dan jika terdapat dalam larutan basa. Karena suka
menentukan vitamin ini dalam makanan, maka informasi
mengenai keberadaannya sangat langka. Data akhir-akhir ini
~8~
menyatakan aras dalam susu 0,54 mg per liter. Sumber-
sumber lain ialah biji-bijian, daging, hati, sayur, butir utuh
serealia, dan kuning telur.
Konsumsi Vitamin B6 harus sebanding dengan konsumsi
protein. Kebutuhan untuk vitamin B6 adalah 0,016 mg/g
protein. Rata-rata konsumsi adalah 2 mg/hari untuk pria dan
1,6 mg/ hari untuk wanita.
i. Sifat Fisik
Berbentuk Kristal putih
Tidak berbau
Larut dalam air dan alcohol
Piridoksin tahan panas dalam keadaan asam
Tidak begitu stabil dalam larutan alkali
Tidak tahan pada cahaya.
e. Niasin
~9~
Niasin dikenal juga sebagai faktor pencegah pellagra.
Triptofan dapat diubah oleh tubuh menjadi niasin. Banyak diet
yang menyebabkan pellagra karena kandungan proteinnya
yang berkualitas baik rendah begitu juga vitamin.
Kebutuhan manusia akan niasin berkaitan dengan
pemasukan triptofan. Protein hewan mengandung kira-kira 1,4
persen triptofan, protein sayur sekitar 1 persen. Pemasukan
60 mg triptofan melalui makanan dianggap setara dengan 1
mg niasin. Sumber makanan yang mengandung niasin ialah
hati, ginjal, daging, tidak berlemak, ayam, ikan, gandum, barli,
gandum hitam, polong hijau, ragi, kacang tanah, sayur
dedaunan.
Niasin adalah vitamin B yang paling stabil. Senyawa ni
tidak terpengaruh oleh cahaya, panas, oksigen, asam atau
basa.
i. Sifat fisik
Kristal putih
Lebih stabil daripada thiamin dan riboflavin
Niasin tahan terhadap suhu tinggi, cahaya, asam,
akali, dan oksidasi.
Bisa hilang jika dimasak dengan air yang dibuang.
ii. Sifat Kimia
~ 10 ~
metabolisme, terutama metabolisme glukosa, lemak
dan alcohol. Niasin memiliki keunikan diantara vitamin B
karena tubuh dapat membentuknya dari asam amino
tryptophan. Niasin membantu kesehatan kulit, sistem
syaraf dan sistem pencernaan.
i. Sifat fisik
Berbentuk kristal merah
Larut pada air
Perlahan rusak oleh asam encer, alkali, cahaya,
dan bahan-bahan pengoksidasi dan pereduksi.
~ 11 ~
deoksiadenosilkobalamin, metilkobalamin, dan
hidroksokobalamin.
i. Sifat Fisik
Berbentuk Kristal kuning
~ 12 ~
Sebagai asam bebas asam folat tidak larut pada
air dingin, namun sebagai garam natrium dapat
lebih larut.
Stabil pada panas dalam medium asam, cepat
rusak pada keadaan netral dan basa.
Mudah rusak bila terkena cahaya
ii. Sifat Kimia
i. Sifat fisik
Berbentuk Kristal putih
Larut pada air
Rasa pahit
Lebih stabil dalam keadaan larut
~ 13 ~
Mudah terurai dengan asam, alkali, dan panas
kering
Dalam larutan netral asam pantotenat tahan
terhadap panas basah.
j. Biotin
Biotin terdapat dalam beberapa produk dalam bentuk
bebas (sayur, susu, dan buah) dan di dalam produk lain terikat
pada protein (daging organ, biji, dan ragi) sumber vitamin
yang baik ialah daging, hati, ginjal, susum kuning telur, ragi,
sayur, dan jamur.
Vitamin ini rupanya sangat stabil. Perlakuan panas
hanya mengakibatkan kehilangan nisbi kecil. Vitamin ini stabil
diudara dan stabil pada pH netral dan asam.
i. Sifat Fisik
Larut air dan alcohol
Mudah dioksidasi
Vitamin ini stabil di udara dan stabil pada pH
netral dan asam.
~ 14 ~
ii. Sifat Kimia
Reaksi
~ 15 ~
Prosedur
Blangko
1. Menambahkan 5 ml H2SO4 2 N dalam 10
ml H2O pada labu erlenmeyer.
2. Menambahkan 10 ml larutan iod 0,1 N.
3. Menambahkan beberapa tetes indikator
amilum.
4. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan
5. Na2S2O3 0,1 N hingga larutan bening.
6. Mengulangi langkah 1-4 sebanyak 3 kali.
Sampel
1. Menghaluskan beberapa butir vitamin C
2. Menimbang 0,3 g vitamin C yang halus
3. Melarutkan vitamin C tersebut dengan 10
ml aquadest dan segera menambahkannya
dengan 5 ml H2SO4 2 N
4. Menambahkan 10 ml larutab iod 0,1 N
dengan beberapa tetes amilum.
5. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan
Na2S2O3 0,1 N hingga larutan menjadi
warna kuning kembali (warna larutan
menjadi kuning).
6. Melakukan langkah 2-5 sebanyak 3 kali.
ii. Metode Titrasi Dye
Prinsip
Vitamin C dalam suasana asam akan mereduksi
laritan 2,6 dichlorophenol indophenols salt (Dye)
menjadi dehidro asam askorbat yang tidak
berwarna. Kelebihan Dye dalam suasana asam akan
berwarna pink.
Reaksi
C6 H 8 O6+ C12 H 6 Cl2 NNa O2 dehidro asam askorbat
~ 16 ~
Prosedur
1. Timbang 5 gram bahan, gunakan pinset untuk
menambahkan dan mengurangi bahan.
Hancurkan dengan mortar dan tambahkan 25 ml
HPO3-asam asetat.
2. Pindahkan ke dalam labu seukuran 100 ml dan
tambahkan HPO3-asam asetat sampai tanda
batas, kocok sampai homogen, saring dan
filtrate diambil.
3. Pipet 2 ml filtrate ke dalam erlemeyer,
tambahkan 5 ml HPO3-asam asetat sehingga
volume totalnya 7 ml. jika filtrate yang diambil 5
ml maka HPO3-asam asetat yang ditambahkan
2ml.
4. Titrasi dengan larutan Dye sampai warna pink
yang tidak hilang dalam 5 detik.
5. Lakukan standarisasi larutan Dye:
2 ml larutan standar vitamin C dan 5 ml HPO 3-
asam asetat je dalam erlemeyer lalu titrasi
dengan larutan dye sampai warna pink yang
tidak hilang dalam 5 detik.
b. Vitamin B1 (Thiamin)
i. Flourometer
Prinsip
oksidasi thiamin menjadi thiokrom (turunan
thiamin yang dapat berpendar dengan sinar UV)
Bila senyawa yg dapat berfluoresen lain dapat
dipisahkan, maka tingkat fluoresensi thiamin
akan proporsional dng kadarnya
ii. Kolorimetri
Prinsip
Reaksi antara tiamin yang telah didiazotasi dengan 6-
aminotimol yang akan memperpanjang kromofor
sehingga menimbulkan warna. Intensitas warna ini
diukur dengan melihat serapannya pada tertentu.
Intensitas serapan ini akan sebanding dengan kadar
tiamin.
~ 17 ~
Reaksi
iii. Mikrobiologis
Prinsip
Menggunakan mikrobia yang sangat peka thd
vit. B1
Tingkat pertumbuhan sebanding dengan
tingkat kekeruhan
Diperlukan larutan thiamin standar sebagai
pembanding
o Ochrodomonas danica (ketelitian 1 x 10 -10
gr)
o Lactobacillus fermenti
o Kloechera brevis
c. Vitamin B2 (Riboflavin)
i. Spektoflourometri
Prinsip
Riboflavin dapat diperoleh dng penyerapan
menggunakan fullers earth dari extrak hati
segar atau extrak lain yg mengandung
laktoflavin dlm larutan netral atau asam kuat.
Adsorpsi umumnya selesai dalam 10 menit.
Selanjutnya dilakukan elusi dng lart dietilamina
10-15% atau lart NaOH 0.2% .
Kadar vit. B2 dapat dianalisis secara
fluorimetrik.
d. Vitamin B6 (Piridoksin)
i. Metoda Hochberg, Melnick, dan Oser
Prinsip
Piridoksin yang terikat dibebaskan melalui
hidrolisis dengan HCl dan pemanasan
~ 18 ~
Setelah diasamkan (pH 3,0), piridoksin bebas
diserap oleh absorben Lloyd
Setelah pencucian dengan HCl, dilakukan elusi
terhadap piridoksin yang terserap dalam
absorben, dengan larutan NaOH
Eluat dijernihkan dengan isopropil alkohol
~ 19 ~
tertentu dan fase gerak tertentu. Dengan bantuan detektor serta
integrator kita akan mendapatkan kromatogram. Kromatorgram
memuat waktu tambat serta tinggi puncak suatu senyawa.
Penutup
A. Kesimpulan
Sesuai dengan apa yang sudah kami paparkan. Kita sudah
bisa mengetahui bahwa vitamin larut dalam air adalah vitamin yang
hanya bisa disimpan sedikit dalam tubuh karena kelebihannya
langsung terbuang bersamaan dengan urine. Adapun vitamin larut
dalam air terdiri dari vitamin C (asam askorbat), vitsmin B 1
~ 20 ~
(Thiamin), vitamin B2 (Riboflavin), vitamin B3 (Niasin), Biotin, Asam
Pantotenat, vitamin B6 (Piridoksin), Asam Folat, dan vitamin B12
(Kobalamin). Pada umumnya, sifat fisik pada vitamin larut dalam air
adalah larut dalam air dan sangat mudah rusak bila diproses dalam
teknik pemasakan yang berhubungan dengan air. Sedangkan pada
masing-masing sifat kimia pada vitamin larut dalam air berbeda-
beda sehingga harus dijelaskan satu persatu. Analisis yang
digunakan untuk menguji vitamin larut dalam air juga berbeda-beda
dari setiap jenis vitamin, tetapi cara modern dalam menguji vitamin
larut dalam air dengan menggunakan HPLC (High Performance
Liquid Chromatography).
DaftarPustaka
Winarno, F.G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
deMan, John M., 1997. Kimia Makanan : Edisi Kedua,
ITB, Bandung.
Prayitno, dkk. Serial Buku Ajar Gizi : Kimia Makanan,
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II,
Jakarta.
~ 21 ~
Coultate, T.P., 1996. FOOD The Chemistry od Its
Components : THIRD EDITION, School of Applied
Science, South Bank University, London.
Fennema, Owen R., 1996. FOOD CHEMISTRY : THIRD
EDITION, Marcel Dekker,Inc., New York. Basel.
Hongkong.
~ 22 ~