PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Deksametason merupakan alah satu obat kortikosteroid yang masuk ke dalam kelompok
glukortikoid sintetik yang memiliki efek anti inflamasi dan imunosupresi, yang mana hal tersebut
mendorong semakin dikembangkannya berbagai steroid sintetik dengan aktivitas anti inflamsi
dan imunosupresif (katzung et all, 2013). Kortikosteroid merupakan obat anti inflamasi yang
serupa dengan kortisol. Kortisol merupakan hormone steroid alami pada manusia yang disintetis
dan dieksresikan oleh korteks adrenal. Efek antiinflamasi dari obat kortikosteroid dapat pula
berpengaruh terhadap sel imunokompeten seperti sel T, makrofag, sel dendritic, eosinophil,
neutrophil, dan sel mast yang bekerja dengan menghambat respons inflamasi dan menyebabkan
Deksametason yang banyak beredar merupakan deksametason sintesis dengan efek terapi yang
lebih cepat dari senyawa alaminya. Mudahnya mendapatkan deksametason dan efek terapi yang
di jelaskan oleh Aziz 2006 bahwa dalam dunia kedoteran pengunaan kortikosteroid memiliki
cakupan yang luas, akibatnya menyebabkan ketidaksesuain dengan indikasi maupun dosis serta
lama pemberian, misalnya sebagai obat untuk menambah nafsu makan dalam waktu yang lama
dan berulang sehingga bisa memberikan efek samping yang tidak diinginkan. Pengunaan
berlebihan akan berakibat fatal bagi tubuh, khususnya kerusakan organ dalam rentan waktu
tertentu. Organ yang kemungkinan besar akan mengalami kerusakan adalah hepar dan ginjal yang
dalam lambung. Setelah terjadi proses kimiawi di lambung maka dilakukan absorsi. Senyawa
1
deksametason yang diabsorsi akan ikut dalam aliran darah dan mengalir di dalam di dalam
pembuluh vena kemudian masuk ke dalam hepar melalui vena porta yang kemudian akan di
detoksifikasi oleh hepar. Jika jumblah deksametason sudah maksimal, maka akan membuat hepar
bekerjaa lebih keras. Kerj hepar yang berlebihan akan merusak hepar dan menurunkan kinerjanya
Nekrosis sel yang luas, akan menurunkan kemampuan hepar dalam sintesis enzim dan
berdampak pada kadar enzim serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) dan serum glutamic
oxaloacetic transaminase (SGOT). Kadar enzim SGPT lebih peka unutk dijadikan petunjuk
terhadap kerusakan hepar karena sangat sedikit kondisi selain kerusakan hepar yang berpengaruh
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
2
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Deksamektason
2. Sifat fisikokimia :
Pemberian : serbuk hablur, putih sampai praktis putih, tidak berbau, stabil
peruraian.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam aseton, dalam
intravena,topical,intranasal, dan salep atau tetes mata. Bentuk oral dan intramuscular
diabsorsi dengan baik oleh mukosa saluran cerna dan otot. Presentase yang terikat protein
3
tidak diketahui. Waktu paruhnya 2-5 jam. Deksametason dimetabolisme di hepar, dan
kerja dari obat ini belum ditentukan, tetapi bentuk obat yang diberikan secara oral dan
intramuscular memiliki lama kerja yang panjang. Deksametason merupakan glukotikoid yang
termasuk dalam golongan obat C untuk kehamilan. Deksametakson merupakan obat yang
6. Toksisitas dan efek samping : efek samping dan yang sering kali muncul akibat dosis yang
tinggi atau pemakain yang lama mencakup peningkatan gula darah, deposit lemak yang
abnormal di wajah dan tubuh (moon face dan buffalo hump), pengecilan ekstremitas, edema,
retensi natrium dan air, hipertensi, euphoria atau psikis, kulit tipis dengan purpura.
Pengunaan obat golongan glukortiokoid jangka panjang dapat menyebabkan atrofi kelenjar
menurunkan dosisnya selcara perlahan untuk memberikan waktu untuk kelenjar adrenal
7. Bentuk dan sediaan obat : umumnya di pasarkan dengan kadar 0,5 mg dan 0,75 mg tablet
atau caplet. Deksametasone injeksi biasanya dengan kadar 5 mg/5 ml. dipasarkan dengan
2017)
B. Hepar
1. Anatomi hepar
Hepar atau hati adalah organ terbesar yang terletak di sebalah kanan atas rongga
abdomen. Pada kondisi hidup hati berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah
(Sloane, 2004). Beratnya 1200-1800 gram, dengan permukaan atas terletak bersentuhan
4
dibawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan diatas organ-organ abdomen.
Batas atas hepar sejajar dengan ruang interkosta V kanan dan batas bawah enyerong ke atas
dari iga IX kanan ke iga VIII kiri. Permukaan posterior hati bernbentuk cekung dan terdapat
Hepar terbagai menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamentum
falciparum, diinferior oleh fisura yang dinamakan dengan ligamentum teres dan diposterior
oleh fissure yang dinamakan ligamnetum venosum. Lobus kanan hepar enam kali besar dari
lobus kiri dan mempunyai 3 bagian utama yaitu: lobus kanan atas, lobus caudatus dan lobus
quardatus.diantara kedua lobus terdapat porta hepatis, jalur masuk dan keluar pembuluh
darah, saraf dan duktus. Hepar dikelilingi oleh kapsula fibrosa yang dinamakan kapsul
2002).
Hepar disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : vena porta hepatica yang berasal dari
lambung dan usus yang kaya akan nutrient seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang
larut dalam air dan mineral dan arteri hepatica, cabang dari arteri koliaka yang kaya oksigen.
Pembuluh darah tersebut vena porta dan arteri hepatica bercabang menjadi dua yakni ke
lobus kiri dan ke lobus kanan. Darah dari cabang-cabang arteri hepatikadan vena porta
mengalir dari perifer lobules kedalam ruang kapiler yang melebar yang disebut sinusoid.
Selain cabang-cabang vena porta dan arteri hepatica yang mengelilingi bagian perifer
lobules hati, juga terdapat saluran empedu yang membentuk kapiler empedu yang
dinamakan kanalikuli empedu yang berjalan diantara lembaran sela hati (Amirudin, 2009).
5
2. Fungsi Hati
Hari merupakan organ metabolic terbesar dan terpenting di tubuh. Organ ini penting
bagi system pencernaan untuk sekresi empedu. Hati menghasilkan empedu sekitar saru liter
perhari, yang dieksresi melalui duktus hepatikus kanan dan kiri yang kemudian bergabung
b. Detoksifikasi atau degradasi zat-zat sisa dan hormone serta obat dan senyawa
asing lainnya.
dalam darah.
e. Eksresi kolestrol dan bilirubin, yang merupakan produk pengurain yang berasal
Hati merupakan komponen sentral system imun. Tiap-tiap sel hati atau hepatosit
mampu melaksanakan berbagai tugas metabolic diatas, kecuali aktivitas fagositik yang
dilaksanakan oleh makrofag residen diatas, kecuali aktivitas fagositik yang dilaksanakan
oleh makrofag residen atau yang dikenal sebagai sel kupffer (Sherwood, 2001). Sel kupffer,
yang meliputi 15% dari massa hati serta 80% dari total populasi fagosit tubuh, merupakan
sel yang sangat penting dalam. Menanggulangi antigen yang berasal dari luar tubuh dan
6
BAB III
PEMBAHSAN
A. Pembahasan
menunjukkan bahwa pada pemberian deksametason per oral selama 30 hari didapatkan
kerusakan sel hepar pada semua tingkat dosis, yaitu dosis 0,018 mg, 0,731 mg, dan 1,44
mg. kerusakan yang terjadi meliputi degenerasi parengkimatosa, degenerasi hidropik, dan
nekrosis.
glukosa darah sehingga merangsang pelepasan insulin dan menghambat masuknya glukosa
ke dalam sel otot, serta dapat juga merangsang lipase yang sensitive dan menyebabkan
peningkatan pelepasan asam lemak dan gliserol ke dalam darah. Peningkatan asam lemak
yang diimobilisasi dari jaringan adipose dapat dipicu oleh glukortikoid, selain itu
peningkatan produksi dalam hepar diikuti terjadinya katabolisme protein. Lipogenesis yang
dan penurunan sintesis protein yang berakibat pada kegagalan produksi ATP. tanpaATP sel
membrane sel, sehingga Na+ dan air intraseluler bertabah dan kadar K+ berkurang. Hal ini
menyebabkan denaturasi protein sel dan penurunan pH intrasel, sehingga keadaan asam ini
menyebabkan kromatin terlipat atau mengumpal yang merupakan salah satu perubahan inti
Pada penelitian yang pernah dilakukan, peneliti mengunakan tikus ptih sebagai
hewan coba yang dimana terdapat 3 tikus di berikan deksametason dengan dosis berbeda
7
dan lama pemberian yang berbeda pula. Selanjutnya di akhir penelitian tikus ke tiga yang
menerima dosis perlahan meningkat dengan lama terapi yang lebih panajng dari tikus
pertama dan kedua menunjukan tingkat kerusakan sel paling tinggi di banding tikus 1 dan
BAB IV
KESIMPULAN
obat antiinflamasi yang di metabolism di hepar dn disekresikan keluar tubuh melalui urine.
hepar memiliki keterkaitan terhadap keruskan hepar yang timbul akibat dosis deksametason
8
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin. 2009. Fisiologi dab Biokomia Hati. In : Sudoyo, Aru W., Setiyohadi, bambang., Alwi,
Idrus., Simadibrata, Marcellus., Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.
Edisi V. Jakarta :Interna Publishing, 627-633.
Aziz. 2006. Pengunaan kortikosteroid di klinik Surabaya: Lab. Divisi gawat darurat Fk. UNAIR.
Indra satiavani. 2010. Pengaruh Pemberian Deksametason Dosis Bertingkat Per Oral #) Hari
Terhadap Kerusakan Sel Hepar Tikus Wistar. Fakultas Kedokteran Univ.
Diponegoro. Semarang.
Katung. G.B., Master, B.S,& Trevor J.A. 2013. Farmakologi Dasar &Klinik .Ed.12. vol.2.
Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC.
Smoak, K.A.& Cidlowski, J.A.2008. Glucorticoid signalingin health and diseases. In Rey A.D.,
CHrousos G., Besedovsky H . Neuroimmune Biology : The Hypothalamus-Pituitary-
Adrenal Axis. Vol.7 :33-53.
Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta. EGC, 563-567.
Sloane, Ethel 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta. EGC, 291.