Anda di halaman 1dari 7

Streptococcus pneumoniae

Disusun Oleh : KELOMPOK 2

Astra Yudha Tagamawan 13700251


Norvita Angreani 13700257
Derrian Kynan Ayungga 12700028
Ida Bagus Gede Putera B. 12700122

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
Pendahuluan
Bakteri Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri komensal dari saluran nafas
bagian atas manusia sekitar 5-40% dan dapat menyebabkan pneumonia, sinusitis, otitis,
bronkitis, bakteremia, meningitis dan proses infeksilainnya.
Bakteri penyebab pneumonia tersering adalah Haemophilus influenzae (20%) dan
Streptococcus pneumoniae (50%). Bakteri penyebab lain adalah Staphylococcus aureaus dan
Klebsiella pneumoniae. Sedangkan virus yang sering menjadi penyebab pneumonia adalah
respiratory syncytial virus (RSV) dan influenza. Jamur yang biasanya ditemukan sebagai
penyebab pneumonia pada anak dengan AIDS adalah Pneumocystis jiroveci (PCP).
Pneumonia adalah keradangan parenkrim paru dimana asinus terisi dengan cairan dan
sel radang, dengan tau tanpa disertai infiltrasi sel radang kedalam dinding alveoli dan rongga
interstisium. (Mukty dan Alsagaff, 2010). Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai
nafas sesak atau nafas cepat. (Misnadiarly, 2008). Pneumonia adalah radang paru yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda-benda
asing. (Ngastiyah, 2005).
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkrim paru. (Mansjoer, dkk. 2000).
Berdasarkan defenisi-defenisi diatas maka yang dimaksud dengan pneumonia
menurut peneliti adalah suatu peradangan parenkim paru yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme seprti virus, fungi, parasit, dan benda-benda asing.
1. Morfologi
S. pneumoniae atau pnemokokus adalah diplokokus Gram-posistif yang merupakan
penghuni normal pada saluran pernapasan bagian atas manusia. Bakteri ini sering berbentuk bulat
hingga lanset atau tersusun dalam bentuk rantai, mempunyai simpai polisakarida yang
mempermudah penentuan tipe dengan antiserum spesifik. Panjang rantai sangat bervariasi dan
sebagian besar ditentukan oleh faktor lingkungan. Rantai panjang akan muncul bila ditanam dalam
perbenihan yang hanya sedikit mengandung magnesium. Pneumokokus mudah dilisiskan oleh zat
aktif permukaan, misalnya garam-garam empedu. Zat aktif permukaan mungkin menghilangkan atau
menonaktifkan penghambat autolisis dinding sel.
Kebanyakan Streptococcus tumbuh dalam pembenihan padat sebagai koloni diskoid dengan
diameter 1-2 mm. Strain yang menghasilkan bahan simpai sering membentuk koloni mukoid.
Sebenarnya pertumbuhan Streptococcus cenderung menjadi kurang subur pada perbenihan padat
atau dalam kaldu, kecuali yang diperkaya dengan darah atau cairan jaringan. Kuman yang patogen
bagi manusia paling banyak memerlukan faktor-faktor pertumbuhan. Pertumbuhan dan hemolisis
dibantu oleh pengeraman dalam CO2 10%. Kebanyakan Streptococcus patogen tumbuh paling baik
pada suhu 370 C. Kebutuhan makanan bervariasi untuk setiap spesies Energi utama untuk
pertumbuhan diperoleh dari penggunaan glukosa.
Varian strain Streptococcus yang sama dapat menunjukkan bentuk koloni yang berbeda.
Organisme ini cenderung virulen dan terbungkus kapsul polisakarida sehingga relatif kebal terhadap
fagositosis oleh leukosit manusia
2. Kultur
Agar darah domba (ADD) dan agar darah kuda (ADK) adalah media standar sebagai
media pertumbuhan untuk mengidentifikasi jenis bakteri dan sebagai media untuk tes
sensitivitas antibiotik dari berbagai bakteri patogen.
Dengan menggunakan darah domba atau kuda, para ahli mikrobiologi dapat
menginterpretasikan bakteri yang tumbuh dengan lebih tepat. Penggunaan darah domba wol
(Wool Sheep) di negara berkembang seperti Indonesia susah untuk diwujudkan karena domba
wol tidak dapat beradaptasi dengan iklim tropis seperti iklim dinegara Indonesia.
Oleh karena itu, di negara berkembang seperti Indonesia penggunaan agar darah
manusia (ADM) untuk pemeriksaan mikrobiologi rutin dilakukan. Hal ini dikarenakan biaya
yang harus dikeluarkan menjadi lebih murah dan iklim di Indonesia memang kurang
mendukung untuk memelihara domba dan kuda sebagai penyuplai darah untuk dipakai
menjadi salah satu bahan pembuat agar darah .
ADM tidak direkomendasikan karena dapat membahayakan dalam penanganannya,
khususnya bagi para pekerja laboratorium, karena dapat menjadi media untuk transmisi
penyakit yang menular melalui darah seperti HIV dan hepatitis.
Selain itu, banyak bakteri patogen yang gagal tumbuh sempurna atau terdapat
perbedaan morfologi dan pola hemolitik bakteri jika dibiakkan di media agar darah manusia
sehingga dapat mengelabui dalam pengenalan koloni.
Apusan nasofaring diambil menggunakan alat swab nasofaring. Apusan nasofaring
diambil dengan standar metode klinis, dengan cara memasukkan swab kedalam hidung
sampai nasofaring. Spesimen swab dimasukkan kedalam media transport STGG. Tiap media
STGG diberi kode dengan nama subyek dan tanggal pengambilan.
Isolasi primer dikerjakan dengan cara Streak-Plate technique. Swab digoreskan pada
permukaan media Agar darah + gentamisin 5% seluas 2 cm2. Menyeterilkan osse, kemudian
bekas goresan alat swab tadi dilakukan goresan berulang dan rapat. Osse kembali disterilkan,
piring petri ditutup kemudian diberi kode dan tanggal inkubasi. Media dieramkan pada
inkubator CO2 5% dengan suhu 370C selama 24 jam. Pertumbuhan koloni dilihat setelah 24
jam.
3. Identifikasi
Identifikasi bakteri menggunakan uji optochin. Koloni murni pada media agar darah
diambil, kemudian digoreskan diatas media agar darah yang baru. Optochin disk diletakkan
ditengah-tengah inokulasi. Media diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam dalam 5% CO2.
Mengamati zona inhibisi yang terbentuk, bila zona inhibisi memiliki diameter >14 mm
menunjukkan positif S. pneumoniae.

4. Patogenesis
Terjadinya kuman yang masuk bersama sekret bronkus kedalam alveoli menyebabkan
reaksi radang berupa sembab seluruh alveoli yang terkena disusul dengan infiltrasi sel-sel
radang. Sebagai awal pertahanan tubuh, terjadi fagositosis kuman penyakit oleh sel-sel
radang melalui proses psedopi sitoplasmik yang mengelilingi dan "memakan" bakteri
tersebut.
Pada waktu terjadi proses infeksi, akan tampak empat zona pada daerah
keradangan tersebut, adapun zona tersebut adalah sebagai berikut :

1. Zona luar :
Alveoli yang terisi kuman pneumokokus (streptococcus pneumonia) dan cairan sembab.

2. Zona permukaan konsolidasi :


Terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah

3. Zona konsolidasi yang luas :


Daerah terjadinya fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak.

4. Zona resolusi :
Daerah terjadinya resolusi dengan banyak bakteri yang mati, lekosit dan makrofak alveolar.
(Mukty dan Alsagaff, 2010).

5. Faktor Resiko
Umur, jenis kelamin, gizi kurang, kurang ASI, Polusi udara, perubahan iklim, kepadatan
tempat tinggal, tingkat ekonomi rendah.
6. Terapi
Pemberian antibiotik merupakan salah satu kunci terapi pneumonia. Pengobatan
infeksi S. pneumoniae menjadi lebih kompleks sehubungan dengan munculnya resistensi
kuman terhadap berbagai jenis antibiotik. Oleh karena itu perlu pengendalian penggunaan
antibiotik dengan cara yang bijaksana.
Terjadinya resistensi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tinggal di
daerah perkotaan, status sosial ekonomi dan riwayat penggunaan antibiotik. Penelitian yang
dilakukan Klugman (2007) menyebutkan bahwa anak yang tinggal di perkotaan dan mudah
mandapatkan pelayanan kesehatan cenderung lebih resisten terhadap antibiotik dibandingkan
dengan anak yang tinggal di pedesaan dan sulit mendapatkan pelayanan kesehatan. Tingginya
insiden pneumonia pada balita dan pengelolaan pneumonia yang rumit akibat peningkatan
resistensi terhadap antibiotik menjadi masalah serius.
Dari 23 sampel yang positif terkolonisasi S. pneumoniae, sebesar 78,3% sampel
resisten terhadap tetrasiklin, 52,2% terhadap trimethoprim-sulfamethoxazole, 47,8% terhadap
oxacilin, 17,4% terhadap erythromycin, dan 8,7% terhadap levofloxacin dan vankomisin.
Dari penelitian ini sebesar 39,1% sampel merupakan Multi-drug Resistant, 17,4% resisten
terhadap penisilin dan 2 golongan antibiotik lain, dan 21,7% resisten terhadap penisilin dan 3
golongan antibiotik lain. Multi-drug Resistant yang paling banyak terjadi adalah kolonisai S.
pneumoniae resisten terhadap penisilin dan 3 golongan antibiotik lain (tetrasiklin,
trimethoprim-sulfamethoxazole, dan erythromycin) sebesar 17,4%.
Penisilin merupakan golongan antibiotik yang pertama kali dipakai untuk membunuh
S. pneumoniae. Menurut Reechaipicitkul (2006) salah satu faktor risiko meningkatnya
resistensi penisilin adalah adanya riwayat penggunanaan antibiotik sebelumnya dalam waktu
3 bulan. Penelitian lain oleh Chiu et al. (2001) peningkatan resistensi penisilin disebabkan
oleh penggunaan antibiotik secara tidak bijak, dimana seseorang dapat dengan mudah
mendapatkan antibiotik tersebut baik dengan atau tanpa resep dokter.
7. Pencegahan

1. ASI eksklusif 6 bulan

2. Gizi cukup dan seimbang sesuai usia anak


Kecukupan gizi merupakan kunci dalam meningkatkan sistem pertahan tubuh anak, dimulai
dari ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan. Gizi yang baik terbukti dapat mencegah
pneumonia dan juga mempercepat penyembuhan.

3. Imunisasi
Imunisasi yang penting berkaitan dengan pneumonia antara lain imunisasi DPT. campak,
pneumokokus, dan Hib. Imunisasi DPT dan campak meupakan imunisasi wajib yang hams
diberikan pada anak, sedangkan imunisasi pneumokokus dan Hib merupakan imunisasi
anjuran yang dapat diberikan pada anak Karena memberikan kekebalan terhadap kuman
penyebab pneumonia.

4. Lingkungan bebas asap


Anak-anak harus dijauhkan dari pajanan asap rokok, asap dapur terutama dari pembakaran
kayu dan sejenisnya, serta polusi udara.Memperbaiki hygiene lingkungan dapat dilakukan
misalnya dengan menyediakan ventilasi yang baik di dalam rumah, menjaga kebersihan, dan
menggunakan masker pelindung untuk mengurangi pajanan terhadap polusi.

5. Etiket batuk
Penularan pneumonia banyak berasal dari percikan batuk atau bersin pasien pneumonia.
Untuk menghindari penularan tersebut, sebaiknya menutup mulut saat batuk atau bersin.
Selainitu, penting untuk mencuci tangan setelahnya untuk menghindari tersebarnya kuman.

Anda mungkin juga menyukai