Anda di halaman 1dari 63

PENGARUH EKSTRAK ETANOL SARANG SEMUT

TERHADAP PENURUNAN KOLESTEROL PADA TIKUS YANG

DIBERIKAN MINYAK JELANTAH SECARA PERORAL

LATAR BELAKANG

Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan

fungsi otak secara fokal maupun global, yang dapat menimbulkan kematian atau

kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan

vaskular. Menurut Junaidi (2011) stroke merupakan penyakit gangguan fungsional

otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena

perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala

dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh

dengan cacat, atau kematian. Stroke iskemik merupakan suatu penyakit yang

diawali dengan terjadinya serangkaian perubahan dalam otak yang terserang yang

apabila tidak ditangani dengan segera berakhir dengan kematian otak tersebut.

Sedangkan stroke hemoragik merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut

fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak yang disebabkan oleh

perdarahan suatu arteri serebralis. Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat

masuk ke dalam jaringan otak, sehingga terjadi hematom.

Di dunia untuk semua kelompok umur stroke iskemik dan penyakit jantung

merupakan penyebab kematian utama. Dengan penderita stroke iskemik yang

1
meninggal di dunia adalah 7,2 juta jiwa (12,2 %), dan penyakit jantung 5,7 juta jiwa

(9,7%). Insidens rate penyakit stroke iskemik untuk serangan pertama adalah 9 juta

jiwa, Menurut World Health Organization (WHO) (2004) seperti yang dikutip pada

laporan The Global Burden Disease

Menurut peneliti dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC),

stroke banyak ditemukan di kalangan remaja dan orang muda dewasa. Laporan ini

diterbitkan dalam Annals of Neurology, edisi 1 September 2011. Data di Amerika

Serikat menunjukkan, jumlah pasien berusia 15-44 tahun yang menjalani perawatan

di rumah sakit khusus stroke melonjak lebih dari sepertiga antara tahun 1995 dan

2008. Peningkatan ini diduga karena meningkatnya sebagian jumlah orang muda

yang memiliki penyakit seperti tekanan darah tinggi dan diabetes melitus tipe II,

penyakit yang sebenarnya berhubungan dengan orang dewasa yang lebih tua.Di

Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan

stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan

maupun berat. Secara umum, dapat dikatakan angka kejadian stroke adalah 200 per

100.000 penduduk. Dalam satu tahun, di antara 100.000 penduduk, maka 200 orang

akan menderita stroke. Kejadian stroke iskemik sekitar 80% dari seluruh total kasus

stroke, sedangkan kejadian stroke hemoragik hanya sekitar 20% dari seluruh total

kasus stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2012).

Pada penelitian berskala cukup besar yang dilakukan oleh survey ASNA

(Asean Neurologic Association) di 28 rumah sakit di seluruh Indonesia, pada

penderita stroke akut yang dirawat di rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan

2
bahwa penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dan profil usia dibawah 45

tahun cukup banyak yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun berjumlah 54,7% dan diatas usia

65 tahun sebanyak 33,5% (Misbach, 2001). Berdasarkan data yang berhasil

dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), masalah stroke semakin

penting dan mendesak karena kini jumlah penderita stroke di Indonesia terbanyak

dan menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah yang disebabkan oleh stroke

menduduki urutan kedua pada usia diatas 60tahun dan urutan kelima pada usia 15-

59 tahun (Yastroki, 2012).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007,

prevalensi nasional stroke adalah 0,8% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan

gejala). Sebanyak 11 provinsi dari 33 provinsi di Indonesia memiliki prevalensi di

atas prevalensi nasional, termasuk provinsi Sumatera Barat dengan prevalensi 6,9%

pada posisi ke-10 tertinggi di Indonesia. Di Sumatera Barat dari data yang ada pada

Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi sebanyak 30% - 40% penderita

stroke iskemik yang dirawat di ruang neurologi berusia 30 – 50 tahun.

Kecenderungan peningkatan penyakit stroke usia muda tampak sejalan dengan

peningkatan gizi berbagai makanan cepat saji, pola makanan yang sangat berlemak

dan berkolesterol tinggi. Sedangkan yang telah diketahui bahwa pola makan di

Sumatera Barat selalu didominasi dengan makanan yang sangat berlemak dan

berkolesterol tinggi. Hal ini menyebabkan pergerseran usia penderita penyakit

stroke. Penyakit stroke yang dulunya sering ditemui pada lanjut usia sekarang

ditemui pada usia muda (Angga, 2004; Gaharu, 2005).

3
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun

global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah

otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di

otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi

terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel

saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke (Junaidi,

2011).

Faktor yang memengaruhi kejadian stroke, diantaranya umur, jenis kelamin,

keturunan, ras, hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes melitus, merokok,

aterosklerosis, penyakit jantung, obesitas, konsumsi alkohol, stres, kondisi sosial

ekonomi yang mendukung, diet yang tidak baik, aktivitas fisik yang kurang dan

penggunaan obat anti hamil.

Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan darah

yang disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah otak. penyumbatnya

adalah plak atau timbunan lemak yang mengandung kolesterol yang ada dalam

darah. Penyumbatan bisa terjadi pada pembuluh darah besar (arteri karotis), atau

pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau pembuluh darah kecil. Penyumbatan

pembuluh darah bisa terjadi karena dinding bagian dalam pembuluh darah (arteri)

menebal dan kasar, sehingga aliran darah tidak lancar dan tertahan. Oleh karena

darah berupa cairan kental, maka ada kemungkinan akan terjadi gumpalan darah

(trombosis), sehingga aliran darah makin lambat dan lama-lama menjadi sumbatan

pembuluh darah. Akibatnya, otak mengalami kekurangan pasokan darah yang

4
membawah nutrisi dan oksigen yang diperlukan oleh darah. Sekitar 85 % kasus

stroke disebabkan oleh stroke iskemik atau infark, stroke infark pada dasarnya

terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak. Penurunan aliran darah yang semakin

parah dapat menyebabkan kematian jaringan otak. Penggolongan stroke iskemik

atau infark menurut Junaidi (2011).

Kolesterol yang tinggi juga merupakan faktor risiko untuk terkena stroke.

Kolesterol LDL yang tinggi, kolesterol HDL yang rendah, dan rasio kolesterol LDL

dan HDL yang tinggi dihubungkan dengan peningkatan risiko terkena stroke. Hal ini

akan diperkuat bila ada faktor risiko stroke yang lain (misalnya: hipertensi,

merokok, obesitas). Hubungan antara kolesterol dan stroke tergambarkan pula

dalam berbagai penelitian terapi kolesterol. Keberhasilan terapi penurunan kadar

kolesterol darah akan menurunkan risiko stroke dan penyakit jantung sebesar 60%.

Penurunan kadar koleserol darah akan menghambat proses atherosclerosis

(pengerasan diniding pembuluh darah arteri). Perkembangan atherosclerosis dapat

dihambat pada sebagian besar pasien yang menjalani terapi selama 2 tahun. Kadar

kolesterol darah yang tidak terkendali akan meningkatkan risiko stroke. Pasien

berusia 40 tahun-an yang memiliki kadar kolesterol LDL tinggi akan memiliki risiko

sebesar 52% untuk mengalami serangan jantung dan stroke pada usia diatas 50

tahun (Lang, 2005). Kadar kolesterol darah yang tinggi tidak memberikan gejla

yang spesifik. Hal ini menyebabkan kadar kolesterol darah yang tinggi juga dijuluki

sebagai ‘the silent killer’. Pasien datang berobat ketika telah muncul komplikasi

pembuluh darah.

5
Suatu gangguan akut dari fungsi lokal serebral yang gejalanya berlangsung

kurang dari 24 jam atau serangan sementara dan disebabkan oleh thrombus atau

emboli. Satu sampai dua jam biasanya TIA dapat ditangani, namun apabila sampai

tiga jam juga belum bisa teratasi sekitar 50 % pasien sudah terkena infark (Grofir,

2009; Brust, 2007, Junaidi, 2011). Reversible Ischemic Nerurological Defisit

(RIND), Gejala neurologis dari RIND akan menghilang kurang lebih 24 jam,

biasanya RIND akan membaik dalam waktu 24–48 jam c. Stroke In Evolution (SIE)

Pada keadaan ini gejala atau tanda neurologis fokal terus berkembang dimana

terlihat semakin berat dan memburuk setelah 48 jam. Defisit neurologis yang timbul

berlangsung bertahap dari ringan sampai menjadi berat. Complete Stroke Non

Hemorrhagic kelainan neurologis yang sudah lengkap menetap atau permanen tidak

berkembang lagi bergantung daerah bagian otak mana yang mengalami infark.

Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat disebabkan oleh berbagai faktor.

Faktor-faktor penyebab kadar kolesterol yang tinggi adalah genetik, diet tinggi

lemak, kelebihan berat badan, kurangnya aktivitas fisik, dan merokok. Merokok

meningkatkan kadar kolesterol LDL dan menurunkan kadar kolesterol HDL. Kadar

kolesterol LDL yang tinggi dapat pula disebabkan oleh konsumsi alkohol atau obat-

obatan ( Chandra, 2006).

Minyak jelantah adalah minyak goreng yang dipanaskan atau digunakan

berulang kali dan mengalami perubahan baik secara fisik atau kimia yakni dengan

adanya perubahan warna dari bening menjadi berwarna gelap dan berbau tengik,

serta secara kimiawi mengalami perubahan reaksi hidrolis, oksidasi termal dan

polimerasi termal (Suara Komunitas,2009).

6
Hasil kajian dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM RI

Mataram), serta kajian dari pakar kesehatan terhadap penggunaan minyak jelantah

sebagai minyak goreng akan memberikan dampak pada gangguan

kesehatan.Pemanasan minyak goreng yang berulang kali (lebih dari 2 kali) pada

suhu tinggi (160 derajat C sampai dengan 180 derajat C) akan mengakibatkan

hidrolisis lemak menjadi asam lemak bebas yang mudah teroksidasi, sehingga

minyak menjadi tengik dan membentuk asam lemak trans yang dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan. Asam lemak trans yang muncul berhubungan

dengan metabolisme kolesterol.(Suara Komunitas, 2009).

Di dalam tubuh, kolesterol membentuk ikatan komplek lemak protein yang

dikenal dengan lipoprotein, seperti chilomicron, Very Low Density Lipoprotein,

Low Density Lipoprotein, High Density Lipoprotein. Kadar HDL dan LDL sangat

erat hubungannya dengan terjadinya endapan dalam pembuluh darah. LDL akan

memudahkan lemak mengendap pada dinding bagian dalam pembuluh darah.

Semakin tebal endapan maka pembuluh darah jantung akan semakin tersumbat atau

mengalami penebalan atau yang disebut atherosclerosis. (Anonymous, 2008)

Flavonoid mampu bertindak sebagai antioksidan dan berfungsi menetralisir

radikal bebas dan dengan demikian meminimalkan efek kerusakan pada sel dan

jaringan tubuh. Flavonoid memberikan perlindungan terhadap sejumlah penyakit

termasuk kanker, penyakit jantung, diabetes, tumor. Flavonoid juga membantu

mencegah aterosklerosis atau penyakit yang ditandai dengan pengendapan lemak

dalam dinding arteri. Flavonoid juga dikenal memiliki efek anti-inflamasi, sifat anti-

alergi, dan anti-virus. Flavonoid mampu menekan penggumpalan trombosit yang

7
berhubungan dengan penyakit seperti aterosklerosis dan pembentukan trombosit

akut trombus, (Febriani, 2014), flavonoid juga bersifat hipokolesterolemik

(menurunkan kolesterol darah) , (benyaliwibowo, 2008)

Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia akhir-akhir

ini meningkat, bahkan beberapa bahan alam telah diproduksi secara pabrikasi dalam

skala besar. Penggunaan obat tradisional dinilai memiliki efek samping yang lebih

kecil dibandingkan dengan obat yang berasal dari bahan kimia, disamping itu

harganya lebih terjangkau. Selain itu keuntungan lain penggunaan obat tradisional

adalah bahan bakunya mudah diperoleh dan harganya yang relatif murah (Putri,

2010). Indonesia kaya akan sumber bahan obat tradisional yang telah digunakan

secara turun temurun oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Sampai saat ini

penggunaan tumbuhan yang berkhasiat obat telah dilakukan sejak berabad-abad

yang lalu. Salah satu tanaman obat yang sangat bermanfaat untuk menjaga dan

mengobati gangguan kesehatan adalah umbi sarang semut, obat alami asal Papua

dari Wamena. Secara empiris, tumbuhan sarang semut tersebut dapat

menyembuhkan beragam penyakit berat seperti tumor, kanker, jantung, wasir, TBC,

rematik, gangguan asam urat, stroke, maag, gangguan fungsi ginjal, dan prostat.

Selain itu, ekstrak rebusan air tumbuhan sarang semut juga terbukti dapat

memperlancar air susu ibu (ASI), meningkatkan gairah seksual bagi pria maupun

wanita dan berguna untuk memperlancar haid, serta mengatasi keputihan (Subroto

dan Saputro, 2006). Berdasarkan analisis fitokimia, selain mengandung zat-zat

nutrisi yang penting bagi tubuh, tumbuhan sarang semut juga mengandung

senyawa-senyawa kimia dari golongan flavonoid dan tanin. Dalam banyak kasus,

8
flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu

fungsi dari mikroorganisme bakteri atau virus (Subroto dan Saputro, 2006).

Flavonoid juga bertindak sebagai antioksidan yang dapat membentuk mekanisme

pertahanan sel terhadap kerusakan radikal bebas (Manna et al., 2009).

Berdasarkan permasalahan yang telah di temukan di atas serta minimnya

hasil yang dipublikasikan melalui media buku, internet maupun jurnal kesehatan

tentang tumbuhan ini, maka di coba untuk melakukan penelitian untuk mengetahui

aktivitas ekstrak etanol sarang semut terhadap penuruhan kolesterol.

Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, masalah penelitian

dapat dirumuskan: “ Apakah ada pengaruh ekstrak etanol sarang semut terhadap

penurunan kolesterol.

Tujuan penelitian

1) Tujuan umum

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh ekstrak etanol sarang semut dengan

penurunan kolesterol.

b). tujuan Khusus

i. Mengetahui efektifitas ekstrak etanol sarang semut.

ii. Mengetahui efektifitas ekstrak etanol sarang semut terhadap penurunan kolestrol

tikus putih yang diberi minyak jelanta secara peroral.

9
Manfaat penelitian

i. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas khasanah mengenai pengaruh

ekstrak etanol sarang semut terhadap penurunan kolestrol

ii. Penelitian ini diharpakan dapat memberikan informasi mengenai manfaat

kasiat ekstrak etanol sarang semut terhadap penurunan kolesterol

10
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kolesterol

Kolesterol adalah suatu zat lemak yang terdapat pada seluruh

produk binatang (contoh : daging, produk susu dan telur). Kolesterol sangat

dibutuhkan bagi tubuh dan digunakan untuk membentuk membran sel,

memproduksi hormon seks dan membentuk asam empedu, yang diperlukan

untuk mencerna lemak. Kolesterol sangat dibutuhkan untuk memperoleh

kesehataan yang optimal. Bila kadar kolesterol didalam darah terlalu tinggi

akan terjadi pengendapan pada dinding pembuluh darah, dan ini dapat

mengakibatkan resiko tinggi terhadap penyakit jantung (Vella, 2001).

2.1.1 Pembentukan kolesterol

Kolesterol diabsorbsi setiap hari dari saluran pencernaan, yang

disebut kolesterol eksogen, suatu jumlah yang bahkan lebih besar dibentuk

dalam sel tubuh disebut kolesterol endogen. Pada dasarnya semua kolesterol

endogen yang beredar dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi

semua sel tubuh lain setidaknya membentuk sedikit kolesterol, yang sesuai

dengan kenyataan bahwa banyak struktur membran dari seluruh sel sebagian

disusun dari zat yang berstruktur dasar inti sterol ini (Gambar 1) (Guyton dan

Hall, 2006).

11
Gambar 1. struktur koleterol

Proses sintesis kolesterol (Gambar 2) terdiri dari lima tahapan utama (King,

2010) antara lain :

1. Marubah asetil CoAmenjadi 3-hydroxy-3-methylglutaryl-CoA ( HMG-

CoA)

2. Merubah HMG-CoA menjadi maevalonate

3. Mevalonate diubah menjadi molekul dasar isoprene, isopentenyl

pyrophosphate (IPP), bersamaan dengan hilangnya CO2.

4. IPP diubah menjadi squalene

5. Squalene diubah menjadi kolesterol.

12
Gambar 2. Biosintesis Kolesterol

2.1.2. Transpor Kolesterol

Lemak (fat) yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati

dan jaringan adiposa harus diangkut ke berbagai jaringan dan organ untuk

digunakan dan disimpan. Lipid plasma terdiri dari triasilgliserol (16%),

fosfolipid (30%), kolesterol (14%), ester kolesterol (36%) dan asam lemak

bebas (4%). Lipid diangkut didalam plasma sebagai lipoprotein (Gambar 3).

Empat kelompok utama lipoprotein penting yaitu : kilomikron, VLDL, LDL

dan HDL. Kilomikron mengangkut lipid yang dihasilkan dari pencernaan

dan penyerapan; VLDL mengangkut triasilgliserol dari hati; LDL

menyalurkan kolesterol ke jaringan, dan HDL membawa kolesterol ke

jaringan dan mengembalikannya ke hati untuk diekskresikan dalam proses

yang dikenal sebagai transpor kolesterol terbalik (reverse cholesterol

transport) (Murray et al. 2003).

13
Gambar 3. Transpor kolesterol antar berbagai jaringan

2.1.3. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Kolesterol Plasma.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi plasma adalah :

Konsumsi kolesterol yang berfungsi sebagai kontrol umpan balik instrinsik,

diet tinggi lemak yang jenuh, diet lemak tidak jenuh akan menekan

konsentrasi kolesterol plasma, kekurangan insulin atau hormon steroid akan

meningkatkan konsentrasi kolesterol darah sedangkan kelebihan hormon

steroid akan menurunkan konsentrasi kolesterol plasma (Guyton dan Hall,

2006).

2.1.3. Manfaat Khusus Kolesterol

Sejauh ini manfaat kolesterol nonmembran yang paling banyak dalam

tubuh adalah untuk membentuk asam kolat di dalam hati. Sebanyak 80

persen kolesterol dikonversi menjadi asam kolat. Kolesterol berkonjugasi

dengan zat lain membentuk garam empedu, yang membantu pencernaan dan

absorbsi lemak. Sebagian kecil dari kolesterol dipakai oleh kelenjar adrenal

untuk membentuk hormon adrenokortikal; ovarium, untuk membentuk

progesteron dan estrogen; dan oleh testis untuk membentuk testosteron.

Kelenjar-kelenjar ini juga dapat membentuk sterol sendiri dan kemudian

membentuk hormon dari sterol tersebut. Sejumlah besar kolesterol

diendapkan dalam lapisan korneum kulit. Hal ini bersama dengan lemak

14
lainnya, membuat kulit lebih resisten terhadap absorbsi zat yang larut dalam

air dan juga kerja dari berbagai zat kimia, karena kolesterol dan lemak lain

sangat tidak berdaya terhadap zat-zat seperti asam lemak dan berbagai

pelarut, yang bila tidak dapat lebih mudah menembus tubuh. Juga, zat lemak

ini membantu mencegah evaporasi air dari kulit; tanpa proteksi ini jumlah

evaporasi (seperti terjadi pada pasien yang kehilangan kulitnya karena luka

bakar) dapat mencapai 5 sampai 10 liter setiap hari sedangkan kehilangan

yang biasa hanya 300 sampai 400 mililiter (Guyton dan Hall, 2006).

2.1.4. Fungsi Struktural Sellular Kolesterol dan Fosfolipid

Kolesterol dan fosfolipid bersama-sama membentuk struktural khusus di

seluruh sel tubuh, terutama untuk pembentukan membran. Sejumlah besar

kolesterol dan fosfolipid terdapat dalam sel membran dan membran organel

bagian dalam dari semua sel. Perlu juga diketahui bahwa rasio jumlah

kolesterol dan fosfolipid teruma penting untuk menentukan kandungan

cairan sel membran. Untuk membentuk membran, harus tersedia zat yang

tidak larut dalam air. Umumnya, satu-satunya zat dalam tubuh yang tidak

larut dalam air (selain zat anorganik tulang) adalah lipid dan beberapa

protein. Jadi, integritas fisik sel di semua tempat dalam tubuh didasarkan

terutama pada fosfolipid, kolesterol, dan protein tidak larut tertentu. Muatan

polar pada fosfolipid juga mengurangi tegangan antar permukaan antara

membran dan cairan sekitarnya. Fakta lain yang menunjukkan pentingnya

15
kolesterol dan fosfolipid untuk pembentukan struktur elemen sel adalah

kecepatan pergantian yang diukur dalam bulanan atau tahunan. Misalnya,

fungsi kolesterol dan fosfolipid di dalam sel otak terutama berhubungan

dengan sifat fisik keduanya yang tidak dapat dirusak (Guyton dan Hall,

2006).

Meneurut benyaliwibowo (2008) Kolesterol merupakan salah satu

senyawa lemak seperti lilin dan berwarna kekuningan. Sebagian besar

kebutuhan kolesterol tubuh di produksi oleh hati. Di dalam tubuh, kolesterol

mempunyai fungsi penting yang diperlukan dalam berbagai proses

metabolisme, seperti untuk bahan pembentuk dinding sel, pembentukan

hormon misalnya hormon seks, pembungkus jaringan saraf, membuat

vitamin D yang penting untuk kesehatan tulang, bahan pembentukan asam

dan garam empedu yang berfungsi untuk mengemulsi lemak, juga untuk

perkembangan sel-sel otak pada anak-anak. Dengan demikian dalam kadar

normal kolesterol mempunyai banyak manfaat, tetapi akan menjadi masalah

bagi tubuh jika kadarnya berlebihan.

Kolesterol merupakan substansi lemak, yang secara normal dibentuk

di dalam tubuh. Kolesterol dibentuk di hati dari lemak makanan. Kolesterol

memainkan banyak peran penting dalam fungsi sel tubuh (antara lain

produksi hormon). Kolesterol darah dapat dibagi menjadi 2 bagian utama:

kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) yang dikenal sebagai ‘kolesterol

16
jahat’ dan kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) yang dikenal sebagai

‘kolesterol baik’. LDL membawa kolesterol dari hati ke sel, dan HDL

berperan membawa kolesterol dari sel ke hati.

Kadar kolesterol LDL yang tinggi akan memicu penimbunan kolesterol di

sel, yang menyebabkan munculnya atherosclerosis (pengerasan dinding

pembuluh darah arteri) dan penimbunan plak di dinding pembuluh darah.

Hal ini dihubungkan dengan penngkatan risiko penyakit akibat gangguan

pembuluh darah (misalnya: penyakit jantung koroner, stroke, gangguan

pembuluh darah terpi).

Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak

yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Smeltzer &

Bare, 2002). Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi

aliran darah otak. Stroke dapat terjadi karena pembentukan trombus disuatu

arteri serebrum, akibat emboli yang mengalir ke otak dari tempat lain di

tubuh, atau akibat perdarahan otak (Corwin, 2001).Berdasarkan beberapa

pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stroke adalah gangguan

peredaran otak yang dapat mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila

gangguan yang terjadi cukup besar akan mengakibatkan kematian sebagian

sel saraf. Stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu, stroke iskemik

dan stroke hemorrhagic. Kedua kategori ini merupakan suatu kondisi yang

berbeda, pada stroke hemorhagic terdapat timbunan darah di subarahchnoid

atau intraserebral, sedangkan stroke iskemik terjadi karena kurangnya suplai

17
darah ke otak sehingga kebutuhan oksigen dan nutrisi kurang mencukupi.

Klasifikasi stroke menurut Wardhana (2011).

Stroke iskemik merupakan tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan

otak yang disebabkan berkurangnya aliran darah ke otak sehingga

mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak (Sjahrir,2003).

II.1.2 Epidemiologi

Stroke merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Amerika

Serikat dan meskipun rata-rata kejadian stroke menurun, tetapi jumlah

penderita stroke tetap meningkat yang diakibatkan oleh meningkatnya

jumlah populasi tua/meningkatnya harapan hidup. Terdapat beberapa variasi

terhadap insidensi dan outcome stroke di berbagai negara (Ali dkk, 2009;

Morris dkk, 2000) Sampai dengan tahun 2005 dijumpai prevalensi stroke

pada laki-laki 2,7% dan 2,5% pada perempuan dengan usia ≥18 tahun.

Diantara orang kulit hitam, prevalensi stroke adalah 3,7% dan 2,2% pada

orang kulit putih serta 2,6 % pada orang Asia. (Ali dkk, 2009; carnethon dkk,

2009) Diantara Warga Amerika Indian yang berusia 65-74 tahun, insiden

rata-rata/1000 populasi dengan kejadian stroke yang baru dan berulang

pertahunnya adalah 6,1% pada laki-laki dan 6,6% pada perempuan. Rata-rata

mortalitas stroke mengalami perubahan dari tahun 1980 hingga 2005.

Penurunan mortalitas stroke pada laki-laki lebih besar daripada perempuan

dengan rasio laki-laki dibandingkan dengan perempuan menurun dari 1,11

menjadi 1,03. Juga dijumpai penurunan mortalitas stroke pada usia ≥ 65

18
tahun pada laki-laki dibandingkan perempuan (National Center for Health

Statistics, 2008) Dari Survey ASNA di 28 RS seluruh Indoneisia, diperoleh

gambaran bahwa penderita laki-laki lebih banyak dari pada perempuan dan

profil usia 45 tahun yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun berjumlah 54,2% dan

diatas usia 65 tahun 33,5%. Data-data lain dari ASNA Stroke Collaborative

Study diperoleh angka kematian sebesar 24,5% (Misbach dkk, 2007).

II.1.3 Klasifikasi Stroke

Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke berdasarkan atas

patologi anatomi (lesi), stadium dan lokasi (sistem pumbuluh darah)

(Misbach, 1999).

I. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:

1. Stroke iskemik

a. Transient Ischemic Attack (TIA)

b. Trombosis Serebri

c. Emboli Serebri

2. Stroke hemoragik

a. Perdarahan Intraserebral

b. Perdarahan Subarakhnoid

II. Berdasarkan stadium

19
1. TIA

2. Stroke in evolution

3. Completed Stroke

III. Berdasarkan lokasi (sistem pembuluh darah)

1. Tipe Karotis

2. Tipe Vetebrobasiler

II.1.4 Faktor Resiko

Faktor resiko untuk terjadinya stroke yang pertama dapat diklasifikasikan

berdasarkan pada kemungkinannya untuk dimodifikasi (nonmodifiable,

modifiable, or

potentially modifiable) dan bukti yang kuat (well documented or less well

documented)

(Goldstein, 2006)

1. Non modifiable risk factors:

1. 1. Usia

2. 2. Jenis kelamin

3. 3. Berat badan lahir rendah

4. 4. Ras/etnik

5. 5. Genetik

2. Modifiable risk factors:

20
a. Well-documented and modifiable risk factor

1. 1. Hipertensi

2. 2. Terpapar asap rokok

3. 3. Diabetes

4. 4. Atrial fibrillation and certain other cardiac condition

5. 5. Dislipidemia

6. 6. Stenosis arteri karotis

7. 7. Terapi hormon postmenopouse

8. 8. Poor diet

9. 9. Physical inactivity

10. 10. Obesitas dan distribusi lemak tubuh

b. Less well-documented and modifiable risk factor

1. 1. Sindroma metaboliK

2. 2. Alcohol abuse

3. 3. Penggunaan kontrasepsi oral

4. 4. Sleep disordered-breathing

5. 5. Nyeri kepala migren

6. 6. Hiperhomosisteinemia

7. 7. Peningkatan lipoprotein (a)

8. 8. Elevated lipoprotein-associated phospholipase

9. 9. Hypercoagulability

21
10. 10. Inflamasi

11. 11. Infeksi

1.5 Patofisiologi Stroke Iskemik

Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron secara

bertahap (Sjahrir, 2003):

Tahap 1:

1. a. Penurunan aliran darah

2. b. Pengurangan 02

3. c. Kegagalan energi

4. d. Termina; depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion

Tahap 2 : a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion

5. b. Spreading depression

6. Tahap 3 : Inflamasi

7. Tahap 4 : Apoptosis

Stroke Hemoragik adalah stroke yang terjadi karena perdarahan

subarakhnoid yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak pada

daerah tertentu ( Hudak Gallow, 1996 ). Stroke hemoragik adalah jika suatu

pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul iskemia di otak dan hipoksia

disebelah hilir (Corwin, 2000 ) Dari beberapa pengertian diatas dapat

22
disimpulkan bahwa stroke hemoragik adalah keadaan penyakit yang

diakibatkan oleh karena adanya gangguan pada pembuluh darah serebral

yang diakibatkan adanya perdarahan serebral dapat menimbulkan kematian.

B. Anatomi Fisiologi

Sistem persyarafan utama manusia terbagi atas 2 bagian yaitu sistem

syaraf pusat (otak) dan sistem syaraf tepi (tulang belakang).

1.Otak (sistem syaraf pusat)

23
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum),

otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung

(medulla oblongata), dan jembatan varol

a. Otak besar (serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas

mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan

(memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari

semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada

juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks serebrum yang

berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang

terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan

sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang

menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses

belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai

bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan

psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses

berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat

penglihatan terdapat di bagian belakang.

b. Otak tengah ( mensefalon )

otak tengah terletak didepan otak kecil dan ejmbatan varol. Di depan otak

tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-

24
kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar endokrin. Bagian atas (

dorsal ) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata

seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.

c. Otak kecil (serebelum)

Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang

terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan

yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak

mungkin dilaksanakan.

d. Jembatan varol (pons varoli)

Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil

bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang

belakang.

e. Sumsum sambung (medulla oblongata)

Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula

spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan,

refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan

respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu,

sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin,

batuk, dan berkedip.

25
2. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)

Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar

berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna

kelabu Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian

seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap

bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke

sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari

sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk

dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan

menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf

motorik.

26
( matakuliahpsikologi.dekrizky.com/search/sistem+saraf+wikipedia –

Tembolok )

Sistem saraf tepi system saraf terdiri : system saraf sadar dan system saraf

tak sadar ( Sistem Saraf Otonom ) system saraf sadar mengontrol aktivitas

yang kerjanya diatur oleh otak , sedangkan saaf otonom mengontrol aktivitas

yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung ,gerak saluran

pencernaan dan sekresi keringat. Saraf tepi dan aktivitas – aktivitas yang

dsikendalikannya.

1. Sistem Saraf Sadar

Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf

yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf

yang keluar dari sumsum tulang belakang.

Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:

a. Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8

b. lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12

c. empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9,

dan 10, yang mempunyai fungsi masimg-masing sebagai berikut:

1) N. Olfactorius

27
Saraf ini berfungsi sebagai saraf sensasi penghidu, yang terletak dibagian

atas dari mukosa hidung di sebelah atas dari concha nasalis superior.

2) N. Optikus

Saraf ini penting untuk fungsi penglihatan dan merupakan saraf eferen

sensori khusus. Pada dasarnya saraf ini merupakan penonjolan dari otak ke

perifer.

3) N. Oculomotorius

Saraf ini mempunyai nucleus yang terdapat pada mesensephalon. Saraf

ini berfungsi sebagai saraf untuk mengangkat bola mata

4) N. Trochlearis

Pusat saraf ini terdapat pada mesencephlaon. Saraf ini mensarafi

muskulus oblique yang berfungsi memutar bola mata

5) N. Trigeminus

Saraf ini terdiri dari tiga buah saraf yaitu saraf optalmikus, saraf maxilaris

dan saraf mandibularis yang merupakan gabungan saraf sensoris dan

motoris. Ketiga saraf ini mengurus sensasi umum pada

wajah dan sebagian kepala, bagian dalam hidung, mulut, gigi dan meningen.

6) N. Abducens

Berpusat di pons bagian bawah. Saraf ini menpersarafi muskulus rectus

lateralis. Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan bola mata dapat digerakan

ke lateral dan sikap bola mata tertarik ke medial seperti pada Strabismus

konvergen.

28
7) N. Facialias

Saraf ini merupakan gabungan saraf aferen dan eferen. Saraf aferen

berfungsi untuk sensasi umum dan pengecapan sedangkan saraf eferent

untuk otot wajah.

8) N.Statoacusticus

Saraf ini terdiri dari komponen saraf pendengaran dan saraf

Keseimbangan

9) N. Glosofaringeus

Saraf sensorik dan motorik, untuk sensasi rasa

10) N. Vagus

Saraf sensorik dan motorik, refleks muntah dan menelan

11) N. Asesoris

Saraf motorik, untuk menggerakan bahu

12) N. Hipoglosus

saraf motorik, untuk gerakan lidah. Saraf otak dikhususkan untuk daerah

kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai

daerah toraks danrongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf

otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus

disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling

penting.Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan.

berdasrkan asalnya ,saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang

saraf leher,12pasang saraf punggung,5 pasang saraf pinggang ,5 pasang saraf

29
pinggul, dan 1pasang saraf ekor. Beberapa urat saraf bersatu membentuk

jaringan urat saraf yang disebut pleksus .

2. Saraf Otonom

Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak

maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan.

Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur

membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat

saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion

dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion. Sistem

saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf

parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik

terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang

terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang

belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf

parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion

menempel pada organ yang dibantu. Fungsi sistem saraf simpatik dan

parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri

dari keseluruhan "nervus vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah

dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.

(Anatomi, ganong, 2005)

30
C. Etiologi

Penyebab stroke hemoragik biasanya diakibatkan dari:

Hemoragi serebral ( pecahnya pembuluh darah serebral dengan

pendarahan kedalam jaringan otak atau seluruh ruang sekitar otak ).

Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak .

Hemoragi serebral dapat terjadi di berbagai tempat yaitu :

1. Hemoragi obstrudural

2. Hemoragi subdural

3. Hemoragi subakhranoid

4. Hemoragi intraserebral

Faktor resiko penyakit stroke menyerupai faktor resiko penyakit jantung

iskemik :

1. Usia

2. Jenis kelamin: pada wanita premonophous lebih rendah, tapi pada wanita

post monophous sama resiko dengan pria

3. Hipertensi

31
4. DM

5. Keadaan hiperviskositas berbagai kelainan jantung

6. Koagulopati karena berbagai komponen darah antara lain

hiperfibrinogenia

7. Keturunan

8. Hipovolemia dan syook

( Aru W, Sedoyo dkk, 2006)

Patofisiologi Stroke Hemoragik

Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim otak dan

perdarahan subarachnoid. Insidens perdarahan intrakranial kurang lebih 20

% adalah stroke hemoragik, dimana masing-masing 10% adalah perdarahan

subarachnoid dan perdarahan intraserebral (Caplan, 2000). Perdarahan

intraserebral biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma (Berry

aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di daerah

subkortikal, serebelum, dan batang otak. Hipertensi kronik menyebabkan

pembuluh arteriola berdiameter 100 – 400 mikrometer mengalami perubahan

patologi pada dinding pembuluh darah tersebut berupa lipohialinosis,

nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Pada

32
kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba menyebabkan

rupturnya penetrating arteri yang kecil. Keluarnya darah dari pembuluh

darah kecil membuat efek penekanan pada arteriole dan pembuluh kapiler

yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini mengakibatkan

volume perdarahan semakin besar (Caplan, 2000).

Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat

menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di dearah yang

terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul

karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis

(Caplan, 2000).

Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah

disekitar permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang

subarachnoid. Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh

rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous

malformation (AVM).

Manifestasi klinis

1. Kehilangan motorik

a. Hemiplegis,hemiparesis.

33
b. Paralisis flaksid dan kehilangan atau penurunan tendon profunda

(gambaran lklinis awal ).

2. Kehilangan komunikasi

a.Disartria

b.Difagia

c.Afagia

d.Afraksia

3. Gangguan konseptual

a. Hamonimus hemia hopia (kehilanhan sitengah dari lapang pandang)

b. Gangguan dalam hubungan visual-spasial (sering sekali terlihat pada

pasien hemiplagia kiri )

c. Kehilangan sensori : sedikit kerusakan pada sentuhan lebih buruk dengan

piosepsi , kesulitan dalam mengatur stimulus visual , taktil dan auditori.

4. Kerusakan aktivitas mental dan efek psikologis :

34
a. Kerusakan lobus frontal :kapasitas belajar memori ,atau fungsi intelektual

kortikal yang lebih tinggi mungkin mengalami kerusakan disfungsi tersebut.

Mungkin tercermin dalam rentang perhatian terbatas, kesulitan dalam

komperhensi,cepat lupa dan kurang komperhensi.

b. Depresi, masalah psikologis-psikologis lainnya. Kelabilan emosional,

bermusuhan, frurtasi, menarik diri, dan kurang kerja sama.

5 . Disfungsi kandung kemih :

a. Inkontinansia urinarius transia

b. Inkontinensia urinarius persisten / retensi urin (mungkin simtomatik dari

kerusakan otak bilateral)

c. Inkontinensia urin dan defekasi berkelanjutan (dapat menunjukkan

Kerusakan neurologisekstensif)

(Brunner & Suddart, 2002)

Penatalaksanaan

Cara penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien stroke adalah :

1. Diagnostik seperti ingiografi serebral, yang berguna mencari lesi dan

aneurisme.

35
2. Pengobatan, karena biasanya pasien dalam keadaan koma, maka

pengobatan yang diberikan yaitu :

a. Kortikosteroid , gliserol, valium manitol untuk mancegah terjadi Edema

acak dan timbulnya kejang

b. Asam traneksamat 1gr/4 jam iv pelan-pelan selama tiga minggu Serta

berangsur-angsur diturunkan untuk mencegah terjadinya Lisis bekuan darah

atau perdarahan ulang.

3. Operasi bedah syaraf. (kraniotomi)

4. Adapun tindakan medis pasien stroke yang lainnya adalah :

c. Deuretik : untuk menurunkan edema serebral

d. Antikoagulan : untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosis

atau emboli dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler

e. Medikasi anti trombosit : Dapat disebabkan karena trombosit memainkan

peran yang sangat penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi

(Brunner & Suddarth ,2002 )

36
Sarang Semut (Hydnophytum Formicarum Jack.)

2.1 Tanaman Sarang Semut

Tanaman sarang semut merupakan salah satu tumbuhan yang

telah dimanfaatkan untuk pengobatan berbagai penyakit. Sifat dari

tumbuhan ini adalah epifit . Tanaman sarang semut banyak

dimanfaatkan sebagai obat pada zaman sekarang. Sarang semut berasal

dari Papua. Berdasarkan hasil penelitian tanaman ini mengandung senyawa

aktif tokoferol, flavonoid, fenol, dan kaya berbagai mineral yang sangat

berguna.

Tanaman sarang semut adalah anggota family Rubiaceae. Tumbuhan

ini sebenarnya terdiri atas 5 genus, namun hanya 2 genus yang

berasosiasi dengan semut yaitu Myrmecodia dan Hydnophytum.

2.1.1 Taksonomi

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Lamiidae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Myrmecodia

37
Spesies : Myrmecodia pendens Merr. &Perry

Terdapat 26 spesies pada genus tumbuhan sarang semut (

myrcomedia jack ); semuanya dapat di temukan di papua termasuk papua

nugini. Spesies yang bisa di gunakan sebagai tanaman obat adalah

Myrcomedia pendens Merr.& Perry (Subroto et al., 2006).

2.1.2 Morfologi

a. Umbi

Saat muda umbinya berbentuk bulat, kemudian menjadi lonjong

memendek dan memanjang saat tua. Umbinya berduri dan memiliki sistem

jaringan lubang-lubang, dimana bentuk dan interkoneksi dari lubang-

lubang tersebut sangat khas sehingga sering digunakan sebagai parameter

dalam klasifikasi genus ini.

b. Batang

Batangnya jarang ada yang bercabang, jika ada hanya satu atau

beberapa cabang saja. Bahkan ada beberapa species yang tidak memiliki

cabang sama sekali. Batangnya tebal dan internodalnya sangat dekat,

kecuali pada pangkal sarang semut dari beberapa spesies.

38
c. Daun

Daunnya tebal seperti kulit. Pada beberapa spesies memiliki daun

yang sempit dan panjang. Stipula (penumpu) besar, persisten, terbelah

dan berlawanan dengan tangkai daun (petiol), serta membentuk seperti

“telinga” pada klipeoli. Terkadang terus berkembang menjadi sayap di

sekitar bagian atas klipeolus.

d. Bunga

Pembungaan dimulai sejak adanya beberapa ruas (intermodal)

pada tiap-tiap nodus (buku). Dua bagian pada setiap bunga berkembang

pada suatu kantong udara (alveolus) yang berbeda. Alveoli tersebut

mungkin ukurannya tidak sama dan terletak pada tempat yang berbeda

di batang. Kuntum bunga muncul pada dasar alveoli. Setiap bunga

berlawanan oleh suatu brakteola. Bunga jarang kleistogamus (menyerbuk

tidak terbuka) dan terkadang heterostilus. Tanaman ini dapat melakukan

penyerbukan sendiri dan menghasilkan banyak

buah yang berwarna merah atau orange ketika masak yang di

dalamnya terdapat sepasang biji. Biji-biji tersebut dapat tumbuh pada

media yang sesuai dan akan berkecambah dengan cepat. Biji yang kering

dan tua tidak akan berkecambah.

Saat ini perbanyakan tumbuhan sarang semut dapat diperbanyak

melalui kultur jaringan. Tumbuhan ini merupakan tanaman sukulen, yaitu

39
tanaman yang dapat menyimpan cadangan air pada jaringannya dan

memiliki morfologi berdaging (seperti kaktus dan lidah buaya) sehingga

dapat beradaptasi terhadap kekeringan. Pada habitat liar tumbuhan ini

memperoleh pupuk dari debris atau sampah yang diperoleh dari hasil

simbiosis mutualisme tumbuhan sarang semut dengan semut yang

menghuninya.

Terdapat 26 spesies pada genus tumbuhan sarang semut (

myrcomedia jack ); semuanya dapat di temukan di papua termasuk papua

nugini. Spesies yang bisa di gunakan sebagai tanaman obat adalah

Myrcomedia pendens Merr.& Perry (Subroto et al., 2006).

Umumnya, bagian tumbuhan sarang semut yang digunakan sebagai obat

adalah bagian hypocotyl (caudex) (Soeksmanto et al., 2010). Uji penapisan

40
kimia dari tumbuhan sarang semut iini menunjukan bahwa tumbuhan ini

mengandung senyawa aktif golongan flavonoid.

Kandungan senyawa Kimia

Kandungan senyawa aktif dalam sarang semut tergantung pada

tempat tumbuh dan umur tanamannya. Sarang semut yang tumbuh liar

di hutan akan menghasilkan senyawa yang berbeda dengan yang ditanam

di dalam pot. Menurut penelitian zat aktif dalam sarang semut yang

berkhasiat sebagai obat adalah senyawa golongan flavonoid dan tannin .

a. Flavonoid

Merupakan suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar ditemukan di

alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru

dan sebagian zat kuning yang terdapat dalam tumbuhan. Flavonoid telah

banyak diteliti dibidang kesehatan.

Fungsi umum flavonoid adalah sebagai antioksidant yang

berkekuatan sangat tinggi, sehingga dapat menghilangkan efek merusak

yang terjadi pada oksigen dalam tubuh manusia. Selain itu flavonoid

juga berfungsi untuk melindungi struktur sel dalam tubuh, meningkatkan

penyerapan dan penggunaan vitamin C dalam tubuh.

Manfaat flavonoid yang lain adalah sebagai antiradang

(antiinflamasi), Mencegah terjadinya pengeroposan tulang dan antibiotika

dengan mengganggu fungsi dari virus atau bakteri. Selain itu,

41
bioflavonoid juga berfungsi untuk meblokade terbentuknya prostaglandin

penyebab nyeri, menstimulan sel darah putih, serta meningkatkan daya

serang terhadap kuman. Penelitian secara in vitro maupun in vivo

menunjukkan aktivitas biologis dan farmakologis dari senyawa flavonoid

sangat beragam, salah satu diantaranya yakni memiliki aktivitas

antibakteri.

b. Tanin

Tanin merupakan suatu senyawa polifenol yang banyak

terdapat dalam

tumbuhan. Tanin terdapat dalam bagian tanaman tertentu, seperti daun,

buah, kulit kayu, dan batang. Tanin merupakan antiseptic untuk

mencegah hama serangga dan kapang.

Tanin mempunyai sifat mudah larut dalam air dan memiliki

rasa asam dan sepat. Tanin mampu mengendapkan protein dari larutannya

dan bersenyawa dengan protein tersebut, sehingga tidak dipengaruhi enzim

protiolitik. Senyawa fenol dalam tannin bersifat adstrigensia atau

pengelat, mempunyai daya antiseptic dan pemberi warna pada tumbuhan.

Dalam dunia pengobatan tannin dimanfaatkan sebagai zat yang dapat

mengobati diare, ambeien, keputihan,menghentikan perdarahan,

antibakteri, antioksidan, penawar racun, mengatasi peradangan, dan untuk

melangsingkan tubuh.

42
c. Tokoferol

Tokoferol atau yang lebih dikenal sebagai Vitamin E,

walaupun sebenarnya berbeda, tetapi keduanya merupakan senyawa

antioksidan yang kuat. Vitamin E memiliki fungsi utama, yaitu mampu

menghilangkan atau juga membuang berbagai radikal bebas dan molekul

oksigen merupakan tugasnya sebagai antioksidan alami. Fungsi lain dari

Vitamin E adalah memperlambat penuaan dini, membantu mengurangi rasa

lelah, mencegah adanya penyakit hati, mencegah sterilitas, dan juga destrodi

otot. Kandungan Tokoferol dalam sarang semut cukup tinggi yaitu

31,34 mg/100gr sarang semut, dimana ini sudah mencukupi kebutuhan akan

tokoferol untuk manusia.

d. Polifenol

Polifenol adalah asam fenolik dan flavonoid. Polifenol banyak

ditemukan dalam buah-buahan, sayuran, serta biji-bijian. Polifenol

berkhasiat sebagai antimikroba dan menurunkan kadar gula darah.Asam

Fenolik merupakan kelas dari antioksidan atau senyawa yang

menghilangkan radikal bebas. Molekul yang tidak stabil ini adalah produksi

dari metabolisme normal yang menyumbat pembuluh darah dan

mengakibatkan perubahan pada DNA yang dapat menimbulkan kanker dan

penyakit lain.

43
e. Mineral lainnya

Mineral-mineral yang terkandung dalam Sarang Semut

mempunyai fungsi

sebagai berikut :

Magnesium berperan dalam fungsi tulang, hati, otot, transfer air

intraseluler, keseimbangan basa, dan aktivitas neuomuseluler

 Besi berperan dalam pembentukan transporoksigen, hemoglobin,

dan aktivor enzim.

 Fosfor berperan dalam penyerapan produksi energy dan kalsium.

 Natrium berperan dalam volume cairan tubuh, keseimbangan

elektrolit, impus saraf, dan keseimbangan asam-basa.

 Seng bermanfaat dalam penyimpanan insulin, metabolism

karbohidrat, sintesis protein dan penyembuhan luka

Dampak minyak jelantah terhadap kesehatan

Ketika lemak masuk ke dalam makanan dapat terjadi modifikasi

terhadapkomposisi makanan. Perubahan yang dihasilkan bergantung pada

beragam faktor,seperti komposisi lemak yang digoreng dan yang dikandung

dalam makanan tersebut,tekstur, ukuran, bentuk makanan dan kondisi

penggorengan seperti lama durasi dantemperatur. Faktor-faktor terkait

mempengaruhi perubahan yang terjadi pada nilainutrisi makanan. Perubahan

44
ini dapat meliputi hilangnya nutrisi terutama vitamin danmineral (Ghidurus

et al.,2010).

Pada umumnya makanan hasil penggorengan mengandung 4-14%

lemak daritotal beratnya. Kualitas minyak goreng yang digunakan juga

mempengaruhipenyerapan minyak ke dalam makanan(Rukmini, 2007;

Castillo,2011). Penggunaan minyak jelantah akan meningkatkanpolaritas

minyak dan menurunkan tegangan permukaannya antara bahan pangan

danminyak sehingga penyerapan lemak akan semakin meningkat (Ghidurus

et al.,2010).

Sebuah penelitian tentang pengaruh suhu dan lama proses deep

frying terhadappembentukan asam lemak trans menunjukkan bahwa setelah

proses deep frying yangke-2 akan terbentuk asam lemak trans baru dan

kadarnya akan semakinmeningkat sejalan dengan penggunaan

minyaktersebut. Asam lemak trans adalah salah satu bentuk asam lemak

tidak jenuh (memiliki ikatan rangkap). Asam lemak trans memiliki atom

hidrogen yang berseberangan sehingga tidak mengalami efek polarisasi yang

kuat dan rantainya tetap relatif lurus.Akibat dari kenaikan asam lemaktrans

adalah menurunnya aktivitas lipase serum (Lekhalet al., 2008). Secara

sintesis, asam lemak trans dapat terbentuk akibat hidrogenasi asam lemak

sehingga menyebabkan terjadinya isomerisasi ikatan rangkap bentuk cis

(alam) menjadi bentuk isomer trans(Sartika,2009).Penurunan aktivitas lipase

akan mengakibatkan peningkatan plasma trigliserida, melalui penurunan

45
hidrolisis trigliserida, dan penurunan kadar HDL karena penurunan tingkat

masuknya komponen pada permukaan HDL(Hendersonet al., 1999).

Minyak jelantah mengandung asam lemak trans yangdapat

meningkatkan kadar LDL serum,meningkatkan kadar trigliserida serum,

meningkatkan kadar total kolesterol serum serta menurunkan kadar HDL

darah yang dapat menyebabkan dislipidemia

danaterosklerosis(Stachowska,2010).Konsumsi asam lemak trans

menimbulkan pengaruh negatif karena menaikan kadar LDL, sama seperti

pengaruh asam lemak jenuh. Selain menaikan LDL, asam lemak trans juga

akan menurunkan kadar HDL. Berbeda halnya dengan asam lemak trans,

asam lemak jenuh tidak akan mempengaruhi kadar HDL. Dengan demikian,

asam lemak trans mempunyai efek negatif dua kali lipat lebih besar

dibandingkan asam lemak jenuh (Machadoet al., 2012). Mekanisme asam

lemak trans dalam menurunkan HDL adalah dengan menghambat aktifitas

enzim lecithin cholesterol acyltranferase (LCAT). Makin tinggi rasio LDL

terhadap HDL dari nilai idealnya, maka semakin besar risiko terjadinya

penyakit jantung koroner (Machadoet al., 2012).Semakin tinggi kadar

lipoprotein di dalam darah seseorang, maka semakin tinggi risikonya untuk

terkena serangan jantung. Konsumsi asam lemak trans akanmeningkatkan

kadar lipoprotein di dalam darah.Pada percobaan yang dilakukan oleh Fajrin

A. F. (2010), pada pemberian minyak jelantah dengan dosis 1,4ml/200g BB

46
secara peroral pada tikus putih jantan Strain Wistar (150-250g) selama 14

hari terjadi peningkatan kadar total kolesterol dalam darah.

Tikus

Tikus Putih ( Rattus norvegicus, L.)

a. Biologi Tikus Putih

Di Indonesia, binatang percobaan ini sering dinamakan tikus besar, akan

tetapi jika lebih kecil lagi dinamakan mencit sehingga akan membingungkan

jika semuanya dinamakan tikus (Smith& Mangkoewidjojo,1991: 36).

Dibandingkan dengan tikus liar, tikus percobaan lebih cepat dewasa yang

tidak ditunjukkan oleh musim kawin dan seringnya berbiak. Tikus liar dapat

hidup sampai 4-5 tahun, sedangkan tikus percobaan jarang yang lebih dari 3

tahun. Dua karakteristik yang membedakan tikus putih dengan binatang

percobaan yang lain adalah tikus tidak dapat memuntahkan makanan karena

susunan anatomi esophagus yang menyatu di perut, serta tikus tidak

mempunyai kantung empedu (John Smith,1987: 36-37). Kelebihandari tikus

putih sebagai binatang percobaan antara lain bersifat omnnivora (pemakan

segala), mempunyai jaringan yang hampir sama dengan manusia dan

kebutuhan gizinya juga hampir sama dengan manusia. Selain itu dari segi

ekonomi harganya murah, ukurannya kecil dan perkembangannya cepat.

47
Tikuspercobaan strain wistar yang dikembangkan secara luas sangat mudah

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Makanan tikus juga mempunyai

variasi dalam susunannya, sebagai contoh komposisinya meliputi: protein

20-25 %, karbohidrat 45-50%, serat 5%. Juga harus mengandung vitamin A,

vitamin D, alfa tokoferol, asam linoleat, thiamin, riboflavin, panthothenat,

biotin, serta mineral, phospor, magnesium, potasium, tembaga, iodin, besi

dan timah. Setiap hari seekor tikus dewasa membutuhkan makanan antara

12-20 gr, serta minum air antara 20-45 ml, serta mineral, besi sebesar 35

mg/kg ( Smith, 1987:41).

Data tentang fisiologi tikus putih (Rattus norvegicus, L.) menurut Bivin,

Crawford dan Brewer (1979: 60), Ringler dan Dabch (1979: 70), Carr dan

Krantz (1949: 65), Mitruka dan Rawnsley (1981: 45) dalam John Smith

(1987: 37) antara lain:

Jangka hidup : 2-3 tahun, ada yang dapat hidup selama 4 tahun

Produksi ekonomi : 1 tahun

Kehamilan : 20-22 hari

Umur saat disapih : 21 hari

Umur ketika dewasa : 40-60 hari

Berat lahir : 5-6 gram

Volume darah : 57-70 ml/gr

Sel darah merah : 7,2-9,6 x 106/mm3

48
Sel darah putih : 5,0-13,0 x 106/mm3

Trombosit : 150-460 x 103/mm3

Tikus putih jenis (Rattus norvegicus, L.) sejak dulu sudah sering

digunakan sebagai hewan uji laboratorium karena anatomi fisiologi dari

organ-organ hewan tersebut sistematis kerjanya hampir sama dengan fungsi

anatomi organ manusia(John Smith, 1987:43).

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata (Craniata)

Kelas : Mamalia

Subkelas : Theria

Infra Kelas : Eutheria

Ordo : Rodentia

Subordo : Rodentia

49
Famili : Muridae

Subfamili : Murinae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus

Malole dan Pramono (1989) menyatakan bahwa terdapat beberapa

galur atau varietas tikus yang memiliki kekhususan tertentu antara lain :

1. Galur Sprague-dawley, berwarna albino putih, berkepala kecil dan

ekornya

lebih panjang daripada badannya.

2. Galur Wistar, ditandai dengan kepala besar dan ekor yang lebih pendek.

3. Galur Long-evans, lebih kecil daripada tikus putih dan memiliki warna

hitam pada kepala dan tubuh bagian depan. Tikus laboratorium lebih cepat

dewasa, tidak mempertahankan perkawinan musiman dan umumnya lebih

mudah berkembangbiak dibandingkan dengan tikus liar. Tikus laboratorium

jarang hidup lebih dari tiga tahun dan umumnya bobot badan tikus

laboratorium lebih ringan dibandingkan bobot badan tikus liar (Smith dan

Mangkoewidjojo, 1988).

50
Kerangka Konsep

minyak jelantah Ekstrak sarang semut

Flavonoid
TIKUS

Aktivitas HMG-KoA
reduktase

Kadar Total Kolesterol↑↓

Kadar LDL Serum↑↓

Kadar HDL Serum↓↑

Gambar III.1:Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan:

= Yang diteliti

↑=Peningkatan akibat pengaruh minyak jelantah

↑=Peningkatanakibat pengaruh ekstrak etanol sarang semut

↓=Penurunan akibat pengaruh minyak jelantah

↓=Penurunanakibat pengaruh ekstrak etanol sarang semut

51
Minyak jelantah mengandung asam lemak trans yang dapat

mempengaruhi Aktivitas HMG-KoA reduktase, meningkatkan kadar LDL

serum, meningkatkan kadar total kolesterol serum serta menurunkan kadar

HDL serum.

Sarang semut mengandung beberapa jenis turunan xanthone.

Alfa-mangostin merupakan turunan xanthone yang banyak terdapat pada

sarang semut. Alfa-mangostin yang terdapat pada kulit buah manggis

mempunyai efek anti lipid yang bekerja dengan meningkatkan aktivitas

HMG KoA reduktase sehingga meningkatkan katabolisme VLDL yang

akan mengakibat kan konsentrasi kolesterol total dan LDL akan

menurun dan kadar HDL akan meningkat.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol sarang semut terhadap penurunan

aktivitas kolesterol pada tikus putih jantan Strain Wistar (Rattus Norvegicus) yang

diberi minyak jelantah secara peroral.

52
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni, dengan

menggunakan rancangan randomized post test only control group

design. Rancangan penelitian yang dilakukan (Gambar IV.1) adalah

sebagai berikut.

4 minggu

Ekstrak etanol sarang semut dalam Na-CMC 0,5%800mg/kg BB


OKKM

Na-CMC0,5%
OKCMC

Minyak jelantah 1,3 ml/200g BB dan Na-CMC 0,5%


OKMJ
Pop S P
Minyak jelantah 1,4 ml/200g BB + ekstrak etanol sarang semut dalam Na-CMC 0,5% 600
mg/kg BB
OP1

Minyak jelantah 1,4 ml/200g BB + ekstrak etanol sarang semut dalam Na-CMC 0,5% 800
mg/kg BB OP2

Minyak jelantah 1,4 ml/200g BB + ekstrak etanol sarang semut dalam Na-CMC 0,5%
1000mg/kg BB
OP3

Gambar IV.1: Rancangan Penelitian

53
Keterangan:

Pop = Populasi tikus putih jantan Strain Wistar (Rattus

Norvegiccus)berumur 2-3 bulan, berat badan 160-170 g

dengan kondisi fisik sehat.

S = Sampel tikus.

R = Randomisasi.

KKM = Kelompok yang diberikan ekstrak etanol sarang semut

dalamNa-CMC 0,5% dengan dosis 800 mg/kg

BB/hariselama 4 minggu.

KCMC = Kelompok yang diberikan diberikan Na-CMC 0,5% saja

secara peroral melalui sonde lambung selama 4 minggu.

KMJ = Kelompok yang diberikan minyak jelantah 1,4 ml/200g BB

dan Na-CMC 0,5% secara peroral melalui sonde lambung

selama 4 minggu.

P1 = Kelompok yang diberikan minyak jelantah 1,4 ml/200g BB

+ekstrak etanol sarang semut dalamNa-CMC 0,5% dengan

dosis 600 mg/kg BB/hariselama 4 minggu.

P2 = Kelompok yang diberikan minyak jelantah 1,4ml/200g BB

+ ekstrak etanol sarang semut dalamNa-CMC 0,5% dengan

dosis 800 mg/kg BB/hariselama 4 minggu.

54
P3 = Kelompok yang diberikan minyak jelantah 1,4 ml/200g BB

+ etanol sarang semut dalamNa-CMC 0,5% dengan dosis

1000 mg/kg BB/hariselama 4 minggu.

OKKM = Pengamatan hasil pada kelompok KKM.

OKCMC = Pengamatan hasil pada kelompok KCMC.

OKMJ = Pengamatan hasil pada kelompok KMJ.

OP1 = Pengamatan hasil pada kelompok P1.

OP2 = Pengamatan hasil pada kelompok P2.

OP3 = Pengamatan hasil pada kelompok P3.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya

Kusuma Surabaya dan mulai dilakukan pada bulan oktober 2014.

C. Populasi,Sampel, danTeknik Pengambilan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi penelitian dalam percobaan ini adalah tikus putih Strain

Wistar (Rattus Norvegiccus) pada laboratorium hewan coba FK-

UWK Surabaya, jenis kelamin jantan, dewasa, berumur 2-3 bulan,

berat badan 160-170 g dengan kondisi fisik sehat yaitu bulu tampak

berkilau, mata jernih, dan gerakannya lincah.

55
2. Besar sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara random

sampling.Besar replikasi dapat ditentukan berdasarkan rumus

Federer (Hanafiah, 2003).

(t-1) (r-1) ≥ 15

(6-1) (r-1) ≥ 15

5r ≥ 20

r ≥ 4

Keterangan:

t = Treatment (jumlah perlakuan)

r = Jumlah replikasi

Jadi pada penelitian ini peneliti akan menggunakan 4 ekor

tikus putih jantan Strain Wistar (Rattus Norvegiccus)pada tiap

kelompok, dimana terdapat 6 kelompok percobaan sehingga jumlah

seluruh subjek penelitian yang akan digunakan adalah 6 x 4 = 24

ekor tikus putih jantanStrain Wistar (Rattus Norvegiccus). Untuk

mengantisipasi kemungkinan adanya hewan coba yang mati maka

pada tiap kelompok percobaan disediakan 1 ekor putih jantan Strain

Wistar (Rattus Norvegiccus) sebagai cadangan. Penelitian ini akan

dilakukan setelah mendapatkan keterangan kelayakan etik (ethical

56
clearance) dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas

Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara sebagaiberikut:

a. Dilakukan pemilihan sampel dari populasi tikus berdasarkan

kriteria seperti dibawah ini:

1) Kriteria Inklusi:

a) Tikus putih jantan Strain Wistar (Rattus Norvegiccus)

yang sehatyaitu bulu tampak berkilau, mata jernih, dan

gerakannya lincah.

b) Berumur 2-3 bulan.

c) Berat Badan 160-170 g.

2) Kriteria Drop out:

a) Tikus mati.

b) Tikus sakit.

b. Dari pemilihan tikus yang telah memenuhi kriteria seperti

diatas, kemudian dipakai sebagai sampel penelitian.

c. Dari sampel yang telah dipilih kemudian dibagi menjadi 6

kelompok secararandom yaitu kelompok kontrol dengan

pemberian ekstrak etanol sarang semut (KKM), kelompok

kontrol hanya dengan diberikan Na-CMC 0,5% saja (KCMC),

57
kelompok kontrol dengan pemberian minyak jelantah dan

pemberian Na-CMC 0,5% (KMJ), kelompok perlakuan I

(P1),kelompok perlakuan II (P2), dan kelompok perlakuan III

(P3), diberikan perlakuan seperti yang telah dikemukakan pada

halaman 28.

d. 4 minggu setelah perlakuan tikus dikorbankan, diambil darah

intrakardial dan diperiksa aktivitas lipase serum.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : -Ekstrak etanol sarang semut

-Minyak jelantah

2. Variabel terikat : -Aktivitas kolesterol

3. Variabel kendali : - Subjek penelitian

- Faktor lingkungan laboratorium

E. Definisi Operasional

1. Ekstrak etanol sarang semut adalah yang dikeringkan dan

diekstraksi dengan cara maserasi dengan pelarut etanol 70%.

Kemudian ekstrak yang didapat dilarutkan dalam Na-CMC 0,5%.

Untuk proses yang lebih lengkap dari ekstraksi sarang semut dapat

58
dilihat pada Lampiran 2.sarang semut dapat di temukan di pasar-

pasar tradisional papua kalimantan, khusus nya di daerah tropis

Indonesia. Ekstrak sarang semut dalam Na-CMC 0,5% ini diberikan

sekali dalam sehari, pada siang hari jam 13.00 WIB, setiap hari

selama 4 minggu pada hewan coba secara peroral lewat sonde

lambung dengan dosis 600 mg/kg BB/hari, 800 mg/kg BB/hari, dan

1000 mg/kg BB/hari.Dosis tersebut diberikan berdasarkan

penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan ? mengenai ekstrak

sarang semut, yang mana dengan dosis optimal 800 mg/kg BB/hari

mampu memperbaiki rasio kolesterol.

2. Minyak jelantah adalah minyak yang habis dipakai untuk

menggoreng ayam secara deep frying pada suatu rumah makan

ayam goreng di Surabaya. Minyak jelantah ini diberikan sekali

dalam sehari, pada siang hari jam 13.00 WIB, setiap hari selama 4

minggu pada hewan coba secara peroral dengan memakai sonde

lambung dengan dosis1,4 ml/200g BB. Dosis tersebut diberikan

berdasarkan penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan?-----

mengenai pemberian minyak jelantah, yang mana dengan dosis 1,4

ml/200g BB secara peroral pada tikus putih jantan Strain Wistar

(150-250g) selama 14 hari terjadi peningkatan kadar total kolesterol

dalam darah.

59
3. Aktivitas kolesterol adalah aktivitas dari kolesterol didalam serum

yang didapat melalui cardiac puncture menggunakan syringe5 ml

dan jarum ukuran 22G dengan mengorbankan hewan coba setelah

pemberian perlakuan selama 4 minggu. Aktivitaslipase serumdiukur

dengan enzymatic color test menggunakan spektrofotometer visible

light dan hasil yang diperoleh dinyatakan dalam U/L.

4. Subjek penelitian adalah tikus putih Strain Wistar (Rattus

norvegiccus), jenis kelamin jantan, dewasa, berumur 2-3 bulan,

berat badan 160-170g dengan kondisi fisik sehatyaitu bulu tampak

berkilau, mata jernih, dan gerakannya lincah. Tikus diperoleh

dariFakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma

Surabaya. Selanjutnya dipelihara dan diberi perlakuan di unit hewan

coba Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

5. Faktor lingkungan laboratorium adalah tikus dikandangkan pada

kotak plastik dengan ukuran 34x26x12 cm ditutup dengan anyaman

kawat dan dialasi dengan sekam, sekam diganti setiap hari,

disediakan 12 buah kandang, tiap kandang diisi 2-3 ekor tikus,

diberi makananberupa pakan tikus standar(komposisi pakan standar

dapat dilihat pada Tabel1) dan minum air PDAM ad

libitum,penyinaran cukup dan udara keluar masuk dengan bebas.

Tabel 1: Komposisi Pakan Standar.

60
Air 11-12%
Protein Kasar 21-23%
Lemak 5-8%
Serat Kasar 3-5%
Abu 4-7%
Kalori 2.800-3.100

F. Prosedur Penelitian

1. Tikus putih jantan Strain Wistaryang berjumlah 30 ekor dengan

umur 2-3 bulan ditimbang berat badannya, dibagi dalam enam

kelompok secara random yaitu kelompok (KKM), (KCMC), (KMJ),

(P1), (P2), (P3), tiap kelompok menempati 2 kandang sehingga

diperlukan total 12 buah kandang, tiap kandang berisi 2-3 ekor

tikus. Selama penelitian, tikus diberimakan berupa makanan tikus

standar dan minum air PDAM ad libitum.

2. Dilakukan aklimatisasi hewan coba terhadap kondisi laboratorium

selama 7 hari. Hewan coba yang sakit atau mati selama proses

aklimatisasi akan dikeluarkan dari penelitian.

3. Menimbang berat badan tikus dengan timbangan torbal (torsion

balance) pada siang hari sebelum diberi perlakuan (hari ke-8 setelah

aklimatisasi).

4. Keenam kelompok percobaan tersebut diberikan perlakuan seperti

yang telah dikemukakan pada halaman 28.

61
5. Pada hari ke-29 penelitian, hewan coba dari semua kelompok

dikorbankan dan dilakukan pengambilan darah intrakardial.Untuk

tahap yang lebih lengkap dari proses pengambilan darah secara

intrakardial dapat dilihat pada Lampiran 3.

6. Hewan coba yang telah diambil darahnya secara intrakardial

dikubur dengan layak di daerah yang jauh dari pemukiman

masyarakat dan terhindar dari saluran-saluran air.

7. Dilakukan pengambilan data berupa pengukuranaktivitaslipase

serum dengan menggunakan Lipase DC FS (Enzymatic color test),

DiaSys Cat. No.1 4321 99 10 021.Untuk proses pengambilan data

berupa perhitungan aktivitas lipase serum yang lebih lengkap dapat

dilihat pada Lampiran 4.

8. Jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel2.

9. Bahan, alat dan instrumen yang digunakan dapat dilihat pada

Lampiran 1.

Tabel 2: Jadwal Penelitian.

2014 2015
No. Jenis Kegiatan
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengadaan
1. hewan coba dan
kulit manggis
Ekstraksi etanol
2.
sarang semut
Perlakuan
3.
hewan coba

62
Pengambilan
4.
data
Penyusunan
5.
laporan

G. Metode Analisis Data

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk statistik

inferensial (uji hipotesis)untuk mengetahui karakteristik data yang

dimiliki, yaitu berupa data tentang aktivitas lipase serum. Analisis

deskriptif ini meliputi penghitungan rata-rata (mean/x̅) dan

simpangan baku (SD/) untuk aktivitaslipase serum.

2. Analisis inferensial

a. Analisis normalitas data penelitian.

b. Analisis homogenitas data penelitian.

c. Analisis komparatif data penelitian.

d. Bila terdapat perbedaan yang signifikan maka dilanjutkan

dengan Uji LSD (Least Significant Difference), untuk melihat

perbedaan antar kelompok penelitian.

63

Anda mungkin juga menyukai

  • EDH Malinau
    EDH Malinau
    Dokumen4 halaman
    EDH Malinau
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • Akm ME
    Akm ME
    Dokumen12 halaman
    Akm ME
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • Tugas Farmasi
    Tugas Farmasi
    Dokumen16 halaman
    Tugas Farmasi
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen21 halaman
    Bab 2
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi KLKK
    Daftar Isi KLKK
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi KLKK
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen23 halaman
    Bab 2
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen3 halaman
    Bab 5
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • Tugas Farmas1
    Tugas Farmas1
    Dokumen1 halaman
    Tugas Farmas1
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • Zoonosis
    Zoonosis
    Dokumen2 halaman
    Zoonosis
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • Skizofrenia
    Skizofrenia
    Dokumen22 halaman
    Skizofrenia
    Herdhita Ardhani
    Belum ada peringkat
  • SGD 7
    SGD 7
    Dokumen7 halaman
    SGD 7
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • Patient Safety
    Patient Safety
    Dokumen27 halaman
    Patient Safety
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • Tugas Gilutttttttt
    Tugas Gilutttttttt
    Dokumen16 halaman
    Tugas Gilutttttttt
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • SGD 7
    SGD 7
    Dokumen7 halaman
    SGD 7
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • Zoonosis
    Zoonosis
    Dokumen2 halaman
    Zoonosis
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • Streptococcus Pneumoniae 2
    Streptococcus Pneumoniae 2
    Dokumen7 halaman
    Streptococcus Pneumoniae 2
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kimia Pangan Vitamin Larut Air
    Makalah Kimia Pangan Vitamin Larut Air
    Dokumen22 halaman
    Makalah Kimia Pangan Vitamin Larut Air
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • FARMASI
    FARMASI
    Dokumen1 halaman
    FARMASI
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • PATOFISIOLOGI
    PATOFISIOLOGI
    Dokumen1 halaman
    PATOFISIOLOGI
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • Prioritas Masalah Yang Dipilih Untuk Mengurai
    Prioritas Masalah Yang Dipilih Untuk Mengurai
    Dokumen3 halaman
    Prioritas Masalah Yang Dipilih Untuk Mengurai
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • Prioritas Masalah Yang Dipilih Untuk Mengurai
    Prioritas Masalah Yang Dipilih Untuk Mengurai
    Dokumen3 halaman
    Prioritas Masalah Yang Dipilih Untuk Mengurai
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • Skizofrenia
    Skizofrenia
    Dokumen22 halaman
    Skizofrenia
    Herdhita Ardhani
    Belum ada peringkat
  • Komplikasi
    Komplikasi
    Dokumen2 halaman
    Komplikasi
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • Tugas Gilutttttttt
    Tugas Gilutttttttt
    Dokumen16 halaman
    Tugas Gilutttttttt
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • KLKK Sumber Pencemaran Udara
    KLKK Sumber Pencemaran Udara
    Dokumen1 halaman
    KLKK Sumber Pencemaran Udara
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen9 halaman
    Isi
    Harmini Salora
    Belum ada peringkat