Anda di halaman 1dari 1

PATOFISIOLOGI

Infeksi biasanya terjadi melalui kontak dengan binatang seperti anjing (90%), kucing, kera,
serigala, kelelawar, dan di tularkan pada manusia melalui gigitan binatang atau kontak virus
(saliva) dengan luka pada host ataupun membran mukosa. Setelah terinfeksi melalui gigitan,
virus akan memasuki saraf perifer kemudian berjalan kearah system saraf pusat. Selama fase ini
virus, virus tidak dapat terdeteksi dengan mudah di dalam tubuh penderita. Ketika virus
mencapai otak, virus akan menyebabkan ensefalitis dengan cepat. Ini disebut sebagai fase
prodromal dan merupakan gejala awal. Di otak virus kemudian memperbanyak diri dan
menyebar luas dalam semua bagian neuron-neuron, dangan predileksi terutama pada sel-sel
system limbic, hipotalamus dan batang otak. Khususnya mengenai infeksi pada system limbic,
pasien akan menyerang mangsanya tanpa ada provokasi dari luar. Ini di akibatkan Karena system
limbic erat hubungannya dengan fungsi pengontrolan sikap emosional.
Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian bergerak ke perifer
dalam serabut saraf eferen dan pada saraf maupun saraf otonom. Dengan demikian, virus ini
menyerang hampir setiap organ dan jaringan dalam tubuh, dan berkembang biak dalam jaringan-
jaringan seperti kelenjar ludah, ginjal dan lemak.

PROGNOSIS
Kematian dapat mencapai 100% apabila virus rabies mencapai SSP Prognosis selalu fatal
kerana sekali gejala rabies terlihat, hamper selalu kematian terjadi dalam 2-3 hari sesudahnya
sebagai akibat gagal napas/henti jantung Jika dilakukan perawatan awal setelah digigit anjing
pengidap rabies, seperti pencucian luka, pemberian VAR dan SAR, maka angka survival 100%.

Anda mungkin juga menyukai