Anda di halaman 1dari 16

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Abses merupakan infeksi yang gambaran utamanya berupa


pembentukan pus. Pus merupakan pertahanan efektif terhadap
penjalaran infeksi dan cenderung berpindah akibat pengaruh
tekanan, gravitasi, panas lokal atau lapisan otot dekat permukaan.
Abses pada rongga mulut dapat terjadi akibat infeksi
dentoalveolar.Infeksi dentoalveolar dapat didefinisikan sebagai
infeksi pada gigi dan jaringan sekitarnya (seperti periodontium dan
tulang alveolar) yang menghasilkan pus (Pedlar J, 2007).

2.2 Klarifikasi Abses Rongga Mulut

1. Abses periapikal

Abses periapikal sering juga disebut abses dento-alveolar,


terjadi di daerah periapikal gigi yang sudah mengalami kematian
dan terjadi keadaan eksaserbasi akut. Mungkin terjadi segera
setelah kerusakan jaringan pulpa atau setelah periode laten yang
tiba-tiba menjadi infeksi akut dengan gejala inflamasi,
pembengkakan dan demam. Mikroba penyebab infeksi umumnya
berasal dari pulpa, tetapi juga bisa berasal sistemik (bakteremia).

Gambar 2.2 : Abses periapikal

Sumber : http://www.dental-health-
index.com/toothabscess.html., (diakses 19 juli 2012.)
2. Abses subperiosteal

Gejala klinis abses subperiosteal ditandai dengan selulitis


jaringan lunak mulut dan daerah maksilofasial. Pembengkakan yang
menyebar ke ekstra oral, warna kulit sedikit merah pada daerah gigi
penyebab. Penderita merasakan sakit yang hebat, berdenyut dan
dalam serta tidak terlokalisir. Pada rahang bawah bila berasal dari
gigi premolar atau molar pembengkakan dapat meluas dari pipi
sampai pinggir mandibula, tetapi masih dapat diraba. Gigi penyebab
sensitif pada sentuhan atau tekanan.

Gambar 2.3 : a. Ilustrasi gambar Abses subperiosteal dengan lokalisasi di


daearah lingual

b. Tampakan Klinis Abses Subperiosteal

Sumber : Oral Surgery, Fargiskos Fragiskos D, Germany, Springer


3. Abses submukosa
Abses ini disebut juga abses spasium vestibular, merupaan
kelanjutan abses subperiosteal yang kemudian pus berkumpul dan
sampai dibawah mukosa setelah periosteum tertembus. Rasa sakit
mendadak berkurang, sedangkan pembengkakan bertambah besar.
Gejala lain yaitu masih terdapat pembengkakan ekstra oral kadang-
kadang disertai demam.lipatan mukobukal terangkat, pada palpasi
lunak dan fluktuasi podotip. Bila abses berasal darigigi insisivus
atas maka sulkus nasolabial mendatar, terangatnya sayap hidung
dan kadang-kadang pembengkakan pelupuk mata bawah. Kelenjar
limfe submandibula membesar dan sakit pada palpasi.

Gambar 2.4 : a. Ilustrasi gambar Abses Submukosa


dengan lokalisasi didaerah bukal.

b. Tampakan klinis Abses Submukosa

Sumber : Oral Surgery, Fargiskos Fragiskos D, Germany,


Springer

4. Abses fosa kanina

Fosa kanina sering merupakan tempat infeksi yang bersal


dari gigi rahang atas pada regio ini terdapat jaringan ikat dan
lemak, serta memudahkan terjadinya akumulasi cairan jaringan.
Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan pada muka,
kehilangan sulkus nasolabialis dan edema pelupuk mata bawah
sehingga tampak tertutup. Bibir atas bengkak, seluruh muka
terasa sakit disertai kulit yang tegang berwarna merah.

Gambar 2.5 : a. Ilustrasi abses Fossa kanina

b. Tampakan klinis Abses Fossa kanina

Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D,


Germany,
Springer

5. Abses spasium bukal

Spasium bukal berada diantara m. masseter ,m.


pterigoidus interna dan m. Businator. Berisi jaringan lemak
yang meluas ke atas ke dalam diantara otot pengunyah,
menutupi fosa retrozogomatik dan spasium infratemporal.
Abses dapat berasal dari gigi molar kedua atau ketiga rahang
atas masuk ke dalam spasium bukal.

Gejala klinis abses ini terbentuk di bawah mukosa


bukaldan menonjol ke arah rongga mulut. Pada perabaan tidak
jelas ada proses supuratif, fluktuasi negatif dan gigi penyebab
kadang-kadang tidak jelas. Masa infeksi/pus dapat turun ke
spasium terdekat lainnya. Pada pemeriksaan estraoral tampak
pembengkakan difus, tidak jelas pada perabaan.

a b

Gambar 2.6 : a. Ilustrasi gambar memperlihatkan


penyebaran abses lateral ke muskulus
buccinator

b. Tampakan Klinis

Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D,


Germany,
Springer

6. Abses spasium infratemporal

Abses ini jarang terjadi, tetapi bila terjadi sangat


berbahaya dan sering menimbulkan komplikasi yang fatal.
Spasium infratemporal terletak di bawah dataran horisontal
arkus-zigomatikus dan bagian lateral di batasi oleh ramus
mandibula dan bagian dalam oleh m.pterigoid interna. Bagian
atas dibatasi oleh m.pterigoid eksternus. Spasium ini dilalui
a.maksilaris

interna dan n.mandibula,milohioid,lingual,businator dan n.chorda


timpani. Berisi pleksus venus pterigoid dan juga berdekatan dengan
pleksus faringeal.

a b

Gambar 2.7 : a. Ilustrasi gambar penyebaran abses ke


rongga infratemporal
b. Tampakan klinis

Sumber : Oral Surgery, Fargisos Fragiskos D,


Germany, Springer

7. Abses spasium submasseter

Spasium submasseter berjalan ke bawah dan ke depan


diantara insersi otot masseter bagian superfisialis dan bagian
dalam. Spasium ini berupa suatu celah sempit yang berjalan
dari tepi depan ramus antara origo m.masseter bagian tengah
dan permukaan tulang. Keatas dan belakang antara origo
m.masseter bagian tengah dan bagian dalam. Disebelah
belakang dipisahkan dari parotis oleh lapisan tipis lembar
fibromuskular. Infeksi pada spasium ini berasal dari gigi molar
tiga rahang bawah, berjalan melalui permukaan lateral ramus ke
atas spasium ini.

Gejala klinis dapat berupa sakit berdenyut diregio ramus


mansibula bagian dalam, pembengkakan jaringan lunak muka
disertai trismus yang berjalan cepat, toksik dan delirium.
Bagian posterior ramus mempunyai daerah tegangan besar dan
sakit pada penekanan.

a b

Gambar 2.8 : a. Ilustrasi gambar menunjukkan


penyebaran abses ke daerah submasseter

b. Tampakan klinis

Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany,


Springer
8. Abses spasium submandibula

Spasium ini terletak dibagian bawah m.mylohioid yang


memisahkannya dari spasium sublingual. Lokasi ini di bawah
dan medial bagian belakang mandibula. Dibatasi oleh
m.hiooglosus dan m.digastrikus dan bagian posterior oleh
m.pterigoid eksternus. Berisi kelenjar ludah submandibula yang
meluas ke dalam spasium sublingual. Juga berisi kelenjar limfe
submaksila. Pada bagian luar ditutup oleh fasia superfisial yang
tipis dan ditembus oleh arteri submaksilaris eksterna.

Infeksi pada spasium ini dapat berasal dari abses


dentoalveolar, abses periodontal dan perikoronitis yang berasal dari
gigi premolar atau molar mandibula.

a b

Gambar 2.9 : a. Ilustrasi gambar penyebaran dari abses ke

daerah submandibular di bawah muskulus


mylohyoid

b. Tampakan klinis

Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer


9. Abses sublingual

Spasium sublingual dari garis median oleh fasia yang tebal , teletek
diatas m.milohioid dan bagian medial dibatasi oleh m.genioglosus dan
lateral oleh permukaan lingual mandibula.

Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan daasarr mulut dan lidah


terangkat, bergerser ke sisi yang normal. Kelenjar sublingual aan tampak
menonjol karena terdesak oleh akumulasi pus di bawahnya. Penderita akan
mengalami kesulitan menelen dan terasa sakit.

a b

Gambar 2.10 : a. Perkembangan abses di daerah sublingual

b. Pembengkakan mukosa pada dasar mulut dan


elevasi lidah ke arah berlawanan

Sumber : Oral surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer


10. Abses spasium submental

Spasium ini terletak diantara m.milohioid dan m.plastima. di


depannya melintang m.digastrikus, berisi elenjar limfe submental.
Perjalanan abses kebelakang dapat meluas ke spasium mandibula dan
sebaliknya infesi dapat berasal dari spasium submandibula. Gigi penyebab
biasanya gigi anterior atau premolar.

Gejala klinis ditandai dengan selulitis pada regio submental. Tahap


akhir akan terjadi supuratif dan pada perabaan fluktuatif positif. Pada
npemeriksaan intra oral tidak tampak adanya pembengkakan. Kadang-
kadang gusi disekitar gigi penyebab lebih merah dari jaringan sekitarnya.
Pada tahap lanjut infeksi dapat menyebar juga kearah spasium yang
terdekat terutama kearah belakang.

a b

Gambar 2.11 : a. Ilustrasi penyebaran abses ke daerah submental

b. Tampakan klinis

Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer


11. Abses spasium parafaringeal

Spasium parafaringeal berbentuk konus dengan dasar kepala


dan apeks bergabung dengan selubung karotid. Bagian luar
dibatasi oleh muskulus pterigoid interna dan sebelah dalam oleh
muskulus kostriktor. sebelah belakang oleh glandula parotis,
muskulus prevertebalis dan prosesus stiloideus serta struktur yang
berasal dari prosesus ini. Kebelakang dari spasium ini merupakan
lokasi arteri karotis, vena jugularis dan nervus vagus, serta
sturktur saraf spinal, glosofaringeal, simpatik, hipoglosal dan
kenjar limfe.

Infeksi pada spasium ini mudah menyebar keatas melalui


berbagai foramina menuju bagian otak. Kejadian tersebut dapat
menimbulkan abses otak, meningitis atau trombosis sinus. Bila
infeksi berjalan ke bawah dapat melalui selubung karotis sampai
mediastinuim.

2.3 Perbedaan Abses dan Selulitis

KARAKTERISTIK SELULITIS ABSES (Peterson & Ellis, 2002 ;


Topazian
& Goldberg, 2002)

Karakteristik Selulitis Abses


Durasi Akut Kronis
Sakit Berat dan merata Terlokalisir
Ukuran Besar Kecil
Palpasi Indurasi jelas Fluktuasi
Lokasi Difus Berbatas jelas
Kehadiran pus Tidak ada Ada
Derajat keparahan Lebih berbahaya Tidak darurat
Bakteri Aerob (Streptococcus) Anaerob (Stafilococcus)
Enzim yang dihasilkan Streptokinase/fibrinolisin Coagulase
, hyaluronidase dan
Streptodornase Terlokalisir
2.3 Etiologi
2.4 Patogenesis

Saluran pulpa yang sempit menyebabkan drainase yang tidak


sempurna pada pulpa yangterinfeksi, namun dapat menjadi
tempat berkumpulnya bakteri dan menyebar kearah jaringan
periapikal secara progresif. Ketika infeksi mencapai akar gigi,
jalur patofisiologi proses infeksi ini dipengaruhi oleh jumlah dan
virulensi bakteri, ketahanan host ,dan anatomi jaringan yang
terlibat. Bakteri yang berperan dalam proses pembentukan abses
ini yaitu
Staphylococcusaureus dan Streptococcus mutans.

Seperti yang disebutkan diatas, bakteri Streptococcus mutans


(selanjutnya disingkat S.mutans) memiliki 3 macam enzim yang
sifatnya destruktif, salah satunya adalah enzim hyaluronidase.
Proses kematian pulpa, salah satu yang bertanggung jawab
adalah enzim dari S.mutans tadi,akibatnya jaringan pulpa mati,
dan menjadi media perkembangbiakan bakteri yang baik,sebelum
akhirnya mereka mampu merambah ke jaringan yang lebih
dalam, yaitu jaringan periapikal. Pada perjalanannya, tidak hanya
S.mutans yang terlibat dalam proses abses, karenanya infeksi
pulpo-periapikal seringkali disebut sebagai mixed bacterial
infection. Kondisi abses kronisdapat terjadi apabila ketahanan
host dalam kondisi yang tidak terlalu baik, dan virulensi bakteri
cukup tinggi. Yang terjadi dalam daerah periapikal adalah
pembentukan rongga patologis abses disertai pembentukan pus
yang sifatnya berkelanjutan apabila tidak diberi
penanganan.Adanya keterlibatan bakteri dalam jaringan
periapikal, tentunya mengundang responkeradangan untuk
datang ke jaringan yang terinfeksi tersebut, namun karena
kondisi host nya tidak terlalu baik, dan virulensi bakteri cukup
tinggi, yang terjadi alih-alih kesembuhan,namun malah
menciptakan kondisi abses yang merupakan hasil sinergi dari
bakteri
S.mutans dan S.aureus.

Tidak hanya proses destruksi oleh S.mutans dan produksi


membran abses saja yang terjadi pada peristiwa pembentukan abses
ini, tapi juga ada pembentukan pus oleh bakteri pembuat pus
(pyogenik), salah satunya juga adalah S.aureus. Jadi, rongga yang
terbentuk oleh sinergidua kelompok bakteri tadi, tidak kosong,
melainkan terisi oleh Pus (Topazian, 1981).

2.5 Epidemiologi

2.6 Gambaran Histopatologi


2.7 Gambaran Radiografi
2.8 Diagnosis

- Anamnesa : keluhan berupa nyeri pada saat mengunyah dan


jika kontak dengan panas atau dingin

- Pemeriksaan fisik: Inspeksi dan palpasi : gusi merah dan bengkak,


Perkusi : nyeri

- Pemeriksaan laboratorium: Diperlukan jika ada komplikasi abses


(Kapner, Michael, 2004).

2.9 Komplikasi

2.10 Penatalaksanaan

Abses rongga mulut merupakan infeksi pada mulut, wajah,

rahang,tenggorokan yang berawal dari infeksi gigi atau karies gigi.

Perawatan yang dilakukan terhadap kasus infeksi odontogen harus

memperhatikan prinsip- prinsipnya, yaitu:

1) Mempertahankan dan meningkatkan faktor pertahanan tubuh


penderita
2) Memberi antibiotik yang sesuai dan dosis yang tepat
3) Tindakan drainase secara bedah dari infeksi yang ada
4) Menghilangkan sumber infeksi
5) Evaluasi terhadap efek perawatan yang sudah
diberikan(Mahmood, 2005)

Penatalaksanaan abses itu sendiri prinsip yang digunakan yaitu


insisi dandrainase. Karena insisi dan drainase merupakan perawatan
terbaik pada absestersebut. Insisi dilakukan jika tidak terjadi drainase
spontan
dari abses. Menurut langkah-langkah dari prosedur insisi
pada penatalaksanaan abses yaitu: (Peterson, 2003).

1) Sebelum dilakukan insisi diaplikasikan larutan antiseptik


2) Penerapan anastesi dilakukan dengan anastesi infiltrasi pada
daerah sekitardrainase abses
3) Agar meminimalizir dari penyebaran mikroba ke jaringan sekitar
makaharus diperhatikan ketika melakukan insisi:
- Menghindari duktus dan pembuluh darah besar
- Drainase yang cukup, maka insisi dilakukan pada bagian
superfisial pada titik terendah akumulasi untuk menghindari
sakit d an pengeluaran pus sesuai gravitasi
- Jika memungkinkan insisi dilakukan pada daerah yang
baik secaraestetik atau secara intraoral
- Insisi dan drainase dilakukan pada saat yang tepat,
yaitu fluktuasi positif
4) Drainase abses diawali dengan memasukkan hemostat ke dalam
rongga abses dengan ujung tertutup, eksplorasi dilakukan kemudian
dikeluarkandengan ujung terbuka. Bersamaan dengan eksplorasi
dilakukan pijatanlunak untuk mempermudah pengeluaran pus
5) Kemudian drain karet ditempatkan dalam rongga abses dan
difiksasidengan jahitan pada salah satu tepi insisi untuk untuk menjaga
insisimenutup dan drain tidak lepas.
6) Perawatan pendukung yaitu dengan pemberian antibiotik,
berupaantibiotik penisilin atau erythromycin serta obat analgesik
(kombinasinarkotik/nonnarkotik) sebagai penghilang rasa sakitnya.
Dapat jugaditambah dengan kumur larutan saline (1 sendok teh
garam + 1 gelas air)yang dikumur setelah makan.
7) Pencabutan pada gigi yang terlibat abses dapat dilakukan
sesudah pembengkakan sembuh dan keadaan umum penderita
membai k. Keadaanumum penderita misalnya terkait diabetes
melitusnya harus terkontroldemikian juga dengan hipertensi dan
penyakit jantung harus diperhatikan
DAFTAR PUSTAKA

Kapner, Michael. MedlinePlus Medical Encyclopedia: Tooth Abscess,


2004.

Mahmood, MHS. & Mahmood, SSA. Odontogenic Neck Infections.


The Journalof Teachers Association. 18(1): 55-59.

Morgan, M., 2008, Methicilin-Resistant Staphylococcus aureus and


Animals: Zoonosis or Humanosis?, Journal of Antimicrobial Chemotherapy,
62: 1181-1187.

Pedlar J, John W.Frame. Oral and Maxillofacial Surgery. 2ed


Philadelphia: Churchill Living Stone Elsevier; 2007.

Peterson, et al, 2002, Oral and Maxillofacial Surgery. Mosby, St. Louis

Peterson, LJ. 2003. Contemporaray Oral and Maxillofacial


Surgery. FouthEdition. St. Louise: Mosby Ltd.

Robertson, D., dan Smith, J., 2009, The Microbiologgy of The


Acute Dental Abscess, Journal of Medical Microbiology, 58: 155-162.

Sabiston, D.C., Jr, M.D. 2004. Sabiston Buku Ajar Bedah. Jakarta :
EGC. p. 364-384.

Topazian RG, Goldberg MH. Oral and Maxillofacial infection. 2nd


ed. London: WB Saunders Co, Philadelphia, 1981:413 5.

Topazian, R.G & Golberg, M H, 2002, Oral and Maxillofacial Infection,


WB Saunders, Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai