Anda di halaman 1dari 12

ANATOMI SPASIUM WAJAH

Pada penyebaran infeksi odontogenik arah tembusan pada korteks tulang


rahang ditentukan oleh ketebalan tulang di sekitar apeks gigi dan hubungannya
antara tempat terjadinya perforasi dengan perlekatan muskulus pada tulang
maksila dan madibula. Tempat perforasi umumnya di daerah bukal karena tulang
bagian bukal lebih tipis. Tetapi dari akar palatal molar maksila perforasi lebih
sering ke arah palatal sedang pada molar kedua dan ketiga mandibula lebih sering
kerjadi ke arah lingual.
Menurut Peterson (2003), spasium wajah adalah daerah berlapis fasia yang
dapat terisi atau ditembus oleh eksudat purulen. Daerah ini merupakan ruang
potensial yang tidak ada pada orang sehat, tetapi terisi selama infeksi. Beberapa
diantaranya

mengandung

struktur

neurovaskular

dan

dikenal

sebagai

kompartemen sedangkan bagian yang diisi oleh jaringan ikat jarang disebut celah.
Spasium wajah yang langsung terlibat pertama kali dikenal sebagai
spasium wajah primer baik pada maksila maupun mandibula (tabel 1). Sedangkan
perluasan infeksi melebihi daerah spasium primer ini adalah ke daerah spasium
sekunder (tabel 1).
Tabel 1. Spasium wajah yang terlibat dalam infeksi odontogenik
a. Spasium primer maksila
1. Spasium kaninus
2. Spasium bukal
3. Spasium infratemporal
b. Spasium primer mandibula
1. Spasium submental
2. Spasium bukal
3. Spasium submandubular
4. Spasium sublingal
c. Spasium sekunder wajah
1. Spasium maseter
2. Spasium pterigomandibular
3. Spasium temporal superfisial dan
dalam
4. Spasium faringeal lateral
5. Spasium retrofaringeal
6. Spasium prevertebra
a. Spasium primer maksila

1. Spasium kaninus, merupakan ruangan tipis yang potensial antara muskulus


levator anguli oris dan muskulus levator labii superior.

Infeksi gigi

kaninus atas menyebabkan terlibatnya spasium kaninus. Penderita yang


mengalami infeksi pada spasium kaninus mengeluh pembengkakan daerah
alar dan sembab di bawah mata. Kulit dapat memperlihatkan daerah
kemerahan dan edema sehingga lipatan nasolabial menghilang, nyeri tekan
dapat dirasakan di sekitar kaninus.

Gambar 1. Abses spasium kaninus

2. Spasium bukal, dibatasi oleh kulit superfisial wajah pada bagian lateral dan
muskulus buccinator pada bagian medial. Spasium ini dapat terlibat baik
akibat perluasan infeksi gigi pada maksila maupun mandibula. Selain itu,
spasium bukal terjadi akibat infeksi yang merusak tulang di atas perlekatan
muskulus

buccinator.

Gejala

klinis

yang

ditimbulkan

berupa

pembengkakan di sudut zigomaticus dan sekitar bawah dari mandibular.


Abses membesar pada mukosa bukal dan menonjol ke dalam rongga mulut
dan batas tegas yang terlihatv pada lengkung zygomaticus dan batas
bawah mandibula.

Gambar 2. Perluasan spasium bukal

(Peterson, 2003).

3. Spasium Infratemporal, terletak di posterior maksila.

Bagian medial

spasium ini dibatasi oleh lempeng lateral prosesus pterigoideus tulang


sfenoid, bagian superior dibatasi oleh dasar tengkorak. Sedangkan ke arah
lateral, spasium ini menyambung dengan spasium temporal bagian dalam.
Proses infeksi daerah ini biasanya disebabkan oleh trauma terhadap gigi
posterior maksila dan biasanya terdapat penonjolan jaringan tepat di atas
dan di bawah arkus zigomatikus, menyebabkan kesan dari luar seperti
dumbbell.

Gambar 3. Abses spasium infratemporal

b.

Spasium primer mandibula


1. Spasium submental, Terletak di antara simfisis mandibula dan tulang
hyoid. Bagian lateral dibatasi oleh anterior muskulus digastrikus kanan
dan kiri. Di bagian superior dibatasi oleh muskulus milohyoid dan bagian
inferior oleh kulit. Spasium ini sering terinfeksi oleh insisiv rahang bawah.
Gejala klinis yang ditemukan biasanya pembengkakan keras dengan
fluktuasi positif, hampir seperti gambaran umum selulitis.

Gambar 4. Abses Submental

2. Spasium bukal, serupa dengan spasium bukal yang disebabkan oleh infeksi
gigi rahang atas.
3. Spasium submandibula, bagian anteromedial dibatasi oleh muskulus
digastrikus anterio dan bagian posteromedialnya dibatasi oleh muskulus
digastrikus posterior serta muskulus stilohyoid, dasarnya dibentuk oleh
muskulus milohyoid dan muskulus hyoglosus. Di bagian anterior spasium
submandibula terdapat spasium sublingual yang dibatasi oleh muskulus
milohyoideus. Infeksi pada spasium submandibula dan sublingual sering
disebabkan oleh infeksi yang berasal dari gigi molar dan premolar
mandibula yang menembus ke lingual. Apabila spasium submandibula,
4

sublingual, dan submental bilateral terkena infeksi, dikenal sebagai


ludwigs angina. Infeksi ini merupakan selulitis yang menyebar dengan
cepat. Pada infeksi ini hampir selalu terlihat lidah terangkat, indurasi
daerah submandibula dan penderita biasanya mengalami trismus, saliva
menetes serta kesulitan menelan dan bernafas. Infeksi ini menyebar
dengan cepat dan luas, dapat mengakibatkan obstruksi saluran pernafasan
sehingga dapat menimbulkan kematian.

Gambar 5. Abses submandibular

4. Spasium sublingual, dasarnya dibatasi oleh muskulus milohyoideus, lateral


dibatasi oleh prosesus alveolaris mandibula dan bagian medial dibatasi
oleh muskulus genioglosus dan geniohyoideus. Bagian atap berbatasan
dengan dasar mulut dan lidah. Secara klinis infeksi pada spasium
sublingual memperlihatkan pembengkakan ekstra oral yang kecil atau
tidak memperlihatkan pembengkakan, namun pembengkakan terlihat pada
dasar mulut pada sisi yang terkena. Infeksi pada spasium sublingual
bilateral mengakibatkan lidah terangkat. Bagian posterior sublingual
berhubungan dengan spasium submandibula.

Gambar 6

c.

Spasium sekunder wajah


Infeksi pada daerah spasium fasial sekunder dapat terjadi sebagai akibat
dari infeksi pada daerah fasial primer yang tidak dirawat. Jika spasia ini
terlibat, infeksi sering akan menjadi lebih parah, disebabkan karena semakin
besarnya komplikasi dan kerusakan, dan juga perawatannya akan semakin
sulit. Karena sedikitnya suplai darah pada jaringan konektif disekitar spasia,
perawatan infeksi akan semakin sulit tanpa dilakukan pembedahan sebagai
drain eksudat purulen.

1.

Spasium masseter, terletak antara bagian lateral mandibula dan medial


muskulus masseter. Masuknya infeksi ke spasium ini karena penyebaran dari
spasium bukal atau infeksi dari molar ketiga mandibula. Infeksi pada spasia ini
berasal dari gigi molar tiga mandibula, dan merupakan kasus yang jarang terjadi,
yaitu karena perpindahan perjalanan dari abses. Infeksi pada spasium ini
mempunyai ciri-ciri berupa edema dengan tekanan yang sangat sakit pada regio
otot masseter, yang meluas dari batas posterior dari ramus mandibula hingga tepi
anterior dari otot masseter. Selain itu tampak juga trismus dan sudut dari
mandibula tidak dapat dipalpasi. Secara intraoral, tampak edema pada daerah
retromolar dan pada bagian anterior dari ramus. Abses ini jarang berfluktuasi, dan
dapat juga timbul gejala sistemik.

Gambar 7. Abses submasseter

Perawatan abses ini terutama melalui intraoral, dengan melakukan insisi


awal pada bagian prosessus coronoid dan berjalan sepanjang tepi anterior
dari ramus hingga mucobuccal fold, sampai kira-kira sejauh molar kedua.
Insisi mungkin juga dilakukan di daerah ekstraoral pada kulit di bawah
sudut dari mandibula. Pada kasus kedua, hemostat dimasukkan sejauh
pusat dari supurasi dan sampai ini berkontak dengan tulang. Karena akses
yang jauh dari akumulasi purulent, sering sukar untuk drain area ini
dengan baik, sehingga sering relaps.
2. Spasium pterigomandibular, terletak di sebelah lateral muskulus
pterigomandibula medialis dan medial mandibula.

Merupakan tempat

injeksi anestesi lokal untuk blok saraf alveolaris inferior. Penyebaran


infeksi terutama berasal dari spasium submandibula dan sublingual.

Gambar 8. Spasium pterigomandibular

Penyebab utama abses pada spasia ini adalah infeksi dari gigi molar tiga
atau akibat dari suatu blok nervus alveolaris inverior, jika sisi penetrasi
dari needle terinfeksi (pericoronitis). Gejala klinis pada infeksi spasium ini
adalah trismus yang parah dan sedikit

edema ekstraoral

yang tidak

biasanya tampak pada sudut mandibula. Secara intraoral, edema dari


palatum lunak tampak pada sisi yang terinfeksi sehingga terjadi
perpindahan tempat dari uvula dan dinding faringeal lateral. Perawatan
dapat dilakukan dengan cara insisi dan drainase dilakukan mukosa rongga
mulut dan lebih spesifik sepanjang crest temporal mesial. (gambar 2 b)
insisi seharusnya sepanjang 1,5 cm dan dalamnya

3 4 mm. Suatu

hemostat bengkok kemudian dimasukkan, yang berjalan ke posterior dan


lateral sampai berkontak dengan permukaan medial ramus mandibula.
Abses di drain, memungkinkan pengeluaran pus sepanjang tangkai
instrumen.
3. Spasium temporal superfisial dan dalam, terletak posterior dan superior
spasium pterigomandibula dan lateral muskulus pterigomandibula.
Spasium ini membelah muskulus temporalis menjadi dua bagian, bagian

superfisialis yang meluas ke fasia temporal dan bagian dalam yang


berhubungan dengan spasium infratemporal.

Gambar 9. Spasium temporalis

Infeksi pada spasium temporalis disebabkan oleh perluasan dari infeksi


pada spasium infratemporalis yang saling berhubungan. Gejala klinis
ditandai dengan edema yang sakit pada fascia temporalis, trismus
(temporal dan muskulus pterygoid mediana terlibat), dan sakit saat palpasi
pada edema.
Perawatan dilakukan dengan insisi dan drainase dilakukan secara
horizontal, pada tepi dari scalp hair dan kira-kira 3 cm di atas dari
lengkung zygomatik. Ini kemudian dilakukan dengan hati-hati diantara dua
lapisan pada fasia temporal hingga muskulus temporalis. Pergunakan
hemostat yang bengkok untuk mendrain abses.
4. Spasium faringeal lateral, merupakan bagian spasium fasial servikal dan
dapat mengancam nyawa dengan adanya obstruksi saluran nafas.
Perluasan ke arah posterior dan spasium pterigomandibula dapat menyebar
ke spasium faringeal lateral. Spasium ini meluas dari dasar tengkorak
pada tulang sphenoid ke inferior menuju tulang hyoid. Bagian medial

dibatasi oleh muskulus pterigoideus medialis dan bagian lateral oleh


muskulus konstriktor faringeus superior.

Bagian anterior berbatasan

dengan rafe posteromandibula dan menuju fasia prevertebra. Prosesus


stiloideus dan muskulus-muskulus sekitarnya membagi spasium faringeal
lateral menjadi kompartemen anterior yang berisi muskulus dan
kompartemen posterior yang berisi sarung karotis dan saraf kranial.
Spasium ini mengandung arteri carotid interna, vena jugularis interna
dengan beberapa pembuluh limfe, nervus glossofaringeal, nervus vagus,
nervus hypoglossus dan nervus asesorius. Ini berhubungan langsung
dengan spasium submandibula, serta otak melalui foramen kranium.
Infeksi pada daerah ini dapat berasal dari gigi molar tiga dan sebagai
akibat perluasan infeksi spasium submandibula dan pterygomandibula.
Gejala klinis dari infeksi ini adalah edema ekstra oral pada bagian letaral
dari leher yang mungkin dapat meluas ke tragus dari telinga, perubahan
posisi dari dinding faring, tonsil dan uvula membengkak sehingga tampak
ke midline, rasa sakit yang menyebar ke telinga, trismus, susah menelan,
peningkatan suhu yang signifikan dan malaise. Perawatan dengan drainase
dilakukan pada daerah ekstraoral (sesuai dengan tempat pada abses
submandibula) dengan incisi sepanjang 2 cm, pada bagian inferior
posterior dari corpus mandibula. Akses dicapai dengan menggunakan
hemostat, dimana setelah pada pusat terkumpulnya pus, diteruskan ke arah
permukaan medial dari mandibula, ke daerah molar tiga, dan jika
memungkinkan dibelakang daerah tersebut. Drain karet kemudian
ditempatkan pada temptakan selama 2 3 hari. Drainase abses mungkin
juga dilakukan

secara intraoral meskipun ini beresiko dan agak sulit

karena saring berpeluang terjadinya aspirasi dari pus, khususnya jika


prosedur dilakukan dengan menggunakan NU.

10

Gambar 10. Spasia faringeal lateral, terletak antara M. pterigoideus lateral dan M.
konstriktor faringeal superior. Spasia retrofaringeal dan spasia prevertebral terletak antara
faring dan kolumna vertebral. Spasia retrofaringeal terletak antara M. konstriktor faringeal
superior dan portio alar fascia prevertebral. Spasia prevertebral terletak antara alar dan
lapisan prevertebral dari fascia prevertebral (Peterson, 2003).

5. Spasium retrofaringeal, terletak di belakang faring, antara muskulus


konstriktor faringeal superior dan lapisan alar fasia servikal dan berawal
dari dasar tengkorak meluas ke inferior setinggi servikalis 7 atau torakalis.
Infeksi spasium ini merupakan jalur penyebaran ke spasium prevertebra
dan ke diafragma. Infeksi pada spasium ini mudah menyebar ke atas
melaui foramen menuju otak dan berjalan ke bawah melalui selubung
karotis sampai ke mediastinum. Etiologi dari infeksi pada spasium ini
adalah infeksi yang berasal dari spasium lateral faringeal yang saling
bersebelahan. Gejala klinis sama dengan yang ditemukan pada abses
faringeal lateral secara klinik, kesulitan dalam pengunyahan yang
disebabkan oleh edema pada dinding posterior dari faring. Jika infeksi ini
tidak dirawat maka akan mengakibatkan obstruksi traktus respiratorius
atas, ruptur bses sehingga terjadi aspirasi dari pus ke dalam paru-paru, dan
perluasan ke daerah mediastinum. Terapi memerlukan drainase melalui
spasium faringeal lateral, dimana infeksi awal biasanya terjadi dan
pemberian antibiotik

11

6. Spasium prevertebra, spasium ini meluas dari tuberkel faringeal pada


dasar tengkorak sampai diafragma. Infeksi pada spasium ini dapat meluas
ke inferior setinggi diafragma mencakup torak dan mediastinum.

Gambar 11. Jika spasia retrofaringeal terlibat, mediastinum posterosuperior dapat


juga menjadi terinfeksi sekunder. Jika spasia prevertebral terinfeksi, tepi inferior
merupakan diafragma dan juga seluruh mediastinum beresiko ikut terinfeksi
(Peterson, 2003).

DAFTAR PUSTAKA
Daud ME., Karasutisna T. 2001. Infeksi odontogenik 1thed. Bandung. Bagian
Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Unpad. Hal 1-23.
Peterson Larry J, D.D.S., M.S . 2003. Contemporaray Oral and Maxillofacial
Surgery. Fouth Edition. Mosby. St. Louise. p 367-376.
Topasian dkk. 2004. Oral and Maxillofasial Infection, 4 rd ed., WB saunders
company, phyladelphia, USA. p. 157-176.
Smith, AG. 2007. Maxillofacial Surgery. Editor: Booth, PW. Mosby. St. Louise. p
1553.

12

Anda mungkin juga menyukai