Anda di halaman 1dari 25

LABIOPLASTY BILATERAL TEKNIK

BARSKY

P EMBIMBIN G : D R. M ANT RA NAND INI, DRG ., MA RS, SP. BM (K )


O LEH : H EIN Z FR ICK S
Pendahuluan

Celah bibir bilateral merupakan celah bibir pada kedua sisi


premaksila baik komplit atau inkomplit tidak ada sisi yang normal
sebagai pembandingnya
EMBRIOLOGI
Perkembangan wajah dimulai pada minggu keempat intra uterin.
Pada saat ini panjang embrio kurang lebih 3,5 mm dan daerah wajah
terdiri dari 5 buah tonjolan (prosesus) pada sebuah lekukan yang
disebut stomatodeum (celah mulut primitif), yang dibentuk oleh
pasangan pertama lengkung faring.
Kelima tonjolan tersebut adalah prosesus frontalis, 2 buah prosesus
maksilaris kanan dan kiri, 2 buah prosesus mandibularis kanan dan
kiri. Pada minggu kedelapan muka telah terbentuk lengkap, panjang
embrio kurang dari 30 mm
Prosesus maksilaris tumbuh kearah medial dari posisi lateral untuk membentuk
bagian lateral rahang atas.
Prosesus nasalis medialis terdorong lebih dekat dan bertemu prosesus maksilaris
pada garis tengah, oleh sebab itu lengkung maksila dilengkapi oleh prosesus
nasalis medialis yang bersatu pada garis tengah dan terjadi fusi pada permukaan
lateral dan dua prosesus maksilaris kira-kira pada minggu ketujuh.
Ketiga elemen ini (satu prosesus nasalis yang menyatu dan dua prosesus
maksilaris) berperan dalam membentuk bibir atas, alveolar atas, dan palatum
primer yang terjadi sekitar minggu keenam.
Bagian palatum yang berasal dari prosesus maksilaris disebut palatum sekunder
Langman,1988, Embriologi Kedokteran, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta, Indonesia
Anatomi bibir normal meliputi epitel vermillion yang merah tua.
Hidung yang normal mempunyai kolumela yang lurus, panjang yang cukup didukung juga oleh
septum nasi yang lurus.
Sayap hidung (ala nasi) yang simetris didukung oleh tulang rawan yang seimbang dan dasar sayap
hidung jaraknya sama dari kolumela.
Kartilago ini terdiri dari medial krus yang melengkung ke bawah dekat garis tengah dan lateral kurs
(disebut juga kartilago lateral inferior) yang merentang oblik untuk mendukung kulit hidung dan
mempertahankan bentuk lubang yang oval.
Antara bibir atas dan hidung terdapat philtrum, perisai cekung yang memiliki lebar normal kira-kira
seperempat dari lebar transversal bibir total.
Daerah sekitar philtrum, lateral dibatasi oleh tonjolan kulit vertikal yang meninggi dan inferior oleh
invaginasi tepi vermillion bibir atas yang membentuk cupids bow
Gambar : Anatomi bibir dan hidung normal

Smith H.W., 1983, The Atlas of Cleft Lip and Palate Surgery, 1sted. Grune and Straton Inc, New York.
Tehnik pembedahan dengan tehnik Barsky merupakan pengembangan dari
tehnik Veau II, oleh sebab itu tehnik Barsky dinamakan juga sebagai tehnik
Veau II.
Ciri khas dari tehnik Barsky yaitu pembuatan flap yang diambil dari kedua
segmen lateral.
Selanjutnya kedua flap kulit dan otot dari segmen lateral tersebut dipasangkan
bersatu diujung bawah prolabium.
Tujuan pembuatan kedua flap lateral dan menyatukannya dengan bagian
prolabium adalah untuk menembah panjang bibir secara vertikal.
Dengan demikian tehnik ini di indikasikan untuk kasus-kasus celah bibir
dengan premaksila yang protrusif serta prolabiun yang pendek.
Beberapa kekurangan dari tehnik Barsky adalah sebagai berikut

1. Terjadinya ketegangan dibagian bawah bibir.

2. Adanya pembentukan daerah isolated yang tidak diharapkan atau


terbentuknya daerah Isolated island di bagian tengah bawah bibir.
Keuntungan dari tehnik Barsky adalah sebagai berikut :

1. Dapat dilakukan untuk koreksi untuk prolabium yang pendek

2. Menambah dimensi vertikal bibir


Terbukanya kembali sebagian luka karena:
Peradangan dan infeksi
Ketegangan karena penjahitan atau oedem,
Jahitan yang hurang baik
Penyembuhan luka krena pnyakit sistemik,
Kemungkinan terbentuknya jaringan parut yang luas di
daerah kulit.
Ketidak maupuan bersiul.
Hasil operasi menghasilkan bibir yang terlalu panjang
secara vertikal, sehingga tampak profil wajah yang tidak
proporsional. Hal ini akan mengganggu estetik pasien.
1. Tehnik Pembedahan menurut Barsky/Veau II pada celah yang inkomplit

. Pembuatan pola insisi: pola insisi dibuat seperti pada gambar 5, dimana garis insisi pada tepi bawah
prolabium dibuat tegak lurus terhadap midline dan sejajar white skin roll, panjang garis ini dibuat secukupnya
dengan kedua ujung garis insisi terletak pada white skin roll. Dari masing-masing ujung garis insisi ini
dilanjutkan agak melengkung menuju ke arah atas dan berhenti tepat di tengah-tengah dasar hidung. Selanjutnya
garis insisi diteruskan ke arah bibir lateral, tujuannya untuk membuat flap lateral. Garis insisi berada diatas kulit
berjarak sekitar 2-3 mm dari white skin roll bibir lateral, dibuat dengan panjang yang disesuaikan dengan panjang
pada sisi lateral prolabium, lalu garis insisi dibuat tegak lurus terhadap white skin roll. Kedua potongan tegak
lurus pada sisi lateral ini akan dipertemukan pada bagian bawah tengah-tengah prolabium, tujuannya adalah
untuk menambah panjang prolabium. 9
10 11 10 11
A 8 9 B
3
5
1
. . 7 4
. 6 A 3 57 6 4 B

. 2 1 2

..7..
X y
X y
10 11
8 9
3
5
1
. . 7 4
. . 2
6

X y
TEKNIK BARSKY
1. Tehnik Pembedahan menurut Barsky/Veau II pada celah yang komplit
a. Penandaan titik insisi 6

2. Menentukan titik-titik tanpa pengukuran. diberi simbol huruf A G.

3. Mengukur lengkung hidung kanan dan kiri. Lengkung yang lebih pendek dipakai sebagai patokan. Misalkan lengkung
AB lebih besar daripada lengkung CD, maka lengkung CD diukur (bisa dengan kawat) kemudian ditransferkan ke
lengkung AB dengan titik patokan adalah sebelah medial. Hasil translasi ini diberi simbol huruf H.

4. Mengukur lebar dasar hidung. Kita tentukan titik I (titik pada garis sumbing lengkung CD sebelah medial) dan titik J
(titik pada garis sumbing di lengkung CD sebelah lateral). Ukur jarak CI dan DJ. Pada lengkung AB dibuat serupa,
yaitu dimulai dari medial: Tentukan titik K. yang jarak CI, sehingga BK = Cl. Kemudian tentukan titik L, dimana
DJ=HA + AL. Sehingga CI+DJ=BK+HA+AL
1. Tentukan titik M dan N (yang merupakan puncak dari Cuspid bow) dari G (dasar Cuspid bow) dimana GM =
GN. Sehingga nantinya akan terbentuk Cuspid yang simetris.

2. Buat garis dengan tinta, yang menghubungkan titik-titik tersebut (KN, NG, GM, MI).

3. Pada sisi lateral kiri, buatlah titik 0 yang merupakan jari-jari lingkaran yang berpusat di titik J sepanjang IM.

4. Tentukan titik P yang dibuat tegak lurus vermilion dengan jarak sesuai dengan keinginan kita menurunkan merah
bibir medial ke bawah. Deegan jarak ini dibuat perpotongan dengan garis JO. Titik potong ini diberi nama titik
Q, dimana QO = GM GN (yang membentuk Cuspid bow).

5. Hal serupa juga dilakukan pada sisi lateral kanan, sehingga didapatkan titik-titik R, S, dan T. dimana LR = KN =
IM = JO; ST = PQ; RT = GM = GN = QO.
Desain Teknik Barsky
HL K B I J D
A C Q
T O
R P
S N M
G
F
E
Insisi dan Penjahitan

1. Insisi dimulai dari daerah medial, turunkan vermilion bibir atas sampai ke tempat yang
diinginkan (misainya sampai menyentuh bibir bawah). Ukur posisi titik tengah awal dan akhir
yang akhirnya merupakan panduan panjang ST = PQ.

2. Lakukan insisi di sisi lateral kiri, dicoba dilakukan reposisi ke medial. Demikian juga sisi
lateral kanan.
1. Lakukan insisi untuk penyesuaian penyambungan vermilion lateral dan medial.

2. Jahit bekas insisi, dimulai dari sudut-sudut insisi untuk menghindari kesalahan
penarikan jahitan sehingga tidak sesuai antara sisi medial dan lateral.
Laporan Kasus

Pre Operasi pasien dengan prolabium pendek dan premaksila panjang


Post operasi dengan Tehnik Barsky
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai