Anda di halaman 1dari 2

TINJAUAN PUSTAKA

HIV-AIDS dan Tuberkulosis Rongga Mulut


Anitasari S
Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman/PPDGS Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit dengan frekuensi cukup tinggi di negara berkembang seperti Indonesia. Sebagian besar penduduk, terutama di daerah-daerah endemis TB merupakan pembawa bakteri TB walaupun tidak menunjukkan gejala klinis (1,2). Peningkatan jumlah penderita TB sangat mungkin dengan meningkatnya jumlah penderita HIVAIDS karena penurunan sistem pertahanan tubuh penderita HIV-AIDS memudahkan penularan bakteri Mycobacterium tuberculosis (3-6). Penderita TB dapat menunjukkan gejala klinis di rongga mulut, walaupun sangat jarang dan pada umumnya merupakan manifestasi sekunder dari TB paru. (7,8,9) Manifestasi TB di rongga mulut dapat berbentuk ulserasi di dorsum lidah, gingiva, dasar mulut, mukosa bukal dan labial, palatum molle, tersering ditemukan di lidah. Sedangkan manifestasi HIV-AIDS di rongga mulut dapat bermacam-macam, di antaranya juga dapat berbentuk ulserasi. (2,5,7,8,10) Ulserasi TB dan HIV-AIDS klinis sulit dibedakan, terutama apabila penderita HIV-AIDS juga penderita TB. Perlu keahlian untuk mendiagnosis penderita TB, HIV-AIDS dan penderita HIV-AIDS disertai TB. (1) TINJAUAN PUSTAKA 1. Tuberkulosis Rongga Mulut Tuberkulosis rongga mulut (oral tuberculosis) dapat primer, tetapi umumnya merupakan manifestasi sekunder tuberkulosis paru, (Eng, et al., 1996, cit Von Arx, Husain, 2001). Pada umumnya lesi tuberkulosis terletak di lidah, kadangkadang juga di gusi, dasar mulut, palatum, bibir, mukosa bukal. Di lidah dapat menyebabkan makroglosia dan memberi kesan glossitis(2). Pada TB rongga mulut dijumpai pembesaran kelenjar limfe daerah preaurikular, trismus, trakheitis dan laringitis (2).Tipe lesi tuberkulosis rongga mulut adalah granuloma, fissure, glossitis dan ulkus (2,8,9,10).

Gambar 1: Manifestasi Tuberkulosis Rongga Mulut (11)

Gambaran klinis lesi ulkus TB rongga mulut bervariasi (Gambar. 1); umumnya : 1. Tidak berbatas jelas 2. Terdapat granulasi pada dasar lesi. 3. Tidak selalu nyeri Diagnosis banding ulkus TB rongga mulut meliputi RAU (Recurrent Aphthous Ulceration), traumatic ulcer, syphilitic ulcers dan keganasan termasuk squamous cell carcinoma primer, limfoma. Oleh karena itu biopsi/pemeriksaan histopatologi sangat penting (2,12). Jika histopatologis berbentuk granulomatosa, diagnosis banding adalah sarkoid, Crohns disease, reaksi benda asing, sifilis tersier, dan Sindrom Melkersson-Rosenthal (2).

Diperlukan juga pemeriksaan sputum untuk mencari Mycobacterium tuberculosis dan pemeriksaan radiologi (3). 2. Manifestasi HIV Rongga Mulut A. Thrush Candida oral biasa ditemukan pada penderita HIV/AIDS, jarang pada penderita non-HIV/AIDS. B. Leukoplakia Hiperkeratinisasi dan infeksi virus Epstein Barr sering menimbulkan hairy leukoplakia yang jarang ditemukan pada penderita non-imunokompromis. C. Gingivostomatitis Kondisi rongga mulut penderita HIV-AIDS dapat sangat buruk sehingga mudah terkena stomatitis. Ulkus sangat sering terjadi pada penderita HIV-AIDS, baik disebabkan infeksi atau trauma.
CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011

106

TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA


Ulkus yang disebabkan HIV mempunyai gambaran klinis: 1. Non-keratin 2. Terdapat pseudomembran 3. Ukuran lesi : - Minor > 5 mm - Mayor 1-3 cm - Herpetiform 1-2 mm 4. Dapat lesi tunggal atau multipel 5. Nyeri 6. Kemerahan di sekitar ulkus Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan titer CD4+ < 100 sel/L. Ulkus dapat ditemukan di daerah mukosa bukal dan labial, palatum molle, dan lidah (4, 5, 7,13) PEMBAHASAN Tuberkulosis masih endemik di daerah berkembang. Meningkatnya prevalensi penderita HIV-AIDS, menyebabkan prevalensi penderita TB juga meningkat karena penurunan sistem pertahanan tubuh pada penderita HIV-AIDS memunculkan manifestasi klinis pada pengidap bakteri Mycobacterium tuberculosis. Salah satu manifestasi klinis, di antaranya ulserasi rongga mulut (2,8,9,10). Peningkatan TB pada penderita HIV-AIDS menekankan pentingnya deteksi tuberkulosis agar bisa diobati sedini mungkin (1,2). PEMBAHASAN Tuberkulosis masih endemik di daerah berkembang. Meningkatnya prevalensi penderita HIVAIDS, menyebabkan prevalensi penderita TB juga meningkat karena penurunan sistem pertahanan tubuh pada penderita HIV-AIDS memunculkan manifestasi klinis pada pengidap bakteri Mycobacterium tuberculosis. Salah satu manifestasi klinis, di antaranya ulserasi rongga mulut (2,8,9,10). Peningkatan TB pada penderita HIV-AIDS menekankan pentingnya deteksi tuberkulosis agar bisa diobati sedini mungkin (1,2). Perbedaan ulkus TB dengan ulkus HIV-AIDS ialah pada ulkus TB ditemukan granulasi di dasar lesi dan tidak selalu nyeri sedangkan pada ulkus HIV-AIDS terdapat pseudomembran, non keratin dan nyeri (2,4,5,7-10) Ulkus TB dan ulkus HIV-AIDS tidak dapat dibedakan berdasarkan lokasinya; umumnya penderita TB rongga mulut adalah penderita TB paru karena lesi di rongga mulut sebagian besar disebabkan oleh sputum, walaupun penyebaran hematogen dan limfogen juga pernah terjadi (2, 4,5,7-10). SIMPULAN Mengingat seringnya kasus HIV-AIDS disertai tuberkulosis, sangat penting menentukan jenis lesi rongga mulut.

Gambar 2: Ulkus pada Penderita HIV- AIDS (11)

DAFTAR PUSTAKA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Anonim. HIV and Tuberculosis Fact Sheet, American Lung Association, 2007. Von Arx DP, Husain A. Oral Tuberculosis, Br. Dental J 2001;198:420-22. Hercline T, Amorosa JK. Tuberculosis, Emedicine, 2009. Moazzez AH, Alvi A. Head and Neck Manifestation of AIDS in Adults, American Family Physician, 1998. Vaseliu N, Kamiru H, Kabue. M. Oral Manifestation of HIV Infection, 2010. WHO News, Bull.WHO 2000;78: 945-6. Greenspan D, Greenspan J. Oral Manifestation of HIV Infection, Journal Watch HIV/AIDS Clinical Care. 1997. Sharma SK, Mohan A. Extrapulmonary Tuberculosis, Indian J. Med Res 2004;120: 316-53. Soni NK, Chatterji P, Nahata SK. Tuberculosis of the Tongue, Indian J Tub. 28:22-5. Tas E, Sahin E, Vural S, Turkoz HK, Gursel AO. Upper Respiratory Tract Tuberculosis: Our Experience of Three Cases and Review of Article, The Internet J. Otorhinolaryngol. 2007.6. 11. Mir MA. Atlas of Clinical Diagnosis, 2nd ed. 2003. 12. Riden K. Key Topics in Oral and Maxillofacial, 1st ed, Bio Scientific Pub. 1998. 13. Gori A, Ridolfo AL, DArminio Monforte A, Gramagliu A, Villa S, Moroni M. Impact of radiotherapy on oral AIDS-related Kaposis sarcoma, International Conference on AIDS,1993; 9:395.

CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011

107

Anda mungkin juga menyukai