Anda di halaman 1dari 7

9.

6 TUMOR GANAS RONGGA


MULUT

ganas yang menyerang tubuh kurang


Neoplasma New Growth lebih 2-6% terjadi di rongga mulut.
adalah pembentukan sel baru yang Tumor ganas rongga mulut secara
abnormal, terus tumbuh secara progresif, histologist dibagi dua: tumor ganas yang
tidak pernah mencapai Maturitas, berasal di jaringan epitel disebut
mampu melakukan metastase. Neoplasma karsinoma sedangkan yang berasal dari
berasal dari bahasa yunani, yaitu neo = jaringan pendukung atau
baru, plasma = yang dibentuk. Menurut
Willis, neoplasma merupakan massa mensenkhim disebut sarcoma. Tipe-tipe
abnormal dari jaringan, di mana dari karsinoma dan sarcoma dapat
pertumbuhannya berlebihan dan tidak dibedakan lagi sebagai berikut:2
terkooordinasi dengan pertumbuhan 1. Karsinoma
jaringan normal, dan menetap walaupun Karsinoma sel skuamosa
telah dilakukan penghentian yang semula Karsinoma sel basal
menyebabkannya. 1 Adenokarsinoma
Neoplasma mempunyai sifat 2. Sarcoma
seperti parasit, yaitu ia berkompetisi
Fibrasarkoma
dengan jaringan normal demi
mendapatkan nutrisi dan suplai yang Liposarkoma
dibutuhkannya, dngan tidak memandang Kondrosarkoma
status gizi host. Osteogenik sarcoma
Terminologi yang serupa yaitu Limfosarkoma
Tumor, yang berasal dari bahasa Latin Neurogeniksarkoma
yang artinya: 1. Benjolan, 2. Pertumbuhan Rhabdomysarkoma
sel-sel secara otonom. Namun istilah Liemysarkoma
tumor sekarang ini dibedakan berdasarkan
Dari semua jenis neoplasma
sifatnya menjadi neoplasma jinak.
yang terdapat di rongga mulut, squamous
Neoplasma dapat dibedakan berdasarkan
cell karsinoma merupakan jenis yang
sifatnya menjadi neoplasma jinak
paling sering dijumpai di rongga mulut.
(benigna) dan neoplasma ganas
Adapun jenis squamous cell karsinoma
(maligna). Kanker adalah istilah umum
yang paling sering adalah epidermoid
untuk menunjukkan neoplasma ganas.
karsinoma pada lidah.
Tumor ganas memiliki karakteristik yang
berbeda dengan tumor jinak, tumor ini
tumbuh dengan cepat, tidak berkapsul
EPIDERMOID KARSINOMA PADA
sehingga tidak tumbuh dipisahkan dari
LIDAH
sekitarnya dapat menusup ke jaringan
sekitarnya, tidak berguna bagi tubuh,
Etiologi
maupun melepaskan diri dari tumor induk
(tumor primer) dan memasuki sirkulasi Etiologi yang pasti dari tumor ganas
untuk menyebar ke tempat lain rongga mulut belum dapat ditentukan.
membentuk tumor sekunder.2 Sedangkan Sekalipun demikian beberapa faktor dari
neoplasma jinak memiliki sifat khas resiko diduga berkaitan dengan
tumbuh lambat, tidak menyebar dan meningkatnya insedensi tumor ini.
menginfiltrasi, tidak bermetastase dan Faktor-faktor yang dapat memicu
prognosis biasanya baik dengan timbulnya perubahan keganasan disebut
pembedahan. karsinogen. Beberapa faktor yang
Tumor ganas rongga mulut berpengaruh terhadap terjadinya tumor
adalah tumor yang berada di rongga ganas rongga mulut antara lain faktor
mulut dan semua jaringan di rongga kimia dan industry, faktor fisik, alkohol
mulut dapat terkena tumor ini. Dari tumor dan tembakau, penyakit kronis, setra
faktor umur, jenis kelamin dan riwayat tersebut antara lain Linchen Planus
keluarga.2-4 dan Shipilis. Linchen Planus dapat
a. Faktor kimia dan industri dianggap sebagai penyebab
terjadinya tumor ganas, walaupun
Banyak zat kimia dalam lingkungan penyebab langsung dan hubungannya
industry adalah bersifat yang jelas belum diketahui. Banyak
karsinongenetik. Lebih dari 70-80% kasus yang menunjukkan bahwa
tumor ganas pada manusia berkaitan penderita tumor ganas mempunya
dengan faktor kimia dan lingkungan. riwayat Linchen Planus. Ditemukan
Terdapat peningkatan resiko terkena bukti pula bahwa 20-30% dari semua
tumor ganas rongga mulut untuk laki-laki dengan semua tumor ganas
pekerja pada industry tekstil kapas rongga mulut dari Amerika Serikat
atau katun dan wool. adalah penderita Sipilis kronis. 5.
b. Faktor fisik Umur jenis kelamin dan riwayat
Fisik dalam lingkungan juga sudah keluarga
diketahui mempunyai potensi untuk Prevalensi tumor ganas
terjadinya tumor ganas pada rongga meningkat sejalan dengan bertambahnya
mulut. Agen ini berupa radiasi yang usia. Umumnya tumor ganas pada rongga
menimbulkan ionisasi seperti radiasi mulut terjadi pada laki-laki yang berusia
X dan radiasi ultraviolet yang dapat lebih dari 50 tahun dan angka kejadian
menyebabkan terjadinya karsinoma meningkat pada pasien dengan riwayat
sel basal dan melanoma maligna. keluarga positif kanker. Hal tersebut
c. Alkohol dan tembakau mungkin merupakan faktor predisposisi
herediter untuk terjadi tumor ganas yang
Perokok berat mempunyai resiko diturunkan secara genetik, walapun
terserang tumor ganas rongga mulut faktor-faktor yang lain juga turut
enam kali lebih tinggi dari pada berperan.4
mereka yang tidak merokok. Kurang
lebih terdapat 2000 macam zat kimia Epidemiologi
dalam tembakau, 20 di antaranya
terbukti merupakan karsinogen. Neoplasma rongga mulut yang
Terdapat hubungan antara kebiasaan bersifat ganas jarang ditemukan di negara
mengkonsumsi resiko terserang Barat, namun cukup banyak ditemukan di
tumor ini sepuluh kali lebih besar, Asia. Di USA, angka insidensinya
dan peningkatan konsumsi alcohol berkisar antara 3-4% dari seluruh
berhubungan dengan meningkatnya keganasan, sedangkan di India, dapat
resiko terserang tumor ganas rongga mencapai 50% dan menjadi neoplasma
mulut. Individu ynag meminum ganas yang terbanyak.
sejmlah besar alcohol biasanya juga Sekitar 90% keganasan rongga
perokok berat, hal ini akan mulut ini sangat berhubungan dengan
mempengaruhi terjadinya tumor konsumsi tembakau dan alcohol; di mana
gansa rongga mulut. Kombinasi negara Barat banyak berhubungan denga
konsumsi alcohol dan tembakau merokok, sedangkan di Asia,
mendorong terjadinya tumor ganas berhubungan dengan kebiasaan
ini, 15 tahun lebih awal daripada mengunyah tembakau dan sirih.
individu yang tidak mengkonsumsi Neoplasma rongga mulut banyak
alcohol maupun tembakau. mengenai usia tua, antara 55-65 tahun,
d. Penyakit kronis dan banyak ditemukan pada pria (sekitar
Penyakit kronis dapat menjdi faktr 80%); yang juga berhubungan dengan
predisposisi bagi timbulnya paparan kronis alcohol/tembakau.
keganasan. Penyakit-penyakit Predileksi terbanyak yaitu pada bibir
(44,9%), lidah (16,5%), dasar mulut durum atau meluas ke dalam sinus atau
(12,1%), gingival mandibula (12,1%), dasar hidung. CT scan dapat juga
palatum dan gingival maksila (4,7%), menolong untuk melihat perluasan ke
mukosa buccal (9,7%). dsara lidah akibat perluasan karsinoma
Di Indonesia frekuensi relative lidah atau dasar mulut posterior.6
neoplasma rongga mulut adalah 1,5-5%. Untuk menegakan diagnosis
Terbanyak pada usia 55-65 tahun dan diperlukan pula pemeriksaan
dapat bervariasi antara 40-7- tahun. histopatologis. Tingkat displasia akan
Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dan menunjukkan seberapa luasnya
perempuan adalah 1:1 yang sangat abnormalitasnya seluler meliputi
berbeda dengan laporan dari Barat yaitu perubahan ukuran sel dan morfologinya,
4:1, predileksi yang paling banyak adalah: peningkatan gambaran mitosis,
lidah, diikuti bibir, gingiva, dasar mulut, hiperkromatisme dan perubahan
mukosa bukal dan palatum. gambaran normal sel dan maturasi.5
Menurut jenisnya neoplasma yang Keadaan displasia yang ringan,
bersifat ganas adalah epidermoid sedang sampai berat menunjukkan
karsinoma. Pada bahasan selanjutnya abormalitas epitel dengan berbagai
akan dibahas lebih jelas mengenai tingkatan. Jika abnormalitas tidak
epidermoid karsinoma. melibatkan seluruh ketebalan epitel, maka
didiagnosis sebagai karsinoma insitu. Jika
Diagnosis membran basalis sudah tembus dan
terjadi invasi ke jaringan ikat dibawahnya
Gambaran klinis yang paling maka didiagnosis sebagai karsinoma.
umum pada epidermoid karsinoma rongga Insisi yang dibuat pada saat
mulut adalah rasa sakit atau perih yang biopsi berbentuk elips meliputi bagian
menetap. Penegakkan diagnose sering massa dan jaringan normal di sekitarnya.
terlambat karena munculnya rasa sakit Spesimen biopsi harus cukup dalam dan
yang berhubungan denga ulkus lebih mencapi jaringan invasif tumor.6
lambat dibandingkan dengan
perkembangan kankernya sendiri. Diferensial Diagnosis
Pemeriksaan fisik merupakan penegakkan Bila dijumpai adanya epidermoid
diagnosa yang utama, evaluasi secara karsinoma dengan bentuk klinis berupa
inspeksi dan palpasi bimanual dapat ulkus kronis yang tidak sembuh-sembuh,
membantu untuk mengetahui perluasan maka lesi ulseratif lainnya harus menjadi
massa tumor terutama pada otot lidah dan pertimbangan. Seperti tuberkulosis,
dasar mulut. syphilis, da infeksi jamur. Midline
Pemeriksaan rongga mulut granuloma dan necrotizing
dilakukan secara cermat diikuti dengan sialometaplasia pada palatum dan
pemeriksaan kelenjar getah bening daeran jaringan di sekitarnya memiliki gambaran
servikal dan submandibular. Penyebaran klinis yang hampir sama dengan
ke kelenjar getah bening dari epidermoid karsinoma rongga mulut.
karsinoma biasanya melibatkan kelenjar
submandibula dan jugular.5 Gambaran Klinis
Gambaran radiologis merupakan Pada fase awal pertumbuhan
pemeriksaan yang penting untuk epidermoid karsinoma rongga mulut
mengetahui perlusan karsinoma rongga hanya menimbulkan rasa nyeri yang
mulut apakah melibatkan tulang atau minimal. Keadaan ini menyebabkan
tidak. CT scan sering menolong dalam penderita umumnya terlambat melakukan
menentukan perluasan tumor pada pengobatan. Secara klinis epidermoid
jaringan lunak maupun keras sekitarnya, karsinoma memiliki beberapa variasi
terutama bila tumor mengani palatum seperti exophitik, endophitik, leukoplasia
dan eritroplasia. Leukoplasia dan
eritroplasia merupakan keadaan awal Neoplasma tingkat II (moderately
sebelum terbentuknya suatu massa atau differentiated) (25-50%)
ulcerasi, gambaran ini identik dengan lesi
premalignansi. Permukaan mukosa secara
khas akan berubah menjadi rusak oleh
terbentuknya karsinoma endophitik atau
eksophitik. Lesi eksophitik secara khas
memiliki permukaan yang tidak beraturan
dan berpapil, warna bervariasi dari
normal sampai merah dengan bercak
putih tergantung dari jumlah keratin yang Tipe Moderately Differentiated.9
dihasilkan. Permukaannya kadang
berulserasi dan pada palpasi massa tumor Neoplasma tingkat III (poorly
keras. Karsinoma endophitik memiliki differentiated) (75-100%)
ciri adanya lekukan, tepi yang ireguler,
ulserasi, batas tepi yang meninggi dengan
mukosa normal, berwarna merah dan
bercak putih. Tepi yang meninggi
merupakan akibat dari tumor yang
berinvasi ke bawah dan lateral sekitar
epitel.

Tipe Poorly Differentiated.10

Pada pemerikasaan histopatologis secara


umum pada epidermoid karsinoma
terlihat epitel sel mengalami diskeratosis,
pleomorfik, mitosis, normal dan
abnormal, hilangnya polaritas serta terjadi
hiperkromatin juga terlihat adanya invasi
Epidermoid karsinoma pada lidah 7 ke jaringan dibawahnya. Gambaran
pulau-pulau, untaian sel tumor dapat
terlihat diantara sel otot dan kelenjar
Histopatologis ludah minor pada jaringan ikat dan
Tingkat diferensiasi karsinoma jaringan lainnya.
rongga mulut diklasifikasikan sebagai
berikut : Staging
Neoplasma tingkat I (well Tumor-Node-Metastasis (TNM) Staging
differentiated) menunjukkan adanya untuk Karsinoma rongga mulut
minimal pleomorfik dan mitosis (0-
25%) Tumor primer (T)
Tx Tidak ada keterangan mengenai
tumor primer
T0 Tidak ada bukti tumor primer
Tis Karsinoma in situ
T1 Dimensi terbesar tumor 2 cm
atau kurang
T2 Dimensi terbesar tumor lebih
dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 4
Tipe well differentiated8 cm
T3 Dimensi terbesar tumor lebih satu lebih dari 6 cm
dari 4 cm dalam diameter
T4(bibir) Tumor menginvasi N3b Klinis, kelenjar bilateral
struktur sekitar (contoh melalui positif (dalam situasi
tulang kortikal, lidah, kulit leher) ini, setiap sisi leher
T4(r.mulut) Tumor menginvasi struktur harus dibuat tahapan
sekitar (pada bibir terpisah, yaitu N3b;
menginvasi ke tulang kanan, N2a; kiri, N1)
kortikal, nervus alveolar, N3c Klinis, hanya kelenjar
dasar mulut, kulit wajah; kontralateral yang
pada rongga mulut positif
meninvasi ke: tulang
kortikal, otot ektrinsik Metastasis Jauh (M)
lidah, sinus maksilaris dan Mx Tidak dapat dinilai
tulang; pada oropharynx M0 Tidak ada metastase jauh
menginvasi ke otot M1 Ada metastase jauh
pterygoid, mandibula,
palatum keras, otot Stadium
ektrinsik lidah dan larynx) Pengelompokan stadium Klinis
Klasifikasi TNM (AJCC, 1980)
Nodus limfatikus (N) Stadium I : T1 N0 M0
Nx Kelenjar tidak dapat dinilai Stadium II : T2 N0 M0
N0 Tidak ada kelenjar yang terlibat Stadium III : T3 N0 M0
(negatif) T1 atau T2 atau T3 N1
N1 Satu kelenjar ipsilateral positif M0
dalam diameter 3 cm atau Stadium IV : T4 N0 atau N1 M0
kurang Apa saja T N2 atau
N2 Metastasis pada satu kelenjar N3 M0
ipsilateral positif dalam diameter Apa saja T atau N
lebih dari 3 cm tapi tidak lebih berapa saja M1
dari 6 cm; Beberapa kelenjar
ipsilateral positif, tidak ada yang Metastasis
lebih dari 6 cm; Bilateral atau Regional metastasis
kontralateral, kurang atau sama Sebagian besar epidermoid
dengan 6 cm karsinoma rongga mulut bermetastasis
N2a satu kelenjar ipsilateral secara limfogen pada kelenjar limfa
positif dalam diameter servikal ipsilateral. Kelenjar limfa
lebih dari 3 cm tapi servikal yang mengandung sel sel
tidak lebih dari 6 cm karsinoma yang bermetastasis biasanya
N2b Beberapa kelenjar menjadi keras dan membesar. Jika sel
ipsilateral positif, tidak sel malignansi menyebabkan perforasi
ada yang lebih dari 6 cm kapsul kelenjar limfa dan menginvasi
N2c Bilateral atau jaringan sekitarnya, maka kelenjar limfa
kontralateral, kuarng tersebut akan terfiksasi dan tidak dapat
atau sama dengan 6 cm digerakkan dari dasarnya.
N3 Nodus limfatikus Survival rate untuk bertahan
dengan dimensi lebih hidup pada pasien dengan regional
besar dari 6 cm metastasis kira kira setengahnya
N3a Klinis, kelenjar dibandingkan dengan pasien yang tanpa
ipsilateral positif, salah memiliki metastasis secara klinis. Pasien
dengan pembesaran kelenjar limfa yang
masif, atau terlibat beberapa kelenjar atau melibatkan kelenjar getah bening
dengan metastasis ke kelenjar leher servikal.
bagian bawah akan memilik prognosis
yang lebih buruk. Regional metastasis
pada tahap awal, kira kira 30% dari Radiasi
pasien dengan epidermoid karsinoma. Besar dosis total yang diberikan
Metastase kontralateral atau bilateral untuk terapi epidermoid karsinoma pada
dapat terjadi bila tumor primer berada mukosa daerah leher dan kepala adalah
dekat daerah midline. Karsinoma pada 6500-7500 cGy.12
daerah bibir bawah dan dasar mulut Prinsip umum yang digunakan
cenderung bermetastasis ke kelenjar untuk terapi radiasi pada perawatan
submental. Sedangkan tumor di daerah kanker rongga mulut:6
posterior rongga mulut cenderung 1. Sebagian besar epidermoid
bermetastasis ke kelenjar limfa jugular. karsinoma adalah radioresponsif,
walaupun demikian perlu diberikan
Metastasis Jauh radiasi dosis tinggi untuk lokal
Pada stadium lanjut metastasis kontrol
epidermoid karsinoma rongga mulut akan 2. Invasi ke dalam tulang atau lapisan
mencapai daerah klavikula. Beberapa otot yang lebih dalam akan
organ target sebagai tempat metastasis menurunkan kemampuannya untuk
jauh antara lain paru-paru, hepar dan dilakukan perawatan radioterapi
tulang. 3. Metastase ke servikal sebaiknya
dirawat dengan neck dissection
Penatalaksanaan dengan atau tanpa radiasi tambahan
Sampai saat ini beberapa cara
perawatan epidermoid karsinoma rongga Kemoterapi
mulut meliputi eksisi bedah, terapi Dari beberapa hasil penelitian
radiasi, kemoterapi, atau kombinasi dari dan laporan terakhir menunjukan bahwa
dua atau lebih jenis terapi tersebut. epidermoid karsinoma daerah leher dan
Pemilihan terapi pada penderita kepala yang dilakukan terapi dengan
karsinoma rongga mulut tergantung pada beberapa bahan kemoterapi menunjukan
beberapa faktor seperti tingkat respon yang baik tetapi belum dapat
diferensiasi, ukuran, dan lokasi lesi dibuktikan manfaatnya dalam hal
primer, keadaan kelenjar getah bening meningkatkan harapan hidup.6,12
serta keterlibatan tulang.6,11 Beberapa bahan yang digunakan adalah:
a. Metotreksat / Ametropterin, MTX
Bedah b. Sisplantin / Cysplantin / CDDP
Tindakan bedah dapat c. Bleomisin
merupakan tindakan primer ataupun d. 5 Fluorourasil
kombinasi dengan radiasi. Indikasi bedah e. Adriamisin
bila:5
1. Tumor yang melibatkan tulang Terapi Tumor Primer12
2. Jika efek bedah diharapkan tidak Tumor primer T1 atau T2.
berbeda dibandingkan dengan Perawatan dengan radioterapiatau bedah
kombinasi radiasi saja biasanya dapat digunakan untuk
3. Tumor yang kurang sensitif terhadap terapi karsinoma berukuran kecil dengan
radiasi tingkat keberhasilan yang sama.
4. Tumor rekuren yang sudah dilakukan Pemilihan jenis terapi yang akan
radioterapi dengan dosis maksimum digunakan tergantung pada lokasi tumor,
Tindakan bedah merupakan terapi utama mudah tidaknya terjangkau dari stadium
yang harus dilakukan jika tumor telah histologisnya. Tumor dengan stadium
yang lanjut, sebaiknya diterapi dengan
2. http://www.medscape.com/content/2004/00/47
radioterapi. Tumor dengan invasi yang
/27/472799/art-472799.fig1.jpg
dalam dan tumor yangberdekatan dengan
tulang atau suad menginvasi tulang, 3. The Wisdom Tooth Home Page,Oral cancer
sebaiknya dilakukan dengan pembedahan. Self Examination
http://www.umanitoba.ca/outreach/wisdomtoot
Tumor T3 atau T4.
h/exam.htm.
Penatalaksanaan lesi T3 biasanya diterapi
dengan kombinasi bedah dan radioterapi 4. Manullang K,,2001,Deteksi dini keganasan
pre operatif atau post operatif. Jika dalam rongga mulut Majalah PABMI, Edisi
Khusus April, 69-81
tindakan bedah tidak memungkinkan,
pasien diterapi dengan radioterapi dosis 5. Greenberg and Glick; 2003; Burkits Oral
tinggi atau radioterapi diikuti dengan Medicine Diagnosis and Treatment, 10th ed.
kemoterapi. Hamilton BC; Dcker Inc.
Radioterapi post operasi. Setelah
6. Cummings W. Cherles. Ed al. 1993 :
dilakukan tindakan bedah terutama pada Otolaringology- Head and neck Surgery.
karsinoma yang berukuran besar dapat Second Editions. Hal : 1248-81
dilanjutkan dengan radioterapi. 7. Regezi and Sciubba.1993. Oral Pathology.
Clinical-Pathologic. Correlations.Second
Radioterapi post operasi ini diindikasikan
Editions. W.B. Saunders Company.
bila tingkat diferensiasi buruk, Philadelphia.
teridentifikasi sel tumor secara histology
pada tepi pembedahan, kelenjargetah 8. Silverman.s, 1981. Diagnosis. Dalam:
Silverman.S. Oral Cancer. New York :
bening terlibat cukup luas.
American Cancer Society. 34:45-48

Prognosis 9. http://www.Imp.ualberta.ca/resources/pathoi
Prognosa pada pasien dengan mages/PC-S.htm
epidermoid karsinoma rongga mulut
10. http://www.webpathology.com/image.asp?
tergantung pada tingkat kelainan case=46&n=1
histopatologis dan perluasan klinis
(stadium) dari tumor. Dari kedua factor 11. http://www.pathology.vcu.edu/education/musc
ulo/lab 10. html
tersebutstadium klinis memegang peranan
lebih penting, semakin tinggi stadium 12. Cassianto and Lowitz ; 2000;Manual of
semakin buruk prognosanya. Clinical Oncology;4 th
ed.;Philadelphia;Lippincott Williams and
walkins
DAFTAR PUSTAKA

1. Argenta LC. Basic Science for Surgeons, a


review.004. Pennsylvania: Saunders. Chapter
46

Anda mungkin juga menyukai