Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT

“DENTURE STOMATITIS”

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi


Kepaniteraan Klinik pada Modul 3

Oleh:
Riske Putri Utami 19100707360804092

Dosen Pembimbing
drg. Fitria Mailiza, Sp.PM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PA D A N G
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ”Denture

Stomatitis”untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan kepanitraan klinik

modul ilmu penyakit mulut.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses

yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Fitria Mailiza, Sp.PM selaku dosen

pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak lainnya.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu.

Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna

sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena

itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya

kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang

memerlukan.

Padang, April 2020


MODUL ILMU PENYAKIT MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan kasus“Denture Stomatitits” guna melengkapi persyaratan

Kepaniteraan Klinik pada Modul Ilmu Penyakit Mulut

Padang, April2020
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

(drg. Fitria Mailiza, Sp. PM)


BAB I

PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dokter gigi yang telah membuatkan protesa kepada pasiennya sering

mendapat keluhan tentang adanya rasa tidak nyaman atau rasa sakit akibat pemakaian

gigi tiruan tersebut. Kebanyakan dokter gigi hanya mengurangi atau menghilangkan

bagian-bagian dari gigi tiruan, jika yang dianggap sebagai penyebab adalah bentuk

dari denture yang dipakai pasien.Tetapi, sering dijumpai adanya kelainan dan rasa

sakit ketika mukosa penyangga denture tidak dilakukan perawatan. Pemakaian gigi

tiruan dapat menimbulkan beberapa reaksi terhadap jaringan yaitu stomatitis

hiperplastik, stomatitis angularis, hiperplasia mukosa mulut, dan denture stomatitis.

Denture stomatitis adalah penyakit yang banyak didapatkan oleh pengguna

gigi tiruan (denture), terutama pada model full-denture rahang atas. Penyakit ini

disebabkan oleh oral hygiene pemakai gigi tiruan yang buruk, seperti contohnya tidak

membuka protesa di malam hari sebelum tidur dan jarang dibersihkan. Di samping

pengguna gigi tiruan, denturestomatitis juga dapat ditemukan pada orang yang tidak

memiliki kebiasaan merawat kebersihan dan kesehatan oral (Devlin 2002).

Selain karena faktor oral hygiene, denture stomatitis juga bisa dikaitkan

dengan penyakit sistemik seperti diabetes dan faktor sistemik, misalnya pH saliva. Di
samping itu, antibiotika dalam jangka panjang pun dapat menjadi pemicu

pertumbuhan mikroorganisme melebihi flora normal dan akhirnya terjadilah denture

stomatitis (Soenartyo 2000).

Tanda-tanda klinis dari denture stomatitis adalah pembengkakkan dan warna

kemerahan pada membran mukosa. Sebanyak 90% dari kasus denture stomatitis

melibatkan jamur spesies Candida. Dalam kondisi normal, jamur Candida sp.

memang terdapat sebagai flora normal rongga mulut. Namun, ketika jumlahnya

meningkat, jamur dapat menginfeksi membran mukosa rongga mulut dan

menyebabkan denture stomatitis.

Denture stomatitis biasanya dianggap tidak terlalu berbahaya karena tidak

memiliki konsekuensi jangka panjang. Namun, jika tidak ditangani, akan terjadi

peradangan pada rongga mulut dan membuat pelekatan denture tidak sesuai lagi.

Selain itu, pada beberapa penderita dengan kondisi penurunan imunitas yang parah,

misalkan penderita AIDS, denture stomatitis dapat menjadi ancaman yang serius.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui apa itu denture stomatitis.

2. Mengetahui bagaimana cara pengobatan dan pencegahan denture stomatitis.

 
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Denture Stomatitis

Denture stomatitis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan

perubahan-perubahan patologis pada jaringan mukosa penyangga gigi tiruan di dalam

rongga mulut. Perubahan-perubahan tersebut ditandai dengan adanya eritema

dibawah gigi tiruan lengkap atau sebagian, baik dirahang atas maupun di rahang

bawah. Denture Sore mouth dan chronic atropic candidiasis adalah istilah lain yang

juga digunakan untuk menyatakan kelainan atau keadaan ini (Laskaris 2006).

Gambar 1.Denture stomatitis

Prevalensi denture stomatitis di Indonesia pernah dilaporkan sebanyak 64%

dari 50 pasien pemakai gigi tiruan resin akrilik (Rianti 2009). Pada pasien tersebut

terdeteksi sejumlah C. albicans yang melebihi flora normal mulut. Budtz-Jorgensen


dalam Soenartyo (2000) juga mengemukakan bahwa denture stomatitis lebih banyak

diderita wanita daripada pria.

2.2 Klasifikasi

Secara klinis, denture stomatitis dikelompokkan menjadi tiga tipe menurut

Newton (Devlin 2002), yaitu:

Tipe I: hiperaemia, yang berhubungan dengan trauma, berupa noda atau titik sebesar
jarum pentul.

Tipe II: eritema yang berbatas jelas

Tipe III: inflamasi granuler atau hyperplasia papiler, hanya bisa diatasi dengan
operasi

Tidak ada pengelompokan denture stomatitis berdasarkan etiologinya, karena

banyaknya faktor penyebab penyakit ini.

Gambar 2.Denture Stomatitis Tipe 1 dengan gambaran klinis eritema minor local

(Jontell,2008)
Gambar 3.tipe 2 dengan eritema yang sudah mencakup seluruh mukosa yang tertutup

gigi tiruan ( Jontell, 2008)

Gambar 4.tipe 3 yang memiliki gambaran klinis seperti tipe 2 dengan granula pada

bagian tengah palatum, papillary hyperplasia ( Jontell, 2008)

2.3 Etiologi

Denture stomatitis memang hanya ditemukan pada pasien pemakai gigi tiruan

lepasan, tetapi bukan berarti gigi tiruan merupakan satu-satunya penyebab. Beberapa
penelitian telah mengemukakan bahwa denture stomatitis bisa terjadi karena beberapa

macam faktor, yaitu:

1. Trauma

Adanya ketidaktepatan serta kurang stabilnya gigi tiruan lepasan dapat

mengakibatkan trauma mekanis sehingga timbul iritasi jaringan mukosa

penyangganya. Lesi yang muncul sering disebut dengan stomatitis. Jika memang

penyebab utamanya bentuk pelekatan gigi tiruan lepasan yang kurang tepat, maka

dapat diatasi dengan memperbaiki bentuk gigi tiruan tersebut (Devlin 2002).

2. Infeksi

Candida albicans memiliki prevalensi sebesar 45% sebagai flora normal.

Namun, pada pemakai gigi tiruan dengan keadaan rongga mulut sehat, terdapat

prevalensi C. albicans sebesar 47.5% sampai 55.6% (Soenartyo 2000). Spesies

Candida yang bisa ditemukan pada rongga mulut adalah C. albicans, C. glabrata, C.

tropicalis, C. pseudotropicalis, C. guillerimondi, C. dubliniensis, dan  C. krusei

(Jordan & Lewis 2004). Oleh karena besarnya prevalensi tersebut, sangat penting

bagi pemakai gigi tiruan lepasan untuk menjaga kebersihan. Munculnya plak pada

basis gigi tiruan merupakan tempat yang baik bagi berkumpulnya mikroorganisme,

termasuk C. albicans.

Struktur C. albicans terdiri dari dinding sel, sitoplasma nucleus, membrane

golgi dan endoplasmic retikuler. Dinding sel terdiri dari beberapa lapis dan dibentuk

oleh mannoprotein, gulkan, gulkan, chitin.C. albicans dapat tumbuh pada media yang
mengandung sumber karbon misalnya glukosa dan nitrogen biasanya digunakan

ammonium atau nitrat, kadang-kadang memerlukan biotin.Pertumbuhan jamur

ditandai dengan pertumbuhan ragi yang berbentuk oval atau sebagai elemen fillamen

hifa atau pseudohifa (sel ragi yang memanjang) dan suatu masa filament hifa disbeut

miselium.

Candida, seperti halnya fungi lainnya, merupakan organisme non-fotosintetik,

eukariot dengan dinding sel mengelilingi membran plasma. Membran plasmanya

mengandung sterol dalam jumlah yang besar, terutama ergosterol. Candida mampu

memetabolisme glukosa dalam kondisi aerobik maupun anaerobik. Pertumbuhannya

akan optimal pada suhu 37° C. Pada tubuh manusia, Candida dapat ditemukan pada

saluran pencernaan, vagina, dan kulit. Candida membutuhkan karbon terfiksasi dari

lingkungan untuk pertumbuhannya (Akpan & Morgan 2002).

Jumlah C. albicans yang meningkat dapat mengubah sifat komensal menjadi

parasit. Hal ini ditandai dengan perubahan bentuk jamur dari yeast menjadi hifa.

Bentuk hifa merupakan inisiator invasi ke dalam jaringan sehingga dapat

menyebabkan denture stomatitis. Kelenjar ludah pada mukosa yang tertutup secara

terus menerus oleh basis gigi tiruan lepasan dapat mengalami gangguan, sehingga

fungsi air ludah menjadi berkurang. Kondisi ini akan menimbulkan trauma ringan

membran mukosa dan dalam jangka panjang, akan lebih mudah bagi antigen C.

albicans menginvasi ke dalam jaringan (Soenartyo 2000).


Bahan-bahan polimerik ekstra seluler (mannoprotein) yang menutupi

permukaan C. albicans merupakan komponen penting untuk perlekatan pada mukosa

mulut. C. albicans menghasilkan proteinase yang dapat mengdegradasi protein saliva

termasuk sekretori immunoglobulin A, laktoferin, musin dan keratin juga sitotoksis

terhadap sel host. Batas-batas hidrolisis dapat terjadi pada pH 3,0/3,5-6,0. Dan

mungkin melibatkan beberapa enzim lain seperti fosfolipase, akan dihasilkan pada pH

3,5-6,0. Enzim ini menghancurkan membran sel dan selanjutnya akan terjadi invasi

jamur tersebut pada jaringan host.Hifa mampu tumbuh meluas pada permukaan sel

host.

3. Kebersihan rongga mulut

Kebersihan rongga mulut yang jelek merupakan tempat subur bagi

pertumbuhan mikroba, karena pada kebersihan rongga mulut yang jelek bisa terjadi

perubahan pH saliva, sehingga meningkatkan virulensi jamur C. albicans (Akpan &

Morgan 2002). Material basis gigi tiruan lepasan adalah resin akrilik, memiliki daya

absorbsi air sebesar 2%. Hal ini juga dapat memicu kolonisasi mikroorganisme

termasuk C. albicans pada permukaan gigi tiruan (McCabe & Walls 2008).

4. Alergi

Resin akrilik adalah material yang umum digunakan untuk basis gigi tiruan

lepasan. Salah satu kekurangan dari resin akrilik adalah adanya monomer sisa sebagai

hasil dair polimerisasinya. Monomer sisa ini dapat mengiritasi membran mukosa pada

rongga mulut dan menimbulkan reaksi alergi (McCabe & Walls 2008). Namun,
apabila pasien memang memiliki alergi terhadap resin akrilik, maka reaksi alergi

akan terlihat langsung setelah gigi tiruan kontak dengan mukosa rongga mulut.

Dalam kasus denture stomatitis, tanda-tanda klinis baru muncul setelah pemakaian

yang lama, sehingga faktor alergi sering diabaikan.

5. Gangguan sistemik

Beberapa faktor sistemik dapat menjadi faktor predisposisi lokal terjadinya

infeksi yang disebabkan oleh C. albicans, yaitu diabetes mellitus, malnutrisi, dan

pemakaian obat-obatan dalam jangka panjang seperti kortikosteroid dan antibiotika

(Soenartyo 2000). Pasien dengan kondisi seperti ini akan lebih rentan terkena denture

stomatitis, apalagi apabila pemakaian gigi tiruan lepasan dalam waktu yang lama dan

kurang memperhatikan kebersihan rongga mulut.

2.4 Patologi

Denture stomatitis biasanya dikenali dengan inflamasi pada palatum, dengan

eritema terbatas pada garis luar pemakaian denture. Pasien sering tidak menyadari

kondisi ini karena biasanya tidak timbul rasa sakit (Devlin 2002).

Atropi epitelia, stratum korneum yang tipis dan seringkali didapatkan bersama

infiltrasi leukosit pada epitelia adalah gambaran yang sering ditemukan pada

pemeriksaan histopatologi.Keadaan ini lebih sering dijumpai pada denture stomatitis

yang disebabkan oleh infeksi C. albicans dibandingkan dengan denture stomatitis

yang disebabkan oleh trauma (Soenartyo 2000).


2.5 Pengobatan

Beberapa prosedur di bawah ini sering dianjurkan untuk penanganan denture

stomatitis :

1. Pemeliharaan kebersihan rongga mulut dengan melepas gigi tiruan lepasan

sebelum tidur dan merendamnya dalam larutan denture cleanser. Cara yang sederhana

ini justru seringkali efektif karena permasalahan utama denture stomatitis mayoritas

adalah pada oral hygiene yang buruk. Sebuah penelitian telah membuktikan denture

cleanser yang paling efektif dalam menekan jumlah Candida adalah yang

mengandung sodium hipoklorit (Rejab & Al-Abbod 2013).

2. Terapi antijamur: pada kandidiasis seperti acute psuedomembranous candidosis

dan acute erythematous candidosis penanganannya dilakukan dengan pemberian

nystatin, amphotericin, miconazole, atau chlorohexidine untuk mencegah pelekatan

antara C. albicans dengan permukaan gigi tiruan lepasan yang terus menerus

(Soenartyo 2000).

Jika suatu terapi antimikroba tertentu akan dilakukan, diperlukan hapusan dari

sudut bibir untuk dikultur dan identifikasi mikroba yang ada. Jika hasil kultur adalah

positif Candida, maka amphotericin B (10 mg) atau nystatin pastilles (100.000 unit)

diresepkan empat kali sehari (Basker & Davenport 2002).

3. Modifikasi denture: jika diduga terdapat lipatan kulit karena dimensi oklusi

vertikal atau lip support yang tidak mencukupi, maka gigi tiruan lepasan dapat
dimodifikasi. Gigi tiruan lepasan akan diaplikasikan dengan malam terlebih dahulu

agar dapat diperkirakan koreksi yang akan menghilangkan lipatan kulit tersebut.

Sebagai pengganti sementara, permukaan oklusi dari gigi posterior gigi tiruan yang

lama dapat diperbaiki menggunakan cold-curing acrylic (Basker & Davenport 2002).

Saat ini telah ditemukan material gigi tiruan lepasan yang mempunyai sifat anti

jamur, yaitu asam metakrilat (MAA) yang dikopolimerisasikan dengan diurethane

metakrilat (UDMA).Bahan tersebut dapat melepaskan miconazole yang dapat

menekan pertumbuhan jamur Candida dalam rongga mulut, sehingga mencegah

terjadinya denture stomatitis (Vilar et al. 2013).

4. Pembedahan: jika koreksi protesa dan cara-cara sebelumnya tidak memperbaiki

kondisi jaringan penyangga gigi tiruan, maka pembedahan mungkin dilakukan.

Prosedur pembedahan untuk memperbaiki stabilitas, fungsi, dan kenyamanan gigi

tiruan lepasan termasuk:

1. Alveolotomi atau alveolektomi

2. Frektonomi

3. Pengangkatan hyperplasia denture

4. Pengurangan undercut dan tuberositas yang membesar

5. Pengangkatan prominensia tulang seperti ridge mylohyoidea

6. Transposisi saraf mentalis

7. Pembentukan sulcus yang lebih dalam

8. Penambahan ridge dengan tulang atau substituennya, seperti hydroxyapatite

9. Implan (Basker & Davenport 2002).


BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Skenario

Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke RSGM dengan keluhan perih dan rasa

terbakar pada langit-langit sejak 1 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan intra oral

tampak gigi 17, 16, 15, 14, 13,12, 11, 21, 22, 23, 24, 25, 26 missing dan telah

dibuatkan gigi tiruan penuh sejak 7 tahun yang lalu. Pasien jarang membuka gigi

tiruan sehingga pada palatum tampak eritem yang diffuse tanpa disertai hiperplasia.

Gambaran Klinis

A. Identitas Pasien

1. Nama : Ibrahim
2. No. Rekam Medis : 045678
3. Umur : 60 Tahun
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Status :Sudah Menikah
6. Alamat : Jl. Maransi, Koto Tangah
7. Pekerjaan : Pedagang
8. Agama : Islam
9. No Hp : 085267567898

B. Pemeriksaan Subjektif

1. Keluhan Utama
Seorang pasien laki-laki datang ke RSGM Baiturrahmah dengan
keluhan perih dan rasa terbakar pada langit-langitnya.
2. Riwayat penyakit saat ini
Pasien merasakannya sejak 1 minggu yang lalu, yang memperparah
rasa perihya saat pasien menguyah, lokasiya hanya pada langit-langit
berwarna merah, pasien juga belum pernah mengobatinya, pasien memakai
gigi tiruan sejak 7 tahun yang lalu
3. Riwayat perawatan gigi dan mulut
Pasien pernah ke dokter gigi membuat gigi tiruan
4. Riwayat Penyakit Sistemik
a) Golongan darah :O
b) Tekanan Darah : 120/80 mmhg (Normal)
c) Peyakit Jantung : tidak ada
d) Diabetes : Tidak ada
e) Kelainan Darah : Tidak ada
f) Hepatitis : Tidak ada
g) Penyakit gastrointestinal : Tidak ada
h) Penyakit Lainnya : Tidak ada
i) Alergi Obat : Tidak ada
j) Alergi Makanan : Tidak ada
k) Kehamilan/Menyusui : Tidak ada
l) Kontrasepsi : Tidak ada
5. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien tidak memiliki penyakit sistemik/belum pernah dirawat dirumah sakit
dan pasien tidak memiliki alergi obat ataupun makanan.
6. Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Pada keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit sistemik atau pun
keluhan seperti yang dialami pasien.
7. Riwayat Sosial
Pasien jarang membuka dan membersihkan gigi palsunya

C. Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan Fisik Umum
a) Kesadaran : Composmentis
b) Tanda-tanda vital
 Tekanan Darah : 120/80mmHg
 Nadi : 70x/menit
 Suhu : 37c
 Respirasi : 22x/menit
2. Pemeriksaan Ekstra Oral
a) Kelenjar getah bening
 Submandibula : kanan, kiri (normal)
 Submentale : kanan, kiri (normal)
 Servikal : kanan, kiri (normal)
b) Tmj : Normal
c) Wajah : Simetris
d) Mata : Normal
e) Bibir : Normal
3. Pemeriksaan Intraoral
a) Mukosa labial : Normal
b) Frenulum : Normal
c) Lidah : Normal
d) Mukosa labial : Normal
e) Dasar mulut : Normal
f) Palatum : terdapat kemerahan yang difuse pada langit-
langit pasien hamper menyeluruh yang ditutupi gigi tiruan
g) Gingiva : Normal
h) Jaringa periodontal : Normal
i) Gigi geligi : 16,15,14,13,12,11,21,22,2,24,25,26 Missing
j) Kelenjar saliva : Normal
k) Uvula : Normal
l) Tonsil : Normal
m) Kebersihan mulut: Baik
4. Pemeriksaan Penunjang
a) Radiologi : Tidak dilakukan
b) Patologi klinik : Tidak dilakukan
c) Patologi anatomi : Tidak dilakukan
d) Mikrobiologi : Tidak dilakukan
e) Imunologi : Tidak dilakukan
5. Diagnosa
a) Diagnosa klinis : Denture Stomatitis
b) Diagnosa banding : stomatitis venenata/ kontak
 Stomatitis venenata/ kontak
Stomatitis Kontak adalah reaksi inflamasi dari mukosa mulut akibat
kontak dengan iritan atau alergen.

Etiologi Reaksi kontak alergi dapat disebabkan oleh stimulasi antigen yang

berupa  benda asing. Terdapat bermacam-macam antigen benda asing tersebut yang

telah dilaporkan, contohnya adalah sejumlah makanan, zat tambahan pada makanan,

permen karet, permen, pasta gigi, obat kumur, material sarung tangan dental dan
rubber dam, anestesi topikal, material restoratif, material gigi tiruan akrilik, material

cetak kedokteran gigi, dan bahan adhesi. Frekuensi reaksi alergi pada rongga mulut

jarang terjadi, dibandingkan dengan frekuensi alergi pada kulit. Hal ini dikarenakan

mukosa oral kurang sensitif terhadap antigen daripada permukaan kulit

Gambaran Klinis Stomatitis kontak alergi terbagi menjadi tipe akut dan

kronis. Wanita lebih dominan terjadi stomatitis ini. Lesi kontak alergi tampak

bersampingan dengan agen penyebabnya.Tampilan klinisnya berupa lesi eritema,

vesikel, dan ulser. Pada pasien dengan stomatitis kontak akut, gejala yang sering

dirasakan adalah rasa terbakar. Tampilan mukosa yang terkena bervariasi, dari sedikit

kemerahan sampai lesi eritema besar dengan atau tanpa adanya udema. Vesikel

jarang terlihat, dan jika ada maka akan cepat pecah dan membentuk erosi. Terkadang

tampak ulser  permukaan yang menunjukkan apthous. Pasien juga merasakan sakit,

gatal, dan edema. Pada pasien kronis, mukosa yang terkena biasanya berkontak

dengan agen  penyebab dan bisa tampak eritema atau putih dan hiperkeratin.

Beberapa alergen, terutama pasta gigi, dapat menyebabkan eritema yang meluas,

dengan deskuamasi lapisan superficial epitel.

6. Prognosis : Baik, karena ini bukan keganasan dia bias sembuh jika
pasien menjaga kebersihan rongga mulut dan menghiilangkan
etiologinya.
7. Rencana perawatan
a. Non Farmakologis :
 Komunikasikan ke pasien ini bukan suatu keganasan
 Intruksikan ke pasien menjaga kebersihan rongga mulut
 Instruksikan ke pasien untuk membersihkan gigi
tiruannya
 Membuka gigi tiruan saat ingin tidur
 Mengkonsumsi sayur dan buah-buahan

b. Farmakologis :
 Pemberian obat analgesic paracetamol
 Pemberian obat anti jamur nystatin
 Pemberian vitamin asam folat
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Denture stomatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh pemakaian gigi

tiruan lepasan.Faktor pemicunya ada banyak, yaitu kebersihan rongga mulut yang

buruk, ketidakcocokan dengan bahan gigi tiruan lepasan, pemakaian antibiotik yang

berlebihan, dan sebagai gejala dari penyakit sistemik.Denture stomatitis terjadi akibat

infeksi jamur C. albicans yang mengalami proliferasi dalam rongga mulut.Penyakit

ini dapat dirawat dengan mengedukasi pemakai gigi tiruan lepasan agar lebih

memperhatikan kebersihan rongga mulut, terapi antijamur, modifikasi gigi tiruan

lepasan, maupun operasi.


Drg Putri
Sip 08156789
Alamat Jl by pass
No telpon 0812567898768
Padang, 22 april 2020

R/ Nystatin in oral base tube 1


Sbdd part dol pc

R/ Paracetamol tab 500 mg tab No X


Sprn tab I pc

R/ As Folat 400 mg tab No X


Ssdd tab 1 pc

Nama pasien : Ibrahim


Alamat : maransi
Umur : 60 th

`
DAFTAR PUSTAKA

 Akpan, A & Morgan, R. 2002.Oral candidiasis. Postgrad Med J. 78: 455-459.

Basker, J & Davenport H. 2002.Prosthetic Treatment of the Edentulous Patient, Ed.


ke-4. Blackwell: Oxford.

Devlin, H. 2002. Complete Dentures: A Clinical Manual For The General Dental
Practioner. Springer-Verlag: Heidelberg, hal. 8-12.

Glick, M, Greenberg, M, Ship, J. 2008. Introduction to Oral Medicine and Oral


Diagnosis: Evaluation of the Dental Patient. BC Decker: Hamilton.

Jordan, R & Lewis, M. 2004.A Colour Handbook of Oral Medicine. Thieme: New
York.

Laskaris, G. 2006. Pocket Atlas of Oral Diseases. Thieme: Stuttgart, hal. 50.

McCabe, J.F & Walls, A. 2008.Applied Dental Materials, Ed. ke-9. Blackwell:
Oxford, hal. 123.

Rejab, L.T. & Al-Abbod, O.A. 2013. Efficacy of three denture cleansers on Candida-
related denture stomatitis. Al-Rafidain Dent J. 13(2): 235-240.

Rianti, D. 2009. The Effectiveness of Acrylic Resin Immersion Time in Coleus


Amboinicus,

Lour Leaves Concentrate on Candida albicans Existence. [terhubung berkala]


http://ojs.lib.unair.ac.id/index.php/dj/article/viewFile/863/860 [diakses tanggal
7 Juni 2014]

Soenartyo, H. 2000. Denture Stomatitis: Penyebab dan Pengelolaannya. Majalah


Kedokteran Gigi, 4(33): 51-148.

Villar, C, Lin, A, Cao, Z, Zhao, X, et al. 2013.Anticandidal activity and


biocompatibility of  rechargeable antifungal denture material. Oral Dis. 19(3):
95-287.
Williams, A. 2012.Immunology: Mucosal and Body Surface Defences. John Wiley &
Sons: Oxford.

Jontell M, Holmstrup P. Red and white lesions of the oral mucosa. In: Greenberg MS,
Glick M, Ship JA, editors. Burket's oral medicine. 11 ed. Hamilton: BC Decker;
2008. p. 81.

Denture related stomatitis.   [cited 2015 October 1st]; Available from:


http://www.eaom.eu/files/denture_related_stomatitis.pdf.

Anda mungkin juga menyukai