“DENTURE STOMATITIS”
Oleh:
Riske Putri Utami 19100707360804092
Dosen Pembimbing
drg. Fitria Mailiza, Sp.PM
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses
yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Fitria Mailiza, Sp.PM selaku dosen
pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak lainnya.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu.
sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memerlukan.
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
HALAMAN PENGESAHAN
Padang, April2020
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing
PEDAHULUAN
mendapat keluhan tentang adanya rasa tidak nyaman atau rasa sakit akibat pemakaian
gigi tiruan tersebut. Kebanyakan dokter gigi hanya mengurangi atau menghilangkan
bagian-bagian dari gigi tiruan, jika yang dianggap sebagai penyebab adalah bentuk
dari denture yang dipakai pasien.Tetapi, sering dijumpai adanya kelainan dan rasa
sakit ketika mukosa penyangga denture tidak dilakukan perawatan. Pemakaian gigi
gigi tiruan (denture), terutama pada model full-denture rahang atas. Penyakit ini
disebabkan oleh oral hygiene pemakai gigi tiruan yang buruk, seperti contohnya tidak
membuka protesa di malam hari sebelum tidur dan jarang dibersihkan. Di samping
pengguna gigi tiruan, denturestomatitis juga dapat ditemukan pada orang yang tidak
Selain karena faktor oral hygiene, denture stomatitis juga bisa dikaitkan
dengan penyakit sistemik seperti diabetes dan faktor sistemik, misalnya pH saliva. Di
samping itu, antibiotika dalam jangka panjang pun dapat menjadi pemicu
kemerahan pada membran mukosa. Sebanyak 90% dari kasus denture stomatitis
melibatkan jamur spesies Candida. Dalam kondisi normal, jamur Candida sp.
memang terdapat sebagai flora normal rongga mulut. Namun, ketika jumlahnya
memiliki konsekuensi jangka panjang. Namun, jika tidak ditangani, akan terjadi
peradangan pada rongga mulut dan membuat pelekatan denture tidak sesuai lagi.
Selain itu, pada beberapa penderita dengan kondisi penurunan imunitas yang parah,
misalkan penderita AIDS, denture stomatitis dapat menjadi ancaman yang serius.
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dibawah gigi tiruan lengkap atau sebagian, baik dirahang atas maupun di rahang
bawah. Denture Sore mouth dan chronic atropic candidiasis adalah istilah lain yang
juga digunakan untuk menyatakan kelainan atau keadaan ini (Laskaris 2006).
dari 50 pasien pemakai gigi tiruan resin akrilik (Rianti 2009). Pada pasien tersebut
2.2 Klasifikasi
Tipe I: hiperaemia, yang berhubungan dengan trauma, berupa noda atau titik sebesar
jarum pentul.
Tipe III: inflamasi granuler atau hyperplasia papiler, hanya bisa diatasi dengan
operasi
Gambar 2.Denture Stomatitis Tipe 1 dengan gambaran klinis eritema minor local
(Jontell,2008)
Gambar 3.tipe 2 dengan eritema yang sudah mencakup seluruh mukosa yang tertutup
Gambar 4.tipe 3 yang memiliki gambaran klinis seperti tipe 2 dengan granula pada
2.3 Etiologi
Denture stomatitis memang hanya ditemukan pada pasien pemakai gigi tiruan
lepasan, tetapi bukan berarti gigi tiruan merupakan satu-satunya penyebab. Beberapa
penelitian telah mengemukakan bahwa denture stomatitis bisa terjadi karena beberapa
1. Trauma
penyangganya. Lesi yang muncul sering disebut dengan stomatitis. Jika memang
penyebab utamanya bentuk pelekatan gigi tiruan lepasan yang kurang tepat, maka
dapat diatasi dengan memperbaiki bentuk gigi tiruan tersebut (Devlin 2002).
2. Infeksi
Namun, pada pemakai gigi tiruan dengan keadaan rongga mulut sehat, terdapat
Candida yang bisa ditemukan pada rongga mulut adalah C. albicans, C. glabrata, C.
(Jordan & Lewis 2004). Oleh karena besarnya prevalensi tersebut, sangat penting
bagi pemakai gigi tiruan lepasan untuk menjaga kebersihan. Munculnya plak pada
basis gigi tiruan merupakan tempat yang baik bagi berkumpulnya mikroorganisme,
termasuk C. albicans.
golgi dan endoplasmic retikuler. Dinding sel terdiri dari beberapa lapis dan dibentuk
oleh mannoprotein, gulkan, gulkan, chitin.C. albicans dapat tumbuh pada media yang
mengandung sumber karbon misalnya glukosa dan nitrogen biasanya digunakan
ditandai dengan pertumbuhan ragi yang berbentuk oval atau sebagai elemen fillamen
hifa atau pseudohifa (sel ragi yang memanjang) dan suatu masa filament hifa disbeut
miselium.
mengandung sterol dalam jumlah yang besar, terutama ergosterol. Candida mampu
akan optimal pada suhu 37° C. Pada tubuh manusia, Candida dapat ditemukan pada
saluran pencernaan, vagina, dan kulit. Candida membutuhkan karbon terfiksasi dari
parasit. Hal ini ditandai dengan perubahan bentuk jamur dari yeast menjadi hifa.
menyebabkan denture stomatitis. Kelenjar ludah pada mukosa yang tertutup secara
terus menerus oleh basis gigi tiruan lepasan dapat mengalami gangguan, sehingga
fungsi air ludah menjadi berkurang. Kondisi ini akan menimbulkan trauma ringan
membran mukosa dan dalam jangka panjang, akan lebih mudah bagi antigen C.
terhadap sel host. Batas-batas hidrolisis dapat terjadi pada pH 3,0/3,5-6,0. Dan
mungkin melibatkan beberapa enzim lain seperti fosfolipase, akan dihasilkan pada pH
3,5-6,0. Enzim ini menghancurkan membran sel dan selanjutnya akan terjadi invasi
jamur tersebut pada jaringan host.Hifa mampu tumbuh meluas pada permukaan sel
host.
pertumbuhan mikroba, karena pada kebersihan rongga mulut yang jelek bisa terjadi
Morgan 2002). Material basis gigi tiruan lepasan adalah resin akrilik, memiliki daya
absorbsi air sebesar 2%. Hal ini juga dapat memicu kolonisasi mikroorganisme
termasuk C. albicans pada permukaan gigi tiruan (McCabe & Walls 2008).
4. Alergi
Resin akrilik adalah material yang umum digunakan untuk basis gigi tiruan
lepasan. Salah satu kekurangan dari resin akrilik adalah adanya monomer sisa sebagai
hasil dair polimerisasinya. Monomer sisa ini dapat mengiritasi membran mukosa pada
rongga mulut dan menimbulkan reaksi alergi (McCabe & Walls 2008). Namun,
apabila pasien memang memiliki alergi terhadap resin akrilik, maka reaksi alergi
akan terlihat langsung setelah gigi tiruan kontak dengan mukosa rongga mulut.
Dalam kasus denture stomatitis, tanda-tanda klinis baru muncul setelah pemakaian
5. Gangguan sistemik
infeksi yang disebabkan oleh C. albicans, yaitu diabetes mellitus, malnutrisi, dan
(Soenartyo 2000). Pasien dengan kondisi seperti ini akan lebih rentan terkena denture
stomatitis, apalagi apabila pemakaian gigi tiruan lepasan dalam waktu yang lama dan
2.4 Patologi
eritema terbatas pada garis luar pemakaian denture. Pasien sering tidak menyadari
kondisi ini karena biasanya tidak timbul rasa sakit (Devlin 2002).
Atropi epitelia, stratum korneum yang tipis dan seringkali didapatkan bersama
infiltrasi leukosit pada epitelia adalah gambaran yang sering ditemukan pada
stomatitis :
sebelum tidur dan merendamnya dalam larutan denture cleanser. Cara yang sederhana
ini justru seringkali efektif karena permasalahan utama denture stomatitis mayoritas
adalah pada oral hygiene yang buruk. Sebuah penelitian telah membuktikan denture
cleanser yang paling efektif dalam menekan jumlah Candida adalah yang
antara C. albicans dengan permukaan gigi tiruan lepasan yang terus menerus
(Soenartyo 2000).
Jika suatu terapi antimikroba tertentu akan dilakukan, diperlukan hapusan dari
sudut bibir untuk dikultur dan identifikasi mikroba yang ada. Jika hasil kultur adalah
positif Candida, maka amphotericin B (10 mg) atau nystatin pastilles (100.000 unit)
3. Modifikasi denture: jika diduga terdapat lipatan kulit karena dimensi oklusi
vertikal atau lip support yang tidak mencukupi, maka gigi tiruan lepasan dapat
dimodifikasi. Gigi tiruan lepasan akan diaplikasikan dengan malam terlebih dahulu
agar dapat diperkirakan koreksi yang akan menghilangkan lipatan kulit tersebut.
Sebagai pengganti sementara, permukaan oklusi dari gigi posterior gigi tiruan yang
lama dapat diperbaiki menggunakan cold-curing acrylic (Basker & Davenport 2002).
Saat ini telah ditemukan material gigi tiruan lepasan yang mempunyai sifat anti
2. Frektonomi
LAPORAN KASUS
3.1 Skenario
Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke RSGM dengan keluhan perih dan rasa
terbakar pada langit-langit sejak 1 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan intra oral
tampak gigi 17, 16, 15, 14, 13,12, 11, 21, 22, 23, 24, 25, 26 missing dan telah
dibuatkan gigi tiruan penuh sejak 7 tahun yang lalu. Pasien jarang membuka gigi
tiruan sehingga pada palatum tampak eritem yang diffuse tanpa disertai hiperplasia.
Gambaran Klinis
A. Identitas Pasien
1. Nama : Ibrahim
2. No. Rekam Medis : 045678
3. Umur : 60 Tahun
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Status :Sudah Menikah
6. Alamat : Jl. Maransi, Koto Tangah
7. Pekerjaan : Pedagang
8. Agama : Islam
9. No Hp : 085267567898
B. Pemeriksaan Subjektif
1. Keluhan Utama
Seorang pasien laki-laki datang ke RSGM Baiturrahmah dengan
keluhan perih dan rasa terbakar pada langit-langitnya.
2. Riwayat penyakit saat ini
Pasien merasakannya sejak 1 minggu yang lalu, yang memperparah
rasa perihya saat pasien menguyah, lokasiya hanya pada langit-langit
berwarna merah, pasien juga belum pernah mengobatinya, pasien memakai
gigi tiruan sejak 7 tahun yang lalu
3. Riwayat perawatan gigi dan mulut
Pasien pernah ke dokter gigi membuat gigi tiruan
4. Riwayat Penyakit Sistemik
a) Golongan darah :O
b) Tekanan Darah : 120/80 mmhg (Normal)
c) Peyakit Jantung : tidak ada
d) Diabetes : Tidak ada
e) Kelainan Darah : Tidak ada
f) Hepatitis : Tidak ada
g) Penyakit gastrointestinal : Tidak ada
h) Penyakit Lainnya : Tidak ada
i) Alergi Obat : Tidak ada
j) Alergi Makanan : Tidak ada
k) Kehamilan/Menyusui : Tidak ada
l) Kontrasepsi : Tidak ada
5. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien tidak memiliki penyakit sistemik/belum pernah dirawat dirumah sakit
dan pasien tidak memiliki alergi obat ataupun makanan.
6. Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Pada keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit sistemik atau pun
keluhan seperti yang dialami pasien.
7. Riwayat Sosial
Pasien jarang membuka dan membersihkan gigi palsunya
C. Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan Fisik Umum
a) Kesadaran : Composmentis
b) Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 120/80mmHg
Nadi : 70x/menit
Suhu : 37c
Respirasi : 22x/menit
2. Pemeriksaan Ekstra Oral
a) Kelenjar getah bening
Submandibula : kanan, kiri (normal)
Submentale : kanan, kiri (normal)
Servikal : kanan, kiri (normal)
b) Tmj : Normal
c) Wajah : Simetris
d) Mata : Normal
e) Bibir : Normal
3. Pemeriksaan Intraoral
a) Mukosa labial : Normal
b) Frenulum : Normal
c) Lidah : Normal
d) Mukosa labial : Normal
e) Dasar mulut : Normal
f) Palatum : terdapat kemerahan yang difuse pada langit-
langit pasien hamper menyeluruh yang ditutupi gigi tiruan
g) Gingiva : Normal
h) Jaringa periodontal : Normal
i) Gigi geligi : 16,15,14,13,12,11,21,22,2,24,25,26 Missing
j) Kelenjar saliva : Normal
k) Uvula : Normal
l) Tonsil : Normal
m) Kebersihan mulut: Baik
4. Pemeriksaan Penunjang
a) Radiologi : Tidak dilakukan
b) Patologi klinik : Tidak dilakukan
c) Patologi anatomi : Tidak dilakukan
d) Mikrobiologi : Tidak dilakukan
e) Imunologi : Tidak dilakukan
5. Diagnosa
a) Diagnosa klinis : Denture Stomatitis
b) Diagnosa banding : stomatitis venenata/ kontak
Stomatitis venenata/ kontak
Stomatitis Kontak adalah reaksi inflamasi dari mukosa mulut akibat
kontak dengan iritan atau alergen.
Etiologi Reaksi kontak alergi dapat disebabkan oleh stimulasi antigen yang
telah dilaporkan, contohnya adalah sejumlah makanan, zat tambahan pada makanan,
permen karet, permen, pasta gigi, obat kumur, material sarung tangan dental dan
rubber dam, anestesi topikal, material restoratif, material gigi tiruan akrilik, material
cetak kedokteran gigi, dan bahan adhesi. Frekuensi reaksi alergi pada rongga mulut
jarang terjadi, dibandingkan dengan frekuensi alergi pada kulit. Hal ini dikarenakan
Gambaran Klinis Stomatitis kontak alergi terbagi menjadi tipe akut dan
kronis. Wanita lebih dominan terjadi stomatitis ini. Lesi kontak alergi tampak
vesikel, dan ulser. Pada pasien dengan stomatitis kontak akut, gejala yang sering
dirasakan adalah rasa terbakar. Tampilan mukosa yang terkena bervariasi, dari sedikit
kemerahan sampai lesi eritema besar dengan atau tanpa adanya udema. Vesikel
jarang terlihat, dan jika ada maka akan cepat pecah dan membentuk erosi. Terkadang
tampak ulser permukaan yang menunjukkan apthous. Pasien juga merasakan sakit,
gatal, dan edema. Pada pasien kronis, mukosa yang terkena biasanya berkontak
dengan agen penyebab dan bisa tampak eritema atau putih dan hiperkeratin.
Beberapa alergen, terutama pasta gigi, dapat menyebabkan eritema yang meluas,
6. Prognosis : Baik, karena ini bukan keganasan dia bias sembuh jika
pasien menjaga kebersihan rongga mulut dan menghiilangkan
etiologinya.
7. Rencana perawatan
a. Non Farmakologis :
Komunikasikan ke pasien ini bukan suatu keganasan
Intruksikan ke pasien menjaga kebersihan rongga mulut
Instruksikan ke pasien untuk membersihkan gigi
tiruannya
Membuka gigi tiruan saat ingin tidur
Mengkonsumsi sayur dan buah-buahan
b. Farmakologis :
Pemberian obat analgesic paracetamol
Pemberian obat anti jamur nystatin
Pemberian vitamin asam folat
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
tiruan lepasan.Faktor pemicunya ada banyak, yaitu kebersihan rongga mulut yang
buruk, ketidakcocokan dengan bahan gigi tiruan lepasan, pemakaian antibiotik yang
berlebihan, dan sebagai gejala dari penyakit sistemik.Denture stomatitis terjadi akibat
ini dapat dirawat dengan mengedukasi pemakai gigi tiruan lepasan agar lebih
`
DAFTAR PUSTAKA
Devlin, H. 2002. Complete Dentures: A Clinical Manual For The General Dental
Practioner. Springer-Verlag: Heidelberg, hal. 8-12.
Jordan, R & Lewis, M. 2004.A Colour Handbook of Oral Medicine. Thieme: New
York.
Laskaris, G. 2006. Pocket Atlas of Oral Diseases. Thieme: Stuttgart, hal. 50.
McCabe, J.F & Walls, A. 2008.Applied Dental Materials, Ed. ke-9. Blackwell:
Oxford, hal. 123.
Rejab, L.T. & Al-Abbod, O.A. 2013. Efficacy of three denture cleansers on Candida-
related denture stomatitis. Al-Rafidain Dent J. 13(2): 235-240.
Jontell M, Holmstrup P. Red and white lesions of the oral mucosa. In: Greenberg MS,
Glick M, Ship JA, editors. Burket's oral medicine. 11 ed. Hamilton: BC Decker;
2008. p. 81.