Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN BEDAH JURNAL

BLOK 21 PERSIAPAN KLINIK / PRA-COASS

MODUL 4 PENYAKIT MULUT

“Cheilitis Glandularis of Both Lips: Successful Treatment with a Combination of


an Intralesional Steroid Injection and Tacrolimus Ointment”

OLEH:

JAMILAH IBRAHIM

1310015110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2018

0
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya lah laporan bedah jurnal ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa laporan ini dapat terselesaikan karena bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:

1. Drg. Silvra Sp.PM & Musnar Munir, Sp.KGA, selaku pembimbing dan
penanggung jawab dalam pelaksanaan blok 21 modul 4 tentang karies gigi,

2. Teman-teman program studi kedokteran gigi yang bersama-sama mengikuti


modul ini,

3. Dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata, “tidak ada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, penulis membuka
diri untuk berbagai saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Samarinda, Desember 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................2
BAB I TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
1.1 Definisi...............................................................................................3
1.2 Etiologi...............................................................................................3
1.3 Gambaran klinis.................................................................................3
1.4 Diagnosa............................................................................................4
1.5 Diferensiasi diagnosa.........................................................................4
1.6 Penanganan........................................................................................4
1.7 Komplikasi.........................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN JURNAL.....................................................................6
2.1 Pendahuluan.................................................................................................6
2.2 Laporan kasus..............................................................................................6
2.3 Diskusi.........................................................................................................8
BAB 3 PENUTUP...............................................................................................9
Kesimpulan.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10

2
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Cheilitis glanduralis adalah kondisi inflamasi kronik pada kelenjar saliva
minord dan duktusnya sehingga mensekresikan saliva kental (Glick M et al, 2015)
Penyakit ini jarang atau tidak umum terjadi (Shafer et al, 2012). Penyakit ini
ditunjukkan dengan adanya pembengkakkan pada bibir bawah karena adanya
hiperplasia dan inflamasi pada kelenjar (Laskaris G, 2006)

2.2 Etiologi
Etiologi Cheilitis Glanduralis masih belum ditemukan, tetapi disaranakan
akibatkan penyakit herediter automal dominan. Faktor ekstrnal (terutama sinar UV)
memiliki implikasi sebagai kondisi yang terjadi lebih sering pada orang dewasa
berkulit putih cerah dan pada pasien albino. Chilitis glanduralis kebanyakan terjadi
pada usia pertengahan dan pria tua daripada wanita dan anak-anak (Glick M et al,
2015)
Faktor predisposisi antara lain :
1. OH buruk
2. Paparan dari sinar matahari
3. Merokok
4. Immunocompromised

2.3 Gambaran Klinis


Ciri khas pernyakit ini adalah adanya dilatasi pada orifis kelenjar saliva
minor dan apabila bibir ditekan makan mungkin akan menghasilkan mucus atau
cariran mucopustular dari duktus (Laskaris G, 2006). Cheilitis glanduralis hadir
dengan saliva kental yang disekresikan dari ostia yang berdilatasi dari glandula saliva
minor di labial yang membengkak. Saliva kental ini terkadang melekat ke vernilion,
sehingga pasien merasa tidak nyaman. Edema dan ulserasi juga dapat hadir. CG
utamanya mengenai bibir bawah, tapi adan laporan pada bibir atas dan bahkan
keterlibatan palatum.
Secara historis, CG disubklasifikasikan menjadi 3 tipe klinis (Glick M et
al, 2015)

3
1. Simpel yaitu lesi multipel, tidak sakit , dilatasi ujung duktus, nodul-nodul kecil
yang dapat dipalpasi, tidak ada inflamasi, tapi material mucinous dapat keluar saat
dilakuakan penekanan pada bibir. Infeksi simpel dapat berkembang menjadi tipe
superfacial supuratif atau deep supuratif
2. Superfacial supuratif yaitu, uleserasi superfacial, krusta yang tidak sakit,
pembengkakan dan indurasi bibir, eksudat mucinous terlihat pada ujung duktus
3. Deep supuratif yaitu infeksi jaringan yang lebih dalam dikaitkan dengan
pembentukan abses dan fistula

2.4 Diagnosis
Ciri dari tampilan klinis dan biopsi dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis chilitis glanduralis. Pada ciri histopatoligis CG biasanya tidak spesifik, ada
dilatasi dan lekukan-lekukan pada duktus glandula saliva minor yang bervariasi,
akumulasi mukus pada duktus laminna dan sialadentis kronis(Glick M et al, 2015)

2.5 Diferensial Diagnosis


Cheilitis granulomatosis (Laskaris G, 2006)
1. Persamaan : sama-sama tidak sakit, pembengkakan pada bibir, kemerahan.
2. Perbedaan : Cheilitis granulomatosis persisten dan merupakan monosimtomatik
dari sindrom Melkerson Rosenthal ( dicirikan dengan chilitis granulomatosa, paralisis
fasial, lidah berfisur, dan edema fasial dan intraoral)

2.6 Penanganan
1. Eliminasi faktor predisposisi yang berpotensial dan disarankan penggunaan lip
balm, pelembab dan sunscreen jika terpapar matahari
2. Perawatan konservatif cheilitis galnduralis melibatkan penggunaan steroid topikal/
Intralesi/sistemik, anticholinergict sistemik, antihistamin sistemik dan atau antibiotik.
3. Pada kasus yang sulit sembuh, dibutukan intevensi bedah seperti cryosurgery,
vermilionektomi dan atau stripping mukosa labial
4. Pada pasien dengan tipe deep, pertimbangan untuk eksisi bedah (Glick M et al,
2015)

4
2.7 Komplikasi
seseorang dengan cheilitis glandularis berisiko lebih besar dari karsinoma
sel skuamosa pada bibir. Ini lebih mungkin terjadi pada orang Kaukasia dan faktor
yang berkontribusi dalam hal ini adalah paparan sinar matahari. Infeksi bakteri juga
lebih mungkin yang terlihat dengan kasus yang tidak diobati jangka
panjang.Pembentukan retensi kista dan bisul bukan komplikasi seperti itu tetapi
bagian dari proses penyakit. Hiperpigmentasi (penggelapan) dapat terjadi pada
beberapa kasus dengan iritasi berulang pada lapisan (Glick M et al, 2015)

5
BAB 2
PEMBAHASAN JURNAL
Laporan Kasus
Cheilitis Glandularis pada Bibir Atas & Bawah: Keberhasilan Pengobatan dengan
Kombinasi dari Injeksi Steroid Intralesi dan
Tacrolimus Ointment

1.1 Pendahuluan
Cheilitis glandularis (CG) adalah kondisi peradangan langka yang
terutama mempengaruhi kelenjar saliva minor dan jaringan sekitar bibir. Kondisi ini
sering terjadi pada orang dewasa (lebih dari 40 tahun) daripada orang-orang muda dan
hampir secara eksklusif orang kulit putih. Rasio keterlibatan laki-laki / gender adalah
3: 1. Sampai saat ini, tidak ada faktor atau penyebab spesifik yang dikaitkan dengan
onset penyakit.
Gambaran klinis pada CG, mukosa labial menunjukkan dilatasi orifise
dari kelenjar saliva minor yang dilalui saliva kental (kaya lendir) mengalir lebih intens
karena proses inflamasi di dalam parenkim glandular. Aliran saliva berlebih lalu akan
mengering, sehingga membentuk plak kekuningan (atau kerak) yang menutupi
permukaan mukosa labial. Plak ini mudah dihilangkan tetapi terbentuk lagi, terutama
saat tidur. Selain itu, pada pasien juga terjadi enlargement pada bibir dan eversi bibir.
Meskipun diagnosis CG tidak sulit, pengobatannya merupakan suatu hal tantangan
untuk dokter. Artikel ini melaporkan keberhasilan penanganan suatu kasus yang
diobati dengan kombinasi injeksi steroid yang diikuti oleh imunosupresan topikal.

1.2 Laporan Kasus


Seorang laki-laki kulit putih berusia 16 tahun dirujuk ke klinik obat oral
kami untuk pemeriksaan pembesaran/pembengkakan bibir bawah dan atas yang
sedang berlangsung selama kurang lebih satu tahun. Keluhan utamanya adalah
deskuamatif epitel kekuningan pada permukaan mukosa kedua bibir tetapi terutama
pada mukosa bibir bawah (Gambar 1 (a) dan 1 (b)). Meskipun telah dibersihkan,
kerak pada bibir muncul kembali, sebagian besar di pagi hari. Sebelumnya dia pernah
menjalani perawatan dengan kortikosteroid topikal tetapi tidak berhasil. Pasien sehat
tanpa riwayat perawatan medis substantif.
Berdasarkan aspek lesi, diagnosisnya adalah cheilitis glandularis.

6
Perawatan awal adalah dua suntikan intralesi dari suspensi 10 mg triamcinolone di
kedua bibir dengan interval satu bulan antara aplikasi. Dua bulan setelah injeksi
kedua, kemajuan hasil terlihat dengan penurunan enlargement dan eversi dari bibir.
Keadaan berulang dari deskuamatif epitel pada bibir juga berkurang tetapi tidak
sampai pada keadaan pasien merasa nyaman. Sebagai gantinya dilakukan pemberian
injeksi steroid lain, imunosupresan topikal (0,1% salep tacrolimus) diaplikasikan dua
kali sehari selama dua minggu berdasarkan dua laporan manajemen efektif pada CG
yang ditemukan dalam literatur. Sebelum aplikasi, pasien diinstruksikan untuk (1 )
cuci tangan, (2) menghilangkan deskuamatif epitel pada mukosa bibir dan gunakan
2% chlorhexidine glukonat pada permukaan bibir untuk desinfeksi, (3) biarkan
permukaan mukosa kering dan kemudian oleskan salep tacrolimus, dan (4) cuci
tangannya lagi. Prosedur manajemen ini berhasil menyelesaikan sepenuhnya lesi
tanpa kekambuhan setelah satu tahun tindak lanjut (Gambar 1 (c) dan 1 (d).

1.3 Diskusi
CG adalah penyakit langka tetapi kadang-kadang dapat diobservasi oleh

7
dokter. Lesi ini muncul terutama melalui proses pembentukan plak kekuningan yang
membingungkan bagi para profesional kesehatan. Sepertinya kortikosteroid topikal
saja tidak efektif. Injeksi steroid intralesi telah menerima beberapa keberhasilan,
tetapi tidak ada konsensus yang berhasil dalam semua kasus. Pengobatan utama untuk
CG adalah vermilionectomy, tetapi perawatan ini menghasilkan efek samping, seperti
gatal permanen dan paresthesia. Pasien kami tidak membutuhkan biopsi. Biopsi
dinilai tidak perlu karena tidak ada bukti yang jelas bahwa biopsi akan membantu
mendiagnosis CG secara konstruktif. Berdasarkan dua penelitian yang relevan,
temuan histopatologi tidak spesifik, antara lain peradangan kronis dengan berbagai
derajat sialadenitis nonspesifik dan ektasia duktus dari kelenjar saliva minor dan
fibrosis di dalam kelenjar.
Diagnosis banding CG yang mungkin termasuk kontak cheilitis dan
cheilitis granulomatosa. Kondisi pertama dikaitkan dengan iritasi atau kontak alergen.
Dalam kasus ini, gambaran klinis dari kontak cheilitis berbeda secara substansial dari
CG. Sebagai contoh, pada yang pertama, lesi tampak lebih menonjol pada bibir
vermilion dan ditandai sebagian besar oleh adanya skala adheren. Cheilitis
granulomatosa memiliki kesamaan dengan CG mengenai pembengkakan dan eversi
bibir tetapi cheilitis granulomatosa tidak memiliki peradangan di kelenjar saliva
labial, yang menyebabkan peningkatan sekresi saliva dan pembentukan dekuamatif
epitel, gambaran klinis yang biasa diamati pada kasus CG. Dalam beberapa kasus
terdapat kesulitan dalam membuat diagnosis banding antara CG dan cheilitis
granulomatosa, biopsi dapat menjadi pilihan terakhir untuk mendiagnosa,
menunjukkan granuloma yang tidak rata ; Namun, fitur ini hanya diamati pada 40
hingga 50% kasus. Pada salah satu penyakit, etiopatogenesis yang tepat masih belum
diketahui. Dalam beberapa kasus cheilitis granulomatosa, perkembangan penyakit ini
berpotensi terkait dengan alergi makanan (terutama kayu manis dan senyawa
benzoat). Meskipun satu kasus CG tidak cukup untuk menilai kinerja terapi,
pengobatan yang digunakan dalam kasus ini tampaknya efektif. Tacrolimus berperan
dalam mencegah pembentukan deskuamatif epitel, mungkin karena tindakan yang
efektif dalam mengendalikan peradangan kelenjar saliva dengan membatasi produksi
sitokin proinflamasi di dalam kelenjar saliva minor

BAB 3

8
PENUTUP

Kesimpulan
Cheilitis glandularis (CG) adalah sebuah diagnosa klinis yang menunjuk
pada penyakit inflammatory lunak yang esensial, tidak umum dan belum dipahami
dengan baik pada kelenjar-kelenjar sub-mukosa di bibir bawah. Kondisi ini ditandai
dengan pembesaran dan penonjolan mukosa labial bawah yang menyebabkan tidak
jelasnya batas antara mukosa dan vermilion (bagian bibir yang berwarna merah).
Dengan adanya pengaruh eksternal dan paparan kronis, membran mucus bawah yang
lembut akan mengalami perubahan akibat pengaruh lingkungan, mengakibatkan erosi,
pembisulan, pengerasan kulit, dan terkadang infeksi.
Difrensiasi diagnosis pada kondisi ini anatar lain chilitis granulomatosa.
Perawatan pada kondisi ini berupa terapi suportif dan vermilionectomy untuk kasus
yang parah. Namun pada hasil penelitian jurnal di atas, pengobatan dengan kombinasi
dari injeksii steroid intralesi dan tacrolimus ointement dapat dilakukan karena
mendapatkan hasil yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

9
Glick M, et al. Burket’s oral medicine. 12th ed. Shelton: PMPH-USA, 2015; 238-9 2.

New Delhi: Elsevier, 2012; 21. 3. Laskaris G. Pocket atlas of oral diseases. 2nd ed.
New York: Thieme; 2006; 344-5.

Norberto Sugaya and Dante Migliari. Case Report Cheilitis Glandularis of Both Lips:
Successful Treatment with a Combination of an Intralesional Steroid Injection
and Tacrolimus Ointment. Hindawi,2018.

Shafer WG, Hine MK, Levy BM. Shafer’s textbook of oral pathology. 7th ed.

10

Anda mungkin juga menyukai