Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rongga mulut mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai mastikasi,


fonetik, dan juga estetik. Hal tersebut mengakibatkan rongga mulut merupakan
tempat paling rawan dari tubuh karena merupakan pintu masuk berbagai agen
berbahaya, seperti produk mikroorganisme, agen karsinogenik, selain rentan
terhadap trauma fisik, kimiawi, dan mekanis.1

Mulut merupakan pintu gerbang pertama di dalam sistem pencernaan.


Makanan dan minuman akan diproses didalam mulut dengan bantuan gigi- geligi,
lidah, saliva, dan otot. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah
satu upaya meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar pintu masuk makanan
dan minuman, tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari
besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Masyarakat
akan sadar pentingnya kesehatan gigi dan mulut ketika terjadi masalah atau ketika
terkena penyakit. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam
menunjang kesehatan seseorang.2 Variasi anatomi normal struktur dan tampilan
mukosa mulut terdiri dari linea alba, leukoedema, creaneted tongue.3

Linea alba merupakan temuan oral dengan perubahan warna yang tampak
sebagai garis bergelombang putih, menimbul, dengan panjang yang bervariasi dan
terletak pada garis oklusi dari mukosa pipi. Kelainan tanpa gejala ini umumnya
memanjang dari mukosa pipi daerah M2 sampai ke C dengan lebar 1-2 mm. Lesi
ini biasanya dijumpai bilateral dan tidak dapat dihapus. Gesekan gigi-gigi dapat
menyebabkan perubahan-perubahan epitel yang menebal dan terdiridari jaringan
hiperkeratotik.

Umumnya pasien tidak menyadari lesi ini dan biasanya ditemukan pada
saat pemeriksaan rutin. Pasien yang menyadari kondisi ini untuk pertama kali

1
akan merasa takut karena dianggap sebagai suatu keganasan. Hal ini merupakan
reaksi yang ditemukan pada pasien yang cancerphobia.4 Oleh karena itu, seorang
dokter gigi harus dapat memahami berbagai kondisi varian normal, sehingga
dapat menegakkan diagnosis yang tepat dan mampu menjelaskan kepada pasien
bahwa kondisi tersebut tidak berbahaya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah “Apa yang
dimaksud dengan linea alba serta bagaimana penatalaksanannya?”

C. Tujuan Laporan

Tujuan dilakukannya laporan ini adalah untuk mengetahui secara jelas


mengenai linea alba supaya dapat memberi penjelasan yang benar kepada pasien.

D. Manfaat Laporan

Manfaat dari penulisan laporan ini adalah untuk menambah pengetahuan


dan pemahaman yang lebih dalam bagi penulis maupun mahasiswa/i FKG Usakti
mengenai linea alba.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Linea Alba Bukalis


1. Definisi
Linea alba bukalis (white line) merupakan suatu temuan intraoral umum
yang tampak sebagai garis bergelombang berwarna putih, menimbul, dengan
panjang yang bervariasi dan terletak pada garis oklusi di mukosa pipi. Secara
umum, kelainan tanpa gejala ini lebarnya 1 sampai 2 mm dan memanjang pada
mukosa pipi dari daerah molar kedua sampai kaninus. Lesi tersebut biasa dijumpai
bilateral dan tidak dapat dihapus. Perubahan epitel yang menebal itu terdiri atas
jaringan hiperkeratotik yang merupakan suatu respons terhadap gesekan-gesekan
pada gigi. Garis putih terlihat lebih prominen pada orang yang memiliki gigi
molar atau premolar dengan overjet lebih kecil. Linea alba bukalis seringkali
dikaitkan dengan crenated tongue dan dapat merupakan tanda dari bruksisme,
clenching, atau tekanan mulut yang negatif. Lesi ini tidak memerlukan perawatan
karena merupakan varian normal.5

2. Etiologi
Trauma mekanik kronik akibat tekanan otot bucinator yang cukup kuat
menyebabkan tercetaknya pertemuan oklusi rahang atas dan rahang bawah pada
mukosa bukal kiri dan kanan. Perubahan epitel yang menebal pada linea alba
terdiri atas jaringan hiperkeratotik yang merupakan suatu respons terhadap
gesekan-gesekan pada gigi. Sehingga garis putih terlihat lebih prominen pada
orang yang memiliki gigi molar atau premolar dengan overjet lebih kecil. Linea
alba bukalis seringkali dikaitkan dengan crenated tongue dan dapat merupakan
tanda dari bruksisme, clenching, atau tekanan mulut yang negatif.5,7

3. Gambaran Klinis
Biasanya terlihat pada mukosa pipi, berupa garis bergelombang berwarna

3
putih, menimbul, dengan panjang yang bervariasi dan terletak pada garis oklusi di
mukosa pipi. Secara umum lebarnya 1 sampai 2 mm dan memanjang pada mukosa
pipi dari daerah molar kedua sampai kaninus. Lesi tersebut biasa dijumpai
bilateral.5,8

4. Diagnosis
Tidak diperlukan suatu pemeriksaan laboratoris khusus untuk menentukan
diagnosis dari linea alba bukalis ini. Bagaimanapun juga, gambaran klinis dari
keadaan ini sangat khas.5,9

5. Diagnosis banding
Salah satu lesi yang mirip dengan linea alba bukalis adalah Morsicatio
Buccarum. Morsicatio buccarum berasal dari kata Latin, morsus yang bermaksud
gigitan. Merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyebut perubahan pada
mukosa mulut yang disebabkan oleh menggigit pipi atau mengunyah pipi.
Morsicatio buccarum adalah lesi yang terletak pada mukosa bukal, dapat
berbentuk unilateral maupun bilateral berbentuk garis pada oklusal dari gigi molar
kedua sampai kaninus, lesinya berwarna putih dan terdapat erythema dan bisa
disertai ulserasi, tepinya tidak beraturan. Penyebab nya adalah aktifitas mengigit
pipi, yang menyebabkan timbulnya cedera pada mukosa bukal, dan seiring
berjalannya waktu membuat lesi tersebut menjadi lebih prominen.5
Mukosa tergigit biasanya terlihat pada mukosa pipi dan kurang sering pada
mukosa bibir. Lesi-lesi tersebut dapat unilateral atau bilateral dan dapat terjadi
pada semua usia.6
Tidak ada perawatan yang perlu dilakukan selama lesi dirasa tidak
mengganggu pasien. Apabila pasien memerlukan perawatan dapat dilakukan
dengan membuat cetakan ak r i l i k ya n g m e n u t u p i p e r m u k a a n f a s i a l
g i g i u n t u k m e n g h i n d a r i a k s e s mukosa bukal, dan perlu dilakukan edukasi
untuk menginformasikan pasien bahwa kebiasaan mengigit pipi adalah salah satu
kebiasaan buruk dan harus dihentikan.7 ,

4
6. Terapi
Tidak diperlukan terapi. Pasien harus diyakinkan bahwa kondisi tersebut
tidak berhubungan dengan penyakit atau keganasan dan merupakan varian
normal. Lesi tersebut merupakan penonjolan mukosa pipi, berwarna putih karena
mengandung keratin , disebabkan oleh posisi gigi geligi yang lebih ke bukal dan
kebiasaan menghisap pipi, sehingga oklusi mencengkeram pipi dan pipi masuk ke
dalam garis oklusi.6,

5
A. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan pipi bagian dalam kanan dan kirinya terdapat
garis berwarna putih

B. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan adanya penebalan kasar berupa garis berwarna
putih pada pipi bagian dalam sebelah kanan dan kiri. Keadaan ini mulai
disadari 1 minggu yang lalu saat ujung lidah menyentuh pipi bagian dalam.
Lesi tersebut tidak terasa sakit dan tidak gatal. Lesi tersebut semakin terlihat
jelas pada pagi hari setelah bangun tidur. Pasien tidak memiliki kebiasaan
menggiggit pipi bagian dalam. Pasien ingin mengetahui apakah keadaan lesi
pada pipi bagian dalamnya ini, berbahaya atau tidak.

C. Riwayat Penyakit Umum


Pasien dalam keadaan baik dan tidak memiliki riwayat penyakit tertentu.

D. Pemeriksaan Umum
Pasien dalam keadaan sehat
Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 163 cm
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 68 x per menit
Pernapasan : 20x per menit
Pupil mata : Normal

E. Pemeriksaan Sekitar Mulut (Ekstraoral)


1. Bentuk muka : Ovoid simetris
2. Pembengkakan : Tidak ada
3. Kelenjar limfe
Submental : Tidak teraba dan tidak sakit
Submandibula : Tidak teraba dan tidak sakit
Servikal : Tidak teraba dan tidak sakit

6
4. Bibir : T.A.K
5. Kulit sekitar mulut : T.A.K
6. Lain-lain : T.A.K
F. Pemeriksaan Rongga Mulut (Intraoral)
1. Higiene oral : Sedang
a. Debri : Ada, regio1,2,3,4
b. Stain : Tidak ada
c. Kalkulus : Ada, regio 3,4
2. Mukosa labial : T.A.K
3. Mukosa bukal : adanya focal hiperkeratosis berupa garis
menebal kasar berwarna putih, irregular pada mukosa bukal kanan dan
kiri mulai dari sudut mulut hingga molar kedua, setinggi occlusal
plane.

4. Mukosa dasar mulut : T.A.K


5. Mukosa lidah
a. Dorsal : T.A.K
b. Lateral : T.A.K
c. Ventral : T.A.K
6. Mukosa gingiva : T.A.K
7. Mukosa palatum
a. Durum : T.A.K
b. Molle : T.A.K
8. Mukosa Orofaring :

7
18 : lesi mukosa terasa garis putih menonjol pada mukosa pipi setinggi
garis oklusal, berjalan horizontal dari M2 sampai sudut mulut sekitar
gigi c secara bilateral.
9. Lain-lain : T.A.K
10. Gigi geligi : terdapat karies superfisial pada gigi
16,26,36,46

G. Pemeriksaan Radiologi
Tidak dilakukan
H. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

8
I. Analisis Kasus
Pasien datang dengan keluhan adanya garis putih yang tebal dan kasar
pada pipi bagian dalam sebelah kanan dan kirinya. Lesi tersebut
berbentuk garis menebal dan kasar, berwarna putih, pada mukosa
bukal kanan dan kiri mulai dari sudut mulut hingga molar kedua
setinggi occlusal plane. Keadaan ini mulai disadari sejak 1 minggu
yang lalu saat ujung lidah pasien menyentuh pipi bagian dalamnya.
Lesi ini terlihat semakin jelas pada pagi hari setelah bangun tidur.
Pasien belum pernah memeriksakan kedokter karena tidak terasa sakit
dan tidak gatal. Pasien tidak dalam perawatan dokter dan tidak dalam
mengkonsumsi obat. Pasien juga tidak memiliki alergi makanan.
Keadaan ini dapat disimpulkan bahwa lesi tersebut adalah linea alba
bukalis.
J. Diagnosis Kerja
Lesi di pipi kanan kirinya : Linea Alba
Garis putih yang menebal kasar tetapi tidak dapat diseset, terletak pada
mukosa pipi bilateral, mulai dari lip commisura hingga gigi posterior
setinggi occlusal plane. Ini disebabkan oleh hiperkeratosis trauma jaringan
dan hasil gesekan gigi yang berdekatan.
K. Diagnosis Tetap
Lesi di pipi kanan kirinya : Linea Alba Bukalis

L. Rencana Perawatan
1. Identifikasi
• Identifikasi dengan melakukan anamnesis
2. Terapi simtomatik
Tidak dilakukan
3. Terapi kausatif
Tidak dilakukan
4. Terapi suportif

9
Tidak dilakukan
5. Komunikasi, edukasi, instruksi
• Komunikasi
Komunikasikan kepada pasien bahwa keadaan tersebut bukan
keadaan yang berbahaya.
• Edukasi
Mengedukasi pasien bahwa keadaan ini terjadi karena sering
terjadinya gesekan antara gigi dan bagian dalam pipi. Keadaan
ini tidak akan hilang dan tidak berbahaya.
• Instruksi
Instruksikan kepada pasien untuk tetap menjaga kebersihan
gigi falam mulut serta menyikat lidah.

10
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini terdapat lesi varian normal yang ditemukan pada lateral pipi
kanan kirinya. Lesi tersebut adalah Linea Alba Bukalis. Pasien tersebut awalnya
tidak menyadari hal tersebut, lesi tersebut di ketahui pasien saat ujung lidah
pasien menyentuh pipi bagian dalamnya sekitar 1 minggu yang lalu. Dalam
meneggakkan diagnosis seorang dokter gigi harus melakukan anamnesis dengan
baik, menegtahui etiologi dan faktor presdisposisi, mengetahui gambaran klinis
dari lesi, serta dapat membedakan dari lesi lain yang menyerupai.

Pasien tersebut tidak merasakan keluhan apapun terhadap pipi kanan


kirinya yang terdapat berupa garis putih sepanjang gigi C – M2, pasien tidak
mempunyai kebiasan kebiasan buruk seperti menghisap – hisap pipi, tidak
merokok, serta dalam keluarganya tidak ditemukan hal serupa.

Lesi yang terdapat di pipi kiri dan kanan pasien berupa garis putih yang
terletak setinggi oklusal gigi, sepanjang gigi C – M2 terlihat bahwa pipi pasien
yang mempunyai aktivitas otot tinggi dilihat dari bentuk pipinya sehingga ,kelabu
akibat gesekan antara otot pipi dan gigi.

Aktivitas otot tersebut mempengaruhi mukosa mulut pipi bagian dalam


sehingga menyebabkan perubahan epitel rongga mulut. Epitel rongga mulut
terjadi suatu peningkatan yang abnormal dari lapisan stratum korneum atau
ortokeratin. Dengan adanya sejumlah ortokeratin pada derah permukaan yang
normal maka akan menyebabkan permukaan epitel rongga mulut menjadi tidak
rata.

Sehingga dari anamnesis serta gambaran klinis diatas dapat di bedakan


dengan kondisi cheeck biting. Gambaran klinis yang sama berupa garis putih di
bagian dalam mukosa pipi. Tetapi, pasien tersebut tidak mempunyai kebiasaan –
kebiasaan buruk seperti menggigit – gigit pipi ataupun menghisap – hisap pipi.

11
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan kasus ini adalah varian normal pada rongga
mulut umum ditemukan. Namun, biasanya pasien tidak menyadari kondisi ini dan
baru mengetahuinya setelah dokter gigi menemukan lesi tersebut. Lesi varian
normal tidak berbahaya dan bukan merupakan lesi prekanker sehingga tidak ada
perawatan yang diperlukan selain meyakinkan pasien bahwa lesi tersebut bukan
merupakan keganasan, terutama pada pasien yang cancerphobia.
Secara klinis linea alba bukalis biasanya terletak setinggi garis oklusi pada
mukosa pipi kiri dan kanan dengan panjang dari gigi M2 sampai sudut mulut.

B. Saran
Lesi varian normal cukup sering dijumpai sehingga setiap mahasiswa
kedokteran gigi maupun dokter gigi harus memiliki pengetahuan yang mengenai
varian normal sehingga tidak melakukan kesalahan dalam mendiagnosis suatu lesi
varian normal dan tidak salah memberikan perawatan.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Chrismawaty E. Peran struktur mukosa rongga mulut dalam mekanisme


blockade fisik terhadap iritan. MIKGI; 2006:V:244
2. Yusran A, Barunawaty. Dua metode pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi
pada mukosa mulut. Maj.Ked.Gigi. (Dent.J.); 2007:III:395
3. Ronald Leeson C. Buku Ajar Histologi. Ed. Ke-5. EGC. 1990. P 306-28
4. Wood K. Differential Diagnosis of Oral Lesions. The C. V. Mosby Company.
1975. P 213-4
5. Langlais, Robert R. dan Craig S. Miller. 1998. Atlas Berwarna Kelainan
Rongga Mulut yang Lazim. Jakarta: Hipokrates
6. Cawson R, Wright J. Oral Disease : Clinical and Pathological Correlations.
Saint Louis : Mosby; 2001 : 14-15.
7. Birnbaun W, Dunne SM. Diagnosis kelainan dalam mulut: Petunjuk Bagi
Klinisi, Penerjemah: Hartono R, Enny M. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2004: 6-14, 212-215
8. Bricker, S.L. Oral Medicine and Treatment Planing. Canada: BC Decker Inc;
2001: 659-661
9. Macleod I, Crighton A. Lumps and Bumps. Dalam Practical Oral Medicine.
London: Quintessence Publishing Co; 2006: 46.

13

Anda mungkin juga menyukai