Anda di halaman 1dari 47

Pencegahan Gingivitis

Ilmu Kedokteran Gigi Anak-1 A


RSGM FKG UNEJ
20/21 2
Table of Contents

01 02
Gingivitis Tujuan Pencegahan
Pengertian, Etiologi, dan Gingivitis
Patogenesis

03 04
Pencegahan Gingivitis DHE & Kontrol
KIE, Kontrol Diet, Pendekatan
Psikologis, Kontrol Plak, Oral
Profilaksis,
01 Gingivitis
Know the main characters of this
infection story
Gingivitis merupakan suatu inflamasi yang
melibatkan jaringan lunak di sekitar gigi yaitu jaringan
gingiva yang disebabkan oleh akumulasi biofilm pada plak
di sepanjang gingival margin dan respon host inflamasi
terhadap produk bakteri, dengan tanda Gejala klinis
gingivitis ditandai dengan adanya perubahan warna,
perubahan bentuk, perubahan konsistensi (kekenyalan),
perubahan tekstur, dan perdarahan pada gusi.
Etiologi Gingivitis

Faktor penyebab utama gingivitis adalah penumpukan mikroorganisme yang


membentuk suatu koloni kemudian membentuk plak gigi yang melekat pada tepi
gingiva.
Etiologi
Gingivitis

• Penyebab sekunder gingivitis berupa faktor lokal dan faktor sistemik.

• Faktor lokal meliputi karies, restorasi yang gagal, tumpukan sisa makanan, gigi
tiruan yang tidak sesuai, pemakaian alat orthodonsi dan susunan gigi geligi
yang tidak teratur.

• Faktor sistemik meliputi faktor nutrisional, faktor hormonal, hematologi,


gangguan psikologi dan obat-obatan
Patogenesis Gingivitis
Patogenesis Gingivitis
Initial Lesion
• Initial lesion berkembang dalam 2-4 hari setelah plak
terakumulasi. Jaringan gingiva akan mengalami low-grade
inflammation sebagai hasil adanya subgingival biofilm.

• Low-grade inflammation ditandai dengan vasodilatasi dan


peningkatan permeabilitas vaskular Bersama peningkatan
adhesion molecule-1 (ICAM-1) dan E-selectin pada gingiva yang
memfasilitasi migrasi neutrophil dan monosit ke dalam jaringan
ikat. Cairan tersebut akan meningkatkan aliran gingival crevicular
fluid (GCF)
Patogenesis Gingivitis
Early Lesion
• Early lesion ditandai dengan gejala gingivitis yaitu dengan
penampilan eritematous pada gingiva dikarenakan adanya
proliferasi kapiler dan vasodilatasi.

• Sel infiltrasi yang dominan pada fase ini adalah neutrophil dan
limfosit T.

• Pada fase ini terjadi proliferasi sel-sel basal dari epitel secara
apical sehingga terjadi edema dan pendalaman sulkus gingiva.
Subgingival biofilm akan sulit dikontrol pada area ini.
Patogenesis Gingivitis
Established Lesion
• Established lesion memiliki penampilan klinis yang disebut “Gingivitis
kronis” dan tergantung pada banyak factor, seperti komposisi dan kuantitas
plak, faktor kerentanan host, faktor risiko local, dan sistemik.

• Established lesion didominasi oleh sel plasma dengan infiltrasi sel inflamasi
dan destruksi serat kolagen. Neutrofil akan terakumulasi dalam jaringan
yang akan melepaskan enzim lisosomal pada jaringan gingiva yang
meradang sehingga akan menyebabkan destruksi bundle kolagen.

• Hal ini diikuti pendalaman sulkus dan pembentukan ulserasi poket gingiva
yang mengakibatkan pendarahan pada saat probing.
Patogenesis Gingivitis
Advanced Lesion
Advanced lesion menandai transisi dari gingivitis ke
periodontitis yang ditentukan banyak faktor, seperti komposisi
dan kuantitas plak, renspon inflamasi host, dan faktor risiko
lingkungan dan genetik.
02 Tujuan Pencegahan Gingivitis
“ Mengidentifikasi dan mengobati pada tahap awal sehingga
tidak terjadi kerusakan lebih lanjut. Gingivitis yang tidak
mendapat perawatan, pada akhirnya dapat berkembang
menjadi periodontitis pada sekelompok individu. Proses
inflamasi akan berlanjut sampai tulang dan jaringan
pendukung gigi menjadi rusak. “
03 Pencegahan
Gingivitis
A. Komunikasi, Informasi,
& Edukasi
KIE bertujuan untuk membangun kemampuan
menjaga kebersihan gigi dan mulut yang
dilakukan dirumah dan memberikan perspektif
pentingnya melakukan kontrol rutin sehingga
gingivitis dapat dicegah.

KIE dapat diberikan dengan cara verbal ataupun non verbal :


a. Verbal dilakukan dengan memberitahu langsung kepada anak dan
orang tua
b. Non verbal dilakukan dengan cara dokter gigi memberi contoh
atau memperagakan.
B. Kontrol Diet

Menerapkan kebiasaan pola


makan teratur sesuai jadwal
Mencegah obesitas pada anak dan mengurangi
dengan pengaturan pola diet, mengkonsumsi makanan
Menghindari kebiasaan kebiasaan, dan olahraga. ringan diantara waktu makan.
mengonsumsi makanan yang
bersifat kariogenik seperti:
gula, sirup, minuman
bersoda, permen, coklat,
manisan, kue, dll.

Konsumsi kalsium,
fluor dan vitamin D
yang tinggi.
C. Pendekatan Psikologis
Dokter gigi perlu mengidentifikasi & menerapkan teknik efektif yang membantu pasien
mengubah perilaku dalam menjaga kesehatan mulut.

Proses perubahan perilaku berjalan melalui empat tahap


1. Fungsi kesatu atau fungsi pengetahuan yang mana individu sudah mulai
mengenal informasi yang baru serta belajar memahami objek baru tersebut.
2. Fungsi yang kedua yaitu fungsi keyakinan artinya individu telah membentuk sikap
positif atau negatif terhadap informasi atau objek yang baru tersebut.
3. Fungsi ketiga yaitu fungsi penentuan yang didalamnya individu bertindak aktif
yang membawa ke suatu pemilihan perubahan yang mungkin diterima atau tidak
diterima
4. Fungsi yang terakhir adalah fungsi persetujuan, di sini individu sudah mau
melaksanakan perilaku yang baru sesuai dengan norma-norma kesehatan
D. Kontrol Plak
Kontrol plak adalah penyingkiran plak mikrobial dan pencegahan terhadap
akumulasinya ke permukaan gigi dan sekitarnya (Dewi dkk, 2015).

Kontrol plak dapat dilakukan (Penda dkk, 2015):

Secara Kimia Secara Alamiah


Secara Mekanis
Contoh : obat kumur Contoh : mengunyah makanan
Contoh : Sikat gigi berserat
D. Kontrol Plak
Bayi Usia 0-1 Tahun
• Pada bayi (usia 0 sampai 1 tahun), McDonald, R., Avery, D., & Dean, J. (2011). Dentistry
pembersihan plak sebaiknya dimulai sejak gigi for The Child and Adolescent (9th ed.). Missouri:
Mosby/Elsevier.
pertama anak erupsi.
• Pembersihan dilakukan dengan menggunakan
kasa lembab atau kain lembut bersih yang
dibungkus pada jari.
• Kemudian, lakukan pemijatan pada gigi dan
gusi. Anak dapat diposisikan dengan berbagai
cara namun posisi yang paling umum adalah
posisi arm-cradled yaitu posisi anak sebaiknya
dipangku dan didekap pada satu tangan
dengan tangan lainnya melakukan
pembersihan. Posisi ini juga memberikan rasa
aman pada bayi. Pembersihan dilakukan sekali
sehari
D. Kontrol Plak
Bayi Usia 1-3 Tahun

McDonald, R., Avery, D., & Dean, J. (2011). Dentistry


• Pada balita (usia 1 sampai 3 tahun), sikat gigi for The Child and Adolescent (9th ed.). Missouri:
Mosby/Elsevier.
sebaiknya diperkenalkan ke dalam prosedur
pembersihan plak
• Ketidakmampuan anak kelompok usia ini untuk
meludah dan adanya potensi tertelannya
fluoride, maka pasta gigi fluoride dapat
diberikan pada anak usia 2-3 tahun dan harus
dilakukan dengan hati-hati serta dalam jumlah
minimal (“smear”/ sebesar satu beras)
• Peran orang tua harus menjadi “primary
provider”
• Pembersihan dilakukan dengan posisi “lap-to-
lap”
D. Kontrol Plak
Bayi Usia 3-6 Tahun

McDonald, R., Avery, D., & Dean, J. (2011). Dentistry


for The Child and Adolescent (9th ed.). Missouri:
Mosby/Elsevier.
• Anak memiliki peningkatan kemampuan sikat
gigi sendiri
• Pasta gigi berflouride dapat diberikan dan harus
dilakukan dengan hati-hati
• Peran orang tua harus menjadi “primary
provider”
• Pasta gigi yang diberikan yaitu dalam jumlah
minimal “kacang polong atau pea-sized”
D. Kontrol Plak
Bayi Usia 6-12 Tahun

• Pada usia sekolah (usia 6-12 tahun), anak dapat lebih


bertanggung jawab terhadap kebersihan gigi dan mulutnya. McDonald, R., Avery, D., & Dean, J. (2011).
Dentistry for The Child and Adolescent (9th ed.).
Keterlibatan orang tua masih dibutuhkan. Missouri: Mosby/Elsevier.
• Penggunaan agen disclosing setelah anak menyikat gigi sangat
bermanfaat untuk memvisualisasi plak yang belum dibersihkan
dengan baik
• Pada usia ini, penggunaan pasta gigi berfluoride sangat
penting. Gel fluoride ataupun fluoride kumur dapat diberikan
pada anak dengan risiko karies.
• Penggunaan klorheksidin dapat dianjurkan bagi anak dengan
risiko karies dan penyakit periodontal yang tinggi
• Pada kelompok usia ini juga dapat diajarkan teknik menyikat
gigi dengan teknik Bass.
• dokter gigi memberikan edukasi terhadap diet yang
dikonsumsi anak.
Pemilihan Sikat Gigi

• Sikat gigi harus memberikan kenyamanan bagi setiap individu meliputi


ukuran dan tekstur dari bulu sikat
• Sikat gigi harus mudah digunakan
• Sikat gigi harus mudah dibersihkan dan cepat kering sehingga tidak
lembab
• Sikat gigi harus awet dan tidak mahal
• Sikat gigi harus memiliki bulu yang lembut tetapi cukup kuat dan
tangkainya ringan
• Sikat gigi pada bagian ujungnya harus membulat
Pemilihan Sikat Gigi
Anak menjadi nyaman
Anak menjadi
Sikat gigi dipilih sesuai kooperatif
dengan usia anak

Sikat gigi diharapkan Kesehatan gigi dan


dapat menjangkau mulut meningkat
permukaan gigi dan
tidak menyebabkan
gingiva terluka
Teknik Menyikat Gigi
Terdapat berbagai macam teknik dlm menyikat gigi. Keempat metode berikut, mrpkan metode yg lebih
dominan krn keefektifanya telah diuji pd anak usia 11-14 tahun.

1. Metode Roll  Sikat dtempatkan di vestibulum, ujung bulu mngarah ke apikal, dg sisi bulu menyentuh
jaringan gingiva. Px memberikan tekanan lateral pd sisi bulu sikat, dan sikat digerakkan ke arah oklusal. Sikat
ditempatkan lg setinggi vestibulum, dan gerakan menggulung (roll) secara berulang. Permukaan lingual
disikat dengan cara yang sama.

McDonald and Avery’s Dentistry for the Child and Adolescent, 10th Ed. 2016. Missouri: Elsevier. || Marwah. 2014. Text Book of Pediatric Dentistry, 3rd Ed. New Delhi: Jaypee.
Teknik Menyikat Gigi
2. Metode Charters  Ujung bulu sikat ditmpatkan bersentuhan pd gigi
dan ggv, dg bulu sikat mengarah sekitar 45° ke arah bidang oklusal.
Tekanan lateral dan ke bawah diberikan pd sikat, dan sikat dgosokkan dg
lembut ke dpn & ke blakang skitar 1 mm atau lebih.

3. Metode Scrubbing Horizontal  Sikat ditempatkan scr horizontal pd


permukaan bukal dan lingual dan digerakkan maju mundur dg gerakan
menggosok.

4. Metode Modified Stillman  Sikat dtmpatkan di garis mukogingiva, dg


bulu mengarah menjauhi mahkota, dan digerakkan dg gerakan membelai
di sepnjang gingiva dan permukaan gigi.

McDonald and Avery’s Dentistry for the Child and Adolescent, 10th Ed. 2016. Missouri: Elsevier. || Marwah. 2014. Text Book of Pediatric Dentistry, 3rd Ed. New Delhi: Jaypee.
Teknik Menyikat Gigi

Metode scrubbing horizontal merupakan teknik menyikat gigi dg efek


penghilangan plak yg lebih signifikan daripada metode roll, Charters,
dan modified Stillman. Selain mudah dipelajari, teknik ini merupakan
pilihan terbaik yg dianjurkan untuk anak-anak.

Dengan mengikuti pendekatan sistematis, spt yg pd Gbr, menyikat gigi


dimulai pd aspek bukal gigi di kuadran kanan RA dan mengikuti tanda
panah. Bulu sikat ditempatkan 45° dan diarahkan ke garis gusi. Sapuan
pendek bolak-balik memungkinkan bulu sikat ttp berada di tmpt yg
sama. Pegangan sikat ditempatkan sejajar dg permukaan oklusal
kecuali jk sdang menggosok aspek lingual gigi anterior dan aspek
posterior gigi terakhir di setiap kuadran.

McDonald and Avery’s Dentistry for the Child and Adolescent, 10th Ed. 2016. Missouri: Elsevier.
Dental Floss

Penggunaan benang gigi pd anak bergantung pd usia serta koordinasi mata dan
tangan. Umumnya anak usia 8-11 thn sdh dpt belajar menggunakan benang gigi scr
efektif. Penggunaan benang gigi dpt membantu membersihkan plak yg tidak dpt
dijangkau oleh sikat gigi.
Cara menggunakan dental floss :
1. Dental floss ditekan diantara titik kontak gigi
2. Setelah titik kontak dapat dilewati denta floss digeserkan pada permukaan mesial-
distal, bergerak naik turun. Pada masing-masing gigi denga dental flosss
digerakkan kira-kira sejumlah 3 kali

McDonald and Avery’s Dentistry for the Child and Adolescent, 10th Ed. 2016. Missouri: Elsevier.
Dental Floss
E. Oral Profilaksis
“ Prosedur pembersihan rongga mulut secara menyeluruh sehingga
bersih dari plak, noda/stain, dan karang gigi yang merupakan
penyebab utama karies dan penyakit periodontal. “

Dilakukan tiap kunjungan ke dokter gigi.


Oral Profilaksis

Profilaksis antibiotik: Antibiotik


profilaksis umumnya diberikan sebelum
dan sesudah beberapa prosedur dental
Penggunaan sikat gigi, brush, rubber
untuk mencegah infeksi lokal, hanya
cup, sickle scaler, kuret, dan dental
boleh digunakan pada kasus tertentu
floss
F. Pit and Fissure Sealent
Fissure sealant bertujuan agar terjadi penetrasi bahan ke dalam pit dan
fissure sehingga me- nutup daerah tersebut dari masuknya bakteri dan
debris

WAKTU YANG TEPAT UNTUK FISSURE SEALANT


Umur 3-4 tahun merupakan waktu yang tepat untuk pemberian fissure
sealant pada gigi sulung
Umur 6-7 tahun merupakan saat erupsi gigi permanen molar pertama
Umur 11-13 tahun merupakan saatnya molar kedua dan premolar erupsi
F. Pit and Fissure Sealent
BAHAN-BAHAN UNTUK PIT AND FISSURE SEALANT:
• Komposit
• Glass Ionomer Cement
• Compomer
G. Topical Application Fluor

Pengaplikasian Fluor secara topical guna mencegah karies


dengan menghambat demineralisasi dan meningkatkan
remineralisasi

Fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri


plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan
hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang lebih
stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam.
04 DENTAL
HEALTH
EDUCATION
Dental Health Education
● Kesehatan didefinisikan dalam Konstitusi WHO sebagai "keadaan fisik, mental dan sosial yang
lengkap dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan." Definisi ini berlaku untuk
keseluruhan individu dan oleh karena itu mencakup bagian spesifik dari manusia seperti rongga
mulut. WHO menganggap bahwa kesehatan gigi berkaitan dengan efisiensi fungsional tidak hanya
gigi dan struktur pendukung tetapi juga bagian sekitar rongga mulut dan berbagai struktur yang
terkait dengan pengunyahan dan kompleks maksilofasial.
Komponen DHE:
● Pendidik, yaitu siapa saja yang mencoba mempengaruhi peserta didik, seperti dokter gigi, guru
atau ibu.
● Pelajar, yaitu individu atau kelompok yang akan dipengaruhi, ex: pasien.
● Tujuan (goal), kemana DHE akan mengarahkan pasien untuk mencapai tujuan tertentu seperti
mencegah gingivitis, karies, atrisi, abrasi gigi geligi.

Muthu M. S., N. Sivakumar. 2011. Pediatric Dentistry: Principles and practice: Second Edition. India: ELSEVIER
Dental Health Education
Dilakukan secara verbal (percakapan) maupun non-verbal (tertulis) dengan orang tua atau anak untuk mencegah
atau mengurangi risiko terjadinya gingivitis pada anak.

DHE dalam kasus ini memiliki komponen instruksi kepada pasien diantaranya:
1. Mengurangi konsumsi gula frekuensi tinggi dan menambah konsumsi makanan berserat
2. Menyikat gigi dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride dan menggunakan dental floss untuk
mengeluarkan sisa makanan dalam soket gingiva
3. Memilih sikat gigi dengan bulu halus agar mengurangi pelukaan terhadap jaringan gingiva
4. Mengonsumsi makanan dengan kadar vitamin C 90 mg per harinya
5. Memeriksakan gigi setiap 6 bulan sekali ke dokter gigi

Nowak A., John R. C., Tad R. M., Janice A. T., Martha H. W. 2019. Pediatic Dentistry: Infancy Through Adolescence. 6th Edition. Philadelphia: Elseiver
Penghitungan Indeks Kebersihan
Rongga Mulut
Oral Hygiene Index-Simplified (OHI-S)

● Oral Hygiene Index- Simplified (OHI-S) adalah indeks untuk


mengukur daerah permukaan gigi yang tertutup oleh debris dan
kalkulus.
● Pemeriksaan debris dan kalkulus dilakukan pada OHI-S dilakukan
pada gigi tertentu (gigi indeks) dan pada permukaan tertentu dari
gigi tersebut.
Skor OHIS
Skor Debris Index (DI)
● Skor 0 : tidak terdapat debris atau stain
● Skor 1 : terdapat debris < 1/3 permukaan gigi atau terlihat
stain tanpa debris
● Skor 2 : terdapat debris 1/3 – 2/3 permukaan gigi
● Skor 3 : terdapat debris > 2/3 per-mukaan gigi
Skor Calculus Index (CI)

● Skor 0 : tidak terdapat kalkulus


● Skor 1 : terdapat kalkulus < 1/3 permukaan gigi
● Skor 2 : terdapat kalkulus supra gingiva 1/3-2/3 permukaan gigi atau terdapat kalkulus
subgingiva seperti bitnik-bitnik
● Skor 3 : terdapat kalkulus supra gingiva >2/3 permukaan gigi atau terdapat kalkulus
subgingiva seperti pita di sepanjang permukaan gigi
Skor OHIS
DIS = jumlah penilaian Debris
Jumlah gigi yang diperiksa

CIS = jumlah penilaian Kalkulus


Jumlah gigi yang diperiksa

OHIS = DIS+CIS
Gingival Index
●Untuk penelitian klinis probe dimasukkan kira-kira kurang lebih 1-2 mm dari margin gingival dengan
tekanan aksial sedang dan dijalankan dari interproksimal ke interproksimal sepanjang aspek bukal dan
lingual gigi dengan skor sebagai berikut :
● 0 = tidak ada peradangan pada gingival (gingival normal)
● 1 = keradangan ringan pada gingival, sedikit perubahan warna dan tekstur tetapi tidak ada perdarahan pada
probing
● 2= keradangan sedang pada gingival, kemerahan, edema dan mengkilat, ada perdarahan pada probing
● 3= keradangan parah pada gingival, tanda kemerahan, edema dan ulserasi. Cenderung terjadi perdarahan
spontan.
Gigi yang sehat yaitu pada saat pemeriksaan, probe
tidak mencapai sangat jauh di bawah gusi. Hal ini
menunjukkan bahwa gusi sekitar gigi ini adalah kuat
dan sehat.

Ketika probe mencapai di bawah gusi (kantong periodontal). Hal


ini menunjukkan bahwa gusi mulai membengkak dan
melepaskan diri dari gigi. Hal ini disebabkan oleh bakteri yang
menghasilkan peradangan, tahap awal penyakit gusi. Atau yang
biasa disebut dengan gingivitis.

Periodontitis merupakan kelanjutan dari gingivitis hingga


menyebabkan gusi lepas lebih jauh dari gigi. Akibatnya,
probe terpuruk ke dalam saku.
Kriteria keparahan gingivitis secara klinis

Skor indeks gingival Kondisi gingiva


0,1 – 1,0 Gingivitis ringan
1,1 – 2,0 Gingivitis sedang
2,1 – 3,0 Gingivitis parah
Thank you
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik
DAFTAR PUSTAKA
● Dewi, Z. Y., A. Nur, T. Hertriani. 2015. Efek antibakteri dan penghambatan biofilm ekstrak
sereh (Cymbopogon nardus L.) terhadap bakteri Streptococcus mutans. Majalah
Kedpkteran Gigi Indonesia. Vol.1(2): 136 – 141.
● McDonald, R., Avery, D., & Dean, J. (2011). Dentistry for The Child and Adolescent (9th
ed.). Missouri: Mosby/Elsevier.
● Penda, P. A. C., S. H. M. Kaligis, Juliatri. 2015. Perbedaan Indeks Plak Sebelum Dan
Sesudah Pengunyahan Buah Apel. Jurnal e-GiGi (eG). Vol.3(2) : 380-386
● Diah, T.Widodorini, dan N. e. Nugraheni, 2018. Perbedaan Angka Kejadian Gingivitis
Antara Usia Pra-pubertas Dan Pubertas Di Kota Malang. E-Prodenta Journal of Dentistry.
2(1): 108-11.
● Haria Fitri, H. Fajrin, F.H , Kasuma, N., Suharti, N. 2019. Efek Pemberian Zink Pasca
Scaling Root Planning terhadap Kadar Mmp-8 Saliva pada Pasien Gingivitis . B-Dent:
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah, Vol 6, No. 2
● Preethanath RS, Ibraheem WI, dan Anil A. 2020. Pathogenesis of Ginggivitis. Oral
Disease. 2-3.

Anda mungkin juga menyukai