Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 22 MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

SKENARIO 2

Tutor : drg. Kiswaluyo, M.Kes

Kelompok Tutorial 5
Anggota Kelompok :

1. Ghafran Nailul Farchi (161610101041)


2. Sunana Ageng Hikmawati (161610101042)
3. Nafra Glenivio Agretdie (161610101043)
4. Khairunnisa Fadhilatul Arba (161610101044)
5. Firmansyah Adi Pradana (161610101045)
6. Liyathotun Fatimah (161610101046)
7. Hamy Rafika Pratiwi (161610101047)
8. Shintia Dwi Pramesty (161610101048)
9. Endang Nur Hidayati (161610101049)
10. Windy Nanda Eriyati (161610101050)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2019
SKENARIO 2
ERGONOMI PRAKTEK DOKTER GIGI

Seorang dokter gigi praktek sore telah bekerja selama 15 tahun mempunyai pasien
yang banyak. Tiap hari rata-rata jumlah pasien yang berkunjung sekitar 15 orang. Semua
kegiatan perawatan gigi pasien ditangani sendiri. Beberapa hari yang lalu dokter gigi
tersebut mengeluhkan adanya kelainan di daerah punggung, leher dan pergelangan
tangan. Dokter gigi tersebut merasakan sakit yang luar biasa, bahkan dokter gigi tersebut
tidak bisa beraktifitas secara normal. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa
beliau mengalami musculoskeletal disorders karena dokter gigi bekerja tidak secara
ergonomi. Saran dari dokter yang merawatnya agar dalam bekerja merawat pasien
dibantu oleh asisten sehingga dokter gigi bekerja secara four handed dentistry dan
menjaga keselamatan kerja.
STEP 1 : Clarifying UnfamiliarTerms

1. Musculoskeletal disorders : gangguan yang mengenai sistem muskuloskeletal


biasanya timbul nyeri berkepanjangan, adanya kerusakan pada otot, saraf,
ligamen, persendian, dan kartilago. Rasa sakit berupa ketegangan otot,
inflamasi, dan pada tulang bisa mikrofraktur. Hal tersebut terjadi karena
menerima beban statik terlalu lama dan terus menerus.
2. Four handed dentistry : perawatan gigi yang dilakukan dengan konsep empat
tangan bekerja secara bersamaan dengan posisi kerja asisten dan operator
sesuai dengan arah jarum jam. Dimana asisten fokus pada peralatannya
sedangkan operator pada perawatan pasiennya.
3. Ergonomi : ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaannya.

STEP 2 : Problem Identification


1. Aktivitas seperti apa yang dilakukan oleh dokter gigi sehingga terkena

Musculoskeletal disorders (MSDs) ?

2. Bagaimana bekerja secara ergonomi ?

3. Bagaimana sistem kerja four handed dentistry ?

4. Apa manfaat manajemen praktek bagi seorang dokter gigi ?

STEP 3 : Brainstorming

1. Aktivitas seperti apa yang dilakukan oleh dokter gigi sehingga terkena
Musculoskeletal disorders (MSDs) ?
 Pekerjaan yang dilakukan sendiri oleh dokter gigi tanpa bantuan asisten
seperti halnya mengambil alat sendiri secara terus-menerus dalam waktu
yang lama dan tiba-tiba duduk, berdiri dan membungkuk tanpa ada jeda.
 Posisi kerja yang tidak benar.

 Usia dokter gigi.

 Kondisi fisik dokter gigi.

 Ketegangan pada otot leher yang melihat rongga mulut pasien dan pada
pergelangan tangannya tumpuan kurang tepat.
2. Bagaimana bekerja secara ergonomi ?
 Menggunakan dental chair yang sesuai standart
 Pasien dan dokter gigi harus sesuai posisinya dan senyaman mungkin
 Ada jeda antara perawatan tiap pasien
 Meletakkan alat-alat yang mudah dijangkau
 Posisi sesuai dengan tinggi kita
 Memperkecil kelelahan dan beban yang statis
 Pada prinsipnya bekerja secara ergonomi, meliputi :
1. Eliminate  mengurangi alat

2. Combine  mengangkat alat untuk sekali prosedur

3. Re-arrange  persiapan alat, prosedur, jadwal

4. Simplify  menyederhanakan alat-alat dan prosedur


3. Bagaimana sistem kerja four handed dentistry ?
Penerapan four handed dentistry dimana dokter gigi dibantu oleh asisten
dalam melakukan perawatan sehingga bekerja secara ergonomic dapat tercapai.
Penerapan sistem kerja four handed dentistry di luar negeri dan Indonesia sedikit
terdapat perbedaan. Seperti halnya di Amerika yang merupakan negara maju,
sistem kerja pelayanan dibentuk dalam tim yang terdiri dari dentist, dental
hygienist, dental assistant, dan dental technician. Dentist merupakan dokter gigi
yang memberikan pelayanan kedokteran gigi. Dental hygienist tugasnya mengisi
rekam medis serta melakukan tindakan preventive dentistry. Dental assistent
tugasnya sebagai asisten yang membantu dokter gigi mengambil alat, menyiapkan
bahan, mengontrol saliva, membersihkan mulut, serta mengatur cahaya lampu
selama prosedur perawatan berlangsung. Dental technician bekerja di
laboratorium.

Sedangkan di Indonesia hanya dikenal 2 profesi kesehatan gigi selain


dokter gigi yaitu perawat gigi dan tekniker gigi. Perawat gigi ini merangkap
tugas sebagai dental assistant dan dental hygienist. Tekniker gigi tugasnya
sama seperti dental technician yang bekerja di laboratorium.
Mengacu kepada sistem kerja di luar negeri dengan 4 profesi kesehatan
gigi yang bekerja pada pelayanan gigi maka disebutlah konsep four handed
dentistry. Oleh karena itu konsep four handed dentistry menjadi dasar dalam
desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi dan di sisi kiri didesain untuk
dental assistant bekerja.
Konsep four handed dentistry sesuai dengan arah jarum jam maka
dikenal dengan clock concept. Clock concept ini dibagi menjadi 4 zona, yaitu:
 Static zone : arah jam 11 sampai 2
 Assisten’s zone : arah jam 2 sampai 4
 Transfer zone : arah jam 4 sampai 8
 Operator’s zone : arah jam 8 sampai 11
Posisi pasien sendiri dijadikan pusat, dimana posisi pasien mengarah
pada arah jam 6 dan letak bagian belakang kepala tepat pada jam 12. Static
Zone merupakan zona tanpa pergerakan Dokter Gigi maupun Perawat Gigi
serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen
Bergerak (Mobile Cabinet) yang berisi Instrumen Tangan serta peralatan yang
dapat membuat pasien takut. Assistant’s Zone merupakan zona tempat
pergerakan Perawat Gigi, pada Dental Unit di sisi ini dilengkapi dengan
Semprotan Air/Angin dan Penghisap Ludah, serta Light Cure Unit pada Dental
Unit yang lengkap. Transfer Zone adalah zona tempat alat dan bahan
dipertukarkan antara tangan dokter gigi dan tangan Perawat Gigi. Operator’s
Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi.

4. Apa manfaat manajemen praktek bagi seorang dokter gigi ?

 Agar dokter gigi bisa memaksimalkan keprofesionalan dalam perawatan


 Meringankan beban kerja dokter gigi

 Mengoptimalkan kualitas pelayanan

 Mengurangi ketidaknyamanan operator saat bekerja sehingga MSDs


diminimalisir.
 Menghemat waktu dan biaya
STEP 4 : Mapping

MANAJEMEN
PRAKTEK

Ergonomis Non ergonomis

Prinsip Tujuan dan Penerapan MSDs


Manfaat

Konsep four handed


dentistry

STEP 5 : Learning Objective


1. Mahasiswa Mampu Mengetahui Konsep Manajemen Praktek Dalam Bidang
Kedokteran Gigi
2. Mahasiswa Mampu Mengetahui Konsep Ergonomis Dalam Bidang Kedokteran Gigi
3. Mahasiswa Mampu Mengetahui Konsep Musculoskeletal disorders (MSDs)
4. Mahasiswa Mampu Mengetahui Konsep Four Handed Dentistry

STEP 6 : Self Study


STEP 7 : Generalisation
1. Mahasiswa Mampu Mengetahui Konsep Manajemen Praktek Dalam
Bidang Kedokteran Gigi
Manajemen atau management, memiliki kata dasar manage, yang berasal dari
bahasa Italia, yaitu meneggiare (mengatasi atau mengurus). Proses manajemen
diartikan sebagai sebuah proses yang khas, mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan,
dilakukan oleh individu- individu yang memberikan upaya terbaik mereka untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Kegiatan tersebut terdiri dari tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan. Planning
atau perencanaan yaitu tindakan untuk menetapkan hal-hal yang harus dilakukan,
organizing atau pengorganisasian yaitu tindakan mendistribusi pekerjaan antar
individu dan individu serta menetapkan hubungan- hubungan yang diperlukan,
actuating atau menggerakkan yaitu menggerakkan setiap anggota kelompok untuk
melaksanakan tugas-tugas dengan baik dan penuh entusias, controlling atau
mengawasi yaitu mengendalikan atau mengawasi aktivitas-aktivitas agar sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Perlunya fungsi manajemen dalam hal ini agar
layanan kesehatan gigi dan mulut berjalan dengan efektif dalam melakukan pekerjaan
yang benar atau doing the right things, dan efisien ialah melakukan pekerjaan dengan
benar atau doing things right.

Manfaat manajemen praktek dokter gigi antara lain :

 Agar dokter gigi bisa memaksimalkan keprofesionalan dalam perawatan


 Meringankan beban kerja dokter gigi

 Mengoptimalkan kualitas pelayanan

 Mengurangi ketidaknyamanan operator saat bekerja sehingga MSDs


diminimalisir.
 Menghemat waktu dan biaya
2. Mahasiswa Mampu Mengetahui Konsep Ergonomis Dalam Bidang
Kedokteran Gigi
Ergonomi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Ergon dan Nomos. Ergon memiliki arti
kerja dan Nomos memiliki arti hukum; jadi pengertian Ergonomi itu sendiri secara garis
besar adalah “Studi tentang manusia untuk menciptakan sistem kerja yang lebih sehat,
aman dan nyaman”. Seorang praktisi dibidang kesehatan khususnya kedokteran gigi harus
memahami tujuan mempelajari ergonomik karena dengan memahami tujuan ergonomi
dalam lingkungan kerja, praktisi kesehatan akan terhindar dari musculoskeletal disorders
(MSDs), tentu efek jangka panjangnya adalah praktisi dapat bekerja lebih lama tanpa
mengganggu produktifitas kerja praktisi dalam bekerja. Menurut Santoso (2004)
terdapat 4 tujuan utama ergonomi, yaitu: Memaksimalkan efisiensi karyawan,
Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja, Menganjurkan agar bekerja aman,
nyaman dan bersemangat, Memaksimalkan bentuk kerja yang meyakinkan.
Menurut Tarwaka (2004), terdapat beberapa tujuan yang akan dicapai dengan
menerapkan ergonomi, antara lain: Kesejahteraan fisik dan mental meningkat
dengan cara mencegah cidera dan penyakit karena bekerja, beban kerja fisik dan
mental menjadi turun, mengusahana promosi dan kepuasan kerja. Kesejahteraan
sosial menjadi meningkat dengan peningkatan kualitas kontak sosial dan
koordinasi kerja secara tepat, untuk peningkatan jaminan sosial baik selam kurun
waktu usia produktif ataupun setelah tidak produktif. Terciptanya keseimbangan
rasional terhadap aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari masing-masing
sistem kerja yang dilaksanakan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup
yang tinggi. Pada umumnya, manfaat dari ergonomi dalam pekerjaan untuk cepat
selesai, dengan risiko kecelakaan lebih kecil, efisien terhap waktu, risiko penyakit
karena bekerja menjadi kecil dan lain-lain. Adapun manfaat yang didapat dari
ergonomi adalah sebagai berikut: Kerja meningkat, misalnya kecepatan,
ketepatan, keselamatan dan mengurangi energi ketika bekerj. Waktu menjadi
berkurang, dan juga biaya pelatihan dan pendidikan. Optimalisasi terhadap
Sumber Daya Manusia dengan meningkatkan keterampilan yang diperlukan.
Efisiensi waktu agar tidak terbuang percuma. Kenyamanan karyawan ketika
bekerja menjadi meningkat.
Prinsip Ergonomi dalam praktek dokter gigi :
1. Re-arrangement
Menyusun kembali letak alat yang akan digunakan untuk melakukan
prosedur dari suatu perawatan sehingga mengurangi pergerakan tidak
perlu selama perawatan.
2. Elimination
Mengeliminasi alat dan bahan yang tidak perlu atau tidak akan digunakan
dalam suatu perawatan.
3. Combination
Menggabungkan 2 alat atau gerakan. Misal menggunakan 1 tahap untuk 2
fungsi dan menggunakan double ended instruments.
4. Simplify
Menyederhanakan alat dan prosedur dengan tata letak alat yang baik
sesuai tahapan prosedur suatu perawatan sehingga pengambilan alat
menjadi mudah.
(Martin, 2004)
Dasar kerja ergonomis:
 Work in Neutral Postures (bekerja dalam posisi netral)
 Reduce Excessive Force (mengurangi beban yang berlebihan)
Tekanan yang berlebihan pada aotot akan berpotensi menyebabkan
kelelahan dan cedera.
 Keep Everything in Easy Reach (membuat semua mudah untuk dijangkau)
Benda yang paling sering digunakan harus berada di daerah jangkauan
tangan, susun kembali daerah kerja dan semakin mudah dalam gerakkan.
 Work at Proper Heights (bekerja dengan ketinggian yang seasuai)
Dari pengalaman baik adalah bahwa kebanyakan pekerjaan harus
dilakukan didekat sekitar tingginya, apakah duduk atau berdiri. Pekerjaan
lebih berat adalah sering terbaik melakukan lebih rendah dari tingginya
siku. Ketepatan bekerja atau pekerjaan secara visual keras adalah sering
terbaik melakukan didekat kemuliaan di atas.
 Reduce Excessive Motions (mengurangi gerakan berlebihan)
Kurangi jumlah gerakan selama kerja, baik lengan, jari maupun punggung.
 Minimize Fatigue and Static Load (memperkecil kelelahan dan beban
statis)
Berada dalam posisi kerja yang sama untuk beberapa waktu dikenal
sebagai beban statis. Ini menyebabkan kegelisahan dan kelelahan dan
dapat menghambat pekerjaan.
 Minimize Pressure Points (memperkecil tekanan)
Pada beberapa pekerjaan kita harus hati-hati terhadap poin-poin tekanan
berlebihan, yang sering disebut ” tekanan kontak.”
 Provide Clearance (menyediakan tempat yang sesuai/ memeriksa
ksesuaian tempat)
Pekerjaan pada Area tertentu perlu untuk disediakan ruang cukup untuk
kepala, lutut dan kaki.
 Move, Exercise and Stretch (pindah tempat; bergerak, dan mereregangkan
otot dan sendi)
Agar tidak mudah lelah tubuh perlu digerakkan dan diregangkan.
 Maintain a Comfortable Environment (melihara suatu lingkungan yang
nyaman)
Jaga leher tetap lurus, jaga agar siku dalam posisi yang benar dan bahu
bersantai. Salah satu jalan yang paling sederhana untuk mengurangi
kelelahan manual adalah untuk menggunakan alat bantu yang sesuai.
Memakai bantalan pada tangan untuk pekerajaan-pekerjaan tertentu akan
mengurangi beban kerja. Merubah tata letak/ruang untuk meminimalkan
gerakan. Ada Kecenderungan lengan bawah mengalami kontak langsung
terhadap tepi yang keras suatu meja kerja yang akan menciptakan suatu
titik tekanan. Dihilangakan dengan memasang lapisan yang elastis pada
tepi itu dan biasanya ini akan membantu.
A. Peralatan
Peralatan yang ergonomik membantu operator dan asisten dapat bekerja
dengan posisi dan postur tubuh, lengan dan bahu yang baik agar selama
melakukan perawatan yang membutuhkan waktu yang panjang dan posisi
tubuh yang menetap.
Peralatan seperti kursi dokter gigi, kursi asisten dan dental unit menunjang
tubuh dari kemungkinan terjadinya ketegangan otot yang dapat
menyebabkan gangguan muskuloskeletal.
Operating Stool: adalah kursi yang digunakan dokter gigi.
- Bentuk tempat duduk yang membantu tubuh dalam posisi yang benar
dengan spinal yang tegak dan dekat dengan kursi gigi.
- Bentuk sandaran yang mendukung punggung agar otot punggung
bagian bawah tetap tegak dan lengkungannya dipertahankan.
- Sandaran lengan dirancang untuk mengurangi tekanan dan kelelahan
pada otot-otot punggung bagian atas, leher dan bahu dengan
membentuk sudut tegak lurus terhadap siku lengan dokter gigi.
Cara Duduk dan Desain Krusi
- Apabila medulla spinalis tidak dipertahankan pada kurva yang aslinya,
mungkin akan terjadinya sakit pada bagian bawah punggung, leher
dan bahu. Cara duduk dengan sudut pada sendi paha kurang lebih 45˚
dan paha dalam posisi yang abduksi dapat mengeliminasi kebanyakan
risiko musculoskeletal disorder yang berhubungan dengan waktu
duduk yang lama. Pelvis harus pada keadaan yang stabil dengan
orientasi yang tegak untuk mempertahankan kurva spinalis yang
netral. Telapak kaki harus rata pada lantai dan paha dalam keadaan
terdukung dan memberikan dukungan kepada tubuh. Hal ini dapat
menghindari hambatan terhadap sirkulasi darah ke kaki dan telapak
kaki.
- Kursi saddle dapat memberikan posisi yang tegak ketika operator
duduk. Desain dari krusi saddle dapat mempertahankan medulla
spinalis pada susunan yang benar sehingga rasa sakit pada punggung
dapat dikurangi dengan tekanan yang minimal pada diskus vertebra.
Operator Table: adalah meja dari kursi dental yang memungkinkan
pergerakan posisi vertikal dan horisontal, sehingga dapat disesuaikan
dengan posisi operator berada.
- Kursi dental dengan sandaran kepala dan belakang yang lebar serta
tebal akan menyulitkan operator bekerja lebih dekat dengan pasien,
sehingga cenderung membungkuk ke arah pasien.
- Kursi dental yang ergonomik adalah dengan sandaran kepala yang
sempit dan tipis. Bentuk demikian memungkinkan operator
meletakkan tangannya dengan mudah di bawah pasien, memudahkan
pandangan ke daerah operasi, dan tetap mempertahankan postur yang
optimal.
Dental-loupe: adalah alat bantu lihat yang dapat memperbesar obyek yang
dilihat sehingga memungkinkan dokter gigi dapat duduk lebih nyaman
dengan postur leher dan bahu yang optimal.
- Pembesaran paling kurang dua kali sudah cukup menghasilkan jarak
penglihatan yang baik dengan posisi pasien.
- Pembesaran yang lebih tinggi ditambah dengan sistem pencahayaan
yang optimal dapat meningkatkan efisiensi penglihatan yang lebih
rinci dan tidak ada hambatan bayangan pada daerah operasi.
Handpiece/ultra sonic scaler/endodontic
- Permukaan handpiece yang halus.
- Tangkai handpiece membentuk sudut 15o dengan permukaan daerah
kerja.
- Jarak minimal 26 mm dari ujung handpiece yang masuk di dalam
mulut pasien sampai ke tangkai yang bersudut.
- Peralatan tersebut diharapkan ringan dan tidak terlalu besar
diameternya.
Dental light
Dental light yang dianjurkan adalah jangan terlalu besar dan lebar, pilih
yang sempit dan fokus hanya pada mulut pasien dan tidak menghasilkan
bayangan yang mengganggu. Lebih dianjurkan menggunakan dental light
dengan sensor, atau monitor untuk lampu ditempatkan pada lokasi yang
mudah dicapai tanpa harus memegang tangkai lampu.
Pada dental unit yang dirancang dengan sistem ergonomik, tombol untuk
menyalakan dan memadamkan dental light sudah menyatu pada meja
kursi dental dan pada assistant console, sehingga mudah dijangkau.
Operator tidak perlu lagi menyentuh tombol dental light untuk mengatur
posisinya.
Penggunaan sarung tangan
Menggunakan sarung tangan yang sesuai dengan ukurannya, agar tidak
menambah tekanan di bagian punggung tangan dan ibu jari, yang dapat
mengakibatkan CTS (Carpal Tunnel Syndrome).
Instrumentasi
Bentuk dan ukuran handle  Diameter dental instrumen 5,6 –
11,5 mm. Diameter handle yang
lebih besar menurunkan hand
muscle load dan pinch force,
meskipun diameter lebih besar dari
10 mm tidak menunjukkan
tambahan keuntungan.
 Handle no. 4 mengurangi pinch
gripping dan bisa didapat pada
kebanyakan instrumen
 Round handle dapat
menurunkan tekanan dan kompresi
otot
Berat Instrumen yang ringan (15 g atau
kurang) membantu menurunkan muscle
workload dan pinch force.
Balance / Maneuverability  Instrumen harus seimbang
dalam tangan sehingga
cenderung menurunkan deviasi
pergelangan tangan
 Keseimbangan dalam instrumen
ditingkatkan menggunakan
third digit rest. The second digit
rest (index finger) dapat
mendeteksi pergerakan yang
sangat halus dan harus
ditempatkan dekat pada
operating point. Tidak
menggunakan the fourth digit
sebagai stabilisasi, karena dapat
menurunkan jumlah jari dalam
rongga mulut, meningkatkan
kemampuan memposisikan
instrumen, dan meningkatkan
tingkat kontrol kemampuan
taktil
Kemudahan pengoperasian Semakin mudah mengoperasikan
instrumen semakin baik
Ketajaman Penting menjaga ketajaman instrumen,
karena alat yang tumpul membutuhkan
tekanan yang lebih
Tekstur Knurled handle seperti bentuk diamond
atau pola criss-cross dapat menurunkan
tekanan pinch grip karena
meningkatkan sensasi taktil
Cara Memegang Instrumen
Cara memegang instrumen tangan atau instrumen rotatori adalah modified
pen grasp. Cara alat dipegang adalah dengan menggunakan jari tengah, jari
telunjuk, dan ibu jari. Jari telunjuk dan ibu jari berada berdekatan dengan
gagang alat pada sisi yang berseberangan, sedangkan jari tengah berada di
atas leher alat. Jari telunjuk ditekuk pada ruas kedua dan berada di atas jari
tengah pada sisi yang sama dari alat. Ibu jari ditempatkan di antara
telunjuk dan jari tengah pada sisi yang berseberangan. Dengan posisi
ketiga jari yang demikian didapatkan efek tripod yang akan mencegah
terputarnya alat secara tak terkontrol pada waktu tekanan dilepaskan
sewaktu instrumentasi. Selain itu, keuntungan dari cara pemegangan
instrumen ini adalah dimungkinkan sensasi taktil oleh jari tengah yang
diletakkan di atas leher alat.
Tumpuan dan Sandaran Jari
Tumpuan dan sandaran jari adalah menunjukkan penempatan jari manis
dari tangan yang memegang alat baik secara intra-oral atau ekstra oral
untuk dapat mengkontrol kerja alat dengan lebih baik. sandaran jari
digunakan untuk memperbesarkan aksi instrumen dan dengan
memperbesarkan instrumen akan menjadi pengungkit. Dengan cara
demikian, aplikasi tekanan akan bertambah baik dan stabilisasi alat
semakin terjamin. Pergelangan tangan dan lengan operator berperan
sebagai tuas yang merupakan suatu kesatuan dengan tumpuan. Sandaran
jari bisa intra oral atau ekstra oral. Sandaran intra oral berupa:
1. Konvensional. Jari manis bersandar pada permukaan gigi tetangga
dari gigi yang diinstrumentasi. Cara ini paling sering digunakan.
2. Berseberangan. Jari manis bersandar pada permukaan gigi yang
berseberangan pada lengkung rahang yang sama.
3. Berlawanan. Jari manis bersandar pada permukaan gigi di lengkung
rahang yang berlawanan.
4. Jari di atas jari. Jari manis bersandar di atas telunjuk ibu jari tangan
yang tidak bekerja.
Gerak Pergelangan Tangan dan Lengan
Pada waktu instrumentasi, pergelangan tangan dan lengan bawah harus
menyatu dengan alat dan tumpun supaya pekerjaan dapat dilakukan secara
efisien. Gerakan pergelangan tangan dan lengan haruslah mulus dan
efisien. kadang-kadang pergelangan tangan terpaksa ditekukkan, namun
otot-otot telapak tangan dan lengan bawah meregang dan bergerak sebagai
satu unit. Instrumentasi dengan menekukkan pergelangan tangan atau
dengan gerak jari ke atas dan ke bawah akan menyebabkan cepat lelah dan
instrumentasi tidak efektif. Selain itu, instrumentasi dengan menekukkan
pergelangan tangan atau gerak jari saja akan menyebabkan Sindrom
Karpal Tunnel dan inflamasi pada ligamen dan saraf pergelangan tangan.
B. Tata Ruang
Prinsip Ergonomis dalam Mengorganisasi Ruang :
1. Kenyamanan, peralatan yang paling sering digunakan adalah ditempat
yang paling nyaman untuk operator.
2. Posisi, duduk untuk akses ke pasien tanpa penyimpangan postur, seperti
membungkuk, rotasi dan mencondongkan.
3. Frekuensi, operasi yang paling sering / prosedur dilakukan secara
bersamaan ditempatkan sedekat mungkin.
Tata Letak Penempatan Alat
Ruang Periksa adalah ruang utama dalam praktek dokter gigi, tata letak
peralatan dalam ruangan ini berorientasi memberi kemudahan dan
kenyamanan bagi dokter gigi, perawat gigi, berserta pasiennya ketika
proses perawatan dilakukan. Ukuran minimal ruang perawatan untuk satu
Dental Unit adalah 2,5 X 3,5 meter, dalam ruangan ini dapat dimasukan
satu buah Dental Unit, Mobile Cabinet, serta dua buah Dental Stool. Unsur
penunjang lain dapat turut dimasukan seperti audio-video atau televisi
untuk hiburan pasien yang sedang dirawat.
Perhatian pertama dalam mendesain penempatan peralatan adalah terhadap
Dental Unit. Alat ini bukan kursi statis tetapi dapat direbahkan dan dinaik-
turunkan. Pada saat posisi rebah panjang Dental Unit adalah sekitar 1,8-2
meter. Di belakang Dental Unit diperlukan ruang sebesar satu meter untuk
Operator’s Zone dan Static Zone, oleh karena itu jarak ideal antara ujung
bawah Dental Unit dengan dinding belakang atau Dental Cabinet yang
diletakkan di belakang adalah 3 meter; sementara jarak antara ujung
bawah Dental Unit dengan dinding depan minimal 0,5 meter. Dental Unit
umumnya memiliki lebar 0,9 meter, bila Tray dalam kondisi terbuka
keluar maka lebar keseluruhan umumnya 1,5 meter. Jarak dari tiap sisi
minimal 0,8 meter untuk pergerakan di Operator’s Zone dan Asistant’s
Zone. Mobile Cabinet sebagai tempat menyimpan bahan dan alat yang
akan digunakan pada saat perawatan diletakan di Static Zone. Zona ini
tidak akan terlihat oleh pasien dan terletak dianatara Operator’s Zone dan
Assistant Zone sehingga baik doktergigi maupun perawat gigi akan dengan
mudah mengambil bahan maupun alat yang diperlukan dalam perawatan.
Alat besar terakhir yang berada di Ruang Perawatan adalah Dental
Cabinet sebagai tempat penyimpanan utama bahan maupun alat
kedokteran gigi. Umumnya berbentuk bufet setengah badan seperti
Kitchen Cabinet dengan ketebalan 0,6-0,8 meter. Bila hanya satu sisi,
lemari ini ditempatkan di Static Zone, sedangkan bila berbentuk L,
ditempatkan di Static Zone dan Assistant’s Zone. Keberadaan Dental
Cabinet akan menambah luas ruangan yang diperlukan untuk
menempatkannya.
Ruang dan Bangunan
a. Bangunan kuat, terpelihara, bersih, dan tidak memungkinkan terjadinya
gangguan kesehatan dan kecelakaan.
b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin,
dan bersih.
c. Setiap orang mendapatkan ruang udara minimal 10 m3 / karyawan.
d. Dinding bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang selalu
terkena percikan air terbuat dari bahan yang kedap air.
e. Langit-langit kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 2,50 m
dari lantai.
f. Atap kuat dan tidak bocor.
g. Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya
minimal 1/6 kali luas lantai.
Syarat Tata Ruang Dental Office :
1. Temperatur
• Temperatur ideal ruang receptionis sebaiknya 72° F
• Temperatur ideal untuk ruang klinisi lebih rendah yaitu 68°F sampai
70°F karena ruang tersebut tertutup dan memiliki penerangan yang
hangat
• Pergantian udara sebaiknya konstan
2. Pencahayaan
• Pada ruangan reseptionis pencahayaan yang lebih dekoratif dipilih,
misalnya meja, floor lamps yang cukup untuk membaca
• Ruang bisnis, laboratorium dan ruang sterilisasi sebaiknya
menggunakan fluorescent lighting yang memilki radiasi yang sedikit
panas
• Pencahayaan tambahan dibutuhkan di ruang klinisi untuk prosedur
dan di laboratorium
3. Wall dan floor covering
• Penggunaan warna yang menenangkan, relaks, dan tidak terkesan
terlalu ramai
• Wall covering termasuk cat wallpaper atau keduanya
• Pemilihan floor covering dengan karpet yang tahan lama cocok untuk
ruang reseptionis, administrative dan dentist’s private office
• Material untuk control infeksi seperti vinyl cocok untuk ruang
sterilisasi
4. Traffic control
• Perabot ruangan sebaiknya ditata sedemikian rupa sehingga ketika
pasien masuk ke dalam klinik akan menimbulkan kesan yang nyaman
• Ruangan yang trepisah sebaiknya disediakan untuk pasien yang akan
check in dan check out
• Di bagian belakang klinik sebaiknya didesain untuk kemudahan
masuknya dan keluarnya dental team tanpa timbul kekacauan
5. Sound control
• Ruang praktik sebaiknya meminimalkan suara dari ruang yang satu
dengan yang lain
• Musik sebaiknya diputar untuk mengalihkan perhatian
6. Privacy
• Ruang khusus membutuhkan privasi
• Ruang administrative sebaiknya didesain dengan privasi yang baik
khususnyua jika pasien akan mendiskusikan masalah keuangan
dengan staff bisnis
7. Ruangan
• Pada dental office sebaiknya memillih ruangan: reception area,
sterilization area, administrative area, clinical treatment area, the
dentist’s private office, dental laboratory
C. Posisi
Posisi Kerja
Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri. Berdiri dengan
posisi yang benar, dengan tulang punggung yang lurus dan bobot badan
terbagi rata pada kedua kaki. Pada posisi berdiri dengan pekerjaan ringan,
tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm dibawah siku. Agar tinggi
optimum ini dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi siku yaitu jarak
vertikal dari lantai ke siku dengan keadaan lengan bawah mendatar dan
lengan atas vertikal. Posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal
dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki dan sebaiknya
berdiri tidak lebih dari 6 jam.
Posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi
stabil selama bekerja. Beberapa persyaratan posisi duduk/bekerja dengan
duduk adalah:
- Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya.
- Tidak menimbulkan gangguan psikologis.
- Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan.
Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau berdiri
secara bergantian. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan.
Seandainya hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar
beban statik diperkecil. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa,
sehingga tidak membebani, melainkan dapat memberikan relaksasi pada
otot-otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan
penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha,
mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas.
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam sikap kerja duduk dan berdiri
secara dinamis adalah sebagai berikut :
 Sikap kerja berdiri diupayakan posisi badan tegak, pusat beban tubuh
(central of gravity) dalam membawa beban/benda tidak membuat
badan bungkuk, posisi tangan membawa benda tidak lebih dari 90o
pada beban yang berat.
 Sikap kerja duduk pada kursi, diupayakan posisi tulang belakang
tegak, kursi kerja sesuai dengan antropometri. Tinggi dan kedalaman
kursi yang dipergunakan adalah sesuai dengan antropometri pemakai.
Tinggi kursi seuai dengan tinggi poplitea pada persentil 50.
Kedalaman kursi disesuaikan dengan persentil 50 dari jarak pantat
poplitea. Lebar kursi disesuaikan dengan persentil 50 dari lebar
pantat. Tinggi meja kerja sesuai dengan tinggi siku posisi duduk.
Posisi tangan tidak lebih dari 90o terhadap lengan berada di atas objek
kerja.
 Kursi objek (pasien) bisa atur atau dinaik turunkan sesuai dengan
kebutuhan dokter gigi, sehingga dokter gigi melakukan kerja dengan
posisi yang nyaman sesuai dengan kaidah ergonomi.
Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya.
Salah satu faktor pembatas kinerja tenaga kerja adalah tiadanya keserasian
ukuran, bentuk sarana dan prasarana kerja terhadap tenaga kerja. Guna
mengatasi keadaan tersebut diperlukan data antropometri tenaga kerja
sebagai acuan dasar disain sarana dan prasarana kerja sehingga para
pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran antropometrinya. Antropometri sebagai
salah satu disiplin ilmu yang digunakan dalam ergonomi memegang
peranan utama dalam rancang bangun sarana dan prasarana kerja.
Hal-hal yang berkaitan dengan antropometri :
a. Sikap tubuh yang baik
Sikap tubuh yang baik dalam melakukan suatu aktivitas diantaranya tidak
membungkuk, tidak jongkok, tidak memutar tubuh, tinggi tempat kerja
antara tinggi pusat dan tinggi siku, tidak meraih objek atau benda yang
melebihi tinggi bahu, dan letak objek sesuai dengan jangkauan lapangan
pandang mata (30-60° dari masing-masing mata).
Sikap tubuh dalam bekerja secara ergonomis adalah sebagai berikut :
- Cegah inklinasi kedepan pada leher dan kepala
- Cegah inklinasi kedepan pada tubuh
- Cegah penggunaan anggota gerak bagian atas, dalam keadaan
terangkat
- Cegah pemutaran badan dalam sikap asimetris (terpilin/twisting)
- Sendi hendaknya dalam range 1/3 dari gerakan maximum
- Sediakan sandaran punggung & pinggang (waist) pada semua tempat
duduk
b. Gerakan kerja otot
Gerakan kerja otot meliputi kerja otot yang dinamis dan statis. Kerja otot
yang dinamis merupakan pergantian antara kontraksi dan relaksasi otot
secara ritmis. Yang perlu diperhatikan pada gerakan kerja otot dinamis
adalah frekuensi pernapasan, denyut jantung dan tekanan darah meningkat,
sedangkan aliran darah dan oksigen ke otot yang aktif meningkat dan ke
otot yang inaktif berkurang. Adapun kerja otot statis adalah kerja otot
dimana kontraksi otot terjadi untuk waktu yang lama, biasanya untuk
mempertahankan posisi tubuh tertentu. Pada kerja otot statis biasanya
konsumsi energi lebih rendah, frekuensi jantung lebih rendah, sehingga
waktu istirahat yang diperlukan lebih pendek.
c. Beban kerja
Untuk mengangkat dan memindahkan objek harus diperhatikan beberapa
hal seperti berat beban maksimum, pengangkatan/pemindahan barang
secara berulang, dan gerakan-gerakan yang berulang. Diperlukan
pengembangan ototmatisasi pada bidang pekerjaan dengan gerakan yang
berulang sehingga dapat mencegah cedera atau penyakit neuromuskuler.
Penerapan Prinsip Ergonomis di Ruang Lingkup Kesehatan
a. Shift Kerja
Shift kerja harus memperhatikan durasi kerja yang sesuai dengan
peraturan yaitu 40 jam per minggu, sehingga shift kerja yang disarankan
sebaiknya yang 3 shift dengan masing-masing shift 8 jam kerja selama 5
hari kerja per minggu atau sesuai peraturan yang ada.
b. Durasi Kerja
Durasi kerja untuk setiap karyawan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan antara lain:
1) 7 (tujuh) jam 1 (hari) dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam 1 (hari)
dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu.
2) Jika terdapat kerja lembur harus mendapat persetujuan sumber daya
manusia yang bersangkutan dengan ketentuan waktu kerja lembur
paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam
dalam 1 (satu) minggu. Aktivitas rutin setiap 2 jam kerja sebaiknya
diselingi peregangan.
c. Tata Letak Ruang Kerja
Setiap ruang kerja harus dibuat dan diatur sedemikian rupa,
sehingga tiap sumber daya manusia yang bekerja dalam ruangan itu
mendapat ruang udara yang minimal 10 m3 dan sebaiknya 15m3.
Tata letak ruang kerja di Fasyankes harus memperhatikan house
keeping yang baik, diantaranya:
1) Pelaksanaan Pemeliharaan dan Perawatan Ruang Kerja
Lantai bebas dari bahan licin, cekungan, miring, dan berlubang
yang menyebabkan kecelakan dan cidera pada SDM Fasyankes.
2) Desain Alat dan Tempat Kerja
a. Penyusunan dan penempatan lemari peralatan dan material kerja
tidak mengganggu aktifitas lalu lalang pergerakan SDM
Fasyankes.
b. Penyusunan dan pengisian lemari peralatan dan material kerja yang
berat berada di bagian bawah. Dalam pengelolaan benda tajam,
sedapat mungkin bebas dari benda tajam, serta siku-siku lemari
peralatan dan material kerja maupun benda lainnya yang
menyebabkan SDM Fasyankes cidera.
3) Pengelolaan Listrik dan Sumber Api
Dalam pengelolaan listrik dan sumber api, terbebas dari penyebab
elektrikal syok. Prosedur kerja yang aman di ruang kerja Fasyankes
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Dilarang berlari di ruang kerja.
b) Semua yang berjalan di lorong ruang kerja dan di tangga diatur
berada sebelah kiri.
c) Sumber daya manusia yang membawa tumpukan barang yang
cukup tinggi atau berat harus menggunakan troli dan tidak boleh
naik melalui tangga tapi menggunakan lift barang bila tersedia.
d) Tangga tidak boleh menjadi area untuk menyimpan barang,
berkumpul, dan segala aktivitas yang dapat menghambat lalu
lalang.
e) Bahaya jatuh dapat dicegah melalui kerumahtanggaan
Fasyankes yang baik, cairan tumpah harus segera dibersihkan
dan potongan benda yang terlepas dan pecahan kaca harus
segera diambil.
f) Bahaya tersandung dapat diminimalkan dengan segera
mengganti ubin rusak dan karpet usang.
g) Menggunakan listrik dengan aman.
(PMK no.52 Tahun 2018)

3. Mahasiswa Mampu Mengetahui Konsep Musculoskeletal disorders


(MSDs)

Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal disorders) adalah suatu


kumpulan gangguan atau cedera yang mengenai sistem muskuloskeletal. Biasanya
dikaitkan dengan pekerjaan seseorang yang disertai adanya rasa tidak nyaman
pada tangan, lengan, bahu, leher dan tulang punggung akibat posisi saat bekerja
dengan postur tubuh yang tetap selama bekerja. Secara umum jenis pekerjaan
dokter gigi ditandai dengan adanya posisi tubuh yang statis dan kaku dalam
melakukan perawatan terhadap pasien, yang terjadi berulang-ulang dan dalam
jangka waktu yang lama. Salah satu penyebab sindroma muskuloskeletal pada
dokter gigi dikarenakan dokter gigi hanya memperhatikan kenyamanan bagi
pasien yang dirawat, tapi kurang memperhatikan kenyamanan bagi diri mereka
sendiri saat merawat pasiennya. Bila seseorang duduk agak lama, maka posisi ini
akan menekan discus spinalis, mengurangi cairan di sendi dan menurunkan aliran
darah dan nutrisi ke discus spinalis. Perubahan ini menyebabkan kerusakan pada
jaringan lunak, dan bilamana berlangsung lama maka dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan muskuloskeletal.
Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal disorders) adalah
penyakit yang menimbulkan rasa nyeri berkepanjangan. Seseorang yang
menderita gangguan muskuloskeletal merasakan keluhan mulai dari yang
ringan sampai berat jika otot menerima beban statis secara berulang dan
dalam kurun waktu yang lama. Timbulnya gangguan muskuloskeletal ini
terkait dengan kondisi lingkungan kerja dan cara kerja mendukung
sehingga dengan kondisi seperti ini dapat menyebabkan kerusakan pada
otot, syaraf, tendon, persendian, kartilago, dan diskus vertebralis
(Andyasari & Anorital, 2012).
Di antara praktisi kesehatan yang rentan dalam menghadapi adanya
ancaman gangguan muskuloskeletal adalah dokter gigi. Secara umum jenis
pekerjaan dokter gigi ditandai dengan adanya posisi tubuh yang statis dan
kaku dalam melakukan perawatan terhadap pasien. Pasien yang dirawat di
atas kursi gigi menyebabkan seorang dokter gigi harus duduk atau berdiri
membungkuk dalam waktu lama. Posisi tubuh seperti ini menyebabkan
dokter gigi yang berpraktik sering mengalami rasa sakit atau rasa tidak
nyaman di daerah leher, bahu dan tulang punggung sehingga dapat
mengakibatkan antara lain gangguan muskuloskeletal yang berupa nyeri
punggung bagian bawah (lower back pain) (Andyasari & Anorital, 2012).
Tanda-tanda adanya gangguan muskuloskeletal adalah rasa sakit
pada daerah leher, bahu dan punggung, kesemutan pada lengan dan jari-
jari, kekejangan otot, kaku otot, dan rasa pegal sekitar daerah punggung
dan bahu (Andyasari & Anorital, 2012).

Faktor risiko terjadinya Musculosceletal Disorders meliputi :


1. Adanya pengulangan gerakan yang terus menerus
2. Kekuatan yang berlebihan sehingga menyebabkan kelelahan otot dan
menimbulkan rasa nyeri
3. Tekanan mekanis yang disebabkan oleh cedera akibat benda tajam,
peralatan atau instrumen
4. Sikap kerja selama melakukan pekerjaan
5. Getaran akibat penggunaan peralatan dengan frekuensi getar di atas
5.000 Hz
6. Suhu udara yang tidak nyaman
7. Tekanan yang disebabkan oleh keadaan luar.
8. Penyakit tertentu
9. Aktivitas lainnya di luar pekerjaan.
10. Usia
- Pada umumnya keluhan MSDs mulai dirasakan pada usia 30 tahun
dan semakin meningkat pada usia 40 tahun keatas, pada usia 35
tahun kebanyakan orang memiliki episode pertama merasakan
keluhan kembali (Devi, dkk., 2017).
- Bertambahnya usia diikuti dengan adanya penurunan kapasitas
kerja yang ditandai dengan kelelahan fisik karena terjadinya
kelemahan otot. Adanya gangguan tersebut dikarenakan otot
membutuhkan oksigen dan suplai darah untuk metabolisme dan
kontraksi (Devi, dkk., 2017).
11. Jenis Kelamin
- Perbandingan risiko terjadi MSDs antara pria dan wanita yaitu 1:3.
Hal tersebut dikarenakan secara fisiologis, kemampuan otot wanita
lebih lemah daripada pria (Bukhori, 2010).
12. Masa kerja
- Musculoskeletal Disorders (MSDs) merupakan penyakit yang
bersifat kronis yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
berkembang dan menimbulkan sakit. Dengan demikian, masa kerja
dengan waktu yang lama dan terus menerus memiliki risiko lebih
tinggi terjadi MSDs (Devi, dkk., 2017).
13. Kebiasaan merokok
- Perokok aktif dan aktif berisiko mengalami MSDs. Asap rokok
akan mengikat oksigen yang dibutuhkan oleh sel otot. Apabila otot
tidak menerima oksigen yang cukup, maka terjadi penurunan
energi tubuh. Asam piruvat akan diubah menjadi asam laktat,
sehingga dapat menimbulkan kelelahan otot dan rasa nyeri (Devi,
dkk., 2017).
14. Indeks Massa Tubuh (IMT)
- Tingkat risiko mengalami MSDs lebih tinggi pada IMT diatas
normal rata-rata. Apabila mengalami kegemukan dapat memiliki
risiko 2x lipat, khususnya pada otot kaki (Bukhori, 2010).
15. Tingkat Risiko Ergonomi
- Posisi kerja tidak alamiah menimbulkan gerakan yang tidak
seharusnya, sehingga banyak mengeluarkan energi. Energi yang
banyak digunakan akan menyebabkan transfer otot ke jaringan
tidak efisien, maka menimbulkan kelelahan otot (Devi, dkk., 2017).
Mekanisme yang mengarah pada terjadinya muskuloskeletal disorder di
bidang kedokteran gigi
1. Prolonged Static Posture (PSPs)
merupakan suatu postur yang statik. Dimana ketika seseorang berada pada
postur statik untuk jangka waktu yang lumayan lama makan akan
mengakibatkan adanya suatu luka hingga mengarah pada muskuloskeletal
disorder.
2. Iskemik otot/nekrosis dan ketidakseimbangan
merupakan suatu keadaan ketika operator melakukan perawatan maka
postur dari operator bisa pada keadaan tidak netral. Dimana pengertian
dari posisi netral ini merupakan suatu keadaan dimana posisi tersebut
merupakan posisi yang pas dan tidak menimbulkan suatu kelainan pada
operator dan memaksimalkan hasil kerja. Akibat dari postur yang tidak
netral ini yaitu otot menjadi tertekan  iskemik  rasa sakit akibat gaya
yang asimetris.
3. Hypomobile Joints
merupakan keadaan saat PSPs atau saat terjadi kontraksi pada sendi
sehingga produksi dari aliran synovial yang berfungsi memelihara sendi
menjadi berkurang dan akhirnya sendi akan kaku.
4. Degenerasi Spinal Disk
merupakan suatu keadaan saat posisi duduk yang tidak nyaman, terjadi
tekanan pada spinal disk yang meningkat. Selama fleksi dan rotasi, posisi
yang sering terjadi pada operator , tekanan yang meningkat dan membuat
struktur muskuloskeletal mudah diserang penyakit.
Berikut merupakan kondisi postur yang bisa mengakibatkan
muskuloskeletal disorder :

Berikut merupakan kondisi postur yang benar :

Berikut merupakan variasi beberapa postur yang biasanya terjadi saat


operator memeriksa pasiennya :
Untuk 3 posisi tersebut yang paling beresiko kepada muskuloskeletal
disorder yaitu “field study posture”. Hal ini dikarenakan kondisi lengan yang
terangkat dan tidak ada tumpuan sehingga cepat terjadi kelahan. Akan tetapi
posisi ini dilakukan untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik dalam
pemeriksaan pasien.
Usaha Preventif dalam menghadapi muskuloskeletal disorder pada praktisi
di bidang kedokteran gigi yaitu :
 Teknik Kesiagaan Postural :
1) Memelihara kurva tulang belakang
2) Menggunakan alat bantu perbesaran atau loop
3) Mengatur kursi operator
 Strategi posisi
1) Hindari postur statis
2) Selang-seling antar duduk dan berdiri
3) Reposisi kaki
4) Posisikan pasien pada ketinggian yang pas
 Istirahat secara periodik
1) Ubah arah kursi
2) Lepaskan Trigger point
Pencegahan Muskuloskeletal Disorder:
- Gunakan kursi dental dengan sistem ergonomik atau kursi dental selalu
diatur dengan posisi yang mendukung postur yang tepat.
- Usahakan agar posisi dokter gigi lebih dekat dengan pasien. Hindari
postur yang membungkuk yang menyebabkan rasa sakit pada
punggung dan leher.
- Hindari kecenderungan dokter gigi untuk menyesuaikan posisi
terhadap pasien, namun usahakan pasien didudukkan sesuai dengan
posisi yang benar bagi dokter gigi.
- Hindari mengangkat siku atau lengan terlalu tinggi untuk mencegah
otot terlalu tegang.
- Siapkan waktu untuk memposisikan pasien pada posisi horisontal
(terlentang) dengan sudut yang benar, pada saat melakukan perawatan
untuk gigi rahang atas, sedangkan posisi pasien setengah horisontal
untuk perawatan gigi rahang bawah.
- Gunakan bantal di bawah leher pasien untuk mempertahankan posisi
kepala yang benar selama melakukan perawatan gigi pada rahang atas.
- Lakukan latihan yoga, meditasi, senam ringan, relaksasi otot dengan
pengurutan, mandi uap setelah melakukan kegiatan yang sangat
menegangkan otot.
- Senantiasa melakukan perubahan posisi, agar tidak hanya dalam posisi
menetap, kaku dan hindari postur yang menetap dalam jangka waktu
lama.
- Gunakan sarung tangan yang cocok, jangan terlalu cekat dan jangan
juga longgar, karena dapat mengakibatkan carpal tunnel syndrome
(CTS).
- Gunakan dental-loupe untuk membantu penglihatan agar tidak terjadi
kelelahan pada mata.
- Bilamana menerapkan four-handed dentistry dalam praktik, maka
lakukan dengan konsep yang benar, agar lebih efisien dan bermanfaat.
- Sebaiknya dokter gigi menggunakan semacam korset (lumbosacral
support) yang berfungsi sebagai penyangga tulang belakang sewaktu
merawat pasien.
- Ada jeda waktu antara satu pasien dengan pasien lainnya agar dapat
mengistirahatkan otot.
(Andyasari & Anorital, 2012):
4. Mahasiswa Mampu Mengetahui Konsep Four Handed Dentistry

Four-handed dentistry merupakan desain praktik kedokteran dimana dokter


gigi dan asisten bekerja sebagai tim untuk melakukan suatu perawatan yang telah
direncanakan pada pasien dengan tujuan untuk menguntungkan pasien (Singh
dkk., 2014). Sedangkan menurut Betty Ladley Finkbeiner, Four-handed dentistry
merupakan metodologi dari kerja tim praktisi yang terdiri dari dokter gigi dan
asisten, dengan lingkungan yang ergonomis untuk meningkatkan produktivitas
dari tim dental, dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien dengan
melindungi physical well-being dari tim. Koordinasi tersebut tidak hanya sekedar
memindahkan instrumen dari satu orang ke orang lainnya secara “cepat”, namun
prinsipnya four-handed dentistry adalah work smarter, not harder (Finkbeiner,
2010).

Prinsip Four-Handed Dentistry


Terdapat 4 Prinsip umum dari konsep Four-Handed Dentistry, antara
lain (Singh dkk., 2014):
 Melakukan pengerjaan dalam posisi duduk
 Pemanfaatan (utilization) yang tepat dari kemampuan tenaga
tambahan
 Pengorganisasian yang tepat dari bagian-bagian yang berbeda dalam
praktik
 Menyederhanakan (simplifying) pekerjaan yang direncanakan

Four-handed dentistry tidak akan berjalan jika asisten tidak menguasai


kemampuan untuk transfer instrument. Oleh karena itu terdapat beberapa Kriteria
yang menggambarkan suatu kondisi dimana efisiensi dapat dicapai. Kriteria
tersebut meliputi (Finkbeiner, 2010):
a. Seluruh peralatan harus di desain secara ergonomi untuk
meminimalisasi pergerakan yang tidak perlu
b. Tim dokter/praktisi dan pasien duduk dengan nyaman pada kursi yang
di desain secara ergonomis
c. Menggunakan penataan yang rapi pada tray
d. Dokter gigi memberikan tanggung jawab tugas secara resmi kepada
asisten yang qualified berdasarkan aturan yang telah ditetapkan
e. Perawatan pasien direncanakan dengan urutan yang logis
Beberapa prinsip yang dianjurkan untuk menerapkan konsep four-handed
dentistry agar dapat memberi manfaat yang lebih baik yaitu :
a. Dokter gigi diharapkan melatih asisten sehingga tidak perlu melakukan
pergerakan yang tidak efisien. Misalnya mengambil forcep atau alat
pencabutan gigi di daerah yang jauh dari jangkauannya.
b. Asisten yang membantu dokter gigi harus mempunyai pengetahuan dan
keterampilan dalam menangani peralatan. Terlatih untuk mengikuti setiap
prosedur perawatan yang dilakukan dokter gigi.
c. Asisten harus lebih sering menangani peralatan misalnya saliva ejector,
suction pump, handpiece dan bor, sehingga dokter gigi tidak perlu
melakukannya sendiri. Idealnya penanganan peralatan yang dilakukan
asisten adalah 80 – 90% dari waktu kerja, sehingga dokter gigi hanya
berkonsentrasi pada perawatan pasien.
d. Letak peralatan yang harus ditangani asisten lebih banyak berada pada sisi
asisten untuk memudahkan pemindahan alat ke dokter gigi. Posisi alat
harus berada di depan asisten dan jangan di samping asisten, agar tidak
perlu melakukan pergerakan tubuh memutar.
e. Asisten juga harus berada di daerah yang bebas agar mudah memindahkan
alat tanpa melewati dada pasien. Alat yang dipindahkan sebaiknya
melewati batas dagu pasien.
f. Bidang perawatan (operatory-field) dibentuk sedemikian rupa sehingga
terdapat ruang bebas, baik bagi asisten, dokter gigi dan pasien. Kondisi
seperti ini menyebabkan pasien tidak merasa terkurung oleh dokter gigi
maupun asisten. Biasanya ruangan dibagi atas empat daerah aktivitas,
yaitu daerah operator, daerah asisten, daerah untuk memindahkan alat, dan
daerah statik.
Tujuan
 Untuk mendapatkan hasil yang optimal pada pekerjaan dokter gigi. hal ini
dapat dicapai dengan mengusai pengetahuan dan teknik kerja.
 Menghemat waktu. Dengan menguasai urutan kerja dan prosedur, dokter
gigi dapat berkerja secara efisien dan cepat tanpa ragu-ragu dan ini dapat
menghematkan waktu dalam perawatan.
 Untuk bekerja secara efisien. Efisiensi kerja dapat ditingkatkan dengan
cara meletakkan peralatan dan bahan disusun secara berurutan dengan
tahap prosedur kerja yang dilakukan.
 Supaya dokter gigi dapat bekerja dengan nyaman. Hal ini dapat dicapai
dengan cara meletakkan dental chair, meja peralata, lampu serta posisi
operator dan asistennya.
 Untuk mendapatkan kepercayaan dari pasien. kerja yang efisien dan
kenyamanan pasien akan memberikan rasa kepercayaan pasien kepada
dokter gigi dan membina hubungan yang positif antara pasien dengan
dokter gigi.
Sistem Kerja
Seiring dengan makin kompleksnya pelayanan kedokteran gigi,
profesi di bidang ini turut ikut berkembang. Bila dahulu cukup hanya
dokter gigi saja yang memberikan pelayanan, kini di negara-negara maju
seperti Amerika Serikat, pelayanan diberikan oleh sebuah tim yang terdiri
dari Dentist, Dental Hygienist, Dental Assistant, dan Dental Technician.
Dentist adalah dokter gigi yang memberikan pelayanan kedokteran gigi.
Dental Hygienist bertugas mengisi Rekam Medis, serta melakukan
tindakan Preventive Dentistry seperti membersihkan karang gigi secara
mandiri. Dental Assistant bertugas sebagai asisten yang membantu dokter
gigi mengambil alat, menyiapkan bahan, mengontrol saliva,
membersihkan mulut, serta mengatur cahaya lampu selama suatu prosedur
perawatan sedang dilakukan. Dental Technician berkerja di laboratorium,
membuat protesa dan alat bantu yang akan dipasang di mulut pasien.
Di Indonesia kondisinya sedikit berbeda, hanya dikenal 2 profesi
kesehatan gigi diluar dokter gigi yaitu perawat gigi dan tekniker gigi.
Perawat gigi bertugas seperti Dental Assistant dan Dental Hygienist,
sedangkan tekniker gigi bertugas sama seperti Dental Technician. Pada
saat suatu pelayanan kedokteran gigi dilakukan hanya akan ada 2 orang
yang berada disekitar pasien yaitu dokter gigi dan perawat gigi. Tugas
kedua orang ini berbeda namun saling mendukung, ini kemudian
melahirkan istilah Four Handed Dentistry. Konsep Four Handed Dentistry
telah diadopsi oleh para produser pembuatan dental unit, sehingga saat ini
seluruh dental unit yang dibuat selalu dilengkapi dengan sisi Dental
Asistant disebelah kiri pasien. Oleh karena itulah konsep Four Handed
Dentistry menjadi dasar dalam desain tata letak penempatan alat
kedokteran gigi.
Konsep Kerja
Konsep Four Handed Dentistry dikenal dengan konsep pembagian
zona kerja disekitar dental unit yang disebut Clock Concept. Bila pasien
dijadikan pusat, letak bagian belakang kepala tepat pada jam 12. Pada
clock consept ini dibagi menjadi 4 zona dimana arah jam 11 sampai jam 2
disebut Static Zone, arah jam 2 sampai jam 4 disebut Assisten’s Zone, arah
jam 4 sampai jam 8 disebut Transfer Zone, kemudian dari arah jam 8
sampai jam 11 disebut Operator’s Zone sebagai tempat pergerakan dokter
gigi.
Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan dokter gigi maupun
perawat gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan
meja instrumen bergerak (mobile cabinet) yang berisi instrumen tangan
serta peralatan yang dapat membuat takut pasien. Assistant’s Zone adalah
zona tempat pergerakan perawat gigi, pada dental unit di sisi ini
dilengkapi dengan semprotan air/angin dan penghisap ludah, serta light
cure unit pada dental unit yang lengkap. Transfer Zone adalah daerah
tempat alat dan bahan dipertukarkan antara tangan dokter gigi dan tangan
perawat gigi. Sedangkan Operator’s Zone sebagai tempat pergerakan
dokter gigi.
Posisi Operator dan Pasien
Posisi pasien mempengaruhi kemampuan operator untuk bekerja secara
nyaman dan efisien. untuk instrumentasi, kursi dental ditidurkan agar
pasien bersandar pada posisi telantang dengan kepala terdukung. Kursi
diatur sehingga pasien hampir sejajar dengan lantai dan punggung kursi
sedikit dinaikkan. Kepala pasien harus berada dekat puncak sandaran
kursi. Posisi pasien pada perawatan kwandran kiri dan kanan rahang atas
harus sehorizontal mungkin. Manakala perawatan pada kwandran kiri
rahang bawah, pasien harus berbaring di krusi dengan posisi sandaran
krusi 30˚ dari bidang horizontal. Untuk kwandran rahang bawah, pasien
harus berbaring dengan sudut 40˚ dari bidang horizontal.
Posisi operator bervariasi tergantung pada sisi mana instrumentasi
dilakukan. Posisi operator dikaitakan dengan arah jarum jam. Posisi pukul
8 – 12 adalah posisi bagi operator normal, sedangkan posisi pukul 12 – 4
adalah posisi bagi operator kidal. Tabel di bawah menunjukkan posisi
operator yang bukan kidal pada waktu melakukan perawatan pada pasien.
Rahang Sisi Posisi
Maksila Labial anterior 8.00 – 9.00 atau 11.00 – 12.00
Palatal anterior 8.00 – 9.00 atau 11.00 – 12.00
Bukal kanan 9.00
Palatal kanan 9.00 – 11.00
Bukal kiri 9.00 – 11.00
Palatal kiri 9.00
Mandibula Labial anterior 8.00 – 9.00
Lingual anterior 11.00 – 12.00
Bukal kanan 8.00 – 9.00
Lingual kanan 9.00 – 11.00
Bukal kiri 9.00 – 11.00
Lingual kiri 8.00 – 9.00
Daftar Pustaka

Andayasari, L. and Anorital, A., 2012. Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktik


Dokter Gigi Dan Upaya Pencegahannya. Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.

Anonim. Ergonomi. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI Design by


Feel Papers. www.designbyfeel.com. Diakses 4 Juli 2006.

Bukhori, E. 2010. Hubungan Faktor Risiko Pekerjaan dengan Terjadinya


Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Tukang Angkut Beban Penambang
Emas di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak Tahun 2010. Skripsi.
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat.

Devi, T., Imelda, G, dan Mona, L. 2017. Faktor Risiko Keluhan Musculoskeletal
Disorders (MSDs) pada Aktivitas Pengangkutan Beras di PT Buyung Poetra
Pangan Pegayut Ogan Ilir. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 8(2):125-
134.

Endro, H. Presfektif Baru dalam Desain Tempat Praktek. Dentamedia, Nomor 1


Volume 8. Januari 2004. Hal 4-5.

Finkbeiner B. L. 2010. Continuing Education Four-Handed Dentistry, Part 1 : An


Overview Concept. United States: American Dental Association.

Heizer, J. dan B. Render. Operation Management. Sixth Edition. Upper Saddle


River: Prentice Hall.

Jones. Klinik Gigi Toothfairy, Periksa Gigi di Ruang Biru. 115 Sudut Ruang
Usaha. Jakarta: PT Samindra Utama. Hal 72-75.

Kilpatrick, H. . 1974. Work Simplification in Dental Practice. Philadhelphia: WB


Saunders Company.

Leggar, Smith. 2006. Muculoskeletal Disorders Self-Reported by Dentists in


Queensland, Australia. Queensland: Australian Dental Journal.

Manji I., 1992, Designing Better Dentistry: The Ergonomic Approach. J Can Dent
Assoc; 58(3):172-3.

Martin, Max M et al. 2004. An Introduction to Ergonomics: Risk Factors, MSDs,


Approaches and Interventions. American Dental Association
Maurice. 2005. Musculoskeletal Disorders in Dentistry. Southern University:
Department of Industrial Engineering

Nutalapati. 2009. Ergonomics in Dentistry and the Prevention of Musculoskeletal


Disorders in Dentists. Journal of Occupational Health.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2018 Tentang


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
MenteriKesehatan Republik Indonesia
Roberson. 2002. Sturdevant’s Art & Science of Operative Dentistry 4th ed.
Missouri: Mosby

Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surabaya:


Prestasi Pustaka.

Singh N, Jain A, Sinha N, Chauhan A, Rehman R. 2014. Application of four-


handed dentistry in clinical practice: a review. Int J Dent Med Res.

Tarwaka. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan


Produktivitas. Ed 1, Cet 1. Surakarta. Uniba Press.

Wiradharma, Nyoman. 2012. Praktikum Odontektomi Berorientasi Ergonomi


Meningkatkan Kinerja Praktikan di Jurusan Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati. Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai