Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH STOMATOGNATHI 2

BLOK XI SKENARIO 6

“Ergonomi ”

Disusun Oleh :
1. RENATA AJENG SASRIFAHIRA 10617095
2. RENOLD AJI DHARMA P. 10617096
3. RIA AYU ARROHMAH 10617097
4. RIF ATIR RIZQIYAH 10617098
5. RIKZA RUKMANA RUKSIN 10617099
6. RISTA AYU DEWI NIRWANDA 10617100
7. RIZKA DEWI ALFINA 10617101
8. RIZKI AMELIA SAFITRI 10617102
9. ROMADINI DELAKUSUMA 10617103
10. RYAMIZARD TOAR UMAR 10617104
11. RYAN AGUNG MULYANA 10617105
12. SAYYDATUN NAZIAH 10617106
13. SHABILLA QORIBADHA F. S. 10617107

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat dan

hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Ilmu Kesehatan

Gigi Masyarakat (IKGM) II yang berjudul “Ergonomi”.

Adapun makalah IKGM ini tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak

dalam proses pembuatan makalah ini, sehingga tidak lupa kami mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya yang telah membantu dalam penyelesaian

makalah.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan

makalah ini mulai dari penyusunan maupun materi tersebut. Untuk itu diperlukan

kritik dan saran agar dapat memperbaiki makalah ini lebih baik lagi.

Akhirnya penyusun mengharapkan dari makalah ini agar dapat menambah

wawasan mengenai Ergonomi dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan

ilmu kesehatan gigi masyarakat.

Kediri, Mei 2019


Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat melaksanakan profesi sehari-hari dokter gigi melakukan perawatan

yang memerlukan ketelitian di area perawatan yang relatif kecil, yaitu daerah

mulut, sehingga sering dijumpai dokter gigi yang melakukan pekerjaannya dengan

posisi janggal dalam waktu relatif lama. Terkadang dokter gigi juga hanya

memperhatikan kenyamanan bagi pasien yang dirawat, tapi kurang

memperhatikan kenyamanan bagi diri mereka sendiri dalam merawat pasiennya.

Dokter gigi menganggap bahwa mereka yang harus bergerak menghampiri pasien,

daripada mengatur posisi duduk pasien di atas kursi gigi. Hal tersebut tentu saja

dapat menimbulkan resiko pada kesehatan kerja bagi tubuh dalam aspek ergonomi

(Windi, Rasmidar Samad 2015).

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ergos dan Nomos. Ergos

memiliki arti kerja dan Nomos memiliki arti hukum, jadi pengertian ergonomi

secara garis besar adalah “studi tentang manusia untuk menciptakan sistem kerja

yang lebih sehat, aman, dan nyaman (Arief cahyanto, 2009). Pada dasarnya semua

jenis pekerjaan mempunyai tatacara atau aturan kerja masing masing agar

terhindar dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja.


Menurut pendapat beberapa pakar, ergonomi adalah ilmu tentang kerja,

ergonomi tidak hanya sekedar mencegah gangguan pada otot dan kerangka (work-

related musculoskeletal disorders) tetapi ergonomi juga sangat penting dalam

mencegah penyakit dan kelainan tubuh. Dalam membuat aturan kerja tersebut

ergonomi memperhatikan banyak aspek seperti kajiaan anatomi, fisiologi,

teknologi, psikologis, sosial budaya dan lainnya yang bisa berdampak pada

gangguan kenyamanan kerja, kelelahan, kelainan otot dan kerangka serta penyakit

jabatan. Ergonomi adalah “applied science” yang kajiannya pada ‘designing’ dan

‘arranging’ benda yang digunakan manusia sehingga memungkinkan adanya

interaksi yang efisien dan aman "fitting the job task to the person performing the

job” dan bukan sebaliknya (Tjipto Suwandi,2010).

B. Rumusan Masalah

Apakah dengan adanya Ergonomi dapat mempengaruhi kualitas mutu

Pelayanan Kesehatan?

C. Hipotesis

Dengan adanya Ergonomi dapat mempengaruhi kualitas mutu Pelayanan

Kesehatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ERGONOMI

A. Definisi Ergonomi

adalah ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi mengenai


kemampuan dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja
sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut yang lebih
baik yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui suatu pekerjaan yang
efektif, efisien, aman dan nyaman (Wignjosoebroto S, 2003)

B. Tujuan Ergonomi

Kesejahteraan fisik dan mental meningkat dengan cara mencegah cidera


dan penyakit karena bekerja, beban kerja fisik dan mental menjadi turun,
mengusahana promosi dan kepuasan kerja.

Kesejahteraan sosial menjadi meningkat dengan peningkatan kualitas


kontak sosial dan koordinasi kerja secara tepat, untuk peningkatan jaminan
sosial baik selam kurun waktu usia produktif ataupun setelah tidak produktif.

Terciptanya keseimbangan rasional terhadap aspek teknis, ekonomis, dan


antropologis dari masing-masing sistem kerja yang dilaksanakan sehingga
tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi (Tarwaka ,2004)

C. Ruang lingkup
Spesialisasi bidang ergonomi meliputi : ergonomi fisik, ergonomi
kognitif, ergonomi sosial, ergonomi organisasi, ergonomi lingkungan dan
faktor lain yang sesuai. Evaluasi ergonomi merupakan studi tentang
penerapan ergonomi dalam suatu sistem kerja yang bertujuan untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan penerapan ergonomi, sehingga
didapatkan suatu rancangan keergonomikan yang terbaik

1. ergonomi fisik : berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri,


karakteristik fisiolgi dan biomekanika yang berhubungan dnegan aktifitas
fisik. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi fisik antara lain :postur
kerja, pemindahan material, gerakan berulan-ulang, MSD, tata letak
tempat kerja, keselamatan dan kesehatan.

2. ergonomi kognitif : berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di


dalamnya ; persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi
manusia terhadap pemakaian elemen sistem. Topik-topik yang relevan
dalam ergonomi kognitif antara lain ; beban kerja, pengambilan keputusan,
performance, human-computer interaction, keandalan manusia, dan stres
kerja.

3. ergonomi organisasi : berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik,


termasuk sturktur organisasi, kebijakan dan proses. Topik-topik yang
relevan dalam ergonomi organisasi antara lain ; komunikasi, MSDM,
perancangan kerja, perancangan waktu kerja, timwork, perancangan
partisipasi, komunitas ergonomi, cultur organisasi, organisasi virtual, dll.

4. ergonomi lingkungan : berkaitan dengan pencahayaan, temperatur,


kebisingan, dan getaran. Topik-topik yang relevan dengan ergonomi
lingkungan antara lain ; perancangan ruang kerja, sistem akustik,dll.
E. Prinsip ergonomic

Argonomik dalam praktik kedokteran gigi meliputi bagaimana posisi


tempat duduk dokter gigi dan pasien, bagaimana dokter gigi menggunakan
instrumentasi, bagaimana desain area kerja, pencahayaan, penggunaan sarung
tangan ( gloves) dan bagaimana semua ini berdampak pada kesehatan dokter
gigi untuk memastikan keseimbangan yang tepat antara persyaratan kerja dan
kemampuan dokter gigi.

1. SIKAP KERJA ERGONOMISDokter GIGI

Dokter gigi dalam berpraktik sebaiknya selalu memperhatikan postur


tubuhnya atau posisi tubuhnya agar selalu ergonomis dan juga sebaiknya tidak
melakukan posisi tubuh yang statis terlalu lama seperti duduk, berdiri atau
memeriksa pasien. Usahakan untuk sellau seimbang dalam melakukan hal
hal tersebut Sesuaikan tinggi kursi dokter dengan kursi pasien sesuai dengan
kenyamanan duduk. Dan bekerja dengan mendekatkan kursi pasien dengan
tubuh.

1. KURSI DOKTERK
karakteristikdari kursi dokter gigi adalah berkaki 5, tinggi yang daoat
disesuaikan, sandaran punggung sesuai lekuk tubuh, sandaran tangan
dapat diatur. Dokter gigi selalu menggunakan kursi yang dapat diatur
dan ada penyangga dibagian lumbal, torakal dantangan

2. KURSI PASIEN
Kursi pasien merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan. Ini
berguna agar pasienmerasa nyaman saat dilakukan pemeriksaan. Sandaran
tempat duduk pasien sebaiknya dapat diatur, yaitu sandarandapat tegak
atau terlentang. Ini disesuaikan dengan kebutuhan. Tungkai kaki pasien
hendaknya lurus, sehingga pasien merasa lebih nyaman dan rileks.
Ketinggian kursi pasien dapat diatur oleh doktergigi dengan menggunakan
kaki. Diusahakan meminimalkan penggunaan kaki dengan lebih membuat
nyaman pasien pada posisi horizontal

3. TEMPAT ALAT
Tempat alat-alat praktik gigi haruslah mudah dipindahkan, stabildan dapat
diatur tinggi rendahnya. Ini semua diperhatikan untuk kenyamanan
pemakainya. Selain itu tempat alat juga hendaknya ergonomis
penataannya (Lay-Out Ergonomis) , artinya harus dalam area
jangkauanpemakai, dalam hal ini dokter gigi. Perhatikan juga agar
penggunaan jari jari yang berlebihan dihindari pada saat melakukan
praktik kedokteran gigi

4. PENEMPATAN LAMPUBEKERJA
Penempatan lampu bekerja saat dokter gigi melakukan
aktivitasnya sangat penting. Jadi perlu diperhatikan posis dan letak
dari lampu tersebut, diusahakan agar cahaya lampu mengenai obyek yang
dijadikan area kerja. Cahaya jangan mengenai tubuh atau terhalang oleh
bagian tubuh. Suhu ruangan tempat praktik dokter gigi harus nyaman
dan tidak boleh terasa panas, karena akan mengganggu aktivitas
dokter gigi saat bekerja. Suhu yang diakibatkan oleh lampu
penernangan perlu diperhatikan, sehingga perlu memilih lampu yang tidak
menimbulkan panas tinggi saat dipergunakan.Lampu penerangan untuk
bekerja harus dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat dipindah
pindahkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padagambar di bawah ini

E. Konsep four handed dentistry


Merupakan perawatan gigi yang dilakukan oleh 4 tangan secara
bersamaan, 2 tangan operator dan 2 tangan asisten. Dalam konsep four
handed dentistry dikenal sebagai konsep pembagian zona kerja di sekitar
dental unit yang disebut clock concept. Zona kerja di identifikasi
menggunakan wajah pasien sebagai wajah atau muka jam dengan kepala
pasien dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di belakang pasien. Zona
kerja dibagi menjadi 4 macam yaitu :

a. Operator zone
Sebagai tempat pergerakan
b. Transfer zone
Adalah tempat transfer alat dan bahan antara dokter gigi dengan tangan
asisten. Jangan memberikan alat diatas tangan pasien
c. Static zone
Adalah daerah tanpa pergerakan dokter gigi maupun perawatan gigi serta
tidak terlihat oleh pasien. Zona ini digunakan untuk menempatkan meja
instrumen bergerak (mobile cabinet), yang berisi instrument tangan serta
peralatan yang dapat membuat takut pasien
d. Asistant zone
Sebagai tempat pergerakan perawat gigi atau asisten

F. Faktor resiko

Faktor- faktor resiko ergonomic adalah unsur- unsur tempat kerja yang
berhubungan dengan ketidaknyamanan dialami pekerja saat bekerja, dan jika
diabaikan lama-lama bisa menambah kerusakan pada tubuh pekerja diakibatkan
kecelakaan. (University of Caucasian Lost among Asians-Labar Occupational
Safety and Health /UCLA-LOSH).

Menurut UCLA-LOSH, ada beberapa faktor risiko yang berhubungan


dengan ergonomic yaitu:

1. Pengaturan kerja yang buruk (poor work organization)


Pengaturan kerja yang buruk (poor work organization) adalah
pengaturan kerja yang dilakukan secara kurang baik sehingga menimbulkan
kerugian atau masalah kesehatan. Sebagai contoh misalnya beban kerja yang
sudah terjadwal porsinya tetapi seseorang lmbur atau memaksakan diri
sewaktu bekerja yang begitu padat sehingga jeda istirahat kurang.
2. Pengulangan berkelanjutan (continual repetition)
Pengulangan berkelanjutan (continual repetition) adalah suatu kegiatan
yang dilakukan secara berulang-ulang. Aktivitas ini akan menjadikan otot
menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh
relaksasi.
3. Gaya berlebih (excessive force)
Gaya berlebih merupakan usaha mengekspor tenaga dalam tubuh untuk
menjangkau atau menggerakkan suatu benda. Pergerakan tubuh dengan penuh
tenaga, usaha fisik yang berlebihan terjadi pada saat pekerja melakukan
aktivitasnya dengan mengerahkan tenaga yang besar seperti aktivitas
mengangkat, mendorong, menarik menahan beban yang berat. Peregangan
otot ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui
kegiatan optimum otot. Apabila aktvitas tersebut sering dilakukan maka akan
mempunyai risiko besar terjadinya cedera otot skeletal.
4. Postur janggal (Awkward Posture)
Sikap tubuh sangat menentukan sekali pada tekanan yang diterima otot
pada saat aktivitas dilakukan. Awkward postures meliputi reaching/mencapai
suatu benda, twisting/berputar, bending/membungkuk, kneeling/ berlutut,
squatting/jongkok, working overhead/ bekerja pada pencapaian benda di atas,
dengan tangan maupun lengan dan menahan benda dengan posisi yang tetap
5. Posisi tidak bergerak (stationary positions)
Pada waktu diam, dimana pergerakan yang tak berguna terlihat,
pengerutan supplai darah, darah tidak mengalir baik ke otot
6. Contact stresses
Tekanan pada bagian tubuh yang diakibatkan karena sisi tepi atai ujung
dari benda yang berkontak langsung. Hal ini dapat menghambat fungsi kerja
syaraf maupun aliran darah.
7. Vibration
Getaran ini terjadi ketika spesifik bagian dari tubuh atau seluruh tubuh
berkontak dengan benda yang bergetar seperti menggunakan power handtool
dan pengoperasian forklift mengangkat beban.
8. Duration
Semakin lama durasi dalam melakukan pekerjaan yang sama akan
semakin tinggi risiko yang diterima dan semakin lama juga wakyu yang
diperlukan untuk pemulihan tenaganya.
9. Physical environment; temperature and lighting
Pajanan pada udara dingin, aliran udara, peralatan sirkulasi udara dan
alat-alat pendingin dapat mengurangi keterampilan tangan dan merusak daya
sentuh. Pencahayaan yang inadekuat dapat merusak salah satu fungsi organ
tubuh. Tekanan udara panas dari panas, lingkungan yang lembab dapat
menurunkan seluruh tegangan fisik tubuh dan di dalam panas kelelahan dan
heat stroke (Nirre, 2014)

G. . TANDA SISTEM TIDAK ERGONOMI

Kondisi berikut menunjukan beberapa tanda-tanda suatu system kerja yang tidak
ergonomis :

a. Hasil kerja ( kualitas dan kuantitas ) yang kurang memuaskan


b. Sering terjadi kecelakaan kerja/near miss
c. Pekerja sering melakukan kesalahan yang berulang
d. Timbul keluhan gangguan kesehatan pada pekerja seperti adanya nyeri
atau sakit leher,bahu,punggung/pinggang
e. Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik sang
pekerja
f. Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang
g. Postur kerja yang buruk misalnya sering membungkuk, menjangkau,
jongkok
h. Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap/redup
i. Pekerja mengeluhkan beban kerja ( fisik dan mental ) yang berkebihan
j. Komitmen kerja yang rendah
k. Rendahnya partisipasi pekerja dalam system sumbang saran/hikangnya
sikap kepedulian terhadap pekerja.

2.2 STANDAR KESELAMATAN PASIEN


Standar keselamatan pasien wajib diterapkan fasilitas pelayanan kesehatan
dan penilainya dilakukan dengan menggunakan instrument akreditasi. Standard
keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standard :

a. Hak pasien
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan pasien dan kesenambungan pelayanan
d. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan
pasien.

BAB III

PETA KONSEP

ERGONOMI

HUKUM KERJA

PRINSIP RUANG LINGKUP TUJUAN


MEMPENGARUHI
KESELAMATAN
EFEKTIF
PASIEN EFISIEN
BAB IV

PEMBAHASAN
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat


bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan
sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan,
kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah
dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang
bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai
peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin
kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya

B. Saran
Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki
performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy,
keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang
berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat.
Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki
pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan
peralatan yang disebabkan kesalahan manusia (human errors). Manusia
adalah manusia, bukannya mesin. Mesin tidak seharusnya mengatur
manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja) dengan tugas-
tugas yang manusiawi.

Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi


yang sistematis dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan
karakteristik dan perilaku manusia didalam perancangan peralatan, fasilitas
dan lingkungan kerja yang dipakai.

Anda mungkin juga menyukai