Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MODUL

“ERGONOMI”

Mata Kuliah :Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Dosen Pengampu: Dr. drg. Wiworo Haryani, M.Kes (K)

Disusun Oleh :

Lidia Astuti (P07125320002)


Rizkhy Sari Zulaikha (P07125320006)
WiddaArmelia (P07125320009)
Devi Ray SyahfitriSinulingga (P07125320012)
Rachel SafiraLubis (P07125320019)
LarasatiKusumaPambudi (P07125320022)
Cindy Pertiwi Nilasari (P07125320027)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
PROGRAM ALIH JENJANG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan modul ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan modul ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan modul sebagai tugas dari mata kuliah
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan judul “ERGONOMI”.

Penulis tentu menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk modul ini, supaya
modul ini nantinya dapat menjadi modul yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada modul ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Demikian, semoga modulini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Yogyakarta, 27Januari 2021

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN

Tujuan Pembelajaran:

1. Untuk mengetahui tentang Ergonomi


2. Untuk memahami dan menjelaskan tentang Ergomoni

ii
ii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Ergonomi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunan yang terdiri dua kata yaitu
“ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum. Jadi ergonomi
adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau
menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas
maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun
mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.

Dari pengalaman menunjukan bahwa setiap aktivitas atau pekerjaan yang


dilakukan, apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan mengakibatkan
ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan penyakit akibat kerja meningkat,
performansi menurun yang berakibat kepada penurunan efisiensi dan daya kerja.
Secara umum penerrapan ergonomi dapat dilakukan di mana saja, baik di
lingkungan rumah, di perjalanan, di lingkungan sosial maupun di lingkungan
tempat kerja.

B. Ruang Lingkup Ergomoni


Ergonomi merupakan suatu bidang ilmu yang multidisiplin. Ilmu ini terdiri
dari perpaduan ilmu psikologi, anatomi, kedokteran, fisiologi dan psikologi faal,
serta fisika dan teknik. Ilmu faal dan anatomi memberikan gambaran mengenai
struktur tubuh, kemampuan terhadap nilai beban yang bisa diangkat dan
ketahanan terhadap tekanan fisik, serta batasan fisik dan dimensi tubuh, dan lain-
lain. Ilmu fisiologi faal memberikan gambaran mengenai fungsi sistem otak dan
saraf berkaitan dengan tingkah laku, sedangkan ilmu psikologi memperlajari
konsep dasar mengenai bagaimana mengambil sikap, mengingat, memahami,
belajar dan mengendalikan proses motorik. Sedangkan ilmu fisikan dan teknik
memberikan gambaran mengenai desain dam lingkungan kerja.

1
Fokus ergonomi adalah pada biomekanik, kinesiologi, fisiologi kerja, dan
antropometri. Biomekanik adalah mekanisme sistem biologi, khususnya pada
tubuh manusia. Pendekatan biomekanik pada desain tempat kerja yang utama
mempertimbangkan kemampuan pekerja, tuntutan tugas, dan peralatan yang
terintegrasi. Kinesiologi merupakan ilmu yang mempelajari pergerakan manusia
dalam fungsi anatomi. Prinsip kinesiologi harus digunakan pada desain tempat
kerja untuk mencegah pergerakan yang tidak sesuai. Fisiologi kerja
menggambarkan reaksi fisiologi pekerja terhadap tuntutan pekerjanya dan
memeliharanya pada batasan yang aman. Antropometri berfokus pada dimensi
tempat kerja, peralatan, dan material. Data antoprometri terdiri dari dimensi
tubuh, jangkauan pergerakan lengan/tangan dan kaki, dan kemampuan kekuatan
otot.
Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu
organisasi, misalnya: penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian
waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan, dan lain-lain.
Disamping itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan
faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya: desain suatu sistem kerja untuk
mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain
stasiun kerja untuk alat peraga manusia visual (visual display unit station).
Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup
dari ergonomi berfokus pada perencanaan tugas, peralatan, area kerja, dan sistem
kerja yang disesuaikan dengan kapasitas pekerja yang bertujuan untuk
menciptakab efisiensi serta kenyamanan dalam bekerja dan mencegah dari
kecelakaan.

2
C. Tujuan Ergonomi

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan


cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan
mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan social melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek
teknis, ekonomis, antropologi dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

D. Manfaat Ergonomi

Menurut Pheasant (2003), terdapat beberapa manfaat ergonomi dalam


pelaksanaan pekerjaan, yaitu:

1. Peningkatan hasil produksi, artinya menguntungkan secara ekonomi


karena disebabkan oleh: efisiensi waktu kerja yang meningkat,
meningkatnya kualitas kerja, kecepatan pergantian pegawai (labour
turnover) yang relatif rendah. 
2. Menurunnya probabilitas terjadinya kecelakaan. Hal ini disebabkan karena
mengurangi biaya pengobatan yang tinggi dan mengurangi penyediaan
kapasitas untuk keadaan gawat darurat.
3. Dengan menggunakan antropometri dapat direncanakan atau didesain
pakaian kerja, workspace, lingkungan kerja, peralatan atau mesin dan
consumer product.

3
E. Prinsip Ergonomi
Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari keserasian kerja dalam suatu
sistem (worksystem). Sistem ini terdiri dari manusia, mesin dan lingkungan kerja
(Bridger, 2003). Pada penerapannya jika pekerjaan menjadi aman bagi
pekerja/manusia dan efisiensi kerja meningkat maka tercapai kesejahteraan
manusia. Keberhasilan aplikasi ilmu ergonomi dilihat dari adanya perbaikan
produktivitas, efisiensi, keselamatan dan diterimanya sistem desain yang
dihasilkan (mudah, nyaman dan sebagainya) (Pheasant, 1999).

F. Konsep Keseimbangan Dalam Ergonomi

Ergonomi merupakan suatu ilmu, seni dan teknologi yang berupaya untuk
menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan
dan segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat berkarya secara optimal
tanpa pengaruh buruk dari pekerjaannya. Dari sudut pandang ergonomi, antara
tuntutan tugas dengan kapasitas kerja harus selalu dalam garis keseimbangan
sehingga dicapai performansi kerja yang tinggi. Dalam kata lain, tuntutan tugas
pekerjaan tidak boleh terlalu rendah (underload) dan juga tidak boleh terlalu
berlebihan (overload). Karena keduanya, baik underload maupun overload akan
menyebabkan stress. Konsep keseimbangan antara kapasitas kerja dengan tuntutan
tugas tersebut dapat diilustrasikan seperti pada gambar 1.

4
 Kemampuan Kerja.
Kemampuan seseorang sangat ditentukan oleh:
1. Personal Capacity (Karakteristik Pribadi); meliputi factor usia, jenis
kelamin, antropometri, pendidikan, pengalaman, status sosial, agama
dan kepercayaan, status kesehatan, kesegaran tubuh, dsb.
2. Physiological capacity ( Kemampuan fisiologis); meliputi kemampuan
dan daya tahan cardio-vaskuler, syaraf otot, panca indera, dsb.
3. Psycological Capacity ( Kemampuan psikologis); berhubungan
dengan kemampuan mental, waktu reaksi, kemampuan adaptasi,
stabilitas emosi,dsb.
4. Biomechanical Capacity (kemampuan Bio-mekanik) berkaitan dengan
kemampuan dan daya tahan sendi dan persendian, tendon dan jalinan
tulang.

5
 Tuntutan Tugas.
Tuntutan tugas pekerjaan/aktivitas tergantung pada:
1. Task and material Characteristics (karakteristik tugas dan material);
ditentukan oleh karakteristik peralatan dan mesin, tipe, kecepatan dan
irama kerja, dsb.
2. Organization Characteristics; berhubungan dengan jam kerja dan jam
istirahat, kerja malam dan bergilir, cuti dan libur, manajemen, dsb.
3. Environmental Characteristics; berkaitan dengan manusia teman
setugas, suhu dan kelembaban, bising dan getaran, penerangan, sosio-
budaya, tabu, norma, adat dan kebiasaan, bahan-bahan pencemar, dsb.
 Performansi. Permormansi atau tampilan seseorang sangat tergantung
kepada rasio dari besarnya tuntutan tugas dengan besarnya kemampuan
yang bersangkutan. Dengan demikian, apabila:
1. Bila rasio tuntutan tugas lebih besar daripada kemampuan seseorang
atau kapasitas kerjanya, maka akan terjadi penampilan akhir berupa:
ketidaknyamanan, “Overstress”, kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa
sakit, penyakit, dan tidak produktif.
2. Sebaliknya, Bila tuntutan tugas lebih rendah daripada kemampuan
seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan terjadi penampilan akhir
berupa: “understress”, kebosanan, kejemuan, kelesuan, sakit dan tidak
produktif
3. Agar penampilan menjadi optimal maka perlu adanya keseimbangan
dinamis antara tuntutan tugas dengan kemampuan yang dimiliki
sehingga tercapai kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman
dan produktif.

6
G. Kapasitas Kerja

Untuk mencapai tujuan ergonomi seperti yang telah dikemukan, maka


perlu keserasian antara pekerja dan pekerjannya, sehinga manusia pekerja dapat
bekerja sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasannya. Secara umum
kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia di tentukan oleh berbagai faktor
yaitu :
1. Umur
Umur seseorang berbanding langsung dengan kapasitas fisik sampai batas
tertentu dan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Pada umur 50-60
tahun kekuatan otot menurun sebesat 25%, kemampuan sensorissensoris
menurun sebanyak 60%. Selanjutnya kemampuan kerja fisik seseorang yang
berumur >60 tahun tinggal mencapai 50% dari umur orang yang berumur 25
tahun. Bertambahnya umur akan diikuti penurunan; VO2 Max, tajam
penglihatan, pendengaran, kecepatan membedakan sesuatu, membuat
keputusan dan kemampuan mengingat jangka pendek. Dengan demikian
pengaruh umur harus selalu dijadikan pertimbangan dalam memberikan
pekerjaan pada seseorang.
2. Jenis Kelamin
Secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan
fisik atau kekuatan otot laki-laki, tetapi dalam hal tertentu wanita lebih teliti
dari laki-laki. Kondisi tersebut tersebut menyebabkan presentase lemak tubuh
wanita lebih tinggi dan kadar Hb darah lebih rendah daripada laki-laki. Dari
uraian tersebut jelas bahwa, untuk mendapatkan daya kerja yang tinggi, maka
harus diusahakan pembagian tugas antara pria /wanita sesuai kemampuan,
kebolehan, dan keterbatasan masing-masing.
3. Kemampuan Kerja Fisik
Kemampuan kerja fisik adalah sebuah kemampuan fungsional seseorang
untuk mampu melakukan pekerjaan tertentu yang memerlukan aktivitas otot
pada periode waktu tertentu. Lamanya waktu aktivitas bervariasi antara
beberapa detik (untuk pekerjaan yang memerlukan kekuatan) sampai
beberapa jam (untuk pekerjaan yang memerlukan ketahanan).

7
4. Antropometri
Data antropometri sangat penting dalam menentukan alat dan cara
mengoperasikannya. Kesesuaian hubungan antara antropometri pekerja
dengan alat yang digunakan sangat berpengaruh terhadap sikap kerja, tingkat
kelelahan, kemampuan kerja dan produktivitas kerja. Antropometri juga
menentukan dalam seleksi penerimaan tenaga kerja, misalnya orang gemuk
tidak cocok untuk pekerjaan di tempat suhu tinggi, pekerjaan yang
memrlukan kelincahan, dll.
5. Status Kesehatan dan Nutrisi
Status kesehatan dan nutrisi atau keadaan gizi berhubungan erat satu sama
lainnya dan berpengaruh pada produktivitas dan effisiensi kerja. Dalam
melakukan pekerjaan tubuh memerlukan energi, apabila kekurangan baik
secara kuantitatif maupun kualitatif kapasitas kerjaakan terganggu. Perlu
keseimbangan antara in-take energi dan output yang harus dikeluarkan.
6. Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani adalah suatu kesanggupan atau kemampuan dari tubuh
manusia untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap beban fisik
yang dihadapi tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih memiliki
kapasitas cadangan untuk melakukan aktivitas berikutnya.

H. Metode Ergonomi

1. Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi di tempat kerja,
penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomi checklist, dan pengukuran
lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai yang sederhana
sampai kompleks.
2. Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat
diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak
pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan

8
dimensi fisik pekerja.
3. Follow-up

Dengan evaluasi yang subjektif atau objektif, subjektif misalnya, dengan


menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, sakit
kepala dan lain-lain. Secara objektif, misalnya parameter produk yang
ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.

I. Faktor- faktor Resiko Ergonomi

Faktor resiko yang terpenting dari pengabaian faktor ergonomi dalam tempat
kerja adalah MSDs (musculoskeletal disorders). MSDs ini memungkinkan
timbul dalam waktu yang cukup lama (adanya kumulatif resiko). Menurut
UCLA-LOSH (bagian K3 UCLA), ada beberapa faktor risiko yang
berhubungan dengan ergonomi, seperti dibawah ini :

1) Pengaturan kerja yang buruk (Poor Work Organization) : Aspek-aspek


diamana suatu pekerjaan diorganisasikan dengan buruk.

2) Pengulangan Berkelanjutan (Continual Repetition) : Melakukan gerakan yang


sama secara terus menerus.

3) Gaya Berlebih (Excessive Force) : Pergerakan tubuh dengan penuh tenaga,


usaha fisik yang berlebih-menarik, memukul, dan mendorong.

4) Postur Janggal (Awkward Posture) : Memperpanjang pencapaian dengan


tangan, twisting, berlutut, jongkok.

5) Posisi Tidak Bergerak (Stationary Positions) : Terlalu lama diam dalam satu
posisi, menyebabkan kontraksi otot dan lelah.

6) Tekanan Langsung Berlebih (Excessive Direct Pressure) : Tubuh kontak


langsung dengan permukaan keras atau ujung benda.

7) Pencahayaan yang inadekuat (Inadequate Lighting) : Setel pencahayaan yang


pas, hindari pencahayaan langsung dan tak langsung yang dapat
mengakibatkan kerusakan mata.

9
REFERENSI

Burton, Kim, and Nicholas Kendall. 2014. “Musculoskeletal Disorders.” BMJ

(Online) 348.

Goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, Annie, and Perdana. 2018.


“Pengertian Ergonomi.” Journal of Chemical Information and Modeling
53(9): 1689–99.
Studi, Program et al. 2018. “ANALISIS RESIKO MUSCULOSCELETAL

DISORDER PADA Jurnal Rekayasa Sistem Industri.” Teknik Industri 3(2):

97–104.

10

Anda mungkin juga menyukai