Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata Yunani yaitu ergon (kerja) dan nomos (aturan).
Definisi ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan alat, cara
kerja dan lingkungan pada kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sehingga
diperoleh kondisi kerja dan lingkungan yang sehat, aman dan nyaman dan efisien
sehingga tercapai produktivitas yang setinggi - tingginya. (Sutajaya, 2018).
Menurut yang dikemukakan Santoso (dalam Sutajaya, 2018), ergonomi
adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan informasi-
informasi mengenai sifat, kemamuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang
suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan
baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif,
aman dan nyaman, untuk mencapai hasil yang optimal maka perlu diperhatikan
performansi pekerjanya. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah postur dan
sikap tubuh pada saat melakukan aktivitas kerja.
Organisasi buruh dunia, ILO (Internasional Labor Association),
mendefinisikan ergonomi sebagai penerapan ilmu biologi pada manusia yang
sejalan dengan ilmu rekayasa yang diciptakan untuk mencapai penyesuaian yang
saling menguntungkan antara pekerja dengan pekerjaannya secara optimal dengan
tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan pekerja. Menurut
organisasi Internasional Ergonomi Association (IEA), ergonomi merupakan
human factor, yakni sebuah disiplin keilmuan yang memiliki fokus dalam
memahami interaksi manusia dan elemen lainnya dalam sebuah sistem serta
ergonomi adalah pekerjaan yang mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode
di dalam desain dengan tujuan untuk mengoptimalisasikan keberadaan manusia
dan keseluruhan performa dalam suatu sistem. Kesimpulan yang dapat diambil
dari pengertian ergonomi yaitu ergonomi merupakan suatu ilmu yang mempelajari
tentang hubungan lingkungan kerja, peralatan, manusia serta kesesuaian antar
manusia, mesin dan lingkungan kerja supaya tercapai efisiensi kerja dan

9
10

keselamatan dalam menjalankan aktivitas pekerjaannya. Ergonomi bertujuan


menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan sesuai dengan kemampuan
pekerja guna pemenuhan target produksi yang optimal serta produktivitas kerja
yang tinggi.

2.1.1 Tujuan Ergonomi


Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi, antara lain: Meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit
akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi
dan kepuasan kerja; Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan
kualitas kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan
jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak
produktif, menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan
antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas
kerja dan kualitas hidup yang tinggi. Prinsip ergonomi akan mempermudah
evaluasi setiap tugas atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi
terus mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan
tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan
ergonomi di tempat kerja. (Hutabarat, 2017).

2.1.2 Ruang Lingkup Ergonomi


Ergonomi adalah ilmu dari pembelajaran multi disiplin ilmu lain yang
menjembatani beberapa disiplin ilmu dan profesional, serta merangkum informasi,
temuan, dan prinsip dari masing-masing keilmuan tersebut. Keilmuan yang
dimaksud antara lain ilmu faal, anatomi, psikologi faal, fisika, dan teknik. Ilmu
faal dan anatomi memberikan gambaran bentuk tubuh manusia, kemampuan
tubuh atau anggota gerak untuk mengangkat atau ketahanan terhadap suatu gaya
yang diterimanya. Ilmu psikologi faal memberikan gambaran terhadap fungsi otak
dan sistem persyarafan dalam kaitannya dengan tingkah laku, sementara
eksperimental mencoba memahami suatu cara bagaimana mengambil sikap,
memahami, mempelajari, mengingat, serta mengendalikan proses motorik.
11

Sedangkan ilmu fisika dan teknik memberikan informasi yang sama untuk desain
lingkungan kerja dimana pekerja terlibat. Kesatuan data dari beberapa bidang
keilmuan tersebut, dalam ergonomi dipergunakan untuk memaksimalkan
keselamatan kerja, efisiensi, dan kepercayaan diri pekerja sehingga dapat
mempermudah pengenalan dan pemahaman terhadap tugas yang diberikan serta
untuk meningkatkan kenyamanan dan kepuasan pekerja. Ilmu faal dan anatomi
memberikan gambaran bentuk tubuh manusia, kemampuan tubuh atau anggota
gerak untuk mengangkat atau ketahanan terhadap suatu gaya yang diterimanya.
Ilmu psikologi faal memberikan gambaran terhadap fungsi otak dan sistem
persyarafan dalam kaitannya dengan tingkah laku, sementara eksperimental
mencoba memahami suatu cara bagaimana mengambil sikap, memahami,
mempelajari, mengingat, serta mengendalikan proses motorik. Sedangkan ilmu
fisika dan teknik memberikan informasi yang sama untuk desain lingkungan kerja
dimana pekerja terlibat. Kesatuan data dari beberapa bidang keilmuan tersebut,
dalam ergonomi dipergunakan untuk memaksimalkan keselamatan kerja, efisiensi,
dan kepercayaan diri pekerja sehingga dapat mempermudah pengenalan dan
pemahaman terhadap tugas yang diberikan serta untuk meningkatkan kenyamanan
dan kepuasan pekerja.
Penerapan ilmu ergonomi memiliki tujuan antara lain yakni:
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan
mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produktif.
c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek, yaitu aspek
teknis, ekonomis, antropologis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
(Tarwaka, 2004).
12

Ruang lingkup dari ergonomi terdapat pada perancangan tugas, peralatan,


area kerja, dan sistem kerja yang disesuaikan dengan kapasitas dan kapabilitas
pekerja dengan mempertimbangkan kemampuan dan keterbatasan fisik pekerja
yang bertujuan agar tercipta efisiensi kerja, peningkatan produktivitas kerja,
kenyamanan dalam bekerja serta pencegahan diri pekerja terhadap terjadinya
kecelakaan dan penyakit yang dapat ditimbulkan akibat pekerjaannya.
Ruang lingkup ergonomi tidak hanya sebatas bagaimana cara mengatur
posisi kerja yang baik, namun juga mencakup teknik, antropometri, dan desain.
Pusat Kesehatan dan Keselamatan Kerja Departemen Kesehatan RI, menyatakan
bahwa ruang lingkup ergonomi mencakup beberapa aspek keilmuan yaitu:
1. Teknik, yaitu cara-cara melakukan pekerjaan dengan baik sehingga dapat
mengurangi risiko cedera akibat ergonomi yang tidak baik.
2. Fisik, yaitu dimana penampilan seseorang mencerminkan keseimbangan
antara kemampuan tubuhnya dengan tuntutan tugas. Apabila tuntutan
tugas lebih besar daripada kemampuan tubuh maka akan terjadi
ketidaknyamanan, kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit, serta
menurun nya produktivitas. Sebaliknya, apabila tuntutan tugas lebih kecil
dari kemampuan tubuh, akan terjadi understress, seperti kejenuhan,
kebosanan, kelesuan, kurang produktif dan sakit.
3. Anatomi, yaitu berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian.
4. Antropometri, yaitu suatu kumpulan data numerik yang berhubungan
dengan karakteristik fisik tubuh manusia yang meliputi ukuran, bentuk dan
kekuatan yang nantinya berfungsi untuk mendesain tempat kerja
seseorang.
5. Fisiologi, yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi dan kerja tubuh, seperti
temperatur tubuh, oksigen yang didapat saat bekerja, aktivitas otot dan
lain-lain. Desain, yaitu berupa perancangan tempat kerja yang sesuai
dengan pekerja supaya dapat bekerja secara layak, aman dan nyaman.
(Andriani & Erfani, 2017)
13

2.1.3 Faktor Risiko Ergonomi


Di dalam kajian ergonomi, terdapat risiko ergonomi, dimana risiko
tersebut meliputi ketidaknyamanan, cedera, gangguan otot, sakit bahkan cacat
yang disebabkan cara kerja dan tempat kerja yang tidak ergonomis. Risiko
ergonomi ini disebabkan oleh kesalahan postur manusia saat bekerja. Penanganan
yang tanggap dan tepat terhadap risiko ergonomi yang muncul harus dilakukan
untuk menghindari dampak negatif pada pekerja. (Rahdiana, 2018).
Beberapa permasalahan yang umum dikaji sebagai faktor risiko ergonomi
di dunia Industri (Susanti, 2015):
1. Antropometri berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh termasuk
berat dan volume seperti jarak jangkauan tangan ke depan, panjang
popliteal, tinggi mata duduk, dan berbagai dimensi tubuh lainnya.
Permasalahan dalam bidang antropometri merupakan kesesuaian antara
dimensi tubuh dengan desain stasiun kerja. Solusinya dengan cara
melakukan modifikasi
2. Permasalahan kognitif muncul ketika dalam penerimaan informasi,
informasi yang diterima kurang atau berlebihan. Hal ini dapat disebabkan
adanya gangguan pada short term memory ataupun long term memory.
Solusinya dengan cara menggantikan manusia dengan mesin untuk
meningkatkan performansi.
3. Musculoskeletal merupakan permasalahan yang diakibatkan dengan
adanya peregangan pada otot dan rangka. Musculoskeletal dapat
mengakibatkan single incident dan cumulative effect trauma.
4. Cardiovuscular Load adalah masalah yang disebabkan oleh adanya
peningkatan kerja pada sistem peredaran darah termasuk jantung.
Mengakibatkan jantung memompa lebih banyak darah ke otot sehingga
menyebabkan tubuh memerlukan lebih banyak oksigen.
5. Psikomotor adalah masalah ini terletak pada ketegangan sistem
psikomotor yang menegaskan kebutuhan pekerjaan untuk disesuaikan
dengan kemampuan manusia dan menyediakan bantuan performansi
pekerjaan.
14

2.2 Musculoskeletas Disorders (MSDs)


Musculoskeletal disorders (MSDs) adaIah keluhan di daerah skeleta yaitu
di bagian rangka yang di rasakan mulai dari Keluhan yang ringan sampai keluhan
yang ekstrem. Musculosceletal Disorders merupakan salah satu penyakit akibat
kerja yang mengalami gangguan kronik pada otot, tendon, dan saraf yang
disebabkan oleh postur janggal, durasi kerja, frekuensi gerakan berulang.
(Sisnandar & Sirait, 2021). Sedangkan menurut Purbasari (2019), keluhan sistem
musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka (skeletal) yang
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.
Keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon akan terjadi jika otot
menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, biasanya
diistilahkan dengan keluhan MSDs atau cedera pada sistem musculoskeletal.

2.2.1 Dampak Musculoskeletal Disorders (MSDs)


Suma’mur (dalam Muhajir Syam, 2015) menjelaskan, bahwa keluhan-
keluhan pada tulang belakang yang dialami pekerja jika terus dibiarkan
berpeluang besar menyebabkan dislokasi bagian tulang punggung yang
menimbulkan rasa sangat nyeri dan bisa irreversible serta fatal. Rasa sakit yang
mengganggu sistem muskuloskeletal pada saat bekerja dapat menyebabkan
pecahnya lempeng dan bahan atau bagian dalam yang menonjol keluar serta
mungkin menekan saraf-saraf di sekitarnya, hal tersebut yang menyebabkan
cedera atau bahkan menyebabkan kelumpuhan. Rasa nyeri pada tubuh juga secara
psikologis dapat menyebabkan menurunnya tingkat kewaspadaan dan kelelahan
akibat terhambatnya fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan-perubahan pada
organ-organ di luar kesadaran sehingga berpotensi menimbulkan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
15

2.2.2 Gangguan Kesehatan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Bagian


Tubuh
Menurut Wulandari, (2017), gangguan kesehatan musculoskeletal
diosrders (MSDs) yang terjadi pada bagian tubuh adalah sebagai berikut :
a. Cedera pada tangan
Cedera pada bagian tangan dapat terjadi karena pekerjaan yang terjadi
karena postur janggal pada tangan dengan durasi kerja yang lama, pergerakan
yang berulang (repetitive), dan tekanan dari peralatan atau material kerja. Cedera
pada bagian tangan ini terjadi mulai dari pergelangan tangan, siku, lengan atas,
dan lengan bawah. Ada beberapa jenis musculoskeletal disorders (MSDS) yang
terjadi pada bagian tangan, diantaranya:
1. Tendinitis, Peradangan (Pembengkakan) atau Iritasi pada Tendon.
Biasanya terjadi pada titik dimana otot melekat pada tulang.
Keadaan tersebut akan terus berkembang jika tendon terus menerus
digunakan untuk mengerjakan hal-hal yang tidak biasa seperti tekanan
yang kuat pada tangan, membengkokkan pergelangan tangan selama
bekerja atau menggerakkan pergelangan tangan secara berulang.
2. Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Tekanan yang terjadi pada syaraf tengah yang terletak pada
pergelangan tangan yang dikelilingi oleh jaringan dan tulang. Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) biasanya ditandai dengan gejala seperti rasa sakit
pada pergelangan tangan, perasaan yang tidak nyaman pada jari-jari dan
mati rasa. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) dapat menyebabkan seseorang
sulit untuk menggenggam sesuatu. mengakibatkan terjadinya kekakuan
pada otot leher, kejang otot dan rasa sakit yang menyebar hingga mencapai
ke bagian leher.
b. Cedera Pada Punggung dan Lutut
Posisi tubuh berlutut, membungkuk, atau jongkok dapat menyebabkan
terjadinya nyeri dan sakit pada punggung bagian bawah atau pada lutut. Jika
kondisi kerja ini terjadi dalam waktu yang lama dan berulang-ulang dapat
16

mengakibatkan masalah yang serius pada otot dan sendi. Beberapa cedera pada
bagian punggung dan lutut yaitu:
1. Low Back Pain
Cedera pada punggung pada otot-otot tulang belakang yang
mengalami peregangan akibat postur punggung yang membungkuk.
Apabila postur membungkuk ini berlangsung terus menerus maka akan
melemahkan diskus dan dapat menyebabkan putusnya diskus atau disebut
herniation.
2. Penyakit musculoskeletal yang terdapat di bagian lutut sangat berkaitan
dengan tekanan pada cairan di antara tulang dan tendon. Tekanan yang
terjadi pada bagian lutut dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
terjadinya peradangan atau bursitis.

2.3 Kelelahan
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari
kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan
secara luas digambarkan sebagai “perasaan lelah, lelah, atau kekurangan energi”.
(Kuku dkk., 2022). Menurut Suma‟mur (dalam Latif, 2022), kelelahan berasal
dari kata lelah yang menunjukkan suatu keadaan yang berbeda baik secara fisik
dan mental, tetapi semuanya mengakibatkan penurunan daya kerja dan
berkurangnya ketahanan tubuh untuk terus bekerja. Sedangkan menurut Tarwaka
(dalam Latif, 2022), Kelelahan adalah suatu cara kerja tubuh melakukan
perlindungan untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih lanjut, sehingga
terjadi pemulihan setelah istirahat.
Menurut Nurmianto (dalam Hutabarat, 2017), kelelahan kerja akan
menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya
kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam
industri. Pembebanan otot secara statis pun (static muscular loading) jika
dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI
(Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon, dan lain-lain yang
diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive). Kelelahan
17

juga merupakan masalah yang dapat menimpa semua tenaga kerja dalam
melaksanakan pekerjaannya. Penyebab terjadinya kelelahan yaitu intensitas dan
lamanya kerja fisik dan mental, iklim kerja, penerangan, kebisingan, rasa
khawatir, konflik, tanggung jawab, status gizi dan kesehatan. Kelelahan
merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan
lebih lanjut, sehingga terjadilah pemulihan
Menurut Y. Hutabarat (2017) faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan
dengan banyak hal yaitu :
a. Penyebab medis : flu, anemia, gangguan tidur, hypothyroidism, hepatitis,
TBC, dan penyakit kronis lainnya.
b. Penyebab yang berkaitan dengan gaya hidup: kurang tidur, terlalu banyak
tidur, alkohol dan miras, diet yang buruk, kurangnya olahraga, gizi, daya
tahan tubuh, circadian rhythm.
c. Penyebab yang berkaitan dengan tempat kerja: kerja shift, pelatihan tempat
kerja yang buruk, stress di tempat kerja, pengangguran, workaholics, suhu
ruang kerja, penyinaran, kebisingan, monoton pekerjaan dan kebosanan,
beban kerja.
d. Faktor psikologis: depresi, kecemasan dan stress, kesedihan.
e. Beberapa faktor yang mempengaruhi: intensitas dan durasi kerja fisik dan
mental, monoton, iklim kerja, penerangan, kebisingan, tanggung jawab,
kecemasan, konflik-konflik, penyakit keluhan sakit dan nutrisi

2.3.1 Jenis Kelelahan


Menurut Nurmianto (dalam Latif, 2022) Ada dua jenis kelelahan yaitu
kelelahan fisiologis dan psikologis. Kelelahan fisiologis yang dapat di sebabkan
karena faktor fisik dan kimia (suhu, penerangan, mikroorganisme, zat kimia,
kebisingan, circadian rhytm dan lain-lain) dan kelelahan psikologis yang di
pengaruhi oleh faktor psikososial yang ada di tempat kerja, di rumah dan
masyarakat sekitar.
Kelelahan menurut Tarwaka (dalam Ningsih, 2018) adalah sebagai
berikut:
18

a. Kelelahan otot merupakan keadaan tremor atau nyeri pada otot.


b. Kelelahan umum dapat ditandai dengan berbagai macam gejala, seperti
menurunnya tingkat kemauan dalam bekerja yang dapat disebabkan karena
karena monoton, intensitas kerja fisik, keadaan lingkungan sekitar yang
tidak kondusif, penyebab mental, status kesehatan serta keadaan gizi
pekerja.

2.3.2 Gejala Kelelahan


Gejala dari kelelahan antara lain adanya pelemahan kegiatan, motivasi dan
adanya kelelahan fisik.
a. Penurunan pelaksanaan kegiatan biasanya di tandai dengan perasaan berat
di kepala, seluruh badan terasa lelah, kaki terasa berat, sering menguap,
pikiran terasa kacau, mengantuk, terasa beban di mata, tidak memiliki
keseimbangan dalam berdiri.
b. Penurunan motivasi juga dapat di tandai dengan merasa sulit untuk
berpikir, merasa lelah saat berbicara, merasa gugup, tidak dapat
berkonsentrasi, cenderung lupa, tidak percaya diri, cemas, tidak dapat
mengontrol sikap dan tidak tekun dalam melakukan pekerjaan.
c. Sedangkan, penurunan kondisi fisik tiap individu dapat di tandai dengan
adanya sakit kepala, bahu terasa kaku, merasakan nyeri punggung,
pernafasan terasa tertekan, haus, merasa pening dan merasa kurang sehat.
(Ningsih, 2018)
Menurut Suma’mur (dalam Ramdan, 2018), gejala kelelahan antara lain:
perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa berat,
menguap, merasa kacau pikiran, menjadi mengantuk, merasakan beban pada mata,
kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, mau berbaring,
merasa susah berpikir, lelah bicara, menjadi gugup, tidakdak dapat berkonsentrasi,
tidak dapat mempusatkan perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa,
kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tak dapat mengontrol sikap, tidak
dapat tekun dalampekerjaan, sakit kepala, kekakuan dibahu, merasa nyeri
19

dipinggang, merasa pernafasan tertekan, haus, suara sesak, merasa pening, spasme
dari kelopak mata, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat.

2.3.3 Pengukuran Kelelahan


Menurut Tarwaka (dalam Desmon, 2021) pengukuran atau penilaian
terjadinya kelelahan kerja dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu antara lain
sebagai berikut ini :
1. Waktu Reaksi (Psychomotor test)
Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor.
Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi.
Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada
suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat
digunakan nyala lampu dan denting suara serta sentuhan kulit atau goyangan
badan sebagai stimuli. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk
adanya pelambatan pada proses faal syaraf dan otot. Sedangkan kriteria kelelahan
berdasarkan waktu reaksi tenaga kerja.
2. Uji Fliker Fusion (Uji Hilangnya Kelipan)
Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan
akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan
untuk jarak antara dua kelipan. Uji kelipan dapat digunakan untuk mengukur
kelelahan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja.
3. Perasaan Kelelahan secara Subjektif
(Subjective feeling of fatique) Subjective Self Rating Test dari Industrial
Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner
yang dapat untuk untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut
berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari :
a. 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan (Nomor 1 sampai 10)
b. 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi (Nomor 11 sampai 20)
c. 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik (Nomor 21 sampai 30).
20

Sinclair (dalam Desmon, 2021) menjelaskan beberapa metode yang dapat


digunakan dalam pengukuran subjektif. Metode antara lain: rangking methods,
rating methods, questionnaire methods, interview dan checklists.

2.4 Beban Kerja


Beban kerja merupakan ukuran dari keterbatasan kemampuan atau
kapasitas tubuh manusia yang dibutuhkan untuk melakukan kerja tertentu.
Idealnya, beban kerja yang diterima oleh seorang pekerja sesuai dengan
kemampuannya. Sejumlah dampak buruk dapat terjadi jika beban suatu pekerjaan
telah melampaui kapasitas fisik dan mental yang dimiliki pekerja, diantaranya
yaitu kelelahan kerja dan gangguan terhadap kesehatan pekerja. (Yuliani dkk.,
2021)
Åstrand dkk. (dalam Yuliani dkk., 2021) menyatakan bahwa beban
pekerjaan harus sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh pekerja, agar
pekerjaan berada dalam jangkauan kapabilitas pekerja. Antara tuntutan kerja
(demand) yang diterima dengan kapasitas kerja harus selalu berada dalam garis
keseimbangan sehingga dicapai performansi yang tinggi. Kondisi ini berfungsi
untuk meminimasi kesalahan pekerja (human error), mengurangi kelelahan kerja,
dan cedera pada sistem otot rangka pekerja.

2.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja


Menurut Ridahl (dalam Putra, 2020), bahwa secara umum hubungan
antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
sangat kompleks, baik faktor internal maupun faktor eksternal.
1. Beban Kerja Karena Faktor Eksternal
Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar
tubuh pekerja. Yang termasuk beban kerja eksternal adalah tugas (task) itu
sendiri, organisasi dan lingkungan kerja. Ketiga aspek ini sering disebut sebagai
stresor.
a. Tugas-tugas (task) yang dilakukan baik yang bersifat fisik seperti, stasiun
kerja, tata ruang tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi atau medan
21

kerja, sikap kerja, cara angkat-angkut, beban yang diangkat-angkut, alat


bantu kerja, sarana informasi termasuk display dan control, alur kerja dll.
Sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti, kompleksitas
pekerjaan atau tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat
emosi pekerja, tanggung jawab pekerjaan dan lain-lain.
b. Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti, lamanya
waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem
pengupahan, sistem kerja, musik kerja, model struktur organisasi,
pelimpahan tugas dan wewenang dan lain-lain.
c. Lingkungan kerja yang dapat memberikan beban tambahan kepada pekerja
adalah ;
1. Lingkungan kerja fisik seperti; mikroklimat (suhu udara ambien,
kelembaban udara, kecepatan tambat udara, suhu radiasi), intensitas
penerangan, intensitas kebisingan, vibrasi mekanis, dan tekanan udara.
2. Lingkungan kerja kimiawi seperti; debu, gas-gas pencemar udara, uap
logam, fume dalam udara dan lain-lain.
3. Lingkungan kerja biologis seperti; bakteri, virus dan parasit, jamur,
serangga dan lain-lain.
4. Lingkungan kerja psikologis seperti; pemilihan dan penempatan tenaga
kerja, hubungan antara pekerja dan pekerja, pekerja dengan atasan,
pekerja dengan keluarga dan pekerja dengan lingkungan sosial yang
berdampak kepada performansi kerja di tempat kerja.
2. Beban Kerja Karena Faktor Internal
Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu
sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh
tersebut dikenal sebagai strain. Berat ringannya strain dapat dinilai baik secara
obyektif maupun subyektif. Penilaian secara objektif yaitu melalui perubahan
reaksi fisiologis. Sedangkan penilaian subjektif dapat dilakukan melalui
perubahan reaksi psikologis dan perubahan perilaku. Karena itu strain secara
subjektif berkait erat dengan harapan, keinginan, kepuasan dan penilaian subjektif
lainnya. Secara lebih ringkas faktor internal meliputi :
22

a. Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan,


status gizi); serta
b. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan dll).
(Putra, 2020)

2.4.2 Penilaian Beban Kerja Fisik


Menurut Astrand & Rodahl dan Rodahl (dalam Putra, 2020) bahwa
penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan secara dua metode objektif, yaitu
metode penilaian langsung dan metode tidak langsung. Metode pengukuran
langsung yaitu dengan mengukur energi yang dikeluarkan (energy expenditure)
melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat beban kerja semakin
banyak energi yang diperlukan atau dikonsumsi. Meskipun metode dengan
menggunakan asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk
waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang cukup mahal. Sedangkan
metode pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama
kerja. Christensen dan Grandjean (dalam Putra, 2020) menjelaskan bahwa salah
satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan
menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti
tubuh. Pada batas tertentu ventilasi paru, denyut jantung dan suhu tubuh
mempunyai hubungan yang linier dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan yang
dilakukan. Kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme,
respirasi, suhu dan denyut jantung menurut Christensen dapat dilihat pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu
Tubuh dan Denyut Jantung
Konsumsi Ventilasi Denyut
Kategori Beban
Oksigen Paru Suhu (oC) Jantung
Kerja
(1/min) (1/min) (denyut/menit)
Ringan 0,5 – 1 11 – 20 37,5 75 – 100
Sedang 1 – 1,5 20 – 31 37,5 – 38 100 – 125
23

Tabel 2.1 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu


Tubuh dan Denyut Jantung (Lanjutan)
Konsumsi Ventilasi Denyut
Kategori Beban
Oksigen Paru Suhu (oC) Jantung
Kerja
(1/min) (1/min) (denyut/menit)
Berat 1,5 – 2 31 – 43 38 – 38,5 125 – 150
Sangat Berat 2 – 2,5 43 – 56 38,5 – 39 150 – 175
Sangat Berat
2,5 – 4 60 – 100 >39 >175
Sekali
Sumber : Boy I. Putra (2020)
Dilihat pada Tabel 2.1, kategori beban kerja sangat berat sekali
mengonsumsi energi sebesar 2,5-4 (l/menit) dengan denyut jantung lebih dari 175
denyut/menit.
Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat
digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan
aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang
bersangkutan. Di mana semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendek
waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis
yang berarti atau sebaliknya.

2.4.3 Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Jumlah Kebutuhan Kalori


Salah satu kebutuhan utama dalam pergerakan otot adalah kebutuhan akan
oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk pembakaran zat dalam
menghasilkan energi. Sehingga jumlah oksigen yang dipergunakan oleh tubuh
untuk bekerja merupakan salah satu indikator pembebanan selama bekerja.
Dengan demikian setiap aktivitas pekerjaan memerlukan energi yang dihasilkan
dari proses pembakaran. Semakin berat pekerjaan yang dilakukan maka akan
semakin besar pula energi yang dikeluarkan. Berdasarkan hal tersebut maka
besarnya jumlah kebutuhan kalori dapat digunakan sebagai petunjuk untuk
menentukan berat ringannya beban kerja.
24

Menurut Menteri Tenaga Kerja melalui Keputusan Nomor 51 (1999)


menetapkan kategori beban kerja menurut kebutuhan kalori sebagai berikut :
a. Beban kerja ringan : 100-200 Kilo kalori/jam
b. Beban kerja sedang: >200-350 Kilo kalori/jam
c. Beban kerja berat : >350-500 Kilo kalori/jam
Kebutuhan kalori dapat dinyatakan dalam kalori yang dapat diukur secara
tidak langsung dengan menentukan kebutuhan oksigen. Setiap kebutuhan 1 liter
oksigen akan memberikan 4,8 Kilo kalori. Sebagai dasar perhitungan dalam
menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh seseorang dalam melakukan
aktivitas pekerjaannya, dapat dilakukan melalui pendekatan atau taksiran
kebutuhan kalori menurut jenis aktivitasnya. Taksiran kebutuhan kalori per jam
untuk setiap kg badan dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kebutuhan Kalori Per Jam Menurut Aktivitas
Kilo Kalori/jam/
No. Jenis Aktivitas
kg berat badan
1 Tidur 0,98
2 Duduk dalam keadaan istirahat 1,43
3 Membaca dengan intonasi keras 1,50
4 Berdiri dengan tenang 1,50
5 Menjahit dengan tangan 1,59
6 Berdiri dengan konsentrasi terhadap suatu objek 1,63
7 Berpakaian 1,69
8 Menyanyi 1,74
9 Menjahit dengan mesin 1,93
10 Mengetik 2,00
11 Menyetrika (berat setrika ± 2,5 kg) 2,06
12 Mencuci peralatan dapur 2,06
Menyapu lantai dengan kecepatan ±38 kali per
13 2,41
menit
14 Menjilid buku 2,43
25

Tabel 2.2 Kebutuhan Kalori Per Jam Menurut Aktivitas (Lanjutan)


Kilo Kalori/jam/
No. Jenis Aktivitas
kg berat badan
15 Pelatihan ringan (light exercise) 2,43
16 Jalan ringan kecepatan ±3,9 km/jam 2,86
Pekerjaan kayu, logam dan pengecatan dalam
17 3,43
industri
18 Pelatihan sedang (moderate exercise) 4,14
19 Jalan agak cepat dengan kecepatan ±5,6 km/jam 4,28
20 Jalan turun tangga 5,20
21 Pekerjaan tukang batu 5,71
22 Pelatihan berat (heavy exercise) 6,43
23 Pergergajian kayu secara manual 6,86
24 Berenang 7,14
25 Lari dengan kecepatan ±8 km/jam 8,14
26 Pelatihan sangat berat (very heavy exercise) 8,57
Berjalan sangat cepat dengan kecepatan ±8
27 9,28
km/jam
28 Jalan naik tangga 15,80
Sumber : Boy I. Putra (2020)

2.5 Fisiologi
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi organ tubuh manusia yang
dipengaruhi oleh tekanan pada otot. Para ahli fisiologi telah memikirkan sistem
pekerjaan yang mengizinkan individu untuk menjalankan pekerjaan mereka tanpa
dipengaruhi oleh kelelahan yang berlebihan. Pada saat pekerjaan telah berakhir,
mereka tidak hanya dapat memulihkan dirinya dari kelelahan untuk dapat kembali
bekerja pada hari berikutnya, tetapi juga mereka akan mampu menikmati kegiatan
pada saat mereka tidak bekerja. (Sudaryati, 2020).
Fisiologi kerja merupakan salah satu cabang ilmu ergonomi yang fokus
terhadap pengukuran energi yang dikeluarkan atau energi yang dikonsumsi oleh
26

manusia. Energi yang dikonsumsi/ dikeluarkan terjadi karena adanya proses


metabolisme yang terjadi di dalam otot yang ditunjang oleh sistem cardiovascular
dan sistem pernafasan yang terdapat di dalam tubuh. (Rahayu, 2020). Secara
umum pengertian fisiologi memiliki makna lain karena berdasarkan sebuah objek
kajiannya fisiologi dikenal juga ilmu fisiologi manusia kemudian ilmu fisiologi
tumbuhan dan ilmu tentang fisiologi hewan, walaupun pada dasarnya prinsip
sebuah ilmu fisiologi sangat bersifat luas atau universal, hal tersebut sangat tidak
terlalu bergantung pada salah satu jenis dan tipe suatu organisme yang dipahami
dan dipelajari. (Hutabarat, 2017).

2.5.1 Cardiovascular Load (CVL)


Beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kalori yang
dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dan beban statis
yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang dapat
meningkatkan denyut nadi. Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang
sangat penting dalam peningkatan cardiac output dari istirahat sampai kerja
maksimum. Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah dan dapat
digunakan untuk menghitung indeks beban kerja. Denyut nadi untuk
mengestimasi indeks beban kerja fisik terdiri dari beberapa indikator perhitungan:
a. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai
atau dalam keadaan istirahat.
b. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja.
c. Nadi kerja adalah selisih antara jumlah denyut nadi dan denyut nadi
istirahat. Nadi kerja adalah selisih antara jumlah denyut nadi kerja dan
denyut nadi istirahat. (Desmon, 2021)
Manuaba dan Vanwonterghem (dalam Desmon, 2021), menentukan
klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang
dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskular
(cardiovascularload = %CVL) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :
100 x (denyut nadi kerja-denyut nadi istirahat)
%CVL= ................................(2.1)
denyut nadi maksimum-denyut nadi istirahat
27

Dimana menurut Tarwaka (2004) , rumus denyut maksimum adalah :


a. Laki- laki -> Denyut Nadi Maksimum = 220 – umur
b. Perempuan -> Denyut Nadi Maksimum = 200 – umur
Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan
klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut :
a. <30% = Tidak terjadi kelelahan
b. 30 s.d <60% = Diperlukan perbaikan
c. 60 s.d <80% = Kerja dalam waktu singkat
d. 80 s.d <100% = Diperlukan tindakan segera
e. >100% = Tidak boleh beraktivitas

2.5.2 Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi


Pengukuran denyut nadi selama kerja merupakan suatu metode untuk
menilai Cardiovasculair Strain. Salah satu peralatan yang dapat digunakan untuk
menghitung denyut nadi adalah pulseoximeter dengan menggunakan rangsangan
(ECG). Apabila peralatan tersebut tidak tersedia, maka dapat dicatat secara
manual memakai stopwatch dengan metode 10 denyut oleh Kilbon. Penggunaan
nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja mempunyai beberapa
keuntungan. Selain mudah, cepat, dan murah juga tidak diperlukan peralatan yang
mahal serta hasilnya cukup reliable. Di samping itu tidak terlalu mengganggu
proses kerja dan tidak menyakiti orang yang diperiksa. Kepekaan denyut nadi
terhadap perubahan pembebanan yang diterima tubuh cukup tinggi. Denyut nadi
akan segara berubah seirama dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal
dari pembebanan mekanik, fisika maupun kimiawi. Denyut nadi untuk
mengestimasi indeks beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yang
didefinisikan oleh Grandjean (dalam Tarwaka, 2004). Denyut nadi istirahat adalah
rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai; Denyut nadi kerja adalah rerata
denyut nadi selama bekerja; Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat
dan denyut nadi kerja. Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah
dan dapat digunakan untuk menghitung indeks beban kerja. .
28

2.5.3 Konsumsi Energi


Konsumsi energi merupakan parameter utama dalam penentuan tingkat
beban kerja fisik. Konsumsi energi pada waktu kerja dapat ditentukan dengan cara
tidak langsung (pengukuran tekanan darah, aliran darah, komposisi kimia dalam
darah, temperatur tubuh, tingkat penguapan dan jumlah udara yang dikeluarkan
paru-paru), dan dapat diukur dengan cara pengukuran denyut nadi. Denyut nadi
merupakan pengukuran beban kerja berdasarkan gerakan otot. Denyut nadi dapat
digunakan untuk mengukur kondisi fisik pekerja sebagai dasar tingkat kelelahan
seorang pekerja. Semakin besar tingkat fluktuasi denyut nadi, mengindikasikan
semakin besar tingkat beban kerja seseorang. Beban kerja yang berlebih ini dalam
jangka panjang berdampak pada penurunan produktivitas seseorang yang
diakibatkan kelelahan kerja. (Fathimahhayati dkk., 2019).
Denyut jantung dapat diubah ke dalam bentuk energi. Bentuk regresi
kuadratis yang menyatakan hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung
dapat dilihat pada Persamaan (1). Simbol Y adalah energi (kilokalori / menit),
simbol X adalah kecepatan denyut jantung (denyut / menit).
Y = 1,80411 – 0,0229038X + 4,71733 x 10-4X2...............................................(2.2)
Konsumsi energi untuk kegiatan tertentu merupakan selisih antara
pengeluaran energi pada saat kerja terhadap pengeluaran energi pada saat istirahat.
Perhitungan konsumsi energi dapat dilihat pada persamaan dibawah. Simbol KE
adalah konsumsi energi untuk kegiatan tertentu (kkal), simbol Et adalah
pengeluaran energi pada saat kerja (kkal), dan simbol Ei adalah pengeluaran
energi pada saat istirahat (kkal). (Andi Juhandi & Person, 2017)
29

2.6 Penelitian Terdahulu


Tabel 2.3 Daftar Penelitian Terdahulu
Nama Judul Metode Hasil
(Josua Samosir Analisis Beban Dengan Dalam perhitungan
dan Kerja Operator menggunakan %CVL terhadap
Sofiyanurriantu, Pada Stasiun metode operator di stasiun
2022) Boiler Cardiovuscular boiler diatas, 3 operator
Menggunakan Load (CVL) di stasiun boiler yaitu
Cardiovascular Halim Bako, Wito dan
Load (CVL). Edi Sanjaya mengalami
(Studi Kasus : PT. beban kerja fisik yang
Socfindo termasuk dalam
Indonesia kategori tidak terjadi
Perkebunan kelelahan pada
Seunagan) operator sedangkan 2
operator lainnya yaitu
Suroto dan dedi freato
mengalami beban kerja
fisik yang termasuk
dalam kategori
memerlukan perbaikan
dengan nilai yang
didapat yaitu 33.14%
(CVL 30% s/d < 60%)
dan 31.15%
(Yusi Hidjrawan, Pengukuran Beban Menggunakan Beban kerja
Irwanda dan Kerja Operator metode cardio berdasarkan persentase
Marlinda, 2022) Boiler vuscular diorders %CVL untuk operator
Berdasarkan (CVL) dan ke-1 didapatkan hasil
Denyut Nadi pengukuran 36,231, operator ke-2
30

Tabel 2.3 Daftar Penelitian Terdahulu (Lanjutan)


Nama Judul Metode Hasil
Melalui Konsumsi Energi 41,129, operator ke-3
Pendekatan 36,428, operator ke-4
Fisiologis Di PT. 35,664 yang berarti
Beurata Subur berada antara 30% s.d
Persada 60% yang tergolong
katagori diperlukan
perbaikan. Sedangkan
berdasarkan metode
brouha di dapatkan
rata-rata untuk operator
ke-1 219,333, operator
ke-2 221,333, operator
ke-3 224,666, operator
ke-4 221,333 dengan
rata-rata P1-P3 < 10
maka didapatkan
kesimpulan nadi
pemulihan tidak
normal, beban kerja
berlebihan, perlu ada
perbaikan.
(I Wayan Gede Analisis Beban Menggunakan Dari hasil penelitian
Suarjana, 2020) Kerja Mahasiswa metode dan Extra dan analisis maka
Praktikum Calorie due to dapat disimpulkan
Parasitologi Di Peripheral beban kerja pada
Program Studi Temperature mahasiswa praktikum
Ilmu Kesehatan (ECPT) dan Extra parasitologi Program
Masyarakat Calorie due to Studi Ilmu Kesehatan
31

Tabel 2.3 Daftar Penelitian Terdahulu (Lanjutan)


Nama Judul Metode Hasil
Universitas Negeri Peripheral Masyarakat Universitas
Manado Metabolism Negeri Manado
(ECPM) termasuk dalam
kategori sedang. Hasil
penilaian gangguan
muskuloskeletal dan
kelelahan subjektif
pada saat sebelum dan
sesudah praktikum
terjadi peningkatan
yang signifikan
(Monita Rahayu Analisa Beban Menggunakan Dari hasil penelitian ini
dan Sutresna Kerja Fisiologi metode bahwa pengukuran
Juhara, 2020) Mahasiswa Saat pengukuran konsumsi energi berada
Praktikum Analisa Konsumsi energi pada kategori ringan
Perancangan Kerja dan cardiovuscular terjadi pada 4
Dengan Metode load (CVL) mahasiswa yaitu
10 Denyut sebesar 189,74
Kkal/jam; 150,94
Kkal/jam;
187,62Kkal/jam dan
180,40 Kkal/jam,
Sedangkan untuk
pengukuran konsumsi
energi pada dua
mahasiswa lainnya
berada pada kategori
sedang yaitu sebesar
32

Tabel 2.3 Daftar Penelitian Terdahulu (Lanjutan)


Nama Judul Metode Hasil
220,08Kkal/jam dan
211,58Kkal/jam.
Sedangkan berdasarkan
%CVL berada dalam
kategori tidak terjadi
kelelahan
(Shakty Adhea Analisis Fisiologi Menggunakan Pengukuran konsumsi
Aditya, Ade Kerja untuk metode 10 denyut, energi menghasilkan
Momon Subagyo Mengetahui Beban Konsumsi Energi nilai 7,08 kkal/menit
dan Aldi Pratama, Kerja Fisik pada dan CVL (kerja sedang) pada
2022) Pekerja di UKM bagian penggorengan
Makaroni dan dan pada bagian
Kerupuk Doa Ibu pembungkusan dengan
nilai 4,14 kkal/menit
(kerja ringan). Untuk
pengukuran CVL
menghasilkan nilai
43,6% (perlu
perbaikan), sedangkan
pada bagian
pembungkusan yaitu
17,5% (tidak terjadi
kelelahan) sehingga
tidak perlu perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai