Anda di halaman 1dari 11

UPAYA MEMPERTAHANKAN ERGONOMI PADA POSISI BERBARING,

DUDUK, BERDIRI, DAN BERJALAN SERTA UPAYA MENCEGAH


HAZARD PSIKOSOSIAL
Timaida Adelina Sianipar

timaidasianipar05@gmail.com

Abstrac

Ergonomik yaitu ilmu ayang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan
mereka. Ergonomik berasal dari kata Yunani ergon yang artinya kerja dan nomos yang berarti
aturan, secara keseluruhan ergonomik berarti aturan yang berkaitan dengan kerja, sasaran
penelitian ergonomik adalah manusia pada saat bekerja dalam lingkungannya.Ergonomi adalah
komponen kegiatan dalam ruang lingkup hiperkes yang antara lain meliputi penyerasian
pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbale balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerja
Ergonomi mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan manusia. Sasaran
penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia
ialah untuk menurunkan stress atau tekanan yang akan dihadapi. Salah satu upaya yang
dilakukan antara lain menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak
melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembapan. Hal ini bertujuan agar sesuai dengan
kebutuhan tubuh manusia. Ada salah satu definisi yang menyebutkan bahwa ergonomi bertujuan
untuk “fitting the job to the worker”. Ergonomi juga bertujuan sebagai ilmu terapan biologi
manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar
mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya.

Kata Kunci : Ergonomik dan Bahaya hazard Psikososial


Latar Belakang

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah menjadi
kebutuhan pokok pada lapangan pekerjaan.Artinya peralatan dan teknologi merupakan salah satu
penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis
pekerjaan. Disamping itu,akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi
bahaya potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat di cegah dengan adanya
antisipasi berbagai resiko. Antara lin kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit
yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebkan
kecacataan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara
penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai
pendekatan ergonomic.Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang
ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok
tenaga kerja merupakan subyek dan obyek pembangunan. Ergonomic yang bersasaran akhir
efisiensi dan keserasian kerja memiliki arti penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek
maupun obyek. Akan tetapi sering kali suatu tempat kerja mengesampingkan aspek ergonomic
bagi para pekerjanya, hal ini tentunya sangat merugikan para pekerja itu sendiri.Pada umumnya
ergonomic belum diterapkan secara merata pada sector kegiatan ekonomi. Gagasannya telah
lama disebarluaskan sebagai unsure hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes), tetapi
sampai saat ini kegiatan-kegiatan baru sampai pada taraf pengenalan oleh khususnya pada pihak
yang bersangkutan, sedangkan penerapannya baru pada tingkat perintisan. Fungsi pembinaan
ergonomic secara teknis merupakan tugas pemerintah. Pusat Bina Hiperkes dan Keselamatan
Kerja memiliki fungsi pembinaan ini melalui pembinaan keahlian dan pengembangan
penerapannya. Namun begitu, sampai saat ini pengembangan kegiatan-kegiatannya baru
diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima ergonomic dan
penerapannya.

Metode

Dalam karya ilmiah ini penulis menggunakan metode kepustakaan dengan cara membaca
berbagai sumber seperti buku, ebook, jurnal, karya ilmiah dan sumber lainnya yang dapat
dipercaya dikarenakan agar tetap pembaca tidak dipusingkan dengan artikel- artikel yang kurang
efektif dan belum dianalisis kebenarannya. Sumber-sumber yang dibaca dan dicari oleh penulis
berkaitan dengan materi permasalahan yang akan dibahas oleh penulis sehingga sistematis yang
dibahas selalu berhubungan dan dapat mempermudah pemahaman pembaca.

Hasil

Ergonomi mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan manusia.


Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh
manusia ialah untuk menurunkan stress atau tekanan yang akan dihadapi. Salah satu upaya yang
dilakukan antara lain menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak
melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembapan.Penerapan Ergonomi di tempat kerja
bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan
sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama
yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai
lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan,
petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program
maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada
upaya memperbaiki performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy,
keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi
datangnya kelelahan yang terlalu cepat. itu disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki
pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan
kesalahan manusia (human errors).

Manusia adalah manusia, bukannya mesin. Mesin tidak seharusnya mengatur manusia,
untuk itu bebanilah manusia (operator/ pekerja) dengan tugas-tugas yang manusiawi.
Keselamatan pasien adalah bebas dari cideran fisik dan psikologis yang menjamin keselamatan
pasien, melalui penetapan system operasional, meminilisasi terjadinya kesalahan, mengurangi
rasa tidak aman pasien dalam sistem perawatan kesehatan dan meningkatkan pelayanan yang
optimal. Hazards adalah sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan. Ini dapat
mencakup substansi, proses kerja, dan atau aspek lainnya dari lingkungan kerja. Bahaya
psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek dari desain kerja, organisasi kerja dan
manajemen kerja, serta segala aspek yang berhubungan dengan lingkungan sosial kerja yang
berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada psikologi dan fisik-fisiologi pekerja Bahaya
psikososial ini secara langsung atau tidak akan berpengaruh terhadap konflik fisik dan karyawan
sehari-hari, jika seorang karyawan tidak dapat mengatasi beban bahaya ini dengan baik maka
karyawan tersebut akan jatuh dalam kondisi bosan, jenuh, stress dan akan mengalami gangguan
serta keluhan penyakit serta menurunkan produktivitas kerja keryawan. Pengenalan potensi
bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja,
serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya- upaya pengendalian dalam rangka
pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi.

Pembahasan

Ergonomik mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan manusia.


Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa ergonomik ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh
manusia ialah untuk menurunkan stress atau tekanan yang akan dihadapi. Salah satu upaya yang
dilakukan antara lain menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak
melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembapan. Hal ini bertujuan agar sesuai dengan
kebutuhan tubuh manusia. Ada salah satu definisi yang menyebutkan bahwa ergonomi bertujuan
untuk “fitting the job to the worker”. Ergonomik juga bertujuan sebagai ilmu terapan biologi
manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar
mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya.

Tujuan Ergonomi Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari
yang sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan dapat
meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan system serta
lingkungan yang cocok, aman, nyaman dan sehat.

Adapun tujuan penerapan ergonomic adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan meniadakan beban kerja tambahan(fisik
dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja
2. Meningkatkan kesejahteraan social dengan jalan meningkatkan kualitas kontaksesame pekerja,
pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan system kebersamaan dalam tempat kerja.
3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi,
antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem
manusia-mesin.

Ruang Lingkup Ergonomi

Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:

1. Tehnik

2. Fisik

3. Pengalaman psikis

4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian

5. Sosiologi

6. Fisiologi, kaitanya dengan temperature tubuh, oxygen up take, dan aktifitas otot

Manfaat Ergonomi

1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.

2. Menurunnya kecelakaan kerja.

3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.

4. Stress akibat kerja berkurang.

5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.

7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.

8. Kepuasan kerja meningkat

Sikap Berbaring

Posisi klien penting telentang (dorsal RACKBIKE — tergeletak di belakang), rawan (berbaring
pada perut), Sims' (semi-rawan-berbaring di samping [biasanya kiri] — dengan atas lutut
tertekuk), Fowler di (tergeletak di belakang, dengan kepala tinggi), lutut-dada atau genupectoral
(berbaring di lutut, dengan dada beristirahat di tempat tidur), dorsal lithotomy (tergeletak di
belakang, dengan kaki di sanggurdi), dan lateral (berbaring di samping). Posisi telentang dapat
dimodifikasi dengan menekuk lutut dan menempatkan kaki datar di tempat tidur.
Trendelenburg's (posisi kepala-down — berbaring dengan kepala lebih rendah dari kaki)-
digunakan untuk mengobati sengatan, dengan mempromosikan aliran darah ke otak. Posisi ini
juga digunakan untuk beberapa bagian dari postural drainase, untuk membantu mengeringkan
sekresi dari segmen paru-paru.

Sikap Duduk

Tulang punggung merupakan bagian tubuh yang memiliki peranan sangat besar dalam
menjaga kestabilan tubuh. sebagian besar aktivitas sehari-hari dapat dilakukan dalam posisi
duduk, sehingga penting untuk mengetahui posisi tubuh saat duduk yang benar untuk menjaga
kesehatan tulang punggung

Posisi Duduk Yang Benar :

1. Duduk tegak dengan punggung lurus dan bahu ke belakang. Paha menempel di dudukan

kursi dan bokong harus menyentuh bagian belakang kursi. Tulang punggung memiliki bentuk
yang sedikit melengkung ke depan pada bagian punggung, sehingga dapat diletakkan bantal
untuk menyangga kelengkungan tulang punggung tersebut.

2. Pusatkan beban tubuh pada satu titik agar seimbang. Usahakan jangan sampai membungkuk.
Jika diperlukan, kursi dapat ditarik mendekati meja agar posisi duduk tidak membungkuk.

3. Posisi lutut mempunyai peranan penting juga. Untuk itu tekuklah lutut hingga sejajar dengan
pinggul. Usahakan untuk tidak menyilangkan kaki.

4. Jika dudukan kursinya terlalu tinggi, penggunaan pengganjal kaki juga membantu
menyalurkan beban dari tungkai.
5. Jika ingin menulis tanpa meja, gunakanlah pijakan di bawah kaki namun posisi kaki tetap
sejajar dengan lantai. Akan tetapi hal ini sebaiknya tidak dilakukan terlalu lama karena akan
membuat tulang ekor menahan sebagian beban yang berasal dari paha.

6. Usahakanlah istirahat setiap 2 jam sekali dengan cara berdiri, peregangan sesaat, atau berjalan-
jalan di sekitar ruangan untuk mengembalikan kesegaran tubuh agar dapat tetap berkonsentrasi
dalam belajar

7. Tangan dibuat senyaman mungkin di atas meja, namun jangan lupa untuk mengistirahatkan
lengan dan siku. Jika diperlukan, dapat menggunakan sandaran tangan untuk membantu
mengurangi beban pada bahu dan leher anda agar tidak mudah lelah.

8. Jika ingin mengambil sesuatu yang berada disamping atau di belakang, jangan memuntir
punggung. Putarlah keseluruhan tubuh sebagai satu kesatuan.

Posidi duduk yang benar ,Posisi duduk yang salah

Sikap Berdiri

Ketika mengangkat, berjalan, atau melakukan kegiatan tubuh, keselarasan tubuh yang tepat
penting untuk menjaga keseimbangan. Ketika tubuh seseorang di alignment yang benar, Semua
otot bekerja sama untuk gerakan paling aman dan paling efisien, tanpa ketegangan otot.
Peregangan tubuh setinggi mungkin menghasilkan keselarasan. Ini dapat dicapai melalui tepat
postur (Lihat rajah 48-2). Ketika berdiri, berat badan sedikit ke depan dan didukung di bagian
luar kaki. Sekali lagi, kepala tegak, punggung lurus, dan perut terselip in. (ingat bahwa klien
tempat tidur harus di sekitar posisi yang sama sebagai jika dia berdiri

Sikap Berjalan

Berjalan kaki adalah salah satu latihan fisik benturan ringan yang bermanfaat bagi kesehatan.
Selain bisa memperbaiki suasana hati, berjalan kaki juga membantu mengatasi depresi.
Penelitian menunjukkan bahwa tingkat obesitas di negara-negara yang penduduknya biasa
berjalan kaki lebih rendah daripada negara-negara yang penduduknya mengandalkan mobil
sebagai sarana transportasi. Cara berjalan yang baik adalah:

1. Biasakan berjalan dengan tubuh yang tegak. Walaupun setiap orang memiliki cara berjalan
yang unik, ada sikap tertentu yang banyak orang lakukan saat berjalan, terutama dalam hal postur
tubuh. Biasakan berjalan dengan punggung tegak dan mengangkat dagu agar sejajar dengan
lantai. Dengan menjaga postur ini selama berjalan, Anda bisa bernapas lebih leluasa sebab tulang
punggung Anda tetap lurus sehingga tidak menekan diafragma. Jangan berjalan sambil
menunduk atau membungkuk sebab postur tubuh yang buruk lambat laun membuat punggung
terasa nyeri, leher kaku, dan bahkan muncul keluhan lain yang lebih serius

2. Gunakan otot betis, paha belakang, dan kuadrisep agar Anda bisa berjalan dengan baik.
Gerakan berjalan yang efektif melibatkan hampir semua otot tungkai, bukan hanya satu.
Visualisasikan bahwa saat ini Anda sedang berjalan. Langkahkan kaki kanan ke depan dengan
meletakkan tumit di lantai lalu gunakan otot paha belakang dan kuadrisep kaki kiri untuk
menggerakkan tubuh ke depan sampai Anda bisa memindahkan tumit kiri ke depan. Biasakan
melangkah dengan gerakan menggulung telapak kaki, yaitu mengangkat telapak kaki dimulai
dari tumit sampai ke jari-jari kaki dengan arah lurus ke depan. Cara ini akan mengaktifkan otot
betis sehingga telapak kaki membentuk sudut yang tepat saat terangkat dari lantai setiap kali
Anda melangkah.

3. Tariklah kedua bahu sedikit ke belakang, tetapi biarkan tetap rileks. Saat berjalan, Anda akan
lebih banyak mengandalkan otot kaki dan otot perut. Walau demikian, Anda harus tetap
memperhatikan postur tubuh atas. Menarik bahu sedikit ke belakang dalam kondisi rileks akan
banyak manfaatnya. Postur ini menjaga tubuh Anda agar tetap kuat dan stabil saat Anda
meluruskan punggung dari leher sampai pinggul. Melakukan postur ini sambil menegakkan
punggung dan mengangkat dagu akan mencegah ketegangan di punggung dan menghindari
terjadinya cedera. Selain itu, cara ini membantu Anda membentuk kebiasaan berjalan yang baik
sehingga tubuh Anda tidak bungkuk yang cenderung menimbulkan nyeri dan ketegangan bahu.
Terakhir, dengan menarik bahu sedikit ke belakang, penampilan Anda akan lebih baik karena
postur ini menunjukkan kepercayaan diri dan kekuatan. Walaupun terkesan sepele, hal ini
sangatlah penting

4. Ayunkan lengan selama Anda berjalan. Mengayunkan lengan adalah hal biasa bagi banyak
orang. Biarkan kedua lengan tergantung ke bawah secara alami. Saat mulai berjalan, lengan
Anda akan berayun sedikit. Semakin cepat Anda berjalan, semakin lebar ayunannya.
Mengayunkan lengan adalah sesuatu yang alami ketika Anda berjalan. Penelitian membuktikan
bahwa cara ini bisa meningkatkan efisiensi dari setiap langkah Anda. Berjalan sambil
mengayunkan lengan membantu Anda melangkah lebih lebar dengan energi metabolik yang
sama besarnya seperti jika Anda tidak mengayunkan lengan.[3] Jadi, jangan takut mengayunkan
lengan saat berjalan. Jangan khawatir, Anda tidak akan terlihat seperti pendekar. Jika cuaca tidak
terlalu dingin, jangan masukkan tangan ke dalam saku agar Anda bisa mengayunkan lengan.
Dengan demikian, Anda akan memperoleh manfaatnya, yaitu berjalan lebih cepat dan lebih jauh.

Berjalan yang benar , Berjalan yang salah

Cara Mengangkat beban

1. Pemanasan : Sama halnya seperti olahraga yang mengharuskan pelakunya untuk pemanasan
supaya terhindar dari cedera. Kemudian, jaga bagian kaki dalam posisi lebar atau terbuka.
Tujuannya agar dapat menopang tubuh Anda saat mulai mengangkat barang. Posisi kaki harus
kuat, sama halnya seperti posisi kuda-kuda dalam olahraga karate.

2. Jongkokan badan ke bawah, pastikan Anda membengkokan bagian pinggul dan lutut. Lipat
satu kaki di depan dan lipat satu kaki lainnya di lantai, posisi ini biasa disebut half kneeling.
Kondisikan posisi badan Anda agar selalu tegak karena dapat meluruskan tulang belakang.
Angkat barang secara perlahan sambil meluruskan lutut dan pinggul Anda. Ketika mengangkat
barang hindari gerakan memutar.

3. Angkat barang agar tetap dekat dengan bagian perut. Ketika mengganti arah, putar bagian
pinggul terlebih dahulu kemudian bahu. Saat menurunkan badan jongkokan badan secara
perlahan diikuti dengan bengkokan lutut dan pinggul.

4. Jangan gunakan pinggang Anda untuk mengangkat dan menurunkan barang. Sebagian besar
cedera dikarenakan melakukan posisi membungkuk ketika mengambil barang. Posisi
membungkuk dapat memberikan tekanan pada pinggang bagian bawah.

Definisi Hazard

Suardi R. (2005) menyatakan bahwa hazards adalah sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab
kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja, dan atau aspek lainnya dari lingkungan
kerja.

Menurut A.M. Sugeng Budiono, dalam artikelnya “hazards” yang sering disebut potensi bahaya
merupakan sumber resiko yang potensial mengakibatkan kerugian baik material, lingkungan
maupun manusia.

Safety Engineer Career Engineer Career Workshop (2003) mendefinisikan Hazard sebagai
kondisi fisik yang berpotensi menyebabkan kerugian / kecelakaan bagi manusia atau lingkungan.
Ketika hazard timbul, maka peluang terjadinya efek-efek yang buruk tersebut akan muncul.

Bahaya Psikososial

Banyak peneliti yang mengobservasi bahwa kondisi kerja tidak hanya menimbulkan
penyakit akibat kerja tetapi juga memegang peranan penting dalam hal kesehatan pekerja. Aspek
psikologi dari pekerjaan telah menjadi subjek penelitian sejak 1950 ( Jonhson, 1996; sauter at al.,
1998 ). Awalnya psikologi hanya ditujukan pada hambatan pekerja untuk beradaptasi terhadap
aturan kerja daripada terhadap potensi bahaya dari karakteristik lingkungan kerja yang mungkin
dirasakan pekerja ( Gardell, 1982). Tetapi dengan penelitian tentang lingkungan kerja
psikososial dan psikologi kerja pada tahun 1960 ( Johnson & Hall, 1996 ) fokus pembahasan
telah beralih dari perspektif individu ke arah pengaruh dari aspek lingkungan kerja terhadap
kesehatan.
Bahaya psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek dari desain kerja, organisasi
kerja dan manajemen kerja, serta segala aspek yang berhubungan dengan lingkungan sosial kerja
yang berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada psikologi dan fisik-fisiologi pekerja ( Cox &
Griffiths, 2002 ) dalam Research on Work-Related Stress 2002.

Bahaya psikososial dapat disimpulkan menjadi beberapa aspek berdasarkan kategori


karakteristik kerja, organisasi dan lingkungan kerja dimana dapat menyebabkan bahaya
( hazardous ). Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik kerja dapat digunakan untuk
menggambarkan bahaya kaitannya dengan hubungan kerja ( context to work ) atau isi dari
pekerjaan ( content of work ). Kondisi yang tak pasti dari aspek kerja ini dapat menimbulkan
stress dan berbahaya bagi kesehatan. Banyak dari berbagai kejadian penyakit berhubungan
dengan psikologi .

Kategori hazard psikososial

KategoriKondisi yang menggambarkan bahayaContext to work Fungsi dan budaya


organisasiKomunikasi yang buruk, rendahnya dukungan untuk pemecahan masalah dan
pengembangan pribadi, kurangnya pemahaman terhadap tujuan organisasiPeran dalam
organisasiAmbiguitas dan konflik peran, tanggung jawab terhadap orang lainPengembangan
karirKetidakpastian dan stagnasi karir, underpromotion atau overpromotion, insentif yang buruk,
rendahnya nilai sosial terhadap pekerjaanLatitude keputusan/ pengendalianPartisipasi yang
rendah pada pembuatan keputusan, kurangnya pengendalian terhadap pekerjaan (pengendalian,
khususnya pada bentuk partisipasi, termasuk juga konteks dan wider organizational
issue)Hubungan interpersonal pada pekerjaanIsolasi sosial atau fisik, buruknya hubungan dengan
atasan, konflik interpersonal, kurangnya dukungan sosialHome-work interfaceKonflik demand of
work and home, dukungan rendah dari rumah, masalah dualisme karirLingkungan kerja dan
perlengkapan kerjaMasalah yang berkaitan dengan reliabilitas, ketersediaan, kesesuaian, serta
pemeliharaan atau perbaikan terhadap peralatan dan fasilitasDesain tugasKurangnya keragaman
dari siklus singkat kerja, fragmented atau meaningless work, underuse of skills, tingginya
ketidakpastianBeban kerja/ workpaceBeban kerja lebih atau kurang, kurangnya pengendalian
terhadap over pacing, tingginya tingkat tekanan waktuJadwal kerjaWaktu gilir kerja, jadwal
pekerjaan yang tidak fleksibel, waktu kerja yang tidak dapat diprediksi, waktu yang panjang atau
unsocial.

Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja

Merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat
dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit
akibat kerja yagmungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal
atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain :

1. faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang
digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri
2. faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam lingkungan,
yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil
akhir

3. faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang
melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik
maupun psikis.

Potensi bahaya Psiko-sosial

Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenaga
kerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti: penempatan tenaga kerja
yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya,
sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga
kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh,
serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.

PENUTUP

Kesimpulan

Keselamatan pasien adalah bebas dari cideran fisik dan psikologis yang menjamin
keselamatan pasien, melalui penetapan system operasional, meminilisasi terjadinya kesalahan,
mengurangi rasa tidak aman pasien dalam sistem perawatan kesehatan dan meningkatkan
pelayanan yang optimal.Bahaya psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek dari
desain kerja, organisasi kerja dan manajemen kerja, serta segala aspek yang berhubungan dengan
lingkungan sosial kerja yang berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada psikologi dan fisik-
fisiologi pekerja Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya
pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yagmungkin terjadi.

Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenaga
kerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti: penempatan tenaga kerja
yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya,
sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga
kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh,
serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.

Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih
banyak yang dapat di pertanggung jawabkan.
Daftar Pustaka

Anugrah, dkk. (2013). Usulan Perbaikan Sistem Kerja dengan Pendekatan 10 Physical
Ergonomics Principles di Bengkel Sepatu Cibaduyut. Jurnal Online Institute Teknologi Nasional.
Vol.1,No.2.

Cornell (2016). Workplace Ergonomics Risk Assesment (WERA). Diakses pada 16 Februari
2017 dari http://ergo.human.cornell.edu/ahWERA.html.
Data Antropometri. Diakses pada tanggal 12 April 2017 dari
antropometriindonesia.org/index.php/detail/artikel/4/10/data_antropometri.

Harrianto, R. 2012. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Herqutanto., H. Harsono., M. Damayanti., dan Elsa P. Setiawati. 2017. Stres Kerja pada Perawat
di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Artikel Penelitian. Vol 5, No. 1

Hasibuan, M. dkk. (2014). Analisis keluhan rasa sakit pekerja dengan menggunakan metode reba
di stasiun penjemuran. Jurnal Teknik Industri FT USU. Vol.5, No.1 ; 26-30

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (2016). Industri Mebel Diyakini Tumbuh 10%
Tahun Ini. Diakses pada 26 Januari 2017 dari http:// agro.kemenperin.go.id.

Murniasih, Erny (2012).Peraturan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan : Sebelum dan Sesudah
Pengalihan ke Daerah, Jakarta: Majalah Defis, Ed.3

Mahardika, T. dan Pujotomo, D. (2014). Perancangan Fasitilas Kerja Untuk Mengurangi


Keluhan Musculoskeletal Disorders (Msds) Dengan Metode Rappid Entire Body Assesment
Pada Pekerja Pembuatan Paving Dan Batako Pada Ukm Usaha Baru. Semarang: Program Studi
Teknik Industri Universitas Diponegoro. Semarang. Jurnal TI Undip. Vol.9, No 2 ; 109- 116.

Tumanggor, M.M. dkk (2013). Perancangan Fasilitas Kerja Dengan Menggunakan Qfd (Quality
Function Deployment) Dengan Memperhatikan Prinsip Ergonomi Di Pt.Xyz. Medan: Jurnal
Teknik Industri FT USU. Vol 8, No. 1 ; 38-43.

Simamora, R. H. (2011). ROLE CONFLICT OF NURSE RELATIONSHIP WITH


PERFORMANCE IN THE EMERGENCY UNIT OF HOSPITALS RSD DR. SOEBANDI
JEMBER. The Malaysian Journal of Nursing, 3(2), 23-32.

Anda mungkin juga menyukai