Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INDIVIDU K3 DALAM KEPERAWATAN

ERGONOMI DALAM KEPERAWATAN

Oleh :

NAMA : I GEDE KARISMA NANDA

NIM : C1120005

KELAS : 3A KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BINA USADA BALI

2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah menjadi
kebutuhan pokok pada lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan salah
satu penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis
pekerjaan. Disamping itu,akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada
menghadapi bahaya potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat di cegah
dengan adanya antisipasi berbagai resiko. Antara lain kemungkinan terjadinya penyakit
akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang
dapat menyebkan kecacataan atau bahkan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh
semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomi.
      Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang ketenagakerjaan
yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja
merupakan subyek dan obyek pembangunan. Ergonomi yang bersasaran akhir efisiensi dan
keserasian kerja memiliki arti penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek maupun obyek. 
Akan tetapi sering kali suatu tempat kerja mengesampingkan aspek ergonomi bagi para
pekerjanya, hal ini tentunya sangat merugikan para pekerja itu sendiri.
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban-beban tersebut tergantung
bagaimana orang tersebut bekerja. Beban dimaksud dapat berupa fisik ataupun mental.
Menurut Suma’mur (1984) bahwa kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda satu
kepada yang lainnya dan sangat tergantung dengan tingkat keterampilan, kesegaran jasmani,
keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh dan pekerja yang bersangkutan.  Inilah
maksud penetapan tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan yang tepat atau pemilihan tenaga
kerja tersehat untuk pekerjaan yang sehat pula.

Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban kerja merupakan salah satu
teknik manajemen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan
pengkajian yang dilakukan secara analisis. Informasi jabatan tersebut dimaksudkan agar
dapat digunakan sebagai alas untuk menyempurnakan aparatur baik di bidang kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan sumberdaya manusia (Menpan, 1997, dalam Utomo, 2008).
      Pada umumnya ergonomic belum diterapkan secara merata pada sektor kegiatan
ekonomi. Gagasannya telah lama disebarluaskan sebagai unsur hygiene perusahaan dan
kesehatan kerja (hiperkes), tetapi sampai saat ini kegiatan-kegiatan baru sampai pada tahap
pengenalan khususnya pada pihak yang bersangkutan, sedangkan penerapannya baru pada
tingkat perintisan. Fungsi pembinaan ergonomi secara teknis merupakan tugas pemerintah.
Pusat Bina Hiperkes dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi pembinaan, melalui pembinaan
keahlian dan pengembangan penerapannya. Namun begitu, sampai saat ini pengembangan
kegiatan-kegiatannya baru diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk
menerima ergonomi dan penerapannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan ergonomi ditempat kerja?
2. Apakah tujuan, manfaat, dan ruang lingkup ergonomi di tempat kerja?
3. Bagaimana metode dan pengembangan ergonomi ditempat kerja?
4. Apakah Pengertian dari beban kerja di tempat kerja?
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja apa saja?
6. Apa saja Keluhan-Keluhan  Di Tempat Kerja Yang Berkaitan Dengan Ergonomi?
7. Waktu bekerja dan istirahat yang baik bagi pekerja seperti apa?
8. Apa saja upaya kesehatan kerja?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari Ergonomi
2. Untuk mengetahui tujuan, manfaat dan ruang lingkup ergonomi di tempat kerja.
3. Untuk mengetahui metode dan pengembangan ergonomi ditempat kerja.
4. Untuk mengetahui definisi dari beban kerja.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja
6. Untuk mengetahui Keluhan-keluhan  di tempat kerja yang berkaitan dengan ergonomi
7. Untuk mengetahui Waktu bekerja dan istirahat yang baik bagi pekerja
8. Untuk mengetahui upaya kesehatan kerja yang dilakukan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ergonomi Dan Beban Kerja


Ergonomi yaitu ilmu yang penerapanya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan
lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan
efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor manusia seoptimal-optimalnya.
Ergonomi adalah komponen kegiatan dalam ruang lingkup hiperkes yang antara lain meliputi
penyerasian pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbal balik untuk efisiensi dan
kenyamanan kerja.
Pengertian beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan.
Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan
seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang menerima beban kerja
tersebut. Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja psikologis. Beban kerja
fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, merawat, mendorong. Sedangkan
beban kerja psikologis dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang
dimiliki individu dengan individu lainnya (Manuaba, 2000).
Menurut Permendagri No. 12/2008, pengertian beban kerja adalah besaran pekerjaan
yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume
kerja dan norma waktu (Utomo, 2008).
Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi
tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang jabatan yang
dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis
beban kerja atau teknik manajemen lainnya.
Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas kerja sehari-hari. Adanya
massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh barat tubuh, memungkinkan kita untuk
dapat menggerakkan tubuh dan melakukan pekerjaan. Pekerjaan disatu pihak mempunyai arti
penting bagi kemajuan dan peningkatan prestasi. Di sisi lain, dengan pekerjaan berarti tubuh
akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain bahwa setiap pekerjaan
merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun
beban mental.
Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja diterima oleh seseorang  harus
sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun
keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Menurut Suma’mur (1984) bahwa
kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat
tergantung dari tingkatan keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia
dan ukuran tubuh dari pekerjaan yang bersangkutan.
B. Tujuan, Manfaat, Dan Ruang Lingkup Ergonomi Di Tempat Kerja
1. Tujuan Ergonomi
Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang
sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan
dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat
menciptakan sistem serta lingkungan yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan meniadakan beban kerja
tambahan(fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan
kepuasan kerja
b. Meningkatkan kesejahteraan social dengan jalan meningkatkan kualitas kontak
sesame pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan system
kebersamaan dalam tempat kerja.
c. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik,
ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan
meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.
2. Mamfaat Ergonomi
a. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
b. Menurunnya kecelakaan kerja.
c. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
d. Stress akibat kerja berkurang.
e. Produktivitas membaik.
f. Alur kerja bertambah baik.
g. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
h. Kepuasan kerja meningkat
3. Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:
a. Tehnik
b. Fisik
c. Pengalaman psikis
d. Anatomi,utamanya yang berhubungan dengan kekuatandangerakan otot dan
persendian
e. Sosiologi
f. Fisiologi, kaitanya dengan temperature tubuh, oxygen up take, dan aktifitas
otot
g. Desain, dll

C. Metode Dan Pengembangan Ergonomi Ditempat Kerja


1. Metode – Metode Ergonomi ditempat Kerja
1. Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat
kerja, penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomi checklist dan
pengukuran lingkungan kerja lainnya. variasi akan sangat luas mulai dari yang
sederhana sampai kompleks.
2. Treathment
Dapat dilakukan dengan cara perubahan posisi meubel, letak
pencahayaan atau jendela yang sesuai, Membeli furniture sesuai dengan
dimensi fisik pekerja.
3. Follow up
Bisa dilakukan dengan cara menanyakan kenyamanan, bagian badan
yang sakit, nyeri bahu  dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain.
2. Pengembangan Ergonomi Ditempat Kerja
a. Pengorganisasian kerja
 Semua sikap tubuh membungkuk atau sikap tubuh yang tidak alamiah harus
dihindari. Fleksi tubuh atau kepala ke arah samping lebih melelahkan dari
sedikit membungkuk ke depan. Sikap tubuh yang disertai paling sedikit
kontraksi otot statis dirasakan paling nyaman.
 Posisi ekstensi lengan yang terus-menerus baik ke depan, maupun ke samping
harus dihindari. Selain menimbulkan kelelahan, posisi lengan seperti itu
sangat mengurangi ketepatan kerjadan ketrampilan aktivitas tangan.
 Selalu diusahakan agar bekerja dilakukan sambil duduk. Sikap kerja denagn
kemungkinan duduk dan berdiri silih berganti juga dianjurkan.
 Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang berlawanan.
Bila hanya satu lengan saja yang bergerak terus-menerus, maka otot-otot
tubuh yang lainnya akan berkontraksi statis. Gerakan berlawanan
memungkinkan pula pengendalian saraf yang lebih cermat terhadap kegiatan
pekerjaan tangan.
b. Bangku atau meja kerja
Pembuatan bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin sering-sering adalah
penyebab kerja otot statis dan posisi tubuh yang tidak alamiah. Maka syarat-syarat
bangku kerja yang benar adalah sebagai berikut :

 Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan mudah
dengan jarak optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil ukuran benda,
makin dekat jarak lihat optimal dan makin tinggi area kerja.
 Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus
ditempatkan sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-gerakan
yang paling sering dilakukan dalam keadaan fleksi.
 Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan pemberian
penunjang siku, lengan bagian bawah, atau tangan. Topangan-topangan
tersebut harus diberi bahan lembut dan dapat di stel, sehingga sesuai bagi
pemakainya.
c. Sikap  kerja
 Tempat duduk
Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang
bekerja dengan sikap duduk mendapatkan kenyamanan dan tidak mengalami
penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi
darah.
 Meja kerja
Tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan
dengan sikap tubuh pada saat bekerja.
 Luas pandangan
Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan diukur dari
tinggi mata adalah 0-30° vertical kebawah, dan 0-50° horizontal ke kanan dan
ke kiri
d. Proses kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran
anthropometri barat dan timur.
e. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan
simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-
kata.
f. Mengangkat beban
Bermacam cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala, bahu, tangan,
punggung , dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang
punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat dan


mengangkut adalah sebagai berikkut :
 Beban yang diperkenakan,  jarak angkut dan intensitas pembebanan.
 Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik
turun dll.
 Keterampilan bekerja
 Peralatan kerja beserta keamanannya
 Cara-cara mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi 2 prinsip
kinetis yaitu :
1) Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang keluar dan sebanyak
mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari
pembebanan
2) Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.
 Penerapan :
 Pegangan harus tepat
 Lengan harus berada sedekatnya pada badan dan dalam posisi lurus
 Punggung harus diluruskan
 Dagu ditarik segera setelah kepala bisa di tegakkan lagi seperti pada
permulaan gerakan
 Posisi kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi
momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat
 Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertical yang
melalui pusat grafitas tubuh.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja
1. Beban kerja oleh karena faktor eksternal
Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh
pekerja. Yang termasuk beban kerja eksternal adalah tugas (task) itu sendiri,
organisasi dan lingkungan kerja, ketiga aspek ini sering disebut sebagai stressor.
 Tugas-tugas yang dilakukan baik yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, sikap
kerja, beban yang diangkat-angkut, peralatan , sarana informasi dll.  Sedangkan
tugas-tugas yang bersifat mental , seperti tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung
jawab terhadap pekerjaan , dll.
 Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja,  seperti lamanya waktu
kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, model struktur organisasi,
sistem pelimpahan tugas dan wewenang , dll.
 Lingkungan kerja yang dapat memberikan beban tambahan kepada pekerja adalah
; lingkungan kerja fisik, seperti intensitas penerangan, kebisingan, temperatur
ruangan, getaran , dll. lingkungan kerja kimiawi, seperti debu, gas-gas pencemar
udara, uap logam, dll. lingkungan kerja biologis, seperti bakteri, virus, jamur,
parasit dll. lingkungan kerja psikologis, seperti pemilihan dan penempatan tenaga
kerja, hubungan antara pekerja dengan pekerja, atasan dan bawahan, dll.
2. Beban Kerja Oleh Karena Faktor Internal
Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu
sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut
dikenal sebagai strain . Berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif
maupun subjektif. Penilaian secara objektif , yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis.
Sedangkan penilaian subjektif dapat dilakukan secara subjektif berkaitan erat dengan
harapan, keinginan, kepuasan dll. Secara lebih ringkas faktor internal meliputi ; faktor
somatis ( jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi ), faktor
psikis ( motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan dll. ).
Secara garis besar, kegiatan manusia dapat digolongkan dalam dua komponen
utama yaitu kerja fisik (menggunakan otot sebagai kegiatan sentral) dan kerja mental
(menggunakan otak sebagai pencetus utama). Beban kerja yaitu sejumlah kegiatan,
waktu, dan energi yang harus dikeluarkan seseorang baik fisik ataupun mental dengan
memberikan kapasitas mereka untuk memenuhi tuntutan tugas yang diberikan.
E. Keluhan-Keluhan  Di Tempat Kerja Yang Berkaitan Dengan Ergonomi
1. Ketidak tepatan kursi kerja, menyebabkan keluhan kepala, leher, bahu, pinggang,
lengan, tangan, lutut, kaki, dan paha
a. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat
dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak
terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
1) Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual)
2) Mata merupakan indera yang mempunyai peranan penting dalam
penyelesaian pekerjaan.
3) Kebisingan
       Pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:
 Kerusakan pada indera pendengaran
 Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian
 Pengaruh faal seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur dan efek-
efek saraf otonom
 Efek psikologis
b. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-
tiba dan berat gejalanya.
c. Psikologis dan emotional fatique.
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis
“mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik.
Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya
di tempat kerja.
F. Waktu Bekerja Dan Istirahat Yang Baik Bagi Pekerja
1. Lama bekerja
Lamanya pekerja dalam sehari yang baik pada umumnya 6 – 8 jam sisanya
untuk istirahat atau kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam hal lamanya
kerja melebihi ketentuan-ketentuan yang ada, perlu diatur istirahat khusus dengan
mengadakan organisasi kerja secara khusus pula.pengaturan kerja demikian bertujuan
agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani serta rohani dapat dipertahankan.
2. Istirahat
Terdapat 4 jenis istirahat yaitu :
 istirahat secara spontan adalah istirahat pendek setelah pembebanan
 istirahat curian terjadi jika beban kerja tidak di imbangi oleh kemampuan kerja.
 Istirahat yang ditetapkan  adalah istirahat atas dasar ketentuan perundang-
undangan
 Istirahat oleh karena proses kerja  tergantung dari bekerjanya mesin peralatan
atau prosedur-prosedur kerja
G. Upaya Kesehatan Kerja
1. Gizi dan produktivitas
Dalam bekerja seorang pekerja dalam kehidupannya memerlukan kalori
makanan yang cukup demi menunjang aktivitas pekerjaannya.
Adapun susunan makana yang baik bagi pekerja adalah sebagai berikut :
 Makan pokok,
 Lauk pauk,
 Sayuran,
 Buah
 Penerangan dan dekorasi
2. Penerangan dan dekorasi tempat kerja
yaitu keserasian fungsi mata terhadap pekerjaan
 Intensitas penerangan
Tabel 2 Pedoman intensitas penerangan
Pekerjaan Contoh-contoh Tingkat penerangan yang
perlu
Tidak teliti Penimbunan barang 80 – 70
Agak teliti Pemasangan (tidak teliti) 170 – 350
Teliti Membaca, menggambar 350 – 700
Sangat teliti Pemasangan(teliti) 700– 10.000
 Warna di tempat kerja
Warna yang dipakai di tempat kerja sangat berpengaruh karena
menimbulkan penciptaan kontras warna agar tangkapan mata dan
pengadaan lingkungan psikologis yang optimal.
3. Pemeliharaan pendengaran dan penggunaan musik
a. Kebisingan,efek dan pencegahannya
Adapun pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:
 Kerusakan pada indera pendengaran
 Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian
 Pengaruh faal,seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur, dan efek-efek
saraf otonom
 Efek psikologis yaitu perasaan terganggu dan ketidaksenangan
4. Music dan pekerjaan
Musik dalam kerja diharapkan meningkatkan kegairahan dan kesegaran, tetapi
musik tidak dapat dipergunakan dalam pekerjaan yang memiliki kebisingan tinggi,
karena pada keadaan seperti itu music menambah besarnya gangguan. Musik
dapat dimainkan pada saat sebelum bekerja, Ketika bekerja, pada waktu istirahat
atau ketika pulang menurut keperluan.
5. Olahraga dan kesegaran jasmani
Mengingat pentingnya kesegaran jasmani untuk kesehatan dan produktivitas
maka pembinaan kesegaran jasmani perlu mendapat perhatian yang lebih,
sungguh-sungguh baik berupa pelaksanaan, pembinaan kesegaran jasmani yang
khusus maupun melalui berbagai kegiatan olahraga. Pembinaan kesegaran jasmani
perlu dilaksanakan sejak seleksi karyawan yang berupa tes kesegaran jasmani.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam
keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan
tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak
pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab
terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman
K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait
dalam pembinaannya. Ergonomi  secara tehnis merupakan bagian dari hygiene kesehatan dan
keselamatan kerja, namun sampai saat ini pengembangannya baru diselenggarakan dan masih
menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima ergonomi dan penerapannya. Untuk
mendapat manfaat dari ergonomi perlu dibuat suatu program untuk menggerakkan baik
masyarakat industr maupun tradisional agar ergonomic diterapkan secara luas. Program
demikian meliputi kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut :
 Kegiatan penyuluhan yang ditujukan kepada kelompok yang penerapan ergonominya
adalah khusus
 Evaluasi dan koreksi keadaan ergonomi di tempat-tempat kerja melalui kunjungan-
kunjungan perusahaan oleh tim-tim teknis.
 Standarisasi dalam ergonomi atas dasar data-data yang diperoleh dari evalusi dan
perbaikan
Kegiatan-kegitan tersebut ditingkatkan dari tahun ketahun secara bertahap dalam
program jangka pendek dan jangka menengah.Dengan terciptanya program ini bagian
terpenting program jangka pendek telah terselesaikan. Setelah program jangka menengah
dilalui, pembudayaan ergonomi lebih lanjut dapat diselenggarakan antara lain melalui
pendidikan masyarakat dan pendidikan formal. Bagi pengembangan ergonomi, penelitian
memegang peranan penting. Untu pelaksanaannya, perlu kerja sama interdisipliner antar
lembaga-lembaga seperti perguruan tinggi, lembaga-lembaga penelitian dan badan-badan
lainnya. Hasil-hasil penelitian tersebut perlu disebarluaskan dan dituangkan dalam standar-
standar bagi penyelenggaran praktik selanjutnya.
Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat digunakan
untuk penentuan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas pekerjaannya
sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan. Semakin berat beban
kerja maka semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tampa kelelahan dan
gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.
B. Saran
 Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi
kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja
disamping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi
datangnya kelelahan yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin ergonomi
diharapkan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta
meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia (human
errors). Manusia adalah manusia, bukannya mesin. Mesin tidak seharusnya
mengatur manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja) dengan tugas-
tugas yang manusiawi.
 Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi yang
sistematis dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik
dan perilaku manusia didalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan
kerja yang dipakai.
DAFTAR PUSTAKA

Cermin Dunia Kedokteran No. 154, 2007


http://www.ergoweb.com/news/SubscribeNewsletter.cfm (Diakses tanggal 8 mei 2015)
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/tugas-ergonomi-3/ (Diakses tanggal 8 mei 2015)
Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI
http://ariagusti.wordpress.com/2010/10/17/tugas-kelompok-ergonomi di-tempat-
kerja/(Diakses tanggal 8 mei 2015)
Suma’mur, 1989, “Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja”, PT Temprint: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai