Oleh :
NIM : C1120005
KELAS : 3A KEPERAWATAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah menjadi
kebutuhan pokok pada lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan salah
satu penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis
pekerjaan. Disamping itu,akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada
menghadapi bahaya potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat di cegah
dengan adanya antisipasi berbagai resiko. Antara lain kemungkinan terjadinya penyakit
akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang
dapat menyebkan kecacataan atau bahkan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh
semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomi.
Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang ketenagakerjaan
yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja
merupakan subyek dan obyek pembangunan. Ergonomi yang bersasaran akhir efisiensi dan
keserasian kerja memiliki arti penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek maupun obyek.
Akan tetapi sering kali suatu tempat kerja mengesampingkan aspek ergonomi bagi para
pekerjanya, hal ini tentunya sangat merugikan para pekerja itu sendiri.
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban-beban tersebut tergantung
bagaimana orang tersebut bekerja. Beban dimaksud dapat berupa fisik ataupun mental.
Menurut Suma’mur (1984) bahwa kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda satu
kepada yang lainnya dan sangat tergantung dengan tingkat keterampilan, kesegaran jasmani,
keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh dan pekerja yang bersangkutan. Inilah
maksud penetapan tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan yang tepat atau pemilihan tenaga
kerja tersehat untuk pekerjaan yang sehat pula.
Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban kerja merupakan salah satu
teknik manajemen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan
pengkajian yang dilakukan secara analisis. Informasi jabatan tersebut dimaksudkan agar
dapat digunakan sebagai alas untuk menyempurnakan aparatur baik di bidang kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan sumberdaya manusia (Menpan, 1997, dalam Utomo, 2008).
Pada umumnya ergonomic belum diterapkan secara merata pada sektor kegiatan
ekonomi. Gagasannya telah lama disebarluaskan sebagai unsur hygiene perusahaan dan
kesehatan kerja (hiperkes), tetapi sampai saat ini kegiatan-kegiatan baru sampai pada tahap
pengenalan khususnya pada pihak yang bersangkutan, sedangkan penerapannya baru pada
tingkat perintisan. Fungsi pembinaan ergonomi secara teknis merupakan tugas pemerintah.
Pusat Bina Hiperkes dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi pembinaan, melalui pembinaan
keahlian dan pengembangan penerapannya. Namun begitu, sampai saat ini pengembangan
kegiatan-kegiatannya baru diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk
menerima ergonomi dan penerapannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan ergonomi ditempat kerja?
2. Apakah tujuan, manfaat, dan ruang lingkup ergonomi di tempat kerja?
3. Bagaimana metode dan pengembangan ergonomi ditempat kerja?
4. Apakah Pengertian dari beban kerja di tempat kerja?
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja apa saja?
6. Apa saja Keluhan-Keluhan Di Tempat Kerja Yang Berkaitan Dengan Ergonomi?
7. Waktu bekerja dan istirahat yang baik bagi pekerja seperti apa?
8. Apa saja upaya kesehatan kerja?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari Ergonomi
2. Untuk mengetahui tujuan, manfaat dan ruang lingkup ergonomi di tempat kerja.
3. Untuk mengetahui metode dan pengembangan ergonomi ditempat kerja.
4. Untuk mengetahui definisi dari beban kerja.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja
6. Untuk mengetahui Keluhan-keluhan di tempat kerja yang berkaitan dengan ergonomi
7. Untuk mengetahui Waktu bekerja dan istirahat yang baik bagi pekerja
8. Untuk mengetahui upaya kesehatan kerja yang dilakukan
BAB II
PEMBAHASAN
Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan mudah
dengan jarak optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil ukuran benda,
makin dekat jarak lihat optimal dan makin tinggi area kerja.
Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus
ditempatkan sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-gerakan
yang paling sering dilakukan dalam keadaan fleksi.
Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan pemberian
penunjang siku, lengan bagian bawah, atau tangan. Topangan-topangan
tersebut harus diberi bahan lembut dan dapat di stel, sehingga sesuai bagi
pemakainya.
c. Sikap kerja
Tempat duduk
Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang
bekerja dengan sikap duduk mendapatkan kenyamanan dan tidak mengalami
penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi
darah.
Meja kerja
Tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan
dengan sikap tubuh pada saat bekerja.
Luas pandangan
Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan diukur dari
tinggi mata adalah 0-30° vertical kebawah, dan 0-50° horizontal ke kanan dan
ke kiri
d. Proses kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran
anthropometri barat dan timur.
e. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan
simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-
kata.
f. Mengangkat beban
Bermacam cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala, bahu, tangan,
punggung , dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang
punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.