Anda di halaman 1dari 25

KEGIATAN 11

A. Judul
“Pemeriksaan Ergonomi Tempat Kerja”
B. Tujuan
1. Mengetahui cara pemeriksaan ergonomi suatu tempat kerja.
2. Mengetahui dan menganalisa dampak dari ergonomi tempat kerja.
C. Dasar Teori
1. Pengertian Ergonomi
Pengertian Ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja.
Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau
menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas
maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun
mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik, (Zulaihah,
2018).
Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja dalam sistem
itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaaan itu
dengan efektif, aman, dan nyaman. Ergonomi berkenaan juga dengan optimis,
efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di
rumah, dan tempat lainnya (Maiti & Bidinger, 2018).
Ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam system kerja. Kata “ergonomi”
berasal dari kata Yunani yaitu “ergon” berarti bekerja dan “nomos” berarti hokum
alam, dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek manusia dalam lingkungan
kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen
dan perancangan dan desain. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi
untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan
baik dalam beraktifitas meupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan
manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan
menjadi lebih baik, (Team Teaching, 2021).
Menurut Internasional Ergonomics Association (IEA), Ergonomi (atau human
factor) adalah disiplin ilmu yang mempelajari interaksi manusia dengan elemen
lainnya di dalam sebuah sistem, dan profesi yang mengaplikasikan prinsip-prinsip
teori, data dan metode untuk mendesain kerja yang mengoptimalkan kesejateraan
manusia dan kenerja sistem secara keseluruhan. Ergonomi adalah disiplin yang
berorentasi sitem, yang sekarang berlaku untuk semua aspek kegiatan manusia, ,
(Team Teaching, 2021).
Maksud dan tujuan disiplin ergonomi adalah mendapatkan pengetahuan yang
utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan lingkungan
kerja, selain itu ergonomi memiliki tujuan untuk mengurangi tingkat kecelakaan
saat bekerja dan meningkatkan produktifitas dan efisiensi dalam suatu proses
produksi. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan
dan menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas
maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun
mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Anwardi et
al., 2020).
Ergonomi dapat mengurangi beban kerja dengan evaluasi fisiologi, psikologi
atau cara-cara tak langsung, beban kerja dapat diukur dan dianjurkan modefikasi
yang sesuai diantara kapasitas kerja dengan beban kerja dan beban tambahan.
Tujuan utamanya adalah untuk menjamin kesehatan, tetapi dengan itu produktivitas
juga ditingkatkan dengan evaluasi kapasitas, isi kerja, waktu istirahat dan pengaruh
keadaan lingkungan (kelembaban, suhu, sirkulasi udara, kebisingan, penerangan,
warna, debu dan lain-lain). (Anwardi et al., 2020).
Ergonomi dapat dibagi menjadi 5 bidang kajian, yaitu :
a. Antropometri yaitu suatu ilmu yang mempelajari pengukuran dimensi tubuh
manusia baik dalam keadaan diam maupun bergerak yang digunakan untuk
merancang peralatan sistem kerja.
b. Faal kerja yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku bekerja, konsumsi energi
manusia dalam melakukan pekerjaannya.
c. Biomekanika kerja yaitu ilmu yang mempelajari gerakan-gerakan tubuh manusia
dalam bekerja meliputi kekuatan, ketepatan, ketelitian, ketahanan dan
keterampilan gerak.
d. Penginderaan yaitu ilmu yang mempelajari peran dan kerja indera manusia
dalam melakukan pekerjaannya.
e. Psikologi merupakan bidang yang berhubungan dengan masalah-masalah
kejiwaan yang banyak dijumpai di tempat kerja.
2. Tujuan Ergonomi
Tujuan utama dari ilmu ergonomi yakni tercapainya sistem kerja yang prosuktif
dan memiliki kualitas kerja yang baik disertai dengan rasa kenyamanan,
kemudahan, dan juga efisiensi kerja tanpa mengabaikan segi kesehatan dan
keselamatan kerja. Ergonomi dapat diterapkan dalam bekerja untuk meningkatkan
produktivitas kerja pada suatu organisasi dalam perusahaan. Hal ini dapat di capai
bila ada kesesuaian antara pekerja dan aktivitas kerjanya (Maiti & Bidinger, 2018).
Menurut Zulaihah (2018), Tujuan ergonomi adalah :
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera
dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna meningkatkan jaminan
sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Menurut Maiti & Bidinger (2018), terdapat tujuan utama ergonomi antara lain :
a. Memaksimalkan efisiensi karyawan
b. Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja
c. Menganjurkan agar bekerja secara aman, nyaman, dan bersemangat
d. Memaksimalkan bentuk kerja yang meyakinkan
Beberapa tujuan lain yang ingin dicapai dan penerapan ergonomi antara lain
sebagai berikut :
a. Desain pekerjaan pada suatu organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan
pengendalian administrasi, yaitu dengan rotasi kerja, shift kerja, dan juga
pengaturan jam istirahat pekerja.
b. Meningkatkan faktor K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Contohnya
melakukan desain pada sistem kerja/metode kerja untuk meminimalkan risiko
terjadinya postur yang janggal dan juga terdapat gejala keluhan lainnya.
Menurut Syafira (2019) terdapat tujuan ergonomi antara lain :
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera
dari penyakit akibat kerja (PAK), menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peingkatakan kualitas kontak sosial
dan juga meningkatkan jaminan sosial baik selama dalam waktu usia
produktif/setelah tidak produktif.
c. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan
antropologis dari setiap kualitas kerja dan hidup yang tinggi.
3. Prisip Ergonomi
Prinsip ergonomi yaitu pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja.
Menurut Syafira (2019) dalam diklat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi
sebagai berikut :
1) Bekerja dalam posisi/postur normal,
2) Mengurangi beban kerja,
3) Menempelkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan
4) Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh,
5) Mengurangi gerakan berulang dan berlebih,
6) Meminimalisasi gerakan statis,
7) Mencakup titik beban,
8) Mencakup jarak ruang
9) Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
10) Melakukan olahraga dan peregangan ringan saat bekerja,
11) Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti,
12) Mengurangi stress kerja.
4. Penerapan Ergonomi
Dalam penerapan ergonomi terbagi atas dua yaitu dalam bekerja dan di tempat
kerja.
a. Penerapan Ergonomi dalam bekerja
Ergonomi dapat diterapkan pada beberapa aspek dalam bekerja.penerapan
ergonomi antara lain dapat dilakukan pada posisi kerja, proses kerja, tata letak
tempat kerja, dan cara mengangkat beban (Maiti & Bidinger, 2018).
a) Posisi kerja
Terdiri dari posisi duduk dan berdiri. Posisi duduk dimana kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi
berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara
seimbang pada dua kaki (Maiti & Bidinger, 2018).
b) Proses kerja
Para karyawan dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi
waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan
ukuran anthropometri barat dan timur (Maiti & Bidinger, 2018).
c) Tata letak tempat kerja
Display tempat kerja harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas
kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
digunakan daripada kata-kata (Maiti & Bidinger, 2018).
d) Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yaitu dengan kepala,
bahu, tangan, punggung, dan sebagainya. Beban yang terlalu berat dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot, dan persendian akibat
gerak yang berlebihan (Maiti & Bidinger, 2018).
1. Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sebagai
beriku :
a. Laki-laki dewasa 40 kg
b. Wanita dewasa 15-20 kg
c. Laki-laki (16-18 tahun) 15-20 kg
d. Wanita (16-18 tahun) 12-15 kg
2. Organisasi kerja
Pekerjaan harus diatur dengan berbagai cara yaitu:
a. Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
b. Frekuensi pergerakan diminimalisasi
c. Jarak mengangkat beban dikurangi
d. Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengankat
tidak terlalu tinggi
e. Prinsip ergonomi yang relevan dapat diterapkan
3. Metode mengangkat beban
Semua karyawan harus latih begaimana cara mengankat beban. Motode
kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua
prinsip yaitu :
a. Otot lengan lebih banyak digunakan daripada otot punggung
b. Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan
Metode ini termasuk 5 faktor dasar :
a) Posisi kaki yang benar
b) Punggung kuat dan kekar
c) Posisi lengan dekat dengan tubuh
d) Mengangkat dengan benar
e) Menggunakan berat badan
4. Supervisis medis
Semua pekerja secara berkelanjutan harus mendapatkan supervisi medis
teratur antara lain :
a. Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya
b. Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya
dan mendeteksi bila ada kelainan
c. Nasihat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada
wanita muda dan yang sudah berumur.
b. Penerapan Ergonomi di tempat kerja
Dalam penerapan ergonomi ditempat kerja dibagi menjadi 2 bagian yaitu
Ergonomi Mikro dan Ergonomi Makro (Syafira et al., 2019)
1) Ergonomi Mikro
Dimana ergonomi mikro lebih mengarahkan pada interaksi antara manusia dan
mesin saat ditempat kerja. Ketidakserasian antara pekerja/manusia, alat kerja,
desain tempat kerja dan cara kerja dapat mengakibatkan proses kerja tidak optimal.
Akibat hal tersebut mengakibatkan pekerja menjadi banyak melakukan kesalahan
saat bekerja, yakni timbul kecelakaan dan cidera. Dengan adanya aspek ergonomi
yang ada dapat mempermudah pekerja dalam mengidentifikasi dan
memprioritaskan tindakan apa yang mungkin dilakukan untuk mengatasi bahaya
akibat ergonomi yang buruk. Pekerja dapat merekomendasikan untuk mendesain
ulang tempat kerja, beban kerja, atau kelompok pekerja dalam mendukung proses
kerja (Syafira et al., 2019).
a. Workstations
Merupakan tempat yang dirancang untuk melakukan pekerjaan termasuk
mesin, meja kerja, bangku, meja, display, dan control (Syafira et al., 2019).
b. Task Design
Dimana membahas komponen pekerjaan/tugas tertentu untuk meningkatkan
efisiensi dan meminimalkan efek buruk pada orang-orang yang akan melakukan
pekerjaan/tugas. Task Design termasuk perencanaan dan peninjauan elemen
tugas/pekerjaan dengan menghubungkan kemampuan dan keterbatasan manusia,
desain peralatan yang mereka gunakan, lingkungan kerja juga organisasi kerja
(Syafira et al., 2019).
c. Equipment Design
1. Tools
Dalam penggunaan alat kerja, postur kerja secara umum tubuh dan tangan
harus nyaman dan stabil. Karakteristik pegangan, seperti bentuk, ketebalan,
panjang dan kontak permukaan harus tersedia cengkraman yang aman dan
nyaman. Keseimbangan berat dan alat kerja harus dapat semudah mungkin dapat
digunakan oleh pengguna. Gunakan penjaga untuk melindungi pengguna dan
orang lain dari bagian yang bergerak. Memasukkan fitur keselamatan seperti
emergency stop button jadwal pemeliharaan dan perbaikan harus mencakup
pemeriksaan sehari-hari/inspeksi serta harus diarsipkan juga didokumentasikan
dengan jelas (Syafira et al., 2019).
2. Safety Sign
Tanda/symbol harus nampak dan ditempatkan di tempat dimana orang
banyak melihat, kata-kata yang dibuat harus menyiratkan bahaya, segera
menunjukkan sifat bahayanya. Pastikan tanda/simbol yang dibuat harus tahan
dari kerusakan. Gunakan tanda dan simbol yang sudah standar agar mampu
dipahami oleh pengunjung dan pekerja baru (Syafira et al., 2019).
2) Ergonomi Makro
Ergonomi makro adalah suatu pendekatan sistem secara top to down yang
diterapkan pada perancangan sistem kerja secara keseluruhan pada berbagai level
interaksi ergonomi mikro seperti human job, human machine, human software
interface.12 Berkaitan dengan optimalisasi organisasi dan desain sistem kerja
melalui pertimbangan personil yang relevan, teknologi, dan aspek lingkungan.
Ergonomi makro memeriksa interaksi dan saling ketergantungan dari semua segi
lingkungan kerja juga mempertimbangkan jalannya organisasi yang akan dikelola
(Syafira et al., 2019).
a. Organizational Design
Konteks organisasi dan pekerjaan yang lebih luas. Bagaimana hal ini
memengaruhi individu termasuk pola kerja, beban kerja berlebih, shift kerja,
konsultasi, kesulitan dan ketidakefisiensi organisasi, istirahat dan pemberhentian
kerja, tim kerja, bagaimana pekerjaan di organisir dan menciptakan budaya
ergonomi ditempat kerja. Perlu untuk menilai ketergantungan antara semua sub-
bagian yang berinteraksi dalam situasi keseluruhan ditempat kerja (Syafira et al.,
2019).

a. Shift Kerja
Diperlukan upaya untuk mengurangi jam lembur dan memprioritaskan
periode istirahat yang cukup lama. Pekerja yang melakukan pekerjaan fisik berat
atau terpapar panas, bising, getaran, atau zat berbahaya lainnya tidak
diperkenankan Penting bahwa pekerja shift berkonsultasi dan mengambil peran
aktif dalam menentukan penerapan shift kerja yang diperkenankan di tempat
kerja. Masalah umum yang dapat mempengaruhi shift kerja yaitu : peningkatan
kelelahan kerja karena kurangnya tidur, ritme biologis yang terganggu karena
kehidupan pribadi sosial, dan keluarga, kurang olahraga, keluhan kardiovaskular
dan saraf. Lembur tidak direkomendasikan untuk pekerja yang bekerja shift 12
jam. Pengaturan yang sesuai perlu dibuat untuk mendata pekerja yang tidak hadir
karena terkena penyakit akibat kerja. Pola shift kerja dapat disesuaikan dengan
kebutuhan yang dapat merubah keadaan (Syafira et al., 2019).
b. Waktu Istirahat
Istirahat kerja diperlukan untuk pemulihan dan untuk mengurangi efek
kelelahan selama bekerja yang secara fisik dan mental menuntut. Latihan fisik
dapat diaplikasikan kedalam rutinitas kerja tetapi mereka harus diinformasikan
dan dipantau dengan baik. Lamanya frekuensi istirahat tergantung pada seberapa
banyak faktor pekerjaan yang telah dilakukan oleh pekerja (Syafira et al., 2019).
c. Konsultasi dan Umpan Balik Pekerja
Konsultasi pekerja diperlukan untuk terlaksananya program ergonomi di
perusahaan. Konsultasi yang efektif mencakup informasi dan umpan balik dari
pekerja yaitu komunikasi dua arah antara pekerja dan manajer. Dalam konsultasi
dan umpan balik membutuhkan hubungan dan peluang yang saling berkaitan dan
bersifat menyeluruh bagi semua untuk membahas dan menyelidiki masalah juga
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Komunikasi satu sama lain
merupakan elemen terpenting sebagai bentuk partisipatif dan sudah efektif
(Syafira et al., 2019).
d. Tim Kerja
Tim kerja menyediakan berbagai opsi kerja untuk individu dan jika perlu
dikelola dapat menjadi efektif dan efisien. Efektifitas kerja tim dapat
memberikan pekerja lebih banyak kontrol atas proses kerja dan dapat mendorong
pandangan yang lebih luas tentang pekerjaan yang akan dilakukan. Tim kerja
dapat bermanfaat bagi perusahaan maupun karyawannya tetapi membutuhkan
pelatihan dan investasi agar karyawan dapat mengembangkan keterampilannya
(Syafira et al., 2019).
b. Job Design
Pada Job Design membahas apa yang harus dan sebenarnya dilakukan oleh
pekerja diantaranya banyaknya pekerjaan, tuntutan pekerjaan, persyaratan waktu
seperti tenggang waktu/target waktu dalam menyelesaikan pekerjaan, kontrol
individu atas beban kerja yang diterimanya, hubungan kerja dengan pekerja lain,
dan tanggung jawab pada pekerjaan, alat dan peralatan (Syafira et al., 2019).
c. Training / Education
Penerapan ergonomi membutuhkan keterlibatan dan pelatihan pekerja dalam
memerintahkan pekerja untuk memahami mengapa perubahan diperlukan dan cara
terbaik untuk melakukan tindakan perbaikannya. Pastikan bahwa semua pekerja
dilatih secara memadai dalam melakukan pekerjaan (teknik bekerja) yang dapat
mengurangi risiko kekakuan/tegang. Pelatihan yang tepat, training diadakan terus -
menerus secara berkelanjutan. Semua informasi yang diperlukan tentang operasi
dan pedoman peralatan kerja harus disebarluaskan melalui pendidikan, manual dan
pelatihan. Peralatan yang digunakan secara manual harus diketahui dengan benar
dan mudah digunakan. Metode pelatihan yang berbeda dapat digunakan dalam
berbagai jenis pekerjaan dan pekerja, serta keterampilan dan pengetahuan yang
diperlukan untuk dipelajari. Pelatihan harus berulang dan mutakhir. Semua pekerja
memerlukan pelatihan ulang berkala untuk memperbarui atau untuk mempelajari
hal yang baru berkenaan dengan aspek ergonomi ditempat kerja (Syafira et al.,
2019).
d. Environment
Dalam lingkungan tempat kerja, ruang kerja harus mampu mengakomodasi
semua pekerja yang berada dalam ruangan, peralatan dan pekerjaan yang sedang
mereka lakukan. Hal lainnya adalah kualitas cahaya harus diperhatikan hindari
kesilauan dengan mengatur ulang sumber cahaya karena pencahayaan yang kurang
memadai dapat memengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja juga efisiensi saat
melakukan pekerjaan. Dalam masalah kebisingan untuk mengendalikan sumber
bising yang merusak, dilakukan dengan isolasi tempat kerja dan memakai peredam
pada alat kerja yang menghasilkan bising serta gunakan alat pelindung telinga yang
tepat. Pada sumber getaran dapat diminimalkan dengan melakukan desain peralatan
dan memantau durasi pemakaian alat kerja, kurangi kecepatan kendaraan dan mesin
sebagai kontrol langsung getaran seluruh tubuh yang berbahaya. Terkait bekerja
pada lingkungan panas atau dingin secara teratur memonitor kondisi termal dan
respons pekerja terhadap suhu lingkungan, pastikan mendidik pekerja dalam risiko
bekerja dalam kondisi panas dan dingin mengenai cara menjaga fisik kebugaran,
supan cairan yang cukup dan membatasi asupan alkohol. Pastikan ada prosedur
untuk mengurangi risiko panas dan dingin termasuk istirahat kerja yang memadai,
rotasi pekerjaan, tambahan personil dan desain ulang pekerjaan (Syafira et al.,
2019).
5. Hakikat Dan Pokok Bahasan Ergonomi
Fokus ergonomi melibatkan tiga komponen itama yaitu manusia, mesin, dan
lingkungan yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Interaksi tersebut
menghasilkan suatu sistem kerja yang tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan
yang lainnya yang dikenal dengan istilah worksystem, (Team Teaching, 2019).
Menurut Zulaihah (2018), Hakikat dari ergonomi adalah :
a. Meneliti tentang kemampuan dan keterbatasan manusia secara fisik maupun
psikologi.
b. Bagaimana kebiasaan manusia berkomunikasi secara baik dengan mesin atau
perkakas yang ia gunakan.
c. Bagaimana kebiasaan bekerja sama yang baik dengan perabot dan perlengkapan
yang ia gunakan.
d. Bagaimana agar pekerja akan hidup aman, tentram, selamat, sehat dan nyaman
dalam ruang kerjanya.
6. Manfaat Ergonomi
Menurut (Maiti & Bidinger, 2018) ada beberapa manfaat ergonomi antara lain :
a. Peningkatan hasil produksi, yang berarti menguntungkan secara ekonomi.Hal ini
antara lain disebabkan oleh:
1) Efisiensi waktu kerja yang meningkat.
2) Meningkatnya kualitas kerja.
3) Kecepatan pergantian pegawai (labour turnover) yang relatif rendah.
b. Menurunnya probabilitas terjadinya kecelakaan yang berarti:
1) Dapat mengurangi biaya pengobatan yang tinggi. Biaya untuk pengobatan
lebih besar daripada biaya untuk pencegahan.
2) Dapat mengurangi penyediaan kapasitas untuk keadaan gawat darurat.
c. Dengan menggunakan antropometri dapat direncanakan atau didesain:
Pakaian kerja
1) Workspace
2) Lingkungan kerja
3) Peralatan atau mesin
4) Consumer product
Ergonomi dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan produksi yang
kompleks yang berlaku dalam industri sektor informal. Dengan mengetahui prinsip
ergonomi tersebut dapat ditentukan pekerjaan apa yang layak digunakan agar
mengurangi kemungkinan keluhan dan menunjang produktivitas. Penerapan
ergonomi dapat dilakukan melalui dua pendekatan diantaranya sebagai berikut:
1. Pendekatan Kuratif
Pendekatan ini dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang
berlangsung. Kegiatannya berupa intervensi, modifikasi atau perbaikan dari proses
yang telah berjalan. Sasaran dari kegiatan ini adalah kondisi kerja dan lingkungan
kerja. Dalam pelaksanaannya terkait dengan tenaga kerja dan proses kerja yang
sedang berlangsung (Maiti & Bidinger, 2018).
2. Pendekatan konseptual
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem dan akan sangat efektif dan
efisien jika dilakukan pada saat perencanaan. Jika terkait dengan teknologi, sejak
proses pemilihan dan alih teknologi, prinsipprinsip ergonomi telah diterapkan.
Penerapannya bersama-sama dengan kajian lain, misalnya kajian teknis, ekonomi,
sosial budaya dan lingkungan. Pendekatan holistik inidikenal dengan pendekatan
teknologi tepat guna (Maiti & Bidinger, 2018).
7. Faktor Resiko Ergonomi
Di dalam kajian ergonomi terdapat risiko ergonomi, dimana risiko tersebut
meliputi ketidaknyamanan, cedera, gangguan otot, sakit, bahkan cacat yang
disebabkan cara kerja dan tempat kerja yang tidak ergonomis. Risiko ergonomi ini
disebabkan oleh kesalahan postur manusia saat bekerja. Penanganan yang tanggap
dan tepat terhadap risiko ergonomi yang muncul harus dilakukan untuk
menghindari dampak negatif yang dialami pekerja (Maiti & Bidinger, 2018).
Risiko ergonomi yang sering terjadi adalah postur janggal dimana Postur janggal
adalah keadaan tubuh yang tidak sesuai dengan mekanisme posisi sehat dan dapat
beresiko yang disebabkan faktor sarana kerja. Rata-rata tempat duduk karyawan
yang ada sudah tidak layak karena tinggi rendahnya tidak bisa diatur sehingga
memaksa karyawan untuk membungkuk ketika memberikan bekerja, Dampaknya
adalah musculoskeletal disorder (MSDS), seperti nyeri otot dan low back pain
(LBP) (Hutagalung, 2019).
Sikap kerja yang sering dilakukan oleh pekerja dalam melakukan pekerjaan
antara lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan dan lain-lain. Sikap
kerja tersebut dilakukan tergantung dari kondisi dalam lingkungan kerja yang ada.
Kondisi sistem kerjanya yang tidak sehat akan menyebabkan kecelakaan kerja,
karena pekerja melakukan pekerjaan yang tidak aman. Sikap kerja yang salah,
canggung dan diluar kebiasaan akan menambah resiko cidera pada bagian
musculoskeletal (Hutagalung, 2019).
Risiko ergonomi pada pekerja dapat dikurangi, sesuai dengan hirarki
pengendalian risiko di dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dengan
demikian maka pengendalian teknik diutamakan dalam pengendalian risiko akibat
pekerjaan membungkuk, disusul pengendalian adminstratif dan baru terakhir
mempergunakan alat pelindung diri bila masih tersisa risiko yang tidak dapat
diterima. Disarankan disediakan tempat duduk yang tingginya dapat dinaikkan atau
diturunkan, agar pekerja dapat menyesuaikan tinggi tempat duduk sejajar dengan
bagian bawah siku lengan atasnya saat memberikan pelayanan dengan durasi lebih
dari dua menit dan berulang-ulang, seperti pada pekerja perawat saat menjahit luka,
menyuntik intravena, dan juga memasang infus pada pasien dehidrasi (Hutagalung,
2019).
Begitu pula, pekerjaan untuk dapat mengangkat dan memindahkan disarankan
agar dapat menggunakan meja/kursi dengan brankar karyawan yang ketinggiannya
dapat disesuaikan, dengan demikian kesenjangan ketinggian antara meja/kursi dan
juga brankar transportasi dapat dihindari, maka postur membungkuk juga dapat
diminimalkan. mereka juga dianjurkan melakukan peregangan otot sebelum dan
sesudah melakukan pekerjaan ini, olahraga secara teratur untuk meningkatkan
kekuatan dan kelenturan otot penyangga tulang belakang (Hutagalung, 2019).
Usaha lain yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko gangguan
kesehatan dan keselamatan kerja dari aktivitas pekerjaan juga yang dilakukan yaitu
pengelolaan risiko atau dikenal dengan manajemen risiko. pada dasarnya
manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun
kecelakaan kerja. Langkah-langkah pengelolaan risiko dilakukan secara berurutan
yang bertujuan untuk membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik
dengan melihat risiko dan dampak yang kemungkinan ditimbulkan. Tujuan dari
manajemen risiko itu sendiri adalah meminimalkan kerugian dengan urutan terdiri
dari penentuan konteks, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko,
pengendalian risiko, monitor dan evaluasi, serta komunikasi dan konsultasi
(Hutagalung, 2019).
8. Hal - Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Penerapan Ergonomi
Aplikasi ergonimi dapat dilaksanakan dengan prinsip pemecahan masalah.
Pertama, melakukan identifikasi masalah yang sedang dihadapi dengan
mengumpulkan sebanyak mungkin informasi. Kedua, menentukan prioritas
masalah dan masalah yang paling mencolok harus ditanganilebih dahulu.
Kamudian dilakukan analisis untuk menentukan alternative intervensi, (Team
Teaching, 2021).
Menurut Team Teaching (2021), Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penerapan ergonomi:
a. Kondisi fisik, mental dan sosial harus diusahakan sebaik mungkin sehingga
didapatkan tenaga kerja yang sehat dan produktif
b. Kemampuan jasmani dapat diketahui dengan malakukan pemeriksaan
antropometri, lingkup gerak sendi dan kekuatan otot
c. Lingkungan kerja harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan
anggota tubuh sehingga dapat bergerak secara leluasa dan efisien
d. Pembebanan kerja fisik dimana selama bekerja peredaran darah meningkat 10
s/d 20 kali. Meningkatnya peredaran darah pada otot-otot yang bekerja mamaksa
jantung untuk memompa darah lebih banyak
e. Sikap tubuh dalam bekerja. Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan
tempat duduk, meja kerja, dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat
kerja dan perlengkapan yang dipergunakan, diperlukan ukuran-ukuran tubuh
yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukan
gerakan-gerakan yang dibutuhkan (Team teaching, 2021).
Aplikasi ergonomi dapat dilaksanakan dengan prinsip pemecahan masalah.
Pertama, melakukan identifikasi masalah yang sedang dihadapi dengan
mengumpulkan sebanyak mungkin informasi. Kedua, menentukan prioritas
masalah dan masalah yang paling mencolok harus ditangani lebih dahulu.
Kemudian dilakukan analisis untuk menentukan alternatif intervensi.Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam penerapan ergonomic yaitu kondisi fisik, mental dan
sosial harus diusahakan sebaik mungkin sehingga didapatkan tenaga kerja yang
sehat dan produktif, (Herdia, 2018).
8. Metode Penilaian Risiko Ergonomi
RULA (Rapid Upper Limb Assessment) adalah sebuah metode ergonomi yang
digunakan untuk menganalisis dan menilai postur kerja pada bagian tubuh atas.
Sampel penelitian pada metode RULA adalah dokumentasi postur kerja pada siklus
kerja yang dianggap memiliki resiko bagi kesehatan pekerja. Penilaian pada metode
RULA dibedakan menjadi dua grup, yaitu A dan B serta tiga tabel penilaian (table
A, B, dan C) (Maiti & Bidinger, 2018).
Berikut adalah prosedur penggunaan metode RULA.
a. Lakukan pengambilan foto dan analisa sudut tubuh yang telah ditentukan.
b. Pada langkah 1 - 4 dilakukan analisis pada sudut tubuh.
c. Langkah 5 - 8 menghitung nilai Grup A.
a) Langkah 5, berdasarkan nilai dari langkah 1 - 4 tentukan nilai dengan tabel A.
b) Langkah 6, tambahkan skor penggunaan otot. Apabila tidak terdapat
penambahan siklus kerja (waktu dan shift) maka beri skor 0
c) Langkah 7, apabila berat beban > 4 kg dan berulang, maka diberi nilai + 2.
d) Langkah 8, jumlahkan seluruh nilai dari langkah 5 - 7.

Gambar 1. Penilaian Group A Metode RULA

Gambar diatas adalah metode penilaian sudut tubuh Grup A (lengan atas,
lengan bawah, dan pergelangan tangan)
d. Langkah 9 - 11 analisis Grup B (leher, punggung, dan kaki)

Gambar 3. Penilaian Group B Metode RULA


a) Langkah 9 , penilaian sudut leher.
b) Langkah 10, penilaian sudut punggung.
c) Langkah 11, penilaian ada atau tidaknya dukungan tungkai pada postur kerja
e. Langkah 12 - 15 menghitung nilai grup B.
a) Langkah 12, berdasarkan nilai langkah 9 - 11, tentukan nilai dengan tabel B.
b) Langkah 13, tambahkan skor penggunaan otot. Apabila tidak terdapat
penambahan siklus kerja (waktu dan shift) maka beri skor 0.
c) Langkah 14, apabila berat beban > 4 kg dan berulang, maka diberi nilai + 2.
d) Langkah 15, jumlahkan seluruh nilai langkah 12 - 14.
f. Tentukan nilai akhir RULA dengan menggunakan tabel berikut :
Tabel 1. Final Score RULA
Score Action Level
1–2 Postur dapat diterima selama tidak dijaga / berulang
untuk waktu yang lama
3–4 Penyelidikan lebih lanjut dibutuhkan dan mungkin
saja perubahan diperlukan
5– 6 Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera
>7 Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera
mungkin (mendesak)
D. Alat dan Bahan
No Nama Fungsi Gambar

Sebagai acuan dalam


Lembar Observasi pemeriksaan
1.
penilaian Ergonomi ergonomi di tempat
kerja
Untuk mencatat hasil
2. Alat Tulis
yang didapat

Untuk mengukur
jarak responden
3 Alat Ukur
dengan tempat kerja
(laptop Dll)

E. Cara Kerja

Memilih responden yang akan


dilakukan penilaian

Meminta responden tetap bekerja


sebagaimana biasanya responden
tersebut bekerja
Melakukan observasi dan pengukuran
tempat kerja responden sesuai dengan
lembar observasi

Melakukan identifikasi dan analisa


resiko kerja terhadap hasil observasi
yang didapat

F. Hasil Praktikum
Table 1. Pemeriksaan Ergonomi Ditempat Kerja
LEMBAR OBSERVASI ERGONOMI
Pilihan Hasil
PERNYATAAN Tidak
Memenuhi
Memenuhi
A. PERALATAN
PERKANTORAN
Tata Letak Peralatan Kantor
memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
1. Kesesuaian tinggi tempat √ 18,1 inchi
duduk dengaan tinggi
monitor sehingga jarak
antara mata dengan monitor
20-40 inchi dan sudut 15-20
derajat dibawah horizontal.
2. Kesesuaian tinggi sandaran √
punggung dan tangan
sehingga tersangga dengan
baik.
3. Kesesuaian meja dengan
posisi keyboard dan mouse √
yang sejajar
B. KURSI PEKERJA
1. Ukuran kursi harus sesuai √
dengan ukuran karyawan
yang menggunakan.
2. Memilih kursi kerja sesuai
dengan jenis tugas pekerjaan √
3. Kursi harus stabil, memilki
lima kaki, baik beroda
maupun tidak beroda √ 73 Cm
4. Sandaran kursi harus 120 Cm x
menyanggah lengkungan 60 Cm
pinggang (kemiringan

fleksibel)
C. MEJA KERJA
1. Tinggi Meja (58-68 Cm)
2. Luas Meja Minimal 120 x 90 √
Cm) √
3. Tidak memantulkan cahaya √
4. Cukup untuk menempatkan
barang-barang seperti √
keyboard, Mouse, Monitor,
Telepon, dan Dokumen
Holder
5. Ruangan Kaki dibawah meja
minimal Lebar 51 Cm daan √
panjang/Kedalaman 60 Cm
6. Tidak terdapat barang
(dokumen/CPU) dibawah
meja. √
D. POSTUR KERJA
1. Pada saat duduk, posisi siku
sama tinggi dengan meja
kerja, lengan bawah √
horizontal dan lengan atas
menggantung bebas.
2. Mata sama tingginya dengan
bagian paling atas layar
monitor.
3. Kaki bisa diletakan diatas √
lantai dengan posisi datar,
menggunakan footrest √
terutama bagi pekerja yang
bertubuh mungil.
4. Sandaran kursi baik sehingga
punggung bawah pekerja
ditopang dengan baik. √
5. Letak layar monitor kurang
lebih sepanjang lengan
pekerja, serta letak monitor √
dan keyboard berada
ditengah – tengah sumbu
tubuh.
6. Meja dan layar monitor tidak
menghadap ke jendela atau √
lampu yang terang.
7. Ada ruang yang cukup
dibawah meja untuk √
pergerakan kaki.
8. Tidak terdapat tekanan
berlebihan dari ujung tempat
duduk pada bagian belakang √
kaki dan lutut.
9. Letak semua dokumen dan
alat yang diperlukan masih √
dalam jangkauan.
10. Menggunakan penyangga
dokumen (document holder).
11. Menggunakan mouse yang √
sesuai dengan ukuran
genggaman tangan dan
letaknya disamping √
keyboard.
E. KORIDOR
1. Diantara baris – baris meja
disediakan lorong – lorong
untuk keperluan lalu lintas
dan kemudahan evakuasi √
sewaktu keadaan darurat,
minimum jarak 120cm.
2. Jarak antara satu meja
dengan meja yang

dimuka/dibelakang selebar
80cm.
G. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum pemeriksaan ergonomi ditempat kerja yang
dilakukan di laboratorium jurusan kesehatan masyarakat dimana responden
diambil dari salah satu anggota kelompok dan responden tersebut diminta
untuk melakukan pekerjaan yaitu pengoperasian laptop sebagaimana biasanya
responden menggunakan laptop/pc.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kesesuai peralatan kerja,
tata ruang dan tata letak kerja serta cara kerja. Dimana pemeriksaan
menggunakan lembar observasi terkait ergonomi yang didalamnya tercantum
pernyataan – penyataan untuk membantu dalam kegiatan observasi dan
wawancara yang di dukung oleh standar – standar yang ada.
Adapun hal – hal yang menjadi fokus dalam pemeriksaan yaitu yang
pertama kesesuainan peralatan kantor. Dimana hasil yang diperoleh bahwa
pada pemeriksaan kesesuaian tinggi tempat duduk dengan mata responden
tidak memenuhi kerena tidak termasuk dalam range standar yang sudah
ditetapkan. Untuk pemeriksaan kesesuaian sandaran punggung dengan tangan
responden dikatakan tidak memenuhi karena responden memakai kursi yang
tidak memiliki sandaran punggung sehingga dapat dikatakan posisi duduk
responden tidak ergonomi. Sedangkan untuk pemeriksaan kesesuaian meja
dengan mouse dikatakan memenuhi karena jarak antara pinggiran meja sebelah
kanan dengan mouse dan jarak pinggiran meja sebelah kiri dengan keyboard
dapat dikatakan sejajar karena selisih ukurannya sama.
Yang kedua yaitu pemeriksaan/pengukuran terhadapan fasilitas kerja
seperti meja dan kursi pada station kerja dimana diperoleh hasil bahwa untuk
kursi belum memenuhi standar kursi yang baik untuk pekerja karena dilihat
dari adanya kursi yang tidak memiliki busa pengalas pada dudukan kursi dan
tidak memiliki sandaran kursi. Namun dari segi kenyamanan berdasarkan hasil
tanya jawab dengan responden sudah memenuhi karena menurut responden
sudah sesuai dengan ukuran yang ia gunakan untuk bekerja sehingga responden
merasa nyaman. Kemudian di tinjau dari desain kursi yang harusnya memiliki
5 kaki dan roda dimasing – masing kakinya serta adanya sandaran kursi yang
mampu menyanggah lengkungan pinggang agar saat bekerja tidak terjadi
cedera pinggang akibat pinggang tidak tersanggah dengan baik dalam jangka
waktu yang lama, sedangkan yang digunakan hanya kursi berkaki 4 yang
berbahan dasar kayu degan tidak memiliki sandaran pada kursi tersebut
sehingga dapat dikatakan belum memenuhi.
Untuk pengukuran meja kerja sendiri diperoleh hasil bahwa meja kerja yang
digunakan secara garis besar sudah memenuhi standar karena permukaan meja
yang digunakan rata dan tidak licin dengan berbahan dasar triplek megkilap
namun tidak memantulkan cahaya, hanya saja dari segi ketinggian meja serta
luas meja tidak sesuai. Hal ini sebenarnya dapat mempersempit jangkauan
kerja serta kapasitas penempatan alat – alat kerja seperti berkas berkas dan alat
kerja menjadi terbatas.
Pemeriksaan/pengukuran yang ketiga yaitu dari aspek postur kerja dimana
diperoleh hasil bahwa responden yang diobservasi sebagian besar sudah
memenuhi stndar ergonomi yang ada di lembar observasi namun ada beberapa
hal yang didapat masih kurang memenuhi seperti, ketidaksesuaian antara mata
responden dengan bagian paling atas monitor hal ini dipengaruhi oleh
ketinggian kursi yang tidak sesuai dengan responden dan yang kedua pada saat
pemeriksaan diperoleh bahwa pada kursi responden tidak memiliki sandaran
punggung hal ini yang dapat membuat punggung merasa leleh dan sakit apalagi
duduk terlalu lama. serta ditambah lagi responden tidak menggunakan mouse
yang sesuai dengan genggaman tangan untuk melakukan pekerjaan.
Aspek keempat yang dilakukan pemeriksaan yaitu koridor, dimana
komponen yang dilakukan pengukuran hanya 2 yaitu ukuran jalur lalu lintas
untuk keperluan evakuasi bencana dan jarak antara meja – meja kerja.
Diperoleh hasil bahwa untuk ukuran jalur lalu lintas sudah memenuhi standar
bahkan melampauinya. Sehingga dapat dikatakan saat pekerja lalu lalang tidak
saling bertubrukan apalagi saat evakuasi bencana. Untuk jarak antara meja –
meja kerja dapat dikatakan memenuhi karena di lokasi pengukuran yaitu di
laboratorium kesmas hanya terdapat beberapa meja saja yang jaraknya saling
berjauhan satu sama lain.
Ketidaksesuaian dan ketidakselarasan kerja diatas jika terus menerus
diabiarkan tanpa dilakukan perbaikan dan penataan ulang kembali maka akan
beresiko menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja khususnya pada
sistem musculoskeletal dan dapat meningkatkan risiko kecelakaan kerja.
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum terkait pemeriksaan ergonomi di tempat kerja,
maka dapat disimpulkan :
1. Pemeriksaan dan pengukuran ergonomi di tempat kerja dilakukan dengan
menggunakan acuan penyataan – penyataan yang dimuat dalam lembar
pemeriksaan/observasi ergonomi.
2. Perancangan dan pengaturan ergonomi harus disesuaikan dengan postur kerja
dan cara kerja dari para pekerja agar tidak memberikan dampak buruk bagi
kesehatan pekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Anwardi, A., Nofirza, N., & Jasri, H. (2020). Perancangan Alat Bantu Memanen
Karet Ergonomis Guna Mengurangi Resiko Musculoskeletal Disorder
Menggunakan Metode RULA dan EFD. Jurnal Teknik Industri: Jurnal Hasil
Penelitian Dan Karya Ilmiah Dalam Bidang Teknik Industri, 5(2), 139.
https://doi.org/10.24014/jti.v5i2.9000
Gustiani, R. 2019. Jurnal Pengaruh Pengaturan Tata Ruang Kantor Terhadap
Kinerja Karyawan. [Jurnal]. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
Herdia. 2018. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Karyawan Terhadap Postur
Kerja Yang Aman Di Pt Nusantari Sentosa Pratama Di Balikpapan. [Skripsi].
Balikpapan: Universitas Balikpapan (Uniba).
Hidayat, H. 2018. Analisis Perbaikan Tata Letak Fasilitas Lantai Produksi
Pengolahan Kedelai Dengan Metode Systematic Layout Planning Dan
Graph-Based Method. [Skripsi]. Malang: Universitas Brawijaya.
Hutagalung, A. O. (2019). Pengendalian Resiko Ergonomi di Rumah Sakit.
Maiti, & Bidinger. (2018). Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.
Syafira, S., Iv, P. D., Dan, K., Kerja, K., Masyarakat, F. K., & Binawan, U.
(2019). DENGAN METODE REBA PADA PEKERJA NEW INSTALLATION
LIFT PT . X PROYEK CITRA TOWER JAKARTA TAHUN 2019 DENGAN
METODE REBA PADA PEKERJA NEW INSTALLATION LIFT PT . X
PROYEK CITRA TOWER JAKARTA.
Team Teaching. 2021. Praktikum Kesmas Dasar. Gorontalo: Universitas Negeri
Gorontalo.
Zulaihah, M. 2018. Analisis Persepsi Sistem Ergonomi Untuk Mewujudkan
Produktivitas Pekerja Difabel Di Yayasan Penyandang Cacat Mandiri
Yogyakarta. [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai