PENDAHULUAN
1
didalam hal ini dicari solusi terbaik untuk mendapatkan rancangan kerja yang baik yang
bertujuan untuk memperbaiki rancangan kerja yang akan berdampak beda terjadinya
keluhan muskuloskeletal. Oleh karena itu diperlukan kuisioner dan software untuk
mendapatkan data yang lengkap untuk memperbaiki hal tersebut. NBM atau Nordic
Body Map adalah kuisioner sederhana untuk mengidentifikasi resiko ergonomi. Selain
kuisioner, software Ergofellow untuk mengevaluasi dan meningkatkan kondisi tempat
kerja, untuk mengurangi risiko kerja dan meningkatkan produktivitas. Maka dengan
penerapan yang benar, dapat menghindari hal tersebut, dan mengupayakan agar
mendapatkan pengeluaran energi yang minimum namun dapat dicapai hasil yang
optimal.
PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA adalah layanan OEM /
produsen private label/merek pribadi untuk produk fungsional Makanan &
Minuman, Herbal dan Suplemen Makanan yang telah beroperasi sejak Agustus 2008.
Berlokasi di Kawasan Industri MM2100 Indonesia.
2
kerja yang mengakibatkan pekerja seringkali merasakan sakit pada beberapa bagian
tubuh.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ergonomi
2.1.1. Pengertian Ergonomi
Istilah ergonomic berasal dari bahasa Yunani “Ergon” yang artinya kerja dan
“Nomos” yang berarti peraturan atau hokum. Ergonomi adalah penerapan ilmu biologis
tentang manusia bersama-sama dengan ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai
penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya yang
manfaat dari padanya diukur dengan efesiensi dan kesejahteraan kerja. Ergonomi adalah
ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara
segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas
hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik, sedangkan menurut International Labour
Organization (ILO) ergonomic adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan
ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia
secara optimal dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan.
4
2.1. Biomekanika
Biomekanika merupakan ilmu yang membahas aspek-aspek mekanika gerakan
gerakan tubuh manusia dengan mengkombinasikan antara keilmuan mekanika,
antropometri dan dasar ilmu kedokteran. Dalam dunia kerja yang menjadi perhatian
adalah kekuatan kerja otot yang tergantung pada posisi anggota tubuh yang bekerja,
arah gerakan kerja dan perbedaan kekuatan antar bagian tubuh. Selain itu juga
kecepatan dan ketelitian serta daya tahan jaringan tubuh terhadap beban.
Selain itu, biomekanika juga dapat diartikan sebagai disiplin ilmu yang
mengintegrasikan faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan manusia, yang diambil
dari pengetahuan dasar seperti fisika, matematika, kimia, fisiologi, anatomi dan konsep
rekayasa untuk menganalisa gaya yang terjadi pada tubuh. Sehingga, biomekanika akan
memberikan gambaran ataupun solusi guna meminimumkan gaya dan momen yang
dibebankan pada pekerja supaya tidak terjadi kecelakaan kerja. Jika seseorang
melakukan pekerjaan, maka sangat banyak faktor-faktor yang terlibat dan
mempengaruhi pekerjaan tersebut. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
manusia tersebut adalah faktor individual dan faktor situasional.
Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. General Biomechanic, merupakan bagian dari biomekanika yang
berhubungan dengan hukum-hukum serta konsep dasar yang mempengaruhi
tubuh organic manusia, baik dalam posisi diam maupun bergerak. Terdapat
2 jenis general biomechanic yaitu :
a. Biostatic merupakan studi tentang struktur mahluk hidup yang
berhubungan dengan gaya-gaya ketika mereka berinteraksi.
b. Biodinamic merupakan studi tentang dasar-dasar dan pembagian gerakan
(berhubungan dengan gaya) yang dilakukan mahluk hidup.
2. Occupational Biomechanic, merupakan bagian dari biomekanika yang
berhubungan dengan interaksi fisik antar pekerja dengan mesin, material,
dan peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem
kerangka otot agar produktivitas kerja meningkat.
5
2.2. Muskuloskeletal
2.2.1. Keluhan Muskuloskeletal
Menurut Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO) tahun
2007, Keluhan musculoskeletal adalah serangkaian sakit pada tendon, otot, dan saraf.
Aktivitas dengan tingkat pengulangan tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman pada otot.
Keluhan musculoskeletal dapat terjadi walaupun gaya yang dikeluarkan ringan dan
postur kerja yang memuaskan. Kerusakan pada otot dapat berupa ketegangan otot,
inflamasi, dan degenerasi. Sedangkan kerusakan pada tulang dapat berupa memar,
mikro faktur, patah, atau terpelintir. Musculoskeletal Disorder adalah gangguan pada
bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara
berulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Jenis-jenis keluhan
muskuloskeletal antara lain:
a. Sakit Leher
Merupakan penggambaran umum terhadap gejala yang mengenai leher,
peningkatan tegangan otot atau myalgia, leher miring atau kaku leher. Pengguna
komputer yang terkena sakit ini adalah pengguna yang menggunakan gerakan
berulang pada kepala seperti menggambar dan mengarsip, serta pengguna
dengan postur yang kaku.
b. Nyeri Punggung
Merupakan istilah yang digunakan untuk gejala nyeri punggung yang spesifik
seperti herniasi lumbal, arthiritis, ataupun spasme otot. Nyeri punggung juga
dapat disebabkan oleh tegangan otot dan postur yang buruk saat menggunakan
komputer.
c. Carpal Tunnel Syndrome
Merupakan kumpulan gejala yang mengenai tangan dan pergelangan tangan
yang diakibatkan iritasi dan nervus medianus. Keadaan ini disebabkan oleh
aktivitas berulang yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus.
d. Thoracic Outlet Syndrome
Merupakan keadaan yang mempengaruhi bahu, lengan, dan tangan yang ditandai
dengan nyeri, kelemahan, dan mati rasa pada daerah tersebut. Terjadi jika lima
6
saraf utama dan dua arteri yang meninggalkan leher tertekan dan disebabkan
oleh gerakan berulang dengan lengan diatas atau maju kedepan.
e. Tennis Elbow
Merupakan suatu keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang berasal dari
siku lengan bawah dan berjalan keluar ke pergelangan tangan dan disebabkan
oleh gerakan berulang dan tekanan pada tendon ekstensor.
f. Low Back Pain
Merupakan keadaan dimana terjadi penekanan pada daerah lumbal. Apabila
dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan maka akan
terjadi penekanan pada discus. Hal ini berhubungan dengan posisi duduk yang
janggal, kursi yang tidak ergonomis, dan peralatan lainnya yang tidak sesuai
dengan antopometri pekerja.
7
d. Berputar
e. Membungkuk ke samping dan menangani beban dengan satu tangan
f. Mendorong dan menarik yang berlebihan
Bekerja dengan menggunakan postur janggan akan mengakibatkan cedera.
Posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan terhadap posisi normal saat
melakukan pekerjaan dapat menyebabkan stress mekanik lokal pada otot,
ligamen, dan persendian. Hal ini dapat mengakibatkan cedera pada leher, tulang
belakang, bahu, pergelangan tangan, dan lain-lain. Namun di lain hal, meskipun
postur terlihat nyaman dalam bekerja, dapat berisiko juga juka mereka bekerja
dalam jangka waktu yang lama. Pekerjaan yang dikerjakan dengan duduk dan
berdiri, seperti pada pekerja kantoran dapat mengakibatkan masalah pada
punggung, leher, bahu, serta terjadi penumpukan darah di kaki jika kehilangan
kontrol yang tepat. Penyakit lainnya yang ditimbulkan antara lain degenerative
disc desease, hernia, tinched nerve, pusitis, epikondilitis, carpal tunnel
syndrome (CTS), ganglion cyst, tendonitis, white finger, tenosinositis, dan lain
lain. Postur kerja statis juga termasuk dalam postur janggal jika dilakukan dalam
rentang waktu yang lama. Postur kerja statis meningkatkan risiko low back pain
dan hernia pada diskus. Sering membungkuk dan berputar yang berhubungan
dengan aktivitas mengangkat juga menyebabkan cedera. Aktifitas tersebut
diketahui menjadi pemicu low back pain (Levy and Wegman, 2000).
Peregangan otot yang berlebihan (Over Exertion)
Biasanya dialami pekerja yang mengalami aktifitas kerja yang menuntut tenaga
yang besar. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka akan mempertinggi
resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cidera otot
skeletal.
Aktifitas Berulang (Repetition)
Pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus. Keluhan otot terjadi karena otot
menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus, tanpa memperoleh
kesempatan untuk melakukan relaksasi.
Pekerjaan yang Memaksakan Tenaga (Forceful Exertions)
8
Beban berat atau tahanan dari benda kerja yang dihadapi pekerja dapat
menyebabkan terjadinya cedera pada oto akibat bekerja.
2. Faktor Individu
Berikut faktor-faktor penyebab muskuloskeletal berdasarkan faktor individu.
Umur
Keluhan otot skeletal biasanya dialami orang pada usia kerja , yaitu 24-65 tahun.
Biasanya keluhan pertama dialami pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan
meningkat seiring dengan bertambahnya umur.
Jenis Kelamin
Dalam pendesainan suatu beban tugas harus diperhatikan jenis kelamin
pemakainya, bahwa kekuatan otot wanita hanya 60% dari kekuatan otot pria,
keluhan otot juga lebih banyak dialami wanita dibandingkan pria. Namun
pendapat ini masih diperdebatkan oleh para ahli
Kebiasaan Merokok
Sama halnya dengan jenis kelamin, kebiasaan merokok pun masih dalam taraf
perdebatan para ahli. Namun dari penelitian oleh para ahli diperoleh bahwa
meningkatnya frekuensi merokok akan meningkatkan keluahan otot yang
dirasakan.
Kesegaran Jasmani
Pada umumnya keluhan otot jarang dialami oleh seseorang yang dalam aktifitas
kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk beristirahat. Sebaliknya, bagi
yang dalam pekerjaan kesehariannya memerlukan tenaga besar dan tidak cukup
istirahat akan lebih sering mengalami keluhan otot. Tingkat kesegaran tubuh
yang rendah akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot. Keluhan otot
akan menongkat sejalan dengan bertambahnya aktivitas fisik.
Kekuatan Fisik
Keluhan punggung yang tajam pada para pekerja yang menuntut pekerjaan otot
diatas batas kekuatan otot maksimalnya. Dan pekerja yang memiliki kekuatan
otot rendah beresiko tiga kali lipat lebih besar mengalami keluhan otot
dibandingkan pekerja yang memiliki kekuatan otot yang tinggi. Namun sama
9
halnya dengan kebiasaan merokok dan jenis kelamin, pendapat ini masih
diperdebatkan.
Ukuran Tubuh (Antropometri)
Walaupun pengaruhnya relatif kecil, ukuran tubuh juga menyebabkan keluhan
otot skeletal. Wanita gemuk memiliki risiko 3 kali lebih besar dibandingkan
dengan wanita kurus. Temuan lain menyatakan bahwa tubuh yang tinggi
umumnya sering mengalami keluhan sakit punggung, tetapi tubuh tinggi tak
mempunyai pengaruh terhadap keluhan pada leher, bahu, dan pergelangan
tangan.
3. Faktor Lingkungan
Berikut faktor-faktor penyebab muskuloskeletal berdasarkan faktor lingkungan.
Getaran Mekanis
Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat
mekanis, dan sebagian getaran tersebut sampai ke tubuh manusia sehingga dapat
menimbulkan gangguan yang tidak diinginkan oleh tubuh manusia. Kekuatan
getaran mekanis ditentukan oleh intensitas getarannya (meter/detik), frekuensi
getarannya (getaran/detik), dan lamanya getaran itu berlangsung. Berikut adalah
tabel tingkatan getaran mekanis (Wignjosoebroto, 1995).
Tabel 2.1 Tingkat Getaran Mekanis Tempat Kerja
Jumlah Waktu Per Hari Kerja Nilai percepatam pada frekuensi dominan
m/det2 gram gram
4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,40
2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61
1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81
Kurang dari 1 jam 12 1,22
10
tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Besarnya intensitas getaran
tersebut adalah 4 m/det2 gram atau sebesar 0,40 gram per hari kerja.
Temperatur
Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan keadaan normal dengan
suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi di luar tubuh secara otomatis (proses
konveksi, penguapan, dan radiasi) Dengan adanya kemampuan ini maka tubuh
dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan temperatur. Kemampuan manusia
untuk menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar adalah jika perubahan
temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 20 % untuk kondisi panas dan 35
% untuk kondisi dingin. Semuanya ini dari keadaan normal tubuh. Berikut
perbandingan suhu dengan akibatnya (Wignjosoebroto, 1995).
- ± 49 0C Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam tetapi jauh diatas
tingkat kemampuan fisik dan mental.
- ± 30 0C Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung
untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan serta timbul kelelahan fisik.
- ± 24 0C Kondisi optimum.
- ± 10 0C Kelakukan fisik yang ekstrim mulai muncul.
Temperatur yang sesuai sekitar 24-260C bagi orang Indonesia. Suhu dingin
mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu
panas terutama berakibat menurunnya prestasi kerja pikir. Suhu panas
mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan
keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak , mengganggu koordinasi syaraf
perasa dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang. Selain itu ,
berdasarkan tingkat temperatur tempat kerja yang diperbolehkan menurut
ketentuan yang berlaku, yaitu Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.
SE.01/MEN/1978 tentang Nilai Ambang Batas untuk Iklim Kerja dan Nilai
Ambang Batas, yaitu nilai ambang batas (NAB) untuk iklim kerja adalah situasi
kerja yang masih dapat dihadapi oleh tenaga kerja dalam pekerjaan sehari-hari
yang tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan untuk waktu kerja
terus menerus tidak lebih dari 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam
11
seminggu. NAB terendah untuk temperatur ruang kerja adalah 21oC dan NAB
tertinggi adalah 30oC pada kelembaban nisbi udara antara 65 % - 95 %.
Pencahayaan
Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada permukaan.
Satuannya adalah lux (1 lm/m2), dimana lm adalah lumens atau lux cahaya.
Salah satu faktor penting dari lingkungan kerja yang dapat memberikan
kepuasan dan produktivitas adalah adanya penerangan yang baik. Penerangan
yang baik adalah penerangan yang memungkinkan pekerja dapat melihat obyek
obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak
perlu. Pada dasarnya sumber cahaya terbagi atas 2 jenis, yaitu berasal dari
matahari dan berasal dari selain matahari seperti lampu. Kemampuan mata untuk
melihat objek dengan jelas ditentukan oleh ukuran objek, derajat kontras,
luminensi, arus cahaya yang dipantulkan oleh objek dan lamanya melihat (Andi
Hendrawan, 2003). Selain itu , berdasarkan tingkat pencahayaan tempat kerja
yang diperbolehkan menurut ketentuan yang berlaku, yaitu Surat Edaran
Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/MEN/1978 tentang Nilai Ambang Batas untuk
Iklim Kerja dan Nilai Ambang Batas, yaitu :
Tabel 2.2 Tingkat Penerangan Tempat Kerja
Kegiatan Penerangan (Lux)
Penerangan darurat 5
Penerangan halaman/lingkungan perusahaan 20
Pekerjaan yang hanya membedakan barang kasar 50
Pekerjaan membedakan barang kecil dilakukan sepintas 100
Pekerjaan membedakan barang kecil dilakukan agak teliti 200
Pekerjaan membedakan barang kecil dan halus 300
Pekerjaan membedakan barang halus dan dengan kontras sedang 500 - 1000
Pekerjaan membedakan barang halus dan dengan kontras kurang 1000
12
Berikut merupakan faktor penyebab Musculoskeletal Disosder.
13
dimensi), ketepatan dalam mengambil asumsi, input yang diperlukan cukup
kompleks.
3. Tabel Psikofisik
Psikofisik merupakan cabang ilmu psikologi yang digunakan untuk menguji
hubungan antara persepsi dari sensasi tubuh terhadap rangsangan fisik. Melalui
persepsi dan sensansi tubuh, dapat diketahui kapasitas kerja seseorang. Bahwa
tingkat kekuatan seseorang dalam menerima beban kerja dapat diukur melalui
perasaan subjektif, dalam arti persepsi seseorang terhadap beban kerja dapat
digunakan untuk mengukur efek kombinasi dari tekanan fisik dan tekanan
biomekanik akibat aktivitas yang dilakukan. Untuk metode psikofisik ini hasil
dari pengukuran tergantung dari persepsi seseorang dan konsekuenainya,
kemungkinan terjadi perbedaan antara persepsi yang satu dengan yang lainnya.
4. Metode Fisik
Salah satu penyebab timbulnya keluhan otot adalah kelelahan yang terjadi akibat
beban kerja yang berlebihan. Oleh karena itu salah satu metode untuk
mengetahui keluhan fisik dapat dilakukan secara langsung dengan mengukur
tingkat beban kerja. Tingkat beban kerja dapat diketahui melalui indikator
denyut nadi, konsumsi oksigen, dan kapasitas paru-paru. Melalui beban kerja
inilah dapat diketahui tingkat reiko terjadinya keluhan otot skelektal. Apabila
beban kerja melebihi kapasitas kerja, maka resiko terjadinya keluhan otot akan
semakin besar.
5. Pengukuran dengan Video Kamera
Melalui video kamera dapat direkam setiap tahapan aktivitas kerja, selanjutnya
hasil rekaman dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisis terhadap
sumber terjadinya keluhan otot.
6. Pengamatan melalui Monitor
Sistem ini terdiri dari sensor mekanik yang dipasang pada bagian tubuh pekerja
yang dapat mengukur berbagai aspek dari aktivitas tubuh, seperti posisi,
kecepatan, dan percepatan gerakan. Melalui monitor dapat dilihat secara
langsung karakteristik dan perubahan gerak yang dapat digunakan untuk
14
mengestimasi keluhan otot yang akan terjadi, dan sekaligus dapat dianalisasolusi
ergonomiknya.
7. Nordic Body Map (NBM)
Melalui Nordic Body Map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami
keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit)
sampai tingkat yang sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisa peta tubuh,
dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh
pekerja. Metode ini dilakukan dengan memberikan penilaian subjektif pada
pekerja.
15
inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap resiko sakit
akibat kerja.
b. Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang
Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti disesuaikan
dangan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan, sehingga dapat
mencegah paparan yang berlebih terhadap sumber bahaya.
c. Pengawasan yang intensif
Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara lebih
dini terhadap kemungkinan terjadinya resiko akibat kerja.
16
2.3. REBA
REBA (Rapid Entire Body Assesment) merupakan metode yang digunakan
untuk menilai faktor resiko ergonomi pada seluruh tubuh ketika bekerja. REBA
dikembangkan oleh Hignett dan McAtamney pada tahun 2000. REBA menghitung
postur kerja yang dilakukan ketika bekerja dengan mengumpulkan data mengenai
postur, beban/tenaga kerjayang digunakan, pergerakan dan pengulangannya. Penilaian
REBA meliputi semua bagian tubuh yaitu leher, punggung, kaki, bahu/lengan atas,
siku/lengan bawah, dan pergelangan tangan. Selain itu REBA juga memberikan
penilaian secara umum mengenai beban yang diterima dan apakah ada pengulangan
atau tidak dalam pekerjaan serta tidak membutuhkan waktu yang lama dalam penilaian.
Penilaian terhadap beban tersebut juga mempertimbangkan bagaimana genggaman
tanga terhadap beban yang ditangani. Berikut klasifikasi skor berdasarkan REBA.
Tabel 2.3 Kategori Tindakan REBA
Action Level Skor Risk Level Action
0 1 Negligible Not Necessary
1 2–3 Low Can be Necessary
2 4–7 Medium It is Necessary
3 8 – 10 High Necessary Soon
4 11 – 15 Veri High Necessary Now
17
body map (nbm) adalah kuisioner sederhana untuk mengidentifikasi risiko ergonomi.
NBM dikembangkan oleh Nordic Council Ministers. NBM adalah alat yang digunakan
untuk mengetahui gangguan kesehatan seperti MSDs berdasarkan keluhan sampel
(pekerja) yang subyektivitasnya sangat tinggi. Sifatnya sangat subyektif karena
berdasarkan persepsi pekerja yang merasakan gangguan MSDs.
NBM menyediakan format standar untuk pengumpulan data mengenai masalah
muskuloskeletal. Data yang ada digunkana untuk menunjukan bagian yang spesifik
yang tidak nyaman dari tubuh dengan menggunakan body map yang elah dibagi
menjadi beberapa segmen. NBM tidak dapat digunakan sebagai diagnosa klinik
karenatidak teliti dan sangat subyektif. Oleh karena itu, tidak dapat dilihat hubungan
antara pekerjaan manual handling dengan masalah gangguan otot rangka (MSDs) hanya
berdasarkan hasil NBM. Data hasil NBM hanya dapat mengestimasi jenis dan tingkat
keluhan, kelelahan, dan kesakitan (dari rasa tidak nyaman sampai dengan rasa sakit)
pada bagian-nagian otot yang dirasakan pekerja dengan melihat dan menganalisis peta
tubuh yang berasal dari pengisian daftar kuisioner NBM seperti dibawah ini
18
2.5. Software Ergofellow
Ergofellow merupakan perangkat lunak ini memiliki 17 alat ergonomis untuk
mengevaluasi dan meningkatkan kondisi tempat kerja, untuk mengurangi risiko kerja
dan meningkatkan produktivitas. Perangkat lunak ini dikembangkan oleh MPL Sistemas
pada tahun 2009 dan sangat berguna untuk ergonomistas dan untuk semua profesionaldi
bidang keselamatan dan kesehatan. Hal ini juga sangat baik untuk tujuan pendidikan.
Ergofellow memiliki alat ergonomis seperti NIOSH, Ovaco, RULA, REBA, MOORE E
Garg (Indeks Regangan), Ketidaknyamanan kuisioner, QEC (Centang Paparan Cepat),
Lehmann, analisis citra, analisis video, antropometri, perhitungan force, dan APD (Alat
Pelindung Diri). Berikut adalah tampilan lembar kerja dari Ergofellow.
19
BAB III
TINJAUAN SISTEM
20
serbuk. Dengan menyediakan solusi terpadu bagi para pelanggan OEM/ Maklon / Toll
Manufacturing yang beralamat di Kawasan Industri Bekasi Fajar MM2100 Jl Selayar
Blok B2-7 Desa Mekarwangi Cikarang Barat Kabupaten Bekasi, Jawa Barat membuka
kesempatan bagi putra putrid terbaik Indonesia yang memiliki integritas tinggi, tangguh,
dan kompeten untuk bergabung dan berkarir.
21
3.3. Lokasi Perusahaan
Berikut lokasi perusahaan PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA.
22
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Studi Pendahuluan :
- Studi lapanngan
- wawancara
Perumusan masalah
Pengambilan data
Pengolahan data
Selesai
23
4.2. Penjelasan Metodologi
4.2.1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh
topik yang sesuai dengan apa yang akan diteliti. Studi pendahuluan dilakukan
untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan. Dilakukan dengan wawancara,
pengamatan dan praktek di PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA. Dari
kegiatan ini diharapkan dapat menemukan masalah pada perusahaan yang dapat di
selesaikan dengan bidang ilmu ke teknik industrian.
24
4.2.5. Analisis dan Usulan Perbaikan
Setelah mengetahui hasil apakah pekerja di PT. AIMFOOD
MANUFACTURING INDONESIA mengalami muskuloskeletal, hasil pengolahan data
tersebut akan dibuat tabel sehingga diketahui faktor-faktor penyebab muskuloskeletal.
Dan hasil dari pengolahan data tersebut juga akan diolah dalam software ergofellow.
25
BAB V
PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA
26
Pada tabel terlihat grafik hasil kuisioner NBM sebelum bekerja.
27
Pada tabel terlihat grafik hasil kuisioner NBM setelah bekerja.
28
Pada gambar terlihat hasil penilaian REBA pada software Ergofellow.
29
Dilihat dari hasil wawancara dan kuisioner, pekerja banyak mengalami keluhan
pada tubuh bagian atas. Hal ini dikarenakan stasiun kerja tidak ergonomis. Banyak hal
yang mempengaruhi stasiun kerja tidak ergonomis, diantaranya tidak adanya sandaran
pada kursi, kaki tidak menapak pada saat duduk, serta adanya kegiatan yang berulang
yang mengakibatkan pekerja menjadi cepat lelah. Sedangkan dari hasil software, bisa
dilihat bahwa pekerja memiliki risiko mengalami penyakit kerja cukup tinggi, perlu
dikaji lebih lanjut, serta jika mungkin dilakukan perubahan agar dapat mengurangi
risiko terkena penyakit kerja. Sehingga saran perbaikan yang dapat diusulkan, yaitu :
a) Perbaikan Tempat Duduk
Tempat duduk yang digunakan harus lebih bisa menyamankan pekerja agak bisa
lebih produktif dalam bekerja. Contohnya mungkin bisa diberi sandaran pada
kursi agar keluhan pada punggung atau pinggang bisa berkurang. Selain itu,
perlu ditambahkan sandaran tangan agar pada saat bekerja, tangan pekerja tidak
melayang sehingga menyebabkan adanya tenaga berlebih yang menahan agar
tangan tetap pada posisi tersebut.
b) Perbaikan Meja Kerja
Meja disini bisa dikategorikan statsiun kerja bagi para pekerja, sehingga jika
meja pekerja tidak memiliki kenyamanan yang cukup, maka produktivitas
pekerja bisa menurun. Setelah ditinjau kembali, meja dibagian produksi
tergolong tidak ergonomis. Hal ini dikarenakan meja yang terlalu rendah atau
terlalu tinggi sehingga menyebabkan punggung maupun pinggang bekerja secara
berlebih untuk menopang tubuh. Meja yang terlalu rendah atau terlalu tinggijuga
mengakibatkan tengkuk mengalami kontraksi yang berlebihan, oleh karena itu
jika pekerjaan berlangsung lama maka tengkuk pada leher akan terasa sangat
pegal. Selain itu perbaikan yang disarankan adalah dengan menambahkan
pijakan kaki pada meja sehingga kaki pekerja tidak menggantung.
c) Perbaikan Layout Kerja
Jika dilihat secara langsung, pada saat melakukan packing atau memasukan obat
ke dalam inner, keadaan di atas stasiun kerja cukup merepotkan. Hal ini
dikarenakan kurangnya kordinasi pada saat melakukan packing
30
Berikut layout kerja awal pada bagian produksi.
31
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan pada departemen Produksi PT AIMFOOD
MANUFACTURING INDONESIA didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya keluhan muskuloseletal adalah
faktor pekerjaan. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya keluhan
muskuloskeletal adalah postur tubuh yang kurang tepat saat bekerja, adanya
peregangan otot yang berlebihan, serta adanya aktifitas berulang yang
menyebabkan otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus.
Selain itu, faktor lain yang menyebabkan keluhan muskuloskeletal adalah faktor
individu. Hal ini dikarenakan pekerja wanita lebih banyak daripada bekerja pria
pada divisi ini.
2. Keluhan pada pekerja terjadi karena adanya faktor aktifitas fisik yang berbeda.
Pada pekerja wanita, aktifitas yang dilakukan adalah melakukan packing dengan
duduk kurang lebih 5 jam. Aktifitas ini menyebabkan banyak pekerja wanita
mengeluhkan punggung, pinggang, serta lengan dan pergelangan tangan yang
sering mengalami sakit. Sedangkan pekerja pria lebih sering melakukan aktifitas
seperti mixing dan filling yang dimana dilakukan sambil berdiri sehingga
menyebabkan keluhan pada pinggang, paha, serta kaki.
3. Faktor lain yang menjadikan terjadinya keluhan muskuloskeletal adalah faktor
lingkungan. Faktor lingkungan pada divisi produksi sudah baik, dengan suhu
normal disetiap ruangannya. Hal ini dapat diketahui dari adanya termometer
pada tiap ruangan.
6.2. Saran
Keluhan Muskuloskeletal tidak terjadi sesaat. Keluhan muskuloskeletal ini
terjadi karena adanya pekerjaan yang terus menerus dengan posisi tubuh atau stasiun
kerja yang tidak ergonomis. Oleh karena itu, analisis pada bagian keluhan
muskuloskeletal ini perlu dilakukan tindakan lebih lanjut.
32
DAFTAR PUSTAKA
Segala puji syukur senantiasa terhaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah mengkaruniakan kepada kita rahmat, hidayah dan inayahnya, karena dengannya,
Laporan Kerja Praktek yang berjudul “Analisis Keluhan Musculoskeletal Disorder
dengan Metode Nordic Body Map Pada PT. AIMFOOD MANUFACTURING
INDONESIA” Departemen Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang telah
selesai hingga waktu yang ditentukan.
Penulis menghaturkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya untuk setiap
pihak yang sudah mendukung penulis, baik berupa bantuan ataupun doa dalam proses
penyusunan Laporan Kerja Praktek ini. Terkhusus lagi penulis sampaikan terimakasih
kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani,
keselamatan, dan kelancaran, sehingga penulis dapat menyelesaikan kerja
praktek dan penulisan laporan kerja praktek dengan sebaik-baiknya.
2. Orang tua, atas doa dan dukungan yang luar biasa sehingga penulis senantiasa
memiliki motivasi untuk berusaha melakukan yang terbaik, termasuk dalam
kegiatan Kerja Praktek ini.
3. Dr. Ratna Purwaningsih ST. MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
4. Purnawan Adi. W, ST. MT. selaku koordinator mata kuliah Kerja Praktek
yang telah mengampu mata kuliah Kerja Praktek dengan baik.
5. Ir. Heru Prastawa, DEA .Selaku dosen pembimbing Kerja Praktek yang telah
membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam
menyelesaikan dan menyusun laporan Kerja Praktek.
6. PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA yang telah memberikan
kesempatan serta pengalaman untuk melaksanakan Kerja Praktek.
7. Fajry Pratama Arifardy yang memberikan dukungan dan menemani selama
kerja praktek
8. Seluruh teman-teman angkatan 2016 yang telah memberikan dukungan dan
semangat dalam pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek.
Namun, dalam penyusunan laporan ini saya menyadari masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun laporan kerja praktik khususnya dan
seluruh pihak pada umumnya.