Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada era sekarang ini, perkembangan teknologi di dunia industri khususnya di
Indonesia semakin berkembang dengan pesat, yang mana menyebabkan semakin
ketatnya persaingan di segala bidang industri. Berbagai sektor industri berharap dapat
mencapai efektif dan efisien dengan melakukan aktivitas kerja yang sesuai dengan
metode ergonomik. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan suatu aktivitas
yang dapat mencegah kecelakaan kerja seperti kerusakan jaringan tubuh yang
diakibatkan oleh beban angkat yang berlebih. Tidak semua pekerjaan dilakukan oleh
mesin, masih ada beberapa pekerjaan yang masih menggunakan metode manual. Seperti
pengangkatan material secara manual.
Keluhan pada sistem muskuloskeletal telah menjadi trend penyakit terbaru
berkaitan dengan pekerjaan di seluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara
industri (Chung, 2013). Keluhan muskuloskeletal atau Musculoskeletal Disorder
(MSDs) bersifat kronis, disebabkan adanya kerusakan pada tendon, otot, ligament,
sendi, saraf, kartilago, atau spinal disc biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman, nyeri,
gatal dan pelemahan fungsi. Keluhan ini dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya
adalah faktor pekerjaan contohnya peregangan otot berlebih, postur kerja yang tidak
alamiah, gerakan repetitif, dan lingkungan seperti getaran, tekanan dan mikroklimat
(Tarwaka, 2013).
Penyelenggaraan upaya kesehatan kerja merupakan suatu upaya pembangunan
kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada tenaga
kerja sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerja. Salah satu cara untuk
meningkatkan produktivitas kerja yaitu melalui ilmu ergonomi berupa aturan dalam
bekerja yang bertujuan menciptakan sistem kerja selamat, sehat, aman dan nyaman.
Ergonomi sikap kerja dalam bekerja perlu diperhatikan, jika bertentangan dengan sikap
alami tubuh maka akan menimbulkan kelelahan dan cidera otot. Pada tahun 2014,
International Labour Organization (ILO) memperkirakan di seluruh dunia setiap
tahunnya 4 juta orang meninggal karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Maka

1
didalam hal ini dicari solusi terbaik untuk mendapatkan rancangan kerja yang baik yang
bertujuan untuk memperbaiki rancangan kerja yang akan berdampak beda terjadinya
keluhan muskuloskeletal. Oleh karena itu diperlukan kuisioner dan software untuk
mendapatkan data yang lengkap untuk memperbaiki hal tersebut. NBM atau Nordic
Body Map adalah kuisioner sederhana untuk mengidentifikasi resiko ergonomi. Selain
kuisioner, software Ergofellow untuk mengevaluasi dan meningkatkan kondisi tempat
kerja, untuk mengurangi risiko kerja dan meningkatkan produktivitas. Maka dengan
penerapan yang benar, dapat menghindari hal tersebut, dan mengupayakan agar
mendapatkan pengeluaran energi yang minimum namun dapat dicapai hasil yang
optimal.
PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA adalah layanan OEM /
produsen private label/merek pribadi untuk produk fungsional Makanan &
Minuman, Herbal dan Suplemen Makanan yang telah beroperasi sejak Agustus 2008.
Berlokasi di Kawasan Industri MM2100 Indonesia.

1.2. Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Menganalisa faktor – faktor yang mempengaruhi keluhan muskuloskeletal pada
pekerja PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan antara faktor aktivitas fisik dengan keluhan
muskuloskeletal pada pekerja PT. AIMFOOD MANUFACTURING
INDONESIA.
b. Mengetahui hubungan antara faktor lingkungan dengan keluhan muskuloskeletal
pada pekerja PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA.
c. Mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap keluhan muskuloskeletal pada
pekerja PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA.

1.3. Rumusan Masalah


Permasalahan yang terjadi pada bagian produksi PT. AIMFOOD
MANUFACTURING INDONESIA adalah adanya keluhan pekerja tentang penyakit

2
kerja yang mengakibatkan pekerja seringkali merasakan sakit pada beberapa bagian
tubuh.

1.4. Batasan Masalah


Kerja Praktik ini dilakukan pada bagian produksi di PT. AIMFOOD
MANUFACTURING INDONESIA dengan rentang waktu 30 hari yang dimulai per
tanggal 7 Januari 2019 hingga 7 Februari 2019. Pengataman dilakukan terhadap 20
pekerja pada pukul 08.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.

1.5. Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan pada laporan ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan,
pembatasan masalah dan asumsi, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi mengenai teori-teori ergonomi, musculoskeletal disorder (MD’s), dan
berbagai teori lain yang menunjang untuk membuat laporan ini.
BAB III TINJAUAN SISTEM
Bab ini membahas tentang objek dan subyek penelitian, metode penelitian,
teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metode apa yang digunakan dalam penelitian.
BAB V PEMBAHASAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi tentang hasil penelitian di perusahaan dan dibahas menggunakan
dasar teori yang digunakan yaitu ergonomi.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ergonomi
2.1.1. Pengertian Ergonomi
Istilah ergonomic berasal dari bahasa Yunani “Ergon” yang artinya kerja dan
“Nomos” yang berarti peraturan atau hokum. Ergonomi adalah penerapan ilmu biologis
tentang manusia bersama-sama dengan ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai
penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya yang
manfaat dari padanya diukur dengan efesiensi dan kesejahteraan kerja. Ergonomi adalah
ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara
segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas
hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik, sedangkan menurut International Labour
Organization (ILO) ergonomic adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan
ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia
secara optimal dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan.

2.1.2. Tujuan Ergomomi


Secara umum tujuan ergonomi adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera
dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak social,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan
jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak
produktif
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas kerja dan hidup yang tinggi.

4
2.1. Biomekanika
Biomekanika merupakan ilmu yang membahas aspek-aspek mekanika gerakan
gerakan tubuh manusia dengan mengkombinasikan antara keilmuan mekanika,
antropometri dan dasar ilmu kedokteran. Dalam dunia kerja yang menjadi perhatian
adalah kekuatan kerja otot yang tergantung pada posisi anggota tubuh yang bekerja,
arah gerakan kerja dan perbedaan kekuatan antar bagian tubuh. Selain itu juga
kecepatan dan ketelitian serta daya tahan jaringan tubuh terhadap beban.
Selain itu, biomekanika juga dapat diartikan sebagai disiplin ilmu yang
mengintegrasikan faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan manusia, yang diambil
dari pengetahuan dasar seperti fisika, matematika, kimia, fisiologi, anatomi dan konsep
rekayasa untuk menganalisa gaya yang terjadi pada tubuh. Sehingga, biomekanika akan
memberikan gambaran ataupun solusi guna meminimumkan gaya dan momen yang
dibebankan pada pekerja supaya tidak terjadi kecelakaan kerja. Jika seseorang
melakukan pekerjaan, maka sangat banyak faktor-faktor yang terlibat dan
mempengaruhi pekerjaan tersebut. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
manusia tersebut adalah faktor individual dan faktor situasional.
Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. General Biomechanic, merupakan bagian dari biomekanika yang
berhubungan dengan hukum-hukum serta konsep dasar yang mempengaruhi
tubuh organic manusia, baik dalam posisi diam maupun bergerak. Terdapat
2 jenis general biomechanic yaitu :
a. Biostatic merupakan studi tentang struktur mahluk hidup yang
berhubungan dengan gaya-gaya ketika mereka berinteraksi.
b. Biodinamic merupakan studi tentang dasar-dasar dan pembagian gerakan
(berhubungan dengan gaya) yang dilakukan mahluk hidup.
2. Occupational Biomechanic, merupakan bagian dari biomekanika yang
berhubungan dengan interaksi fisik antar pekerja dengan mesin, material,
dan peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem
kerangka otot agar produktivitas kerja meningkat.

5
2.2. Muskuloskeletal
2.2.1. Keluhan Muskuloskeletal
Menurut Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO) tahun
2007, Keluhan musculoskeletal adalah serangkaian sakit pada tendon, otot, dan saraf.
Aktivitas dengan tingkat pengulangan tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman pada otot.
Keluhan musculoskeletal dapat terjadi walaupun gaya yang dikeluarkan ringan dan
postur kerja yang memuaskan. Kerusakan pada otot dapat berupa ketegangan otot,
inflamasi, dan degenerasi. Sedangkan kerusakan pada tulang dapat berupa memar,
mikro faktur, patah, atau terpelintir. Musculoskeletal Disorder adalah gangguan pada
bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara
berulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Jenis-jenis keluhan
muskuloskeletal antara lain:
a. Sakit Leher
Merupakan penggambaran umum terhadap gejala yang mengenai leher,
peningkatan tegangan otot atau myalgia, leher miring atau kaku leher. Pengguna
komputer yang terkena sakit ini adalah pengguna yang menggunakan gerakan
berulang pada kepala seperti menggambar dan mengarsip, serta pengguna
dengan postur yang kaku.
b. Nyeri Punggung
Merupakan istilah yang digunakan untuk gejala nyeri punggung yang spesifik
seperti herniasi lumbal, arthiritis, ataupun spasme otot. Nyeri punggung juga
dapat disebabkan oleh tegangan otot dan postur yang buruk saat menggunakan
komputer.
c. Carpal Tunnel Syndrome
Merupakan kumpulan gejala yang mengenai tangan dan pergelangan tangan
yang diakibatkan iritasi dan nervus medianus. Keadaan ini disebabkan oleh
aktivitas berulang yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus.
d. Thoracic Outlet Syndrome
Merupakan keadaan yang mempengaruhi bahu, lengan, dan tangan yang ditandai
dengan nyeri, kelemahan, dan mati rasa pada daerah tersebut. Terjadi jika lima

6
saraf utama dan dua arteri yang meninggalkan leher tertekan dan disebabkan
oleh gerakan berulang dengan lengan diatas atau maju kedepan.
e. Tennis Elbow
Merupakan suatu keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang berasal dari
siku lengan bawah dan berjalan keluar ke pergelangan tangan dan disebabkan
oleh gerakan berulang dan tekanan pada tendon ekstensor.
f. Low Back Pain
Merupakan keadaan dimana terjadi penekanan pada daerah lumbal. Apabila
dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan maka akan
terjadi penekanan pada discus. Hal ini berhubungan dengan posisi duduk yang
janggal, kursi yang tidak ergonomis, dan peralatan lainnya yang tidak sesuai
dengan antopometri pekerja.

2.2.2. Faktor Penyebab Muskuloskeletal


Terdapat tiga faktor yang menyebabkan terjadinya cedera otot (MSDs) akibat
bekerja, yaitu
1. Faktor Pekerjaan
Berikut faktor-faktor penyebab muskuloskeletal berdasarkan faktor pekerjaan.
 Postur Janggal
Postur tubuh adalah posisi relatif dari bagian tubuh tertentu. Bridger ( 1995)
menyatakan bahwa postur didefinisikan sebagai orientasi rata-rata bagian tubuh
dengan memperhatikan satu sama lain antara bagian tubuh yang lain. Postur dan
pergerakan memagang peranan penting dalam ergonomi. Postur janggal ialah
posisi bagian tubuh yang menyimpang dari posisi normalnya. Valentina (2006)
menyebut postur janggal berhubungan dengan deviasi tilang sendi dari posisi
netralnya yang menyebabkan posisi tubuh menjadi tidak asimetris. Posisi
janggal membebani sistem otot rangka sebagai penyangga tubuh. Ada beberapa
postur janggal yang harus diperhatikan dalam bekerja :
a. Menahan atau memegang beban jauh dari tubuh
b. Menjangkau dan menangani beban diatas ketinggian bahu
c. Membungkuk dan menangani beban di bawah pertengahan paha

7
d. Berputar
e. Membungkuk ke samping dan menangani beban dengan satu tangan
f. Mendorong dan menarik yang berlebihan
Bekerja dengan menggunakan postur janggan akan mengakibatkan cedera.
Posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan terhadap posisi normal saat
melakukan pekerjaan dapat menyebabkan stress mekanik lokal pada otot,
ligamen, dan persendian. Hal ini dapat mengakibatkan cedera pada leher, tulang
belakang, bahu, pergelangan tangan, dan lain-lain. Namun di lain hal, meskipun
postur terlihat nyaman dalam bekerja, dapat berisiko juga juka mereka bekerja
dalam jangka waktu yang lama. Pekerjaan yang dikerjakan dengan duduk dan
berdiri, seperti pada pekerja kantoran dapat mengakibatkan masalah pada
punggung, leher, bahu, serta terjadi penumpukan darah di kaki jika kehilangan
kontrol yang tepat. Penyakit lainnya yang ditimbulkan antara lain degenerative
disc desease, hernia, tinched nerve, pusitis, epikondilitis, carpal tunnel
syndrome (CTS), ganglion cyst, tendonitis, white finger, tenosinositis, dan lain
lain. Postur kerja statis juga termasuk dalam postur janggal jika dilakukan dalam
rentang waktu yang lama. Postur kerja statis meningkatkan risiko low back pain
dan hernia pada diskus. Sering membungkuk dan berputar yang berhubungan
dengan aktivitas mengangkat juga menyebabkan cedera. Aktifitas tersebut
diketahui menjadi pemicu low back pain (Levy and Wegman, 2000).
 Peregangan otot yang berlebihan (Over Exertion)
Biasanya dialami pekerja yang mengalami aktifitas kerja yang menuntut tenaga
yang besar. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka akan mempertinggi
resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cidera otot
skeletal.
 Aktifitas Berulang (Repetition)
Pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus. Keluhan otot terjadi karena otot
menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus, tanpa memperoleh
kesempatan untuk melakukan relaksasi.
 Pekerjaan yang Memaksakan Tenaga (Forceful Exertions)

8
Beban berat atau tahanan dari benda kerja yang dihadapi pekerja dapat
menyebabkan terjadinya cedera pada oto akibat bekerja.
2. Faktor Individu
Berikut faktor-faktor penyebab muskuloskeletal berdasarkan faktor individu.
 Umur
Keluhan otot skeletal biasanya dialami orang pada usia kerja , yaitu 24-65 tahun.
Biasanya keluhan pertama dialami pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan
meningkat seiring dengan bertambahnya umur.
 Jenis Kelamin
Dalam pendesainan suatu beban tugas harus diperhatikan jenis kelamin
pemakainya, bahwa kekuatan otot wanita hanya 60% dari kekuatan otot pria,
keluhan otot juga lebih banyak dialami wanita dibandingkan pria. Namun
pendapat ini masih diperdebatkan oleh para ahli
 Kebiasaan Merokok
Sama halnya dengan jenis kelamin, kebiasaan merokok pun masih dalam taraf
perdebatan para ahli. Namun dari penelitian oleh para ahli diperoleh bahwa
meningkatnya frekuensi merokok akan meningkatkan keluahan otot yang
dirasakan.
 Kesegaran Jasmani
Pada umumnya keluhan otot jarang dialami oleh seseorang yang dalam aktifitas
kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk beristirahat. Sebaliknya, bagi
yang dalam pekerjaan kesehariannya memerlukan tenaga besar dan tidak cukup
istirahat akan lebih sering mengalami keluhan otot. Tingkat kesegaran tubuh
yang rendah akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot. Keluhan otot
akan menongkat sejalan dengan bertambahnya aktivitas fisik.
 Kekuatan Fisik
Keluhan punggung yang tajam pada para pekerja yang menuntut pekerjaan otot
diatas batas kekuatan otot maksimalnya. Dan pekerja yang memiliki kekuatan
otot rendah beresiko tiga kali lipat lebih besar mengalami keluhan otot
dibandingkan pekerja yang memiliki kekuatan otot yang tinggi. Namun sama

9
halnya dengan kebiasaan merokok dan jenis kelamin, pendapat ini masih
diperdebatkan.
 Ukuran Tubuh (Antropometri)
Walaupun pengaruhnya relatif kecil, ukuran tubuh juga menyebabkan keluhan
otot skeletal. Wanita gemuk memiliki risiko 3 kali lebih besar dibandingkan
dengan wanita kurus. Temuan lain menyatakan bahwa tubuh yang tinggi
umumnya sering mengalami keluhan sakit punggung, tetapi tubuh tinggi tak
mempunyai pengaruh terhadap keluhan pada leher, bahu, dan pergelangan
tangan.
3. Faktor Lingkungan
Berikut faktor-faktor penyebab muskuloskeletal berdasarkan faktor lingkungan.
 Getaran Mekanis
Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat
mekanis, dan sebagian getaran tersebut sampai ke tubuh manusia sehingga dapat
menimbulkan gangguan yang tidak diinginkan oleh tubuh manusia. Kekuatan
getaran mekanis ditentukan oleh intensitas getarannya (meter/detik), frekuensi
getarannya (getaran/detik), dan lamanya getaran itu berlangsung. Berikut adalah
tabel tingkatan getaran mekanis (Wignjosoebroto, 1995).
Tabel 2.1 Tingkat Getaran Mekanis Tempat Kerja
Jumlah Waktu Per Hari Kerja Nilai percepatam pada frekuensi dominan
m/det2 gram gram
4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,40
2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61
1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81
Kurang dari 1 jam 12 1,22

Selain itu , berdasarkan tingkat getaran mekanis tempat kerja yang


diperbolehkan menurut ketentuan yang berlaku, yaitu Surat Edaran Menteri
Tenaga Kerja No. SE.01/MEN/1978 tentang Nilai Ambang Batas untuk Iklim
Kerja dan Nilai Ambang Batas, yaitu nilai ambang batas untuk getaran mekanis

10
tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Besarnya intensitas getaran
tersebut adalah 4 m/det2 gram atau sebesar 0,40 gram per hari kerja.
 Temperatur
Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan keadaan normal dengan
suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi di luar tubuh secara otomatis (proses
konveksi, penguapan, dan radiasi) Dengan adanya kemampuan ini maka tubuh
dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan temperatur. Kemampuan manusia
untuk menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar adalah jika perubahan
temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 20 % untuk kondisi panas dan 35
% untuk kondisi dingin. Semuanya ini dari keadaan normal tubuh. Berikut
perbandingan suhu dengan akibatnya (Wignjosoebroto, 1995).
- ± 49 0C Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam tetapi jauh diatas
tingkat kemampuan fisik dan mental.
- ± 30 0C Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung
untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan serta timbul kelelahan fisik.
- ± 24 0C Kondisi optimum.
- ± 10 0C Kelakukan fisik yang ekstrim mulai muncul.
Temperatur yang sesuai sekitar 24-260C bagi orang Indonesia. Suhu dingin
mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu
panas terutama berakibat menurunnya prestasi kerja pikir. Suhu panas
mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan
keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak , mengganggu koordinasi syaraf
perasa dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang. Selain itu ,
berdasarkan tingkat temperatur tempat kerja yang diperbolehkan menurut
ketentuan yang berlaku, yaitu Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.
SE.01/MEN/1978 tentang Nilai Ambang Batas untuk Iklim Kerja dan Nilai
Ambang Batas, yaitu nilai ambang batas (NAB) untuk iklim kerja adalah situasi
kerja yang masih dapat dihadapi oleh tenaga kerja dalam pekerjaan sehari-hari
yang tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan untuk waktu kerja
terus menerus tidak lebih dari 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam

11
seminggu. NAB terendah untuk temperatur ruang kerja adalah 21oC dan NAB
tertinggi adalah 30oC pada kelembaban nisbi udara antara 65 % - 95 %.
 Pencahayaan
Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada permukaan.
Satuannya adalah lux (1 lm/m2), dimana lm adalah lumens atau lux cahaya.
Salah satu faktor penting dari lingkungan kerja yang dapat memberikan
kepuasan dan produktivitas adalah adanya penerangan yang baik. Penerangan
yang baik adalah penerangan yang memungkinkan pekerja dapat melihat obyek
obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak
perlu. Pada dasarnya sumber cahaya terbagi atas 2 jenis, yaitu berasal dari
matahari dan berasal dari selain matahari seperti lampu. Kemampuan mata untuk
melihat objek dengan jelas ditentukan oleh ukuran objek, derajat kontras,
luminensi, arus cahaya yang dipantulkan oleh objek dan lamanya melihat (Andi
Hendrawan, 2003). Selain itu , berdasarkan tingkat pencahayaan tempat kerja
yang diperbolehkan menurut ketentuan yang berlaku, yaitu Surat Edaran
Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/MEN/1978 tentang Nilai Ambang Batas untuk
Iklim Kerja dan Nilai Ambang Batas, yaitu :
Tabel 2.2 Tingkat Penerangan Tempat Kerja
Kegiatan Penerangan (Lux)
Penerangan darurat 5
Penerangan halaman/lingkungan perusahaan 20
Pekerjaan yang hanya membedakan barang kasar 50
Pekerjaan membedakan barang kecil dilakukan sepintas 100
Pekerjaan membedakan barang kecil dilakukan agak teliti 200
Pekerjaan membedakan barang kecil dan halus 300
Pekerjaan membedakan barang halus dan dengan kontras sedang 500 - 1000
Pekerjaan membedakan barang halus dan dengan kontras kurang 1000

12
Berikut merupakan faktor penyebab Musculoskeletal Disosder.

Gambar 2.1 Faktor Risiko MSDs

2.2.3. Mengukur dan Mengenali Penyebab Muskuloskeletal


Ada beberapa cara dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui
hubungan tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal yang dikemukakan oleh,
diantaranya
1. Cheklist
Cheklist merupakan alat ukur ergonomi yang paling sederhana dan mudah, oleh
karena itu biasanya menjadi pilihan pertama untuk melakukan pengukuran yang
masih umum, berisi pertanyaan umum yang biasanya mengarah pada
pengumpulan data tentang tingkat beban kerja dan pertanyaan khusus yang
berisi data yang lebih spesifik seperti berat beban, jarak angkat, jenis pekerjaan,
dan frekuensi kerja. Cheklist merupakan cara yang mudah untuk digunakan,
tetapi hasilnya kurang teliti, sehingga lebih cocok digunakan untuk studi
pendahuluan dan identifikasi masalah.
2. Model Biomekanik
Model Biomekanik menerapkan konsep mekanik teknik pada fungsi tubuh untuk
mengetahui reaksi otot yang terjadi akibat tekanan beban kerja. Beberapa faktor
yang harus dicermati apabila pengukuran dilakukan dengan model biomekanik
adalah sifat dasar mekanik (statik atau dinamik), dimensi model (dua atau tiga

13
dimensi), ketepatan dalam mengambil asumsi, input yang diperlukan cukup
kompleks.
3. Tabel Psikofisik
Psikofisik merupakan cabang ilmu psikologi yang digunakan untuk menguji
hubungan antara persepsi dari sensasi tubuh terhadap rangsangan fisik. Melalui
persepsi dan sensansi tubuh, dapat diketahui kapasitas kerja seseorang. Bahwa
tingkat kekuatan seseorang dalam menerima beban kerja dapat diukur melalui
perasaan subjektif, dalam arti persepsi seseorang terhadap beban kerja dapat
digunakan untuk mengukur efek kombinasi dari tekanan fisik dan tekanan
biomekanik akibat aktivitas yang dilakukan. Untuk metode psikofisik ini hasil
dari pengukuran tergantung dari persepsi seseorang dan konsekuenainya,
kemungkinan terjadi perbedaan antara persepsi yang satu dengan yang lainnya.
4. Metode Fisik
Salah satu penyebab timbulnya keluhan otot adalah kelelahan yang terjadi akibat
beban kerja yang berlebihan. Oleh karena itu salah satu metode untuk
mengetahui keluhan fisik dapat dilakukan secara langsung dengan mengukur
tingkat beban kerja. Tingkat beban kerja dapat diketahui melalui indikator
denyut nadi, konsumsi oksigen, dan kapasitas paru-paru. Melalui beban kerja
inilah dapat diketahui tingkat reiko terjadinya keluhan otot skelektal. Apabila
beban kerja melebihi kapasitas kerja, maka resiko terjadinya keluhan otot akan
semakin besar.
5. Pengukuran dengan Video Kamera
Melalui video kamera dapat direkam setiap tahapan aktivitas kerja, selanjutnya
hasil rekaman dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisis terhadap
sumber terjadinya keluhan otot.
6. Pengamatan melalui Monitor
Sistem ini terdiri dari sensor mekanik yang dipasang pada bagian tubuh pekerja
yang dapat mengukur berbagai aspek dari aktivitas tubuh, seperti posisi,
kecepatan, dan percepatan gerakan. Melalui monitor dapat dilihat secara
langsung karakteristik dan perubahan gerak yang dapat digunakan untuk

14
mengestimasi keluhan otot yang akan terjadi, dan sekaligus dapat dianalisasolusi
ergonomiknya.
7. Nordic Body Map (NBM)
Melalui Nordic Body Map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami
keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit)
sampai tingkat yang sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisa peta tubuh,
dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh
pekerja. Metode ini dilakukan dengan memberikan penilaian subjektif pada
pekerja.

2.2.4. Langkah-Langkah Mengatasi Keluhan Muskuloskeletal


Untuk mengatasi keluhan pada muskuloskeletal, maka menggunakan rekayasa
untuk mencegah adanya sumber penyakit, yaitu :
1. Rekayasa Teknik
Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa alternatif
sebagai berikut :
a. Eliminasi, yaitu menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini jarang bisa
dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang mengharuskan
untuk menggunakan peralatan yang ada.
b. Subsitusi, yaitu mengganti alat atau bahan lama dengan alat atau bahan baru
yang aman guna menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan
prosedur penggunaan alat.
c. Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja.
d. Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi resiko sakit,
misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas.
2. Rekayasa Manajemen
Rekayasa manajemen dapat dilakukan dengan tindakan sebagai berikut :
a. Pendidikan dan Pelatihan
Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami
lingkungan dan alat kerja, sehingga diharapkan dapat beradaptasi dan

15
inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap resiko sakit
akibat kerja.
b. Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang
Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti disesuaikan
dangan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan, sehingga dapat
mencegah paparan yang berlebih terhadap sumber bahaya.
c. Pengawasan yang intensif
Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara lebih
dini terhadap kemungkinan terjadinya resiko akibat kerja.

2.2.5 Pengendalian Muskuloskelatal Disorder


Pengendalian terhadap MSDs dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi
terhadap faktor-faktor yang telah ditemukan. Selain itu juga dapat dilakukan perubahan
metode kerja, menata ulag peralatan dan area kerja untuk mengurangi risiko
muskuloskeletal, libatkan karyawan untuk memberikan ide-ide agat sistem kerja
menjadi lebih baik sehingga produktifitas kerja dapat meningkat. Pengendalian pada
umumnya terbagi menjadi tiga (cohen et al, 1997) :
a. Mengurangi atau mengeliminasi kondisi yang berpotensi bahaya menggunakan
pengendalian teknik
b. Mengubah dalam praktek kerja dan kebijakan manajemen yang sering disebut
dengan pengendalian administratif
c. Menggunakan alat pelindung diri agar tidak mengalami risiko muskuloskeletal
pada saat melakukan pekerjaan , maka ada beberapa hal yang harus dihindari.
Hal tersebut adalah :
1. Jangan memutar atau membungkukan badan ke samping
2. Jangan menggerakan, mendorong, atau menarik secara sembarangan karena
dapat meningkatkan risiko cedera
3. Jangan ragu meminta tolong pada orang
4. Apabila jangkauan tidak cukup, jangan memindahkan barang

16
2.3. REBA
REBA (Rapid Entire Body Assesment) merupakan metode yang digunakan
untuk menilai faktor resiko ergonomi pada seluruh tubuh ketika bekerja. REBA
dikembangkan oleh Hignett dan McAtamney pada tahun 2000. REBA menghitung
postur kerja yang dilakukan ketika bekerja dengan mengumpulkan data mengenai
postur, beban/tenaga kerjayang digunakan, pergerakan dan pengulangannya. Penilaian
REBA meliputi semua bagian tubuh yaitu leher, punggung, kaki, bahu/lengan atas,
siku/lengan bawah, dan pergelangan tangan. Selain itu REBA juga memberikan
penilaian secara umum mengenai beban yang diterima dan apakah ada pengulangan
atau tidak dalam pekerjaan serta tidak membutuhkan waktu yang lama dalam penilaian.
Penilaian terhadap beban tersebut juga mempertimbangkan bagaimana genggaman
tanga terhadap beban yang ditangani. Berikut klasifikasi skor berdasarkan REBA.
Tabel 2.3 Kategori Tindakan REBA
Action Level Skor Risk Level Action
0 1 Negligible Not Necessary
1 2–3 Low Can be Necessary
2 4–7 Medium It is Necessary
3 8 – 10 High Necessary Soon
4 11 – 15 Veri High Necessary Now

Berikut juga merupakan standarisasi kategori REBA.


Tabel 2.4 Stanndarisasi Kategori REBA
Kategori Skor REBA Tindakan
A 1 OK Situation
B 2 sampai 5 Studies for a change
C 6 sampai 10 Actions for a change
D 10 sampai 15 Urgent changes

2.4. Nordic Body Map


Indikasi tingkat kelelahan dan keluhan otot skeletal diperoleh melalui pengisian
kuisioner 30 item kelelahan dan nordic body map sebelum dan sesudah bekerja. Nordic

17
body map (nbm) adalah kuisioner sederhana untuk mengidentifikasi risiko ergonomi.
NBM dikembangkan oleh Nordic Council Ministers. NBM adalah alat yang digunakan
untuk mengetahui gangguan kesehatan seperti MSDs berdasarkan keluhan sampel
(pekerja) yang subyektivitasnya sangat tinggi. Sifatnya sangat subyektif karena
berdasarkan persepsi pekerja yang merasakan gangguan MSDs.
NBM menyediakan format standar untuk pengumpulan data mengenai masalah
muskuloskeletal. Data yang ada digunkana untuk menunjukan bagian yang spesifik
yang tidak nyaman dari tubuh dengan menggunakan body map yang elah dibagi
menjadi beberapa segmen. NBM tidak dapat digunakan sebagai diagnosa klinik
karenatidak teliti dan sangat subyektif. Oleh karena itu, tidak dapat dilihat hubungan
antara pekerjaan manual handling dengan masalah gangguan otot rangka (MSDs) hanya
berdasarkan hasil NBM. Data hasil NBM hanya dapat mengestimasi jenis dan tingkat
keluhan, kelelahan, dan kesakitan (dari rasa tidak nyaman sampai dengan rasa sakit)
pada bagian-nagian otot yang dirasakan pekerja dengan melihat dan menganalisis peta
tubuh yang berasal dari pengisian daftar kuisioner NBM seperti dibawah ini

Gambar 2.2 Kuisioner Nordic Body Map

18
2.5. Software Ergofellow
Ergofellow merupakan perangkat lunak ini memiliki 17 alat ergonomis untuk
mengevaluasi dan meningkatkan kondisi tempat kerja, untuk mengurangi risiko kerja
dan meningkatkan produktivitas. Perangkat lunak ini dikembangkan oleh MPL Sistemas
pada tahun 2009 dan sangat berguna untuk ergonomistas dan untuk semua profesionaldi
bidang keselamatan dan kesehatan. Hal ini juga sangat baik untuk tujuan pendidikan.
Ergofellow memiliki alat ergonomis seperti NIOSH, Ovaco, RULA, REBA, MOORE E
Garg (Indeks Regangan), Ketidaknyamanan kuisioner, QEC (Centang Paparan Cepat),
Lehmann, analisis citra, analisis video, antropometri, perhitungan force, dan APD (Alat
Pelindung Diri). Berikut adalah tampilan lembar kerja dari Ergofellow.

Gambar 2.3 Tampilan Ergofellow

19
BAB III
TINJAUAN SISTEM

3.1. Profil Perusahaan


PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA adalah layanan OEM /
produsen private label/merek pribadi untuk produk fungsional Makanan &
Minuman, Herbal dan Suplemen Makanan yang telah beroperasi sejak Agustus 2008.
Berlokasi di Kawasan Industri MM2100 Cibitung, PT. AIMFOOD
MANUFACTURING INDONESIA telah memproduksi dan mengekspor produk produk
berkualitas yang memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Tujuan PT. AIMFOOD
MANUFACTURING INDONESIA dari awal pertama menjalankan bisnis ini adalah
untuk menjadi mitra strategis dari pelanggan kami untuk mencapai tujuan bisnis mereka
yang sejalan dengan motto bisnis kami "Bekerja bersama Anda sepanjang jalan; One
Aim, One Heart". Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah dengan memberikan
SOLUSI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU; mulai dari Desain, Formulasi,
Pendaftaran BPOM dan Produksi produk. Dengan solusi sederhana ini, pelanggan
dapat berkonsentrasi pada produk & program penjualan dan pemasaran mereka untuk
mencapai target bisnis. PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA memiliki
tim ahli dan profesional di bidangnya yang mampu menyesuaikan dan memberikan
inovasi produk yang sesuai dengan preferensi pelanggan. Kami berkomitmen
menjalankan standar produksi pangan tertinggi, patuh dan terakreditasi dengan
persyaratan sertifikat industri tertinggi (ISO22000, ISO9001, HACCP, GMP, AS FDA,
dan HALAL).

3.2. Sejarah Perusahaan


PT AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA adalah anak perusahaan
dari AIMFOOD MANUFACTURING Sdn. Bhd yang berlokasi di Melaka, Malaysia.
Perusahaan induk kami adalah perusahaan bersertifikat international dengan
pengalaman lebih dari 20 tahun. PT AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA
BERDIRI TAHUN 2008. PT AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA
mengkhusukan diri dalam pengembangan dan penyediaan makanan dan minuman

20
serbuk. Dengan menyediakan solusi terpadu bagi para pelanggan OEM/ Maklon / Toll
Manufacturing yang beralamat di Kawasan Industri Bekasi Fajar MM2100 Jl Selayar
Blok B2-7 Desa Mekarwangi Cikarang Barat Kabupaten Bekasi, Jawa Barat membuka
kesempatan bagi putra putrid terbaik Indonesia yang memiliki integritas tinggi, tangguh,
dan kompeten untuk bergabung dan berkarir.

3.2.1. Logo Perusahaan


Berikut adalah logo dari PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA.

Gambar 3.1 Logo AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA

Logo pada PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA ini memiliki arti


yaitu tujuan dimana dalam bahasa inggris nya yaitu AIM.

3.2.2. Visi dan Misi Perusahaan


Visi dari PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA adalah menjadi
yang terdepan dan bereputasi dunia untuk perusahaan OEM / produsen private
label/merek pribadi untuk produk fungsional Makanan dan Minuman, Herbal dan
Suplemen Makanan serta menjadi produsen berskala internasional. Misi yang
dikembangkan oleh PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA adalah :
1. Perusahaan yang memprioritaskan kualitas produk terbaik dengan pelayanan
prima.
2. Mempertahankan kerjasama yang saling menguntungkan bersama pelanggan
kami, supplier, dan sumbe daya manusia.
3. Memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan, masyarakat sekitar, dan
negara dimana perusahaan ini beroperasi.

21
3.3. Lokasi Perusahaan
Berikut lokasi perusahaan PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA.

Gambar 3.2 Lokasi Perusahaan AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA

Berikut informasi mengenai PT. AIMFOOD MANUFACTURING


INDONESIA.
1. Lokasi Perusahaan : Kawasan Industri MM2100, Jl. Selayar Blok B2
Cikarang Barat, Bekasi 1753, Indonesia.
2. Nomor Telepon : +62 21 2961 8989 / +62 21 2957 6999.
3. Fax : +62 21 2961 0708
4. Email : info@aimfood.co.id.

3.4. Jam Kerja


Jam kerja di PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA adalah mulai
dari jam 08.00 WIB sampai 17.00 WIB dengan total waktu kerja 8 jam kerja.

22
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Metodologi Penelitian


Metodologi penelitian yang digunakan dalam menyusun laporan kerja praktik ini
dapat dilihat pada gambar berikut :

Mulai

Studi Pendahuluan :
- Studi lapanngan
- wawancara

Perumusan masalah

Pengambilan data

Pengolahan data

Analisis dan Usulan


Perbaikan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 4.1 Metodologi Penelitian

23
4.2. Penjelasan Metodologi
4.2.1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh
topik yang sesuai dengan apa yang akan diteliti. Studi pendahuluan dilakukan
untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan. Dilakukan dengan wawancara,
pengamatan dan praktek di PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA. Dari
kegiatan ini diharapkan dapat menemukan masalah pada perusahaan yang dapat di
selesaikan dengan bidang ilmu ke teknik industrian.

4.2.2. Perumusan Masalah


Perumusan masalah merupaka suatu kegiatan memodelkan fenomena yang ada
di kejadian nyata secara sistematis berdasarkan teori yang telah ada. Perumusan masalah
diperoleh dari studi pendahuluan yang telah dipersempit cakupannya. Hal ini perlu
dilakukan agar proses penelitian dapat lebih fokus terhadap masalah yang akan diteliti.
Permasalahan yang akan dibahas dalam laporan yaitu bagaimana menganalisis faktor-
faktor penyebab terjadinya keluhan muskuloskeletal pada pekerja di PT. AIMFOOD
MANUFACTURING INDONESIA dengan menggunakan Nordic Body Map.

4.2.3. Pengambilan Data


Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang diperlukan untuk mendapat
informasi terkait penelitian yang sedang dilakukan. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara, pengamatan secara langsung dan pengisian kuisioner berupa
kuisioner Nordic Body Map.

4.2.4. Pengolahan Data


Pada tahap ini dilakukan pengolahan data yang diperoleh dari hasil wawancara,
hasil pengamatan secara langsung, dan hasil kuisioner. Data yang diambil adalah
keluhan yang terjadi pada pekerja mengenai penyakit kerja (muskuloskeletal).

24
4.2.5. Analisis dan Usulan Perbaikan
Setelah mengetahui hasil apakah pekerja di PT. AIMFOOD
MANUFACTURING INDONESIA mengalami muskuloskeletal, hasil pengolahan data
tersebut akan dibuat tabel sehingga diketahui faktor-faktor penyebab muskuloskeletal.
Dan hasil dari pengolahan data tersebut juga akan diolah dalam software ergofellow.

4.2.6. Kesimpulan dan Saran


Tahap terakhir ini membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis dan
pengolaha data-data yang didapatkan selama masa kerja praktek serta saran yang berupa
apa yang harus dilakukan oleh perusahaan setempat dalam menanggapi keluhan
muskuloskeletal.

25
BAB V
PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data


Data yang digunakan didapatkan dari beberapa cara. Cara pertama didapatkan
dari pengisian kuisioner oleh beberapa pekerja. Kuisioner tersebut memyediakan
informasi berupa keluhan penyakit yang diderita oleh para pekerja. Data juga
didapatkan dari beberapa observasi secara langsung yang dilakukan oleh peneliti. Selain
itu, data juga didapat dari pengaplikasian software yaitu software ergofellow. Seperti
yang sudah dibahas sebelumnya, kuisioner yang dibagikan berupa Nordic Body Map.
Pada kesempatan kali ini, kuisioner NBM diisi dua kali. Pengisian pertama dilakukan
pada saat pekerja belum melakukan pekerjaan (pagi hari). Sedangkan pengisian kedua
dilakukan pada saat pekerja telah selesai melakukan pekerjaan (sore hari). Hal ini
bertujuan agar data yang didapat lebih akurat yang dapat menunjukan perbedaan
keluhan pekerja sebelum dan sesudah memulai pekerjaan. Pengumpulan data kedua
dilakukan dengan Observasi secara langsung. Observasi dilakukan untuk menunjang
data kuisioner. Dengan adanya oberservasi peneliti bisa menentukan kenapa pekerja
pada PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA bisa terkena penyakit kerja.
Pengumpulan data yang ketiga dilakukan dengan menggunakan software Ergofellow
untuk menghitung Rapid Entire Body Assesment (REBA). Hasil kuisioner Nordic Body
Map akan dilampirkan pada lampiran laporan ini.

5.2. Pengolahan Data


Hasil identifikasi menunjukan angka 100% pekerja mengalami keluhan
muskuloskeletal dalam 1 bulan terakhir. Hasil yang di dapat melalui Observasi secara
langsung, dimana pekerja melakukan gerakan-gerakan yang memang dapat
menyebabkan seseorang terkena penyakit kerja. Hasil yang didapat pada saat
melakukan observasi dengan hasil yang didapat dengan pengisian kuisioner tidak jauh
berbeda.

26
Pada tabel terlihat grafik hasil kuisioner NBM sebelum bekerja.

Gambar 5.1 Hasil Kuisioner NBM Sebelum Bekerja


Pada gambar 5.1 diatas menunjukan data pekerja sebelum bekerja. Menurut hasil yang
diperoleh dapat dilihat bahwa sebelum bekerja, beberapa pekerja pun sudah mengalami
berbagai macam rasa sakit yang ada pada tubuh. Pada gambar 5.1 menunjukan bahwa
mayoritas pekerja masih belum merasakan tanda-tanda sakit pada tubuh. Hal ini dapat
dilihat pada grafik dimana warna biru menunjukan tidak ada rasa sakit pada tubuh.
Warna merah menunjukan adanya sedikit rasa sakit pada tubuh. Warna hijau
menunjukan adanya rasa sakit pada tubuh. Dan warna ungu menunjukan adanya rasa
sangat sakit pada tubuh.

27
Pada tabel terlihat grafik hasil kuisioner NBM setelah bekerja.

Gambar 5.2 Hasil Kuisioner NBM Setelah Bekerja


Menurut gambar 5.2 terlihat bahwa pekerja sudah merasakan sakit pada beberapa
bagian tubuh. Setelah bekerja, sebagian besar pekerja merasakan sakit yang sebelumnya
tidak sakit. Pada gambar 5.1 dan gambar 5.2 terlihat jelas perbedaan pada saat pekerja
sebelum dan sesudah memulai pekerjaannya. Setelah bekerja, pekerja banyak
merasakan keluhan sakit pada tubuh bagian atas, lebih tepatnya jika merujuk pada
kuisioner, maka keluhan para pekerja berada pada nomer 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 15, 16, dan 17. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa pekerja juga
merasakan keluhan pada tubuh bagian bawah. Hasil dari observasi selanjutnya dengan
menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah bahwa para
pekerja memiliki resiko terkena penyakit akibat kerja cukup tinggi.

28
Pada gambar terlihat hasil penilaian REBA pada software Ergofellow.

Gambar 5.3 Hasil REBA pada Ergofellow


Dilihat dari gambar 5.3, penilaian REBA dengan menggunakan software ergofellow
memiliki range nilai dari 1 hingga lebih dari 11. Nilai 1 menunjukakan bahwa pekerja
pada sebuah perusahaan sudah memiliki risiko rendah pada keluhan muskuloskeletal,
sedangkan nilai 11 atau lebih mengindikasikan pekerja pada sebuah perusahaan
memiliki risiko tinggi terkena muskuloskeletal. Para pekerja pada PT. AIMFOOD
MANUFACTURING INDONESIA mendapat nilai 4 sampai 7. Hal ini dapat diartikan
bahwa pekerja pada PT AIMFOOD INDONESIA sudah mengalami risiko sedang pada
keluhan muskuloskeletal, PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA juga
perlu melakukan investigasi lebih lanjut terkait risiko para pekerjanya terkena penyakit
kerja. Merujuk pada gambar 5.4, maka PT. AIMFOOD MANUFACTURING
INDONESIA harus melakukan perubahan khususnya pada bagian produksi.

5.3. Usulan Perbaikan


Dari hasil penelitian yang sudah didapatkan baik secara wawancara, kuisioner,
maupun dengan software menunjukan bahwa pekerja pada PT. AIMFOOD
MANUFACTURING INDONESIA, atau lebih tepatnya pekerja pada bagian produksi
mengalami keluhan muskuloskeletal. Hal ini dapat dijumpai oleh beberapa faktor,
diantaranya faktor individu maupun faktor lingkungan.

29
Dilihat dari hasil wawancara dan kuisioner, pekerja banyak mengalami keluhan
pada tubuh bagian atas. Hal ini dikarenakan stasiun kerja tidak ergonomis. Banyak hal
yang mempengaruhi stasiun kerja tidak ergonomis, diantaranya tidak adanya sandaran
pada kursi, kaki tidak menapak pada saat duduk, serta adanya kegiatan yang berulang
yang mengakibatkan pekerja menjadi cepat lelah. Sedangkan dari hasil software, bisa
dilihat bahwa pekerja memiliki risiko mengalami penyakit kerja cukup tinggi, perlu
dikaji lebih lanjut, serta jika mungkin dilakukan perubahan agar dapat mengurangi
risiko terkena penyakit kerja. Sehingga saran perbaikan yang dapat diusulkan, yaitu :
a) Perbaikan Tempat Duduk
Tempat duduk yang digunakan harus lebih bisa menyamankan pekerja agak bisa
lebih produktif dalam bekerja. Contohnya mungkin bisa diberi sandaran pada
kursi agar keluhan pada punggung atau pinggang bisa berkurang. Selain itu,
perlu ditambahkan sandaran tangan agar pada saat bekerja, tangan pekerja tidak
melayang sehingga menyebabkan adanya tenaga berlebih yang menahan agar
tangan tetap pada posisi tersebut.
b) Perbaikan Meja Kerja
Meja disini bisa dikategorikan statsiun kerja bagi para pekerja, sehingga jika
meja pekerja tidak memiliki kenyamanan yang cukup, maka produktivitas
pekerja bisa menurun. Setelah ditinjau kembali, meja dibagian produksi
tergolong tidak ergonomis. Hal ini dikarenakan meja yang terlalu rendah atau
terlalu tinggi sehingga menyebabkan punggung maupun pinggang bekerja secara
berlebih untuk menopang tubuh. Meja yang terlalu rendah atau terlalu tinggijuga
mengakibatkan tengkuk mengalami kontraksi yang berlebihan, oleh karena itu
jika pekerjaan berlangsung lama maka tengkuk pada leher akan terasa sangat
pegal. Selain itu perbaikan yang disarankan adalah dengan menambahkan
pijakan kaki pada meja sehingga kaki pekerja tidak menggantung.
c) Perbaikan Layout Kerja
Jika dilihat secara langsung, pada saat melakukan packing atau memasukan obat
ke dalam inner, keadaan di atas stasiun kerja cukup merepotkan. Hal ini
dikarenakan kurangnya kordinasi pada saat melakukan packing

30
Berikut layout kerja awal pada bagian produksi.

Gambar 5.4 Layout Kerja Awal Bagian Produksi


Pada gambar 5.4 merupakan layout awal stasiun kerja pada bagian produksi. Pada
gambar tersebut menunjukan bahwa alur kerja baik pekerja ataupun conveyor masih
belum berjalan dengan efektif. Hal ini dikarenakan conveyor masih belum dapat
beroperasi dengan baik, oleh sebab itu pekerja tidak menggukanan conveyor
sebagaimana mestinya. Berikut saran perbaikan pada layout kerja awal bagian produksi.

Gambar 5.5 Layout Kerja Perbaikan Bagian Produksi


Pada gambar 5.5 merupakan saran perbaikan layout stasiun kerja pada bagian produksi.
Perbedaan dengan layout awal terletak pada conveyor pada lantai produksi yang dapat
beroperasi dengan baik. Dengan conveyor yang dapat beroperasi, maka pekerja dapat
melakukan kegiatan produksi sesuai dengan stasiun kerjanya dan pekerjaan yang
dilakukan menjadi lebih efektif dan efisien. Jika hal ini dilakukan dengan benar, maka
tingkat produktivitas akan lebih stabil dibandingkan dengan menggunakan cara
tradisional yaitu dengan menjadikan semua bahan menjadi satu dalam satu meja lalu
dibuat secara bersama-sama.

31
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan pada departemen Produksi PT AIMFOOD
MANUFACTURING INDONESIA didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya keluhan muskuloseletal adalah
faktor pekerjaan. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya keluhan
muskuloskeletal adalah postur tubuh yang kurang tepat saat bekerja, adanya
peregangan otot yang berlebihan, serta adanya aktifitas berulang yang
menyebabkan otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus.
Selain itu, faktor lain yang menyebabkan keluhan muskuloskeletal adalah faktor
individu. Hal ini dikarenakan pekerja wanita lebih banyak daripada bekerja pria
pada divisi ini.
2. Keluhan pada pekerja terjadi karena adanya faktor aktifitas fisik yang berbeda.
Pada pekerja wanita, aktifitas yang dilakukan adalah melakukan packing dengan
duduk kurang lebih 5 jam. Aktifitas ini menyebabkan banyak pekerja wanita
mengeluhkan punggung, pinggang, serta lengan dan pergelangan tangan yang
sering mengalami sakit. Sedangkan pekerja pria lebih sering melakukan aktifitas
seperti mixing dan filling yang dimana dilakukan sambil berdiri sehingga
menyebabkan keluhan pada pinggang, paha, serta kaki.
3. Faktor lain yang menjadikan terjadinya keluhan muskuloskeletal adalah faktor
lingkungan. Faktor lingkungan pada divisi produksi sudah baik, dengan suhu
normal disetiap ruangannya. Hal ini dapat diketahui dari adanya termometer
pada tiap ruangan.

6.2. Saran
Keluhan Muskuloskeletal tidak terjadi sesaat. Keluhan muskuloskeletal ini
terjadi karena adanya pekerjaan yang terus menerus dengan posisi tubuh atau stasiun
kerja yang tidak ergonomis. Oleh karena itu, analisis pada bagian keluhan
muskuloskeletal ini perlu dilakukan tindakan lebih lanjut.

32
DAFTAR PUSTAKA

http://adln.lib.unair.ac.id, diakses pada tanggal 2 februari 2019 pukul 18:37


http://jurnal.unissula.ac.id, diakses pada tanggal 2 februari 2019 pukul 17:45
http://journals.ums.ac.id, diakses pada tanggal 2 februari 2019 pukul 18:30
http://lib.ub.ac.id, diakses pada tanggal 2 februari 2019 pukul 18:52
Madyana. 1995. Analisis Perancanngan Kerja dan Ergonomi, Jilid 1. Fakultas
Teknologi Industri Universitas Atmajaya Yogyakarta
Sulistiyani. 2003. Analisa Manual Material Handling. Fakultas Teknik UMS Surakarta.
Wignjo Soebroto, Sritomo. 1995. Studi Gerak dan Waktu. Jakarta : PT Guna Widya.
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur senantiasa terhaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah mengkaruniakan kepada kita rahmat, hidayah dan inayahnya, karena dengannya,
Laporan Kerja Praktek yang berjudul “Analisis Keluhan Musculoskeletal Disorder
dengan Metode Nordic Body Map Pada PT. AIMFOOD MANUFACTURING
INDONESIA” Departemen Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang telah
selesai hingga waktu yang ditentukan.
Penulis menghaturkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya untuk setiap
pihak yang sudah mendukung penulis, baik berupa bantuan ataupun doa dalam proses
penyusunan Laporan Kerja Praktek ini. Terkhusus lagi penulis sampaikan terimakasih
kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani,
keselamatan, dan kelancaran, sehingga penulis dapat menyelesaikan kerja
praktek dan penulisan laporan kerja praktek dengan sebaik-baiknya.
2. Orang tua, atas doa dan dukungan yang luar biasa sehingga penulis senantiasa
memiliki motivasi untuk berusaha melakukan yang terbaik, termasuk dalam
kegiatan Kerja Praktek ini.
3. Dr. Ratna Purwaningsih ST. MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
4. Purnawan Adi. W, ST. MT. selaku koordinator mata kuliah Kerja Praktek
yang telah mengampu mata kuliah Kerja Praktek dengan baik.
5. Ir. Heru Prastawa, DEA .Selaku dosen pembimbing Kerja Praktek yang telah
membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam
menyelesaikan dan menyusun laporan Kerja Praktek.
6. PT. AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA yang telah memberikan
kesempatan serta pengalaman untuk melaksanakan Kerja Praktek.
7. Fajry Pratama Arifardy yang memberikan dukungan dan menemani selama
kerja praktek
8. Seluruh teman-teman angkatan 2016 yang telah memberikan dukungan dan
semangat dalam pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek.
Namun, dalam penyusunan laporan ini saya menyadari masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun laporan kerja praktik khususnya dan
seluruh pihak pada umumnya.

Semarang, 27 Maret 2019

Sri Galih Wisnuwardana


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................iii


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 2
1.3. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1.4. Batasan Masalah.................................................................................................... 3
1.5. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 4
2.1. Ergonomi ............................................................................................................... 4
2.1.1. Pengertian Ergonomi .................................................................................................... 4
2.1.2. Tujuan Ergomomi ......................................................................................................... 4
2.1. Biomekanika ......................................................................................................... 5
2.2. Muskuloskeletal .................................................................................................... 6
2.2.1. Keluhan Muskuloskeletal ............................................................................................. 6
2.2.2. Faktor Penyebab Muskuloskeletal .............................................................................. 7
2.2.3. Mengukur dan Mengenali Penyebab Muskuloskeletal .......................................... 13
2.2.4. Langkah-Langkah Mengatasi Keluhan Muskuloskeletal ....................................... 15
2.2.5 Pengendalian Muskuloskelatal Disorder .................................................................. 16
2.3. REBA .................................................................................................................. 17
2.4. Nordic Body Map ................................................................................................ 17
2.5. Software Ergofellow............................................................................................ 19
BAB III TINJAUAN SISTEM ....................................................................................... 20
3.1. Profil Perusahaan ................................................................................................ 20
3.2. Sejarah Perusahaan.............................................................................................. 20
3.2.1. Logo Perusahaan ................................................................................................. 21
3.2.2. Visi dan Misi Perusahaan .................................................................................... 21
3.3. Lokasi Perusahaan ............................................................................................... 22
3.4. Jam Kerja ............................................................................................................ 22
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................... 23
4.1. Metodologi Penelitian ......................................................................................... 23
4.2. Penjelasan Metodologi ........................................................................................ 24
4.2.1. Studi Pendahuluan............................................................................................... 24
4.2.2. Perumusan Masalah ............................................................................................ 24
4.2.3. Pengambilan Data ............................................................................................... 24
4.2.4. Pengolahan Data.................................................................................................. 24
4.2.5. Analisis dan Usulan Perbaikan ........................................................................... 25
4.2.6. Kesimpulan dan Saran......................................................................................... 25
BAB V PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA ............................................ 26
5.1. Pengumpulan Data .............................................................................................. 26
5.2. Pengolahan Data.................................................................................................. 26
5.3. Usulan Perbaikan ................................................................................................ 29
BAB VI PENUTUP ........................................................................................................ 32
6.1. Kesimpulan ......................................................................................................... 32
6.2. Saran .................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Faktor Risiko MSDs .................................................................................... 13


Gambar 2.2 Kuisioner Nordic Body Map ....................................................................... 18
Gambar 2.3 Tampilan Ergofellow................................................................................... 19
Gambar 3.1 Logo AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA .............................. 21
Gambar 3.2 Lokasi Perusahaan AIMFOOD MANUFACTURING INDONESIA ........ 22
Gambar 4.1 Metodologi Penelitian ................................................................................. 23
Gambar 5.1 Hasil Kuisioner NBM Sebelum Bekerja ..................................................... 27
Gambar 5.2 Hasil Kuisioner NBM Setelah Bekerja ....................................................... 28
Gambar 5.3 Hasil REBA pada Ergofellow ..................................................................... 29
Gambar 5.4 Layout Kerja Awal Bagian Produksi ........................................................... 31
Gambar 5.5 Layout Kerja Perbaikan Bagian Produksi ................................................... 31
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tingkat Getaran Mekanis Tempat Kerja ......................................................... 10


Tabel 2.2 Tingkat Penerangan Tempat Kerja ................................................................. 12
Tabel 2.3 Kategori Tindakan REBA ............................................................................... 17
Tabel 2.4 Stanndarisasi Kategori REBA ......................................................................... 17

Anda mungkin juga menyukai