Anda di halaman 1dari 29

MODUL V

BIOMEKANIKA

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biomekanika merupakan salah satu disiplin ilmu yang mempelajari
bentuk dan macam-macam gerakan atas dasar prinsip-prinsip mekanika dan
menganalisis suatu gerakan. Disiplin ilmu biomekanika tidak berdiri dengan
sendirinya, melainkan ditunjang oleh disiplin ilmu yang lainnya, seperti
anatomi, fisologi, dan fisika, kemudian dasar-dasar atau prinsip dari ketiga
bidang ilmu itu menjadi dasar suatu disiplin ilmu yang disebut biomekanika.
Selain itu, pada dasarnya penekanan utama dalam biomekanika adalah
seluruh konsep mekanik, tetapi tubuh manusia adalah sistem yang jauh lebih
kompleks daripada kebanyakan objek yang ditemui dalam konsep
mekanika. Oleh karena itu, biomekanika menyangkut tubuh manusia dan
hampir semua tubuh mahluk hidup. Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2
yaitu General Biomechanic adalah biomekanika yang membahas hukum
dan konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organik manusia baik dalam
posisi diam maupun bergerak dan Occupational Biomechanic berkaitan
dengan interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan,
dimana memiliki tujuan dalam meminimalisir keluhan/kelelahan pada
sistem kerangka otot untuk meningkatkan produktifitas kerja. Biomekanika
berkontribusi dalam perancangan dan evaluasi sistem kerja, yang dimana
meliputi metode kerja, perancangan alat kerja, perancangan stasiun kerja,
serta seleksi dan training pekerja.
Pada praktikum biomekanika ini dilakukan pengukuran dimana
menentukan konsumsi energi manusia dari perbedaan kecepatan dan sudut
kemiringan tangga, setiap orang pasti mempunyai energi yang berbeda dan
juga kecepatan yang berbeda beda dalam menaiki anak tangga itu sendiri.
Oleh karena itu pada modul 5 mengenai. Biomekanika ini praktikan akan uji
ada atau tidaknya perbedaan rata-rata secara nyata denyut jantung setelah
dan sebelum dengan Treadmill dan dilakukan uji one sample T-Test dengan

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
menggunakan software minitab. Sedangkan uji two sample T-Test dilakukan
untuk mengetahui perbedaan produktivitas sebelum dan sesudah percobaan
dengan naik turun tangga menggunakan frekuensi sudut 30 dan 45.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum biomekanika ini adalah:
1. Mengetahui gerakan tubuh yang efisien dan efektif guna mengurangi
fatique.
2. Menentukan konsumsi energi manusia dari perbedaan kecepatan dan
sudut kemiringan tangga.
3. Mengetahui perbedaan rata-rata secara nyata denyut jantung setelah
dan sebelum dengan Treadmill
4. Mengetahui perbedaan produktivitas sebelum dan sesudah percobaan
dengan naik turun tangga menggunakan frekuensi sudut 30 dan 45

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biomekanika
Biomekanik merupakan bagian dari disiplin ilmu yang meminjam
prinsip dasar mekanik untuk menjelaskan sistem kinerja pada tubuh manusia
(makhluk hidup). Dalam biomekanika, prinsip-prinsip mekanika dipakai
dalam penyusunan konsep, analisis, desain, dan pengembangan peralatan
yang merefleksikan sistem kinerja otot pada tubuh manusia
(Mouoromadhoni, 2019).
Biomekanika adalah ilmu yang menggunakan hukum-hukum fisika
dan mekanika teknik untuk mendeskripsikan gerakan pada bagian tubuh
(kinematik) dan memahami efek gaya dan momen yang terjadi pada tubuh
(kinetik). Biomekanika juga merupakan keilmuan yang mengombinasikan
hukum-hukum fisika dan konsep-konsep teknik dengan pengetahuan dari
keilmuan biologi dan perilaku manusia. Mekanika dalam tubuh mengikuti
hukum newton mengenai gerak, kesetimbangan gaya dan kesetimbangan.
Berdasarkan prinsip biomekanika untuk menghitung besarnya momen gaya
bisa dilakukan dengan cara menghitung gaya dan moment secara sebagian
atau menghitung tiap-tiap segmen atau bagian yang membentuk tubuh
manusia. Berat dari masing – masing segmen dibawah ini didapat dari
besarnya prosentase dikali dengan gaya berat dari orang tersebut (Sanjaya,
2018).
Biomekanika merupakan bidang kajian ergonomi yang berhubungan
dengan mekanisme pergerakan tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan/
aktivitas. Biomekanika kerja (occupational biomechanic) berkaitan dengan
interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan, yang
bertujuan untuk meminimalkan keluhan/ kelelahan pada sistem kerangka
otot sehingga produktivitas kerja dapat mengalami peningkatan.
Biomekanika kerja merupakan studi mengenai interaksi pekerja dengan
peralatan, mesin dan material, sehingga pekerja dapat meningkatkan
performansinya dan di sisi lain dapat meminimalkan resiko cedera kerja
(muskuloskeletal). Biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik
untuk menjelaskan gerakan di berbagai bagian tubuh manusia dan aksi gaya

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
pada tubuh manusia dalam aktivitas sehari-hari. Ini menyiratkan bahwa
biomekanika melibatkan beberapa disiplin ilmu diantaranya masalah
fisiologi, fisik, ilmu pengetahuan, dan perilaku manusia (Siregar et al.,
2018).
Biomekanika merupakan studi tentang karakteristik-karakteristik
tubuh manusia dalam istilah mekanik. Biomekanika dioperasikan pada
tubuh manusia baik saat tubuh dalam keadaan statis ataupun dalam keadaan
dinamis. Oleh karena itu, harus memperhatikan biomekanika sehingga
sistem kerja menjadi ergonomis. Dalam analisis biomekanika, tubuh
manusia dipandang sebagai sistem yang terdiri dari link (penghubung) dan
joint (sambungan), tiap link mewakili segmen-segmen tubuh tertentu dan
tiap joint menggambarkan sendi yang ada. Postur kerja merupakan
pengaturan sikap tubuhsaat bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan
menghasilkan kekuatan yang berbeda pula.
Pada saat bekerja sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga
dapat meminimalisasi timbulnya cidera muscoluskeletal. Kenyamanan
tercipta bila pegawai telah melakukan postur kerja yang baik dan aman.
Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yakni lingkungan
yang langsung berhubungan dengan pegawai, seperti pusat kerja, kursi,
meja, dan sebagainya. Sedangkan, lingkungan perantara atau lingkungan
umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi
manusia. Misalnya, temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan,
kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain.
Kondisi kerja adalah semua aspek fisik kerja, psikologis kerja dan
peraturan kerja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan pencapaian
produktivitas kerja. Salah satu dari ukuran kepuasan kerja yang banyak
dipergunakan secara luas adalah metode Face Scale yang dikembangkan
oleh Kunin pada pertengahan tahun 1950-an. Face scale ini terdiri dari
serangkaian atau sekumpulan wajah-wajah dengan berbagai ekspresi emosi
yang berbeda-beda. Responden diminta untuk dapat menunjukkan dari lima
ekspresi wajah yang tersedia ekspresi wajah manakah yang paling mewakili
perasaan mereka kepada kepuasan secara keseluruhan terhadap pekerjaan

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
mereka. Keuntungan utama dari face scale ini adalah kesimpelannya dan
responden tidak perlu melalui sebuah jenjang membaca yang tinggi untuk
dapat menyelesaikannya. Sementara, kerugian potensial dari face scale ini
adalah ia tidak menyediakan informasi mengenai kepuasan pegawai dengan
aspek yang berbeda dari pekerjaan mereka.
Pengetahuan tentang biomekanika sangat diperlukan untuk
mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan kerja, sehingga pendekatan
yang efektif dan ilmiah dapat membantu manusia bekerja dengan aman.
Salah satu faktor dalam biomekanika kerja adalah postur dan sikap tubuh
pada saat melakukan aktivitas tersebut. Masalah postur kerja sangatlah
penting untuk diperhatikan, karena langsung berhubungan ke proses kerja
itu sendiri. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan dapat diketahui
bahwa dari semua penyakit akibat kerja yang terjadi di setiap perusahaan di
Indonesia cedera muskuloskeletal adalah penyakit yang menduduki posisi
paling rentan diantara penyakit akibat kerja lainnya.
Kondisi kerja adalah lingkungan kerja fisik yang dapat dipersiapkan
oleh manajemen yang bersangkutan pada sekolah tersebut. kondisi kerja
yang terdiri dari faktor-faktor seperti kondisi fisik, kondisi psikologis, dan
kondisi sementara dari lingkungan kerja harus diperhatikan agar para
pegawai dapat merasa nyaman dalam bekerja sehingga dapat memperoleh
kepuasan kerja. faktor biomekanika kerja dan lingkungan fisik kerja
mempelajari bagaimana untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental
melalui upaya pencegahan. cedera akibat postur kerja yang salah dan
penyakit akibat kerja serta menurunkan beban kerja fisik dan mental
sehingga sikap pegawai yang efektif dapat menimbulkan kepuasan kerja
(Septianto, 2019).
Biomekanika adalah studi tentang struktur dan fungsi sistem biologi
dengan metode atau pendekatan mekanika, yang berkait dengan statistika,
dinamika, kinematika dan kinetika. meliputi gerak linier (lurus) dan angular
(melingkar), serta gerak-gerak umum lainnya (gerak gabungan), yang dapat
terjadi. bukan hanya gerak benda yang ada di darat, akan tetapi juga gerak

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
benda yang ada pada media media lain, seperi air, udara, dan bahkan gerak
benda yang ada pada ruang hampa udara.
Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. General Biomechanic
Bagian dari biomekanika mengenai hukum-hukum dan konsep-
konsep dasar yang mempengaruhi organ tubuh manusia baik dalam posisi
diam maupun bergerak. Dibagi menjadi 2, yaitu :
• Biostatic, menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada
garis lurus dengan kecepatan seragam.
• Biodinamic, berkaitan dengan gambaran gerakan-gerakan tubuh tanpa
mempertimbangkan gaya yang terjadi dan gerakan yang disebabkan
gaya yang bekerja dalam tubuh.
2. Occupational Biomechanic
Mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material, dan
peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem
kerangka otot agar produktifitas kerja dapat meningkat. Hal-hal yang
berhubungan dengan manifestasi kerja berat, antara lain :
• Denyut jantung (heart rate).
• Tekanan darah (blood prealsure).
• Keluaran paru dengan satuan liter per menit (cardiac output).
• Komposisi kimia darah (kandungan asam laktat).
• Temperatur tubuh (body temperature).
• Kecepatan berkeringat (sweating rate).
• Kecepatan membuka dan menutupnya ventilasi paru dengan satuan
liter per menit (pulmonary ventilation).
• Konsumsi oksigen.
(Sutalaksana,
2006) Ruang lingkup biomekanika (area spesialisasi) mencakup:
1. Developmental Biomechanics, yaitu biomekanika yang secara khusus
mempelajari perubahan pola-pola gerak selama hidup dan orang-orang
cacat. misalnya: analisis yang dilakukan terhadap orang-orang yang
menderita celebral palsy.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
2. Biomechanics of Exercise, yaitu biomekanika yang mempelajari
usahausaha untuk meningkatkan keuntungan yang diperoleh dari
latihan dan mengurangi kemungkinan terjadinya cedera.
3. Rehabilitation Mechanics, yaitu biomekanika yang mempelajari pola
gerak orang-orang yang mengalami cedera. Analisis yang sering
digunakan dalam rehabilitasi cedera adalah analisis gait.
4. Equipment Design, yaitu biomekanika yang mempelajari desain
peralatan yang digunakan dalam dalam rumah sakit dan olahraga.
misalnya: desain kursi dorong, tempat tidur tidūr pasien.
5. Sports Biomechanics (biomekanika olahraga), yaitu ilmu biomekanika
yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi gerak atlet ketika
menampilkan cabang olahraga. misalnya dengan cara, analisis teknik,
identifikasi cedera olahraga, dan evaluasi program Latihan
(Nasher, 2020).
Beberapa bidang yang berhubungan dengan keilmuan biomekanik,
diantaranya yaitu: kinesiologi, anatomi tubuh manusia, pendekatan
mekanik, pendekatan dinamik, dan antropometri. Kinesiologi sebagai
bidang ilmu yang mempelajari secara keseluruhan tentang gerakan tubuh
manusia. Sedangkan Biomechanis sendiri dipelajari berdasarkan
biomekanik umum (biostatic dan biodynamics) dan biomekanik kerja
(Occupational Biomechanics).
Biomekanik kerja meliputi desin tempat kerja, desain alat dan
perlengkapan, desain tempat duduk, Manual Material Handling (MMH),
penilaian personal dan desain kerja. Bidang tersebut didasari oleh
pengetahuan di bidang anatomi manusia baik sistem tulang maupun sistem
otot. Biomekanik memberikan informasi untuk menganalisis gerakan
manusia agar dapat meningkatkan efektivitas atau mengurangi risiko cedera.
Gerakan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Seringkali analisis
kuantitatif melibatkan variabel pengukuran yang banyak dan membutuhkan
komputer untuk melakukan analisis numeriknya. Bahkan gerakan pendek
akan memiliki ribuan sampel data yang dikumpulkan, diskalakan, dan
secara numerik diproses. Sebaliknya, analisis kualitatif didefinisikan sebagai

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
observasi sistematis dan penilaian introspektif kualitas gerakan manusia
untuk tujuan menyediakan intervensi yang paling tepat untuk meningkatkan
kinerja manusia (Sugiono, 2018).
2.2 Faktor-Faktor Psikologis
Aspek – aspek psikologis biomekanika dan ergonomi berperan
penting dalam perbaikan peralatan, tempat dan lingkungan kerja. Misalnya
bentuk pegangan dan berat suatu perlatan kerja, posisi tubuh / lengan serta
gerakan pada saat bekerja, penataan tempat kerja, perbaikan pencahayaan,
pengendalian kebisingan, kebersihan tempat kerja. Oleh sebab itu,
pemeliharaan toleransi biomekanika kerja merupakan hal yang esensial
untuk mencapai prinsip-prinsip desain ergonomic yang baik, guna
mencegah terjadinya kegagalan komponen – komponen anatomi tubuh
akibat terjadinya stress fisik yang kumulatif.
Di tempat kerja, pekerja akan saling berinteraksi dengan komponen –
komponen sistem kerja seperti organisasi, lingkungan, tempat kerja, jabatan,
tugas kerja, desain mesin dan desain alat bantu kerja. Berhasilnya segala
sesuatu hal akan ditentukan dari macam-macam tingkah laku dalam
psikologi manusia khususnya perilaku kerja. dan beberapa faktor psikologi
dalam lingkungan kerja yang juga bisa mempengaruhi perilaku kerja dari
setiap karyawan dan para pekerja.
1. Konflik, bersifat konstruktif dan juga destruktif pada fungsi sebuah
unit atau kelompok dan biasanya akan merusak perilaku kerja yang
baik sebab konflik tersebut bisa menjadi hambatan untuk mencapai
tujuan dalam sebuah pekerjaan.
2. Komunikasi, berguna untuk menyampaikan dan memberi pemahaman
dari sebuah arti.
3. Pengalaman Pribadi, Agar bisa menjadi sebuah dasar pembentukan
perilaku, maka pengalaman pribadi haruslah bisa memberikan kesan
yang sangat kuat. Untuk itu, perilaku akan jauh lebih mudah terbentuk
jika dalam pengalaman pribadi melibatkan faktor emosional dan
dalam situasi yang melibatkan emosi, maka penghayatan akan

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
menjadi pengalaman yang jauh lebih mendalam dan akan lebih lama
berbekas sebab ada hubungan perilaku dengan sikap.
4. Suasana Politik Tidak Aman Suasana politik tidak stabil yang bisa
terjadi pada lingkungan kerja atau lingkungan yang lebih luas seperti
contohnya situasi politik dan devaluasi sebuah negara, maka akan
menyebabkan beberapa perusahaan dalam negara tersebut juga jadi
tidak stabil dan akan berpengaruh juga pada semua orang yang bekerja
dalam perusahaan tersebut.
5. Pekerjaan yang terlalu berlebihan Pekerjaan yang terlalu berlebihan
dan menekan bisa menyebabkan ketegangan dan ini sering menjadi
beban atau tekanan untuk Sebagian orang namun juga bisa tidak
menjadi tekanan untuk sebagian pekerja lainnya yang tergantung dari
masing masing pekerja.
6. Perselisihan Pribadi atau Antar Kelompok Perselisihan juga bisa
terjadi karena berbeda tujuan diantara beberapa nilai yang dipegang
dari kedua belah pihak. Dampak buruk dari perselisihan tersebut
adalah gangguan komunikasi, kekompakan dan juga kerja sama
mengingat ada macam macam sifat manusia. Sedangkan untuk
manfaatnya adalah usaha positif yang bisa dihasilkan untuk mengatasi
perselisihan tersebut, daya juang yang tinggi untuk mendapatkan
tujuan dan juga kemampuan dalam menyesuaikan diri pada perubahan
atau tuntutan lingkungan. Sedangkan untuk perselisihan yang bisa
terjadi pada tempat kerja adalah ketergantunganpada sebuah tugas,
persaingan, pembagian wewenang yang kurang tepat.
7. Pemberian Wewenang Tidak Sesuai Pemberian kewenangan tidak
tepat dengan tanggung jawab yang diberikan atau inadequate authority
to match responsibilities bisa terjadi karena pengawasan yang buruk
sehingga bisa menyebabkan efek pemberian wewenang yang kurang
sesuai dengan tanggung jawabyang dituntut para pekerja.
8. Pekerjaan Terlalu Berlebihan Pekerjaan yang terlalu berlebihan atau
work overload juga menjadi salah satu faktor psikologi dalam
lingkungan kerja.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
9. Desakan Waktu Waktu yang terbatas atau terlalu mendesak dalam
menyelesaikan sebuah pekerjaan menjadi beberapa hal yang membuat
tertekan dan bisa menyebabkan tension.
10. Faktor Situasional Para kaum behavioral percaya jika lingkungan
sangatlah berpengaruh pada bentuk perilaku seseorang.
11. Kebersihan Lingkungan kerja yang bersih juga akan berpengaruh
terhadap hasil pekerjaan sekaligus semangat kerja dari para pekerja
atau karyawan. Kebersihan menjadi faktor penting yang sangat
dibutuhkan dalam setiap perusahaan dalam segala bidang.
12. Keamanan Jika keadaan dalam sebuah perusahaan aman, maka
nantinya bisa menghasilkan ketenangan dan secara tidak langsung
juga bisa memotivasi, mendorong dan akan memberikan semangat
untuk setiap karyawan. Hal yang dimaksud dalam keamanan disini
adalah untuk kepemilikan pribadi dari karyawan.
(Sutalaksana, 2006).
2.3 Konsumsi Energi
Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan parameter
indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung pada saat
waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada saat istirahat
(Saputra, 2021). Pengukuran denyut nadi selama aktivitas bekerja adalah
suatu cara untuk mengukur ketegangan cardiovasculair. Salah satu peralatan
yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah Heart rate
monitor adalah suatu alat yang berfungsi untuk memonitor denyut jantung
seseorang secara real time dengan hasil yang akurat selain itu dengan
menggunakan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG).
Peralatan tersebut jika tidak tersedia, maka dapat dicatat secara
manual memakai stopwatch untuk mengukur denyut nadi. Bentuk formulasi
hubungan energy dengan kecepatan denyut nadi adalah regresi kuadratis.
Setelah nilai denyut nadi dihitung dan dikonversikan dalam bentuk energi
maka berikutnya adalah menghitung nilai konsumsi energy dengan cara
mengurangi pengeuaran energi pada saat melakukan kerja dengan
pengeluaran energi pada saat istirahat. Oksigen digunakan untuk

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
pembakaran zat dalam otot yang dibawa oleh darah untuk menghasilkan
energi sebagai kebutuhan umum dalam pergerakan otot
Secara garis besar kegiatan-kegiatan kerja manusia digolongkan
menjadi kerja fisik (otot) dan kerja mental (otak). Pemisahan ini tidak dapat
dilakukan secara sempurna, karena terdapatnya hubungan yang erat antara
satu dengan yang lainnya. Apabila dilihat dari energi yang dikeluarkan,
kerja mental murni relatif lebih sedikit mengeluarkan energi, kerja fisik
akan mengakibatkan perubahan fungsi alat-alat tubuh. Secara umum yang
disebut kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia
sebagai sumber tenaganya, kerja fisik sering dikonotasikan sebagai kerja
berat atau kasar, dalam kerja fisik ini, maka konsumsi energi merupakan
faktor utama atau tolok ukur yang dipakai sebagai penentuan berat atau
ringannya kerja fisik. Dalam hal penentuan konsumsi energi biasanya
digunakan parameter indeks ini merupakan perbedaan antar kecepatan
denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung
pada saat istirahat (Sanjaya, 2018).
2.4 Fatique (Kelelahan Fisik)
Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan parameter
indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung pada saat
waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada saat istirahat
(Saputra, 2021). Pengukuran denyut nadi selama aktivitas bekerja adalah
suatu cara untuk mengukur ketegangan cardiovasculair. Salah satu
peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah Heart
rate monitor adalah suatu alat yang berfungsi untuk memonitor denyut
jantung seseorang secara real time dengan hasil yang akurat selain itu
dengan menggunakan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG).
Peralatan tersebut jika tidak tersedia, maka dapat dicatat secara
manual memakai stopwatch untuk mengukur denyut nadi. Bentuk formulasi
hubungan energy dengan kecepatan denyut nadi adalah regresi kuadratis.
Setelah nilai denyut nadi dihitung dan dikonversikan dalam bentuk energi
maka berikutnya adalah menghitung nilai konsumsi energy dengan cara
mengurangi pengeuaran energi pada saat melakukan kerja dengan

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
pengeluaran energi pada saat istirahat. Oksigen digunakan untuk
pembakaran zat dalam otot yang dibawa oleh darah untuk menghasilkan
energi sebagai kebutuhan umum dalam pergerakan otot
Secara garis besar kegiatan-kegiatan kerja manusia digolongkan
menjadi kerja fisik (otot) dan kerja mental (otak). Pemisahan ini tidak dapat
dilakukan secara sempurna, karena terdapatnya hubungan yang erat antara
satu dengan yang lainnya. Apabila dilihat dari energi yang dikeluarkan,
kerja mental murni relatif lebih sedikit mengeluarkan energi, kerja fisik
akan mengakibatkan perubahan fungsi alat-alat tubuh. Secara umum yang
disebut kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia
sebagai sumber tenaganya, kerja fisik sering dikonotasikan sebagai kerja
berat atau kasar, dalam kerja fisik ini, maka konsumsi energi merupakan
faktor utama atau tolok ukur yang dipakai sebagai penentuan berat atau
ringannya kerja fisik. Dalam hal penentuan konsumsi energi biasanya
digunakan parameter indeks ini merupakan perbedaan antar kecepatan
denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung
pada saat istirahat (Sanjaya, 2018).
Walaupun bukan merupakan satu-satunya gejala, kelelahan mengarah
pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan. Secara
umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian kelelahan
fisik atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental fatigue.
Kelelahan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Berdasarkan proses dalam otot, terdiri dari:
a. Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)
Kelelaan kerja jenis ini disebut juga kelelahan fsiologis, terjadi karena
berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan fisik untuk suatu
waktu. Gejala yang ditunjukkan bersifat external sign, tidak hanya berupa
berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnya gerakan
yang pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal
seperti melemahnya kemampuan pekerja dalam melakukan pekerjaannya
dan meningkatnya kesalahan dalam melakukan pekerjaan, sehingga dapat
mempengaruhi produktivitas kerjanya.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
b. Kelelahan umum (General Fatigue)
Gejala utama kelelahan umum adalah adanya perasaan letih yang luar
biasa, semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya
gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara
fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa “ngantuk”.
Kelelahan umumbiasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk
bekerja yang disebabkan oleh karena motoni; intensitas dan lamanya kerja
fisik; keadaan lingkungan; sebabsebab mental; status kesehatan dan keadaan
gizi.
2. Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan, terdiri dari:
a. Kelelahan akut
Kelelahan ini dihasilkan dari kurang tidur dalam jangka waktu pendek
atau dari kegiatan fisik atau mental yang berat dalam jangka waktu
pendek,berdampak biasanya hanya dalam periode waktu yang pendek dan
dapat dipulihkan dengan tidur atau beristirahat. Beban kerja mental yang
berlebihan atau aktivitas fisik dapat menyebabkan kelelahan akut. Salah satu
contoh kelelahan akut adalah kelelahan setelah naik atau turun anak tangga
dalam waktu yang lama.
b. Kelelahan kronis
Kelelahan jenis ini merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari
dalam jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum
melakukan pekerjaan. Selain itu dapat disertai dengan keluhan psikosomatis
seperti peningkatan ketidakstabilan jiwa, kelesuan umum, peningkatan
kejadian beberapa penyakit seperti sakit kepala, diare, kepalapusing, sulit
tidur, detak jantung tidak normal dan lain-lain.
3. Berdasarkan penyebabnya, terdiri dari:
a. Kelelahan Fisiologis
Kelelahan fsiologis adalah kelelahan yang disebabkanoleh faktor
lingkungan (fisik) di tempat kerja, antara lain: kebisingan, suhu dan
kelelahan psikologis yang disebabkan oleh faktor psikologis (konflikkonflik
mental), monotoni pekerjaan, bekerja karena terpaksa, pekerjaan yang
bertumpuk-tumpuk.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
b. Kelelahan Fisik
Kelelahan fisik yaitu kelelahan karena kerja fisik, kerja
patologis,ditandai dengan menurunnya kinerja, rasa lelah, dan ada
hubungannya dengan faktor psikososial.
c. Kelelahan Mental
Kelelahan mental dapat didefnisikan sebagai suatu proses penurunan
stabilitas kinerja, suasana hati dan aktivitas setelah melakukan pekerjaan
dalam waktu yang lama. Keadaan ini dapat diubah dengan merubah tuntutan
pekerjaan, pengaruh lingkungan atau stimulus dan dapat benar- benar
dipulihkan dengan tidur yang cukup.
Pekerjaan yang banyak, tekanan berat dari atasan, sifat perfeksionis
maupun pesimistis yang dimiliki dapat memicu terjadinya kelelahan kerja.
Selain itu, terdapat beberapa penyebab kelelahan kerja yang dapat terjadi,
antara lain:
1. Tekanan waktu Seseorang yang memiliki pekerjaan dengan tekanan
waktu yang tinggi cenderung mengalami kelelahan kerja. Sementara,
orang yang mempunyai cukup waktu untuk mengerjakan
pekerjaannya memiliki risiko 70% lebih rendah mengalami kondisi
tersebut.
2. Kurangnya komunikasi dan dukungan dari atasan Pegawai yang
merasa didukung oleh atasannya memiliki risiko 70% lebih kecil
mengalami kelelahan kerja. Sebab komunikasi yang baik dan
dukungan dari atasan dapat membuat pegawai terhindar dari stres.
3. Kurangnya kejelasan tugas kerja Ketika tugas kerja yang diberikan
terus berubah-ubah, maka pegawai dapat menjadi kelelahan karena
terus mencari tahu apa yang harus dilakukannya. Ketidakjelasan tugas
kerja tentu bisa membuat pegawai juga kebingungan dan stres.
4. Beban kerja yang tak terkelola Saat beban kerja terasa tak terkendali,
maka tentu saja pegawai bisa merasa putus asa. Anda akan merasa
sangat kewalahan dan sulit menyelesaikan sehingga merasa kelelahan
kerja.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
5. Tidak diperlakukan dengan adil Jika Anda merasa tidak diperlakukan
dengan adil di tempat kerja, maka Anda lebih mungkin mengalami
kelelahan kerja yang tinggi. Perlakukan tak adil tersebut bisa saja
mencakup hal-hal seperti adanya karyawan yang “difavoritkan”,
kompensasi tak adil, dan perlakukan buruk dari rekan kerja.
6. Ketidakseimbangan kehidupan kerja Jika pekerjaan Anda terlalu
menghabiskan banyak waktu sehingga Anda tak mempunyai energi
untuk menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman, maka
hal tersebut bisa membuat Anda kelelahan dengan cepat.
Jika kelelahan kerja terjadi sementara, Anda mungkin hanya perlu
rehat sejenak. Namun bila berlangsung untuk waktu yang lama, berikut cara
mengatasi kelelahan kerja yang harus Anda lakukan:
1. Berdiskusi dengan atasan
Cobalah untuk melakukan diskusi dengan atasan. Anda mungkin bisa
sama-sama berkompromi dan mencari solusi terbaik mengenai tugas kerja,
porsi pekerjaan, waktu kerja, sikap atasan maupun lainnya. Anda pun dapat
mengutarakan tujuan yang ingin Anda capai dan yang tak bisa Anda
lakukan.
2. Meminta dukungan
Dalam kondisi seperti ini, tentu Anda memerlukan dukungan.
Mintalah dukungan pada rekan kerja, keluarga, teman maupun orang
terdekat Anda yang lain. Dukungan yang tulus dapat membantu Anda
melewati masa-masa sulit ini.
3. Melakukan relaksasi
Lakukanlah relaksasi seperti halnya yoga, meditasi atau tai chi yang
dapat membuat Anda lebih tenang dan mengatasi stres. Beban yang Anda
rasakan pun akan terasa memudar.
4. Rutin berolahraga
Berolahraga secara teratur dapat mengalihkan pikiran Anda dari
pekerjaan. Hal ini juga dapat membantu Anda mengatasi stres dengan lebih
baik.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
5. Tidur dengan cukup
Tidur yang cukup bisa membuat Anda merasa lebih baik. Oleh sebab
itu, tidurlah dengan cukup agar kondisi fisik dan mental Anda bisa pulih
kembali. Anda juga bisa tidur sambil mendengarkan musik relaksasi.
(Rahmawati, 2020).
2.5 Manual Material Handling
Material Handling adalah salah satu jenis alat bantu atau transportasi
yang digunakan untuk membantu kegiatan mengangkat, mengangkut, dan
meletakkan bahan-bahan atau barang-barang di dalam perusahaan industri,
dimulai sejak raw material masuk atau diterima di perusahaan sampai
dengan finish good yang akan dikeluarkan oleh pabrik untuk didistribusikan
kepada konsumen. Dalam dunia industri material handling digunakan untuk
memudahkan segala kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan
pengangkutan yang mustahil untuk diangkat dengan tenaga manusia
(Saputra, 2021).
Indonesia adalah negara berkembang yang banyak sekali dijumpai
industri-industri yang masih menggunakan tenaga manusia dalam
pemindahan material, walaupun beberapa industri yang relatif modern telah
banyak menggunakan mesin sebagai alat bantu dalam pemindahan material,
namun aktivitas pemindahan bahan secara manual (MMH) masih sangat
diperlukan karena memilki kelebihan dibandingkan dengan menggunakan
alat yaitu bahwa pemindahan material secara manual bisa dilakukan dalam
ruang terbatas dan dimana dalam melakukan aktivitas pekerja sangat
mengandalkan fisik manusia untuk mengangkat barang, tetapi pemindahan
bahan secara manual (MMH) apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan
menimbulkan kecelakaan dalam industri, yang disebut juga ”Over Exertion
Lifting and Carying”, yaitu kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
beban angkat yang berlebihan.
Pengertian pemindahan bahan secara manual (MMH), menurut
American Material Handling Society bahwa material handling dinyatakan
sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan
(moving), pengepakan (packaging), penyimpanan (storing), dan pengawasan

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
(controlling), dari material dengan segala bentuknya. Kenyamanan dari
pekerja sudah terbukti sangat menunjang tingkat produktivitas pekerja,
dengan demikian para penanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja
harus memikirkan faktor-faktor bahaya biomekanika, sebaiknya aktivitas
manual material handling tidak membahayakan pekerja dan tidak
menimbulkan rasa sakit pada pekerja.
2.6 Kalori Kerja
Salah satu kebutuhan utama dalam pergerakan otot adalah kebutuhan
akan oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk pembakaran zat dalam
menghasilkan energi. Sehingga jumlah oksigen yang dipergunakan oleh
tubuh untuk bekerja merupakan salah satu indikator pembebanan selama
bekerja. Dengan demikian setiap aktivitas pekerjaan memerlukan energi
yang dihasilkan dari proses pembakaran. Semakin berat pekerjaan yang
dilakukan maka akan semakin besar pula energi yang dikeluarkan.
Berdasarkan hal tersebut maka besarnya jumlah kebutuhan kalori dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan berat ringannya beban kerja.
Kategori beban kerja menurut kebutuhan kalori sebagai bertikut :
1. Beban kerja ringan : 100-200 Kilo kalori/jam
2. Beban kerja sedang : >200-350 Kilo kalori/jam
3. Beban kerja berat : >350-500 Kilo kalori/jam
Kebutuhan kalori dapat dinyatakan dalam kalori yang dapat diukur
secara tidak langsung dengan menentukan kebutuhan oksigen. Menurut
Suma’mur setiap kebutuhan 1 liter oksigen akan memberikan 4,8 Kilo
kalori. Sebagai dasar perhitungan dalam menentukan jumlah kalori yang
dibutuhkan oleh seseorang dalam melakukan aktivitas pekerjaannya, dapat
dilakukan melalui pendekatan atau taksiran kebutuhan kalori menurut jenis
aktivitasnya (Putra, 2020).
Keterangan kebutuhan seorang laki-laki dewasa memerlukan kalori
untuk metabolisme basal ± 100 kilo joule (23,87 kilo kalori) per 24 jam per
kg BB. Sedangkan wanita dewasa memerlukan kalori untuk metabolisme
basal ± 98 kilo joule (23,39 kilo kalori) per 24 jam per kg BB. Salah satu
dari faktor terpenting yang mempengaruhi laju metabolisme basal adalah

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
pola tidur. Tidur dan ritme sirkadian adalah komponen utama regulasi
metabolisme energi (Serin & Tek, 2019). Kebutuhan kalori untuk
metabolisme basal. Basal atau standar tingkat metabolisme yang lebih tinggi
memungkinkan untuk pergantian energi yang lebih besar dan sintesis dan
pemeliharaan organ yang lebih besar (Pettersen et al., 2018)

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Identifikasi Variabel
Adapun identifikasi variabel dalam laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas
dalam hal ini variabel terikat adalah denyut jantung dengan treadmill
dan data pengamatan produktivitas dengan frekuensi suhu 30 dan
45.
2. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat.
Dalam hal ini adalah perbedaan kecepatan dan sudut kemiringan
tangga, perbedaan beban Tarik ricken fatique indikator.
3.2 Flowchart
Langkah-langkah dalan penyelesaian masalah adalah sebagai berikut:

Mulai

Studi Laboratorium Rumusan Masalah Studi Literatur

Tujuan Praktikum
Identifikasi Variabel

Pengumpulan Data
1. Data pengamatan denyut jantung
dengan
tredmil.
2. Data pengamatan produktivitas dengan

Uji Data dengan software Minitab


One Samle T-test
Two Sample T-test

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
A

Hasil dan Analisa

Kesimpulan dan Saran

Selesai
Gambar 3.1 Flowchart

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Prosedur Praktikum
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum modul Biomekanika
adalah:
A. Menentukan konsumsi energi manusia dari perbedaan kecepatan dan
sudut kemiringan tangga 30 dan 45.
• Para praktikan dibekali dengan beban dengan masing-masing
berat 1 kg.
• Pencatat waktu mulai mempersiapkan stopwatch untuk
mengukur waktu selama 2 menit.
• Praktikan berjalan menaiki dan menuruni tangga dengan sudut
kemiringan yang berbeda selama 2 menit.
• Apabila selama 2 menit selesai, pencatat waktu mendata
seberapa banyak praktikan berjalan menaiki dan menuruni
tangga.
B. Menentukan konsumsi energi manusia dari perbedaan beban tarik
sepeda statis
 Atur beban tarik dari sepeda statis sesuai dengan kebutuhan
data.
 Pencatat waktu mendampingi praktikan pada saat mengayuh di
samping sepeda statis.
 Atur waktu selama kurang lebih 2 menit.
 Praktikan mulai mengayuh sepeda statis selama kurang lebih 2
menit.
 Apabila selama 2 menit selesai. Pencatat waktu mendata
sebelum dan sesudah denyut jantung selama praktikan
mengayuh sepeda statis.
4.2 Data Pengamatan
Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Pengamatan Denyut Jantung Sebelum dan Sesudah
Percobaan dengan Sepeda Statis

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
Sepeda Statis
Before After
80 87
80 124
90 112
80 118
97 113
104 140
85 130
96 112
102 116
96 110
87 114
91 115
Tabel 4.2 Data Pengamatan Produktivitas Sebelum dan Sesudah Percobaan
dengan Naik Turun Tangga Menggunakan Frekuensi Sudut 30 dan 45
30 45
35 29
30 24
36 26
32 28
31 27
25 18
30 23
28 20
23 14
25 27
30 21
26 18

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
4.3 Analisis dan Pembahasan
A. One Sample T-test
Denyut Jantung Sebelum dan Sesudah Percobaan dengan Sepeda
Statis

Gambar 4.1 Hasil Output One Sample T-test


Analisa:
a. Hipotesa
H0 = Tidak ada perbedaan rata-rata antara denyut jantung sebelum dan
sesudah percobaan dengan sepeda statis.
H1 = Ada perbedaan rata-rata antara denyut jantung sebelum dan sesudah
percobaan dengan sepeda statis.
b. Parameter
T-hitung ≤ t-tabel = H0 diterima
T-hitung ≥ t-tabel = H0 ditolak
P-value ≥ 0,05 = H0 diterima
P-value ≤ 0,05 = H0 ditolak
c. Perhitungan Tabel
T-tabel = df = 12-1 = 11
T-tabel = 100% - (1⁄2 𝛼)
T-tabel = 100% - 0,025
T-tabel = 0,975
T-tabel (0,975;11) = 2,20

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
d. Kurva One Sample T-test

-2,20 0 2,20 7,09


Gambar 4.2 Kurva One Sample T-test
e. Kesimpulan
Karena t-hitung > t-tabel = 7,09 > 2,20 sehingga H0 ditolak dan P
value < 0,05 = 0,00002015 < 0,05 sehingga H0 ditolak, sehingga ada
perbedaan rata- rata antara denyut jantung sebelum dan sesudah percobaan
dengan treadmill.
B. Uji Two Sample T-test
Produktivitas Naik Turun Tangga dengan Frekuensi Sudut 30 dan
Frekuensi Sudut 45

Gambar 4.3 Hasil Output Two Sample T-test


Analisa:
a. Hipotesa
H0 = Tidak ada perbedaan rata-rata antara produktivitas sudut 30 . dan
produktivitas 45.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
H1 = Ada perbedaan rata-rata antara produktivitas sudut 30 dan
produktivitas 45.
b. Parameter
T-hitung ≤ t-tabel = H0 diterima
T-hitung ≥ t-tabel = H0 ditolak
P-value ≥ 0,05 = H0 diterima
P-value ≤ 0,05 = H0 ditolak
c. Perhitungan Tabel
T-tabel = df = (n1+n2) -2 = 22
T-tabel = 100% - (1⁄2 𝛼)
T-tabel = 100% - 0,025
T-tabel = 0,975
T-tabel (0,975;22) = 2,07
d. Kurva Two Sample T-test

-2,07 0 2,073,53
Gambar 4.4 Kurva Two Sample T-test
e. Kesimpulan
Karena t-hitung > t-tabel = 3,53 > 2,07 sehingga H0 ditolak dan P-
value < 0,05 = 0,00188841 < 0,05 sehingga H0 ditolak, sehingga tidak ada
perbedaan rata-rata secara nyata untuk produktivitas sudut 30 dan
produktivitas sudut 45.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum modul biomekanika ini adalah
sebagai berikut:
a. One Sample T-test
Karena t-hitung > t-tabel = 7,09 > 2,20 sehingga H0 ditolak dan P
value < 0,05 = 0,00002015 < 0,05 sehingga H0 ditolak, sehingga ada
perbedaan rata- rata antara denyut jantung sebelum dan sesudah percobaan
dengan treadmill.
b. Two Sample T-test
Karena t-hitung > t-tabel = 3,53 > 2,07 sehingga H0 ditolak dan P-
value < 0,05 = 0,00188841 < 0,05 sehingga H0 ditolak, sehingga tidak ada
perbedaan rata-rata secara nyata untuk produktivitas sudut 30 dan
produktivitas sudut 45
5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum modul biomekanika ini adalah sebagai
berikut:
1. Sebaiknya praktikan saat praktikum berlangsung praktikan
mendengarkan penjelasan aslab dengan tenang dan kondusif.
2. Sebaiknya praktikan memperhatikan dalam pengambilan data saat
praktikum dilaksnakan.
3. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengolah data pada minitab.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
VI. DAFTAR PUSTAKA
Kridasuwarso, Bambang. 2020. Biomekanik Olahraga. Surabaya: CV. Jakad
Media Publishing
Nasher, A. R. E. S. (2020). Pengukuran Postur Kerja Pada Penggunaan Alat
Olahraga Angkat Beban Dengan Pendekatan Biomekanika Dan
Fisiologi. Archipelago Engineering (ALE), 3, 239–249.
Pettersen, A. K., Marshall, D. J., & White, C. R. (2018). Understanding
Variation In Metabolic Rate. Journal of Experimental Biology, 221(1),
1–9.
Putra, B. I. (2020). Perancangan Sistem Kerja. Sidoarjo: UMSIDA Press.
Rahmawati, Dina. (2020). Ketahui tanda-tanda anda mengalami kelelahan
kerja dan cara mengatasinya.
Sanjaya, K. T. (2018). Analisis Postur Kerja Manual Material Handling
Menggunakan Biomekanika dan NIOSH. Jurnal JATI UNIK, 1(2).
Saputra, A. A. (2021). Evaluasi Aktivitas Manual Material Handling dengan
Menggunakan Metode Biomekanika Kerja pada Pengangkatan Thiner
di Bagian Warehouse. Jurnal Sistem Teknik Industri (JSTI), 23(2).
Septianto, A. (2019). Analisa Biomekanika Kerja dan Lingkungan Fisik
Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai. JITMI, 2(1).
Serin, Y., & Tek, N. A. (2019). Effect of Circadian Rhythm on Metabolic
Processes and the Regulation of Energy Balance. Annalisis of
Nutrition and Metabolism, 74(4), 322–330.
Siregar, I., Tarigan, I. R., Syahputri, K., & Sari, R. M. (2018). Application
Of Biomechanics In Industry. IOP Conference Series: Materials
Science and Engineering, 420(1), 1–7.
Sugiono. (2018). Ergonomi untuk Pemula (Prinsip Dasar dan Aplikasinya).
Malang: UB Press
Sutalaksana, I.F.;Anggawisastra. R. dan Tjakraatmadja, J.H.; 2006. “Teknik
Perancangan Sistem Kerja” Bandung : ITB.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


MODUL 4 PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN
SESI SENIN / KELOMPOK 11
LAMPIRAN
 Tabel T
 Dokumentasi Menaiki Tangga Sudut 30 dan 45

Anda mungkin juga menyukai