Anda di halaman 1dari 33

PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR

MODUL VI
BIOMEKANIKA
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut asal katanya, ergonomi berasal dari dua kata Yunani yaitu ergos dan
nomos. Ergos sendiri artinya kerja dan nomos adalah peraturan. Ergonomi adalah
ilmu tentang desain manusia dan dapat diartikan juga ilmu ergonomi adalah ilmu
yang menjelaskan tentang bagaimana cara manusia untuk menyesuaikan
lingkungan kerja dengan kebutuhan pengguna atau manusianya. Tujuan utama
ergonomi adalah meningkatkan kenyamanan, efisiensi, produktivitas, dan
keselamatan dalam berbagai aktivitas manusia. Ergonomi berfokus pada merancang
dan mengatur lingkungan kerja atau produk agar sesuai dengan karakteristik fisik,
psikologis, dan fisiologis manusia (Nisa, 2022).
Mekanika adalah salah satu cabang ilmu dari bidang ilmu fisika yang
mempelajari gerakan dan perubahan bentuk suatu materi yang diakibatkan oleh
gangguan mekanik yang disebut gaya. Mekanika adalah cabang ilmu yang tertua
dari semua cabang ilmu dalam fisika. Biomekanika didefinisikan sebagai bidang
ilmu aplikasi mekanika pada sistem biologi. Biomekanika merupakan kombinasi
antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan fisiologi.
Biomekanika menyangkut tubuh manusia dan hampir semua tubuh mahluk hidup.
(Jannah et al., 2013).
Permasalahan yang diangkat pada modul ini adalah tentang praktikkan yang
melakukan dua kegiatan untuk mengetahui energi konsumsi manusia pada saat
beraktivitas menggunakan suatu alat yaitu grip strength dan treadmill. Yang mana
dari kegiatan tersebut untuk menetukan konsumsi energi yang dibutuhkan oleh
tubuh dalam melakukan kegiatan aktivitas. Kemudian didapati data dari grip
strength yaitu berupa hasil dari kekuatan genggam dalam posisi tubuh dan sudut
tangan yang telah ditentukan. Dan pada penggunaan treadmill data yang didapati
adalah berupa denyut jantung sebelum dan sesudah melakukan aktivitas pada
treadmill. Setelahnya data hasil pengamatan akan diolah dengan menggunakan
software Minitab dengan menggunakan metode uji One sample t-test dan Two
sample t-test.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum biomekanika ini adalah:
1. Berapa rata-rata konsumsi energi yang digunakan untuk melakukan aktivitas
pada grip strength dan treadmill?
2. Bagaimana metode pengukuran denyut jantung pada praktikum biomekanika
dengan percobaan treadmill?
3. Bagaimana cara mengolah data grip strength dan treadmill menggunakan uji
One Sample T-test dan Two Sample T-test dengan software minitab?
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum biomekanika ini adalah:
1. Praktikan dapat mengetahui pengaruh posisi dan sudut tangan pada kekuatan
genggam yang dihasilkan saat menggunakan grip strength.
2. Praktikan dapat mengetahui perbedaan denyut jantung sebelum dan sesudah
melakukan praktikum.
3. Praktikan mampu mengolah data mentah hasil praktikum dengan metode uji
One sample t dan Two sample t pada software Minitab.
1.4 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum biomekanika ini adalah:
1. Praktikan mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kekuatan fisik
pada manusia.
2. Praktikan dapat mengetahui cara mengolah data pada biomekanika dengan
menggunakan software Minitab.
3. Praktikan dapat mengetahui seberapa pentingnya biomekanika pada
keberlangsungan kinerja manusia.
1.5 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dari praktikum biomekanika ini adalah:
1. Data diperoleh dari kegiatan praktikum menggunakan grip strength dan
treadmill.
2. Perhitungan diolah dengan metode One Sample T-Test dan Two Sample T-
Test.
3. Percobaan yang dilakukan pada treadmill hanya dilakukan selama 1 menit
untuk mengukur perbedaan denyut jantung.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
1.6 Asumsi-Asumsi
Adapun asumsi-asumsi dari praktikum biomekanika ini adalah:
1. Praktikan memiliki kesehatan yang baik saat melakukan praktikum.
2. Praktikkan mampu menggunakan software Minitab dengan baik dan benar.

3. Praktikkan mengetahui bagaimana cara menggunakan alat pada laboratorium


yaitu grip strength dan treadmill.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biomekanika
Biomekanika merupakan bidang ilmu yang mempelajari gerak yang
digunakan untuk mengkaji sebuah gerakan yang nantinya dapat dijadikan acuan
teknik gerak dalam cabang olahraga (Santoso & Setiabudi, 2019). Biomekanika
merupakan suatu kajian ilmiah yang mampu menyelesaikan permasalahan terkait
pergerakan tubuh secara jelas. Biomekanika juga dapat diartikan sebagai ilmu yang
menerapkan prinsip-prinsip mekanika pada struktur tubuh manusia pada saat
melakukan latihan (Suhartoyo & Kusuma, 2020). Pengertian biomekanika dapat
digali dari kata-kata pembentuknya, yaitu bio dan mekanika. Kata bio berkaitan
dengan kehidupan atau sistem biologi, sedangkan mekanika berhubungan dengan
analisis gaya (force) dan dampaknya. Biomekanika dapat diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari gaya dan efeknya pada sistem hidup atau ilmu tentang struktur
dan fungsi sistem biologi dalam sudut pandang metode mekanika. Mekanika sendiri
merupakan cabang dari fisika yang menaruh perhatian pada gerak dan bagaimana
gaya menyebabkan gerak. Tidak mengherankan jika prinsip mekanika juga berlaku
pada makhluk hidup di mana gerak merupakan ciri-ciri utamanya. Biomekanika
dengan demikian menyediakan kerangka konseptual dan matematis yang
dibutuhkan dalam memahami bagaimana suatu sistem biologi bergerak. Penekanan
pada kata mekanika juga mengandung konsekuensi analisis biomekanika
berhubungan erat dengan konsep dasar dan standar pengukuran dalam mekanika
seperti panjang (dalam satuan meter), waktu (detik), dan massa (kilogram).
Analisis biomekanika yang berorientasi pada hukum-hukum mekanika akan
bertemu dengan istilah-istilah dalam gerak seperti kinematik dan kinetik. Subdivisi
mekanika yang berkaitan dengan perpindahan, kecepatan dengan arah, dan
percepatan disebut kinematik, sedangkan kinetik berkaitan dengan gaya yang
menyebabkan gerak. Gerak linear merupakan gerak pada lintasan baik lurus
maupun melengkung tanpa disertai putaran (badan) dan seluruh badan bergerak
dalam arah dan kecepatan yang sama. Sementara itu pada gerakan angular terdapat
putaran pada salah satu sumbu imajeri ataupun sumbu nyata. Berjalan, berlari dan
loncat jauh adalah contoh gerak linear, sedangkan contoh untuk gerak angular
misalnya meroda (Ardiyanto & Widiyanto, 2019).

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
Pengertian Biomekanika Menurut Para Ahli Adapun definsi biomekanika
menurut para ahli, antara lain:
1. Hatze, Pengertian biomekanika adalah ilmu yang mengkaji tentang struktur
dan fungsi sistem biologi dengan menggunakan pengetahuan dan metode
mekanika.
2. Hay’s, Arti biomekanika adalah ilmu yang mengkaji tentang gaya- gaya yang
terjadi pada struktur biologi dan efek yang dihasilkan oleh gaya gaya tertentu.
• Ruang Lingkup Biomekanika
Kajian dalam biomekanika menyangkut tubuh manusia dan hampir semua
tubuh mahluk hidup. Dalam mempelajari biomekanika, kita juga harus memahami
prinsip-prinsip mekanika yang digunakan dalam penyusunan konsep, analisis,
desain dan pengembangan peralatan dan sistem dalam biologi dan kedokteran.
Dalam biomekanika dibutuhkan pengetahuan tentang benda yang digunakan dalam
kesehatan dan fisika untuk menentukan fungsi tubuh meliputi kesehatan dan
penyakit. Biomekanika bisa dikatakan sebagai kombinasi antara disiplin ilmu
mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan fisiologi.
Biomekanika kontemporer adalah bidang multidisiplin yang menggabungkan
keahlian fisik dan teknik dengan pengetahuan dari ilmu biologi dan kedokteran. Ada
beberapa bidang khusus dalam biomekanika, seperti:
1. Biomekanika kardiovaskular
2. Biomekanika sel Biomekanika
3. pergerakan manusia (khususnya biomekanik ortopedi)
4. Biomekanika tenaga kerja
5. Biomekanika olahraga
Penelitian biomekanika telah memicu beragam kemajuan, banyak diantaranya
memengaruhi kehidupan manusia sehari-hari. Misalnya, pengembangan
biomekanika tenaga kerja yang difokuskan pada peningkatan efisiensi pekerja tanpa
mengorbankan keselamatan kerja. Ini menghasilkan desain alat baru, furnitur, dan
elemen lain dari lingkungan kerja yang meminimalkan beban pada tubuh pekerja.
Perkembangan lain, misalnya biomekanika klinis yang menggunakan fakta
mekanis, metodologi, dan matematika untuk menafsirkan dan menganalisis anatomi
dan fisiologi manusia yang khas dan tidak khas.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
• Macam Kajian Biomekanika
Beberapa elemen dalam biomekanika, antara lain:
1. Statika : Sistem pembelajaran yang berada dalam kesetimbangan, baik saat
istirahat atau bergerak dengan kecepatan konstan.
2. Dinamika : Mempelajari sistem yang bergerak dengan akselerasi dan
deselerasi.
3. Kinematika : Menjelaskan pengaruh gaya pada suatu sistem, pola gerak
termasuk perubahan linear dan sudut dalam kecepatan dari waktu ke waktu.
Posisi, perpindahan, kecepatan, dan percepatan dipelajari atau menjelaskan
gerakan yang menyebabkan berapa cepat obyek bergerak, berapa
ketinggiannya atau berapa jauh obyek menjangkau jarak. Posisi, kecepatan
dan percepatan tersebut merupakan studi kinematika.
4. Kinetika : Mempelajari apa yang menyebabkan gerakan, kekuatan dan momen
di tempat kerja atau menjelaskan tentang gaya yang bekerja pada satu sistem,
misalnya tubuh manusia. Kajian gerakan kinetika menjelaskan gaya yang
menyebabkan gerakan. Dibandingkan dengan kajian kinematika, kajian kinetika
lebih sulit untuk diamati, pada kajian kinetik yang terlihat adalah akibat dari gaya.
• Tujuan Biomekanika
Tujuan mempelajari biomekanika dalam penerapan ilmu olahraga,
diantaranya yaitu :
1. Untuk mengetahui konsep ilmiah dasar yang diaplikasikan dalam bentuk
gerak manusia.
2. Untuk memahami suatu bentuk/model gerak dasar dalam olahraga sehingga
mampu mengembangkannya dengan baik.
3. Mampu memahami perkembangan gerak dasar.
4. Mampu menerapkan suatu bentuk yang sesuai dengan karakteristik fisik
seseorang dalam berolahraga, dengan baik dan benar.
• Manfaat Biomekanika
Pada dasarnya, memahami biomekanika dan menerapkannya adalah dasar
untuk teknik yang baik dalam semua olahraga. Jadi dengan mempelajari bagaimana
tubuh manusia secara alami ingin bergerak, kita dapat menghilangkan stres dan
tekanan pada tulang, sendi, otot, dan ligamen. Studi biomekanik untuk berolahraga

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
adalah analisis kekuatan aktivitas fisik pada struktur tubuh. Mempelajari efek dari
kekuatan- kekuatan ini memiliki dua manfaat utama. Pertama, memungkinkan
berolahraga untuk meningkatkan teknik dan menghindari cedera. Ini juga
membantu meningkatkan kinerja dan membuat kebugaran jasmani yang lebih baik
dalam hal kekuatan, kebugaran kardiovaskular, dan fleksibilitas. Memanfaatkan
biomekanik untuk berolahraga memungkinkan seseorang untuk secara cerdas
merekayasa sesi latihan untuk memperoleh hasil maksimal dalam waktu singkat dan
dengan cara teraman.
Mempelajari biomekanik untuk berolahraga memungkinkan berolahraga
untuk memahami cara tubuh merespons berbagai jenis intensitas, sudut, dan posisi
latihan. Atau dengan kata lain, mempelajari biomekanik untuk berolahraga akan
membuat efek ini lebih jelas sehingga berolahraga dapat memilih latihan yang
tepat. Jika berolahraga memiliki bentuk dan teknik yang buruk, analisis biomekanik
dapat mengungkap fakta dan membantu menentukan jenis kekuatan yang akan
diberikan oleh teknik yang buruk pada sendi dan jaringan di sekitarnya. Atlet dari
segala usia dan tingkat keterampilan dapat memperoleh manfaat dari analisis
biomekanik apakah itu untuk mengurangi rasa sakit atau untuk meningkatkan
kinerja (Oliveira & Belinha, 2021).
Biomekanik memberikan informasi untuk menganalisis gerakan manusia agar
dapat meningkatkan efektivitas atau mengurangi risiko cedera. Gerakan dianalisis
secara kualitatif dan kuantitatif. Seringkali analisis kuantitatif melibatkan variabel
pengukuran yang banyak dan membutuhkan komputer untuk melakukan analisis
numeriknya. Bahkan gerakan pendek akan memiliki ribuan sampel data yang
dikumpulkan, diskalakan, dan secara numerik diproses. Sebaliknya, analisis
kualitatif didefinisikan sebagai “observasi sistematis dan penilaian introspektif
kualitas gerakan manusia untuk tujuan menyediakan intervensi yang paling tepat
untuk meningkatkan kinerja manusia".
Kajian biomekanika dapat dilihat dalam dua perspektif , yaitu kinematrika
dan kinetika. Kinematika lebih menjurus pada karakteristik gerakan yaitu meneliti
gerakan dalam seni ruang yang digunakan dalam waktu yang bersifat sementara
tanpa melihat gaya yang menyebabkan gerakan, beberapa ketinggianya atau
seberapa jauh objek menjangkau jarak tertentu. Kajian kinetika menjelaskan
tentang gaya yang berkerja pada suatu sistem misalnya tubuh manusia. Kajian

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
gerakan kinetika menjelaskan gaya yang menyebabkan gerakan. Dibanding dengan
kajian kinematika, kajian kinetika lebih sulit untuk diamati, pada kajian kinetik
yang terlihat adalah akibat dari gaya (Mahmudin, 2020).
2.2 Faktor-faktor Psikologis
Faktor psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan
yang mempelajari mengenai perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah. Para
psikolog berusaha mempelajari peran fungsi mental dalam perilaku individu
maupun kelompok, selain juga mempelajari tentang proses fisiologis dan
neurobiologis yang mendasari perilaku (Kurniawan, 2019).
Faktor-faktor psikologi dalam perancangan stasiun kerja :
1. Waktu respon manusia
Waktu respon sangat signifikan untuk membatasi kinerja sistem. Waktu
respon paling cepat berkisar ± 2 detik. Waktu respon, mempertimbangkan waktu
yang dibutuhkan untuk menjangkau alat kontrol sebelum alat kontrol tersebut
terjangkau. Contohnya adalah pengoperasian pesawat terbang tempur.
2. Daya Ingat Jangka Pendek
Mempertimbangkan karakteristik manusia yang mempunyai daya ingat
jangka pendek. Daya ingat dapat dibina dengan menyebutkan data (informasi) yang
diserap secara berulang-ulang. Daya ingat akan menurun dengan bertambahnya
usia.
3. Kewaspadaan
Kewaspadaan adalah proses kesiap-siagaan yang dilengkapi dengan berbagai
macam informasi dan adanya respons yang cepat untuk mengetahui masalah yang
terjadi. Diperlukan bagi para militer dalam suasana perang. Jenis pekerjaan yang
terlalu ringan dapat menghilangkan rasa waspada ini. Contohnya:
a. Pengendalian kualitas dalam industri.
b. Ruang pengendali reactor.
c. Penjaga mercusuar.
d. Menara pengawas pesawat.
e. Pengoperasian truk jarak jauh.
f. Masinis kereta api, dll.
4. Kelelahan kerja
Semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja. Contoh dari

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
kelelahan kerja, antara lain :
a. Menurunkan kinerja dan menambah kesalahan kerja.
b. Memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja.
c. Meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan dilakukan.
d. Penurunan rasa lelah dengan memberikan istirahat yang cukup.
5. Kelelahan otot
Terjadi bila suasana kerja dengan otot statis : aliran darah agak menurun
sehingga asam laktat terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan otot lokal. Beban
otot yang tidak merata pada sejumlah jaringan tertentu. Kondisi dinamis dari
pekerjaan akan meningkatkan sirkulasi darah yang juga mengirim zat-zat makanan
bagi otot dan mengusir asam laktat.
6. Batasan untuk pembebanan otot statis
Kebanyakan jenis pekerjaan yang mengandung pembebanan otot statis sulit
untuk dihindarkan. Mempertahankan suatu gaya dan momen pada lengan dan
tangan amatlah tidak dikehendaki. Kekuatan maksimum tidak akan berkurang jika
otot statisnya berada pada 15 % dari kekuatan maksimum.
7. Kelelahan secara umum
Ditandai dengan, kelelahan visual (indra penglihatan), kelelahan seluruh
tubuh, kelelahan mental, kelelahan urat syaraf, stress (pikiran tegang), asa malas.
Kelelahan dapat ditandai dengan kondisi yang cenderung untuk mengantuk
(Nugroho, 2020).
2.3 Konsumsi Energi
Kebutuhan energi seseorang adalah konsumsi energi berasal dari makanan
yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai
ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan
jangka panjang. Kebutuhan energi total orang dewasa diperlukan untuk
metabolisme basal, aktivitas fisik dan efek makanan atau pengaruh dinamik khusus.
Sumber energi adalah bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak,
kacang-kacangan dan biji-bijian. Selain itu bahan makanan sumber karbohidrat,
seperti padi-padian, umbi-umbian dan gula murni. Kebutuhan energi yang
diperlukan tubuh untuk laki-laki adalah 2200 kalori, sedangkan untuk perempuan
1850 kalori. Komposisi zat gizi harian yang dianjurkan adalah 60-65% karbohidrat,
15-25% protein dan 10-15% lemak.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
Konsumsi energi merupakan faktor utama dan tolok ukur yang dipakai
sebagai penentu besar/ringannya kerja fisik yang dilakukan. Konsumsi energi pada
waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan
1. pengukuran tekanan darah
2. aliran darah
3. komposisi kimia dalam darah
4. temperatur tubuh
5. tingkat penguapan dan jumlah udara yang dikeluarkan oleh paru-paru
(Mohd Iqbal, 2022)
2.4 Fatique (Kelelahan Fisik)
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar
dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan
diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat sistem aktivasi
(bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Lelah bagi setiap orang
mempunyai arti tersendiri dan bersifat subjektif. Kelelahan di sini adalah aneka
keadaan yang disertai penurunan efesiensi dan ketahanan dalam bekerja. Kelelahan
kerja adalah kelelahan yang terjadi pada manusia oleh karena kerja yang dilakukan.
Lelah seperti itu mempunyai arti yang lebih luas dari pada kelelahan otot yang
dirasakan sebagai sakit atau nyeri pada otot-otot, kelelahan seperti itu adalah
kelelahan yang bersifat umum. Kelelahan diklasiflkasikan dalam dua jenis, yaitu
kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot adalah merupakan tremor pada
otot/perasaan nyeri pada otot. Sedangkan kelelahan umum biasanya ditandai
dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena
monotom; intensitas dan lamanya kerja fisik; keadaan lingkungan; sebab-sebab
mental; status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean, 1993). Kelelahan
menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah,
motivasi menurun dan aktivitas menurun. Banyak definisi mengenai kelelahan,
tetapi secara garis besar dapat dikatakan bahwa kelelahan merupakan suatu pola
yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap individu,
yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya. Pada dasarnya pola ini
ditimbulkan oleh dua hal, yaitu akibat kelelahan fisiologis (fisik dan kimia) dan
akibat kelelahan psikologis (mental dan fungsionil). Hal ini bisa bersifat objektif

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
(akibat perubahan performance) dan bisa bersifat subjektif (akibat perubahan dalam
perasaan dan kesadaran).
Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai
perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir
jam kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi 30 – 40% dari tenaga aerobik
maksimal (Astrand & Rodahl, 1977 dan Pulat, 1992). Di samping kelelahan otot
dan kelelahan umum, Grandjean (1988) juga mengklasifikasikan kelelahan ke
dalam 7 bagian yaitu :
1. Kelelahan visual, yaitu meningkatnya kelelahan mata.
2. Kelelahan tubuh secara umum, yaitu kelelahan akibat beban fisik yang
berlebihan.
3. Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh pekerjaan mental
atau intelektual.
4. Kelelahan saraf, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh tekanan berlebihan
pada salah satu bagian sistem psikomotor, seperti pada pekerjaan yang
membutuhkan keterampilan.
5. Pekerjaan yang bersifat monoton.
6. Kelelahan kronis, yaitu kelelahan akibat akumulasi efek jangka panjang.
7. Kelelahan sirkadian, yaitu bagian dari ritme siang-malam, dan memulai
periode tidur yang baru.
Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot, yaitu teori
kimia dan teori saraf pusat. Teori kimia menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan
adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme
sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot. Suma’mur menyatakan bahwa
produktivitas mulai menurun setelah empat jam bekerja terus menerus (apapun jenis
pekerjaannya) yang disebabkan oleh menurunnya kadar gula di dalam darah. Itulah
sebabnya istirahat sangat diperlukan minimal setengah jam setelah empat jam
bekerja terus menerus agar pekerja memperoleh kesempatan untuk makan dan
menambah energi yang diperlukan tubuh untuk bekerja. Teori saraf pusat
menjelaskan bahwa bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses.
Perubahan kimia yang terjadi menyebabkan dihantarkannya rangsangan saraf
melalui saraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga
frekuensi potensial kegiatan pada sel saraf menjadi berkurang dan menyebabkan
menurunnya kekuatan dan kecepatan kontraksi otot serta gerakan atas perintah
menjadi lambat. Sehingga semakin lambat gerakan seseorang menunjukkan
semakin lelah kondisi seseorang.
Kelelahan yang disebabkan oleh karena kerja statis berbeda dengan kerja
dinamis. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan
maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan
tenaga < 20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga
otot statis sebesar 15 – 20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika
pembebanan berlangsung sepanjang hari. Astrand & Rodahl (1977) berpendapat
bahwa kerja dapat dipertahankan beberapa jam per hari tanpa gejala kelelahan jika
tenaga yang dikerahkan tidak melebihi 8% dari maksimum tenaga otot.
Kelelahan biasanya muncul rasa kelelahan yang cukup parah, berlangsung
lebih lama dan tidak bisa hilang dengan istirahat. Fatigue bisa terjadi secara terus
menerus. Gejala ini tidak hanya dirasakan secara fisik, tetapi juga secara psikologis.
Fatigue (kelelahan) adalah suatu kondisi yang ditandai dengan menurunnya
kemampuan bekerja dan berkurangnya kinerja dan biasanya disertai dengan
perasaan lelah, lesu dan lemah. Perlu untuk diketahui bahwa fatigue (kelelahan)
adalah gejala, bukan penyakit. Banyak penyakit dapat menyebabkan kelelahan
fisik, mental, atau gabungan. Penyebab fatigue dapat disebabkan oleh faktor gaya
hidup, faktor mental dan faktor fisik. Gejala terjadi kelelahan termasuk lesu, batuk,
pusing, kurang konsentrasi, kurang antusias, penurunan berat badan, nyeri dada,
mual, muntah, demam, nyeri otot, depresi dan lain-lain (Lady & Wiyanto, 2019).
2.5 Manual Material Handling
Penanganan material secara manual atau Manual Material Handling (MMH)
merupakan aktivitas yang setiap hari dilakukan oleh manusia. Penggunaan tenaga
manusia di berbagai aktivitas yang dilakuan secara manual masih sangat dominan.
Pekerjaan yang terkait dengan MMH sering kita lihat dalam pekerjaan pertukangan,
bongkar muat barang, aktivitas di pasar dan kegiatan-kegiatan bisnis lainnya.
Aktivitas MMH antara lain proses mengangkat, mendorong, memanggul,
menggendong, menarik dan aktivitas penanganan material lainnya tanpa alat bantu
mekanis. Kelebihan MMH dibandingkan dengan penanganan material yang

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
menggunakan alat bantu adalah fleksibilitas gerakan yang dilakukan. Akan tetapi
dibalik keuntungan tersebut terdapat kekurangan, yaitu dalam hal keselamatan dan
kesehatan kerja. Aktivitas MMH mempunyai potensi kecelakaan yang cukup besar,
karena pada aktivitas ini akan terjadi kontak langsung antara beban dan tubuh
manusia. Beban yang tinggi pada otot maupun sistem skeletal dapat mengakibatkan
overstrain pada otot terutama pada otot leher dan tulang belakang dan pada bagian
tubuh yang lain. Disamping itu pemakaian postur kerja yang tidak fisiologis atau
tidak aman dan beban yang besar dapat menyebabkan cedera tulang punggung pada
pekerja. Studi MMH pada hakekatnya untuk mengidentifikasi dan pengawasan
penyebab cedera dan meminimalis bahaya tersebut dengan menerapkan
pengendalian administratif dan pengendalian teknik. Aplikasi pengendalian
administratif antara lain dengan mempekerjakan personal yang terpilih, melakukan
pelatihan teknik penanganan material yang baik dan rotasi kerja. Sedang
pengendalian teknik antara lain dengan merancang ulang pekerjaan dan penanganan
material dengan bantuan mekanis.
Pemindahan secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan
menimbulkan kecelakaan. Kecelakaan kerja yang terjadi karena kerusakan jaringan
tubuh yang diakibatkan oleh kelebihan beban angkat. Kenyataan menunjukkan
bahwa manusia memiliki batas-batas kemampuan, baik menyangkut kemampuan
pengamatan kognitif, fisik, maupun psikologis. Dalam sistem kerangka manusia
terdapat beberapa titik rawan, yaitu pada ruas tulang leher, ruas tulang belakang dan
pada pangkal paha. Titik pada ruas tulang belakang khususnya antara ruas lumbar
ke-5 dan sacrum ke-1 (L5/S1), merupakan titik yang paling rawan terhadap
kecelakaan kerja, karena pada titik tersebut terdapat disk (selaput yang berisi cairan)
yang berfungsi untuk meredam pergerakan antar ruas. Jika tekanan yang
diakibatkan pengangkatan beban kerja melebihi Maximum Permissible Limit
(MPL) sebagai batas angkat maksimum, maka akan menyebabkan pecahnya disk
tersebut sehingga manusia akan mengalami kelumpuhan.
Pekerja yang terlibat dalam kegiatan penanganan material manual handling
(MMH) berisiko lebih besar terkena WMSDs. Oleh karena itu, penilaian risiko
kelebihan beban biomekanik yang terkait dengan MMH merupakan langkah
mendasar dalam pencegahan WMSDs. Metode dan prosedur standar saat ini untuk
menilai risiko kelebihan beban biomekanik sebagian besar bersifat observasional.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
Penilai ahli mengamati seorang pekerja baik selama aktivitas atau setelahnya
dengan inspeksi visual rekaman dan secara manual mengisi daftar periksa yang
sesuai. Daftar periksa ini memungkinkan penghitungan skor risiko dan biasanya
memerlukan pengukuran beberapa variabel anatomi (misalnya, fleksi batang tubuh,
abduksi bahu, dkk.), upaya, dan frekuensi kerja. Pengukuran ini biasanya dilakukan
secara kualitatif, bersifat subjektif dan sangat bergantung pada keahlian penilai, dan
memberikan variabilitas yang tidak perlu (misalnya, Referensi. Selain itu, metode
ini sangat memakan waktu dan melelahkan bagi penilai, yang harus menjaga tingkat
tinggi perhatian dalam analisis puluhan menit, atau bahkan beberapa jam aktivitas
kerja (Giannini et al., 2020).
2.6 Kalori Kerja
Faktor utama penyebab kelelahan kerja adalah aktifitas berat, beban kerja fisik
serta mental, tempat kerja yang tidak ergonomis, sikap kerja yang tidak sesuai
dengan postur tubuh, gerakan yang berulang-ulang, pekerjaan yang bersifat
monoton, lingkungan kerja yang ekstrim, psikologi dari tenaga kerja, kebutuhan
kalori atau asupan kalori yang tidak terpenuhi dengan baik, waktu istirahat yang
kurang tepat. Seakan sering diabaikan, asupan kalori pada tenaga kerja dapat
menjadi salah satu faktor penyebab kelelahan kerja. Terdapat hubungan antara
kecukupan asupan energi dan status gizi dengan tingkat kelelahan kerja. Asupan
kalori dan zat gizi yang baik secara kualitas maupun kuantitas dapat menentukan
tingkat kesehatan dan produktivitas tenaga kerja. Tenaga kerja dengan kategori
kurang kalori dapat mengalami penurunan konsentrasi serta ketelitian dalam saat
melakukan pekerjaannya sehingga memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja bila
didukung dengan penggunaan alat kerja yang membutuhkan konsentrasi tinggi.
Sedangkan tenaga kerja dengan kategori kelebihan kalori akan mudah mengantuk,
malas, serta terjadi penurunan kecepatan dalam bekerja. Pengelolaan makanan,
minuman, dan gizi pekerja tambang dengan memastikan penyediaan makanan dan
minuman telah memenuhi syarat keamanan, kecukupan, dan memenuhi higienitas
sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta mempertimbangkan aspek
keseimbangan gizi pekerja (Rachmawati & Pravika, 2020).
Apabila kebutuhan kalori pekerja tidak tercukupi, dampak yang terjadi tidak
hanya akan merugikan pekerja sebagai individual tetapi juga akan merugikan
perusahaan. Ketika kebutuhan kalori tidak tercukupi maka produktivitas kerja dari

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
para pekerja pun akan menurun dan tidak dapat mencapai target yang ditetapkan
oleh perusahaan. Sehingga apabila hal ini terus terjadi, selain pekerja tidak
mendapatkan hak yang semestinya juga perusahaan akan rugi karena target tidak
dapat dicapai. Pemenuhan kebutuhan kalori bagi pekerja perlu diatur supaya
pemenuhannya terbagi sesuai dengan waktu kebutuhan kerja dan kemampuan
tubuh dalam metabolismenya (Mickael Fonseca, 2022).
Menteri Tenaga Kerja melalui Kep. No. 51 tahun 1999, menetapkan kategori
beban kerja menurut kebutuhan kalori sebagai berikut :
• Beban kerja ringan : 100 – 200 kilo kalori/jam
• Beban kerja sedang : > 200 – 350 kilo kalori/jam
• Beban kerja berat : > 350 – 500 kilo kalori/jam
Mekanisme pekerjaan pada akhir dekade ini telah semakin bertambah maju,
dan jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan otot telah berangsur diganti
dengan kekuatan mesin yang dapat mengatasi pekerjaan berat. Perlunya
menganalisa konsumsi energi yang dipakai pada beberapa pekerjaan tertentu
adalah masih menduduki prioritas utama. Konsumsi energi total terdiri dari:
1. Kalori untuk bekerja (Work Calories)
Konsumsi energi diawali pada saat pekerjaan fisik dimulai. Semakin
banyaknya kebutuhan untuk aktivitas otot bagi suatu jenis pekerjaan, maka
semakin banyak pula energi yang dikonsumsikan dan diekspresikan sebagai kalori
kerja. Kalori ini didapat dengan cara mengukur konsumsi energi pada saat bekerja
kemudian dikurangi dengan konsumsi energi pada saat istirahat atau pada saat
metabolisme basal. Kalori kerja ini menunjukkan tingkat ketegangan otot tubuh
manusia dalam hubungannya dengan:
• Jenis kerja berat
• Tingkat usaha kerjanya
• Kebutuhan waktu untuk istirahat
• Efisiensi dari berbagai jenis perkakas kerja, dan
• Produktivitas dari berbagai variasi cara kerja.
2. Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal
Keterangan kebutuhan seorang laki-laki dewasa memerlukan kalori untuk
metabolisme basal ± 100 kilo joule (23,87 kilo kalori) per 24 jam per kg BB.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
Sedangkan wanita dewasa memerlukan kalori untuk metabolisme basal ± 98 kilo
joule (23,39 kilo kalori) per 24 jam per kg BB. Salah satu dari faktor terpenting
yang mempengaruhi laju metabolisme basal adalah pola tidur. Tidur dan ritme
sirkadian adalah komponen utama regulasi metabolisme energi. (Serin & Tek,
2019) Basal atau standar tingkat metabolisme yang lebih tinggi memungkinkan
untuk pergantian energi yang lebih besar dan sintesis dan pemeliharaan organ yang
lebih besar.
3. Kalori untuk Aktivitas Seharian (Leissure Calories)
Aktivitas harian juga mengkonsumsi energi. Rata-rata konsumsinya adalah
600 kcal untuk pria dan 500 - 550 kcal untuk wanita. Rata-rata kebutuhan kalori
untuk aktivitas di luar kerja adalah ± 2400 kilo joule (573 kilo kalori) untuk lakilaki
dewasa dan sebesar 2000 – 2400 kilo joule (425 – 477 kilo kalori) per hari untuk
wanita dewasa.
(Prof. Ir. Yassierli & Gradiyan Budi Pratama, 2020)
2.7 Pengertian Minitab
Perangkat lunak (Aplikasi) adalah program komputer yang terasosiasi dengan
dokumentasi perangkat lunak seperti dokumentasi kebutuhan, model desain, dan
cara penggunaan. Perangkat lunak merupakan suatu intruksi (program komputer)
saat dieksekusi dapat menyediakan features, fungsi dan performa yang sesuai
keinginan pengguna. data statistik. Minitab banyak digunakan oleh pengguna
karena kemampuannya dalam melakukan analisis statistik yang kompleks.
(Sugianto & Taryo, 2021).
2.8 Konsumsi Energi Total
Metabolisme Basal seorang laki-laki lebih tinggi dibanding dengan wanita. Umur
juga mempengaruhi Metabolisme Basal dimana umur yang lebih muda mempunyai
Metabolisme Basal lebih besar dibanding yang lebih tua. Rasa gelisah dan ketegangan,
misalnya saat bertanding menghasilkan Metabolisme Basal 5% sampai 10% lebih besar.
Hal ini terjadi karena sekresi hormon epinefrin yang meningkat, demikian pula tonus otot
meningkat. Laju Metabolism Basal merupakan kebutuhan energi minimal yang
dibutuhkan untuk bertahan hidup pada saat kondisi tubuh sedang beristirahat. Jumlah
tersebut merupakan jumlah kalori yang dibakar jika kita tidur selama 24 jam. Saat
beristirahat, tubuh tetap melakukan pembakaran energi untuk kelangsungan hidup kita,
seperti untuk bernafas, sirkulasi, pencernaan, menjaga temperatur tubuh, aktivitas otak

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
dan lainnya. Untuk perhitungan Laju Metabolisme Basal biasa digunakan formula
Harris-Benedict, yaitu dengan mempertimbangkan tinggi badan, berat badan, jenis
kelamin dan usia (Mappanyukki & Ichsani, 2020).

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
III. METODOLOGI PENELITIAN
1.1 Identifikasi Variabel
Adapun identifikasi variabel dalam laporna ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, dalam
hal ini variabel terikatnya adalah denyut jantung pada treadmill dan kekuatan
genggam dengan frekuensi 90º dan 180º pada grip strength.
2. Variabel bebas adalah variabel-variabel yang mempengaruhi variabel terikat,
dalam hal ini variabel bebasnya adalah perbedaan kecepatan, perbedaan posisi
dan posisi sudut tangan.
1.2 Flowchart
Adapun langkah-langkah penyelesaian masalah (Flowchart) adalah:

Mulai

Studi Lapangan Studi Literatur

Rumusan Masalah

Tujuan Praktikum

Manfaat Praktikum

Batasan Praktikum

Asumsi-Asumsi

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
A

Identifikasi Variabel

Paengumpulan Data :
1. Denyut jantung sebelum dan sesudah
percobaan dengan treadmill.
2. Produktivitas sebelum dan sesudah percobaan
menggunakan grip strength 90º dan 180º.

Pengolahan Data Minitab

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Prosedur Praktikum
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum modul biomekanika adalah:
A. Menentukan konsumsi Menentukan konsumsi energi manusia dari perbedaan
posisi dan sudut tangan grip strength
1. Praktikan 1 memegang alat grip strength, praktikan 2 mencatat data
pengukuran.
2. Praktikan 1 mereset alat grip strength sampai menunjukkan nilai 0.
3. Praktikan 1 duduk, kemudian memasukkan tangan ke alat grip strength,
luruskan posisi tangan lalu tarik alat tersebut. Praktikan 1 melakukan
percobaan dengan sudut 90º dan 180º.
4. Sebelum melakukan langkah berikutnya, praktikan beristirahat selama
1 menit. Kemudian, ulangi langkah ke 3 dengan kondisi praktikan 1
berdiri.
5. Praktikan 2 mencatat hasil pengamatan kekuatan genggam yang
dilakukan praktikan 1 pada posisi duduk dan berdiri dengan sudut 90º
dan 180º.
B. Menentukan konsumsi energi manusia dari penggunaan treadmill.
1. Praktikan 1 menggunakan oximeter pada jari telunjuk sampai terdeteksi
angka denyut jantung, praktikan 2 mencatat data pengukuran.
2. Praktikan 2 mendampingi praktikan 1 pada saat jalan berlari di atas
treadmill.
3. Praktikan 2 mulai mempersiapkan stopwatch untuk mengukur waktu
selama 1 menit.
4. Praktikan 1 mulai jalan berlari di atas treadmill selama 1 menit.
5. Setelah 1 menit selesai, praktikan 2 mencatat denyut jantung sebelum
dan setelah praktikan 1 jalan berlari di atas treadmill.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
4.2 Pengamatan Data
Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Pengamatan Kekuatan Genggam Grip Strength Posisi Duduk
dan Berdiri dengan Sudut 90º dan 180º
Grip Strength
Duduk Berdiri
90◦ 180◦ 90◦ 180◦
23 25 21 23
39 40 40 41
24 26 25 26
40 39 28 36
18 23 23 25
26 29 20 23
38 39 33 36
32 33 40 42
29 32 33 39
16 21 42 43
15 19 36 38
22 24 37 39
14 15 25 27
39 41 30 34

Tabel 4.2 Data Pengamatan Denyut Jantung Sebelum dan Setelah Percobaan
dengan treadmill.
Treadmill
Sebelum Sesudah
98 121
95 121
97 122
96 123
81 118
85 131
93 122
85 132
86 138
94 99
95 122
93 116
83 138
87 116

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
4.3 Analisis dan Pembahasan
4.3.1. Input data

Gambar 4.1 Input Data pada Software Minitab


4.3.2. Two Sample T-test
1. Kekuatan Genggam Grip Strength Posisi Duduk dengan Sudut 90º dan 180º

Gambar 4.2 hasil Output Two Sample T-test Posisi Duduk


Analisa:
a. Hipotesa
H0 = Tidak ada perbedaan rata-rata antara kekuatan genggam grip strength
pada posisi duduk dengan sudut 90º dan sudut 180º.
H1 = Ada perbedaan rata-rata antara kekuatan genggam grip strength pada
posisi duduk dengan sudut 90º dan sudut 180º.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
b. Parameter
T-hitung ≤ t-tabel = H0 diterima
T-hitung > t-tabel = H0 ditolak
P-value ≥ 0,05 = H0 diterima
P-value < 0,05 = H0 ditolak
c. Perhitungan Tabel
T-tabel = df = (n1+n2) – 2 = (14 + 14) – 2 = 26
T-tabel = 100% - (1⁄2 α)
T-tabel = 100% - 0,025
T-tabel = 0,975 T-tabel (0,975;26) = 2,05
d. Kurva Two Sample T-test

Daerah Daerah
Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho
Diterima Ho

-2,05 -0,65 0 2,05

Gambar 4.3 Kurva Two Sample T-test Posisi Duduk


e. Kesimpulan
Karena t-hitung ≤ t-tabel = -0,65 ≤ 2,05 maka H0 diterima dan P-value ≥
0,05 ≥ = 0,521 ≥ 0,05 maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan rata-rata secara nyata untuk produktivitas sudut 90º dan
produktivitas sudut 180º pada posisi duduk.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
2. Kekuatan Genggam Grip Strength Posisi Berdiri dengan Sudut 90º dan 180º

Gambar 4.4 Hasil Output Two Sample T-test Posisi Berdiri


Analisa:
a. Hipotesa
H0 = Tidak ada perbedaan rata-rata antara kekuatan genggam grip strength
pada posisi berdiri dengan sudut 90º dan sudut 180º.
H1 = Ada perbedaan rata-rata antara kekuatan genggam grip strength pada
posisi berdiri dengan sudut 90º dan sudut 180º.
b. Parameter
T-hitung ≤ t-tabel = H0 diterima
T-hitung > t-tabel = H0 ditolak
P-value ≥ 0,05 = H0 diterima
P-value < 0,05 = H0 ditolak
c. Perhitungan Tabel
T-tabel = df = (n1+n2) – 2 = (14+ 14) – 2 = 26
T-tabel = 100% - (1⁄2 α)
T-tabel = 100% - 0,025
T-tabel = 0,975 T-tabel (0,975;26) = 2,05

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
d. Kurva Two Sample T-test

Daerah Daerah
Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho
Diterima Ho

-2,05 -0,73 0 2,05

Gambar 4.5 Kurva Two Sample T-test Posisi Berdiri


e. Kesimpulan
Karena t-hitung ≤ t-tabel = -0,73 ≤ 2,05 maka H0 diterima dan P-value ≥ 0,05
= 0,475 ≥ 0,05 maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan rata-rata secara nyata untuk produktivitas sudut 90º dan produktivitas
sudut 180º pada posisi berdiri.
4.3.3. One Sample T-test
1. Denyut jantung sebelum dan setelah penggunaan treadmill

Gambar 4.6 Hasil Output One Sample T-test

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
Analisa:
a. Hipotesa
H0 = Tidak ada perbedaan rata-rata antara denyut jantung sebelum dan setelah
percobaan dengan treadmill.
H1 = Ada perbedaan rata-rata antara denyut jantung sebelum dan setelah
percobaan dengan treadmill.
b. Parameter
T-hitung ≤ t-tabel = H0 diterima
T-hitung > t-tabel = H0 ditolak
P-value ≥ 0,05 = H0 diterima
P-value < 0,05 = H0 ditolak
c. Perhitungan Tabel
T-tabel = df = n - 1= 14 - 1= 13
T-tabel = 100% - (1⁄2 α)
T-tabel = 100% - 0,025
T-tabel = 0,975
T-tabel (0,975;13) = 2,16
d. Kurva One Sample T-test

Daerah Daerah
Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho
Diterima Ho

-2,16 0 2,16

Gambar 4.7 Kurva One Sample T-test


e. Kesimpulan
Karena t-hitung > t-tabel = 12,25 > 2,16 maka H0 ditolak dan P-value <0,05

= 0,000000016 < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan rata-rata secara nyata denyut jantung dengan treadmill.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum modul biomekanika ini adalah sebagai
berikut:
1. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa pada posisi
duduk dengan sudut tangan 90° menghasilkan kekuatan genggam sebesar 40
kg, pada posisi duduk dengan sudut tangan 180° menghasilkan kekuatan
genggam sebesar 39 kg, pada posisi berdiri dengan sudut tangan 90°
menghasilkan kekuatan genggam sebesar 28 kg, dan pada posisi berdiri
dengan sudut tangan 180° menghasilkan kekuatan genggam sebesar 36 kg.
Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa perbedaan posisi dan sudut tangan
berpengaruh terhadap kekuatan genggam yang dihasilkan.
2. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat pada saat sebelum
melakukan percobaan treadmill, rata-rata denyut jantung bernilai 90,57 bpm
dan setelah melakukan percobaan treadmill, rata-rata denyut jantung bernilai
122,79 bpm. Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan denyut jantung yang signifikan sebelum dan sesudah melakukan
percobaan treadmill. Hal ini dipengaruhi oleh kecepatan praktikan saat
melakukan percobaan treadmill, semakin cepat seseorang dalam berlari di
treadmill maka semakin besar konsumsi energi yang dibutuhkan serta akan
meningkatkan denyut jantung seseorang.
3. Pada praktikum biomekanika dapat dilakukan uji One Sample T dan Two
Sample T menggunakan software Minitab. Setelah melakukan praktikum,
didapatkan hasil perhitungan kekuatan genggam dengan grip strength pada
posisi duduk dengan sudut 90º dan 180º dengan nilai t-hitung ≤ t-tabel = -0,65
≤ 2,05 maka H0 diterima dan P-value 0,05 ≥ = 0,521 ≥0,05 maka H0 diterima,
karena H0 diterima maka tidak ada perbedaan rata-rata secara nyata untuk
produktivitas sudut 90º dan produktivitas sudut 180º pada posisi duduk. Lalu
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata secara nyata untuk
produktivitas sudut 90º dan produktivitas sudut 180º pada posisi berdiri,
Karena t-hitung ≤ t-tabel = -0,73 ≤ 2,05 maka H0 diterima dan P- value ≥ 0,05
= 0,475 ≥ 0,05 maka H0 diterima. Kemudian dari pengolahan data denyut

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
jantung sebelum dan sesudah treadmill menggunakan metode One Sample T-
Test diperoleh nilai t-hitung > t-tabel = 12,25 > 2,16 maka H0 ditolak dan P-
value < 0,05 = 0,000000016 < 0,05 maka H0 ditolak. Sehingga ada perbedaan
rata-rata secara nyata denyut jantung dengan aktivitas pada treadmill.

5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum modul biomekanika ini adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya praktikan melakukan praktikum dengan sungguh-sungguh agar
data yang didapat juga valid.
2. Sebaiknya praktikum lebih memperhatikan asisten laboratorium agar tidak
terjadi kesalahan saat melakukan pengolahan data dengan software Minitab.
3. Sebaiknya tambahkan variabel uji agar datanya lebih beragam dan sampel
datanya lebih banyak agar hasil output valid.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
VI. DAFTAR PUSTAKA
Ardiyanto, H., & Widiyanto. (2019). Prinsip-Prinsip Biomekanika Kualitatif: Upaya
Menjembatani Teori dan Aplikasi dalam Sport Science. Jurnal Media Ilmu
Keolahragaan Indonesia, 9(2), 54-62.
Giannini, P., Bassani, G., Avizzano, C. A., & Filippeschi, A. (2020). Wearable
sensor network for biomechanical overload assessment in manual material
handling. Sensors (Switzerland), 20(14), 1–29.
https://doi.org/10.3390/s20143877
Han, L., & Jiang, Y. (2022). Sports Energy Consumption Evaluation Based on
Improved Adaptive Weighted Data Fusion Energy-Saving Algorithm.
Computational Intelligence and Neuroscience, 2022.
https://doi.org/10.1155/2022/7261193
Iqbal, M. (2022). Perencanaan Kereta Kabel Untuk Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal
Teknik Mesin, 10(1), 12-16.Perencanaan Pembangunan
Kurniawan, F. (2019). Analisis Secara Biomekanika Terhadap Kekerapan
Kesalahan Pada Teknik Gerak Serang Dalam Pertandingan Anggar. Jurnal
Teknik Industri, 2(1), 73–90.
Lady, L., & Wiyanto, A. S. (2019). Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Luar
Ruangan Dan Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap Peningkatan Kelelahan.
Journal Industrial Servicess, 5(1), 58–64.
Mappanyukki, A. A., & Ichsani. (2020). Perbandingan Basal Metabolic Rate
Menurut Status Berat Badan Mahasiswa Program Studi Ilmu Keolahragaan
Angkatan 2017. Journal of Physical Education, Sport and Recreation, 3(2),
123-130.
Mahmudin. (2020). “Dasar-dasar Biomekanika Olahraga.” Yayasan Kita Menulis.
Mickael Fonseca, S. A. (2022). An analytical model to quantify the impact of the
propagation of uncertainty in knee joint angle computation. International
Biomechanics.
Nugroho. (2020). “Mempelajari Analisis Biomekanika Forehand Tenis Lapangan
Pemain dan Senior.” Sarnu Untung.
Oliveira, A. L. De, & Belinha, J. (2021). A stress analysis with the finite element
method of a tibia model with a bone callus.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
Prof. Ir. Yassierli, M. P., & Gradiyan Budi Pratama, S. M. (2020). Ergonomi
Industri. Yogyakarta: Bandung : Remaja Rosdakarya.
Rachmawati, S., & Pravika, U. H. (2020). Analisis Pemenuhan Kebutuhan Kalori
Berdasarkan Jneis Pekerjaan Tenaga Kerja Di Area Tambang Bawah Tanah
PT. X Indonesia. Indonesia. Journal of Industrial Hygiene and Occupational
Health, 4(2).
Santoso , D. A., & Setiabudi, M. A. (2019). The Analysis of Biomechanics on
Footwork Step Pattern Spike Toward Power Spike of Volleyball Sport. Jurnal
Penelitian Pembelajaran, 5(1), 29-40.
Sugianto, T., & Taryo, T. (2021). Persediaan-Permintaan Lavatory Faucet Dengan
Metode Time Series Analysis Dan Classification Menggunakan Software
Pom, Minitab Dan Rapid Miner. Humanis, 1(2), 977–988.
Suhartoyo, T., & Kusuma, M. N. (2020). Biomechanical Based Aerobic and
anaerobic Exercises Analysis. Jurnal Penelitian Pembelajaran, 6(1), 145- 156.
Suleman, & Faqih, H. (2022). SI Kalori: Sistem PAkar Penghitung Jumlah
Ideal Kalori Harian Berbasis Mobile. Journal on Software Engineering, 9(1),
46- 54.

PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI


MODUL VI (BIOMEKANIKA)
SESI RABU 2 / KELOMPOK 73
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai