Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENELITIAN

BIOMENIKA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perancangan Sistem Kerja
Dosen Pengampu : Mohammad Cipto Sugiono, S.T., M.T.

Nama Penyusun :
1. Khusnul Marom ( 103190021 )
2. Fitriyanti ( 103190025 )
3. Winarso ( 103190027 )
4. M. Ali Mustaqirin ( 103190029 )

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS NU
PEKALONGAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Biomekanika merupakan cabang ilmu ergonomi yang menggabungkan teknik
fisika, antropometri dan ilmu kedokteran dasar (bilogi dan fisiologi), melalui hubungan
matematik. Biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan
pada bermacam-macam bagian tubuh dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada
aktivitas sehari-hari (Chaffin, 1991). Adapun pengertian lain dari biomekanika adalah ilmu
yang menggunakan hukum-hukum fisika dan konsep-konsep mekanika untuk
mendeskripsikan gerakan dan gaya pada berbagai macam bagian tubuh ketika melakukan
aktivitas.
Biomekanika dapat dikatakan sebagai metode ergonomi yang sangat kuat. sebuah
analisis biomekanik biasanya digunakan untuk kondisi yang melibatkan gaya yang besar
(mendorong, menarik, mengangkat, memegang, dan lain-lain) atau postur kerja yang
memaksakan tekanan pada tubuh.
Aspek biomekanika dapat diamati dalam setiap pekerjaan fisik. Salah satu
contohnya adalah pemindahan bahan manual, seperti pengangkatan dan pemindahan secara
manual, atau pekerjaan lain yang dominan menggunakan otot tubuh. Dalam bidang industri
hampir semua pekerja, karyawan atau operator melibatkan otot dalam pekerjaannya baik
pekerjaan statis maupun dinamis yang memungkinkan terjadinya Musculoskeletal
Disorders (MSDs) yang menjadi isu besar di kalangan industri saat ini.
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada
sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon, pembuluh darah, sendi, tulang, syaraf dan
lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja. Keluhan muskuloskeletal sering juga
dinamakan MSDs (Musculoskeletal Disorders). Berdasarkan OHSCOs (2007), ada 4 faktor
yang dapat meningkatkan timbulnya MSDs yaitu postur yang tidak alamiah (awkward
posture), tenaga yang berlebihan (force position), pengulangan berkali-kali (repetitive
motion), dan postur kerja statis (static posture). Berbagai macam metode telah tersedia untuk
mengevaluasi apakah suatu pekerjaan berpotensi menyebabkan penyakit akibat kerja ini.
Antara lain adalah RWL (Recommended Weight Limit) untuk mengevaluasi kegiatan
pengangkatan statis.
B. Tujuan Laporan Praktikum
Tujuan Umum
Praktikan mampu memahami, melakukan pengukuran beban kerja dan
menganalisis sistem kerja dengan pendekatan biomekanika

Tujuan Khusus
Dalam praktikum ini diharapkan praktikan mampu :
a. Melakukan pengukuran gaya dan momen yang bekerja di setiap link tubuh manusia pada
saat bekerja
b. Mampu menggunakan prinsip biomekanika kerja dalam melakukan perancangan system
kerja penanganan material secara manual
c. Melakukan pengukuran RWL pada aktivitas material handling
d. Mampu memberikan rekomendasi berdasar hasil analisa.

C. Pembatasan Masalah
Pada laporan modul 2 ini permasalahan yang ditinjau yaitu pengukuran dengan
prinsip biomenika yang sesui standar modul perancangan system kerja

D. Sistematika Penulisan
Dalam praktikum ini, praktikan diminta untuk membuat laporan dengan format
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Tujuan Laporan Praktikum
1.3. Pembatasan Masalah
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II STUDI PUSTAKA
Mencakup seluruh teori ringkas serta prinsip yang anda gunakan untuk membahas
masalah dari modul yang dilaporkan dan berkaitan erat dengan kegiatan praktikum.
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Perhitungan gaya dan momen pada setiap segmen tubuh
3.2 Perhitungan RWL dan Lifting index untuk aktivitas manual material handling
BAB IV ANALISIS
4.1 Analisis Recommended Weight Limit (RWL)
4.1.1 Peran masing-masing Multiplier dalam perhtiungan nilai RWL dan lifting
index
4.1.2 RWL Existing
4.1.3 RWL Perbaikan
4.2 Analisis dampak perbaikan lifting index pada dunia industri
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
BAB II
STUDI PUSTAKA

II.1. Konsep Biomekanika


Secara umum biomekanika diklasifiksikan menjadi 2, yaitu:

II.1.1. General Biomechanic


General biomechanics adalah bagian dari Biomekanika yang membahas
mengenai hukum – hukum dan konsep – konsep dasar yang mempengaruhi tubuh
manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak. General biomechanic dibagi
menjadi 2 yaitu:
a) Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisis
tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan
seragam (uniform).
b) Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan
gambaran gerakan – gerakan tubuh tanpa mempertimbangkan gaya yang
terjadi (kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam
tubuh (kinetik) (Tayyari, 1997).

II.1.2. Occupational Biomechanic


Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari
interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan
untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktifitas kerja
dapat meningkat. Untuk menghasilkan gerakan dalam bekerja, diperlukan
kolaborasi dari organ tubuh seperti tulang, otot dan jaringan penghubung.
a. Tulang
Tulang merupakan bagian tubuh yang berfungsi sebagai alat gerak
pasif, tempat melekatnya otot, melindungi organ-organ penting, menegakkan dan
memberi bentuk pada tubuh serta berfungsi sebagai tempat pembentukan sel datah
merah. Tulang juga berfungsi untuk meredam dn mendistribusikan gaya/tegangan
yang ada padanya. Tulang selalu terikat dengan otot dan juga jaringan
penghubung (connective tissue) seperti ligamen, cartilage dan tendon
b. Otot
Otot merupakan alat gerak aktif dan mempunyai kemampuan untuk
memanjang dan memendek dari ukuran yang semula. Otot terbentuk atas fiber
yang berukuran panjang 10-40 mm dan diameter 0,01- 0,1 mm. Sumber energi
dari otot adalah pemecahan senyawa kaya enerdi melalui proses aerob dan
anaerob. Proses anaerob adalah proses perubahan senyawa (ADP menjadi ATP
dan energi) dengan bantuan oksigen yang cukup. Sedangkan proses anaerob
merupakan proses pemecahan senyawa (ATP menjadi ADP dan energi) tanpa
bantuan oksigen. Dalam proses ini dihasillkan zat samping yaitu asam laktat.
Penumpukan asam laktat yang berlebihan akan menimbulkan kelelahan otot

c. Jaringan penghubung
Jaringan penghubung terdiri dari cartilage, ligamen dan tendon.
Cartilage merupakan jaringan penghubung antar tulang dengan pergerakan yang
relatif kecil. Contohnya adalah pada ruas-ruas tulang belakang. Sambungan ini
memmungkinkan manusia untuk membungkuk, menengadah ataupun memutar.
Ligamen merupakan sambungan antar tulang sedangkan tendon merupakan
sambungan penghubung antara otot dan tulang.

Gambar 3.1 Tendon, Ligamen dan Cartilage


II.1.3. Analisa Mekanik
II.1.3.1. Action Limit (AL) dan Maximum Permissible Limit (MPL)
Action Limit (AL) merupakan batasan gaya angkat normal yang
direkomendasikan oleh NIOSH. MPL merupakan batas besarnya gaya
tekan pada segmen L5/S1 dari kegiatan pengangkatan dalam satuan
Newton yang distandarkan oleh NIOSH (National Instiute of
Occupational Safety and Health) tahun 1981. L5/S1 merupakan singkatan
dari Lumbar kelima Sakrum pertama yang terletak pada bagian tulang
belakang. Untuk mengetahui lebih jelas lagi L5/S1 dapat dilihat pada
Gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 3.3 Kalsifikasi dan Kodifikasi pada vertebrae (Nurmianto, 1996)

Pada sistem kerangka manusia terdapat beberapa titik rawan, yaitu


pada ruas tulang leher, rua tulang belakang (L5/S1), dan pada pangkal
paha. Titik ruas tulang belakang (L5/S1) , dan pada pangkal paha. Titik
ruas tulang belakang (L5/S1) merupakan titik yang paling rawan terhadap
kecelakaan kerja. Karena pada titik tersebut disk (selaput yang berisi
cairan) yang berfungsi untuk meredam pergerakan antar ruas lumbar ke 5
dan Sacrum ke 1. Jika tekanan yang diakibatkan pangangkatan beban kerja
melebihi MPL (Maximum Premissible Limit) sebagai batasan maksimum,
maka akan mengakibatkan pecahnya disk sehingga pekerja akan
mengalami kelumpuhan (Nurmianto, 1996). Menurut NIOSH, besar gaya
tekan maksimum tersebut adalah 6400 N pada L5/S1, sedangkan batasan
gaya angkatan normal (Action Limit) sebesar 3400 pada L5/S1. Sehingga
apabila force compression (FC) < AL (aman), AL < Fc < MPL (perlu hati-
hati) dan apabila Fc > MPL (Berbahaya) seperti yang terlihat pada gambar
3.4 di bawah ini :

Gambar 3.4 Force Compression (NIOSH)

Grafik 3.5 di bawah ini menunjukkan tiga kelas pengangkatan


dengan batasan action limit dan maximum permissible limit dan perbaikan
yang diperlukan.

Gambar 3.5 Ilustrasi tiga kelas pengangkatan (Tayyari & Smith, 1997)

Menurut Tayyari (1997) variasi kapasitas individu dalam aktivitas


pengangkatan yang berada antara AL dan MPL terbagi menjadi beberapa
kriteria, diantaranya adalah :
a. Cidera otot meningkat secara normal dan masih dapat ditoleransi ketika
pekerja melakukan kegiatan pengangkatan hingga AL (epidemiologic
criterion).
b. Tekanan gaya biomekanik 3400 N pada L5/S1 invertebral disc
dipengaruhi oleh kondisi AL, namun dapat ditoleransi oleh mayoritas
pekerja usia muda dan pekerja yang sehat (biomechanical criterion).
c. Kecepatan metabolis akan bertambah 3.5 kcal/min untuk mayoritas
pekerja yang melakukan kegiatan pengangkatan di atas AL (physiological
criterion)
d. Beban pengangkatan hingga AL dapat diterima untuk 99% laki-laki dan
75% perempuan dengan resioko dapat kembali cidera.

II.1.3.2. Presentase Segmen Tubuh


Dalam occupational biomechanics, dibahas mengenai sistem
gaya dan momen yang bekerja untuk menggerakkan tubuh. Gaya dan
momen ini dihitung secara parsial untuk setiap segmen yang menyusun
tubuh manusia. Berat dari masing-masing segmen tubuh dibawah ini
didapatkan dari persentase dikali gaya berat dari orang tersebut.

Gambar 3.6 Persentase Segmen Tubuh


Perhitungan gaya dan momen pada setiap segmen tubuh dihitung
dengan prinsip mekanika, yaitu:
1) Segmen telapak tangan

2) Segmen lengan bawah

3) Segmen lengan atas


NB = Gaya pada lengan atas dikalikan dua
Moment dikali dua agar benda utuh satu.

4) Segmen punggung
Dengan menggunakan teknik perhitungan keseimbangan gaya
pada tiap segmen tubuh manusia, maka didapat moment resultan pada
L5/S1. Kemudian untuk mencapai keseimbangan tubuh pada aktivitas
pengangkatan, moment pada L5/S1 tersebut diimbangi gaya otot pada
spinal erector (FM) yang cukup besar dan juga gaya perut (FA) sebagai
pengaruh tekanan perut (PA) atau Abdominal Pressure yang berfungsi
untuk membantu kestabilan badan karena pengaruh momen dan gaya
yang ada seperti model pada gambar dibawah ini.

Gambar di atas adalah Model sederhana dari punggung bawah (low back)
yang diteliti oleh chaffin untuk analisis terhadap aktifitas angkat
Koplanar Statis. (Chaffin, 1984)
Gaya otot pada spinal erector dirumuskan sebagai berikut:

FM = Gaya otot pada Spinal Erector (Newton)


E = Panjang Lengan momen otot spinal erector dari L5/S1
(estimasi 0,05 m sumber: Nurmianto; 1996)
M(L5/S1) = MT = Momen resultan pada L5/S1
FA = Gaya Perut (Newton)
D = Jarak dari gaya perut ke L5/S1 ( 0,11 m)
( Sumber:Nurmianto,1996)
Untuk mencari Gaya Perut (FA), maka perlu dicari Tekanan Perut (PA)
dengan persamaan:

Keterangan:
PA = Tekanan Perut
AA = Luas Diafragma (465 cm2)
ΘH = Sudut inklinasi perut
ΘT = Sudut inklinasi kaki
Wtot = Gaya keseluruhan yang terjadi
Wo = Berat objek (Newton)
WH = Berat telapak tangan (Newton)
WLA = Berat lengan bawah (Newton)
WUA = Berat lengan atas (Newton)
Wt = Berat punggung (Newton)
Kemudian gaya tekan/kompresi pada L5/S1 dirumuskan sbb:

berikut merupakan ilustrasi penentuan sudut yang digunakan untuk


perhitungan gaya kompresi (Force Compression) yang terlihat pada
gambar di bawah :

Gambar 3.2. Ilustrasi Penentuan saat Pengangkatan (Tayyari and Smith,


1997)
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Perhitungan gaya dan momen pada setiap segmen tubuh


Data MPL
No Segmentasi Tubuh Panjang Sudut (derajat)
1 Telapak Tangan SL1 = 0,5 θ 1 = 12°
2 Lengan Bawah SL2 = 0,22 θ 2 = 18°
3 Lengan Atas SL3 = 0,25 θ 3 = 86°
4 Punggung SL4 = 0,35 θ 4 = 56°

a. Telapak Tangan
𝑊𝑜
Fyw = 2 + WH
= 25 + 2,94
= 27,94 N

𝑊𝑜
MW = ( 2 + WH ) x SL1 x cos θ1
MW = 27,94 x 0,07 x cos 12°
MW = 1,91 Nm

b. Segmen Lengan Bawah


Fye = Fyw + WLA
= 27,94 + 8,33
= 36,27

Me = MW + (WLA x ʎ2 x SL2 x cos θ2 ) + (Fyw x SL2 x cos θ2 )


Me = 1,91 + (8,33 x 0,430 x 0,27 x cos 18°) + (27,94 x 0,27 x cos 18)
Me = 1,91 + 0,92 + 7,17
Me = 10 Nm
c. Lengan Atas
Fys = Fye + WUA
= 49,99 N = 50 N
Ms = Me + ( WUA x ʎ3 x SL3 x cos θ3) + (Fye x SL3 x cos θ3)
Ms = 10 + 0,12 + 0,76
Ms = 10,88 Nm
d. Segmen Punggung
Fys = 2Fys + WT
= 345 N
Mt = 2Ms + (WT x ʎ4 x SL4 x cos θ4) + (2Fys x SL4 x cos θ4)
Mt = 21,76 + 36,72 + 22,37
Mt = 80,85 Nm
3.2 Perhitungan RWL dan Lifting index untuk aktivitas manual material handling
Hasil Perhitugan RWL dan LI

Diketahui :
LC = 23 Kg
HM = 25/30
FM = 0,88
CM = 0,95
VM = 1-0,003263⃒12-69⃒
DM = 0,82 +(4,5/25)
AM = 1-0,0032×90

RWL = LC×HM×VM×DM×AM×FM×CM
= 23 × (25/30) × (1-0,003263⃒12-69⃒) × (0,82 +(4,5/25)) × (1-0,0032×90) × 0,88 × 0,95
= 23 × 0,833 × 0,96088 × 0,18 × 0,712 × 0,88 × 0,95
= 1,97242622

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
LI = 𝑅𝑊𝐿

= 0,1/1,97242622
= 0,0506989813
BAB IV
ANALISIS

4.1 Analisis Recommended Weight Limit (RWL)


4.1.1 Peran masing-masing Multiplier dalam perhtiungan nilai RWL dan lifting index
Perhitungan RWL dilakukan didasarkan pada horizontal, vertical,
asimetrik, frekuensi dan coupling. Sedangkan perhitungan LI dilakukan berdasarkan
berat beban dan hasil RWL dengan kriteria LI < 1 maka tidak beresiko cedera tapi
apabila nilai LI > 1 maka pekerjaan tersebut beresiko mengakibatkan cedera tulang
belakang.
Dari hasil perhitungan diatas pada origin dan destination berbeda, hal ini
dipengaruhi oleh faktor horizontal dan vertical sehingga nilai RWL dan LI pun berbeda.
Nilai horizontal berbeda karena pada saat mengangkat antara operator satu dengan yang
lain berbedasehungga ukurannya pun berbeda-beda.sedangkan vertikalnya sama karena
ketinggian benda dengan lantai antara masing-masing operator sama. Asimetrik pada
bagian Origin sama karena pekerjaannya repetitive sehingga sudut yang dibentuk antara
operator semua sama tetapi pada destination juga sama karena dipenagruhi oleh faktor
vertical pengangkatan dan tinggi badan pekerja.
Perhitungan RWL dan LI merupakan perhitungan secara teoritis
memberikan hasil yang berbeda. Meskipun secara perhitungan energy termasuk dalam
beban kerja ringan, sehingga perlu adanya penelitian dan analisis lanjutan tentang hal
tersebut.

4.1.2 RWL Existing


Recommended Weight Limit Existing artinya batas berat yang disarankan
ada. Maksudnya adalah batas berat yang disarankan sebelum perbaikan.

4.1.3 RWL Perbaikan


Recommended Weight Limit Perbaikan, adalah batas berat yang disarankan
setelah diketahui penghitungan yang ada pada Recommended Weight Limit Existing
menunjukkan hasil yang tidak sesuai dan harus diperbaiki.
4.2 Analisis dampak perbaikan lifting index pada dunia industri
Setelah diketahui nilai RWL, selanjutnya dilakukan perhitungan lifting indeks,
untuk mengetahui apakah perakitan bolpoin yang dilakukan memiliki resiko cidera. Lifting
indeks digunakan untuk mengestimasi tingkat tegangan fisik dalam suatu kegiatan perakitan
material secara manual.
Dengan interpretasi:
- LI < 1 : Ok, tidak berpotensi menimbulkan resiko.
- LI > 1 : Berpotensi menimbulkan resiko
- LI > 3 Berkemungkinan besar menimbulkan resiko

Jika LI > 1, berat material yang dirakit melebihi batas perakitan material yang
disarankan atau direkomendasikan. Dengan demikian, maka aktivitas tersebut mengandung
potensi resiko cedera musculoskeletal. Jika LI < 1, berat material yang dirakit tidak melebihi
batas perakitan material yang disarankan atau direkomendasikan. Denag demikian, maka
aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cedera.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Secara umum biomekanika diklasifikasikan menjadi 2:
1. General Biomechanic
2. Occupational Biomechanical
Recommended Weight Limit (RWL) adalah rekomendasi batas beban yang dapat
diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan
secara repetitive dan dalam jangka waktu yang cukup lama. RWL ditetapkan oleh NIOSH
pada tahun 1991 di Amerika Serikat.
LI (Lifting Indeks) adalah proses perhitungan setelah menghitung RWL untuk
mengetahui penyimpangan beban yang diangkat terhadap batas beban yang
direkomendasikan atau disarankan.

5.2 Saran
Hendaknya, manakala pembuatan laporan akan dilakukan, terlebih dahulu
memahami modul sebagai acuan pembuatan laporan. Agar kesalahan dalam pembuatan
laporan sedikit terkurangi.
DAFTAR PUSTAKA

Chaffin, DB, Andersson, GBJ & Martin, BJ. (2006) Occupational Biomechanics, 4th ed. New
York: Wiley-Interscience,
Tayyari,F.,&Smith, J. L. (1997). Occupational ergonomics: Principles and applications.
Chapman & Hall
Modul 3 : Evaluasi Ergonomi Berdasarkan Antropometri dan Biomekanika, Laboratorium
Rekayasa Sistem Kerja & Ergonomi, ITB, Bandung.
Laboratorium DSK&E, Fisiologi & Pengukuran Kerja, Tutorial 2 Biomekanika Tahun ajaran
2016/2017. Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta, 2016.

Anda mungkin juga menyukai