MODUL V
PENGUKURAN KERJA FISIK MANUSIA DENGAN
PENDEKATAN BIOMEKANIKA
A. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1. Mampu melakukan pengukuran kerja dan memanfaatkannya dengan merancang
metode kerja didasarkan pada prinsip–prinsip biomekanika.
2. Mengetahui besar beban kerja pada saat melakukan kerja dengan metode
biomekanika.
3. Mampu memahami keterbatasan manusia dari beban kerja yang dibebankan
pada anggota tubuh manusia.
b. Tujuan Khusus
2. Mampu mengaplikasikan metode Recommended Weight Limit (RWL) dalam
menghitung beban kerja, menghitung lifting index.
3. Mampu memberikan rekomendasi beban benda yang seharusnya dapat diangkat
oleh operator.
B. LANDASAN TEORI
1. Analisis Pengukuran Mekanika Tubuh Manusia dengan Metode Biomekanika
Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi hasil
ergonomi. Yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan
atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta
peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika
melakukan aktivitas kerja tersebut.
Dalam biomekanik ini banyak disiplin ilmu yang mendasari dan berkaitan untuk dapat
menopang perkembangan biomekanik. Disiplin ilmu ini tidak terlepas dari
kompleksnya masalah yang ditangani oleh biomekanik ini. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat bagan (Gambar 4.1) di bawah ini:
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 80
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma
Tulang juga selalu terikat dengan otot, dan jaringan penghubung (connective Tissue)
yakni ligamen,cartilage dan Tendon. Fungsi otot disini untuk menjaga posisi tubuh agar
tetap sikap sempurna.
2. Connective Tissue atau jaringan penghubung
Dibagi menjadi 3 yaitu:
a) Cartilage
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 82
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma
b) Ligament
c) Tendon
2.1. Sambungan Cartilagenous
Fungsi dari sambungan Cartilagenous adalah untuk pergerakan yang relatif kecil.
Contoh: Sambungan tulang iga ( ribs ) dan pangkal tulang iga (sternum)
Sambungan cartilagenous khusus, antara vertebrata ( ruas-ruas tulang belakang) yaitu
dikenal sebagai interveterbratal disc, yang terdiri dari pembungkus, dan dikelilingi oleh
inti (puply core). Verterbrae juga terdapat pada ligamen dan otot. Adanya gerakan yang
relatif kecil pada setiap jointnya, dapat mengakibatkan adanya flaksibelitas badan
manusia untuk membungkuk, menengadah, dan memutar. Sedangkan disc berfungsi
sebagai peredam getaran pada saat manusia bergerak baik translasi dan rotasi
(Nurmianto, 1996).
Sambungan Ligamen
Ligamen berfungsi sebagai penghubung antara tulang dengan tulang untuk stabilitas
sambungan (joint stability) atau untuk membentuk bagian sambungan dan menempel
pada tulang. Ligamen tersusun atas serabut yang letaknya tidak paralel. Oleh karenanya
tendon dan ligamen bersifat inelastic dan berfungsi pula untuk menahan deformasi.
Adanya tegangan yang konstan akan dapat memperpanjang ligamen dan menjadikannya
kurang efektif dalam menstabilkan sambungan (joints).
menjadi CO2 dan H O 2 dalam kondisi aerobic. Sehingga beban pekerjaan yang tidak
terlalu melelahkan akan dapat berlangsung cukup lama. Di samping itu aliran darah
yang cukup akan mensuplai lemak, karbohidrat dan oksigen ke dalam otot. Akibat
dari kondisi kerja yang terlalu lama akan menyebabkan kadar glikogen dalam darah
akan menurun drastis di bawah norma, dan kebalikannya kadar asam laktat akan
meningkat, dan kalau sudah demikian maka cara terbaik adalah menghentikan
pekerjaan, kemudian istirahat dan makan makanan yang bergizi untuk membentuk
kadar gula dalam darah.
Hal tersebut di atas adalah merupakan proses kontraksi otot yang telah
disederhanakan analisa pembangkit energinya, dan sekaligus menandakan arti
pentingnya aliran darah untuk otot. Oleh karenanya para ergonom hendaklah
memperhatikan hal-hal seperti berikut untuk sedapat mungkin dihindari
(Nurmianto,1996):
a) Beban otot statis (static muscle loads).
b) Oklusi (penyumbatan aliran darah) karena tekanan, misalnya tekanan segi kursi
pada popliteal (lipat lutut).
c) Bekerja dengan lengan berada di atas yang menyebabkan siku aliran darah
bekerja berlawanan dengan arah gravitasi.
Dalam dunia kerja yang menjadi perhatian adalah :
a. Kekuatan kerja otot.
Kekuatan kerja otot bergantung pada :
1. Posisi anggota tubuh yang bekerja
2. Arah gerakan kerja.
3. Perbedaan kekuatan antar bagian tubuh.
4. Usia.
b. Kecepatan dan ketelitian.
c. Daya tahan jaringan tubuh terhadap beban.
Suatu hal yang penting untuk mengetahui jenis otot yang sesuai untuk menopang
beban statis. Beban statis yang terjadi pada semua otot harus diminimumkan.Gaya
yang terjadi pada kontraksi otot sama dengan sebanding dengan penampang
melintangnya. Otot hanya mempunyai kemampuan berkontraksi dan relaksi bila
bergerak dengan arah berlawanan terhadap otot yang lain, dikenal dengan gerakan
antagonis.
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 85
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma
Dalam gerakan pada sistem kerangka otot, otot bereaksi terhadap tulang untuk
mengendalikan gerak rotasi di sekitar sambungan tulang, beberapa sistem pengungkit
menjelaskan hal tersebut. Dalam sistem ini otot bertindak sebagai sistem mekanis yang
berfungsi untuk suplai energi kinetik dan gerakan angular.
Pada Gambar 1.6 digambarkan sistem pengungkit yang terdapat pada anggota tubuh
manusia yang melakukan aktivitas kerja.
Sistem pengungkit I :
Contoh sistem pengungkit I :
a. Otot Triceps menarik ulna untuk menggerakkan siku
b. Otot Quadriceps menarik tibia melalui patella untuk menggerakkan lutut
Sistem pengungkit II :
Contoh sistem pengungkit II :
a. Otot Biceps menarik radius untuk mengangkat siku
b. Otot Brachialis menarik ulna untuk mengangkat siku
c. Otot Deltoid menarik humerus untuk mengangkat bahu
Untuk mendapatkan gambaran sederhana tentang mekanisme gaya (force) tersebut,
dibawah ini terdapat contoh sbb:
Suatu benda kerja seberat 2 kg diangkat dengan satu lengan, berat lengan tersebut 25 N.
Di ketahui jarak pusat beban lengan terhadap pusat beban benda sejauh 30 cm, r = 5 cm,
R = 13 cm
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 89
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma
Dari data diatas dapat kita tentukan gaya F yang dikenai benda terhadap lengan sbb:
Perlu kita ketahui bahwa seorang operator bekerja tidak hanya lengan saja yang
mengeluarkan tenaga, tetapi bagian tubuh yang lain seperti punggung, paha, betis dll.
Dalam biomekanik perhitungan guna mencari moment dan gaya dapat dilakukan
dengan cara menghitung gaya dan mement secara parsial atau menghitung tiap segmen
yang menyusun tubuh manusia. (Tayyari, 1997)
Oleh karena itu, di bawah ini merupakan perhitungan (secara manual) dalam
praktikum ini, yaitu dihitung tiap segmen yang mempengaruhi tulang belakang dalam
melakukan aktivitas pengangkatan, kecuali segmen kaki:
1. Telapak tangan
2. Lengan Bawah
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 91
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma
3. Lengan Atas
Dengan menggunakan teknik perhitungan keseimbangan gaya pada tiap segmen tubuh
manusia, maka didapat moment resultan pada L5/S1. Kemudian untuk mencapai
keseimbangan tubuh pada aktivitas pengangkatan, moment pada L5/S1 tersebut
diimbangi gaya otot pada spinal erector (FM) yang cukup besar dan juga gaya perut
(FA) sebagai pengaruh tekanan perut (PA) atau Abdominal Pressure yang berfungsi
untuk membantu kestabilan badan karena pengaruh momen dan gaya yang ada seperti
model pada gambar 4.8 dibawah ini.
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 92
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma
Gambar 42.8 Model sederhana dari punggung bawah (low back) yang diteliti oleh
chaffin untuk analisis terhadap aktifitas angkat Koplanar Statis. (Chaffin, 1984)
Keterangan:
PA = Tekanan Perut
AA = Luas Diafragma (465 cm2)
ΘH = Sudut inklinasi perut
ΘT = Sudut inklinasi kaki
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 93
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma
Gambar 2.9
Recommended Weight Limit
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 94
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma
Keterangan: untuk frekuensi pengangkatan kurang atau hanya 1 kali dalam 5 menit
ditetapkan F = 2 Lift/mnt
Untuk Faktor Pengali kopling (handle) dapat ditentukan pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 4.2 Tabel Coupling Multiplier
Dari persamaan yang ditetapkan NIOSH tersebut, terdapat perbedaan faktor pengali
jarak vertikal untuk pekerja Indonesia, sehingga perlu penyesuaian terhadap nilai
perkiraan berat beban yang direkomendasikan untuk diangkat. Adanya perbedaan ini
karena faktor pengali vertikal sangat bergantung pada antropometri ketinggian knuckle
(jarak vertikal dari lantai ke ujung jari tangan dengan posisi lurus ke bawah).
Perumusan faktor pengali vertikal yang dihasilkan oleh NIOSH adalah :
VM = ( 1 - 0,003 |V - 75| )
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 96
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma
Sedangakan dari hasil penelitian di dapat bahwa untuk pekerja industri Indonesia faktor
pengali jarak :
VM = ( 1 - 0,00326 |V – 69| )
Keterangan: VM = faktor pengali vertikal
V = jarak vertikal beban ( satuan dalam cm )
Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting Index, untuk mengetahui
index pengangkatan yang tidak mengandung resiko cidera tulang belakang, dengan
persamaan :
Jika LI ≤ 1, maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang.
Jika LI > 1, maka aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang
Dalam tubuh manusia terdapat tiga jenis gaya: Winter, 1979 )
1. Gaya Gravitasi, yaitu gaya yang melalui pusat massa dari tiap segmen tubuh
manusia dengan arah ke bawah. Besar gayanya adalah massa dikali percepatan
gravitasi ( F = m.g )
2. Gaya Reaksi yaitu gaya yang terjadi akibat beban pada segmen tubuh atau berat
segmen tubuh itu sendiri.
3. Gaya otot yaitu gaya yang terjadi pada bagian sendi, baik akibat gesekan sendi
atau akibat gaya pada otot yang melekat pada sendi. Gaya ini menggambarkan
besarnya momen otot.
Tubuh manusia terdiri dari 6 link Chaffin & Anderson (1984), yaitu:
1. Link lengan bawah, dibatasi joint telapak tangan dan siku.
2. Link lengan atas, dibatasi joint siku dan bahu.
3. Link punggung, dibatasi joint bahu dan pinggul.
4. Link paha, dibatasi joint pinggul dan lutut.
5. Link betis, dibatasi joint lutut dan mata kaki.
6. Link kaki, dibatasi joint mata kaki dan telapak kaki.
B. KELELAHAN
Dalam biomekanik kita akan berurusan dengan salah satu kejadian yang dinamakan
kelelahan. Kelelahan ini tidak lepas dari biomekanik karena dalam aplikasinya
biomekanik melihat orang secara mekanik, tetapi kodrat kemanusiaan pada manusia
tidak dapat dikesampingkan sehingga manusia/pekerja mempunyai keterbatasan yaitu
salah satunya keadaan yang dinamakan lelah. Kelelahan adalah proses menurunnya
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 97
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma
efisiensi performansi kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh
manusia untuk melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan.
Dalam bahasan lain, kelelahan didefinisikan sebagai suatu pola yang timbul pada suatu
keadaan yang secara umum terjadi pada setiap individu yang telah tidak sanggup lagi
untuk melakukan aktivitasnya. Ada beberapa macam kelelahan yang diakibatkan oleh
beberapa faktor, seperti:
1. Lelah otot, yang diindikasikan dengan munculnya gejala kesakitan ketika otot
harus menerima beban berlebihan.
2. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ
visual (mata) yang terkonsentrasi secara terus menerus pada suatu objek.
3. Lelah mental, yaitu kelelahan yang datang melalui kerja mental seperti berfikir
sering juga disebut sebagai lelah otak.
4. Lelah monotonis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja yang
bersifat rutin, monoton, ataupun lingkungan kerja yang menjemukan.
Sedangkan kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara
terus menerus dan terakumulasi, akan menyebabkan apa yang disebut dengan lelah
kronis. Di mana gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis dapat dicirikan
seperti:
1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran
atau asosial terhadap orang lain.
2. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.
3. Depresi yang berat.
1.1 Proses Terjadinya Kelelahan
Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran
darah, di mana produk-produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan aktivitas otot
dan mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga orang menjadi
lambat bekerja. Makanan yang mengandung glikogen mengalir dalam tubuh melalui
peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti oleh kimia (oksidasi glukosa)
yang merubah glikogen menjadi tenaga, panas dan asam laktat (produk sisa).
Pada dasarnya kelelahan timbul karena terakumulasinya produk sisa dalam otot dan
tidak seimbangnya antara kerja dan proses pemulihan.
Secara lebih jelas terdapat 3 penyebab timbulnya kelelahan fisik, yaitu:
1. Oksidase glukosa dalam otot menimbulkan CO2 ,saerolactic, phosphati dan
sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemusian
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 98
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma
4. Sakit kekakuan bahu nyeri di pinggang pernafasan merasa tertekan suara serat,
haus, terasa pening , spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan
merasa kurang sehat badan.
= 0,36 m θ4 = 45o. sudut inklinasi perut 45o, sudut inklinasi paha 50o. Hitunglah gaya
tekan pada L5/S1 tersebut!
Penyelesaian :
WH = 0,6 % Wbadan = 0,6% * 650 = 3,9 N
WLA = 1,7 % Wbadan = 1,7% * 650 = 11,05 N
WUA = 2,8 % Wbadan = 2,8% * 650 = 18,2 N
WT = 50 % Wbadan = 50% * 650 = 325 N
WTOT = Wo + 2WH + 2WLA + 2WUA + WT = 991,3 N
λ 2 = 0.43
λ3 = 0.436
λ4 = 0.67
D = 0.11
AA = 465 cm2
Wo = 60 kg * 10 = 600 N
Wbdn = 65 kg * 10 = 650 N
A. Telapak Tangan
Fyw = Wo/2 + WH = 303.9 N
MW = (W0/2 + WH) * SL1 * Cos θ1 = 19,99 = 20 Nm
B. Segmen Lengan Bawah
Fye = Fyw + WLA = 314,95 N = 315 N
Me = MW + (WLA * λ 2 * SL2 * Cos θ2) + (Fyw * SL2 * Cos θ2) = 101,21 Nm
C. Segmen Lengan Atas
Fys = Fye + WUA = 333,2 N
Ms = Me + (WUA * λ 3 * SL3 * Cos θ3) + (Fye * SL3 * Cos θ3) = 118,03 Nm
D. Segmen Punggung
Fyt = 2Fys + WT = 991.4 N
Mt = 2Ms + (WT * λ 4 * SL4 * Cos θ4) + (2Fys * SL4 * Cos θ4)
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 101
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma