Anda di halaman 1dari 27

Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 79

Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

MODUL V
PENGUKURAN KERJA FISIK MANUSIA DENGAN
PENDEKATAN BIOMEKANIKA

A. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1. Mampu melakukan pengukuran kerja dan memanfaatkannya dengan merancang
metode kerja didasarkan pada prinsip–prinsip biomekanika.
2. Mengetahui besar beban kerja pada saat melakukan kerja dengan metode
biomekanika.
3. Mampu memahami keterbatasan manusia dari beban kerja yang dibebankan
pada anggota tubuh manusia.
b. Tujuan Khusus
2. Mampu mengaplikasikan metode Recommended Weight Limit (RWL) dalam
menghitung beban kerja, menghitung lifting index.
3. Mampu memberikan rekomendasi beban benda yang seharusnya dapat diangkat
oleh operator.
B. LANDASAN TEORI
1. Analisis Pengukuran Mekanika Tubuh Manusia dengan Metode Biomekanika
Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi hasil
ergonomi. Yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan
atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta
peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika
melakukan aktivitas kerja tersebut.
Dalam biomekanik ini banyak disiplin ilmu yang mendasari dan berkaitan untuk dapat
menopang perkembangan biomekanik. Disiplin ilmu ini tidak terlepas dari
kompleksnya masalah yang ditangani oleh biomekanik ini. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat bagan (Gambar 4.1) di bawah ini:
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 80
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

Gambar 41 Diagram Ilmu Biomekanika (Contini dan Drill, 1966)


1.1 Konsep Biomekanika
Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. General Biomechanic
Adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara mengenai hukum – hukum dan konsep
– konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organic manusia baik dalam posisi diam
maupun bergerak.
Dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya
menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan
kecepatan seragam (uniform).
b) Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan
gambaran gerakan – gerakan tubuh tanpa mempertim-bangkan gaya yang terjadi
(kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh
(kinetik) (Tayyari, 1997).
2. Occupational Biomechanic.
Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari interaksi fisik
antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan untuk
meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktifitas kerja dapat
meningkat. Setelah melihat klasifikasi diatas maka dalam praktikum kita ini dapat kita
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 81
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

kategorikan dalam Biomekanik Occupational Biomechanic. Untuk lebih jelasnya


disini akan kita bahas tentang anatomi tubuh yang menjadi dasar perhitungan dan
penganalisaan biomekanik.
Dalam biomekanik ini banyak melibatkan bagian bagian tubuh yang berkolaborasi
untuk menghasilkan gerak yang akan dilakukan oleh organ tubuh yakni kolaborasi
antara Tulang, Jaringan penghubung (Connective Tissue) dan otot yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Tulang
Tulang adalah alat untuk meredam dan mendistribusikan gaya/tegangan yang ada
padanya. Tulang yang besar dan panjang berfungsi untuk memberikan perbandingan
terhadap beban yang terjadi pada tulang tersebut. Mungkin dalam aplikasinya
biomekanik selalu berhubungan dengan kerangka manusia, oleh sebab itu di bawah ini
adalah gambar kerangka manusia (Eko Nurmianto, 1996).

Gambar 4.2 Kerangka manusia (Nurmianto, 1988)

Tulang juga selalu terikat dengan otot, dan jaringan penghubung (connective Tissue)
yakni ligamen,cartilage dan Tendon. Fungsi otot disini untuk menjaga posisi tubuh agar
tetap sikap sempurna.
2. Connective Tissue atau jaringan penghubung
Dibagi menjadi 3 yaitu:
a) Cartilage
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 82
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

b) Ligament
c) Tendon
2.1. Sambungan Cartilagenous
Fungsi dari sambungan Cartilagenous adalah untuk pergerakan yang relatif kecil.
Contoh: Sambungan tulang iga ( ribs ) dan pangkal tulang iga (sternum)
Sambungan cartilagenous khusus, antara vertebrata ( ruas-ruas tulang belakang) yaitu
dikenal sebagai interveterbratal disc, yang terdiri dari pembungkus, dan dikelilingi oleh
inti (puply core). Verterbrae juga terdapat pada ligamen dan otot. Adanya gerakan yang
relatif kecil pada setiap jointnya, dapat mengakibatkan adanya flaksibelitas badan
manusia untuk membungkuk, menengadah, dan memutar. Sedangkan disc berfungsi
sebagai peredam getaran pada saat manusia bergerak baik translasi dan rotasi
(Nurmianto, 1996).
Sambungan Ligamen
Ligamen berfungsi sebagai penghubung antara tulang dengan tulang untuk stabilitas
sambungan (joint stability) atau untuk membentuk bagian sambungan dan menempel
pada tulang. Ligamen tersusun atas serabut yang letaknya tidak paralel. Oleh karenanya
tendon dan ligamen bersifat inelastic dan berfungsi pula untuk menahan deformasi.
Adanya tegangan yang konstan akan dapat memperpanjang ligamen dan menjadikannya
kurang efektif dalam menstabilkan sambungan (joints).

Gambar 4.3 Gerak Tangan


Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 83
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

Ligamen tersebut untuk membatasi rentang gerakan. Batasan jangkauan dapat


menentukan ruang gerakan atau aktifitas yang digambarkan oleh sistem sambungan
tulang. Sambungan tulang yang sederhana ada pada siku dan lutut. Dengan adanya alas
an bahwa kedua adalah sambungan yang membatasi gerakan fleksi (flexion).
Sambungan siku memberikan kebebasan gerak pada tulang tangan.
Lengan dan tungkai adalah sambungan yang komplek, yang mampu untuk mengadakan
gerakan 3 dimensi, Contoh: gerakan mengangkat tangan, sambungan siku juga dibantu
oleh sambungan bahu, pergerakan rotasi seluruh tangan pada sumbunya dan gerakan
lengan tangan pada sambungan pergelangan tangannya. Tangan manusia mempunyai
flesibilitas yang tinggi dalam gerakannya (Nurmianto, 1996).
Tendon
Berfungsi sebagai penghubung antara antara tulang dan otot terdiri dari sekelompok
serabut collagen yang letaknya paralel dengan panjang tendon. Tendon bergerak dalam
sekelompok jaringan serabut dalam sutu area dimana adanya gaya gesekan harus
diminimumkan. Bagian dalam dari jaringan ini mengeluarkan cairan synovial untuk
pelumasan (Nurmianto, 1996).
3. Otot ( Muscle )
Membahas masalah otot striatik yaitu otot sadar. Otot terbentuk atas visber (fibre),
dengan ukuran panjang dari 10-40 mm dan berdiameter 0,01-0,1 mm dan sumber energi
otot berasal dari pemecahan senyawa kaya energi melalui proses aerob maupun
anaerob.
a. Anaerobic
Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan energi tanpa bantuan oksigen.
Glikogen yang terdapat dalam otot terpecah menjadi energi, dan membentuk asam
laktat. Dalam proses ini asam laktat akan memberikan indikasi adanya kelelahan otot
secara local, karena kurangnya jumlah oksigen yang disebabkan oleh kurangnya
jumlah suplai darah yang dipompa dari jantung. Misalnya jika ada gerakan yang
sifatnya tiba-tiba (mendadak), lari jarak dekat (sprint), dan lain sebagainya. Sebab lain
adalah karena pencegahan kebutuhan aliran darah yang mengandung oksigen dengan
adanya beban otot statis. Ataupun karena aliran darah yang tidak cukup mensuplai
oksigen dan glikogen akan melepaskan asam laktat.
b. Aerobic
Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan enegi dengan bantuan oksigen yang
cukup. Asam laktat yang dihasilkan oleh kontraksi otot dioksidasi dengan cepat
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 84
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

menjadi CO2 dan H O 2 dalam kondisi aerobic. Sehingga beban pekerjaan yang tidak
terlalu melelahkan akan dapat berlangsung cukup lama. Di samping itu aliran darah
yang cukup akan mensuplai lemak, karbohidrat dan oksigen ke dalam otot. Akibat
dari kondisi kerja yang terlalu lama akan menyebabkan kadar glikogen dalam darah
akan menurun drastis di bawah norma, dan kebalikannya kadar asam laktat akan
meningkat, dan kalau sudah demikian maka cara terbaik adalah menghentikan
pekerjaan, kemudian istirahat dan makan makanan yang bergizi untuk membentuk
kadar gula dalam darah.
Hal tersebut di atas adalah merupakan proses kontraksi otot yang telah
disederhanakan analisa pembangkit energinya, dan sekaligus menandakan arti
pentingnya aliran darah untuk otot. Oleh karenanya para ergonom hendaklah
memperhatikan hal-hal seperti berikut untuk sedapat mungkin dihindari
(Nurmianto,1996):
a) Beban otot statis (static muscle loads).
b) Oklusi (penyumbatan aliran darah) karena tekanan, misalnya tekanan segi kursi
pada popliteal (lipat lutut).
c) Bekerja dengan lengan berada di atas yang menyebabkan siku aliran darah
bekerja berlawanan dengan arah gravitasi.
Dalam dunia kerja yang menjadi perhatian adalah :
a. Kekuatan kerja otot.
Kekuatan kerja otot bergantung pada :
1. Posisi anggota tubuh yang bekerja
2. Arah gerakan kerja.
3. Perbedaan kekuatan antar bagian tubuh.
4. Usia.
b. Kecepatan dan ketelitian.
c. Daya tahan jaringan tubuh terhadap beban.
Suatu hal yang penting untuk mengetahui jenis otot yang sesuai untuk menopang
beban statis. Beban statis yang terjadi pada semua otot harus diminimumkan.Gaya
yang terjadi pada kontraksi otot sama dengan sebanding dengan penampang
melintangnya. Otot hanya mempunyai kemampuan berkontraksi dan relaksi bila
bergerak dengan arah berlawanan terhadap otot yang lain, dikenal dengan gerakan
antagonis.
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 85
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

Gambar 4.4 Struktur Otot Manusia (Nurmianto, 1996)


Biomekanika dapat diterapkan pada [CHA91]: perancangan kembali pekerjaan yang
sudah ada, mengevaluasi pekerjaan, penanganan material secara manual, pembebanan
statis dan penentuan sistem waktu.
Prinsip-prinsip biomekanika dalam pengangkatan beban [CHA91]:
1. Sesuaikan berat dengan kemapanan pekerja dengan mempertimbangkan
frekuensi pemindahan.
2. Manfaatkan dua atau lebih pekerja untuk memindahkan barang yang berat.
3. Ubahlah aktivitas jika mungkin sehingga lebih mudah, ringan dan tidak
berbahaya.
4. Minimasi jarak horizontal gerakan antara tempat mulai dan berakhir pada
pemindahan barang.
5. Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu.
6. Kurangi frekuensi pemindahan.
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 86
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

7. Berikan waktu istirahat.


8. Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit membutuhkan tenaga.
9. Rancang kontainer agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang dekat
dengan tubuh.
10. Benda yang berat ditempatkan setinggi lutut agar dalam pemindahan tidak
menimbulkan cidera punggung.
1.2 ANALISIS MEKANIK
1.2.1 Maximum Permissible Limit (MPL)
Merupakan batas besarnya gaya tekan pada segmen L5/S1 dari kegiatan pengangkatan
dalam satuan Newton yang distandarkan oleh NIOSH (National Instiute of
Occupational Safety and Health) tahun 1981. Besar gaya tekannya adalah di bawah
6500 N pada L5/S1. Sedangkan batasan gaya angkatan normal (the Action Limit)
sebesar 3500 pada L5/S1. Sehingga, apabila Fc < AL (aman), AL < Fc < MPL (perlu
hati-hati) dan apabila Fc > MPL (berbahaya). Batasan gaya angkat maksimum yang
diijinkan , yang direkomendasikan NIOSH (1991) adalah berdasarkan gaya tekan
sebesar 6500 N pd L5/S1 , namun hanya 1% wanita dan 25% pria yang diperkirakan
mampu melewati batasan angkat ini.
Perlu diperhatikan bahwa nilai dari analisa biomekanika adalah rentang postur atau
posisi aktifitas kerja, ukuran beban, dan ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan
kriteria keselamatan adalah berdasar pada beban tekan (compression load) pada intebral
disk antara Lumbar nomor lima dan sacrum nomor satu (L5/S1). Untuk mengetahui
lebih jelas lagi L5/S1 dapat dilihat pada gambar 1.5 dibawah ini
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 87
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

Gambar 4.5 Klasifikasi dan kodifikasi pada vertebrae (Nurmianto, 1996)

Analisa dari berbagai macam pekerjaan yang menunjukkan rasa nyeri


(ngilu)berhubungan erat dengan beban kompresi (tekan) yang terjadi pada (L5/S1),
demikian kata Chaffin and Park (1973). Telah ditemukan pula bahwa 85-95% dari
penyakit hernia pada disk terjadi dengan relative frekuensi pada L4/L5 dan L5/S1.
Kebanyakan penyakit penyakit tulang belakang adalah merupakan hernia pada
intervertebral disk yaitu keluarnya inti intervertebral (pulpy nucleus) yang disebabkan
oleh rusaknya lapisan pembungkus intervertebral disk.
Evan dan Lissner (1962) dan Sonoda (1962) melakukan penelitian dengan uji tekan
pada spine (tulang belakang). Mereka menemukan bahwa tulang belakang yang sehat
tidak mudah terkena hernia, akan tetapi lebih mudah rusak/retak jika disebabkan oleh
beban yang ditanggung oleh segmen tulang belakang (spinal) dan yang terjadi dengan
diawali oleh rusaknya bagian atas/ bawah segmen tulang belakang (the castilage end-
plates in the vertebrae). Retak kecil yang terjadi pada vertebral akan menyebabkan
keluarnya cairan dari dalam vertebrae menuju kedalam intervetrebae disc dan
selanjutnya mengakibatkan degenerasi (kerusakan) pada disk. Dari kejadian ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa degenerasi adalah merupakan prasyarat untuk terjadinya
hernia pada intervertebral disc yang pada gilirannya akan menjadi penyebab umum
timbulnya rasa nyeri pada bagian punggung bawah (low-back pain).
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 88
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

Dalam gerakan pada sistem kerangka otot, otot bereaksi terhadap tulang untuk
mengendalikan gerak rotasi di sekitar sambungan tulang, beberapa sistem pengungkit
menjelaskan hal tersebut. Dalam sistem ini otot bertindak sebagai sistem mekanis yang
berfungsi untuk suplai energi kinetik dan gerakan angular.
Pada Gambar 1.6 digambarkan sistem pengungkit yang terdapat pada anggota tubuh
manusia yang melakukan aktivitas kerja.

Sistem pengungkit I :
Contoh sistem pengungkit I :
a. Otot Triceps menarik ulna untuk menggerakkan siku
b. Otot Quadriceps menarik tibia melalui patella untuk menggerakkan lutut
Sistem pengungkit II :
Contoh sistem pengungkit II :
a. Otot Biceps menarik radius untuk mengangkat siku
b. Otot Brachialis menarik ulna untuk mengangkat siku
c. Otot Deltoid menarik humerus untuk mengangkat bahu
Untuk mendapatkan gambaran sederhana tentang mekanisme gaya (force) tersebut,
dibawah ini terdapat contoh sbb:
Suatu benda kerja seberat 2 kg diangkat dengan satu lengan, berat lengan tersebut 25 N.
Di ketahui jarak pusat beban lengan terhadap pusat beban benda sejauh 30 cm, r = 5 cm,
R = 13 cm
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 89
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

Dari data diatas dapat kita tentukan gaya F yang dikenai benda terhadap lengan sbb:

Perlu kita ketahui bahwa seorang operator bekerja tidak hanya lengan saja yang
mengeluarkan tenaga, tetapi bagian tubuh yang lain seperti punggung, paha, betis dll.
Dalam biomekanik perhitungan guna mencari moment dan gaya dapat dilakukan
dengan cara menghitung gaya dan mement secara parsial atau menghitung tiap segmen
yang menyusun tubuh manusia. (Tayyari, 1997)

Gambar 4.7 Persentase Persegmen tubuh


Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 90
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

Oleh karena itu, di bawah ini merupakan perhitungan (secara manual) dalam
praktikum ini, yaitu dihitung tiap segmen yang mempengaruhi tulang belakang dalam
melakukan aktivitas pengangkatan, kecuali segmen kaki:
1. Telapak tangan

2. Lengan Bawah
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 91
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

3. Lengan Atas

Gaya pada lengan atas dikalikan dua


Moment dikali dua  agar benda utuh satu
4. Punggung

Dengan menggunakan teknik perhitungan keseimbangan gaya pada tiap segmen tubuh
manusia, maka didapat moment resultan pada L5/S1. Kemudian untuk mencapai
keseimbangan tubuh pada aktivitas pengangkatan, moment pada L5/S1 tersebut
diimbangi gaya otot pada spinal erector (FM) yang cukup besar dan juga gaya perut
(FA) sebagai pengaruh tekanan perut (PA) atau Abdominal Pressure yang berfungsi
untuk membantu kestabilan badan karena pengaruh momen dan gaya yang ada seperti
model pada gambar 4.8 dibawah ini.
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 92
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

Gambar 42.8 Model sederhana dari punggung bawah (low back) yang diteliti oleh
chaffin untuk analisis terhadap aktifitas angkat Koplanar Statis. (Chaffin, 1984)

Gaya otot pada spinal erector dirumuskan sebagai berikut:

FM = Gaya otot pada Spinal Erector (Newton)


E = Panjang Lengan momen otot spinal erector dari L5/S1 (estimasi 0,05 m
sumber: Nurmianto; 1996)
M(L5/S1) = MT = Momen resultan pada L5/S1
FA = Gaya Perut (Newton)
D = Jarak dari gaya perut ke L5/S1 ( 0,11 m Sumber: Nurmianto,1996)
Untuk mencari Gaya Perut (FA), maka perlu dicari Tekanan Perut (PA) dengan
persamaan:

Keterangan:
PA = Tekanan Perut
AA = Luas Diafragma (465 cm2)
ΘH = Sudut inklinasi perut
ΘT = Sudut inklinasi kaki
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 93
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

Wtot = Wo +2 WH + 2 WLA+ 2 WUA + Wt


Wtot = Gaya keseluruhan yang terjadi
Kemudian gaya tekan/kompresi pada L5/S1 dirumuskan sbb:

1.2.2 Recommended Weight Limit (RWL)


Recommended Weight Limit merupakan rekomendasi batas beban yang dapat diangkat
oleh manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara
repetitive dan dalam jangka waktu yang cukup lama.
RWL ini ditetapkan oleh NIOSH pada tahun 1991 di Amerika Serikat. Persamaan
NIOSH berlaku pada keadaan :
a. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan ataupun
pengurangan beban di tengah – tengah pekerjaan.
b. Beban diangkat dengan kedua tangan.
c. Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu maksimal 8 jam.
d. Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk atau
berlutut.
e. Tempat kerja tidak sempit.
Berdasarkan sikap dan kondisi sistem kerja pengangkatan beban dalam proses
pemuatan barang yang dilakukan oleh pekerja dalam eksperimen, penulis melakukan
pengukuran terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi dalam pengangkatan beban
dengan acuan ketetapan NIOSH (1991).

Gambar 2.9
Recommended Weight Limit
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 94
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

Persamaan untuk menentukan beban yang direkomendasikan untuk diangkat seorang


pekerja dalam kondisi tertentu menurut NIOSH adalah sbb [1] :
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Ket : LC : konstanta pembebanan = 23 kg
♦ HM : faktor pengali horizontal = 25 / H
♦ FM : faktor pengali frekuensi (Frequency Multiplier) *lihat tabel 1
♦ CM : faktor pengali kopling (handle) * lihat tabel 2
 VM : faktor pengali vertical 1 - 0,03 |V – 75|
→ (INA) 1 − 0,00326 |V− 69|
♦ DM : faktor pengali perpindahan = 0,82 + 4,5 / D
♦ AM: faktor pengali asimetrik = 1 – 0,0032 A
Catatan (lihat gambar ) :
♦ H : jarak beban terhadap titik pusat tubuh
♦ V : jarak beban terhadap lantai
♦ D : jarak perpindahan beban secara vertical
♦ A : sudut simetri putaran yang dibentuk tubuh
Untuk Frekuensi Pengali ditentukan dengan menggunakan tabel FM dibawah ini
dengan mengetahui frekuensi angkatan tiap menitnya dan juga nilai V dalam inchi.
Tabel 4.1 Tabel Frekuensi Pengali
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 95
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

Keterangan: untuk frekuensi pengangkatan kurang atau hanya 1 kali dalam 5 menit
ditetapkan F = 2 Lift/mnt
Untuk Faktor Pengali kopling (handle) dapat ditentukan pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 4.2 Tabel Coupling Multiplier

Dari persamaan yang ditetapkan NIOSH tersebut, terdapat perbedaan faktor pengali
jarak vertikal untuk pekerja Indonesia, sehingga perlu penyesuaian terhadap nilai
perkiraan berat beban yang direkomendasikan untuk diangkat. Adanya perbedaan ini
karena faktor pengali vertikal sangat bergantung pada antropometri ketinggian knuckle
(jarak vertikal dari lantai ke ujung jari tangan dengan posisi lurus ke bawah).
Perumusan faktor pengali vertikal yang dihasilkan oleh NIOSH adalah :
VM = ( 1 - 0,003 |V - 75| )
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 96
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

Sedangakan dari hasil penelitian di dapat bahwa untuk pekerja industri Indonesia faktor
pengali jarak :
VM = ( 1 - 0,00326 |V – 69| )
Keterangan: VM = faktor pengali vertikal
V = jarak vertikal beban ( satuan dalam cm )
Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting Index, untuk mengetahui
index pengangkatan yang tidak mengandung resiko cidera tulang belakang, dengan
persamaan :

Jika LI ≤ 1, maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang.
Jika LI > 1, maka aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang
Dalam tubuh manusia terdapat tiga jenis gaya: Winter, 1979 )
1. Gaya Gravitasi, yaitu gaya yang melalui pusat massa dari tiap segmen tubuh
manusia dengan arah ke bawah. Besar gayanya adalah massa dikali percepatan
gravitasi ( F = m.g )
2. Gaya Reaksi yaitu gaya yang terjadi akibat beban pada segmen tubuh atau berat
segmen tubuh itu sendiri.
3. Gaya otot yaitu gaya yang terjadi pada bagian sendi, baik akibat gesekan sendi
atau akibat gaya pada otot yang melekat pada sendi. Gaya ini menggambarkan
besarnya momen otot.
Tubuh manusia terdiri dari 6 link Chaffin & Anderson (1984), yaitu:
1. Link lengan bawah, dibatasi joint telapak tangan dan siku.
2. Link lengan atas, dibatasi joint siku dan bahu.
3. Link punggung, dibatasi joint bahu dan pinggul.
4. Link paha, dibatasi joint pinggul dan lutut.
5. Link betis, dibatasi joint lutut dan mata kaki.
6. Link kaki, dibatasi joint mata kaki dan telapak kaki.
B. KELELAHAN
Dalam biomekanik kita akan berurusan dengan salah satu kejadian yang dinamakan
kelelahan. Kelelahan ini tidak lepas dari biomekanik karena dalam aplikasinya
biomekanik melihat orang secara mekanik, tetapi kodrat kemanusiaan pada manusia
tidak dapat dikesampingkan sehingga manusia/pekerja mempunyai keterbatasan yaitu
salah satunya keadaan yang dinamakan lelah. Kelelahan adalah proses menurunnya
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 97
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

efisiensi performansi kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh
manusia untuk melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan.
Dalam bahasan lain, kelelahan didefinisikan sebagai suatu pola yang timbul pada suatu
keadaan yang secara umum terjadi pada setiap individu yang telah tidak sanggup lagi
untuk melakukan aktivitasnya. Ada beberapa macam kelelahan yang diakibatkan oleh
beberapa faktor, seperti:
1. Lelah otot, yang diindikasikan dengan munculnya gejala kesakitan ketika otot
harus menerima beban berlebihan.
2. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ
visual (mata) yang terkonsentrasi secara terus menerus pada suatu objek.
3. Lelah mental, yaitu kelelahan yang datang melalui kerja mental seperti berfikir
sering juga disebut sebagai lelah otak.
4. Lelah monotonis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja yang
bersifat rutin, monoton, ataupun lingkungan kerja yang menjemukan.
Sedangkan kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara
terus menerus dan terakumulasi, akan menyebabkan apa yang disebut dengan lelah
kronis. Di mana gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis dapat dicirikan
seperti:
1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran
atau asosial terhadap orang lain.
2. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.
3. Depresi yang berat.
1.1 Proses Terjadinya Kelelahan
Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran
darah, di mana produk-produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan aktivitas otot
dan mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga orang menjadi
lambat bekerja. Makanan yang mengandung glikogen mengalir dalam tubuh melalui
peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti oleh kimia (oksidasi glukosa)
yang merubah glikogen menjadi tenaga, panas dan asam laktat (produk sisa).
Pada dasarnya kelelahan timbul karena terakumulasinya produk sisa dalam otot dan
tidak seimbangnya antara kerja dan proses pemulihan.
Secara lebih jelas terdapat 3 penyebab timbulnya kelelahan fisik, yaitu:
1. Oksidase glukosa dalam otot menimbulkan CO2 ,saerolactic, phosphati dan
sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemusian
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 98
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat


tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluaran, sehingga timbul
penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya.
2. Karbohidrat didapat dari makanan dirubah jadi glukosa dan disimpan dihati
dalam bentuk glukogen. Setiap cm2 darah normal akan membawa 1 mm
glukosa, berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1% dari sejumlah
glikogen yang ada dalam hati karena bekerja persediaan glikogen akan menipis
dan kelelahan akan timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati tinggal
0,7%.
3. Dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk dalam pernafasan kirakira 4
Lt/menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara kira-kira 15
Lt/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tetentu akan dijumpai suatu
keadaan dimana jumlah oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih kecil dari
tingkat kebutuhan. Jika hal ini terjadi maka kelelahan yang timbul dikarenakan
reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk mengurangi asam laktat menjadi air
dan karbon dioksida agar dikeluarkan dari tubuh, menjadi tidak seimbang
dengan pembentukan asam laktat itu sendiri (asam laktat terakumulasi dalam
otot dalam peredaran darah)
1.2 Gejala-Gejala Kelelahan
Secara pasti datangnya keletihan yang menimpa pada diri seseorang akan sulit untuk
diidentifikasikan secara jelas mengukur lingkungan kelelahan seseorang bukanlah
pekerjaan yang mudah. Prestasi ataupun performansi kerja yang bias mengevaluasi
tingkatan kelelahan. Kelelahan dapat kita lihat melalui indikasiindikasi (gejala-gejala)
sebagai berikut:
10. Perhatian pekerja yang menurun.
11. Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat
menguap, pikiran merasa kacau, mata merasa berat, kaku dan canggung dalam
gerakan tidak seimbang dalam berdiri terasa berbaring.
12. Merasa susah berpikir menjadi gugup tidak dapat konsentrasi tidak dapat
mempunyai perhatian terhadap sesuatu cenderung lupa kurang kepercayaan
cemas terhadap sesuatu tidak dapat mengontrol sikap dan tidak tekun dalam
pekerjaan.
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 99
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

4. Sakit kekakuan bahu nyeri di pinggang pernafasan merasa tertekan suara serat,
haus, terasa pening , spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan
merasa kurang sehat badan.

1.3 Upaya Mengurangi Kelelahan.

Problematika kelelahan akhirnya membawa manajemen untuk selalu berupaya mencari


jalan keluar. Karena apabila kelelahan tidak segera ditangani secara serius akan
menghambat produktivitas kerja dan bisa menyebabkan kecelakaan kerja.
Adapun upaya-upaya untuk mengurangi kelelahan adalah sebagai berikut;
1. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh.
2. Bekerja menggunakan metode kerja yang baik. Misalkan bekerja dengan
menggunakan prinsip ekonomi gerakan.
3. Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya mengeluarkan tenaga tidak melebihi
pemasukannya dengan memperhatikan batasan- batasannya.
4. Memperhatikan waktu kerja yang teratur. Berarti harus dilakukan pengaturan
terhadap jam kerja, waktu istirahat, dan sarana-sarananya. Masa libur dan
rekreasi.
5. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya, seperti temperatur, kelembaban,
sirkulasi udara, pencahayaan kebisingan getaran, bau/wangi-wangian, dll.
6. Berusaha untuk mengurangi monotoni warna dan dekorasi ruangan kerja,
menyediakan musik, menyediakan waktu-waktu olah raga, dll.
1.4 Penyebab Kelelahan
Kelelahan yang terjadi dapat disebabkan berbagai hal penyebab yang paling penting
adalah:
1. Monotonitas
2. Intensitas dan durasi kerja
3. Lingkungan suasana, cahaya, dan kebisingan.
4. Fisiologi tanggung jawab.
5. Sakit, ngilu, dan gejala nutrisi.
Contoh Soal:
1. Seorang pekerja mengambil kotak yang berada pada ketinggian 45 cm di atas lantai
dan mengangkat ke meja 70 cm di atas lantai. Berat kotak 60 kg, berat badan 65 kg,
jarak pergelangan tangan ke pusat masa benda 0,07 m, θ1 = 20o, jarak pergelangan
tangan-siku = 0,28 m, θ2 = 20o, jarak siku-bahu = 0,3 m θ3 = 80o, jarak bahu ke L5/S1
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 100
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

= 0,36 m θ4 = 45o. sudut inklinasi perut 45o, sudut inklinasi paha 50o. Hitunglah gaya
tekan pada L5/S1 tersebut!
Penyelesaian :
WH = 0,6 % Wbadan = 0,6% * 650 = 3,9 N
WLA = 1,7 % Wbadan = 1,7% * 650 = 11,05 N
WUA = 2,8 % Wbadan = 2,8% * 650 = 18,2 N
WT = 50 % Wbadan = 50% * 650 = 325 N
WTOT = Wo + 2WH + 2WLA + 2WUA + WT = 991,3 N
λ 2 = 0.43
λ3 = 0.436
λ4 = 0.67
D = 0.11
AA = 465 cm2
Wo = 60 kg * 10 = 600 N
Wbdn = 65 kg * 10 = 650 N

A. Telapak Tangan
Fyw = Wo/2 + WH = 303.9 N
MW = (W0/2 + WH) * SL1 * Cos θ1 = 19,99 = 20 Nm
B. Segmen Lengan Bawah
Fye = Fyw + WLA = 314,95 N = 315 N
Me = MW + (WLA * λ 2 * SL2 * Cos θ2) + (Fyw * SL2 * Cos θ2) = 101,21 Nm
C. Segmen Lengan Atas
Fys = Fye + WUA = 333,2 N
Ms = Me + (WUA * λ 3 * SL3 * Cos θ3) + (Fye * SL3 * Cos θ3) = 118,03 Nm
D. Segmen Punggung
Fyt = 2Fys + WT = 991.4 N
Mt = 2Ms + (WT * λ 4 * SL4 * Cos θ4) + (2Fys * SL4 * Cos θ4)
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 101
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

= 236.06 + 55,43 + 169.64 = 461.04 Nm

2. Seorang pekerja mengambil kotak dengan berat 5 kg di atas konveyor 15 cm dan


mengangkat ke sebuah meja dengan ketinggian 125 cm dari lantai. Jarak beban
terhadap titik pusat tubuh 35 cm. Sudut simetri putaran yang dibentuk tubuh 45 o. Jika
selama 80 menit pekerja tersebut melakukan pengangkatan sebanyak 224 kali, Berapa
batas beban yang direkomendasikan? Apakah pekerjaan tersebut dikategorikan aman
atau tidak? (diketahui Handle Coupling dalam kategori Fair)
Penyelesaian :
L= 5 kg LC = 23 kg
V = 15 cm Handle Fair = 0,95
D = 110 cm H = 35 cm
A = 45o
• HM = 25/H = 25/35 = 0,714
• VM = 1- 0,00326 V − 69 = 1- 0,00326 15 − 69 = 0,82396
• DM = 0,82 + 4,5/D = 0.82 + 4.5/110 = 0.861
• FM = 224 lift/80 mnt= 2.8 = 3
• CM = 0,95
• LC = 23
Sehingga :
RWL = LC * HM * VM * DM * AM * FM * CM
RWL = (23) (0.714) (0.82396) (0.861) (0.856) (0.79) (0.95)
= 7,484

kemudian mencari Lifting Index


Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 102
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

Jika LI ≤ 1, maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang


belakang.
C. PERALATAN PRAKTIKUM
1. Beban kerja
2. Penggaris atau meteran pengukur
3. Alat pengukur sudut (busur)
4. Timbangan berat badan
5. Stop watch
6. Meja kerja
7. Lembar pengamatan
8. Lembar REBA
D. PROSEDUR PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Ukur berat beban kerja.
2. Posisikan operator pada bidang pengangkatan, catat data-data yang diperlukan
seperti data operator, beban, H, V, dan A pada posisi pertama (origin), jumlah
angkatan per menit (F), dll.
3. Operator mengangkat beban kerja dari lantai ke meja kerja selama 2 menit.
4. Catat H, V dan A pada posisi setelahnya (destination), dan hitung D.
5. Lengkapi lembar pengamatan kriteria Biomekanik.
6. Data diolah dan dihitung.
E. FORMAT LAPORAN SEMENTARA
Halaman Judul
ABSTRAKSI (1 paragraf berisi tidak lebih dari 350 kata, meliputi dasar teori, studi
kasus dari praktikum, metode yang digunakan, dan hasil atau kesimpulan dari
praktikum, sebutkan pula minimal 4 kata kunci)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah (berkaitan dengan permasalahan dan teori)
1.2 Tujuan Praktikum (lihat modul)
1.3 Obyek Pengamatan (jenis kelamin operator, umur, peralatan yang digunakan,
dan deskripsi singkat dari pekerjaan yang dilakukan saat praktikum)
1.4 Rumusan Masalah
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 103
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

1. Berapakah Lifting Index dari pekerjaan yang dilakukan?


2. Apakah pekerjaan tersebut layak untuk dilakukan jika dilihat berdasarka nkriteria
Biomekanik?
3. (tambahkan minimal 2 poin rumusan masalah)
1.5 Flow chart
BAB II PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
2.1 Pengumpulan Data
2.1.1 Data Operator
2.1.2 Pengukuran RWL (Data RWL)
2.2 Pengolahan Data
2.2.1. Pengukuran RWL
RWL = LC* HM*VM *DM *FM *AM* CM
LC = 23kg
HM = (25/H)
VM = 1 – (.003[V-75])
DM = 0.82 + (4.5/D)
AM = 1 – (0.0032A)
FM and CM from the table
LI = L/RWL
2.1.3 Perhitungan dengan metode REBA
2.3 Analisis Data
2.3.1 Kriteria Biomekanik (berdasarkan kategori LI)
2.3.2 Analisis Metode REBA
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan (jawaban dari 1.4)
3.2 Saran (administrative atau engineering control)
LEMBAR REVISI (lembar asli ikut dijilid pada saat pengumpulan Laporan
Sementara Praktikum)
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 104
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma
Modul Pengukuran Kerja Fisik dengan Biomekanika dan REBA 105
Laboratorium Desain Kerja & Ergonomi ~ Universitas Bina Darma

Anda mungkin juga menyukai