LANDASAN TEORI
Biomekanika merupakan ilmu yang membahas gerakan-gerakan tubuh manusia dan juga
karakteristik tubuh manusia. Biomekanika merupakan kombinasi antar keilmuan mekanika, anatomi
yaitu adalah cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan organisasi dari makhluk
hidup, antropometri yaitu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia,
bioinstrumentasi yaitu alat untuk mengukur, merekam dan mengirim data pada fungsi tubuh, untuk
memberikan keterampilan dan memperluas pengetahuan dalam bidang keperawatan, kinesiologi yaitu
studi gerak tubuh dan dasar ilmu kedokteran (biologi dan fisiologi). Selain itu biomekanika sendiri
menitikberatkan kepada kekuatan manusia dan kemampuan fisik tubuh manusia dalam situasi bekerja
sehari-hari, serta merancang peralatan dan fasilitas untuk menyesuaikan kemampuan tubuh fisik
manusia tersebut. Biomekanika dan cara kerja adalah pengaturan sikap tubuh dalam bekerja. Sikap
kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula dalam melakukan tugas. Dalam
hal ini penelitian biomekanika mengukur kekuatan dan ketahanan fisik manusia dalam melakukan
pekerjaan tertentu, dengan sikap kerja tertentu. Tujuannya untuk mendapatkan cara kerja yang lebih
baik, dimana kekuatan atau ketahanan fisik maksimum dan kemungkinan cidera minimum.
Menurut Frankel dan Nordin (1980), biomekanika merupakan ilmu mekanika teknik untuk
analisa sistem kerangka otot manusia. Dan Biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk
menjelaskan gerakan pada berbagai macam bagian tubuh dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh
pada aktivitas sehari-hari (Chaffin,1991).
Dalam ilmu Biomekanika terdapat beberapa hal yang akan dibahas terutama mengenai dua
unsur yaitu General Biomechanics dan Occupational Biomechanics. Dalam hal ini keduanya
mempunyai arti yang berbeda, untuk General Biomechanics merupakan bagian dari Biomekanika
yang berbicara mengenai hukum-hukum dan konsep-konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organik
manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak. Dan adalah bagian dari biomekanika umum yang
hanya menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam
dan konstan. Sedangkan Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan
gambaran gerakan-gerakan tubuh tanpa mempertimbangkan gaya yang terjadi dan gerakan yang
disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh. Untuk Biodinamics dibagi lagi menjadi 2 (dua) kategori
yaitu Ilmu Kinetika (Biokinetis) yang merupakan ilmu yang mempelajari tentang faktor-faktor gaya
yang menyebabkan benda bergerak atau diam. Dan Ilmu Kinematika (Biokinematics) merupakan ilmu
yang mempelajari sifat-sifat gerak tanpa memperhatikan bidang mana atau bagaimana sifat
gerakannya atau sudutnya apakah penuh atau tidak. Menurut Caffin dan Anderson (1984),
Occupacional Biomechanics adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar pekerja dan peralatannya,
lingkungan kerja, pengendalian material, job design & redisign, seating devices design dan screening
1
Laporan Praktikum Biomekanika B-2
& assignment of personal untuk mengurangi keluhan dan cidera pada sistem kerangka, otot dan tubuh
manusia.
Dalam ilmu Biomekanika terdapat beberapa pergerakan yang terjadi antara lain :
Terdapat juga beberapa gerakan kerja yang lebih komplek dari gerakan diatas, yaitu :
Gerakan Posisi
Gerakan Berkelanjutan
Gerakan Manipulasi
Gerakan Berulang
Gerakan Berangkai
Pengaturan Statis
Human Musculoskeletal System atau dalam bahasa Indonesia sehari-hari dapat dikenal dengan
sebutan muloskeletal sistem atau sistem lokomotor merupakan sistem organ yang memberikan
manusia kemampuan untuk bergerak menggunakan otot (moskulo) dan rangka (skelet). Dalam hal ini,
terdiri dari tulang-tulang tubuh (kerangka), otot, dan adanya bantuan dari jaringan ikat seperti tulang
rawan, tendon, ligamen, sendi, dan lain-lain. Gerakan tubuh manusia terjadi karena adanya kerjasama
antar tulang, otot dan jaringan ikat. Tulang tidak mempunyai kemampuan untuk menggerakkan dirinya
sendiri secara aktif, oleh karena itu tulang disebut sebagai alat gerak pasif. Sedangkan otot mempunyai
kemampuan untuk berkontraksi dan berelaksasi sehingga dapat membantu tulang untuk menghasilkan
gerakan. Oleh karena itu, otot disebut sebagai alat gerak aktif, dan juga oleh sebab adanya kerjasama
dan ketergantungan antara otot dan tulang atau rangka maka keduanya sering dikelompokkan menjadi
satu nama yaitu sistem musculo-skeletal.
Kerangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang–tulang yang memungkinkan tubuh
mempertahankan bentuk, sikap dan posisi. Tulang adalah jaringan yang akan menyuplai saraf dan
darah. Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik seperti garam-garam kalsium yang
membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang
membuatnya kuat dan elastis. Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Rangka tubuh
manusia terdiri atas 3 (tiga) kelompok yaitu rangka kepala yang biasa disebut dengan Tengkorak, yang
kedua adalah rangka badan dan yang terakhir adalah rangka anggota gerak yang terdiri antara atas
rangka tangan dan kaki. Bagian yang akan di bahas paling dalam adalah ruas tulang pinggang
(os.vertebrae lumbalis) yang paling beresiko terkena low back pain rasa sakit dan nyeri pada bagian
punggung bawah.
Otot merupakan sebuah jaringan di dalam tubuh baik manusia maupun hewan yang berfungsi
sebagai alat gerak aktif yang membantu menggerakan tulang sebagai alat gerak pasif karena memiliki
kemampuan untuk dapat berkontraksi dan berelaksasi. Otot dapat berkontraksi karena adanya
rangsangan. Umumnya otot berkontraksi bukan karena satu rangsangan, melainkan karena suatu
rangkaian rangsangan berurutan. Otot akan memendek jika berkontraksi dan memanjang bila
berelaksasi. Otot itu sendiri mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi
mekanik (gerak).
Terdapat 3 (tiga) jenis otot yaitu otot lurik atau otot rangka, otot ini melekat pada tulang
rangka, sehingga ketika sedang berkontraksi dan menyebabkan tulang bergerak. Cara kerjanya
dipengaruhi oleh susunan saraf pusat dan juga sering disebut otot sadar. Lalu, Otot polos yang bekerja
dengan pengaturan dari sistem saraf tak sadar, yaitu saraf otonom dan bila otot polos dirangsang
reaksinya lambat. Biasanya otot ini berada pada organ-organ tubuh manusia. Dan otot jantung, otot
yang bekerja secara tak sadar, yang hanya ditemukan di dinding jantung. Otot ini membantu
memompa darah bersih yang sudah berisi oksigen untuk diedarkan keseluruh tubuh. Otot yang
ditemukan dalam jantung ini bekerja secara terus-menerus tanpa henti.
Jaringan ikat terdiri dari macam-macam namun terdapat 2 (dua) jaringan ikat yang sangat
bergantung pada pergerakan manusia yaitu Ligamen dan Tendon. Ligamen adalah jaringan ikat fibrosa
yang menghubungkan satu tulang dengan tulang lainnya. Tendon adalah jaringan ikat yang memiliki
kekuatan tarik yang sangat tinggi yang menghubungkan otot dengan tulang. Tendon dirancang untuk
menahan jumlah tinggi tegangan otot dan tendon sendiri bekerja sama dengan otot untuk mengerahkan
kekuatan untuk dilakukannya pergerakan.
Terdapat hubungan erat dan kerja sama antara otot, tulang, sendi dan jaringan ikat seperti
tendon dan ligamen. Seperti tulang merupakan alat gerak pasif yang tidak dapat bergerak jika tidak
dibantu oleh otot yang merupakan alat gerak aktif sehingga dengan kedua kombinasi ini kita dapat
menghasilkan gerakan. Namun dibutuhkan juga tendon sebagai perantara untuk menyambungkan otot
dengan tulang agar bisa bersatu, begitu pula dengan ligamen yang membantu menghubungkan antar
tulang melalui sendi sehingga otot dan tulang dapat bergerak menghasilkan berbagai macam gerakan
yang lebih leluasa dan lebih bebas lagi.
MMH (Manual Material Handling) adalah pemindahan barang secara manual yang dilakukan
oleh manusia tanpa alat bantu tertentu. Dalam MMH ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan
yaitu : beban apa yang diangkat, perbandingan berat badan manusia dengan berat benda, jarak
horizontal dari manusia kepada beban yang diangkat dan juga ukuran beban.
Metode Manual Lifting, terdapat beberapa variasi cara pengangkatan sebuah benda dan beban
antara lain squat lift, straddle lift, knee high lift, dan stoop lift. Squat lift adalah pergerakan mula-mula
dimulai dengan menekuk kedua lutut dan posisi tubuh tetap tegak, setelah itu mengangkat beban
dengan kedua tangan ditumpu pada kedua lutut dan posisi tubuh tetap tegak. Straddle lift adalah
pergerakan mula-mula dimulai dengan membuka kedua kaki lebar dengan salah satu kaki posisinya
didepan dari kaki yang satu lagi, setelah itu mengangkat beban dengan sedikit membungkuk. Knee
high lift adalah pergerakan mula-mula dimulai dengan membuka kaki lebar sebagai tumpuan, dan
tekuklah kedua lutut dan dengan sedikit membungkuk, setelah itu angkat dan pengang beban dengan
kedua tangan. Stoop lift adalah pergerakan mula-mula dimulai dengan membungkuk untuk mengambil
beban dan menjadikan kedua kaki sebagai tumpuan, setelah itu angkat beban dengan kedua tangan
dengan mengandalkan batang tubuh. Faktor mempengaruhi kekuatan fisik dalam Metode Manual
Lifting : kekuatan mengangkat, kekuatan mendorong dan menarik, kekuatan pegangan tangan, usia,
jenis kelamin dan latihan.
PENGUMPULAN DATA
Hasil
Posisi Nama Subjek Kiri Kanan
22.1 23.3
Amanda A 19.3 26.1
Posisi 1 41.2 55.5
(180 degree) Jonathan.C.T 44.7 47.9
16.2 20.6
Amanda A 16.1 19.2
Posisi 1 35.9 54
(45 degree) Jonathan.C.T 35 45
15.5 19
Amanda A 15.3 20.9
Posisi 1 28.6 32.2
(90 degree) Jonathan.C.T 26.1 35.2
6
Laporan Praktikum Biomekanika B-7
2.3. RWL
Nama Subyek : Amanda A
Umur : 20 th
Berat Badan : 98 kg
Tinggi Badan : 159 cm
Tabel 2.5. Data RWL posisi 1
Posisi 1
Start of Lift End of lift
Measured Measured
NIOSH factor Value Multiplier Value Multiplier
Load Constant (LC) 23 23 23 23
Horizontal Distance
(H) 65cm 52cm
Vertical Distance (V) 43cm 43cm
Posisi 2
Start of Lift End of lift
Measured Measured
NIOSH factor Value Multiplier Value Multiplier
Load Constant (LC) 23 23 23 23
Horizontal Distance
(H) 60cm 45cm
Vertical Distance (V) 0cm 43cm
Posisi 2
Start of Lift End of lift
Measured Measured
NIOSH factor Value Multiplier Value Multiplier
Load Constant (LC) 23 23 23 23
Horizontal Distance
(H) 64cm 53cm
Vertical Distance (V) 43cm 43cm
Distance of Lift (V final
-V final) 0cm 0cm
Frequency
(LIFTS/MIN)(F) 12 0,37 12 0,37
Asymetric of Lift (A) 0 degree 90 degree
Coupling Poor 0,9 Poor 0,9
Weight 4kg 4kg 4 kg 4kg
PENGOLAHAN DATA
Percobaan Grip Strength dilakukan dalam 3 macam posisi tangam yang berbeda, yaitu
dengan pergelangan tangan lurus, pergelangan tangan miring 45° dan pergelangan
tangan miring 90°. Masing-masing percobaan dilakukan sebanyak 2 kali dengan
menggunakan alat bantu Grip Strength Dynamometer. Tabel 3.1. menunjukkan hasil
rekapitulasi data dari percobaan grip strength.
Hasil
Posisi Nama Subjek Kiri Kanan
22.1 23.3
Amanda A 19.3 26.1
Posisi 1 41.2 55.5
(180 degree) Jonathan.C.T 44.7 47.9
16.2 20.6
Amanda A 16.1 19.2
Posisi 1 35.9 54
(45 degree) Jonathan.C.T 35 45
15.5 19
Amanda A 15.3 20.9
Posisi 1 28.6 32.2
(90 degree) Jonathan.C.T 26.1 35.2
10
Laporan Praktikum Biomekanika B-11
3.1.2. Buatlah grafik hubungan antara berat badan dan juga output uang
dihasilkan untuk masing-masing posisi.
Berikut ini adalah hubungan antara berat badan dan juga output uang dihasilkan untuk
masing-masing posisi, ditunjukkan pada gambar 3.1 sampai 3.6.
30
25
20 Amanda A
15
10
5
0
0 20 40 60 80 100 120
Berat Badan
Gambar 3.1. Grafik Hubungan Antara Berat Badan dan Grip Strength Tangan
Kiri Posisi Lurus
25
20
15 Amanda A
10
5
0
0 20 40 60 80 100 120
Berat Badan
Gambar 3.2. Grafik Hubungan Antara Berat Badan dan Grip Strength Tangan
Kiri Posisi 45 derajat
Gambar 3.3. Grafik Hubungan Antara Berat Badan dan Grip Strength Tangan
Kiri Posisi 90 derajat
40
30
Amanda A
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Berat Badan
Gambar 3.4. Grafik Hubungan Antara Berat Badan dan Grip Strength Tangan
Kanan Posisi Lurus
40
30
20 Amanda A
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Berat Badan
Gambar 3.5. Grafik Hubungan Antara Berat Badan dan Grip Strength Tangan
Kanan Posisi 45 derajat
25
20 Amanda A
15
10
5
0
0 20 40 60 80 100 120
Berat Badan
Gambar 3.6. Grafik Hubungan Antara Berat Badan dan Grip Strength Tangan
Kanan Posisi 90 derajat
3.1.3. Buatlah grafik hubungan antara tinggi tubuh dan juga output yang
dihasilkan untuk masing-masing posisi.
30
20 Amanda A
10
0
158 159 160 161 162 163 164 165 166 167
Tinggi Tubuh
Gambar 3.7. Grafik Hubungan Antara Tinggi Tubuh dan Grip Strength Tangan
Kiri Posisi Lurus
25
20
15 Amanda A
10
5
0
158 159 160 161 162 163 164 165 166 167
Tinggi Tubuh
Gambar 3.8. Grafik Hubungan Antara Tinggi Tubuh dan Grip Strength Tangan
Kiri Posisi 45 derajat
20
15 Amanda A
10
5
0
158 159 160 161 162 163 164 165 166 167
Tinggi Tubuh
Gambar 3.9. Grafik Hubungan Antara Tinggi Tubuh dan Grip Strength Tangan
Kanan Posisi 90 derajat
40
30
Amanda A
20
10
0
158 159 160 161 162 163 164 165 166 167
Tinggi Tubuh
Gambar 3.10. Grafik Hubungan Antara Tinggi Tubuh dan Grip Strength Tangan
Kanan Posisi Lurus
40
30
20 Amanda A
10
0
158 159 160 161 162 163 164 165 166 167
Tinggi tubuh
Gambar 3.11. Grafik Hubungan Antara Tinggi Tubuh dan Grip Strength Tangan
Kanan Posisi 45 derajat
25
20 Amanda A
15 Output
10
5
0
158 160 162 164 166 168
Tinggi Tubuh
Gambar 3.12. Grafik Hubungan Antara Tinggi Tubuh dan Grip Strength Tangan
Kanan Posisi 90 derajat
H0 : Grip strength pada posisi A sama dengan Grip Strength pada posisi B.
H1 : Grip strength pada posisi A lebih besar dari Grip Strength pada posisi B.
Hasil pengujian hasil percobaan Grip Strength pada posisi A dan B dengan tangan kiri dan
tangan kanan menghasilkan data P-Value masing-masing sebesar 0.021 dan 0.059 seperti ditunjukkan
pada gambar 3.13 dan gambar 3.14.
P-Value yang didapatkan dari percobaan kiri kurang dari 0.05, maka hipotesis 1 dapat
dinyatakan benar.
P-Value yang didapatkan dari percobaan kanan lebih dari 0.05, maka hipotesis 1 dapat
dinyatakan salah.
Hasil pengujian hasil percobaan Grip Strength pada posisi A dan C dengan tangan kiri dan
tangan kanan menghasilkan data P-Value masing-masing sebesar 0.021 dan 0.059 seperti ditunjukkan
pada gambar 3.13 dan gambar 3.14.
P-Value yang didapatkan dari percobaan kiri kurang dari 0.05, maka hipotesis 2 dapat
dinyatakan benar.
P-Value yang didapatkan dari percobaan kanan lebih dari 0.05, maka hipotesis 2 dapat
dinyatakan salah.
Hasil pengujian hasil percobaan Grip Strength pada posisi A dan C dengan tangan kiri dan
tangan kanan menghasilkan data P-Value masing-masing sebesar 0.021 dan 0.059 seperti ditunjukkan
pada gambar 3.13 dan gambar 3.14.
P-Value yang didapatkan dari kedua percobaan kiri lebih dari 0.05, maka hipotesis 3 dapat
dinyatakan salah.
(31+ 42)
Wload (beban 1 tangan) = =36.5 kg
2
∑ F=0
RE – WFA – WLOAD = 0
RE = WFA + WLOAD
RE = (1.7% x (72 x 10)) + (36.5 x 10)
RE = 12.24 + 365
RE = 377.24 N
∑ M =0
ME – WLOAD . LFA . cos θoFA – WFA . ½ . LFA . Cos θFAo + Re (0) = 0
ME = WLOAD . LFA . cos θoFA + WFA . ½ . LFA . Cos θFAo – Re (0)
ME = WLOAD . LFA . cos 0o + WFA . ½ . LFA . Cos 0o – 0
ME = 63.473 + 1.0637
ME = 64.5367 Nm
∑ F=0
RS – RE’ - WUA = 0
RS = RE’ + WUA
RS = 377.24 + 2.8% (72 x 10)
RS = 377.24 + 20.16
RS = 397.4 N
∑ M =0
MS – ME’ – RE’. LUA . cos θoUA - WUA .½ . LUA . cos θoUA + RS (0) = 0
MS = ME’ + RE’. LUA . cos 0o + WUA . ½ . LUA . cos 0o - RS (0)
MS = 64.5367 + (377.24) (0.1905) (1) + (2.8% (72 x 10)) (½ ¿ (0.1905) (1) – 0
MS = 64.5367 + 71.8642 + 1.9202
MS = 138.3211 Nm
∑ F=0
RH - 2 RS’ – WT = 0
RH = 2 RS’ + WT
RH = 2 (397.4) + 52.2% (72 x 10)
RH = 794.8 + 375.84
RH = 1170.64 N
∑ M =0
MH – 2 MS’ – 2 RS’(LT) cos θoT – WT . ½LT . cos θoT + RT (0) = 0
MH = 2 MS’+ 2 RS’(LT) cos θoT + WT . ½LT . cos θoT - RT (0)
MH = 2 (138.3211) + 2 (397.4) (0.2499) cos 87⁰ + (52.2% (72 x 10)) (½ ¿ (0.2499) cos 87⁰ - 0
MH = 276.6422 + 10.3949 + 2.4578
MH = 289.4949 Nm
Lm diasumsikan sebesar 5 cm
MH
Fm =
Lm
289.4949
Fm = = 5789.898 N
0.05
(30+25)
Wload (beban 1 tangan) = =27.5 kg
2
∑ F=0
RE – WFA – WLOAD = 0
RE = WFA + WLOAD
RE = (1.7% x (72 x 10)) + (27.5 x 10)
RE = 12.24 + 275
RE = 287.24 N
∑ M =0
ME – WLOAD . LFA . cos θoFA – WFA . ½ . LFA . Cos θFAo + Re (0) = 0
ME = WLOAD . LFA . cos θoFA + WFA . ½ . LFA . Cos θFAo – Re (0)
ME = WLOAD . LFA . cos 0o + WFA . ½ . LFA . Cos 0o – 0
ME = 47.795 + 1.0637
ME = 48.8587 Nm
∑ F=0
RS – RE’ - WUA = 0
RS = RE’ + WUA
RS = 287.24 + 2.8% (72 x 10)
RS = 287.24 + 20.16
RS = 307.4 N
∑ M =0
MS – ME’ – RE’. LUA . cos θoUA - WUA .½ . LUA . cos θoUA + RS (0) = 0
MS = ME’ + RE’. LUA . cos 10o + WUA . ½ . LUA . cos 10o - RS (0)
MS = 48.8587 + (287.24) (0.1905) (0.9848) + (2.8% (72 x 10)) (½ ¿ (0.1905) (0.9848) – 0
MS = 48.8587 + 53.8875 + 1.8911
MS = 104.6373 Nm
∑ F=0
RH - 2 RS’ – WT = 0
RH = 2 RS’ + WT
RH = 2 (307.4) + 52.2% (72 x 10)
RH = 614.8 + 375.84
RH = 990.64 N
∑ M =0
MH – 2 MS’ – 2 RS’(LT) cos θoT – WT . ½LT . cos θoT + RT (0) = 0
MH = 2 MS’+ 2 RS’(LT) cos θoT + WT . ½LT . cos θoT - RT (0)
MH = 2 (104.6373) + 2 (307.4) (0.2499) cos 36⁰ + (52.2% (72 x 10)) (½ ¿ (0.2499) cos 36⁰ - 0
MH = 209.2746 + 124.2962 + 37.9924
MH = 371.5632 Nm
Lm diasumsikan sebesar 5 cm
MH
Fm =
Lm
371.5632
Fm = = 7431.264 N
0.05
(55+63)
Wload (beban 1 tangan) = =59 kg
2
∑ F=0
RE – WFA – WLOAD = 0
RE = WFA + WLOAD
RE = (1.7% x (72 x 10)) + (59 x 10)
RE = 12.24 + 590
RE = 602.24 N
∑ M =0
ME – WLOAD . LFA . cos θoFA – WFA . ½ . LFA . Cos θFAo + Re (0) = 0
ME = WLOAD . LFA . cos θoFA + WFA . ½ . LFA . Cos θFAo – Re (0)
ME = WLOAD . LFA . cos 0o + WFA . ½ . LFA . Cos 0o – 0
ME = 102.542 + 1.0637
ME = 103.6057 Nm
∑ F=0
RS – RE’ - WUA = 0
RS = RE’ + WUA
RS = 602.24 + 2.8% (72 x 10)
RS = 602.24 + 20.16
RS = 622.4 N
∑ M =0
MS – ME’ – RE’. LUA . cos θoUA - WUA .½ . LUA . cos θoUA + RS (0) = 0
MS = ME’ + RE’. LUA . cos 0o + WUA . ½ . LUA . cos 10o - RS (0)
MS = 103.6057 + (602.24) (0.1905) (1) + (2.8% (72 x 10)) (½ ¿ (0.1905) (1) – 0
MS = 103.6057 + 114.7267 + 1.9202
MS = 220.2526 Nm
∑ F=0
RH - 2 RS’ – WT = 0
RH = 2 RS’ + WT
RH = 2 (622.4) + 52.2% (72 x 10)
RH = 1244.8 + 375.84
RH = 1620.64 N
∑ M =0
MH – 2 MS’ – 2 RS’(LT) cos θoT – WT . ½LT . cos θoT + RT (0) = 0
MH = 2 MS’+ 2 RS’(LT) cos θoT + WT . ½LT . cos θoT - RT (0)
MH = 2 (220.2526) + 2 (622.4) (0.2499) cos 40⁰ + (52.2% (72 x 10)) (½ ¿ (0.2499) cos 40⁰ - 0
MH = 440.5052 + 238.2977 + 35.9744
MH = 714.7773 Nm
Lm diasumsikan sebesar 5 cm
MH
Fm =
Lm
714.7773
Fm = = 14295.546 N
0.05
Percobaan RWL dilakuakn dengan 3 posisi yang berbeda, yakni posisi 1, posisi 2, dan
posisi 3. Masing-masing posisi dilakukan repetisi pengangkatan sebanyak 12 kali dalam
1 menit. Data hasil percobaan pengangkatan RWL untuk masing-masing posisi
ditunjukkan pada tabel 3.4, 3.5, dan 3.6. Illustrasi pengangkatan RWL masing-masing
ditunjukkan pada gambar 3.19, 3.20, dan 3.21.
Rumus umum yang digunakan dalam perhitungan percobaan ini adalah sebagai
berikut:
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= (25/H) x ([1-(0.003|v-75|)]) x (0.82+4.5/D) x (1-0.0032xA) x FM x CM
L
LI =
RWL
Posisi 1
Posisi 1
Start of Lift End of lift
Measured Measured
NIOSH factor Value Multiplier Value Multiplier
Load Constant (LC) 23 23 23 23
Horizontal Distance
(H) 65cm 52cm
Vertical Distance (V) 43cm 43cm
Start of lift:
RWL = 23x(25/H)x[1-(0.003|v-75|)]x(0.82+4.5/D)x(1-0.0032xA)xFMxCM
= 23x(25/65)x[1-(0.003|43-75|)]x(0.82+4.5/0)x(1-0.0032x0)x0.37x0.9 = 2,6630 cm
L
LI =
RWL
4
= = 1,5020 ( karena LI > 1, maka pengangkatan tidak diizinkan karena
2.6630
berbahaya)
End of lift:
RWL = 23x(25/H)x[1-(0.003|V-75|)]x(0.82+4.5/D)x(1-0.0032xA)xFMxCM
=23x(25/52)x[1-(0.003|43-75|)]x(0.82+4.5/0)x(1-0.0032x90)x0.37x0.9= 2,37 cm
L
LI =
RWL
4
= = 1,6877 ( karena LI > 1, maka pengangkatan tidak diizinkan karena
2.37
berbahaya)
Posisi 2
Posisi 2
Start of Lift End of lift
Measured Measured
NIOSH factor Value Multiplier Value Multiplier
Load Constant (LC) 23 23 23 23
Horizontal Distance
(H) 60cm 45cm
Vertical Distance (V) 0cm 43cm
Start of lift:
RWL = 23x(25/H)x[1-(0.003|v-75|)]x(0.82+4.5/D)x(1-0.0032xA)xFMxCM
= 23x(25/60)x[1-(0.003|0-75|)]x(0.82+4.5/43)x(1-0.0032x0)x0.37x0.9= 2.2863 cm
L
LI =
RWL
4
= =1,7494 ( karena LI > 1, maka pengangkatan tidak diizinkan karena
2.2863
berbahaya)
End of lift:
RWL = 23x(25/H)x[1-(0.003|v-75|)]x(0.82+4.5/D)x(1-0.0032xA)xFMxCM
= 23x(25/45)x[1-(0.003|43-75|)]x(0.82+4.5/43)x(1-0.0032x90)x0.37x0.9= 2,529
cm
L
LI =
RWL
4
= =¿1,5812 ( karena LI > 1, maka pengangkatan tidak diizinkan karena
2,529
berbahaya)
Posisi 3
Posisi 2
Start of Lift End of lift
Measured Measured
NIOSH factor Value Multiplier Value Multiplier
Load Constant (LC) 23 23 23 23
Horizontal Distance
(H) 64cm 53cm
Vertical Distance (V) 43cm 43cm
Distance of Lift (V final
-V final) 0cm 0cm
Frequency
(LIFTS/MIN)(F) 12 0,37 12 0,37
Asymetric of Lift (A) 0 degree 180 degree
Coupling Poor 0,9 Poor 0,9
Weight 4kg 4kg 4 kg 4kg
Start of lift:
RWL = 23x(25/H)x[1-(0.003|v-75|)]x(0.82+4.5/D)x(1-0.0032xA)xFMxCM
= 23x(25/64)x[1-(0.003|43-75|)]x(0.82+4.5/0)x(1-0.0032x0)x0.37x0.9= 2,7044 cm
L
LI =
RWL
4
= = 1,4791 ( karena LI > 1, maka pengangkatan tidak diizinkan karena
2,7044
berbahaya)
End of lift:
RWL = 23x(25/H)x[1-(0.003|v-75|)]x(0.82+4.5/D)x(1-0.0032xA)xFMxCM
= 23x(25/53)x[1-(0.003|43-75|)]x(0.82+4.5/0)x(1-0.0032x180)x0.37x0.9=1,2737
cm
L
LI =
RWL
4
= = 3,1402 (karena LI > 1, maka pengangkatan tidak diizinkan karena
1.2737
berbahaya)
ANALISIS
Maka kesimpulan nya posisi yang menunjukan nilai tertinggi adalah posisi
lurus. Dan posisi yang menunjukan nilai terendah adalah posisi 90 derajat.
36
Laporan Praktikum Biomekanika B-37
4.1.2.2. Dari nilai tertinggi dan terendah, jelaskan mengapa pada posisi
tersebut data menunjukkan nilai tertinggi maupun terendah!
4.1.2.3. Dari beberapa buah posisi yang dilakukan pada saat praktikum,
jelaskan pada kondisi manakah yang menunjukkan nilai terbaik?
Serta jelaskan alasannya!
Kendala yang mungkin terjadi, saat keadaan alat sudah mulai rusak. System kalibrasi
yang mengukur kekuatan kurang akurat.
4.1.5. Lakukan analisis mengenai resiko yang mungkin ditimbulkan dari hasil
percobaan yang telah dilakukan.
Resiko yang mungkin ditimbulkan dari hasil percobaan, saat praktikan menekuk
pergelangan tangan dengan posisi yang salah lalu meneruskan nya sambiol menekan
tuas dari alat grip strength.
Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan, hasil perhitungan yang telah dilakukan
dengan menggunakan metode Chaffin, maka dapat diketahui urutan posisi dari yang terbaik
hingga yang terburuk adalah posisi 1 stoop lift, posisi 2 straddle lift dan posisi 3 knee high lift.
Urutan posisi ini diperoleh dengan membandingkan nilai Compression Force (Fc) dari
masing-masing posisi pengangkatan. Posisi dianggap baik atau aman apabila nilai
Compression Force-nya tidak lebih dari 3400 N. Dari hasil perhitungan sebenarnya diperoleh
bahwa semua posisi dianggap buruk karena nilainya lebih dari 3400 N. Namun menurut kami,
jika dikaitkan antara posisi pengangkatan dan titik berat benda, straddle lift merupakan posisi
yang memang cocok untuk pengangkatan beban yang berat. Pada posisi straddle lift kedua
kaki dibuka lebar-lebar sambil menekuk dan salah satu kaki diletakkan lebih kedepan
dibanding kaki yang lain. Kedua kaki berfungsi sebagai tumpuan, dan batang tubuh juga.
Sedangkan posisi stoop lift lebih buruk dibandingkan straddle lift pengangkatan hanya
mengandalkan gerakan batang tubuh dengan posisi kedua kaki lurus dan punggung
membungkuk dan knee high lift juga dikatakan tidak baik karena batang tubuh tidak
membungkuk dan kaki ditekuk sedikit yang akan mengakibatkan cidera pada kaki karena
tidak adanya koordinasi yang baik antara kaki dan batang tubuh.
L5/S1 merupakan bagian tubuh manusia yang terletak pada tulang belakang atau lebih sering
didengar dengan sebutan tulang punggung, yang dimaksud dengan L5/S1 adalah lumbar
kelima dan sakrum pertama pada bagian tulang belakang. Sedangkan untuk intervertebral disk
adalah jaringan lunak yang berada diantara ruas-ruas tulang belakang. Jaringan ini membantu
dalam pergerakan tulang belakang, sehingga tulang belakang mudah untuk bergerak dan
kembali ke posisi semula, selain itu sebagai pelumas bagi tulang belakang agar jika terjadi
pergesekan antar tulang, tulang tidak rusak dan menjaga agar pergerakan yang dihasilkan tetap
mulus. Pada saat manusia mengangkat beban, tulang belakang adalah salah satu tulang yang
membantu menyokong tubuh agar tubuh dapat mengangkat beban tersebut. Jika beban yang
diangkat terlalu berat, maka tubuh akan terasa tidak enak dan memburuk kondisinya, dan ada
kemungkinan orang tersebut dapat terkena penyakit tulang, khususnya pada tulang belakang.
Jadi, intervertebral disk merupakan jaringan penghubung antara L5/S1 dan antar tulang
belakang lainnya. Dengan seringnya kita melakukan pekerjaan berat, ada penyakit yang
berhubungan dengan L5/S1 dengan intervertebral disk yaitu penyakit Hernia Nucleus
Pulposus (HNP) atau dikenal juga dengan Prolapsed Intervertebral Disc (PID) adalah suatu
penyakit, dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nucleus
Pulposus) mengalami tekanan dan pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya syaraf
tulang belakang. Penyakit ini dapat terjadi pada seluruh ruas tulang belakang kita mulai dari
tulang leher sampai tulang ekor (cervical, thorakal, lumbar atau sacrum). Penyebab Hernia
Nucleus Pulposus (HNP) ini sendiri bisa diakibatkan karena gerakan yang salah sehingga
tulang punggung mengalami penyempitan kebawah, ada juga yang karena sering membawa
beban berat pada masa pertumbuhan sehingga pada saat dewasa tulang punggungnya
mennyempit dan menjepit saraf, dan juga kebiasaan sikap tubuh yang salah selama bertahun-
tahun sehingga terjadi pennyempitan pada tulang punggung dan penjepitan pada saraf.
4.2.3.Dari hasil pengolahan dengan metode chaffin, posisi manakah yang merupakan
posisi terbaik? Berikan rekomendasi anda agar posisi pengangkatan dapat lebih
baik lagi !
Dari hasil pengolahan data dengan metode chaffin maka diperoleh posisi stoop lift atau posisi
1 adalah posisi terbaik dengan nilai Compression Force 6958.9337 N. Metode ini
mengandalkan gerakan batang tubuh dengan posisi kedua kaki lurus dan punggung
membungkuk. Agar posisi pengangkatan lebih baik lagi maka harus diperhatikan jarak benda
ke tubuh kita yang sebaiknya diletakkan di depan orang yang mengangkat benda tersebut agar
posisi berdiri kaki dapat lebih kuat dan dapat sedikit membantu pengangkatan beban.
Gambar 4.2.4.1 Pekerjaan seorang atlit angkat beban dengan menggunakan knee high lift
Gambar 4.2.4.2 Pekerjaan seorang tukang kebun dengan menggunakan stoop lift
4.2.5.Lakukan analisis mengenai resiko yang mungkin ditimbulkan dari hasil percobaan
yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan yang dilakukan dengan metode Chaffin, dapat
diketahui bahawa dari ketiga posisi yang berbeda, ketiganya memiliki Compression Force
melebihi batas yang diperbolehkan yaitu 3400 N. Hal ini dianggap berbahaya bagi pekerja.
Apabila pekerjaan dilakukan secara terus menerus dikhawatirkan akan terjadi gangguan pada
otot rangka atau musculoskeletal disorder atau kendala yang paling sering kita jumpai yaitu
timbulnya rasa pegal / ngilu / nyeri di tulang bagian belakang (low back pain) jika kita
mengangkat dengan posisi pengangkatan yang keliru. Tidak hanya pada tulang belakang,
namun rasa pegal juga dapat terasa di sekitar leher karena seperti pada bahasan 4.2.2 bahwa
terjadinya sebuah penyakit pada tulang belakang itu cenderung pada seluruh ruas tulang
belakang kita mulai dari tulang leher sampai tulang ekor (cervical, thorakal, lumbar atau
sacrum). Resiko lainnya adalah kram kaki, yaitu timbulnya rasa nyeri pada otot karena otot
berkontraksi terlalu keras.
4.2.6.Buatlah tabel hasil pengukuran dengan menggunakan alat manual muscle tester
pada masing-masing percobaan. Serta, berikan analisis terkait hubungan antara
hasil pengukuran dengan posisi yang dilakukan.
Berdasarkan pengukuran yang ditampilkan pada tabel menyatakan bahwa nilai terbesar
terdapat pada posisi 3 yaitu knee high lift. Sedangkan posisi 1 yaitu stoop lift merupakan posisi
dengan nilai terkecil pada saat dilakukan pengukuran. Hal ini membuktikan bahwa kontraksi
otot paling besar terjadi pada saat proses pengangkatan pada posisi 3.
Jika beban yang akan diangkat semakin berat, tentu saja memerlukan tenaga yang
semakin besar.
Jika jarak beban dengan orang yang mengangkat semakin besar, maka selagi
mengangkat ,tubuh berusaha untuk menjangkau tempat beban akan ditaruh.
Frekuensi jika terjadi terlalu sering, otot yang bekerja akan berkali-kali lebih banyak,
maka meningkatkan resiko cedera.
Setelah dilakukan percobaan Grip Strength pada masing-masing posisi, yaitu pergelangan
tangan lurus, pergelangan tangan miring 45°, dan pergelangan tangan miring 90° dapat disimpulkan
bahwa:
1. Percobaan yang terbaik saat melakukan grip strength adalah dengan posisi lurus. Karena tidak
ada gaya yang dihasilkan oleh pergelangan tangan. Dan usaha lebih kecil.
2. Tinggi badan dan berat badan tidak mempengaruhi seseorang dalam melakukan tes grip
strength.
3. Jika kita sering berlatih, maka dalam posisi apapun, kekuatan yang dapat dihasilkan dapat
sama. Karena otot pergelangan sudah terlatih
Setelah melakukan percobaan pull strength dengan menggunakan metode chaffin pada 3
posisi, yaitu posisi straddle lift, power lift, dan stoop lift, maka ditarik kesimpulan bahwa :
1. Posisi pengangkatan yang diperbolehkan tidak melebihi batas yang diperbolehkan sebesar
3400 N.
2. Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diketahui bahwa posisi pengangkatan terbaik adalah
posisi straddle lift karena salah satu kaki berada di belakang dan membuat batang tubuh lebih
kokoh.
3. Pada posisi stoop lift, posisi ini buruk karena hanya mengandalkan batang tubuh, dan
punggung membengkok
4. Pada knee high lift posisi ini juga tidak baik karena tumpuan beban terdapat di lutut. Dan dapat
menyebabkan cidera kaki
5. Apabila nilai CF yang dimiliki tubuh dalam pengankatan lebih dari 3400 N, bisa menimbulkan
low back pain.
Dari Percobaan RWL dengan 3 posisi yang berbeda, dapat kami simpulkan bahwa:
3. Untuk meminimalkan terjadinya cidera, keluhan atau kelelahan jika posisi pengangkatannya
kurang baik, direkomendasikan menambah alat bantu untuk mempercepat serta memudahkan
pada saat pengangkatan.
47
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Chaffin et.al. 1991. Second Edition. Occupational Biomechanics. John Wiley & Sons.Inc : New York.
Frankel, V.H., Nordin, M., 1980. Basic Biomechanics of the Skeletal System. Philadelphia, Lea
& Febiger.
Grandjean, E. 1993. 4th Edition. Fitting The Task to The Man. Taylor & Francis, Inc : London.
Ayoub, M.M. and Dampsey, P. G., 1999. The Psychophysical Approach To Material Handling Task
Design, Ergonomic Vol 42. No.1, pp: 17-31.
48