Anda di halaman 1dari 48

BAB I

LANDASAN TEORI

Biomekanika merupakan ilmu yang membahas gerakan-gerakan tubuh manusia dan juga
karakteristik tubuh manusia. Biomekanika merupakan kombinasi antar keilmuan mekanika, anatomi
yaitu adalah cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan organisasi dari makhluk
hidup, antropometri yaitu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia,
bioinstrumentasi yaitu alat untuk mengukur, merekam dan mengirim data pada fungsi tubuh, untuk
memberikan keterampilan dan memperluas pengetahuan dalam bidang keperawatan, kinesiologi yaitu
studi gerak tubuh dan dasar ilmu kedokteran (biologi dan fisiologi). Selain itu biomekanika sendiri
menitikberatkan kepada kekuatan manusia dan kemampuan fisik tubuh manusia dalam situasi bekerja
sehari-hari, serta merancang peralatan dan fasilitas untuk menyesuaikan kemampuan tubuh fisik
manusia tersebut. Biomekanika dan cara kerja adalah pengaturan sikap tubuh dalam bekerja. Sikap
kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula dalam melakukan tugas. Dalam
hal ini penelitian biomekanika mengukur kekuatan dan ketahanan fisik manusia dalam melakukan
pekerjaan tertentu, dengan sikap kerja tertentu. Tujuannya untuk mendapatkan cara kerja yang lebih
baik, dimana kekuatan atau ketahanan fisik maksimum dan kemungkinan cidera minimum.

Menurut Frankel dan Nordin (1980), biomekanika merupakan ilmu mekanika teknik untuk
analisa sistem kerangka otot manusia. Dan Biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk
menjelaskan gerakan pada berbagai macam bagian tubuh dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh
pada aktivitas sehari-hari (Chaffin,1991).

Dalam ilmu Biomekanika terdapat beberapa hal yang akan dibahas terutama mengenai dua
unsur yaitu General Biomechanics dan Occupational Biomechanics. Dalam hal ini keduanya
mempunyai arti yang berbeda, untuk General Biomechanics merupakan bagian dari Biomekanika
yang berbicara mengenai hukum-hukum dan konsep-konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organik
manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak. Dan adalah bagian dari biomekanika umum yang
hanya menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam
dan konstan. Sedangkan Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan
gambaran gerakan-gerakan tubuh tanpa mempertimbangkan gaya yang terjadi dan gerakan yang
disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh. Untuk Biodinamics dibagi lagi menjadi 2 (dua) kategori
yaitu Ilmu Kinetika (Biokinetis) yang merupakan ilmu yang mempelajari tentang faktor-faktor gaya
yang menyebabkan benda bergerak atau diam. Dan Ilmu Kinematika (Biokinematics) merupakan ilmu
yang mempelajari sifat-sifat gerak tanpa memperhatikan bidang mana atau bagaimana sifat
gerakannya atau sudutnya apakah penuh atau tidak. Menurut Caffin dan Anderson (1984),
Occupacional Biomechanics adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar pekerja dan peralatannya,
lingkungan kerja, pengendalian material, job design & redisign, seating devices design dan screening

1
Laporan Praktikum Biomekanika B-2

& assignment of personal untuk mengurangi keluhan dan cidera pada sistem kerangka, otot dan tubuh
manusia.

Dalam ilmu Biomekanika terdapat beberapa pergerakan yang terjadi antara lain :

 Fleksi  gerak menekuk atau membengkokkan.


 Ekstensi  gerakan untuk meluruskan.
 Adduksi  gerakan mendekati tubuh.
 Abduksi  gerakan menjauhi tubuh.
 Pronasi  gerakan menelungkupkan tangan.
 Supinasi  gerakan menengadahkan tangan.
 Elevasi  gerakan mengangkat.
 Depresi  gerakan menurunkan.
 Inversi  gerak memiringkan telapak kaki ke dalam tubuh.
 Eversi  gerakan memiringkan telapak kaki ke luar.
 Endorotasi  gerakan ke dalam pada sekililing sumbu panjang tulang yang bersendi (rotasi).
 Eksorotasi  gerakan ke luar pada sekeliling sumbu panjang tulang yang bersendi (rotasi).

Terdapat juga beberapa gerakan kerja yang lebih komplek dari gerakan diatas, yaitu :

 Gerakan Posisi
 Gerakan Berkelanjutan
 Gerakan Manipulasi
 Gerakan Berulang
 Gerakan Berangkai
 Pengaturan Statis

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-3

Human Musculoskeletal System atau dalam bahasa Indonesia sehari-hari dapat dikenal dengan
sebutan muloskeletal sistem atau sistem lokomotor merupakan sistem organ yang memberikan
manusia kemampuan untuk bergerak menggunakan otot (moskulo) dan rangka (skelet). Dalam hal ini,
terdiri dari tulang-tulang tubuh (kerangka), otot, dan adanya bantuan dari jaringan ikat seperti tulang
rawan, tendon, ligamen, sendi, dan lain-lain. Gerakan tubuh manusia terjadi karena adanya kerjasama
antar tulang, otot dan jaringan ikat. Tulang tidak mempunyai kemampuan untuk menggerakkan dirinya
sendiri secara aktif, oleh karena itu tulang disebut sebagai alat gerak pasif. Sedangkan otot mempunyai
kemampuan untuk berkontraksi dan berelaksasi sehingga dapat membantu tulang untuk menghasilkan
gerakan. Oleh karena itu, otot disebut sebagai alat gerak aktif, dan juga oleh sebab adanya kerjasama
dan ketergantungan antara otot dan tulang atau rangka maka keduanya sering dikelompokkan menjadi
satu nama yaitu sistem musculo-skeletal.

Kerangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang–tulang yang memungkinkan tubuh
mempertahankan bentuk, sikap dan posisi. Tulang adalah jaringan yang akan menyuplai saraf dan
darah. Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik seperti garam-garam kalsium yang
membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang
membuatnya kuat dan elastis. Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Rangka tubuh
manusia terdiri atas 3 (tiga) kelompok yaitu rangka kepala yang biasa disebut dengan Tengkorak, yang
kedua adalah rangka badan dan yang terakhir adalah rangka anggota gerak yang terdiri antara atas
rangka tangan dan kaki. Bagian yang akan di bahas paling dalam adalah ruas tulang pinggang
(os.vertebrae lumbalis) yang paling beresiko terkena low back pain rasa sakit dan nyeri pada bagian
punggung bawah.

Otot merupakan sebuah jaringan di dalam tubuh baik manusia maupun hewan yang berfungsi
sebagai alat gerak aktif yang membantu menggerakan tulang sebagai alat gerak pasif karena memiliki
kemampuan untuk dapat berkontraksi dan berelaksasi. Otot dapat berkontraksi karena adanya
rangsangan. Umumnya otot berkontraksi bukan karena satu rangsangan, melainkan karena suatu
rangkaian rangsangan berurutan. Otot akan memendek jika berkontraksi dan memanjang bila
berelaksasi. Otot itu sendiri mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi
mekanik (gerak).

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-4

Terdapat 3 (tiga) jenis otot yaitu otot lurik atau otot rangka, otot ini melekat pada tulang
rangka, sehingga ketika sedang berkontraksi dan menyebabkan tulang bergerak. Cara kerjanya
dipengaruhi oleh susunan saraf pusat dan juga sering disebut otot sadar. Lalu, Otot polos yang bekerja
dengan pengaturan dari sistem saraf tak sadar, yaitu saraf otonom dan bila otot polos dirangsang
reaksinya lambat. Biasanya otot ini berada pada organ-organ tubuh manusia. Dan otot jantung, otot
yang bekerja secara tak sadar, yang hanya ditemukan di dinding jantung. Otot ini membantu
memompa darah bersih yang sudah berisi oksigen untuk diedarkan keseluruh tubuh. Otot yang
ditemukan dalam jantung ini bekerja secara terus-menerus tanpa henti.

Jaringan ikat terdiri dari macam-macam namun terdapat 2 (dua) jaringan ikat yang sangat
bergantung pada pergerakan manusia yaitu Ligamen dan Tendon. Ligamen adalah jaringan ikat fibrosa
yang menghubungkan satu tulang dengan tulang lainnya. Tendon adalah jaringan ikat yang memiliki
kekuatan tarik yang sangat tinggi yang menghubungkan otot dengan tulang. Tendon dirancang untuk
menahan jumlah tinggi tegangan otot dan tendon sendiri bekerja sama dengan otot untuk mengerahkan
kekuatan untuk dilakukannya pergerakan.

Terdapat hubungan erat dan kerja sama antara otot, tulang, sendi dan jaringan ikat seperti
tendon dan ligamen. Seperti tulang merupakan alat gerak pasif yang tidak dapat bergerak jika tidak
dibantu oleh otot yang merupakan alat gerak aktif sehingga dengan kedua kombinasi ini kita dapat
menghasilkan gerakan. Namun dibutuhkan juga tendon sebagai perantara untuk menyambungkan otot
dengan tulang agar bisa bersatu, begitu pula dengan ligamen yang membantu menghubungkan antar
tulang melalui sendi sehingga otot dan tulang dapat bergerak menghasilkan berbagai macam gerakan
yang lebih leluasa dan lebih bebas lagi.

MMH (Manual Material Handling) adalah pemindahan barang secara manual yang dilakukan
oleh manusia tanpa alat bantu tertentu. Dalam MMH ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan
yaitu : beban apa yang diangkat, perbandingan berat badan manusia dengan berat benda, jarak
horizontal dari manusia kepada beban yang diangkat dan juga ukuran beban.

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-5

Metode Manual Lifting, terdapat beberapa variasi cara pengangkatan sebuah benda dan beban
antara lain squat lift, straddle lift, knee high lift, dan stoop lift. Squat lift adalah pergerakan mula-mula
dimulai dengan menekuk kedua lutut dan posisi tubuh tetap tegak, setelah itu mengangkat beban
dengan kedua tangan ditumpu pada kedua lutut dan posisi tubuh tetap tegak. Straddle lift adalah
pergerakan mula-mula dimulai dengan membuka kedua kaki lebar dengan salah satu kaki posisinya
didepan dari kaki yang satu lagi, setelah itu mengangkat beban dengan sedikit membungkuk. Knee
high lift adalah pergerakan mula-mula dimulai dengan membuka kaki lebar sebagai tumpuan, dan
tekuklah kedua lutut dan dengan sedikit membungkuk, setelah itu angkat dan pengang beban dengan
kedua tangan. Stoop lift adalah pergerakan mula-mula dimulai dengan membungkuk untuk mengambil
beban dan menjadikan kedua kaki sebagai tumpuan, setelah itu angkat beban dengan kedua tangan
dengan mengandalkan batang tubuh. Faktor mempengaruhi kekuatan fisik dalam Metode Manual
Lifting : kekuatan mengangkat, kekuatan mendorong dan menarik, kekuatan pegangan tangan, usia,
jenis kelamin dan latihan.

Konsep yang mendasari diperbaharuinya persamaan pengangkatan NIOSH adalah untuk


merekomendasikan berat yang dianggap aman bagi suatu pengangkatan yang ideal dan kemudian
mengurangi berat tersebut apabila suatu tugas mulai memberikan tekanan yang tinggi pada pekerja.
Adapun keenam variabel tugas yang dikembangkan untuk dapat menghitung RWL adalah : lokasi
tangan horizontal (H), lokasi kedua tangan vertikal (V), jarak tempuh beban (D), sudut Asimetris (A),
rata-rata frekuensi (F) dan memegang Objek (C)

Penerapan biomekanika biasanya dapat digunakan untuk:

1. Penanganan material secara manual (Manual material handling)


2. Mengevaluasi pekerjaan, apakah berbahaya atau tidak
3. Merancang kembali pekerjaan yang sudah diterapkan
4. Biomekanika membantu memperkecil atau mencegah cidera yang diakibatkan oleh gerakan
5. Biomekanika membantu menciptakan teknik-teknik baru dalam menampilkan suatu
keterampilan yang menghasilkan efektivitas yang lebih tinggi

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
BAB II

PENGUMPULAN DATA

2.1. GRIP STRENGTH

Nama Subyek 1 : Amanda. A Nama Subyek 2 : Jonathan.CT


Umur : 20 th Umur : 19 th
Berat Badan : 98 kg Berat Badan : 72 kg
Tinggi Badan : 159 cm Tinggi Badan : 166 cm

Tabel 2.1. Data Grip Strength

Lembar data biomekanika


Lembar Data Grip Strength

Nama: Amanda A & Jonathan.CT Kelompok : 1


Umur : 20 Tahun & 19 Tahun Shift :A
Berat Badan : 98 kg & 72 kg
Tinggi tubuh : 159 cm & 166 cm

Hasil
Posisi Nama Subjek Kiri Kanan

22.1 23.3
Amanda A 19.3 26.1
Posisi 1 41.2 55.5
(180 degree) Jonathan.C.T 44.7 47.9
16.2 20.6
Amanda A 16.1 19.2
Posisi 1 35.9 54
(45 degree) Jonathan.C.T 35 45
15.5 19
Amanda A 15.3 20.9
Posisi 1 28.6 32.2
(90 degree) Jonathan.C.T 26.1 35.2

6
Laporan Praktikum Biomekanika B-7

2.2. PULL STRENGTH

Tabel 2.2 Tabel Percobaan Pull Strength Posisi 1

Tabel 2.3 Tabel Percobaan Pull Strength Posisi 2

Tabel 2.4 Tabel Percobaan Pull Strength Posisi 3

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-8

2.3. RWL
Nama Subyek : Amanda A
Umur : 20 th
Berat Badan : 98 kg
Tinggi Badan : 159 cm
Tabel 2.5. Data RWL posisi 1

Lembar data RWL

Nama Amanda. A Keloimpok :1


Umur 20 Tahun Shift : A

Posisi 1
Start of Lift End of lift
Measured Measured
NIOSH factor Value Multiplier Value Multiplier
Load Constant (LC) 23 23 23 23
Horizontal Distance
(H) 65cm 52cm
Vertical Distance (V) 43cm 43cm

Distance of Lift (V final


-V final) 0 0
Frequency
(LIFTS/MIN)(F) 12 0,37 12 0,37
Asymetric of Lift (A) 0 degree 90 degree
Coupling Poor 0,9 Poor 0,9
Weight 4kg 4kg 4 kg 4kg

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-9

Tabel 2.6. Data RWL posisi 2


Lembar data RWL

Nama Amanda. A Keloimpok :1


Umur 20 Tahun Shift : A

Posisi 2
Start of Lift End of lift
Measured Measured
NIOSH factor Value Multiplier Value Multiplier
Load Constant (LC) 23 23 23 23
Horizontal Distance
(H) 60cm 45cm
Vertical Distance (V) 0cm 43cm

Distance of Lift (V final


-V final) 43cm 43cm
Frequency
(LIFTS/MIN)(F) 12 0,37 12 0,37
Asymetric of Lift (A) 0 degree 90 degree
Coupling Poor 0,9 Poor 0,9
Weight 4kg 4kg 4 kg 4kg

Tabel 2.7. Data RWL posisi 3


Lembar data RWL

Nama Amanda. A Keloimpok :1


Umur 20 Tahun Shift : A

Posisi 2
Start of Lift End of lift
Measured Measured
NIOSH factor Value Multiplier Value Multiplier
Load Constant (LC) 23 23 23 23
Horizontal Distance
(H) 64cm 53cm
Vertical Distance (V) 43cm 43cm
Distance of Lift (V final
-V final) 0cm 0cm
Frequency
(LIFTS/MIN)(F) 12 0,37 12 0,37
Asymetric of Lift (A) 0 degree 90 degree
Coupling Poor 0,9 Poor 0,9
Weight 4kg 4kg 4 kg 4kg

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
BAB III

PENGOLAHAN DATA

3.1. PERCOBAAN GRIP STRENGTH


3.1.1. Buatlah Tabel rekapitulasi perbandingan kekuatan genggaman untuk
masing-masing posisi yang telah dilakukan sebelumnya untuk tangan kanan
maupun kiri.

Percobaan Grip Strength dilakukan dalam 3 macam posisi tangam yang berbeda, yaitu
dengan pergelangan tangan lurus, pergelangan tangan miring 45° dan pergelangan
tangan miring 90°. Masing-masing percobaan dilakukan sebanyak 2 kali dengan
menggunakan alat bantu Grip Strength Dynamometer. Tabel 3.1. menunjukkan hasil
rekapitulasi data dari percobaan grip strength.

Tabel 3.1. Rekapitulasi Data Grip Strength


Lembar data biomekanika
Lembar Data Grip Strength

Nama: Amanda A & Jonathan.CT Kelompok : 1


Umur : 20 Tahun & 19 Tahun Shift :A
Berat Badan : 98 kg & 72 kg
Tinggi tubuh : 159 cm & 166 cm

Hasil
Posisi Nama Subjek Kiri Kanan

22.1 23.3
Amanda A 19.3 26.1
Posisi 1 41.2 55.5
(180 degree) Jonathan.C.T 44.7 47.9
16.2 20.6
Amanda A 16.1 19.2
Posisi 1 35.9 54
(45 degree) Jonathan.C.T 35 45
15.5 19
Amanda A 15.3 20.9
Posisi 1 28.6 32.2
(90 degree) Jonathan.C.T 26.1 35.2

10
Laporan Praktikum Biomekanika B-11

3.1.2. Buatlah grafik hubungan antara berat badan dan juga output uang
dihasilkan untuk masing-masing posisi.
Berikut ini adalah hubungan antara berat badan dan juga output uang dihasilkan untuk
masing-masing posisi, ditunjukkan pada gambar 3.1 sampai 3.6.

Grafik posisi lurus dengan tangan kiri


50
45
Jonathan.c.t
40
35
Grip Strength

30
25
20 Amanda A
15
10
5
0
0 20 40 60 80 100 120
Berat Badan

Gambar 3.1. Grafik Hubungan Antara Berat Badan dan Grip Strength Tangan
Kiri Posisi Lurus

Grafik posisi 45 derajat dengan


tangan kiri
40
35 Jonathan.CT
30
Grip Strength

25
20
15 Amanda A
10
5
0
0 20 40 60 80 100 120
Berat Badan

Gambar 3.2. Grafik Hubungan Antara Berat Badan dan Grip Strength Tangan
Kiri Posisi 45 derajat

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-12

Grafik posisi 90 derajat dengan


tangan kiri
30
Jonathan.CT
Grip Strength 25
20
15 Amanda A
10
5
0
0 20 40 60 80 100 120
Berat Badan

Gambar 3.3. Grafik Hubungan Antara Berat Badan dan Grip Strength Tangan
Kiri Posisi 90 derajat

Grafik posisi lurus dengan tangan


kanan
60
50 Jonathan.CT
Grip Strength

40
30
Amanda A
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Berat Badan

Gambar 3.4. Grafik Hubungan Antara Berat Badan dan Grip Strength Tangan
Kanan Posisi Lurus

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-13

Grafik posisi 45 derajat dengan


tangan kanan
60
50 Jonathan.CT
Grip Strength

40
30
20 Amanda A
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Berat Badan

Gambar 3.5. Grafik Hubungan Antara Berat Badan dan Grip Strength Tangan
Kanan Posisi 45 derajat

Grafik posisi 90 derajat dengan


tangan kanan
40
35 Jonathan.CT
30
Grip Strength

25
20 Amanda A
15
10
5
0
0 20 40 60 80 100 120
Berat Badan

Gambar 3.6. Grafik Hubungan Antara Berat Badan dan Grip Strength Tangan
Kanan Posisi 90 derajat

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-14

3.1.3. Buatlah grafik hubungan antara tinggi tubuh dan juga output yang
dihasilkan untuk masing-masing posisi.

Grafik tinggi tubuh-output dari


tangan kiri posisi lurus
50
Jonathan.CT
40
Grip Strength

30

20 Amanda A

10

0
158 159 160 161 162 163 164 165 166 167
Tinggi Tubuh

Gambar 3.7. Grafik Hubungan Antara Tinggi Tubuh dan Grip Strength Tangan
Kiri Posisi Lurus

Grafik tinggi tubuh-output dari


tangan kiri posisi 45 derajat
40
35 Jonathan.CT
30
Grip Strength

25
20
15 Amanda A
10
5
0
158 159 160 161 162 163 164 165 166 167
Tinggi Tubuh

Gambar 3.8. Grafik Hubungan Antara Tinggi Tubuh dan Grip Strength Tangan
Kiri Posisi 45 derajat

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-15

Grafik tinggi tubuh-output dari


tangan kiri posisi 90 derajat
30
Jonathan.CT
25
Grip Strength

20
15 Amanda A
10
5
0
158 159 160 161 162 163 164 165 166 167
Tinggi Tubuh

Gambar 3.9. Grafik Hubungan Antara Tinggi Tubuh dan Grip Strength Tangan
Kanan Posisi 90 derajat

Grafik tinggi tubuh-output dari


tangan kanan posisi lurus
60
50 Jonathan.CT
Grip Strength

40
30
Amanda A
20
10
0
158 159 160 161 162 163 164 165 166 167
Tinggi Tubuh

Gambar 3.10. Grafik Hubungan Antara Tinggi Tubuh dan Grip Strength Tangan
Kanan Posisi Lurus

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-16

Grafik tinggi tubuh-output dari


tangan kanan posisi 45 derajat
60
50 Jonathan.CT
Grip Strength

40
30
20 Amanda A
10
0
158 159 160 161 162 163 164 165 166 167
Tinggi tubuh

Gambar 3.11. Grafik Hubungan Antara Tinggi Tubuh dan Grip Strength Tangan
Kanan Posisi 45 derajat

Grafik tinggi tubuh-output dari


tangan kanan posisi 90 derajat
40
35 Jonathan.CT
30
Grip Strength

25
20 Amanda A
15 Output
10
5
0
158 160 162 164 166 168
Tinggi Tubuh

Gambar 3.12. Grafik Hubungan Antara Tinggi Tubuh dan Grip Strength Tangan
Kanan Posisi 90 derajat

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-17

3.1.4. Lakukan pengujian data dengan uji t dengan menggunakan software.


3.1.4.1. Uji t untuk posisi A dan posisi B

Gambar 3.13 Hasil uji t posisi A dan B untuk tangan kiri

H0 : Grip strength pada posisi A sama dengan Grip Strength pada posisi B.

H1 : Grip strength pada posisi A lebih besar dari Grip Strength pada posisi B.

Gambar 3.14. Hasil uji t posisi A dan B untuk tangan kanan

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-18

Hasil pengujian hasil percobaan Grip Strength pada posisi A dan B dengan tangan kiri dan
tangan kanan menghasilkan data P-Value masing-masing sebesar 0.021 dan 0.059 seperti ditunjukkan
pada gambar 3.13 dan gambar 3.14.

P-Value yang didapatkan dari percobaan kiri kurang dari 0.05, maka hipotesis 1 dapat
dinyatakan benar.

P-Value yang didapatkan dari percobaan kanan lebih dari 0.05, maka hipotesis 1 dapat
dinyatakan salah.

3.1.4.2. Uji t untuk posisi A dan posisi C

Gambar 3.15. Hasil uji t posisi A dan C untuk tangan kiri

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-19

Gambar 3.16. Hasil uji t posisi A dan C untuk tangan kanan

Hasil pengujian hasil percobaan Grip Strength pada posisi A dan C dengan tangan kiri dan
tangan kanan menghasilkan data P-Value masing-masing sebesar 0.021 dan 0.059 seperti ditunjukkan
pada gambar 3.13 dan gambar 3.14.

P-Value yang didapatkan dari percobaan kiri kurang dari 0.05, maka hipotesis 2 dapat
dinyatakan benar.

P-Value yang didapatkan dari percobaan kanan lebih dari 0.05, maka hipotesis 2 dapat
dinyatakan salah.

3.1.4.3. Uji t untuk posisi B dan posisi C

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-20

Gambar 3.17. Hasil uji t posisi B dan C untuk tangan kiri

Gambar 3.18. Hasil uji t posisi B dan C untuk tangan kanan

Hasil pengujian hasil percobaan Grip Strength pada posisi A dan C dengan tangan kiri dan
tangan kanan menghasilkan data P-Value masing-masing sebesar 0.021 dan 0.059 seperti ditunjukkan
pada gambar 3.13 dan gambar 3.14.

P-Value yang didapatkan dari kedua percobaan kiri lebih dari 0.05, maka hipotesis 3 dapat
dinyatakan salah.

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-21

3.2. PERCOBAAN PULL STRENGTH

Gambar 3.19 Standar segmen dari wanita,pria,dan rata-rata.

Diketahui data sebagai berikut:

LUA = (57.72 /100) x 0.33 = 0.1905

LFA = (45.74 /100) x 0.38 = 0.1738

LT = (43.10 /100) x 0.58 = 0.2499

Gambar 3.20 panjang lengan bawah dan atas.

Posisi 1 (stoop lift)

(31+ 42)
Wload (beban 1 tangan) = =36.5 kg
2

1. Perhitungan gaya reaksi (elbow)

∑ F=0
RE – WFA – WLOAD = 0
RE = WFA + WLOAD
RE = (1.7% x (72 x 10)) + (36.5 x 10)
RE = 12.24 + 365
RE = 377.24 N

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-22

2. Perhitungan momen reaksi (elbow)

∑ M =0
ME – WLOAD . LFA . cos θoFA – WFA . ½ . LFA . Cos θFAo + Re (0) = 0
ME = WLOAD . LFA . cos θoFA + WFA . ½ . LFA . Cos θFAo – Re (0)
ME = WLOAD . LFA . cos 0o + WFA . ½ . LFA . Cos 0o – 0

ME = (36.5 x 10) (0.1738) (1) + (1.7%(72 x 10)) (½) (0.1738) (1) – 0

ME = 63.473 + 1.0637
ME = 64.5367 Nm

3. Perhitungan gaya reaksi (Shoulder)

∑ F=0
RS – RE’ - WUA = 0
RS = RE’ + WUA
RS = 377.24 + 2.8% (72 x 10)
RS = 377.24 + 20.16
RS = 397.4 N

4. Perhitungan momen reaksi (Shoulder)

∑ M =0
MS – ME’ – RE’. LUA . cos θoUA - WUA .½ . LUA . cos θoUA + RS (0) = 0
MS = ME’ + RE’. LUA . cos 0o + WUA . ½ . LUA . cos 0o - RS (0)
MS = 64.5367 + (377.24) (0.1905) (1) + (2.8% (72 x 10)) (½ ¿ (0.1905) (1) – 0
MS = 64.5367 + 71.8642 + 1.9202
MS = 138.3211 Nm

5. Perhitungan gaya reaksi (Hip)

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-23

∑ F=0
RH - 2 RS’ – WT = 0
RH = 2 RS’ + WT
RH = 2 (397.4) + 52.2% (72 x 10)
RH = 794.8 + 375.84
RH = 1170.64 N

6. Perhitungan momen reaksi (Hip)

∑ M =0
MH – 2 MS’ – 2 RS’(LT) cos θoT – WT . ½LT . cos θoT + RT (0) = 0
MH = 2 MS’+ 2 RS’(LT) cos θoT + WT . ½LT . cos θoT - RT (0)
MH = 2 (138.3211) + 2 (397.4) (0.2499) cos 87⁰ + (52.2% (72 x 10)) (½ ¿ (0.2499) cos 87⁰ - 0
MH = 276.6422 + 10.3949 + 2.4578
MH = 289.4949 Nm

7. Perhitungan Muscle Force (Fm)

Lm diasumsikan sebesar 5 cm
MH
Fm =
Lm
289.4949
Fm = = 5789.898 N
0.05

8. Perhitungan Compression Force (Fc)

FC – Fm - RH. sin θoT = 0


FC = Fm + RH. sin θoT
FC = 5789.898 + (1170.64) sin 87⁰
FC = 5789.898 + 1169.0357
FC = 6958.9337 N

6958.9337 N > 3400 N, maka pekerjaan ini dianggap berbahaya.

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-24

Gambar 3.21 panjang lengan dengan sudut berbeda

Posisi 2 (straddle lift)

(30+25)
Wload (beban 1 tangan) = =27.5 kg
2

9. Perhitungan gaya reaksi (elbow)

∑ F=0
RE – WFA – WLOAD = 0
RE = WFA + WLOAD
RE = (1.7% x (72 x 10)) + (27.5 x 10)
RE = 12.24 + 275
RE = 287.24 N

10. Perhitungan momen reaksi (elbow)

∑ M =0
ME – WLOAD . LFA . cos θoFA – WFA . ½ . LFA . Cos θFAo + Re (0) = 0
ME = WLOAD . LFA . cos θoFA + WFA . ½ . LFA . Cos θFAo – Re (0)
ME = WLOAD . LFA . cos 0o + WFA . ½ . LFA . Cos 0o – 0

ME = (27.5 x 10) (0.1738) (1) + (1.7%(72 x 10)) (½) (0.1738) (1) – 0

ME = 47.795 + 1.0637
ME = 48.8587 Nm

11. Perhitungan gaya reaksi (Shoulder)

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-25

∑ F=0
RS – RE’ - WUA = 0
RS = RE’ + WUA
RS = 287.24 + 2.8% (72 x 10)
RS = 287.24 + 20.16
RS = 307.4 N

12. Perhitungan momen reaksi (Shoulder)

∑ M =0
MS – ME’ – RE’. LUA . cos θoUA - WUA .½ . LUA . cos θoUA + RS (0) = 0
MS = ME’ + RE’. LUA . cos 10o + WUA . ½ . LUA . cos 10o - RS (0)
MS = 48.8587 + (287.24) (0.1905) (0.9848) + (2.8% (72 x 10)) (½ ¿ (0.1905) (0.9848) – 0
MS = 48.8587 + 53.8875 + 1.8911
MS = 104.6373 Nm

13. Perhitungan gaya reaksi (Hip)

∑ F=0
RH - 2 RS’ – WT = 0
RH = 2 RS’ + WT
RH = 2 (307.4) + 52.2% (72 x 10)
RH = 614.8 + 375.84
RH = 990.64 N

14. Perhitungan momen reaksi (Hip)

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-26

∑ M =0
MH – 2 MS’ – 2 RS’(LT) cos θoT – WT . ½LT . cos θoT + RT (0) = 0
MH = 2 MS’+ 2 RS’(LT) cos θoT + WT . ½LT . cos θoT - RT (0)
MH = 2 (104.6373) + 2 (307.4) (0.2499) cos 36⁰ + (52.2% (72 x 10)) (½ ¿ (0.2499) cos 36⁰ - 0
MH = 209.2746 + 124.2962 + 37.9924
MH = 371.5632 Nm

15. Perhitungan Muscle Force (Fm)

Lm diasumsikan sebesar 5 cm

MH
Fm =
Lm

371.5632
Fm = = 7431.264 N
0.05

16. Perhitungan Compression Force (Fc)

FC – Fm - RH. sin θoT = 0


FC = Fm + RH. sin θoT
FC = 7431.264 + (990.64) sin 36⁰
FC = 7431.264 + 582.2835
FC = 8013.5475 N

8013.5475 N > 3400 N, maka pekerjaan ini dianggap berbahaya

Posisi 3 (knee high lift)

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-27

(55+63)
Wload (beban 1 tangan) = =59 kg
2

17. Perhitungan gaya reaksi (elbow)

∑ F=0
RE – WFA – WLOAD = 0
RE = WFA + WLOAD
RE = (1.7% x (72 x 10)) + (59 x 10)
RE = 12.24 + 590
RE = 602.24 N

18. Perhitungan momen reaksi (elbow)

∑ M =0
ME – WLOAD . LFA . cos θoFA – WFA . ½ . LFA . Cos θFAo + Re (0) = 0
ME = WLOAD . LFA . cos θoFA + WFA . ½ . LFA . Cos θFAo – Re (0)
ME = WLOAD . LFA . cos 0o + WFA . ½ . LFA . Cos 0o – 0

ME = (59 x 10) (0.1738) (1) + (1.7%(72 x 10)) (½) (0.1738) (1) – 0

ME = 102.542 + 1.0637
ME = 103.6057 Nm

19. Perhitungan gaya reaksi (Shoulder)

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-28

∑ F=0
RS – RE’ - WUA = 0
RS = RE’ + WUA
RS = 602.24 + 2.8% (72 x 10)
RS = 602.24 + 20.16
RS = 622.4 N

20. Perhitungan momen reaksi (Shoulder)

∑ M =0
MS – ME’ – RE’. LUA . cos θoUA - WUA .½ . LUA . cos θoUA + RS (0) = 0
MS = ME’ + RE’. LUA . cos 0o + WUA . ½ . LUA . cos 10o - RS (0)
MS = 103.6057 + (602.24) (0.1905) (1) + (2.8% (72 x 10)) (½ ¿ (0.1905) (1) – 0
MS = 103.6057 + 114.7267 + 1.9202
MS = 220.2526 Nm

21. Perhitungan gaya reaksi (Hip)

∑ F=0
RH - 2 RS’ – WT = 0
RH = 2 RS’ + WT
RH = 2 (622.4) + 52.2% (72 x 10)
RH = 1244.8 + 375.84
RH = 1620.64 N

22. Perhitungan momen reaksi (Hip)

∑ M =0
MH – 2 MS’ – 2 RS’(LT) cos θoT – WT . ½LT . cos θoT + RT (0) = 0
MH = 2 MS’+ 2 RS’(LT) cos θoT + WT . ½LT . cos θoT - RT (0)
MH = 2 (220.2526) + 2 (622.4) (0.2499) cos 40⁰ + (52.2% (72 x 10)) (½ ¿ (0.2499) cos 40⁰ - 0
MH = 440.5052 + 238.2977 + 35.9744

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-29

MH = 714.7773 Nm

23. Perhitungan Muscle Force (Fm)

Lm diasumsikan sebesar 5 cm

MH
Fm =
Lm

714.7773
Fm = = 14295.546 N
0.05

24. Perhitungan Compression Force (Fc)

FC – Fm - RH. sin θoT = 0


FC = Fm + RH. sin θoT
FC = 14295.546 + (1620.64) sin 40⁰
FC = 14295.546 + 1041.7273
FC = 15337.2733 N

15337.2733 N > 3400 N, maka pekerjaan ini dianggap berbahaya.

3.3. Percobaan RWL

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-30

3.3.1. Lakukan perhitungan RWL dan LI untuk masing-masing posisi


pengangkatan beban yang dilakukan.

Percobaan RWL dilakuakn dengan 3 posisi yang berbeda, yakni posisi 1, posisi 2, dan
posisi 3. Masing-masing posisi dilakukan repetisi pengangkatan sebanyak 12 kali dalam
1 menit. Data hasil percobaan pengangkatan RWL untuk masing-masing posisi
ditunjukkan pada tabel 3.4, 3.5, dan 3.6. Illustrasi pengangkatan RWL masing-masing
ditunjukkan pada gambar 3.19, 3.20, dan 3.21.
Rumus umum yang digunakan dalam perhitungan percobaan ini adalah sebagai
berikut:

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= (25/H) x ([1-(0.003|v-75|)]) x (0.82+4.5/D) x (1-0.0032xA) x FM x CM

L
LI =
RWL

LC = Load Constant atau Konstanta Beban (23 kg)

HM = Horizontal Multiplier atau faktor pengali jarak horizontal

VM = Vertical Multiplier atau faktor pengali jarak vertikal

DM = Distance Multiplier atau faktor pengali perpindahan benda

AM = Asymmetric Multiplier atau faktor pengali pengangkatan asimetri

FM = Frequency Multiplier atau faktor pengali frekuensi pengangkatan

CM = Coupling Multiplier atau faktor pengali kondisi pegangan pada beban

LI = Lifting Index, atau Index Pengangkatan

L = Berat beban yang diangkat

Posisi 1

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-31

Tabel 3.2. Data Percobaan RWL Posisi 1


Lembar data RWL

Nama Amanda. A Keloimpok :1


Umur 20 Tahun Shift : A

Posisi 1
Start of Lift End of lift
Measured Measured
NIOSH factor Value Multiplier Value Multiplier
Load Constant (LC) 23 23 23 23
Horizontal Distance
(H) 65cm 52cm
Vertical Distance (V) 43cm 43cm

Distance of Lift (V final


-V final) 0 0
Frequency
(LIFTS/MIN)(F) 12 0,37 12 0,37
Asymetric of Lift (A) 0 degree 90 degree
Coupling Poor 0,9 Poor 0,9
Weight 4kg 4kg 4 kg 4kg

Gambar 3.19. Posisi 1 Sebelum dan Sesudah Pengangkatan

Start of lift:

RWL = 23x(25/H)x[1-(0.003|v-75|)]x(0.82+4.5/D)x(1-0.0032xA)xFMxCM

= 23x(25/65)x[1-(0.003|43-75|)]x(0.82+4.5/0)x(1-0.0032x0)x0.37x0.9 = 2,6630 cm

L
LI =
RWL

4
= = 1,5020 ( karena LI > 1, maka pengangkatan tidak diizinkan karena
2.6630
berbahaya)

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-32

End of lift:

RWL = 23x(25/H)x[1-(0.003|V-75|)]x(0.82+4.5/D)x(1-0.0032xA)xFMxCM

=23x(25/52)x[1-(0.003|43-75|)]x(0.82+4.5/0)x(1-0.0032x90)x0.37x0.9= 2,37 cm

L
LI =
RWL

4
= = 1,6877 ( karena LI > 1, maka pengangkatan tidak diizinkan karena
2.37
berbahaya)

Posisi 2

Tabel 3.3. Data Percobaan RWL Posisi 2


Lembar data RWL

Nama Amanda. A Keloimpok :1


Umur 20 Tahun Shift : A

Posisi 2
Start of Lift End of lift
Measured Measured
NIOSH factor Value Multiplier Value Multiplier
Load Constant (LC) 23 23 23 23
Horizontal Distance
(H) 60cm 45cm
Vertical Distance (V) 0cm 43cm

Distance of Lift (V final


-V final) 43cm 43cm
Frequency
(LIFTS/MIN)(F) 12 0,37 12 0,37
Asymetric of Lift (A) 0 degree 90 degree
Coupling Poor 0,9 Poor 0,9
Weight 4kg 4kg 4 kg 4kg

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-33

Gambar 3.20. Posisi 2 Sebelum dan Sesudah Pengangkatan

Start of lift:

RWL = 23x(25/H)x[1-(0.003|v-75|)]x(0.82+4.5/D)x(1-0.0032xA)xFMxCM

= 23x(25/60)x[1-(0.003|0-75|)]x(0.82+4.5/43)x(1-0.0032x0)x0.37x0.9= 2.2863 cm

L
LI =
RWL

4
= =1,7494 ( karena LI > 1, maka pengangkatan tidak diizinkan karena
2.2863
berbahaya)

End of lift:

RWL = 23x(25/H)x[1-(0.003|v-75|)]x(0.82+4.5/D)x(1-0.0032xA)xFMxCM

= 23x(25/45)x[1-(0.003|43-75|)]x(0.82+4.5/43)x(1-0.0032x90)x0.37x0.9= 2,529
cm

L
LI =
RWL

4
= =¿1,5812 ( karena LI > 1, maka pengangkatan tidak diizinkan karena
2,529
berbahaya)

Posisi 3

Tabel 3.6. Data Percobaan RWL Posisi 3

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-34

Lembar data RWL

Nama Amanda. A Keloimpok :1


Umur 20 Tahun Shift : A

Posisi 2
Start of Lift End of lift
Measured Measured
NIOSH factor Value Multiplier Value Multiplier
Load Constant (LC) 23 23 23 23
Horizontal Distance
(H) 64cm 53cm
Vertical Distance (V) 43cm 43cm
Distance of Lift (V final
-V final) 0cm 0cm
Frequency
(LIFTS/MIN)(F) 12 0,37 12 0,37
Asymetric of Lift (A) 0 degree 180 degree
Coupling Poor 0,9 Poor 0,9
Weight 4kg 4kg 4 kg 4kg

Gambar 3.21. Posisi 3 Sebelum dan Sesudah Pengangkatan

Start of lift:

RWL = 23x(25/H)x[1-(0.003|v-75|)]x(0.82+4.5/D)x(1-0.0032xA)xFMxCM

= 23x(25/64)x[1-(0.003|43-75|)]x(0.82+4.5/0)x(1-0.0032x0)x0.37x0.9= 2,7044 cm

L
LI =
RWL

4
= = 1,4791 ( karena LI > 1, maka pengangkatan tidak diizinkan karena
2,7044
berbahaya)

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-35

End of lift:

RWL = 23x(25/H)x[1-(0.003|v-75|)]x(0.82+4.5/D)x(1-0.0032xA)xFMxCM

= 23x(25/53)x[1-(0.003|43-75|)]x(0.82+4.5/0)x(1-0.0032x180)x0.37x0.9=1,2737
cm

L
LI =
RWL

4
= = 3,1402 (karena LI > 1, maka pengangkatan tidak diizinkan karena
1.2737
berbahaya)

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
BAB IV

ANALISIS

4.1. PERCOBAAN GRIP STRENGTH


4.1.1. Berdasarkan hasil pengujian data dengan uji t, pada tingkat kepercayaan
berapa data-data tersebut tergolong signifikan? Serta jelaskan hasil uji
tersebut secara lengkap!

Setelah dilakukan perbandingan data dengan uji t menggunakan tingkat kepercayaan


sebesar 95%, didapatkan bahwa hasil yang kami dapatkan (P-Value) yang di dapatkan
diatas dari 0,005. Hal ini menunjukan bahwa data yang kita dapatkan tidak dapat
menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95%.
Maka hasil yang kami dapatkan kurang signifikan. Pada posisi 1,2, dan 3, menunjukan
bahwa data yang kita dapatkan kurang.
Hasil uji t yang dilakukan dengan software minitab dengan data percobaan masing-
masing perbandingan posisi dengan tangan kanan maupun tangan kiri menunjukkan P-
Value yang kurang dari 0.005 ada 2. Pada posisi 1 dan posisi 2 tangan kiri. Maka data
tersebut tergolong tidak signifikan.

4.1.2. Analisa hasil praktikum:


4.1.2.1. Jelaskan mengenai keseluruhan data hasil praktikum grip strength,
pada posisi apakah data yang menunjukkan nilai tertinggi dan juga
pada posisi apa juga data menunjukkan nilai terendah!

Berdasarkan data yang didapatkan dari percobaan Grip strength, antara


praktikan 1 dan praktikan 2,menunjukan hasil yang serupa, hasil menunjukan bahwa
terdapat kurva garis yang menurun dari posisi lurus, 45 derajat, dan 90 derajat.
Meskipun besarnya kekuatan dari praktikan 1 & 2 berbeda,namun secara keseluruhan
kekuatan posisi1 lebih besar dari posisi 2. Dan kekuatan posisi 2 lebih besar dari posisi
3.

Maka kesimpulan nya posisi yang menunjukan nilai tertinggi adalah posisi
lurus. Dan posisi yang menunjukan nilai terendah adalah posisi 90 derajat.

36
Laporan Praktikum Biomekanika B-37

4.1.2.2. Dari nilai tertinggi dan terendah, jelaskan mengapa pada posisi
tersebut data menunjukkan nilai tertinggi maupun terendah!

Berdasarkan data yang telah kita dapatkan di dalam percobaan, ditunjukan


bahwa posisi dengan kekuatan tertinggi adalah posisi lurus. Karena pada posisi
ini, pergelangan tidak mendapatkan gaya lebih dari telapak. Karena pada posisi
lurus, seluruh otot yang berada di antara tulang pengumpil, dapat bekerja
secara maksimal

Berasarkan data terendah yang didapatkan, hasil menunjukan bahwa posisi


90 derajat ke bawah adalah posisi terburuk yang didapatkan. Pada posisi ini,
ada usaha yang digunakan otot untuk membuat telapak tangan 90 derajat
kebawah, sehingga ketika menggenggam benda yang lain, membutuhkan
tenaga yang berlebih, sehingga hasilnya tidak dapat maksimal

4.1.2.3. Dari beberapa buah posisi yang dilakukan pada saat praktikum,
jelaskan pada kondisi manakah yang menunjukkan nilai terbaik?
Serta jelaskan alasannya!

Nilai terbaik ditunjukkan pada saat percobaan dengan kondisi pergelangan


tangan lurus. Kondisi pergelangan tangan yang ideal, yaitu tidak membengkok
menjadikan posisi pertama ini menjadi posisi dengan kekuatan genggam yang
paling baik. Pergelangan tangan tidak mengalami gangguan sehingga
genggaman mencapai tingkat maksimumnya.
4.1.2.4. Dari posisi terbaik, berikan rekomendasi terkait kondisi (posisi dan
penggunaan tangan) tersebut!

Setelah melakukan percobaan dengan 3 posisi yang berbeda,


direkomendasikan genggaman tangan lurus. Tanpa ada sudut yang terbentuk
saat megenggam benda. Hal ini direkomendasikan, karena, ketika tangan kita
lurus, tidak ada lagi tenaga yang terbuang saat menggenggam. Pergelangan
tidak mengalami gangguan dan tidak perlu memberikan usaha lebih

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-38

4.1.3. Analisislah kendala yang dialami praktikan pada saat pelaksanaan


praktikum (terkait alat yang digunakan)!

Kendala yang mungkin terjadi, saat keadaan alat sudah mulai rusak. System kalibrasi
yang mengukur kekuatan kurang akurat.

4.1.4. Berikan beberapa buah contoh pekerjaan untuk masing-masing posisi


percobaan (minimal 3 buah pekerjaan) disertai dengan gambar pekerjaan
tersebut.

Pergelangan tangan lurus: Menembak, menggenggam raket, menarik gagang pintu.

Gambar 4.1. Menembak Gambar 4.2. Memainkan Raket

Gambar 4.3. Menarik Gagang Pintu


Pergelangan tangan miring 45°: Menggunakan kemoceng, memotong menggunakan
pisau, menggunakan tabung pemadam kebakaran.

Gambar 4.4. Menggunakan Pisau Gambar 4.5. Menggunakan Kemoceng

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-39

Gambar 4.6. Menggunakan Pemadam Kebakaran

Pergelangan tangan miring 90°: menggunakan senter, menggunakan obeng, mendorong


gerobak.

Gambar 4.7. Menggunakan Senter Gambar 4.8. Menggunakan Obeng

Gambar 4.9. Mendorong Gerobak

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-40

4.1.5. Lakukan analisis mengenai resiko yang mungkin ditimbulkan dari hasil
percobaan yang telah dilakukan.

Resiko yang mungkin ditimbulkan dari hasil percobaan, saat praktikan menekuk
pergelangan tangan dengan posisi yang salah lalu meneruskan nya sambiol menekan
tuas dari alat grip strength.

4.2. PERCOBAN PULL STRENGTH


4.2.1.Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, posisi mana yang menunjukan
posisi terbaik dan juga terburuk? Jelaskan! (Penjelasan terkait dengan posisi
tubuh terhadap titik berat benda)

Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan, hasil perhitungan yang telah dilakukan
dengan menggunakan metode Chaffin, maka dapat diketahui urutan posisi dari yang terbaik
hingga yang terburuk adalah posisi 1 stoop lift, posisi 2 straddle lift dan posisi 3 knee high lift.
Urutan posisi ini diperoleh dengan membandingkan nilai Compression Force (Fc) dari
masing-masing posisi pengangkatan. Posisi dianggap baik atau aman apabila nilai
Compression Force-nya tidak lebih dari 3400 N. Dari hasil perhitungan sebenarnya diperoleh
bahwa semua posisi dianggap buruk karena nilainya lebih dari 3400 N. Namun menurut kami,
jika dikaitkan antara posisi pengangkatan dan titik berat benda, straddle lift merupakan posisi
yang memang cocok untuk pengangkatan beban yang berat. Pada posisi straddle lift kedua
kaki dibuka lebar-lebar sambil menekuk dan salah satu kaki diletakkan lebih kedepan
dibanding kaki yang lain. Kedua kaki berfungsi sebagai tumpuan, dan batang tubuh juga.
Sedangkan posisi stoop lift lebih buruk dibandingkan straddle lift pengangkatan hanya
mengandalkan gerakan batang tubuh dengan posisi kedua kaki lurus dan punggung
membungkuk dan knee high lift juga dikatakan tidak baik karena batang tubuh tidak
membungkuk dan kaki ditekuk sedikit yang akan mengakibatkan cidera pada kaki karena
tidak adanya koordinasi yang baik antara kaki dan batang tubuh.

4.2.2.Berdasarkan hasil prektikum yang dilakukan, jelaskan hubungan antara


intervertebral disc dengan L5/S1!

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-41

L5/S1 merupakan bagian tubuh manusia yang terletak pada tulang belakang atau lebih sering
didengar dengan sebutan tulang punggung, yang dimaksud dengan L5/S1 adalah lumbar
kelima dan sakrum pertama pada bagian tulang belakang. Sedangkan untuk intervertebral disk
adalah jaringan lunak yang berada diantara ruas-ruas tulang belakang. Jaringan ini membantu
dalam pergerakan tulang belakang, sehingga tulang belakang mudah untuk bergerak dan
kembali ke posisi semula, selain itu sebagai pelumas bagi tulang belakang agar jika terjadi
pergesekan antar tulang, tulang tidak rusak dan menjaga agar pergerakan yang dihasilkan tetap
mulus. Pada saat manusia mengangkat beban, tulang belakang adalah salah satu tulang yang
membantu menyokong tubuh agar tubuh dapat mengangkat beban tersebut. Jika beban yang
diangkat terlalu berat, maka tubuh akan terasa tidak enak dan memburuk kondisinya, dan ada
kemungkinan orang tersebut dapat terkena penyakit tulang, khususnya pada tulang belakang.
Jadi, intervertebral disk merupakan jaringan penghubung antara L5/S1 dan antar tulang
belakang lainnya. Dengan seringnya kita melakukan pekerjaan berat, ada penyakit yang
berhubungan dengan L5/S1 dengan intervertebral disk yaitu penyakit Hernia Nucleus
Pulposus (HNP) atau dikenal juga dengan Prolapsed Intervertebral Disc (PID) adalah suatu
penyakit, dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nucleus
Pulposus) mengalami tekanan dan pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya syaraf
tulang belakang. Penyakit ini dapat terjadi pada seluruh ruas tulang belakang kita mulai dari
tulang leher sampai tulang ekor (cervical, thorakal, lumbar atau sacrum). Penyebab Hernia
Nucleus Pulposus (HNP) ini sendiri bisa diakibatkan karena gerakan yang salah sehingga
tulang punggung mengalami penyempitan kebawah, ada juga yang karena sering membawa
beban berat pada masa pertumbuhan sehingga pada saat dewasa tulang punggungnya
mennyempit dan menjepit saraf, dan juga kebiasaan sikap tubuh yang salah selama bertahun-
tahun sehingga terjadi pennyempitan pada tulang punggung dan penjepitan pada saraf.

4.2.3.Dari hasil pengolahan dengan metode chaffin, posisi manakah yang merupakan
posisi terbaik? Berikan rekomendasi anda agar posisi pengangkatan dapat lebih
baik lagi !

Dari hasil pengolahan data dengan metode chaffin maka diperoleh posisi stoop lift atau posisi
1 adalah posisi terbaik dengan nilai Compression Force 6958.9337 N. Metode ini
mengandalkan gerakan batang tubuh dengan posisi kedua kaki lurus dan punggung
membungkuk. Agar posisi pengangkatan lebih baik lagi maka harus diperhatikan jarak benda

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-42

ke tubuh kita yang sebaiknya diletakkan di depan orang yang mengangkat benda tersebut agar
posisi berdiri kaki dapat lebih kuat dan dapat sedikit membantu pengangkatan beban.

4.2.4.Berikan beberapa buah contoh pekerjaan untuk masing-masing posisi percobaan


(minimal 3 buah pekerjaan) disertai dengan gambar pekerjaan tersebut.

Gambar 4.2.4.1 Pekerjaan seorang atlit angkat beban dengan menggunakan knee high lift

Gambar 4.2.4.2 Pekerjaan seorang tukang kebun dengan menggunakan stoop lift

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-43

Gambar 4.2.4.3 Pekerjaan seorang dengan menggunakan straddle lift

4.2.5.Lakukan analisis mengenai resiko yang mungkin ditimbulkan dari hasil percobaan
yang telah dilakukan.

Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan yang dilakukan dengan metode Chaffin, dapat
diketahui bahawa dari ketiga posisi yang berbeda, ketiganya memiliki Compression Force
melebihi batas yang diperbolehkan yaitu 3400 N. Hal ini dianggap berbahaya bagi pekerja.
Apabila pekerjaan dilakukan secara terus menerus dikhawatirkan akan terjadi gangguan pada
otot rangka atau musculoskeletal disorder atau kendala yang paling sering kita jumpai yaitu
timbulnya rasa pegal / ngilu / nyeri di tulang bagian belakang (low back pain) jika kita
mengangkat dengan posisi pengangkatan yang keliru. Tidak hanya pada tulang belakang,
namun rasa pegal juga dapat terasa di sekitar leher karena seperti pada bahasan 4.2.2 bahwa
terjadinya sebuah penyakit pada tulang belakang itu cenderung pada seluruh ruas tulang
belakang kita mulai dari tulang leher sampai tulang ekor (cervical, thorakal, lumbar atau
sacrum). Resiko lainnya adalah kram kaki, yaitu timbulnya rasa nyeri pada otot karena otot
berkontraksi terlalu keras.

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-44

4.2.6.Buatlah tabel hasil pengukuran dengan menggunakan alat manual muscle tester
pada masing-masing percobaan. Serta, berikan analisis terkait hubungan antara
hasil pengukuran dengan posisi yang dilakukan.

Berdasarkan pengukuran yang ditampilkan pada tabel menyatakan bahwa nilai terbesar
terdapat pada posisi 3 yaitu knee high lift. Sedangkan posisi 1 yaitu stoop lift merupakan posisi
dengan nilai terkecil pada saat dilakukan pengukuran. Hal ini membuktikan bahwa kontraksi
otot paling besar terjadi pada saat proses pengangkatan pada posisi 3.

4.3. PERCOBAAN RWL


4.3.1. Berdasarkan hasil pengolahan data, faktor apa yang kiranya memiliki
pengaruh paling dominan yang menyebabkan pengangkatan tergolong
tidak aman? Jelaskan alasannya!
Berdasarkan hasil pengolahan data, hasil perhitungan (LI) untuk ketiga data, lebih dari
1 (LI>1). Maka pengangkatan untuk ke tiga posisi tersebut tidak aman. Ada factor yang
berpengaruh besar terhadap pengangkatan yaitu: berat beban, jarak beban dengan orang
yang mengangkat, sudut yang terbentuk ketika melakukan proses pengangkatan,
frekuensi pengangkatan.

Jika beban yang akan diangkat semakin berat, tentu saja memerlukan tenaga yang
semakin besar.

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-45

Jika jarak beban dengan orang yang mengangkat semakin besar, maka selagi
mengangkat ,tubuh berusaha untuk menjangkau tempat beban akan ditaruh.

Frekuensi jika terjadi terlalu sering, otot yang bekerja akan berkali-kali lebih banyak,
maka meningkatkan resiko cedera.

4.3.2. Berikan rekomendasi perbaikan posisi pengangkatan, bila diperlukan alat


bantu sertai gambar dan ukuran peralatan bantu tersebut (Desain alat
bantu disertai ukuran berdasarkan ilmu antropometri)!
Berikut ini adalah posisi pengangkatan yang kami rekomendasikan:
 Memperkecil jarak antara beban yang harus diangkat dengan orang yang
mengangkat

 Usahakan tidak adanya sudut yang terjadi di tulang belakang

 Berputar dengan seluruh badan,saat membelok

 Menjaga beban yang akan diangkat sedekat mungkin dengan tubuh.

4.3.3. Berikan beberapa buah contoh pekerjaan untuk masing-masing posisi


percobaan (minimal 3 buah pekerjaan) disertai dengan gambar pekerjaan
tersebut.

Gambar 1.1 posisi pengangkatan power lift

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
Laporan Praktikum Biomekanika B-46

Gambar 1.2 posisi pengangkatan stradle lift

Gambar 1.3 posisi pengangkatan stoop lift

4.4. JELASKAN SECARA LENGKAP KETERKAITAN ANTARA NIOSH


(NATIONAL INSTITUTE FOR OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH)
DENGAN METODE CHAFFIN!
Penelitian yang dilakukan oleh Chaffin menemukan bahwa banyak resiko yang dapat
menimbulkan cedera dan keluhan pada punggung atau yang biasa disebut low back pain pada
beberapa pekerjaan termasuk beberapa posisi pengangkatan.
Untuk mengurangi/menantisipasi dari cedera pinggang tersebut, aka Chaffin memberikan
usulan metode dalam pengangkatan yang sudah diteliti. Sedangkan NIOSH, memberitahukan
standar seseorang dalam melakukan pengangkatan denga hitungan-hitungan yang dapat dijadikan
acuan.

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Unika Atma Jaya
BAB V

KESIMPULAN & SARAN

Setelah dilakukan percobaan Grip Strength pada masing-masing posisi, yaitu pergelangan
tangan lurus, pergelangan tangan miring 45°, dan pergelangan tangan miring 90° dapat disimpulkan
bahwa:

1. Percobaan yang terbaik saat melakukan grip strength adalah dengan posisi lurus. Karena tidak
ada gaya yang dihasilkan oleh pergelangan tangan. Dan usaha lebih kecil.
2. Tinggi badan dan berat badan tidak mempengaruhi seseorang dalam melakukan tes grip
strength.
3. Jika kita sering berlatih, maka dalam posisi apapun, kekuatan yang dapat dihasilkan dapat
sama. Karena otot pergelangan sudah terlatih

Setelah melakukan percobaan pull strength dengan menggunakan metode chaffin pada 3
posisi, yaitu posisi straddle lift, power lift, dan stoop lift, maka ditarik kesimpulan bahwa :
1. Posisi pengangkatan yang diperbolehkan tidak melebihi batas yang diperbolehkan sebesar
3400 N.
2. Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diketahui bahwa posisi pengangkatan terbaik adalah
posisi straddle lift karena salah satu kaki berada di belakang dan membuat batang tubuh lebih
kokoh.
3. Pada posisi stoop lift, posisi ini buruk karena hanya mengandalkan batang tubuh, dan
punggung membengkok
4. Pada knee high lift posisi ini juga tidak baik karena tumpuan beban terdapat di lutut. Dan dapat
menyebabkan cidera kaki
5. Apabila nilai CF yang dimiliki tubuh dalam pengankatan lebih dari 3400 N, bisa menimbulkan
low back pain.

Dari Percobaan RWL dengan 3 posisi yang berbeda, dapat kami simpulkan bahwa:

1. NIOSH merekomendasikan batas beban dari perhitungan-perhitungan yang terdapat di setiap


tumpuan badan manusia.

2. Chaffin memberikan rekomendasi berdasarkan penelitian cara-cara pengangkatan

3. Untuk meminimalkan terjadinya cidera, keluhan atau kelelahan jika posisi pengangkatannya
kurang baik, direkomendasikan menambah alat bantu untuk mempercepat serta memudahkan
pada saat pengangkatan.

47
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Chaffin et.al. 1991. Second Edition. Occupational Biomechanics. John Wiley & Sons.Inc : New York.

Frankel, V.H., Nordin, M., 1980. Basic Biomechanics of the Skeletal System. Philadelphia, Lea
& Febiger.

Grandjean, E. 1993. 4th Edition. Fitting The Task to The Man. Taylor & Francis, Inc : London.

Ayoub, M.M. and Dampsey, P. G., 1999. The Psychophysical Approach To Material Handling Task
Design, Ergonomic Vol 42. No.1, pp: 17-31.

Hardiningtyas, Dewi. (2012). Ergo-Biomekanika, (on-line)


http://dewihardiningtyas.lecture.ub.ac.id/files/2012/07/Ergo-Biomekanika.pdf (diakses tanggal
8 September 2014).

Ergonomi Fit. (2011). Biomekanika. (on-line)


http://ergonomi-fit.blogspot.com/2011/09/biomekanika.html (diakses tanggal 8 September
2014).

48

Anda mungkin juga menyukai