Dosen Pembimbing :
Ns. Imelda Pujiharti, S.Kep.M.Kep.Sp.Kep.An
Disusun Oleh :
Sherly Angelina Putri 1720210023
Sistem Muskuloskletal
Sistem muskuloskletal terdiri atas rangka (tulang), otot, dan sendi. Sistem ini sangat berperan
dalam pergerakan dan aktivitas manusia. secara umum, rangka memiliki beberapa fungsi, yakni :
a. Menyokong jaringan tubuh, termasuk memberi bentuk pada tubuh (postur tubuh).
b. Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak, paru-paru, hati, dan medula spinalis.
c. Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga ligamen.
d. Sebagai sumber mineral, seperti garam, posfat, dan lemak.
e. Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah).
Sedangkan otot berperan dalam proses pergerakan, memberi bentuk pada postur tubuh, dan
memproduksi panas melalui aktivitas kontraksi otot.
Sistem Persarafan
Pergerakkan dan postur tubuh diatur oleh sistem saraf. Area motorik volunter utama, beradi di
korteks serebral, yaitu digiris prasentral atau jaringan motorik. Umumnya serabut inst turun dari
jalur motorik dan bersilangan pada tingkat medula. Dengan demikian, serbur motorik dari jalur
motorik kanan mengawali gerakan volunter untuk tubuh bagian kiri, dar serabut motorik dari jalur
motorik kiri mengawali gerakan volunter untuk tubuh bagian kanan. Propriosepsi adalah sensasi
yang didapat melalui stimulasi dari dalam tubuh mengenai Posisi dan aktivitas otot tertentu.
Propriosepi di des aeropukan tempat ujung-ujung sarat di ou, de mampuan untuk mencapai dan
mempertahankan p gs (duluk atau berdiri) untuk mengatur seluruh ketrampilan aktivitas motorik.
Secara spesifik, sistem persarafan memiliki beberapa fungsi yakni :
a. Saraf aferen (reseptor), berfungsi menerima ransangan dari luar kemudian meneruskannya
ke susunan saraf pusat.
b. Sel saraf atau neuron, berfungsi membawa impuls dari bagian tubuh satu ke bagian tubuh
lainnya.
c. Sistem saraf pusat (SSP), berfungsi memproses impuls dan kemudian memberikan respons
melalui saraf eferen.
d. Saraf eferen, berfungsi menerima respons dari SSP kemudian meneruskannya ke otot
rangka.
Sistem Skeletal
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri atas empat tipe tulang pendek pipih, dan
ireguler (tidak beraturan). Tulang panjng membentuk tinggi tubuh (misalnya, femur, fibula, dan
tibia pada kaki). Tulang pendek ada dalam bentuk berkelompok dan ketika dikombinasikan dengan
ligamen dan kartilago akan menghasilkan gerakan pada Ekstremitas. Dua contoh tulang pendek
adalah tulang karpil di kaki dan Tulang patela di lutut. Tulang pipih mendukung struktur bentuk
seperi tulang di tengkorak dan tulang di toraks. Tulang ireguler membentuk kolumna vertebra dan
beberapa tulang seperti mandibula. Skeletal tempat melekatnya otot dan ligamen. Ikatan ini
menyebabkan gerakan dari bagian skeletal, seperti membuka dan menutup atau melurukan lengan
atau kaki. Skeletal juga melindungi organ vital misalnya tengkorak melindung otak dan rusuk
melindungi jantung dan paru.
Sendi
Sendi adalah bubungan di antara tulang. Ada empat klasifikasi sendi yaitu sebagai berikut.
Sendi sinostostik mengacu pada ikatan tulang dengan tulang.
Sendi kartilaginus, atau sendi sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan tetapi elastis dan
menggunakan kartilago untuk menyatakan permukaannya.
Sendi fribosa adalah sendi tempat kedua permukaan tulang disation dengan lipates stau membran.
Sendi sinovial adalah sendi yang dapat digerakkan bebas karma permukaan tulang yang
berdekatan dilapisi oleh kartilango artikular dan dihubungkan oleh ligame jar dengan membran
sinovial.
Ligamen
Ligamen adalah ikatan jaringan brosa yang berwarna putih, mengkilat, Bekabel a sendi menadi
satu dan menghubungkan tulang dengan kartdago. Ligamen sehingga membantu fleksibilitas sendi
dan mendukung sendi.
Tendon
Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan s dengan
pulang Tendon bersifat kuat, fleksibel, dan tidak elastis, serta mempunyai dan ketebalan yang
bervarias Tendon Achiles (tendon kalkaneus) adalah tendon yang p tebal dan paling kuat di dalam
tubuh.
Kartilago
Kartilago adalah jaringan penyambung yang tidak mempunyai vaskuler, yang terletak tert di sendi
dan toraks, trakea, laring, hidung, dan telinga.
Otot Skelet
Gerakan nilang dan sendi merupakan proses aktif yang harus terintegrasi secara hati-hat untuk
mencapai koordinasi Otot skelet, karena kemampuannya untuk berkontraksi dan berelaksasi
merupakan elemen kerja dari pergerakkan. Elemen kontraktil otot skriet dicapa oleh strutur
anatomis dan ikatannya pada skelet. Ada dua tipe kontraksi otot yaitu bod dan isometrik. Pada
kontraka isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan peningka tekanan otot atau kerja otot
tetapi tidak ada pemendekan atau pergerakan aktif dari Misalnya, menganjurkan klien latihan
kuadrisep, Gerakan volunter adalah kombinas dat kontraksi isotonik dan isometrik. Misal ketika
perawat mengangkat klien di atas tempat tidur, berat klien menyebabkan peningkatan tegangan
otot di lengan perawat un tegangan tersebut sama (isometrik) dengan beban diangkat dan beban
lengan bawah. Kela keseimbangan dicapai, stimulasi berlanjut ke otot memendek (isotonik) dan
menekak s (gerakan aktif), kemudian klien terangkat dari tempat tidur. Meskipun kontraksio tidak
menyebabkan otot memendek, tetapi pemakaian energi meningkat.
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan masalah gangguan mobilitas fisik yaitu
dengan memberikan latihan rentang gerak. Latihan rentang gerak yang dapat diberikan salah
satunya yaitu dengan latihan Range of Motion (ROM) yang merupakan latihan gerak sendi dimana
pasien akan menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara pasif
maupun aktif. Range of Motion (ROM) pasif diberikan pada pasien dengan kelemahan otot lengan
maupun otot kaki berupa latihan pada tulang maupun sendi dikarenakan pasien tidak dapat
melakukannya sendiri yang tentu saja pasien membutuhkan bantuan dari perawat ataupun
keluarga. Kemudian, untuk Range of Motion (ROM) aktif sendiri merupakan latihan yang
dilakukan sendiri oleh pasien tanpa membutuhkan bantuan dari perawat ataupun keluarga. Tujuan
Range of Motion (ROM) itu sendiri, yaitu mempertahankan atau memelihara kekuatan otot,
memelihara mobilitas persendian, merangsang sirkulasi darah, mencegah kelainan bentuk (Potter
& Perry, 2012).
Saputra (2013), gangguan mobilitas fisik dapat diberikan tindakan dapat berupa:
1) Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien, misalnya dengan miring kanan atau miring
kiri, posisi sims, fowler, litotomi, dorsal recumbent, genupectoral ataupun trendelenburg.
2) Melakukan kegiatan sehari-hari untuk melatih ketahanan, kekuatan, serta kemampuan sendi
supaya mudah bergerak, serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.
3) Ambulasi dini, dapat bermanfaat untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan otot dan
meningkatkan fungsi dari sistem kardiovaskular.
4) Latihan rentang gerak atau Range of Motion/ROM.
Penatalaksanaan untuk gangguan istirahat dan tidur sendiri dapat diberikan tindakan berupa:
1) Kurangi distraksi lingkungan yang menyebabkan gangguan tidur
2) Bantu upaya tidur misalnya dengan minum susu sebelum tidur karena susu yang hangat
menandung L-triptofan (untuk penginduksi tidur) atau mandi menggunakan air hangat karena
dapat meimbulkan relaksasi.
E. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian perlu dilakukan secara cermat, pengkajian dapat berupa:
1) Perawat perlu mengkaji tingkat aktivitas pasien untuk mengetahui mobilisasi serta resiko cedera
yang terdiri dari jenis aktivitas, frekuensi, pola, kecepatan aktivitas serta lama dalam beraktivitas.
2) Perawat mengkaji riwayat tidur (pola tidur, gangguan tidur yang sering terjadi, kebiasaan,
lingkungan tidur klien, status emosi maupun mental klien
3) Mengkaji gangguan tidur sepeti insomnia, somnambulisme/tidur berjalan, enuresis/mengompol,
mendengkur, narkolepsi/kantuk berlebih dan sebagainya
4) Kaji tingkat kelelahan seperti aktivitas yang menimbulkan lelah atau menghambat gerakan
tubuh baik gejala, etiologi serta dampak gangguan pergerakan
5) Riwayat keperawatan, Hidayat (2011), menyatakan bahwa masalah mobilitas atau immobilitas
dapat dikaji terkait:
a) Riwayat keperawatan sekarang, meliputi alasan penyebab pasien mengalami keluhan dalam
pergerakan.
b) Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita, Pengkajian riwayat penyakit yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem
neurologis, riwayat penyakit sistem muskuloskeletal, sistem pernafasan dan lain-lain.
6) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik terkait istirahat dapat berupa mengkaji tingkat energi, mata merah, ciri-ciri
wajah seperti kelopak mata sembab, ciriciri perilaku sepeti semponyongan, mengusap-usap mata,
lambat dalam berbicara, maupun penyebab potensial misalnya obesitas atau kegemukan,
pernapasan dalam serta dangkal, deviasi septum serta tekanan darah rendah. Pemeriksaan fisik
aktivitas dapat berupa kaji, kemampuan mobilitas, kaji kemampuan rentang gerak dan perubahan
intoleransi aktivitas, kaji perubahan psikologis akibat immobilisasi dan kaji kemampuan fungsi
motorik dan fungsi sensorik kategori tingkat kemampuan aktivitas serta kaji kekuatan otot yang
1. Keseimbangan tubuh dapat dipertahankan apabila garis gravitasi (garis imajinasi vertikal yang
melalui pusat gravitasi suatu objek) melewati pusat gravitasi (titik tempat semua massa tubuh
terpusat) dan fondasi penyokong (fondasi saat tubuh pada posisi istirahat).
2. Jika fondasi penyokong lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan dan keseimbangan
akan lebih besar.
3. Jika garis gravitasi berada di luar pusat fondasi penyokong, energi akan lebih banyak digunakan
untuk mempertahankan keseimbangan.
4. Fondasi penyokong yang luas dan kesejajaran tubuh yang baik akan menghemat penggunaan
energi dan mencegah kelelahan otot.
5. Perubahan posisi tubuh akan membantu mencegah ketidaknyamanan otot.
6. Kesejajaran tubuh yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan nyeri, kelelahan otol,
dan kontraktur.
7. Karena struktur anatomi individu yang berbeda. maka intervensi keperawatan yang diberikan
harus bersifat individual dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
8. Dapat memperkuat otot-otot yang lemah dan membantu mencegah kekakuan otot serta ligament.
Keseimbangan
Mekanisme yang berperan dalam mempertahankan keseimbangan dan postur tubuh cukup rumit
untuk dipahami. Secara umum, perasaan seimbang (sense of equilibrium) bergantung pada input
informasi yang diterima dari labirin (telinga bagian dalam). penglihatan (input vestibulo-okular),
dan dari reseptor otot dan tendon (inptil vestibulospinalis). Pada keadaan normal, reseptor
keseimbangan di aparatus veslibular mengirimkan sinyal menuju otak yang akan mengawali
refleks yang dibutuhkan untuk mengubah posisi Sedang pada keadaan lain, misalnya pada
perubahan posisi kepala, informasi yang diterima langsung dikirim ke pusat refleks di batang otak
sehingga memungkinkan respons refleks yang lebih cepat guna mempertahankan keseimbangan
tubuh Selain mekanisme di atas, keseimbangan tubuh juga dipengaruhi oleh pusat gravitasi garis
gravitasi, dan fondasi penyokong seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Kesehatan Fisik
Gangguan pada sistem muskuloskeletal atau persarafan menimbulkan dampak yang negatif pada
pergerakan dan mekanika tubuh seseorang Adanya penyakit, trauma, atau kecacatan dapat
mengganggu pergerakan dan struktur tubuh Karenanya, untuk memberikan intervenal yang tepat
kepada klien, perawat perlu mengkaji nespons klien terkait dengan hambatan mobilitas yang
dialaminya Selain itu, penguatan perilaku juga perlu diberikan kepada klien guna meningkatkan
fungi kesehatannya.
A. Masalah pada system muskuloskeletal Penyakit kongenital atau postur tubuh yang
abnormal dapat menghambat pergerakan seseorang Untuk itu, perawat perlu melakukan
upaya deteksi dini guna mengetahui adanya masalah pada sistems muskuloskeletal Di
samping itu, perawat juga perlu memberikan penyuluhan kesehatan, konseling, dan
dukungan terkait dengan program perawatan yang sesuai untuk klien, misalnya cara
melakukan aktivitas dan pengaturan posisi yang tepat untuk klien.
B. Masalah pada system and Berbagai gangguan atau penyakit pada sistem saral, seperti
Parkinson, sklerosis multipel cedera serebrovaskular, stroke, atau tumor pada sistem saraf
dapat meyebabkan kelemahan, paralisis spastik, dan flasid pada otot yang dapat
menghambat pergerakan dan mobilitas otot.
Status Mental
Gangguan mental atau afektif seperti depresi atau stres kronis dapat memengaruhi keinginan
seseorang untuk bergerak Individu yang mengalami depresi cenderung tidak antusias dalam
mengikuti kegiatan tertentu, bahkan kehilangan energi untuk melakukan perawatan higiene.
Demikian pula halnya dengan stres yang berkepanjangan, kondisi ini bisa menguras energi
sehingga individu kehilangan semangat untuk beraktivitas.
Gaya Hidup
Gaya hidup terkait dengan kebiasaan yang dilakukan individu sehari-hari. Individu dengan pola
hidup yang sehat atau kebiasaan makan yang baik ke- mungkinan tidak akan mengalami bambatan
dalam pergerakan. Sebaliknya, individu dengan gaya hidup yang tidak sehat dapat mengalami
gangguan kesehalan yang pada akhirnya akan menghambat pergerakannya
Nutrisi
Nutrisi berguna bagi organ tubuh untuk mempertahankan status kesehatan. Apabila pemenuhan
nutrisi tidak adekuat, hal ini bisa menyebakan kelelahan dan kelemahan otot yang akan
mengakibatkan penu- runan aktivitas atau pergerakan. Sebaliknya, kondisi nutrisi berlebih (mis.,
obesitas) dapat menyebabkan terbatasnya pergerakan tubuh sehingga individu menjadi mudah
lelah.
Stres
Status emosi seseorang akan berpengaruh terhadap aktivitas tubuhnya. Perasaan tertekan, omas,
dan depresi dapat menurunkan semangat serang untuk beraktivitas. Kondisi ini ditandai dengan
penurunan nafsu makan, perasaan tidak bergairah, dan pada akhirnya menyendiri.
Faktor Sosial
Individu dengan tingkat insibukan yang tinggi secara tidak langsung akan sering menggerakkan
tubuhnya Sebaliknya, individe yang jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar tentu akan lebih
sedikit beraktivitas/menggerakkan tubuhnya.
1. Kelainan postur
Kelainan postur yang didapat atau kongenital memengaruhi efisiensi sistem muskuloskeletal,
seperti kesejajaran tubuh, keseimbangan, dan penampilan Selama pengkajian fisik, perawat
mengobservasi kesejajaran tubuh dan rentang gerak. Kelainan postur menggangu kesejajaran
tubuh dan mobilisasi keduanya.
1. Status kesehatan. Perubahan status kesehatan dapat memengaruhi sistem muskuloskeletal dan
sistem saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabican oleh penyakit,
berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan lain-lainnya.
2. Nutrisi. Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan
perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan
memudahkan terjadinya penyakit. Sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih
mudah mengalami fraktur
3.Emosi. Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan
ambulasi yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman. tidak bersemangat, dan harga
diri rendah, akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
4. Situasi dan kebiasaan. Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang misalnya, sering
mengangkat benda-benda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
5. Gaya hidup. Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres dan
kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat
menganggu koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan neurologi, yang akhirnya akan
mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
6. Pengetahuan. Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong
seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang
dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh
akan menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan
muskuloskleteal.
1. Gravitast Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melaskan mekanika tubuh
dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga
faktor yang perlu diperhatikan dalam gratiya pusat gravitasi (center of gravity), titik yang berada
dipertengahan tubuh, garis gravita (line of gravity), merupakan garis imaginer vertikal melalui
pusat gravitasi, dar da tumpuan (hase of support), merupakan dasar tempat seseorang dalam
keadaan istirahat untuk menopang atau menahan tubuh
2. Keseimbangan, Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan car
mempertahankan posisi garis gravitasi di antara pusat gravitas dan dasar tamp
3. Berat. Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat diperhat atau bobot benda yang akan
diangkat karena berat benda akan memengamanka tubuh.
Bentuk tersering distrofi otot adalah distrofi otot Duchen penyakit terkait seks yang diwariskan
melalui kromosom X dan hampir selalu terda pada pria. Pada sekitar 50% kasus penyakit ini jelas
memperlihatkan riwayat keluarg dan diturunkan dari ibu kepada anak laki-lakinya. Lima puluh
persen lainnya munc secara spontan akibat mutasi pada kromosom X sebelum atau selama
konsepsi. O karena pria hanya memiliki satu kromosom X maka gen defektif yang menyebabka
penyakit tidak dikompensasi oleh gen sehat pada kromosom X yang lain. Penyebab distrofi otot
Duchenne adalah terjadi akibat cacat pada gen yang menghasilkan protei distrofin. Distrofin
penting untuk memelihara membran sel otot. Tanpa distrofin, se sel otot melemah dan mati.
Kelemahan sel-sel otot dimulai di daerah panggul pada anak berusia dua atau tiga tahun.
Kelemahan tersebut kemudian menyebar ke tungla dan bagian atas tubuh dalam 3-5 tahun.
Sewaktu sel-sel otot mati, terbentuk jaring parut dan sel-sel lemak yang menggantikan sel-sel yang
mati sehingga otot (terutama otot betis) tampak kuat dan berisi (disebut pseudohipertron).
Akhirnya, kerangka mulai mengalami deformitas dan anak semakin sulit bergerak dan akhirnya
hanya menggunakan kursi roda. Otot jantung sering terkena dan sekitar 50% pasien mengidap
gagal jantung. Disfung otut polos dapat menyebabkan gangguan saluran cerna. Selain itu, mungkin
terdap sedikit retardasi mental, kematian biasanya terjadi akibat komplikasi pernapasan at jantung
pada usia 20-an atau lebih dini. Gambaran klinis, balita tampak canggung syunan langkah
terguncang-guncang, dan sering jatuh, berjalan dengan jari-jari ka karena kelemahan tibia anterior,
penurunan refleks tendon dalam, pseudohipertrofi o betis, imobilitas dan terpaku ke kursi roda
pada usia remaja, tulang belakang melengkang (kifoskoliosis) akibat melemahnya otot-otot postur,
infeksi pernapasan berulang akh ketidakmampuan mengembangkan paru secara maksimum.
Penatalaksanaan, olahrag yang tidak berat dianjurkan untuk mempertahankan mobilitas dan fungsi
selama mungkin, penelitian-penelitian eksperimental berupa penyuntikan intramusku distrofin,
atau gen untuk distrofin, sekarang dilakukan pada hewan percobaan ters 201 gen akan dapat
dilakukan melalui virus yang telah direkayasa secara membawa gen yang tepat ke dalam sel otot
penja, sekarang sedang dilakukan penelitian penelitian eksperimental yakni sel od ottimatur what
diambil dan p ayah pasien distrofi otot dan disuntikkan ke dalam aut putra metska. Pada saat in
masih belum jelas apakah terjadi perbaikan bermakna pada fungi tot para pas tersebut.
Atrofi
Atrofi adalah penurunan ukuran suatu sel atau jaringan dapat terjadi digunakannya otot atau terjadi
pemutusan saraf yang m parafi otot tersebut. Pade of otot, ukuran miofibril berkurang. Walaupun
tidak benar-benar mengalami k padatan tulang dapat berkurang akibat tidak digunakannya tulang
tersebut da penyakit atau defisiensi metabolik
Pengkajian
Pengkajian terkait aktivitas klien meliputi riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik tentang
kesejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan dan pergerakan sendi, kemampam dan keterbatasan
gerak, kekuatan dan massa otot, toleransi aktivitas, masalah terikat mobi serta kebugaran fisik
Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan meliputi riwayat aktivitas dan olahraga yang mencakap tingkat
aktivitas, toleransi aktivitas, jenis dan frekuensi olahraga, faktor yang memengaru mobilitas, serta
pengaruh imobilitas.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik berfokus pada aktivitas dan olahraga yang menonjolkan kese berjalan,
penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan dan ketehas pr jestan dan massa otot, serta toleransi
aktivitas
1.Kesejajaran tubuh.
Kesejajaran tubuh dapat dilakukan padu klien dengan can be duduk atau berbaring sebagaimana
Tiguan pemeriksaan kesejajaran tubab adalah untuk mengidentifikan perb akibat pertumbuhan dan
perkembangan normal, hal-hal yang perlu dipale mempertahankan postur tubuh yang baik, faktor
yang mempebabkan pour buruk (misal kelelahan dan harga diri rendah), serta kelemahan ut dan
ke motonk lainnya. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menginspeki pa lateral, anterior, dan
posterior guna mengamati apakah
a. bahu dan pinggul sejajar.
b. jari-jari kaki mengarah ke depan. rulang belakang lurus, tidak melengkung ke sisi yang lain.
2. Cara berjalan.
Pengkajian cara berjalan dilakukan untuk mengidentifikasi m klien dan risiko cedera akibat jatuh.
Hal ini dilakukan dengan meminta klien bere sejauh t 10 kaki di dalam ruangan, kemudian amati
hal-hal berikut.
6.Toleransi aktivitas.
Pengkajian ini bermanfaat untuk meningkatkan kemadirian khen yang mengalami
(a) disabilitas kandvate dan rep imobilisasi
(b)komplet dalam waktu yang lama
(c) peranan matachok sa ga muskuloskeletal
(d) tidur yang tidak mencukupi
(e) nyeri, atau
(f) depresi, cemas, udak termotivasi. Alat ukur yang paling bermanfaat untuk memperkirakan kien
terhadap aktivitas adalah frekuensi kekuatan, dan iama denyut jantung fo kedalaman, dan irama
pernapasan: serta tekanan darah
Penetapan Diagnosis
Diagnosis keperawatan yang terkait dengan masalah antara lain sebagai berikut:
1. Gangguan Mobilitas Fisik
2. Gangguan Pola Tidur
3. Intoleransi Aktivitas
4. Resiko Intoleransi Aktivitas
Perencanaan dan Implementasi
Hampir semua klien membutuhkan bantuan dan bimbingan perawat untuk memper memperoleh,
serta mempertahankan mekanika tubuh yang tepat. Dalam hal ini, perawat dapat mengajarkan
anggota keluarga berbagai teknik untuk bergerak, mengangkat tabah atau berpindah tempat di
sekitar lingkungan rumah Sebagai bagian dari asuhan keperawatan perawat bertanggung jawab
mengidentifikasi klien yang membutuhkan bantuan dengan postur tubuh dan menentukan besarnya
bantuan yang mereka butuhkan. Secara umum Tujuan asuhan keperawatan untuk klien dengan
masalah aktivitas bervariasa, bergantung p diagnosis dan batasan karakteristik masing-masing
individu
Objektif
1. Kekuatan otot menurun
2. Tentang gerak (ROM) menurun
Objektif
1. Sendiri kaku
2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
Rasional
a. Kaji faktor-faktor penyebab seperti trauma, penyakit yang melemahkan klien nyeri, dan lain-
lain. Rasional: mengidentifikasi faktor-faktor penyebab dapat memungkinkan perawat dan klien
untuk memfokuskan intervensi yang tepat
b. Instruksikan klien dan monitor latihan ROM aktif untuk semua persendian paling sedikit dua
kali sehari. Rasional: latihan ROM aktif mempertahankan mobilitas sendi, memperbaiki kekuatan
otot, mempertahankan dan memperbaiki fungikardiovaskular, bergantung pada intensitas dan
durasinya.
c. Lakukan latihan ROM pasif jika latihan ROM aktif tidak dapat dilakukakan. Rasional latihan
ROM pasif mempertahankan mobilitas sendi dan mencegah kontraktut
d. Anjurkan klien untuk berpartisipasi secara aktif dalam aktivitas perawatan dirinya sebanyak
mungkin. Rasional: melakukan aktivitas perawatan diri dengan mempergunakan otot dan
persendian dapat membantu mempertahankan fang otot dan persendian.
e. Anjurkan ambulasi secara optimal tidak lebih dari hatan gerakan fok, Rasi ambulasi dapat
memberikan sekanan pada nalang dan mencegah kompl pernapasan, sirkulasi, kulit, dan eliminasi
yang dababicas sobi
Tindakan
Observasi :
Terapeutik :
- sesuaikan jadwal pemberian obat dan tindakan untuk menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi
- anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur REM
Objektif :
1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Disana saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
Objektif :
1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4. Sianosis
Rencana Tindakan
Manajemen Energi (I.05178)
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energi untuk mengatasi
atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses pemulihan.
Tindakan
Observasi
- sianosis meningkat
Tindakan
Observasi
- identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Terapeutik
- sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan)
- fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
- anjurkan tirah baring
- anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
Kolaborasi
- kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Rasional
a. Untuk Respons klien terhadap aktivitas dapat dievaluasi dengan membandingkan tekanan darah,
nadi, dan pernapasan praaktivitas dengan tekanan darah, nadi, dan pernapasan pascaaktivitas.
Semua hasil pengukuran ini kemudian dibandingkan dengan waktu pemulihan-jumlah waktu yang
diperlukan bagi tekanan darah, nadi, dan pernapasan untuk kembali ke tingkat praktivitas.
b. Untuk Toleransi terhadap aktivitas terbentuk secara siklus melalui upaya penye frekuent durasi,
dan intensitas aktivitas yang diatur sampai tercapai tingkat y diinginkan. Peningkatan frekuensi
aktivitas menyebabkan peningkatan dar intensitas (kebutuhan kerja). Peningkatan intensitas
diimbangi dengan penurun durasi dan frekuensi. Setelah terbentuk toleransi untuk aktivitas yang
lebih dengan durasi yang singkat, frekuensi sekali lagi meningkat.
c. Untuk Pencatatan aktivitas yang aktual juga respons klien terhadap aktivitas tenetu menjadi
sarana yang lebih terpercaya untuk mengukur kemajuan yang ada.
d. Untuk Gejala intolerandi aktivitas dapat membaik dengan istirahat. Jadwal harus direncanakan
untuk menetapkan periode aktivitas dan istirahat yang bergantian, sera dikoordinasikan untuk
mengurangi periode pengeluaran energi yang berlebi
e. Untuk Intervensi keperawatan untuk intoleransi aktivitas berupaya meningkatkan parti klien
dalam berbagai aktivitas guna mencapai tingkat aktivitas yang diinginkan leb klien untuk program
terapi.
f. Untuk Keputusan individu untuk terlibat dalam aktivitas tertentu dipengaruhi ole pengetahuan,
nilai, keyakinan, dan kemampuan untuk bertindak.
Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah melanka tubuh dan
ambulasi adalah untuk menilai kemampuan pasien dalam menggunakan mekanika tubuh dengan
baik, menggunakan alat bantu gerak, cara menggapai benda, naik atau turu dan berjalan. perilaku
atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervnsi
keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi proses keperawatan merupakan
rangkaian aktivitas keperawatan dari hari yang harus dilakukan dan didokumentasikan dengan
cermat.
Daftar Pustaka