STASE KDP
Di Susun Oleh:
ZUMIATULLAH AL ULTARI
NIM P2002066
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Aktivitas didefenisikan sebagai situasi aksi energetic atau keadaan bergerak.
Semua manusia yang normal memerlukan kemampuan untuk dapat bergerak.
Kehilangan kemampuan bergerak walaupun pada waktu yang singkat memerlukan
tindakan-tindakan tertentu yang tepat oleh pasien maupun perawat (Elang & Engkus,
2013). Orang yang sakit memerlukan waktu yang lama di tempat tidur sehingga
mereka mempunyai masalah dalam menjaga aktivitas/gerakan. Perawat perlu
membantu pasien untuk menjaga kemampuan bergerak serta untuk mencegah
penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat keadaan kurang bergerak (imobil). Dalam
keperawatan untuk menjaga keseimbangan pergerakan, banyak aspek-aspek
pergerakan yang perlu diketahui oleh perawat antara lain: gerakan setiap persendian,
postur tubuh, latihan, dan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu aktivitas
(Elang & Engkus, 2013).
Keperawatan klinik mengkehendaki perawat untuk menggabungkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan ke dalam praktik. Salah satu komponen dari ilmu
pengetahuan dan keterampilan adalah mekanika tubuh, suatu istilah yang digunakan
untuk menggambarkan usaha dalam mengoordinasikan sistem muskuloskeletal dan
saraf (Potter & Perry, 2006). Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang
bagaimana dan mengapa kelompok otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan
mempertahankan gerakan secara aman. Dalam menggunakan mekanika tubuh yang
tepat perawat perlu mengerti pengetahuan tentang pergerakan, termasuk bagaimana
mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari system skeletal,
otot skelet dan sistem saraf. Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang terutama
digunakan untuk pergerakan dan kelompok otot lain membentuk postur/bentuk tubuh
(Potter & Perry, 2006).
Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti mengekspresikan emosi dengan
gerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas kehidupan
sehari-hari dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara
optimal maka system saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik
(Potter & Perry, 2006). Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang
dibutuhkkan untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan
dapat memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara
dengan kekuatan dan fleksibilitas oto. (Towarto, Wartonah 2007).
B. Tujuan umum
Tujuan umum dari makalah ini yaitu:
- Untuk menjelaskan tindakan keperawatan pada kasus dalam Aktivitas latihan
C. Tujuan khusus
Tujuan khusus dri makalah ini yaitu:
- Untuk menjelaskan pengkajian keperawatan
- Untuk menjelaskan diagnose keperawatan
- Untuk menjelaskan intervensi keperawatan
BAB II
TUJUAN TEORI
A. Definisi
Aktivitas didefenisikan sebagai situasi aksi energetic atau keadaan bergerak.
Semua manusia yang normal memerlukan kemampuan untuk dapat bergerak.
Kehilangan kemampuan bergerak walaupun pada waktu yang singkat memerlukan
tindakan-tindakan tertentu yang tepat oleh pasien maupun perawat (Elang & Engkus,
2013). Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan
dan bekerja. Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan berbagai
gangguan pada sistem muskuloskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan
juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya. (Towarto,
Wartonah 2007).
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk menjaga
kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat memelihara pergerakan
dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan fleksibilitas
oto. (Towarto, Wartonah 2007).
Gangguan aktivitas dan latihan adalah keadaan dimana individu mengalami
ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk menahan atau memenuhi
kebutuhan atau keinginan aktivitas sehari-hari. (Susan, Mary, Eleaner, Majorie,
1998).
B. Klasifikasi
1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi
mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi
sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa
dilepaskan setup saat susuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam
membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam. Terdapat tiga
jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid
seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang
femur dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan
menyempit di tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi kartilago dan secara
anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis
terdapat pada kedua ujung tulang dan terpisah dan lebih elastic pada masa anak-
anak serta akan menyatu pada masa dewasa.
2. Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak
sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta
dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang bersangkutan, sehingga
diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi kembali.
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Ligament bersifat elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung
sendi. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu
jika terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan.
4. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan
sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki
somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik.
Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang
dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi
dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan pada
saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada daerah
radial tangan.
5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat
segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan
berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya
sendi synovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh
kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan
synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi
lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.
C. Etiologi
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Gangguan aktivitas dan latihan dapat
terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi terjadi gangguan mobilisasi
adalah pada orang yang lanjut usia, post cedera dan post trauma. (Towarto, Wartonah
2007). Salah satunya adalah Kelainan Postur Gangguan Perkembangan Otot -
Kerusakan Sistem Saraf Pusat - Trauma Langsung pada Sistem Mukuloskeletal dan
neuromuscular - Kekakuan Otot. (Tim Pokja DPP PPNI, 2017).
D. Patofisiologi
Proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari penyebab gangguan yang
terjadi, ada tiga hal yang menyebabkan gangguan tersebut yaitu, kerusakan otot yang
meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot berupa sebagai sumber
daya dan tenaga dalam proses pergerakkan jika terjadi kerusakan otot, maka tidak
akan terjadi pergerakkan jika otot terganggu. Otot apat rusak oleh beberapa hal
seperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot, kerusakan
tendon atau ligament, radang dan lainnya. Gangguan pada skelet rangka yang menjadi
penopang sekaligus proses pergerakkan dapat terganggu pada kondisi tertentu hingga
mengganggu pergerakkan atau mobilitasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu
bentuk, ukuran maupun fungsi dari system rangka diantaranya adalah fraktur, radang
sendir, kekakuan sendiri dan lainnya. Gangguan saraf juga penting dalam
mnyampaikan implus dari darah ke otak, implus tersebut merupakan perintah dan
koordinasi antara otak dan anggota gerak, jadi jika syaraf terganggu maka akan
terjadi gangguan penyempaian implus dari dank e organ target, dengan tidak
sampainya implus makan akan terhjadi gangguan Mobilitas. (Wahyuntu,2019)
E. Manifestasi Klinis
Respon fisiologik dari perubahan aktivitas mobilisasi, adalah perubahan pada:
1. Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan
abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium.
2. Kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan
pembentukan thrombus.
3. Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah
beraktifitas.
4. Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan
kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi).
5. Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan
dan batu ginjal.
6. Integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan.
7. Neurosensori: sensori deprivation
(Asmadi, 2008).
Adapun tanda gejala pada gangguan mobilitas fisik yaitu:
1. Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(1) Mengeluh sulit menggerakkan ektremitas
b) Objektif
(1) Kekuatan otot menurun
(2) Rentang gerak (ROM) menurun
2. Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(1) Nyeri saat bergerak
(2) Enggan melakukan pergerakan
(3) Merasa cemas saat bergerak
b) Objektif
(1) Sendi kaku
(2) Gerakan tidak terkoordinasi
(3) Gerak terbatas
(4) Fisik lemah (Tim Pokja DPP PPNI, 2017).
F. WOC
WOC KDM AKTIVITAS DAN LATIHAN
Krusakan
rangka Naiknya tekanan penurunan metabolism
neuromuskular intrakranial tubuh
Lemah
Penekanan neuron motorik
hemiplegia hemiparase
Ketiakmampuan Kelemahan/keter
gerak bebas batasan gerak
Intoleransi aktivitas
Gangguan
mobilitas fisisk
G. Pemeriksaan penunjang
1) Foto Rontgen (untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur , dan perubahan
tulang )
2) CT Scan Tulang (mengidentifikasi lokasi dan panjang tulang di daerah tulang
yang sulit di evaluasi).
3) MRI (untuk melihat Abnormalitas : Tumor, Penyempitan jalur jaringan lunak
melalui tulang)
4) Pemeriksan darah Lamboratorium. (Wahyuntu,2019).
c. Intervensi
NO SDKI SLKI SIKI
1. Gangguan Mobilitas fisik Latihan rentang gerak
Mobilitas fisik a. mobilitas fisik a. Dukungan mobilisasi
Keterbatasan dalam Setelah dilakukan 1) Observasi
gerak fisik dari satu Tindakan keperawatan Identifikasi
atau lebih 1x8 jam diharapkan
indikasi dilakukan
masalah yang dialami
ekstermitas secara latihan
klien dapat diatasi
mandiri Identifikasi
dengan kriteria hasil :
DS : 1. pergerakan keterbatasan
Mengeluh sulit ekstremitas (4) pergerakan sendi
menggerakkan 2. kekuatan otot (4) Monitor lokasi
3. rentang gerak
ekstremitas ketidaknyamanan
(ROM) (4)
DO : atau nyeri pada
1. Kekuatan otot saat bergerak
menurun 2) Terapeutik
Ekspetasi :
2. Rentang gerak Cegah terjadinya
1= menurun
(ROM) menurun cedera selama
2= cukup menurun
latihan rentang
3= sedang
gerak dilakukan
4= cukup meningkat
Fasilitas
5= meingkat
mengoptimalkan
posisi tubuh untuk
pergerakan sendi
yang aktif dan
pasif
Lakukan gerakan
pasif dengan
bantuan sesuai
dengan indikasi.
3) Edukasi
- Jelaskan tujuan
dan prosedur
latihan
- Anjurkan duduk
di tempat tidur
atau kursi, jika
perlu
- Anjurkan
melakukan
rentang gerak
aktif sesuai
dengan program
latihan
Pergelangan Kaki
- Plantar fleksi (Dorso fleksi ROM pasif)
1. kemudian angkat sedikit kaki dan gerakkan / tekan ke arah
bawah jari-jari kaki kemudian kembali ke posisi semula dan
lanjutkan dengan menggerakkan jari -jari kaki ke arah tubuh
pasien atau kebalikan dari gerakan sebelumnya
2. Ulangi gerakan dengan hitungan 2 kali 8 (sesuai kemampuan
Jari kaki
- Fleksi dan ekstensi (ROM pasif)
1. Posisikan pasien terlentang dengan jari menghadap ke atas
2. Tangan kiri perawat memegang pergelangan kaki pasien dan
tangan kanan memegang jari kaki yg menghadap ke atas
3. Rapatkan /luruskan jari kaki arahkan/tekuk ke depan kemudian
kencangkan lkembali ke arah tubuh pasien
- Abduksi (ROM pasif)
1. Regangkan jari-jari kaki dengan bantuan jari tangan perawat
berda di sela-sela jari kaki pasien ke bawah
- Adduksi (ROM pasif)
1. Merapatkan kembali jari-jari secara bersama-sama
B. Saran
Untuk melakukan asuhan keperawatan dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar aktivitas dan latihan, maka pengkajian yang lengkap dan
dilakukan tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan rencana
keperawatan yang sesuai dengan keadaan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Angga Dwi Putra Mawuntu. (2019). Asuhan Keperawatan Aktivitas Dan Latihan.
Manado
Atoilah, Elang M. Kusnadi, Engkus. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut : In Media.
Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan
Aplikasi dalam praktik. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Towarto, Wartonah. 2007. KebutuhanDasar& Prose Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika.