Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

STASE KDP

Di Susun Oleh:

ZUMIATULLAH AL ULTARI

NIM P2002066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS

WIYATA HUSADA SAMARINDA

2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Aktivitas didefenisikan sebagai situasi aksi energetic atau keadaan bergerak.
Semua manusia yang normal memerlukan kemampuan untuk dapat bergerak.
Kehilangan kemampuan bergerak walaupun pada waktu yang singkat memerlukan
tindakan-tindakan tertentu yang tepat oleh pasien maupun perawat (Elang & Engkus,
2013). Orang yang sakit memerlukan waktu yang lama di tempat tidur sehingga
mereka mempunyai masalah dalam menjaga aktivitas/gerakan. Perawat perlu
membantu pasien untuk menjaga kemampuan bergerak serta untuk mencegah
penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat keadaan kurang bergerak (imobil). Dalam
keperawatan untuk menjaga keseimbangan pergerakan, banyak aspek-aspek
pergerakan yang perlu diketahui oleh perawat antara lain: gerakan setiap persendian,
postur tubuh, latihan, dan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu aktivitas
(Elang & Engkus, 2013).
Keperawatan klinik mengkehendaki perawat untuk menggabungkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan ke dalam praktik. Salah satu komponen dari ilmu
pengetahuan dan keterampilan adalah mekanika tubuh, suatu istilah yang digunakan
untuk menggambarkan usaha dalam mengoordinasikan sistem muskuloskeletal dan
saraf (Potter & Perry, 2006). Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang
bagaimana dan mengapa kelompok otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan
mempertahankan gerakan secara aman. Dalam menggunakan mekanika tubuh yang
tepat perawat perlu mengerti pengetahuan tentang pergerakan, termasuk bagaimana
mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari system skeletal,
otot skelet dan sistem saraf. Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang terutama
digunakan untuk pergerakan dan kelompok otot lain membentuk postur/bentuk tubuh
(Potter & Perry, 2006).
Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti mengekspresikan emosi dengan
gerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas kehidupan
sehari-hari dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara
optimal maka system saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik
(Potter & Perry, 2006). Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang
dibutuhkkan untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan
dapat memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara
dengan kekuatan dan fleksibilitas oto. (Towarto, Wartonah 2007).
B. Tujuan umum
Tujuan umum dari makalah ini yaitu:
- Untuk menjelaskan tindakan keperawatan pada kasus dalam Aktivitas latihan
C. Tujuan khusus
Tujuan khusus dri makalah ini yaitu:
- Untuk menjelaskan pengkajian keperawatan
- Untuk menjelaskan diagnose keperawatan
- Untuk menjelaskan intervensi keperawatan
BAB II
TUJUAN TEORI

A. Definisi
Aktivitas didefenisikan sebagai situasi aksi energetic atau keadaan bergerak.
Semua manusia yang normal memerlukan kemampuan untuk dapat bergerak.
Kehilangan kemampuan bergerak walaupun pada waktu yang singkat memerlukan
tindakan-tindakan tertentu yang tepat oleh pasien maupun perawat (Elang & Engkus,
2013). Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan
dan bekerja. Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan berbagai
gangguan pada sistem muskuloskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan
juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya. (Towarto,
Wartonah 2007).
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk menjaga
kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat memelihara pergerakan
dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan fleksibilitas
oto. (Towarto, Wartonah 2007).
Gangguan aktivitas dan latihan adalah keadaan dimana individu mengalami
ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk menahan atau memenuhi
kebutuhan atau keinginan aktivitas sehari-hari. (Susan, Mary, Eleaner, Majorie,
1998).

B. Klasifikasi
1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi
mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi
sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa
dilepaskan setup saat susuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam
membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam. Terdapat tiga
jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid
seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang
femur dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan
menyempit di tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi kartilago dan secara
anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis
terdapat pada kedua ujung tulang dan terpisah dan lebih elastic pada masa anak-
anak serta akan menyatu pada masa dewasa.
2. Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak
sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta
dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang bersangkutan, sehingga
diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi kembali.
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Ligament bersifat elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung
sendi. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu
jika terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan.
4. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan
sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki
somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik.
Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang
dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi
dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan pada
saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada daerah
radial tangan.
5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat
segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan
berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya
sendi synovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh
kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan
synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi
lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.

C. Etiologi
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Gangguan aktivitas dan latihan dapat
terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi terjadi gangguan mobilisasi
adalah pada orang yang lanjut usia, post cedera dan post trauma. (Towarto, Wartonah
2007). Salah satunya adalah Kelainan Postur Gangguan Perkembangan Otot -
Kerusakan Sistem Saraf Pusat - Trauma Langsung pada Sistem Mukuloskeletal dan
neuromuscular - Kekakuan Otot. (Tim Pokja DPP PPNI, 2017).

D. Patofisiologi
Proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari penyebab gangguan yang
terjadi, ada tiga hal yang menyebabkan gangguan tersebut yaitu, kerusakan otot yang
meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot berupa sebagai sumber
daya dan tenaga dalam proses pergerakkan jika terjadi kerusakan otot, maka tidak
akan terjadi pergerakkan jika otot terganggu. Otot apat rusak oleh beberapa hal
seperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot, kerusakan
tendon atau ligament, radang dan lainnya. Gangguan pada skelet rangka yang menjadi
penopang sekaligus proses pergerakkan dapat terganggu pada kondisi tertentu hingga
mengganggu pergerakkan atau mobilitasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu
bentuk, ukuran maupun fungsi dari system rangka diantaranya adalah fraktur, radang
sendir, kekakuan sendiri dan lainnya. Gangguan saraf juga penting dalam
mnyampaikan implus dari darah ke otak, implus tersebut merupakan perintah dan
koordinasi antara otak dan anggota gerak, jadi jika syaraf terganggu maka akan
terjadi gangguan penyempaian implus dari dank e organ target, dengan tidak
sampainya implus makan akan terhjadi gangguan Mobilitas. (Wahyuntu,2019)
E. Manifestasi Klinis
Respon fisiologik dari perubahan aktivitas mobilisasi, adalah perubahan pada:
1. Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan
abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium.
2. Kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan
pembentukan thrombus.
3. Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah
beraktifitas.
4. Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan
kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi).
5. Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan
dan batu ginjal.
6. Integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan.
7. Neurosensori: sensori deprivation
(Asmadi, 2008).
Adapun tanda gejala pada gangguan mobilitas fisik yaitu:
1. Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(1) Mengeluh sulit menggerakkan ektremitas
b) Objektif
(1) Kekuatan otot menurun
(2) Rentang gerak (ROM) menurun
2. Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(1) Nyeri saat bergerak
(2) Enggan melakukan pergerakan
(3) Merasa cemas saat bergerak
b) Objektif
(1) Sendi kaku
(2) Gerakan tidak terkoordinasi
(3) Gerak terbatas
(4) Fisik lemah (Tim Pokja DPP PPNI, 2017).

F. WOC
WOC KDM AKTIVITAS DAN LATIHAN

Trauma Penyumbatan Pecahnya pembulu Gangguan Jantung


pembulu darah darah

fraktur Suplay oksigen


stroke menurun

Krusakan
rangka Naiknya tekanan penurunan metabolism
neuromuskular intrakranial tubuh

Proses desak ruang Penurunan energy

Lemah
Penekanan neuron motorik

Kehilangan kontrol volunteer Bedres total


terhadap gerakkan motoric

hemiplegia hemiparase

Ketiakmampuan Kelemahan/keter
gerak bebas batasan gerak

Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar


aktivitas/latihan secara mandiri

Intoleransi aktivitas
Gangguan
mobilitas fisisk
G. Pemeriksaan penunjang
1) Foto Rontgen (untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur , dan perubahan
tulang )
2) CT Scan Tulang (mengidentifikasi lokasi dan panjang tulang di daerah tulang
yang sulit di evaluasi).
3) MRI (untuk melihat Abnormalitas : Tumor, Penyempitan jalur jaringan lunak
melalui tulang)
4) Pemeriksan darah Lamboratorium. (Wahyuntu,2019).

H. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Fokus pengkajian
1) Pengkajian ini meliputi alasan yang menyebkan terjadi gangguan kebutuhan
aktivitas dan latihan.
2) Pengkajian untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri,
dan berpindah tanpa bantuan, dan pengkajian di mulai dari baru, siku lengan
,panggul dan kaki.
b. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan mobilitas Fisik b/d penurunan massa otot
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

c. Intervensi
NO SDKI SLKI SIKI
1. Gangguan Mobilitas fisik Latihan rentang gerak
Mobilitas fisik a. mobilitas fisik a. Dukungan mobilisasi
Keterbatasan dalam Setelah dilakukan 1) Observasi
gerak fisik dari satu Tindakan keperawatan  Identifikasi
atau lebih 1x8 jam diharapkan
indikasi dilakukan
masalah yang dialami
ekstermitas secara latihan
klien dapat diatasi
mandiri  Identifikasi
dengan kriteria hasil :
DS : 1. pergerakan keterbatasan
Mengeluh sulit ekstremitas (4) pergerakan sendi
menggerakkan 2. kekuatan otot (4)  Monitor lokasi
3. rentang gerak
ekstremitas ketidaknyamanan
(ROM) (4)
DO : atau nyeri pada
1. Kekuatan otot saat bergerak
menurun 2) Terapeutik
Ekspetasi :
2. Rentang gerak  Cegah terjadinya
1= menurun
(ROM) menurun cedera selama
2= cukup menurun
latihan rentang
3= sedang
gerak dilakukan
4= cukup meningkat
 Fasilitas
5= meingkat
mengoptimalkan
posisi tubuh untuk
pergerakan sendi
yang aktif dan
pasif
 Lakukan gerakan
pasif dengan
bantuan sesuai
dengan indikasi.
3) Edukasi
- Jelaskan tujuan
dan prosedur
latihan
- Anjurkan duduk
di tempat tidur
atau kursi, jika
perlu
- Anjurkan
melakukan
rentang gerak
aktif sesuai
dengan program
latihan

2 Intoleransi aktivitas Intoleransi aktivitas Manejemen energi


Ketidakcukupan a. Toleransi aktivitas 1) Observasi
energi untuk Setelah dilakukan - Monitor
melakukan aktivitas Tindakan kelelahan fisik
sehari-hari keperawatan 1x8 - Monitor pola
jam diharapkan
dan jam tidur
masalah yang
DS: - Monitor lokais
dialami klien dapat
1. Mengeluh dan
diatasi dengan
lelah ketidaknyaman
kriteria hasil :
2. Merasa tidak an
nyaman 2) Trapeutik
1) Saturasi oksigen
setelah - Lakukan
(3)
beraktivitas rentang gerak
2) Kemudahan
DO: pasif
dalam
1. Frekuensi - Fasilitasi duduk
melakukan
jantung di sisi tempat
aktivitas shari-
meningkat tidur , jika dapat
hari (3)
>20% dari berpindah atau
3) Perasaan lemah
kondisi berjalana
(3)
istirahat 3) Edukasi
4) Tekanan darah
2. Gambaran - Anjurkan tirah
(3)
EKG baring
Ekspetasi :
menunjukkan - Anjurkan
1= menurun
aritmia aktivitar
2= cukup
saat/setelah bertahap
menurun
aktivitas - Anjurkan
3= sedang strategi koping
4= cukup untuk
meningkat mengurangi
5= meningkat kelelahan
BAB III
ANALISA KETERAMPILAN

A. ROM AKTIF DAN PASIF

Pengertian Tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara


normal dan lengkap, meliputi kegiatan sendi secara rutin dan efektif
Tujuan 1. Untuk memlihara fungsi dan mencegah kemunduran
2. Untuk memelihara dan meningkatkan pergerakan sendi
3. Untuk merangsang sirkulasi darah
4. Untuk mencegah Kelaina bentuk (deformitas))
5. Untuk memelihara dan meningkatkan kekuatan otot.
Indikasi 1. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
2. Kelemahan otot
3. Fase rehabilitas fisik
4. Klien dengan tirah baring lama
Kontra indikasi 1. Tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu proses
penyembuhan cedera
2. Tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan (life threatening)
3. Tidak boleh pada klien dengan fase imobilisasi karena kasus
penyakit (jantung)
4. Tidak boleh pada kasus Kelaina sendi atau tulang
5. Tidak boleh pada klien dengan gangguan pembuluh darah seperti
thrombus/emboli.
Tahap PRA
Interakasi 1. Mengkaji program terapi yang telah diberikan
2. Melihat intervensi keperawatan

Tahap Interaksi 1. Memberikan salam dan mengkaji kondisi pasien


2. Memperkenalkan diri
3. Menanyakan nama pasien dan mengidentifikasi identitas dengan
mencocokkan nama pasien dengan gelang identitas.
4. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang tujuan dan tindakan
yang akan dilakukan
5. Meminta persetujuan kepada pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan
6. Membuat kontrak waktu
7. Menutup sampiran
Tahap Kerja 1. Perawat berada di sisi kanan pasien
2. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian kerja yang nyaman
3. Mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien
4. Memberitahukan pasien bahwa tindakan akan segera dimulai
5. Posisikan pasien senyaman mungkin
KEPALA
- Fleksi dan ekstensi (ROM Pasif)
1. Perawat berdiri disisi kanan kepala pasien
2. Satu tangan menahan kepala, satu tangan lain menahan
dagu pasien
3. Gerakan kepala menekuk ke depan dan kebelakang
4. Ulangi gerakan dengan hitungan 2 kali 8 (sesuai
kemampuan pasien)
- Lateral Fleksi (ROM Pasif
1. Gerakan dimulai dengan satu tangan diletakkan di atas
kepala, satu tangan lain di dagu pasien
2. Arahkan leher pasien ke kanan dan ke kiri secara
bergantian
3. Ulangi gerakan dengan hitungan 2 kali 8 (sesuai
kemampuan pasien)
- Hiperekstensi leher (ROM aktif)
1. Anjurkan pasien untuk menekuk kepala ke belakang sejauh
mungkin
2. Ulangi gerakan dengan hitungan 2 kali 8 (sesuai
kemampuan pasien)
- Rotasi Leher (ROM aktif)
1. Anjurkan pasien untuk memutar kepala sejauh mungkin
kea rah setiap bahu
2. Ulangi gerakan dengan hitungan 2 kali 8 (sesuai
kemampuan pasien) secara bergantian putar kea rah kiri
dank e arah kanan
BAHU
- Fleksi dan Ekstensi (ROM Pasif)
1. Tempat kan tangan kiri perawat di bahu pasien kemudian
tangan kanan perawat di pergelangan tangan kanan pasien
2. Angkat tangan ke atas dari sisi tubuh
3. Gerakkan tangan perlahan-lahan, lemah lembut ke arah kepala
sejauh mungkin
4. Letakkan tangan di bawah kepala dan ytahan untuk mencegah
doongan fleksi, tekuk tangan dan siku
5. Angkat kembali lengan ke atas kembali ke posisi semula
6. Ulangi gerakan dengan hitungan 2 kali 8 (sesuai kemampuan
pasien)
- Abduksi dan aduksi (ROM Pasif)
1. Tempatkan tangan kiri perawat di atas siku pasien, tangan
kanan memegang tangan pasien
2. Pertahankan posisi tersebut, kemudian gerakkan lengan sejauh
mungkin dari tubuh dalam keadaan lurus
3. Kembalikan ke posisi semula
4. Ulangi gerakan dengan hitungan 2 kali 8 (sesuai kemampuan
pasien)
- Hiperekstensi (ROM Pasif)
1. Miringkan pasien membelakangi perawat
2. Tangan kiri perawat memegang lengan kanan pasien dan
tangan kanan perawat memegang pergelangan pasien kemudian
gerakkan lengan sejauh mungkin dari tubuh dalam keadaan
lurus.
3. Kembalikan ke posisi semula
4. Ulangi gerakan dengan hitungan 2 kali 8 (sesuai kemampuan
pasien)
- Rotasi eksternal dan Internal (ROM pasif)
1. Masih dengan posisi membelakangi perawat dan posisi tangan
perawat masih sama
2. Putar lengan ke arah luar dan dan dalam secara bergantian
3. Ulangi gerakan dengan hitungan 2 kali 8 (sesuai kemampuan
pasien)
4. Kembalikan pasien ke posisi semula/ baring.
- Sirkumduksi bahu (ROM aktif)
1. Anjurkan pasien untuk memutar lengan / menggerakkan lengan
dengan gerkan penuh
Siku
- Fleksi dan ekstensi (ROM pasif)
1. Tekuk siku pasien sehingga lengan bawah bergerak ke depan ,
sendi bahu dan tangan sejajar bahu
2. Luruskan kembali siku dengan menurunkan lengan
3. Ulangi gerakan dengan hitungan 2 kali 8 (sesuai kemampuan
pasien)
Pergelangan Tangan (lengan bawah)
- Supinasi dan Pronasi(ROM pasif)
1. Tempatkan tangan kiri perawat pada pergelangan lengan bawah
pasien kemudian tangan kanan perawat memegang tangan
kanan pasien
2. Lakukan gerakan dengan memutar lengan bawah dan tangan
sehingga telapak tangan menghadap ke atas
3. lakukan gerakan memutar lengan bawah dan tangan sehingga
telapak tangan menghadap kebawah
4. Ulangi gerakan dengan hitungan 2 kali 8 (sesuai kemampuan
pasien)
Pergelangan tangan
- Fleksi dan ekstensi (ROM pasif)
1. Perawat memegang telapak tangan pasien, kemudian lakukan
dengan menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam
lengan bawah
2. Kemudian gerakkan jari-jari tangan dan lengan bawah berada
dalam arah yang sama
- Adduksi (ROM pasif)
1. Lakukan dengan menekuk pergelangan tangan miring ke ibu
jari
- Abduksi (ROM pasif)
1. Lakukan dengan menekuk pergelangan tangan miring kea rah
lima jari
Jari tangan
- Fleksi dan ekstensi
1. Anjurkan pasien untuk membuat genggaman
2. Kemudian meluruskan kembali jari-jari tangan
- Abduksi dan Aduksi (ROM pasif)
1. Masukkan jari-jari tangan perawat berada diantara jari-jari
tangan pasien
2. Kemudian rapatkan kembali jari tangan pasien
3. Ulangi gerakan dengan hitungan 2 kali 8 (sesuai kemampuan
pasien)
- Oposisi (ROM pasif)
1. Sentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang
sama
- Sirkumduksi (ROM pasif)
1. Tangan kiri perawat memegang pergelangan tangan pasien
dengan jempol tangan kanan pasien menghadap ke atas
kemudian lakukan dengan memutar jempol tangan secara
bergantian kea rah dalam dank e arah luar
Panggul
- Fleksi dan ekstensi (ROM pasif)
1. Pasien dalam posisi terlentang (Usahakan memakai celana
Panjang (untuk privasi pasien).
2. Perawat masih berada disisi kanan pasien
3. Tangan kiri perawat memegang area panggul dekat lipatan
paha sedangkan tangan kanan memegang pergelangan kaki
kanan
4. Angkat kaki lurus ke atas sejauh mungkin sesuai kemampuan
pasien, kemudia lurus kan kaki kembali ke posisi semula
- Abduksi dan Aduksi (ROM pasif)
1. Masih dengan posisi perawat yang sama seperti di atas
2. Lakukan dengan menggerakkan tungkai ke samping menjauhi
tubuh
3. Kemudian menggerakkan kembali tungkai ke posisi medial dan
melebihi jika mungkin
4. Ulangi gerakan dengan hitungan 2 kali 8 (sesuai kemampuan
pasien)
- Sirkumduksi (ROM pasif)
1. Tangan kiri perawat berada di paha luar pasien dan tangan kiri
berada di pergelangan kaki
2. Angkat kaki ke atas
3. Lakukan dengan menggerakkan tungkai memutar kea rah
dalam dan bergantian kea rah luar
4. Ulangi gerakan dengan hitungan 2 kali 8 (sesuai kemampuan
pasien)
5. Posisikan kembali kaki seperti semula
- Rotasi eksterna dan Rotasi Internal l (ROM pasif)
1. Tangan perawat masih seperti di atas
2. Goyangkan atau arahkan kaki dan tungkai menjauhi tungkai
lain
3. Kemudian arahkan kembali atau goyangkan kaki dan tungkai
kea rah tungkai lain
4. Ulangi gerakan dengan hitungan 2 kali 8 (sesuai kemampuan
pasien)
- Hiperekstensi (ROM pasif)
1. Miringkan pasien membelakangi perawat
2. Tangan kiri perawat memegang pinggul dekat lipatan paha dan
tangan kanan memegang pergelangan kaki
3. Menggerakkan atau menarik tungkai ke belakang tubuh pasien
sejauh mungkin
4. Arahkan kembali kaki ke posisi semula
5. Ulangi gerakan dengan hitungan 2 kali 8 (sesuai kemampuan
pasien)
6. Posisikan pasien terlentang kembali
Lutut
- Fleksi dan ekstensi (ROM pasif)
1. Tekuk lutut sampai ke bagian dalam tubuh sesuai kemampuan
pasien
2. Kembalikan ke posisi kaki lurus kembali

Pergelangan Kaki
- Plantar fleksi (Dorso fleksi ROM pasif)
1. kemudian angkat sedikit kaki dan gerakkan / tekan ke arah
bawah jari-jari kaki kemudian kembali ke posisi semula dan
lanjutkan dengan menggerakkan jari -jari kaki ke arah tubuh
pasien atau kebalikan dari gerakan sebelumnya
2. Ulangi gerakan dengan hitungan 2 kali 8 (sesuai kemampuan
Jari kaki
- Fleksi dan ekstensi (ROM pasif)
1. Posisikan pasien terlentang dengan jari menghadap ke atas
2. Tangan kiri perawat memegang pergelangan kaki pasien dan
tangan kanan memegang jari kaki yg menghadap ke atas
3. Rapatkan /luruskan jari kaki arahkan/tekuk ke depan kemudian
kencangkan lkembali ke arah tubuh pasien
- Abduksi (ROM pasif)
1. Regangkan jari-jari kaki dengan bantuan jari tangan perawat
berda di sela-sela jari kaki pasien ke bawah
- Adduksi (ROM pasif)
1. Merapatkan kembali jari-jari secara bersama-sama

- Inversi (ROM Aktif)


1. Pasien dala keadaan posisi berdiri atau duduk
2. Lakukan dengan gerakan memutar telapak kaki ke samping
dalam (medial)
- Eversi (ROM Aktif)
1. Lakukan dengan gerakan memutar telapak kaki ke samping
luar (lateral)
Tahap terminasi 1. Beritahukan pasien tindakan telah selesai dilakukan dan
rapikan alat dan rapikan kembali pasien.
2. Cuci tangan setealh kontak dengan pasien
3. Tanyakan kembali perasaan pasien setelah dilakukan tindakan
4. Memberikan reward kepada pasien karena telah bekerja sama
dalam tindakan yang diberikan
5. Berpamitan dengan klien
6. Mencuci tangan setelah kontak dengan lingkungan pasien
Referensi 1. Dougherty L, Bravery K, Gabriel J, Kayley J, Malster M, Scales K
et al. (2010). Standards for infusion therapy (third edition). Royal
College of Nursing
2. Hawks, B. &. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Buku
2. Singapura: Elsevier.
3. Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Ajar
Ilmu Keperawatan Dasar Buku 2. Jakarta: Salemba Medika
4. Perry, P. &. (2010). Fundamental of nursing;concept, process ang
practice edisi 7, Buku 2. Canada: Mosby.
5. Potter dan Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses dan Praktik. Vol 2 . Jakarta : EGC
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aktivitas didefenisikan sebagai situasi aksi energetic atau keadaan
bergerak. Semua manusia yang normal memerlukan kemampuan untuk dapat
bergerak. Kehilangan kemampuan bergerak walaupun pada waktu yang singkat
memerlukan tindakan-tindakan tertentu yang tepat oleh pasien maupun perawat
(Elang & Engkus, 2013).
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan
untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat
memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan
kekuatan dan fleksibilitas otot. (Towarto, Wartonah 2007).

B. Saran
Untuk melakukan asuhan keperawatan dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar aktivitas dan latihan, maka pengkajian yang lengkap dan
dilakukan tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan rencana
keperawatan yang sesuai dengan keadaan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Angga Dwi Putra Mawuntu. (2019). Asuhan Keperawatan Aktivitas Dan Latihan.
Manado
Atoilah, Elang M. Kusnadi, Engkus. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut : In Media.
Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan
Aplikasi dalam praktik. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Towarto, Wartonah. 2007. KebutuhanDasar& Prose Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai