Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI

Disusun Oleh :
FITRIA RAHMAWATI
P27220019156

PROGRAM D-IV KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI

A. Definisi Nutrisi
Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi
tubuh. Kebutuhan energi didapat dari berbagai nutrisi, seperti karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, air, mineral. Makanan terkadang dideskripsikan
berdasarkan padat nutrisi mereka, yaitu proporsi nutrisi yang penting
berdasarkan jumlah kilokalori. Makanan dengan padat nutrisi yang rendah,
seperti alkohol atau gula adalah makanan yang tinggi kalori tetapi rendah
nutrisi (Potter&Perry,2010;274)
Nutrisi berasal dari kata nutrient artinya bahan gizi yang
merupakan proses tersedianya energi dan bahan kimia dari makanan yang
penting untuk pembentukan, pemeliharaan dan penggantian sel tubuh
(Rahayu dan Harnanto, 2016).
Nutrisi adalah suatu ikan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk
melakukan fungsinya yaitu sebagai energy, untuk membangun dan
memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan. Nutrisi
adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk
menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh
serta pengeluaran sisanya, nutrisi juga dapat dikatakan ilmu tentang
makanan.
Nutrisi adalah salah satu komponen penting yang menunjang
kelangsungan proses tumbuh kembang, seperti dalam masa tumbuh
kembang anak sangat penting dibutuhkan protein, karbohidrat, lemak, air,
vitamin dan mineral yang seimbang. Apabila kebutuhan tersebut kurang
terpenuh, maka proses tumbuh kembang selanjutnya akan terhambat
(Hidayat,2006). Nutrisi juga bisa diartikan sebagai segala sesuatu yang
dimakan seseorang dan bagaimana tubuh menggunakannya.
B. Klasifikasi Nutrisi
Nutrisi dapat dibagi menjadi dua yaitu, makro dan mikro. Nutrisi
makro adalah nutrisi yang diperlukan tubuh dalam jumlah besar.
Sedangkan nutrisi mikro adalah nutrisi yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah yang kecil. Contoh nutrisi makro adalah karbohidrat, lemak dan
protein, sedangkan nutrisi mikro adalah vitamin dan mineral.
1. Karbohidrat
Karbohidrat yaitu sumber energi utama dalam tubuh, karbohidrat
akan terurai dalam bentuk glukosa yang kemudian dimanfaatkan tubuh
sebagai penghasil energy dan kelebihan glukosa akan disimpan di
dalam hati dan jaringan dalam bentuk glikogen. Berdasarkan susunan
kimianya karbohidrat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu
monosakarida(glukosa, fruktosa), disakarida(sukrosa,laktosa, maltosa)
dan polisakarida(glikogen).
Sumber karbohidrat berasal dari makanan pokok umumnya berasal
dari tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong
dan lain-lain. Metabolisme karbohidrat merupakan sumber energy
utama tubuh yang terbagi menjadi 4 proses yaitu, glikogenolisis,
glikogenesis, glukoneogenesis dan glikolisis. Kebutuhan karbohidrat
sekitar 40-50% dari total kalori setiap harinya. Setiap 1 gram
karbohidrat akan dihasilkan 4 kilokalori(kkal).
2. Protein
Protein merupakan sumber energi sebagai pembangun jaringan
tubuh dalam pertumbuhan, pertahanan dan perbaikan. Kolagen,
hormon, enzim, sel imun, DNA dan RNA semuanya tersusun dari
protein. Bentuk protein yang paling sederhana adalah asam amino.
Tubuh tidak dapat menyintesis asam amino yang dapat dicerna.
Contoh asam amino yang disentesis oleh tubuh adalah alanine,
asparagine, dan asam glutamat. Asam amino dapat dihubungkan
bersama-sama. Kombinasi protein sederhana dengan substansi non-
protein menghasilkan protein kompleks, seperti lipoprotein,yang
terbentuk melalui kombinasi lipid dan protein sederhana. Contoh
makanan yang terdiri atas protein lengkap adalah ikan, ayam, kedelai,
kalkun, dan keju. Tujuan utama mengonsumsi protein bukanlah untuk
memenuhi kebutuhan energi, tetapi untuk kelangsungan keseimbangan
nitrogen positif. Protein yang tidak lengkap tidak memiliki satu atau
lebih dari sembilan asam amino yang tidak dapat dikeluarkan, yang
meliputi sereal, polong-polongan (buncis dan kacang polong), serta
sayur-sayuran. Protein pelengkap adalah sepasang protein tidak
lengkap yang saat dikombinasikan memberikan sejumlah protein yang
didapatkan dari sumber protein lengkap.
3. Lemak
Lemak (lipid) adalah zat gizi yang paling tingei kalori,
memberikan 9 kkal/gram. Lemak tersusun atas trigliserida dan asam
lemak. Trigliserida bersirkulasi dalam darah dan terbuat dari tiga asam
lemak yang berikatan dengan gliserol. Asam lemak disusun oleh rantai
karbon dan hidrogen dalam satu kelompok asam pada ujung rantai dan
kelompok metil di ujung yang lainnya. Asam lemak dapat berbentuk
asam lemak jenuh, di mana masing-masing karbon dalam rantainya
memiliki dua atom hidrogen yang saling berikatan; atau asam lemak
tak jenuh, yang jumlah atom hidrogen yang saling berikatannya tidak
sama, dan atom karbon berikatan dengan masing-masing rantai ganda.
Berbagai jenis asam lemak sangat penting untuk kesehatan, kejadian
penyakit, dan ditujukan dalam petunjuk diet. Asupan lemak sekitar 35-
40% setiap harinya, 1 gram mengandung 9 kkal.
4. Vitamin
Vitamin adalah substansi organik yang jumlahnya sedikit dalam
makanan yang penting untuk metabolisme normal. Vitamin tertentu
juga memiliki peran sebagai radikal bebas, yang menyebabkan
kerusakan oksidatif pada sel dan jaringan tubuh. Peneliti berpendapat
bahwa kerusakan oksidatif meningkatkan risiko seseorang mengalami
berbagai jenis kanker. Vitamin ini meliputi beta-karoten dan vitamin
A, C, dan E (Nix, 2005).
Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K) disimpan dalam
kompartemen lemak dalam tubuh. Kecuali vitamin D, semua vitamin
didapatkan dari asupan diet. Hipervitaminosis vitamin larut lemak
terjadi karena dosis suplemen makanan sangat besar (disengaja atau
tidak disengaja), kelebihan makanan yang diperkuat, serta asupan
minyak ikan yang besar.
Vitamin larut air adalah vitamin C dan B kompleks (yaitu vitamin
delapan). Tubuh tidak menyimpan vitamin larut air, sehingga vitamin
ini harus disediakan dalam asupan makanan harian. Vitamin larut air
diabsorpsi dengan mudah dari saluran gastrointerstinal. Meskipun
vitamin larut air tidak disimpan, tetapi toksisitas dapat juga terjadi.
5. Mineral
Mineral adalah elemen anorganik yang penting untuk tubuh
sebagai katalis dalam reaksi biokimiawi. Mineral diklasifikasikan
sebagai makromineral saat kebutuhan hariannya 100 mg atau lebih dan
sebagai mikromineral atau elemen mikro saat kebutuhan hariannya
kurang dari 100 mg. Selenium adalah elemen mikro yang juga
memiliki sifat antioksidan. Silikon, vanadium, nikel, timah, kadmium,
arsenik, aluminium, dan barium memiliki peran yang tidak
teridentifikasi dalam nutrisi. Arsenik, aluminium, dan kadmium
memiliki efek toksik.

C. Etiologi
1. Kekurangan nutrisi
a. Efek dari pengobatan
b. Mual/muntah
c. Gangguan intake makanan
d. Radiasi/kemoterapi
e. Penyakit kronis
f. Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna
kalori akibat penyakit infeksi atau kanker
g. Disfagia karena adanya kelainan persarafan
h. Penurunan absorbs nutrisi akibat penyakit / intoleransi laktosa
i. Nafsu makan menurun
2. Kelebihan nutrisi
a. Kelebihan intake makanan
b. Gaya hidup
c. Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori
d. Penurunan laju metabolik
e. Latihan / aktivitas yang tidak adekuat

D. Faktor yang Mempengaruhi Nutrisi


1. Pengetahuan
Rendahnya pengetahuan dan kurangnya informasi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan dan dapat terjadi kesalahan
dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.
2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis makanan yang bernilai gizi
tinggi dapat mempengaruhi nutrisi seseorang.
3. Kebiasaan
Adanya kebiasaan buruk seperti sejak kecil tidak dibiasakan makan
makanan yang bergizi tinggi akan berlanjut sampai dewasa, pantangan
terhadap makanan tertentu juga dapat mempengaruhi nutrisi.
4. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan tubuh tidak memperoleh zat-zat gizi yang dibutuhkan
secara cukup.
5. Ekonomi
Orang yang memiliki perekonomian yang rendah biasanya kesulitan
dalam menyediakan makanan yang bergizi, sebaliknya orang yang
perekonomiannya tinggi cukup mudah untuk menyediakan makanan
yang bergizi.
6. Usia
Biasanya pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme tubuh
bertambah dengan cepat, tetapi setelah usia 20 tahun energy basal
relative konstan.
7. Jenis kelamin
Kebutuhan energi laki-laki lebih besar dibandingkan dengan
perempuan.
8. Tinggi dan berat badan
Semakin luas permukaan tubuh maka semakin besar pengeluaran
panas, sehingga kebutuhan metabolisme basal tubuh semakin besar.
9. Status kesehatan
Nafsu makan yang baik tanda yang sehat, sedangkan kurang nafsu
makan / anoreksia biasanya gejala penyakit.
10. Faktor psikologis seperti stress dan ketenangan
Motivasi setiap individu untuk makan makanan yang seimbang dan
persepsi individu tentang diet merupakan pengaruh yang kuat.

Status nutrisi ditentukan melalui adanya indeks massa tubuh (body mass
index) BMI dan berat tubuh ideal (ideal body weight) IBW.
1. Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi
badan. BMI dihubungkan dengan total lemak tubuh dan sebagai
penduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over Weight) dan
obesitas.
BB ( kg ) 晜 B ( pon ) x 704,5
BMI ¿ atau
TB(m) TB(inchi)²
2. Ideal Body Weight (IBW)
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang
sehat.
IWB : (TB -100) + 10%
E. Patofisiologi
Gangguan kebutuhan nutrisi terjadi apabila pola makan tidak
teratur akibat terjadinya stress atau karena obat-obatan atau tindakan medis
yang menyebabkan berkurangnya pemasukan makanan, sehingga
menyebabkan kekosongan pada lambung. Pada lambung terjadi gesekan
dinding lambung menyebabkan HCL meningkat kemudian asam lambung
akan naik, hal tersebut akan menyebabkan reflek muntahsehingga intake
makanan yang masuk ketubuh tidak adekuat. Dari masalah tersebut yang
menyebabkan kekurangan nutrisi.
F. Pathway
G. Manifestasi Klinis
1. Gejala dan tanda mayor
Subjektif : -
Objektif : berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
2. Gejala dan tanda minor
Subjektif :
- Cepat kenyang setelah makan
- Kram/nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
Objektif :
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Membran mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare
(SDKI,2016)

H. Pemeriksaan Penunjang
Melalui pemeriksaan LAB, dan untuk mengetahui adanya
perubahan nutrisi dapat dilihat dari :
Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukan status nutrisi buruk
yang meliputi penurunan hemoglobin dan hematocrit, penurunan nilai
limfosit, penurunan albumin serum <3,5gr/dl dan peningkatan/penurunan
kadar kkolesterol.

I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Nutrisi enteral
Nutrisi enteral atau nutrisi enteral total (TEN) diberikan apabila
klien tidak mampu menelan makanan atau mengalami gangguan
pada saluran pencernaan atas dan transport makanan ke usus halus
terganggu. Pemberian makanan lewat enteral diberikan melalui
selang nasogastrik dan selang yang berukuran kecil atau melalalui
selang gastrostomy dan yeyunostomi.
b. Nutrisi parenteral
Nutrisi parenteral diberikan secara intravena seperti melalui kateter
vena sentral ke vena kava superior. Makanan parenteral adalah
larutan dekstrosa, air, lemak, protein, elektrolit, vitamin dan unsur
renik, semuanya ini memberikan semua kalori yang dibutuhkan.
(Kozier, 2011, hlm.784-801)
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Menstimulasi nafsu makan
- Berikan makanan yang sudah dikenal dan disukai pasien
- Pilih porsi sedikit
- Hindari terapi yang tidak menyenangkan
- Kurangi stress psikologis
- Berikan oral hygiene
b. Membantu klien makan
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai dengan
kondisi

J. Komplikasi
1. Malnutrisi
Kekurangan nutrisi (zat makanan) ataupun kelebihan nutrisi.
2. Obesitas
Masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20% berat
badan normal.
3. Hipertensi
Penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan
gaya hidup yang berlebihan.
4. Penyakit jantung coroner
Adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok, penyebabnya
karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat.
5. Kanker
Gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh pengonsumsian
lemak secara berlebihan.
6. Anoreksia nervosa
Penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan, ditandai
dengan konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI

A. Pengkajian
Pengkajian nutrisi yang faktual,lengkap dan akurat akan memudahkan perawat
didalam menetapkan data dasar, menegakkan diagnosa keperawatan yang
tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat
dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan. Perawat juga
harus melihat kondisi klien ketika akan melakukan pengkajian. Komponen
dari pengkajian antara lain :
1. Identitas :
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,
suku/bangsa, status perkawinan, pendidikan, no. registrasi, diagnosa
medis. Berikutnya terdapat identitas penanggung jawab klien yaitu terdiri
dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien.
2. Riwayat penyakit :
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dasar atau utama yang dikatakan atau yang
dirasakan klien.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Perjalanan penyakit dan alas an saat pasien masuk Rumah Sakit
dimulai dari masuk IGD, kemudian masuk bangsal sampai dilakukan
pengkajian.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Berisi riwayat kesehatan pasien, apakah sebelumnya pasien pernah
menderita suatu penyakit dan dirawat di Rumah Sakit. Serta apakah
klien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan.
d. Riwayat Penyakit keluarga
Berisi riwayat penyakit yang diderita oleh keluarga klien.
3. Pola Pengkajian Fungsional Gordon :
a. Pola persepsi dan managemen kesehatan
Bagaimana tindakan klien ketika sakit, serta apakah pasien
menganggap kesehatan itu penting.
b. Pola nutrisi
Mencakup nafsu makan pasien, porsi makan dan minum ketika di
sebelum dan setelah masuk Rumah Sakit
c. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK, yang mencakup intensitas, warna dan
tekstur BAB dan BAK.
d. Pola aktivitas dan latihan
Ketika sedang sakit apakah klien dapat beraktifitas mandiri atau
dengan bantuan orang lain.
e. Pola konsep diri
Bagaimana pasien menilai dirinya pada saat sakit.
f. Pola istirahat tidur
Bagaimana pola tidur pasien, mencakup berapa lama, hambatan saat
tidur.
g. Pola hubungan dan peran
Hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya, seperti keluarganya
dan mengetahui perannya.
h. Pola penanganan masalah stress
Apa yang dilakukan pasien saat penyakitnya tersebut kambuh.
i. Pola keyakinan dan nilai-nilai
Kepercayaan klien terhadap sang pencipta, seperti selalu taat
beribadah.
4. Pengkajian ABCD
a. Antropometri
- Tinggi badan
- Berat badan
- Berat badan ideal
- Indeks massa tubuh
b. Biokimia
- Hemoglobin
- Albumin serum
- Hitung limfosit total
c. Clinical
- Kulit
- Rambut dan kuku
- Membrane mukosa
d. Diet
- Porsi makan dalam 24 jam
- Frekuensi makan
5. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) TTV
b. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1) Kepala : ada tidaknya lesi, distribusi rambut, kesimetrisan wajah
2) Mata : bentuk simetris/tidak, konjugtiva anemis/tidak
3) Hidung : bentuk simetris/tidak, ada tidak secret, ada tidak cuping
hidung
4) Telinga : bentuk simetri/tidak, ada tidaknya lesi, ada tidaknya
penumpukan serumen
5) Mulut : kesimetrisan bibir, kebersihan mulut
6) Leher : ada tidaknya pembengkakan kelenjar tiroid
7) Abdomen : ada tidaknya lesi dan nyeri tekan, suara bising usus
8) Integument : elastisitas kulit, ada tidaknya lesi
9) Ekstremitas : ekstremitas atas dan bawah terdapat kesulitan
bergerak/tidak
10) Genetalia : ada infeksi/tidak, persebaran rambut genetalia, keadaan
warna dengan kulit disekitarnya

B. Diagnosa
- Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien.
- Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d gangguan toleransi glukosa darah.

C. Intervensi
No. Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
Dx. hasil
1. Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi 1. Membantu
tindakan keperawatan pasien meliputi mengkaji
selama 3x24 jam ABCD dan TTV keadaan pasien
diharapkan defisit
nutrisi dapat teratasi. 2. Berikan edukasi
Kriteria hasil : pasien nutrisi kepada 2. Menambah
tidak lemas, pasien pasien wawasan
tidak mengeluh mual, mengenai
pasien tidak mengeluh nutrisi pasien
kesemutan pada kaki, 3. Lakukan oral
tidak terjadi hygiene sebelum
3. Menjaga
penurunan BB secara makan pada
kebersihan
drastis, gula arah pasien
mulut pasien
pasien kembali normal
4. Berikan makanan
4. Membantu
kepada pasien
pasien agar
sesuai dengan cepat terpenuhi
program diet nutrisinya

5. Kolaborasi
dengan ahli gizi 5. Diet sesuai
untuk diet yang dengan
tepat bagi pasien kebutuhan
dan dengan pasien dan obat
dokter dalam agar cepat
pemberian obat dalam
2. Setelah dilakukan pemulihan
tindakan keperawatan pasien
1. Identifikasi 1. Mengetahui
selama 3x24 jam
makanan yang penyebab
ketidakstabilan kadar
disukai dan sering naiknya kadar
glukosa darah kembali
dimakan pasien glukosa darah
normal dengan kriteria
hasil : kadar glukosa pada pasien
2. Monitor kadar 2. Memantau
dalam darah
gula pasien kadar glukosa
membaik, lesu dan
gemetar menurun darah agar tidak
serta mukosa bibir meningkat
yang kering menurun. drastis
3. Ajarkan 3. Agar kondisi
pengelolaan pasien membaik
diabetes kepada dan tidak terjadi
pasien komplikasi
4. Kolaborasi 4. Mempercepat
dengan ahli gizi penyembuhan
untuk diet yang pasien
tepat bagi pasien
dan dengan dokter
dalam pemberian
obat

D. Implementasi
Melakukan intervensi atau tindakan keperawatan yang sudah direncanakan
untuk pasien sesuai jadwal dan bertahap agar diperoleh hasil yang diinginkan.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana proses penilaian dicapai meliputi
pencapaian tujuan dan kriteria hasil. Pelaksanaan evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk catatan perkembangan dengan menggunakan metode SOAP
S (Subjektif) : data berdasarkan keluhan pasien/keluarga pasien.
O (Objektif) :data berdasarkan hasil pengukuran/observasi langsung
kepada pasien.
A (Assegment) : masalah keperawatan yang masih terjadi atau baru saja
terjadi akibat perubahan status kesehatan yang telah
teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif.
P (Planning) : perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan, dimodifikasi, atau menambah rencana tindakan
keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Huda,Amin Nurarif dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC jilid 1.
Jogyakarka:Mediaction

Kozier, Barbara. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan
praktik edisi 7. Jakarta: EGC
Kusmiyati.2012.Nutrisi di Awal Perkembangan
(http://jurnal.unram.ac.id/index.php/JPM/article/view/86, diakses pada
tanggal 8 Juni 2020)

Perry & Potter.2010.Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan Buku 3

Ed.7.Jakarta:EGC
SDKI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta:Dewan Pengurus
Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai