Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN PRAKTIK

KEPERAWATAN KELUARGA Ibu.S


DI RT 02 RW 24 KELURAHAN NGORESAN KECAMATAN JEBRES
KOTA SURAKARTA
Disusun untuk syarat menyelesaikan tugas Praktik Keperawatan keluarga
Dosen Pembimbing:
Athanasia Budi Astuti, S.Kp, MN

Disusun Oleh:
Fitria Rahmawati
P27220019156
3BD4 Keperawatan

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


BERLANJUT NERS
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ibu.S


DI RT 02 RW 24 KELURAHAN NGORESAN KECAMATAN JEBRES KOTA
SURAKARTA

Disusun oleh :

FITRIA RAHMAWATI NIM. P27220019156

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing untuk diajukan sebagai Laporan
Praktik Klinik Keperawatan Keluarga

Pembimbing Klinik Dosen Pembimbing

Purwanto, S.Kep Athanasia B.A., SKp.,MN


NIP : 19611009 198401 2
NIP : 197707082009021004
001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya telah
memberikan izin, kelancaran, dan kekuatan sehingga makalah auhan keperawatan
keluarga dengan judul “Keperawatan Keluarga Ibu.S Di Rt 002 Rw 24
Kelurahan Ngoresan Kecamatan Jebres Kota Surakarta” ini dapat tersusun
hingga selesai. Meskipun dalam penyusunan laporan ini penulis menemukan
hambatan namun berhasil menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu
Athanasia B.A., SKp.,MN selaku dosen pembimbing praktik keperawatan
keluarga dan Bapak Purwanto, S.Kep selaku pembimbing lahan praktik
keperawatan keluarga yang telah membimbing penulis dalam penyusunan
makalah ini. Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam
praktik Keperawatan Keluarga. Selain itu, pembuatan laporan ini juga bertujuan
agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca serta pada keluarga
binaan penulis untuk meningkatkan status kesehatan keluarga tersebut.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka penulis
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempuraan laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi
para penulis khusunya dan masyarakat serta pembaca pada umumnya.

Surakarta, April 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL DAN BAGAN............................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ vi
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian.......................................................................................... 1
B. Analisis Data....................................................................................... 22
C. Skoring Diagnosis Keperawatan Keluarga......................................... 24
D. Diagnosis Keperawatan...................................................................... 26
E. Rencana Keperawatan (Primer, Sekunder dan Tersier) ..................... 27
F. Implementasi Keperawatan................................................................ 30
G. Evaluasi Keperawatan........................................................................ 34

LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

1. Tabel 1. Komposisi Keluarga


2. Tabel 2. Pemeriksaan Fisik
3. Tabel 3. Tingkat Kemandirian Keluarga
4. Tabel 4. Tingkat Kesejahteraan Keluarga
5. Tabel 5. Indeks Keluarga Sehat
6. Tabel 6. Analisis Data
7. Tabel 7. Skoring
8. Tabel 8. Perencanaan Keperawatan
9. Tabel 9. Implementasi Keperawatan
10. Tabel 10. Evaluasi Keperawatan
11. Tabel 11. SOP Rebusan Kayu Manis
12. Gambar 1. Denah Rumah Keluarga Bp. S

v
DAFTAR LAMPIRAN

1. SAP Diabetes Melitus


2. SAP Diet Diabetes Melitus
3. Leafleat
4. SOP Seduhan Kayu Manis

5. Dokumentasi Kegiatan

vi
FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA
( Friedman)
A. PENGKAJIAN KELUARGA
I. Data umum
1. Nama KK : Bp.S Umur KK : 45 tahun

2. Alamat : Jebres Tengah RT02/RW24

3. Agama : Islam

4. Pekerjaan : Supir

5. Pendidikan : SMP

13. Susunan Anggota Keluarga :

No Nama JK Hub Umur Tgl Pendidikan Pekerjaan Imunisasi


(L/P) Denga Lahir
n KK

1. Ibu.S P Istri 42 thn 13-08- SLTP Pengasuh Lengkap,


1979 anak Vaksin
dosis ke 2

2. An.S P Anak 20 thn 17-04- SMK Penjaga Lengkap,


2001 gerai jus Vaksin
buah dosis ke 2

3. An.F P Anak 17 thn 27-05- SMP Pelajar Belum


2005 Vaksin

Tabel 1. Komposisi Keluarga

1
Genogram ( dibuat 3 generasi )

Keluarga Bp.S Keluarga Ibu.S

Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: hubungan dengan keluarga


: meninggal
: nikah
: tinggal serumah

6. TipeKeluarga
Keluarga Ibu.S termasuk dalam katagori Nucklear Family karena
terdiri dari keluarga inti ( Ayah, Ibu dan Anak ) tinggal dalam satu
rumah ditetapkan dalam suatu ikatan perkawinan, satu / keduanya
dapat bekerja diluar rumah.
7. Suku Bangsa
Ibu.S mengatakan dia dan keluarganya bersuku Jawa dan
berkebangsaan Indonesia.
8. Agama

2
Ibu.S mengatakan dia dan seluruh anggota keluarga berkeyakinan
islam, semua tidak ada perbedaan agama dan aktif menjalankan ibadah
sholat lima waktu. Ibu.S juga mengatakan selalu berdoa untuk
kesehatan seluruh keluarganya.
9. Status sosial ekonomi keluarga
Ibu.S mengatakan dalam keluarganya 3 orang bekerja, sedangkan anak
yang paling kecil masih sekolah. Bp.S bekerja sebagai supir
pengangkut barang, penghasilannya dalam sebulan tidak menentu
sekitar ±2 Juta karena tergantung ada tidaknya barang yang akan
diantar. Ibu.S bekerja sebagai pengasuh anak atau baby sister pada
suatu keluarga di Mojosongo. Pendapatan Ibu.S perbulan sekitar ±1
juta. Anak Ibu.S yang pertama baru lulus SMK dan bekerja menjadi
penjaga di gerai jus buah, penghasilan perbulan ±900 ribu. Untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti untuk membayar listrik, air,
belanja kebutuhan pokok, keluarga Ibu.S saling membantu satu sama
lain.
10. Aktifitas rekreasi keluarga
Ibu.S mengatakan karena keluarganya bekerja dan dihari biasa jarang
berkumpul lama, jadi saat weekend rekreasi keluarganya berkumpul
saling bercerita menonton TV bersama, dan ketika ada rezeki lebih
keluarga membeli makanan kesukaan di luar dan dimakan bersama di
rumah.

II. Riwayat tahap perkembangan Keluarga


11. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Ibu.S saat ini memasuki tahap perkembangan keluarga
dengan anak remaja.

12. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi pada keluarga
dengan anak remaja yaitu perubahan sistem peran dan peraturan

3
untuk pertumbuhan dan perkembangan keluarga. Tugas
perkembangan keluarga tersebut belum terpenuhi karena, Ibu.S
mengatakan anaknya An.S yang baru bekerja kurang lebih selama 1
tahun ini sering membeli barang yang kurang berguna dan sering
nongkrong bersama teman setelah gajian karena dia berfikir sudah
memiliki uang sendiri. Hal tersebut terjadi mungkin karena
perubahan peran yang sebelumnya An.S adalah pelajar dan sekarang
sudah bekerja.

13. Riwayat keluarga inti


Ibu.S dan Bp.S bertemu pertama kali pada tahun 1998, mereka saling
bertemu di bis jurusan Kleco, karena dahulu Bp.S bekerja menjadi
kuli bangunan di UMS dan Ibu.S bekerja di Garmen yang kebetulan
searah dengan pekerjaan Bp.S. Karena sering berpapasan di bis
akhirnya mereka saling jatuh cinta dan menikah pada tahun 1999
sampai sekarang. Setelah menikah selama 23 tahun permasalahan
kesehatan mulai muncul, yaitu :
Bp.S : Bp.S selama ini mengeluhkan badannya sering lemas,
pusing, sering lapar sehingga makan banyak tetapi
tubuhnya malah semakin kurus dari 74 kg menjadi 65 kg.
Bp.S juga mengatakan urinnya dikerubungi semut. Bp.S
mengatakan gula darahnya tinggi diatas 500 mg/dL saat
melakukan pengecekan GDS milik saudaranya, tetapi Bp.S
tidak melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan
dengan alasan tidak ada yang mengantar dan enggan untuk
berobat. Bp.S memiliki kebiasaan merokok sejak usia muda
sampai sekarang. Bp.A mengatakan jika tidak merokok
tubuhnya akan lemas.
Ibu.S : Ibu.S mengatakan gula darahnya juga sering tinggi
berkisar 200 mg/dL ke atas. Ibu.S mengeluhkan kakinya
sering kesemutan. Ibu.S sering melakukan cek darah

4
lengkap setiap bulannya di RS Triharsi, tetapi setiap kali
kontrol gulanya tidak turun. Ibu.S juga mengatakan masih
suka makan manis dan gorengan serta minum es teh setiap
hari.
An.S : An.S mengatakan memiliki riwayat sakit maag karena
suka makan pedas. Saat memeriksakan kadar gula darah ke
ke saudaranya sebelum puasa 260 mg/dL dan saat puasa
sekitar 400 mg/dL tetapi tidak langsung diobati dan
diperiksakan.
An.F : An.F tidak mengalami keluhan penyakit yang berat, hanya
terkadang demam dan masuk angin biasa.
14. Riwayat keluarga sebelumnya
Bapak dari keluarga Bp.S, memiliki riwayat penyakit Diabetes
Melitus. Ibu dari Ibu.S juga mengidap penyakit Diabetes Melitus dan
hipertensi yang mengakibatkan sakit dan meninggal.

III. Lingkungan.
15. Karakteristik Rumah
Rumah ( tipe, ukuran , jumlah ruangan, denah, )
Luas tanah : 6x7 m2
Luas Rumah : 5x7 m2
Tipe Rumah : Rumah permanen dengan jumlah ruang 2 kamar
tidur, 1 ruang kosong, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi dan
wc di dalam rumah, jumlah jendela 2 dan ventilasi cukup, setiap
ruangan dimanfaatkan sebagaimana fungsinya secara optimal,
rencananya ruang kosong akan dijadikan ruang tamu. Peletakan
perabot rumah tangga tertata dengan rapi. Ada septic tank, jarak
antara wc dengan sumber air lebih 10 meter, sumber air dari sumur
bor kampung atau PDAM. Sampah dibuang di tempat sampah yang
ada di depan rumah dan setiap hari ada petugas yang mengambil.

5
Pembuangan air limbah langsung mengalir ke selokan yang tertutup.
Lingkungan rumah padat penduduk tetapi tidak kumuh.
Denah Rumah :
Pintu Masuk

Ruang Kosong
Kamar tidur 1 Ruang Keluarga

Kamar tidur 2
Dapur Kamar mandi

Gambar 1. Denah Rumah Keluarga Ibu. S

16. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Keluarga Ibu.S bertempat tinggal di kawasan padat penduduk sehinga
jarak rumah satu dengan yang lainnya saling berdekatan. Kebiasaan
setiap sore warga saling mengobrol di depan rumah. Jika ada tamu dari
luar daerah yang menginap 1x24 jam harus melapor ke ketua RT
setempat. Warga memiliki kegiatan yang rutin dilakukan yaitu kerja
bakti setiap satu bulan sekali, pemeriksaan jentik berkala serta
perkumpulan PKK.

17. Mobilitas geografi keluarga


Setelah Ibu.S menikah dengan suaminya mereka tinggal di daerah
Mojosongo, dan setelah anak pertama lahir sampai berumur 1 tahun
keluarga Ibu.S pindah ke Jebres Rt02/Rw24 sampai sekarang.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

6
Waktu yang digunakan keluarga Ibu.S untuk berkumpul biasanya
setelah semua anggota keluarga sepulang bekerja dan disaat hari libur.
Anggota keluarga Ibu.S sering mengikuti kegiatan di masyarakat
sepert rapat RT, PKK dan karang taruna.
19. Sistem pendukung keluarga
Ibu.S mengatakan dirinya, suami dan anaknya yang pertama sama-
sama memiliki kadar gula darah yang tinggi sedangkan yang tidak
hanya anak ke dua. Dalam keluarga Ibu.S apabila tedapat
permasalahan selalu di musyawarahkan dengan Bp.S, dalam
mendukung kesehatan, keluarga memiliki fasilitas untuk menunjang
kesehatan keluarga yaitu berupa KIS.
IV. Struktur keluarga
20. Pola komunikasi keluarga
Dalam keluarga Ibu.S biasa berkomunikasi dengan bahasa jawa dan
indonesia, dapat berkomunikasi dengan baik tidak ada hambatan
dalam berkomunikasi. Komunikasi pada keluarga ini saling terbuka
sama lain, anggota keluarga yang paling dominan dalam membuat
keputusan yaitu Ibu.S. Antar sesama anggota keluarga bebas untuk
menyatakan pendapatnya.
21. Struktur kekuatan keluarga
Komunikasi pada keluarga Ibu.S berjalan dengan lancar, jarang
terjadi perselisihan antar anggota keluarga. Ibu.S sangat
menghormati dan menghargai suaminya, begitu juga dengan anak-
anak Ibu.S yang menghormati kedua orang tuanya. Dalam keluarga
ini dukungan terhadap anggota keluarga yang lain seperti pada saat
sakit masih kurang, karena Bp.S dan anaknya An.S terkadang
enggan untuk berobat ke pelayanan kesehatan dan memilih dibelikan
obat warung.
22. Struktur peran (formal dan informal)
Bp.S :
Peran informal : Sebagai pemimpin dan pelindung dalam

7
keluarganya.
Peran formal : Menjadi kepala keluarga, suami dan pencari
nafkah dalam keluarga.
Ibu.S :
Peran informal : Sebagai pengatur keuangan keluarga dan
mengurus rumah.
Peran formal : Sebagai ibu, istri dan membantu suami dalam
mencari nafkah.
An.S :
Peran informal : Mengajari dan melindungi adiknya.
Peran formal : Sebagai anak pertama dan membantu keuangan
keluarga karena sudah bekerja.
An.S :
Peran informal : Sebagai anak dan adik
Peran formal : Aktif sebagai pelajar
23. Nilai dan norma keluarga
Ibu.S mengatakan dalam keluarganya memiliki aturan yaitu kedua
anaknya harus sudah berada dirumah maksimal jam 11 malam
karena keduanya perempuan. Dalam keluarga juga memiliki aturan
ketika anaknya keluar rumah tidak boleh memakai pakaian yang
terlalu terbuka. Ketika anggota keluarga ada yang bepergian keluar
harus izin dan memberi kabar.
V. Fungsi Keluarga
24. Fungsi afektif
Keluarg Ibu.S saling menyayangi dan menghormati memberikan
perhatian sesama anggota keluarga. Walaupun antar anggota
keluarga sibuk dengan pekerjaanya karena Bp.S mulai menyupir
pada malam hari dan Ibu.S serta anak yang pertama bekerja dari pagi
sampai sorre jadi ketika keluarga dapat berkumpul semua, waktu
dihabiskan untuk mengobrol saling bercerita bertukar pikiran antar
anggota keluarga.

8
25. Fungsi sosial
Ibu.S mengatakan anggota keluarganya sering mengikuti kegiatan
yang berada di RTnya seperti perkumpulan PKK, anaknya mengikuti
karang taruna dan Bp.S selalu mengikuti kerja bakti dan rapat RT.
Keluarga Ibu.S selalu mengikuti peraturan yang berada pada RTnya.
26. Fungsi perawatan keluarga
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah
Ibu.S mengatakan masih belum terlalu mengerti mengenai
penyakit Diabetes Melitus dan bagaimana penanganannya.
Anggota keluarga juga belum mengerti makanan apa saja yang
harus dikonsumsi dan dihindari ketika gula darah naik. Ibu.S
mengatakan keluarganya tidak menjaga pola makan, tidak ada
pembatasan gula, nasi maupun minuman manis.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan
yang tepat
1) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga?
Ibu.S mengatakan masalah kesehatan yang dirasakan oleh
keluarganya yaitu kadar gula darah yang tinggi.
2) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
dialami?
Ibu.S mengatakan keluarga tidak menyerah terhadap
masalah kesehatan yang dialami, mereka akan saling
menguatkan satu sama lain.
3) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan
penyakit?
Ibu.S mengatakan juga ada kekhawatiran dengan penyakit
diabetes karena dari sepengetahuan Ibu.S ada pasien DM
yang sampai di amputasi.
4) Apakah keluarga mempunyai sifat negatif terhadap masalah
kesehatan?

9
Keluarga selalu menanggapi setiap masalah kesehatan secara
positif. Keluarga kurang mendapat informasi yang tepat
mengenai tindakan yang dilakukan jika masalah kesehatan
muncul dalam keluarga, sehingga tidak dapat mengambil
keputusan.
5) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang
ada?
Ibu.S mengatakan fasilitas kesehatan mudah dijangkau dari
rumah, terdapat klinik yang berjarak 1 km dan Puskesmas
Ngoresan yang berjarak 2 km dari rumah.
6) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan?
Anggota keluarga percaya dengan tenaga kesehatan, saat
sakit keluarga berobat ke pelayanan kesehatan. Tetapi Bp.S
sangat sulit untuk diajak berobat ke pelayanan kesehatan
dengan alasan bekerja dan tidak ada yang mengantar.
7) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah?
Keluarga masih kebingungan dalam mengatasi kesehatan
karena kurangnya informasi.

c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit


1) Keadaan penyakitnya
Pegetahuan keluarga mengenai penyakit terbatas, keluarga
sedikit mengerti mengenai tanda dan gejala ketika
penyakitnya sedang kambuh seperti Bp.S merasa gula
darahnya diatas 500 ketika pusing dan penglihatan mulai
kabur.
2) Keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
Jika anggota keluarga ada yang sakit dan sekiranya perlu
penanganan tenaga kesehatan, maka keluarga akan
mempercayakan perawatan dan penyembuhan pada tenaga

10
kesehatan, biasanya langsung diperiksakan di Puskesmas
Ngoresan. Namun bila sakitnya masih tergolong ringan,
Ibu.S hanya membeli obat di warung.
3) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
bertanggung jawab, sumber keuangan/finansial, fasilitas fisik
dan psikologis)
Ketika ada anggota keluuarga yang sakit Ibu.S yang
mengurus. Saat periksa di Puskesmas menggunakan uang
dari Ibu.S sendiri.
4) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit
Ketika ada salah satu anggota keluarga yang sakit, anggota
keluarga yang lain sangat perhatian untuk mengurusnya
seperti membelikan obat. Namun keluarga belum mampu
mengambil keputusan yang tepat bila ada anggota keluarga
yang sakit.

d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat


1) Mengetahui sumber-sumber yang dimiliki
Keluarga mengetahui sumber-sumber yang dimiliki untuk
membuat lingkungan rumah sehat.
2) Melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan
Ibu.S mengatakan jika lingkungan rumah bersih pasti akan
nyaman untuk ditempati.
3) Mengetahui pentingnya hygiene sanitasi
Keluarga mengatakan menjaga kebersihan air bersih sangat
penting agar tidak menyebabkan penyakit yang lain datang.
4) Mengetahui upaya pencegahan penyakit
Untuk mencegah penyakit yang ditimbulkan dari lingkungan
sekitar Ibu.S selalu menguras bak mandi agar tidak ada jentik
nyamuk.

11
5) Mengetahui sikap/pandangan keluarga terhadap hygiene
sanitasi
Keluarga juga saling menjaga kebersihan sanitasi di
lingkungan rumah.
6) Kekompakan antar anggota keluarga
Ibu.S mengatakan keluarganya terkadang ada perbedaan
pendapat karena anaknya yang beranjak dewasa jadi ketika
anak yang pertama mengidap maag dan sudah diberi tahu
mengurangi makan pedas tetapi masih sering dilakukan.

e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan


kesehatan yang ada di masyarakat
1) Mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan
Iya, di puskesmas dan klinik serta Ibu.S sering kontrol ke RS
Triharsi setiap bulannya.
2) Memahami keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh
dari fasilitas kesehatanIbu.S memahami tetapi Bp.S masih
belum memahami manfaat dari periksa ke fasilitas kesehatan.
Jadi saat gula darah dari Bp.S naik tinggi tetapi tetap saja
tidak mau dibawa berobat. Dari awal Bp.S mengetahui
memiliki diabetes belum pernah melakukan pengobatan.
3) Mempercayai petugas dan fasilitas kesehatan
Iya, karena lewat petugas kesehatan Ibu.S mendapat obat dan
informasi.

4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik


terhadap petugas kesehatan

12
Tidak ada, selama berkunjung ke fasilitas kesehatan petugas
melayani dengan baik.
5) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga
Iya, karena Puskesmas berjarak dekat dengan rumah serta
saat periksa menggunakan KIS.
27. Fungsi reproduksi
a. Berapa jumlah anak
2 anak, perempuan semua.
b. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
Dengan mengikuti KB
c. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga
Ibu.S melakukan MOW atau steril di umur 32 tahun.
28. Fungsi ekonomi
a. Memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
Dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
keluarga Ibu.S tidak kesulitan dan berkecukupan karena Bp.S
dan An.S juga bekerja.
b. Memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya
peningkatan status kesehatan
Ibu.S selalu mengikuti kegiatan yang dilakukan PKK seperti
senam atau ketika ada pemeriksaan gratis di puskesmas.
VI. Stres dan Koping Keluarga

29. Stresor jangka pendek dan panjang

13
a. Stresor jangka pendek pada keluarga Ibu.S adalah apabila ada
salah satu anggota yang sakit tidak ada yang mengurus karena
sibuk bekerja. Serta Ibu.S khawatir kepada Bp.S karena tidak mau
berobat ke pelayanan kesehatan.
b. Stresor jangka panjang adalah anak Ibu.S yang kedua An.F
sebentar lagi akan lulus dari SMA, Ibu.S mencemaskan anaknya
akan melanjutkan ke perguruan tinggi atau sama seperti kakaknya
langsung bekerja.
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Keluarga mengatakan cemas saat memikirkan stressor jangka panjang
tetapi Ibu.S berfikir dan bertindak tenang untuk kedepannya dijalani
seperti air mengalir.

31. Strategi koping yang digunakan


Anggota keluarga saling memberikan dukungan dan mensupport satu
sama lain saat terdapat masalah.
32. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak pernah melakukan kekerasan, perlakuan kejam
terhadap anak, memberikan ancaman dalam menyelesaikan masalah.

VII. Pemeriksaan Fisik


No. Pem.Fisik Bp.S Ibu.S An.S An.F
1. TD 121/75 140/80 mmHg 130/80 mmHg 110/80 mmHg
mmHg
2. Nadi 86 x/mnt 88 x/mnt 89 x/mnt 87 x/mnt
3. RR 20 x/mnt 20 x/mnt 22 x/mnt 22 x/mnt
4. TB 167 cm 150 cm 159 cm 155 cm
5. BB 65 kg 80kg 60 kg 54 kg
6. GDS 437 mg/dL 259 mg/dL - -
7. Kepala Bentuk meso Bentuk meso Bentuk meso Bentuk meso

14
chepal, tidak chepal, tidak chepal, tidak chepal, tidak
ada luka, kulit ada luka, kulit ada luka, kulit ada luka, kulit
kepala bersih. kepala bersih kepala bersih kepala bersih
8. Rambut Warna hitam Warna coklat Rambut hitam, Rambut
bersih sedikit kehitaman, pendek, lurus, hitam,
beruban, lurus, pendek, bersih rambut bersih panjang,
persebaran lurus, rambut
merata bersih
9. Mata Saat gula darah Tidak ada Tidak ada Tidak ada
tinggi gangguan gangguan gangguan
penglihatan penglihatan, penglihatan, penglihatan,
kabur, tidak ada tidak ada konjungtiva konjungtiva
ikterik, ikterik, tidak tidak anemis, tidak anemis,
konjungtiva anemis sklera tidak sklera tidak
tidak anemis ikterik ikterik
10. Hidung Bersih, tidak ada Bersih, tidak Bersih, Bersih,
sekret, tidak ada ada sekret, tidak ada tidak ada
polip tidak ada sekret, sekret,
polip tidak ada tidak ada
polip polip
11. Telinga Bersih, tidak ada Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
serumen, tidak ada serumen, ada serumen, ada
ada luka tidak ada luka tidak ada serumen,
luka tidak ada
luka
12. Mulut dan Bibir kering, Bibir lembab, Bibir lembab, Bibir lembab,
tenggorokan tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
stomatitis stomatitis, tidak stomatitis, stomatitis,
ada nyeri telan tidak ada nyeri tidak ada
telan nyeri telan

15
13. Leher - Inspeksi : - Inspeksi : - Inspeksi : - Inspeksi :
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
jejas/kebiruan jejas/kebiruan jejas/kebiru- jejas/
- Palpasi : - Palpasi : an kebiruan
Tidak ada Tidak ada - Palpasi : - Palpasi :
nyeri telan, nyeri telan, Tidak ada Tidak ada
tidak ada tidak ada nyeri telan, nyeri telan,
pembesaran pembesaran tidak ada tidak ada
kelenjar tiroid kelenjar pembesaran pembesara
tiroid kelenjar n kelenjar
tiroid tiroid
14. Paru-paru - Inspeksi : - Inspeksi : - Inspeksi : - Inspeksi :
Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
dada simetris dada simetris dada dada
antara kanan antara simetris simetris
dan kiri kanan dan antara antara
- Palpasi : kiri kanan dan kanan dan
Tidak ada - Palpasi : kiri kiri
nyeri tekan Tidak ada - Palpasi : - Palpasi :
pada dada nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
- Perkusi : pada dada nyeri tekan nyeri tekan
Sonor - Perkusi : pada dada pada dada
- Auskultasi : Sonor - Perkusi : - Perkusi :
Bunyi nafas - Auskultasi : Sonor Sonor
regular/ Bunyi nafas - Auskultasi : - Auskultasi :
vesikuler regular/ Bunyi nafas Bunyi nafas
vesikuler regular/ regular/
vesikuler vesikuler
15. Jantung - Inspeksi : - Inspeksi : - Inspeksi : - Inspeksi :
Iktus kordis Iktus kordis Iktus kordis Iktus kordis
tidak tidak

16
tidak terlihat. tidak terlihat. terlihat. terlihat.
- Palpasi : - Palpasi : - Palpasi : - Palpasi :
Iktus cordis Iktus cordis Iktus cordis Iktus cordis
tidak teraba tidak teraba tidak teraba tidak teraba
- Perkusi: - Perkusi: - Perkusi: - Perkusi:
Batas jantung Batas jantung Batas Batas
normal, tidak normal, tidak jantung jantung
terdapat terdapat normal, normal,
pembesaran pembesaran tidak tidak
pada jantung pada jantung terdapat terdapat
- Auskultasi : - Auskultasi : pembesaran pembesaran
S1 dan S2 S1 dan S2 pada jantung pada
reguler, bunyi reguler, bunyi - Auskultasi : jantung
normal lup dup normal lup S1 dan S2 - Auskultasi:
dup reguler, S1 dan S2
bunyi reguler,
normal lup bunyi
dup normal lup
dup
16. Abdomen - Inspeksi : - Inspeksi : - Inspeksi : - Inspeksi :
Perut datar, Perut buncit, Perut datar, Perut datar,
tidak terdapat tidak terdapat tidak tidak
acites acites terdapat terdapat
- Auskultasi : - Auskultasi : acites acites
Bising usus Bising usus - Auskultasi : - Auskultasi :
27x/menit 24x/menit Bising usus Bising usus
- Perkusi : - Perkusi : 19x/menit 20x/menit
Bunyi timpani Bunyi timpani - Perkusi : - Perkusi :
- Palpasi : - Palpasi : Bunyi Bunyi
Tidak Tidak timpani timpani
terdapat terdapat - Palpasi : - Palpasi :

17
nyeri tekan nyeri tekan Tidak Tidak
terdapat terdapat
nyeri nyeri
tekan tekan
17. Ekstremitas Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi
dengan baik dengan baik, dengan baik dengan
tidak ada terkadang tidak ada baik tidak
kelainan kaki sering kelainan ada
kesemutan kelainan

Tabel 2. Pemeriksaan Fisik

VIII. Harapan Keluarga terhadap petugas kesehatan


Ibu.S berharap dengan adanya petugas kesehatan dapat membuat Bp.S
mau untuk berobat dan memeriksakan diri. Serta agar mendapat
pengetahuan mengenai penyakitnya.
IX. Tingkat Kemandirian Keluarga
Tingkat kemandirian keluarga (Depkes, 2006)
1. Kriteria 1: Keluarga menerima perawat
2. Kriteria 2: Keluarga menerima pelayanan keperawatan yang
diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
3. Kriteria 3: Keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar
4. Kriteria 4: Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan pelayanan
kesehatan sesuai anjuran
5. Kriteria 5: Keluarga melakukan tindakan keperawatan sederhana
yang sesuai anjuran
6. Kriteria 6: Keluarga melakukan tingkat pencegahan secara aktif
7. Kriteria 7: Keluarga melakukan tindakan promotive secara aktif

18
19
Tingkat Kriteria Kriteria Kriteri Kriteria Kriteria Kriteri Kriteria
kemandiria 1 2 a3 4 5 a6 7
n
Tingkat I √ √
Tingkat II √ √ √ √ √
Tingkat III
Tingkat IV
Tabel.3 Tingkat Kemandirian Keluarga
Dari tabel tingkat kemandirian diatas , dapat disimpulkan bahwa
keluarga Ibu.S berada pada tingkat kemandirian II yaitu keluarga mau
menerima perawat dengan baik, keluarga mau dan mempu
mengungkapkan maslah kesehatan yang dialami serta mau menerima
pelayanan yang diberikan. Selain itu keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan pelayanan kesehatan sesuai anjuran dan melakukan
tindakan keperawatan sederhana yang sesuai anjuran.

X. Tingkat Kesejahteraan Keluarga


Tahapan keluarga Pra Sejahtera (KPS)
Tingkat Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
Aktualisasi
Kesejahteraan Dasar Psikologis Pengembangan
Diri Keluarga
Keluarga Keluarga Keluarga Keluarga
Keluarga Pra √
Sejahtera (KPS)
Keluarga
Sejahter I (KS
I)
Keluarga
Sejahter II (KS
II)
Keluarga

20
Sejahter III (KS
IIII)
Keluarga
Sejahter III Plus
(KS III Plus)
Tabel.4 Tingkat Kesejahteraan Keluarga

Keluarga Ibu.S memenuhi 5 indikator termasuk tahapan Keluarga Pra


Sejahtera (KPS) yaitu keluarga makan 2 kali sehari, anggota keluarga
memiliki pakaian yang berbeda untuk bekerja/sekolah dan berpergian, atap
dan dinding rumah keluarga kokoh dan tidak retak, atap tidak bocor saat
hujan, usia subur ber KB ke sarana pelayanan kontrasepsi, semua anak
dalam keluarga bersekolah.Keluarga Bp S hanya mampu memenuhi 2
indikator pada Keluarga Sejahtera II yaitu melaksanakan ibadah sesuai
dengan kepercayaan dan Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk
setiap penghuni rumah. Sehingga keluarga Bp. S berada pada tahapan
Keluarga Sejahtera I.

XI. Indeks Keluarga Sehat (IKS)


No Indikator Pertanyaan Bp Ibu An An Nilai
Rumah .S .S .S .F
Tangga
1. Keluarga mengikuti program KB N Y 1

2. Ibu hamil melahirkan di fasyankes N

3. Bayi usia 0-11 bulan diberikan imunisasi lengkap N

4. Pemberian ASI eksklusif bayi 0-6 bulan N

5. Pemantauan pertumbuhan balita N

21
6. Penderita TB paru yang berobat sesuai standar N N N N N

7. Penderita hipertensi yang berobat teratur N N N N N

8. Tidak ada anggota keluarga yang merokok Y N N N 1

9. Sekeluarga sudah menjadi anggota JKN Y Y Y 1

10. Mempunyai dan menggunakan sarana air bersih Y Y Y Y 1

11. Menggunakan jamban keluarga Y Y Y Y 1

12. Penderita gangguan jiwa berat berobat dengan N N N N


benar
Ʃ indikator bernilai 1 / (12- ƩN) 5 / (12 - 5)
Indikator Keluarga Sehat 0,71
Keterangan :> 0,80:keluarga sehat; 0,50-0,80: keluarga Keterangan : keluarga Ibu. S termasuk
pra sehat, < 0,50: keluarga tidak sehat dalam indikator keluarga pra sehat
Tabel.5 Indeks Keluarga Sehat

22
B. ANALISIS DATA

Data Problem Etiologi


DS : (D.0116) Manajemen Kurang terpapar
 Bp.S selama ini mengeluhkan kesehatan tidak efektif informasi
badannya sering lemas, pusing,
sering lapar sehingga makan
banyak tetapi tubuhnya malah
semakin kurus dari 74 kg menjadi
65 kg. urinnya dikerubungi semut.
Gula darahnya tinggi diatas 500
mg/dL saat melakukan
pengecekan GDS milik
saudaranya.
 Bp.S memiliki kebiasaan
merokok sejak usia muda sampai
sekarang. Bp.S mengatakan jika
tidak merokok tubuhnya akan
lemas.
 Ibu.S mengatakan gula darahnya
juga sering tinggi berkisar 200
mg/dL ke atas. Ibu.S juga
mengatakan masih suka makan
manis dan gorengan serta minum
es teh setiap hari.
 Saat An.S memeriksakan kadar
gula darah ke ke saudaranya
sebelum puasa 260 mg/dL dan
saat puasa sekitar 400 mg/dL
tetapi tidak langsung diobati dan
diperiksakan.

23
DO :
 Saat dilakukan pengkajian diukur
kembali GDS saat tidak puasa :
GDS Bp.S : 437 mg/dL
GDS Ibu.S : 259 mg/dL
 Keluarga belum mampu
mengambil keputusan yang tepat
bila ada anggota keluarga yang
sakit. Seperti tidak membujuk
Bp.S untuk berobat ke pelayanan
kesehatan.
DS : Defisit pengetahuan Kurang terpapar
 Ibu.S mengatakan masih belum (D.0111) informasi
terlalu mengerti mengenai
penyakit Diabetes Melitus dan
bagaimana penanganannya.
 Anggota keluarga juga belum
mengerti makanan apa saja yang
harus dikonsumsi dan dihindari
ketika gula darah naik. Ibu.S
mengatakan keluarganya tidak
menjaga pola makan, tidak ada
pembatasan gula, nasi maupun
minuman manis.
 Bp.S mengatakan tidak
melakukan pemeriksaan ke
pelayanan kesehatan dengan
alasan tidak ada yang mengantar
dan enggan untuk berobat.
DO :
 Keluarga tampak belum faham

24
mengenai penyakit DM seperti
penyebab, tanda dan gejala, serta
penanganannya.
 Keluarga Ibu.S sudah mengetahui
memiliki penyakit diabetes tetapi
keluarga tampak tidak menjaga
makan dan seperti tidak
memperdulikan penyakitnya
karena tidak berobat.

Tabel.6 Analisis Data

C. SKORING DAN PRIORITAS MASALAH

1. (D.0116) Manajemen kesehatan tidak efektif b.d Kurang terpapar


informasi

Bobo
No Kriteria Skor Pembenaran
t
1 Sifat Masalah : 1 3/3 x 3 = 3 Kadar glukosa dalam
 Wellness (3) darah keluarga Ibu.S
 Aktual (3) sangat tinggi seperti

 Resiko (2) Bp.S sudah hampir

 Potensial (1) mencapai 500 keatas,


tetapi tidak mau berobat
dan Bp.S masih sering
merokok, serta Ibu.S
masih suka makan
manis. Hal tersebut
harus segera mendapat
penangan lebih lanjut
agar tidak terjadi

25
komplikasi.
2 Kemungkinan masalah 2 ½x2=1 Dengan memberikan
untuk dicegah : dukungan keluarga
 Mudah (2) merencanakan
 Sebagian (1) perawatan yang

 Tidak dapat (0) bertujuan agar


manajemen kesehatan
dapat berjalan dengan
baik pada keluarga Ibu.S
dan sesuai dengan
aturan perawatan.
3 Potensi masalah dapat 1 3/3 x 1 = 1 Dengan memberikan
dicegah : penyuluhan dan terapi
 Tinggi (3) komplementer agar
 Cukup (2) klien mau melaksanakan

 Rendah (1) sesuai promkes.

4 Menonjolnya masalah : 1 2/2 x 2= 2 Masalah berat harus


 Segera (2) segara ditangani agar
 Tidak perlu diatasi tidak semakin parah
segera (1) melihat hasil kadar
 Tidak dirasakan (0) glukosa yang sudah
tinggi.

TOTAL 7

26
2. (D.0111) Defisit Pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi

No Kriteria Bobot Skor Pembenaran


1 Sifat Masalah : 1 2/3 x 1 = 2/3 Perilaku kurangnya
 Wellness (3) pengetahuan tentang
 Aktual (3) penyakit DM cenderung

 Resiko (2) beresiko menjadi

 Potensial (1) ancaman kesehatan.

2 Kemungkinan masalah 2 2/2 x 2 = 2 Pemberian pendidikan /


untuk dicegah : penyuluhan kesehatan
 Mudah (2) akan dapat menyelesaikan
 Sebagian (1) masalah dengan mudah

 Tidak dapat (0)


3 Potensi masalah dapat 1 2/3 x 1 = 2/3 Dengan pemahaman yang
dicegah : cukup, serta menerapkan
 Tinggi (3) perilaku dari promkes
 Cukup (2) masalah dapat dicegah

 Rendah (1)
4 Menonjolnya masalah : 1 2/2 x 1 = 1 Masalah harus segera
 Segera (2) ditangani supaya dapat
 Tidak perlu diatasi mencegah hal-hal yang
segera (1) tidak diinginkan seperti
 Tidak dirasakan (0) terjadi komplikasi.

TOTAL 4 1/3

Tabel.7 Skoring
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. (D.0116) Manajemen kesehatan tidak efektif b.d Kurang terpapar


informasi

2. (D.0111) Defisit Pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi

27
E. INTERVENSI

Dx. Tujuan Intervensi


1 Setelah dilakukan tindakan Dukungan Keluarga
keperawatan selama 2x Merencanakan Perawatan
kunjungan, diharapkan (I.12361)
manajemen kesehatan Observasi
meningkat dengan kriteria - Identifikasi kebutuhan dan
hasil : harapan keluarga tentang
• Melakukan tindakan untuk kesehatan
mengurangi faktor resiko - Identifikasi konsekuensi tidak
cukup meningkat dari skala melakukan tindakan bersama
1 menjadi skala 4 keluarga
• Menerapkan program - Identifikasi tindakan yang dapat
perawatan cukup meningkat dilakukan keluarga
dari skala 1 menjadi skala 4 Terapeutik
• Aktivitas hidup sehari- hari - Motivasi pengembangan sikap
efektif memenuhi tujuan dan emosi yang mendukung
kesehatan cukup meningkat upaya kesehatan
dari skala 1 menjadi skala 4 - Gunakan sarana dan fasilitas yang
• Verbalisasi kesulitan dalam ada dalam keluarga
menjalani program Edukasi
perawatan/pengobatan - Informasikan fasilitas kesehatan
cukup menurun dari skala 4 yang ada di lingkungan keluarga
menjadi skala 1 - Anjurkan menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
- Ajarkan cara perawatan yang bisa
dilakukan keluarga
2 Setelah dilakukan tindakan Edukasi Proses Penyakit (I.12444)
keperawatan selama 2x Observasi

28
kunjungan, diharapkan tingkat - Identifikasi kesiapan dan
pengetahuan membaik dengan kemampuan menerima informasi
kriteria hasil : Terapeutik
• Perilaku sesuai anjuran - Persiapkan materi dan media
cukup meningkat dari skala pendidikan kesehatan
1 menjadi skala 4 - Jadwalkan pendidikan kesehatan
• Perilaku sesuai dengan sesuai kesepakatan
pengetahuan cukup - Berikan kesempatan untuk
meningkat dari skala 1 bertanya
menjadi skala 4 Edukasi
• Persepsi yang keliru - Jelaskan penyebab dan faktor
terhadap masalah cukup risiko penyakit
menurun dari skala 4 - Jelaskan proses patofisiologis
menjadi skala 1 munculnya penyakit
- Jelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit
- Jelaskan kemngkinan terjadinya
komplikasi
- Ajarkan cara meredakan atau
mengatasi gejala yang dirasakan
- Informasikan kondisi pasien saat
ini
- Anjurkan melapor jika merasakan
tanda dan gejala memberat atau
tidak biasa

Edukasi Diet (I.12369)


Observasi
- Identifikasi kemampuan pasien
dan keluarga menerima informasi
- Identifikasi kebiasaan pola makan

29
saat ini dan masa lalu
- Identifikasi persepsi pasien dan
keluarga tentang diet yang
diprogramkan
Terapeutik
- Persiapkan materi, media dan alat
peraga
- Jadwalkan waktu yang tepat
untuk memberikan pendidikan
kesehatan
Edukasi
- Jelaskan tujuan kepatuhan diet
terhadap kesehatan
- Informasikan makanan yang
diperbolehkan dan dilarang
- Anjurkan mempertahankan posisi
semi fowler (30-45 derajat) 20-30
menit setelah makan
Kolaborasi
- Rujuk ke ahli gizi dan sertakan
keluarga, jika perlu

Tabel.8 Intervensi Keperawatan

30
F. IMPLEMENTASI

No Waktu (Tgl, Implementasi Paraf


Dx. Pukul) Pera-
wat
1 Kamis, 14 1. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan
April 2022 keluarga tentang kesehatan
14.00-15.00
WIB DS :
 Ibu.S mengatakan keluarganya sangat
membutuhkan pelayanan kesehatan
karena semua anggota keluarga
memiliki gula darah tinggi.
 Ibu.S berharap dia dan suaminya
selalu sehat agar dapat melihat anak-
anaknya menikah dan sampai
memiliki cucu.
DO :
 Ibu.S dan keluarga terlihat ingin
sekali semua anggota keluarga agar
selalu sehat tetapi keluarga belum
mampu menerapkan perilaku dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan
dan perawatan.
1 2. Mengidentifikasi tindakan yang dapat
dilakukan keluarga
DS :
 Ibu.S mengatakan saat ada anggota
keluarganya yang sakit ringan seperti
pusing dan demam biasanya hanya
menggunakan minyak kayu putih,

31
serta Ibu.S sering mengompres kaki
dengan es batu saat kesemutan.
 Bp.S mengatakan ketika gula
darahnya naik tidak melakukan
pengobatan ke pelayanan kesehatan
dan hanya dibiarkan.

DO :
 Ibu.S nampak sudah banyak mengerti
mengenai tindakan yang harus
dilakukan ketika penyakitnya
kambuh, tetapi Bp.S masih belum
paham mengenai tindakan yang harus
dilakukan ketika gula darahnya naik.
2 3. Memberikan penyuluhan edukasi proses
penyakit Diabetes Melitus meliputi :
(Penyebab, faktor risiko, patofisiologi
munculnya penyakit, tanda dan gejala,
komplikasi, penanganan dan kondisi
pasien saat ini )
DS :
 Keluarga mengatakan mulai
memahami tentang apa itu Diabetes
Melitus.
DO :
 Keluarga pasien memperhatikan
sampai akhir penyuluhan.
 Keluarga nampak dapat menjelaskan
kembali mengenai penyebab dan
tanda gejala, serta penanganan DM.

32
1 4. Informasikan fasilitas kesehatan yang ada
di lingkungan keluarga
DS :
 Keluarga mengatakan sudah mengerti
mengenai fasilitas kesehatan yang
ada dilingkungan keluarga seperti
saat ada yang sakit dilakukan
pertolongan pertama menggunakan
alat yang ada dirumah seperti
kompres hangat/dingin, atau dengan
tanaman herbal.
DO :
 Keluarga terlihat mengerti mengenai
penjelasan yang diberikan.
1 5. Anjurkan menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
DS :
 Bp.S mengatakan akan ke fasilitas
kesehatan untuk memeriksakan kadar
gula yang tinggi saat anaknya libur
kerja.
DO :
 Bp.S terlihat sudah bersedia berobat
ke fasilitas pelayanan kesehatan
asalkan diantar oleh anak atau
istrinya.
2 Sabtu, 16 1. Memberikan penyuluhan edukasi diet
April 2022 pada Diabetes Melitus
13.00-14.00 DS :
 Keluarga mengatakan memahami

33
WIB materi yang disampaikan.
 Ibu.S dan keluarganya akan mulai
belajar mengatur pola makan serta
Bp.S bersedia mengurangi merokok.
DO :
 Keluarga Ibu.S terlihat
memperhatikan penyuluhan sampai
selesai.
 Ibu.S nampak dapat menyebutkan
apa saja makanan yang boleh
dimakan, dibatasi dan dihindari.
1 2. Mengidentifikasi konsekuensi tidak
melakukan tindakan bersama keluarga
DS :
 Ibu.S mengatakan jika dia dan keluarga
tidak menerapkan pola hidup sehat mulai
dari sekarang maka akan mengakibatkan
komplikasi dari gula darah yang tinggi.
DO :
 Ibu.S terlihat sudah faham mengenai
konsekuensi jika dia dan keluarga tidak
saling mengingatkan dan menjaga agar
mulai menerapkan pola hidup sehat.
1 3. Mengajarkan cara perawatan yang bisa
dilakukan keluarga (Terapi
Komplementer Pemberian seduhan kayu
manis)
DS :
 Ibu.S mengatakan mengerti mengenai
langkah-langkah pembuatan seduhan
kayu manis dan akan menerapkan untuk

34
meminum secara rutin.
DO :
 Ibu.S sudah mengerti mengenai bahan
dan cara pembuatan seduhan kayu manis.
1 4. Memotivasi pengembangan sikap dan
emosi yang mendukung upaya kesehatan
DS :
 Ibu.S sekeluarga mengatakan akan selalu
memotivasi satu sama lain agar selalu
menerapkan pola hidup sehat serta jika
ada yang kurang patuh harus selalu
didukung dan diingatkan.
DO :
 Keluarga terlihat akan selalu
mengingatkan jika ada salah satu anggota
keluarga tidak patuh menjalani pola
hidup sehat.

Tabel 9. Implementasi Keperawatan


G. EVALUASI

No Waktu (Tgl, Evaluasi Paraf


Dx. pukul)

1 Kamis, 14 April S:
2022 - Keluarga mengatakan sudah mengerti
15.00 WIB mengenai fasilitas kesehatan yang ada
dilingkungan keluarga seperti saat ada
yang sakit dilakukan pertolongan
pertama menggunakan alat dan bahan
yang ada dirumah seperti kompres
hangat/dingin, atau dengan tanaman
herbal.
- Ibu.S mengatakan jika ada anggota

35
keluarganya yang sakit tidak kunjung
sembuh, akan langsung dibawa ke
pelayanan kesehatan.
- Bp.S mengatakan akan ke fasilitas
kesehatan untuk memeriksakan kadar
gula yang tinggi saat anaknya libur kerja.
O:
- Bp.S terlihat sudah bersedia berobat ke
fasilitas pelayanan kesehatan asalkan
diantar oleh anak atau istrinya.
- Keluarga nampak sudah mampu
mengambil keputusan yang tepat bila ada
anggota keluarga yang sakit.
A:
Masalah keperawatan manajemen kesehatan
tidak efektif teratasi sebagian, meliputi :
- Melakukan tindakan untuk mengurangi
faktor resiko meningkat dari skala 1
menjadi skala 3
- Verbalisasi kesulitan dalam menjalani
program perawatan/pengobatan menurun
dari skala 4 menjadi skala 2
P : Intervensi dilanjutkan
- Ajarkan cara perawatan yang bisa
dilakukan keluarga (Terapi
Komplementer rebusan kayu manis)
- Identifikasi konsekuensi tidak melakukan
tindakan bersama keluarga

2 S:
- Ibu.S mengatakan setelah diberikan
penyuluhan sudah paham mengenai jenis
DM, tanda dan gejala DM serta
penanganan DM.
- Bp.S mengatakan dari tanda dan gejala
DM yang telah dijelaskan, Bp.S sedang
mengalaminya saat ini. Mulai dari sering

36
lapar, badan mengurus, mudah haus dan
pandangan kabur. Bp.S akan latihan
mengurangi kebiasan merokok agar tanda
dan gejala tidak semakin memburuk
menjadi komplikasi.
O:
- Keluarga nampak dapat menjelaskan
kembali mengenai penyebab dan tanda
gejala, serta penanganan DM.
A:
Masalah keperawatan defisit pengetahuan
teratasi sebagian, meliputi :
- Persepsi yang keliru terhadap masalah
menurun dari skala 4 menjadi skala 2
P : Intervensi dilanjutkan
- Edukasi Diet pada Pasien Diabetes
Melitus
1 Sabtu, 16 April S:
2022 - Ibu.S sekeluarga mengatakan akan selalu
14.00 WIB memotivasi satu sama lain agar selalu
menerapkan pola hidup sehat agar tidak
terjadi komplikasi pada penyakitnya serta
jika ada yang kurang patuh harus selalu
didukung dan diingatkan.
O:
- Ibu.S terlihat sudah faham mengenai
konsekuensi jika dia dan keluarga tidak
saling mengingatkan dan menjaga agar
mulai menerapkan pola hidup sehat.
- Keluarga mengatakan akan saling
mengikatkan jika manajemen perilaku
salah satu anggota keluarga tidak sesuai.
A:
Masalah keperawatan manajemen kesehatan
tidak efektif teratasi sebagian, meliputi :

37
- Menerapkan program perawatan
meningkat dari skala 1 menjadi skala 3
- Aktivitas hidup sehari- hari efektif
memenuhi tujuan kesehatan cukup
meningkat dari skala 1 menjadi skala 3
P : Intervensi dihentikan

2 S:
- Ibu.S mengatakan mulai sekarang akan
membatasi minum esteh setiap hari,
makan memperhatikan komposisi
makanan di piring serta makan teratur.
O:
- Ibu.S dapat menyebutkan apa saja
makanan yang boleh dimakan, dibatasi
dan dihindari.
A:
Masalah keperawatan defisit pengetahuan
teratasi , meliputi :
- Perilaku sesuai anjuran meningkat dari
skala 1 menjadi skala 4
- Perilaku sesuai dengan pengetahuan
meningkat dari skala 1 menjadi skala 3
P : Intervensi dihentikan

Tabel 10. Evaluasi Keperawatan

38
LAMPIRAN
1. SAP Diabetes Melitus

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENDERITA DIABETES MELITUS

Satuan Acara Penyuluhan ini disusun untuk memenuhi tugas individu


Mata Kuliah Praktik Klinik Keperawatan Keluarga
Dosen Pembimbing: Athanasia Budi Astuti, S.Kp, MN

Disusun Oleh:
Fitria Rahmawati
P27220019156
3BD4 Keperawatan

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


BERLANJUT NERS
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DIABETES MELITUS

1. Pokok Bahasan : Diabetes Melitus


2. Sub Pokok Bahasan : Penatalaksanaan pasien dengan Diabetes Melitus
pada Keluarga Ibu.S
3. Sasaran : Keluarga Ibu.S
4. Tempat : Rumah Ibu.S
5. Hari/Tanggal : Sabtu, 16 April 2022
6. Waktu : 30 menit
7. Penyuluh : Fitria Rahmawati

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan klien dan keluarga mampu
memahami tentang penyakit Diabetes Melitus.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan klien dan keluarga
dapat :
1. Menjelaskan pengertian Diabetes Melitus
2. Menjelaskan jenis Diabetes Melitus
3. Menjelaskan penyebab Diabetes Melitus
4. Menjelaskan tanda dan gejala Diabetes Melitus
5. Menjelaskan komplikasi Diabetes Melitus
6. Menjelaskan penanganan Diabetes Melitus
C. MATERI
Terlampir
D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. MEDIA
1. Leaflet
F. PROSES PENYULUHAN
NO TAHAP WAKTU KEGIATAN AUDIEN
1. Pembukaan 5 menit 1. Memberi salam 1. Menjawab
salam
2. Mengingatkan 2. Memperhatikan
kontrak yang telah
disepakati
sebelumnya
3. Menjelaskan tujuan 3. Mendengarkan
penyuluhan
2. Isi 20 menit 1. Menjelaskan materi 1. Mendengarkan
: dan
a. Pengertian memperhatikan
Diabetes
Melitus
b. Jenis Diabetes
Melitus
c. Penyebab
Diabetes
Melitus
d. Tanda dan
gejala Diabetes
Melitus
e. Komplikasi
Diabetes
Melitus
f. Penanganan
Diabetes 2. Bertanya apabila

Melitus ada yang ingin

2. Membuka sesi ditanyakan.

pertanyaan
3. Penutup 5 menit 1. Menjawab 1. Mendengarkan
pertanyaan dan
memperhatikan
2. Mengevaluasi 2. Menjawab
kegiatan dengan cara pertanyaan
memberi pertanyaan
3. Membuat kesimpulan
materi yang telah 3. Mendengarkan
disampaikan dan
4. Mengakhiri memperhatikan
penyuluhan dan
mengucapkan salam 4. Menjawab salam

G. EVALUASI
Diharapkan pasien dan keluarga dapat menjelaskan kembali:
1. Pengertian Diabetes Melitus
2. Jenis Diabetes Melitus
3. Penyebab Diabetes Melitus
4. Tanda dan gejala Diabetes Melitus
5. Komplikasi Diabetes Melitus
6. Penanganan Diabetes Melitus

H. DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA), (2017). Standars of
Medical Care in Diabetes. Journal Diabetes Care.
(https://professional.diabetes.org/files/media/dc_40_s1_final Di akses tanggal
13 April 2022)

Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. 2017. Nanda NIC-NOC Jilid 1.
Jogjakarta : Mediaction Jogja
Aziz, Waode Azfari, dkk. 2020. “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Dengan Gaya Hidup Pada Penderita Diabetes Melitus”. Jurnal Penelitian
Perawat Profesional Volume 2 (1): 105-114.

Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2017. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC

Tandra, Hans. 2017. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang
Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
TH, M. Clevo Rendy Margaret. 2019. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
dan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

I. LAMPIRAN
MATERI
DIABETES MELITUS

1. Pengertian Diabetes Melitus


Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan
Bare,2017). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau
gangguan metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua – duanya. (ADA,2017)
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah. Diabetes mellitus klinis adalah sindrom gangguan
metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat
suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari
insulin atau keduanya (M. Clevo Rendy dan Margareth Th, 2019).
Diabetes Melitus adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika
tubuh tidak dapat menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat
menggunakan insulin dan didiagnosis dengan mengamati peningkatan
kadar glukosa dalam darah (Aziz, dkk, 2020).
2. Jenis Diabetes Melitus
a. Diabetes Tipe I
Diabetes tipe I adalah diabetes yang terjadi karena pankreas tidak
dapat atau kurang mampu membuat insulin sehingga tubuh
kekurangan insulin atau bahkan tidak memiliki insulin sama sekali.
Dengan demikian, gula tidak dapat diangkut ke dalam sel dan
menumpuk dalam peredaran darah. Penyakit ini biasanya timbul di
usia anak-anak atau remaja dan bisa terjadi pada pria maupun wanita.
Biasanya gejala diabetes tipe ini timbul secara mendadak dan bisa
bersifat berat sampai menimbulkan koma apabila tidak segera ditolong
dengan suntikan insulin. (Hans Tandra, 2017)
b. Diabetes Tipe II
Diabetes tipe II adalah jenis diabetes yang paling sering ditemui dan
biasanya timbul pada orang berusia diatas empat puluh tahun, namun
bisa pula timbul pada anak atau remaja. Pada diabetes tipe II, pankreas
masih bisa membuat insulin tetapi dengan kualitas buruk dan tidak
dapat berfungsi dengan baik sehingga gula darah meningkat. Si
penderita biasnya tidak memerlukan tambahan suntikan insulinteta[pi
perlu mengonsumsi obat yang bekerja untuk memperbaiki fungsi
insulin, menurunkan kadar gula di dalam darah, memperbaiki
pengolahan gula di hati, dan lain-lain. (Hans Tandra, 2017).
c. Diabetes pada Kehamilan atau Gestational
Diabetes yang terjadi saat hamil disebut diabetes tipegestasi
(gestasional diabetes). Keadaan ini terjadi karena pembentukan
beberapa hormon pada wanita hamil yang menyebabkan resistensi
insulin. (Hans Tandra, 2018)
d. DM Tipe lainnya
Ada pula diabetes yang tidak termasuk kelompok diatas yaitu diabetes
yang terjasi sekunder atau akibat dari penyakit lain, yang mengganggu
produksi atau kerja insuli. Contoh penyakit-penyakit itu adalah radang
pankreas (pankreatitis), gangguan kelenjar adrenal atau hipofisis,
penggunaan hormon kortikosteroid, pemakaian beberapa obat
antihipertensi atau antikolesterol, malnutrisi, atau infeksi. (Hans
Tandra, 2017)
3. Penyebab Diabetes Meitus
Penyebab diabetes melitus menurut M. Clevo Rendy dan Margareth Th,
2019 yaitu:
a. Diabetes melitus tergantung insulin (DM tipe I)
1) Faktor genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetik ke arah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik
ini ditentukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi oleh proses
imun lainnya.
2) Faktor imunologi Pada diabetes tipe I terdapat respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
b. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM tipe II)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Resistensi ini ditingkatkan oleh kegemukan, tidak
beraktivitas, penyakit, obat-obatan dan pertambahan usia. Pada
kegemukan, insulin mengalami penurunan kemampuan untuk
mempengaruhi absorpsi dan metabolisme glukosa oleh hati, otot
rangka, dan jaringan adiposa. DM tipe II yang baru didiagnosis sudah
mengalami komplikasi.
Faktor-faktor resiko DM tipe II yaitu:
1) Riwayat DM pada orang tua dan saudara kandung. Anak dari
penyandang DM tipe II memiliki peningkatan resiko dua hingga
empat kali mengalami DM tipe II.
2) Kegemukan, kelebihan berat badan minimal 20% lebih dari berat
badan yang diharapkan atau memiliki indeks massa tubuh (IMT)
minimal 27 kg/m. Kegemukan, khususnya viseral (lemak
abdomen) dikaitkan dengan peningkatan resistensi insulin.
3) Tidak ada aktivitas fisik.
4) Ras/etnis.
5) Pada wanita, riwayat DM gestasional, sindrom ovarium polikistik
atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4,5 kg.
6) Hipertensi (≥ 130/85 pada dewasa), kolesterol HDL ≥ 35 mg/dl dan
atau kadar trigliserida ≥ 250 mg/dl.
4. Tanda dan gejala Diabetes Melitus
a. Gejala akut penyakitDM

Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak


menunjukan gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala yang
ditunjukanmeliputi:
1) Lapar yang berlebihan atau makan banyak(poliphagi)
Pada diabetes,karena insulin bermasalah pemaasukan gula kedalam
sel sel tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk pun kurang itu
sebabnya orang menjadi lemas. Oleh karena itu, tubuh berusaha
meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan rasa lapar
sehingga timbulah perasaan selalu ingin makan
2) Sering merasahaus(polidipsi)
Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air atau
dehidrasi.untu mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus sehingga
orang ingin selalu minum dan ingin minum manis, minuman manis
akan sangat merugikan karena membuat kadar gula semakin tinggi.
3) Jumlah urin yang dikeluarkanbanyak(poliuri)
Jika kadar gula melebihi nilai normal , maka gula darah akan keluar
bersama urin,untu menjaga agar urin yang keluar, yang
mengandung gula,tak terlalu pekat, tubuh akan menarik air
sebanyak mungkin ke dalam urin sehingga volume urin yang keluar
banyak dan kencing pun sering.Jika tidak diobati makaakan timbul
gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai
berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg
dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah dan bila tidak lekas diobati,
akan timbul rasa mual (NIC-NOC, 2017) .

b. Gejala kronik penyakitDM


Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah:
1) Kesemutan
2) Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
3) Rasa tebal dikulit
4) Kram
5) Mudahmengantuk
6) Matakabur
7) Biasanya sering ganti kacamata
8) Gatal disekitar kemaluan terutama padawanita
9) Gigi mudah goyah dan mudahlepas
10) Kemampuan seksualmenurun
11) Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau
kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir
lebih dari4kg. (NIC-NOC, 2017)
5. Komplikasi Diabetes Melitus
a. Komplikasi Diabetes Mellitus akut
1) Diabetes Ketoasidosis
Komplikasi akut dan berbahaya dengan tingkat insulin rendah
menyebabkan hati menggunakan lemak sebagai sumber energi. Hal
tersebut normal jika terjadi secara periodik namun akan menjadi
masalah serius jika dipertahankan. Penderita DKA biasanya
mengalami dehidrasi serta pernapasan cepat dan dalam.
2) Hiperglikemia
Air dalam cairan sel ditarik keluar dari sel-sel masuk kedalam
darah dan ginjal, kemudian membantu membuang glukosa ke
dalam urine. Jika cairan dalam sel yang keluar tidak diganti maka
akan muncul efek osmotic karena kadar glukosa tinggi dan
hilangnya air yang kemudian akan mengarah kepada dehidrasi.
3) Hipoglikemia
Kondisi tidak normal akibat glukosa darah yang rendah. Penderita
akan mengalami perasaan gelisah, berkeringat, dan lemah. Hal ini
disebabkan oleh faktor-faktor seperti terlalu banyak atau salah
penggunaan insulin, terlalu banyak atau salah waktu olahraga, dan
tidak cukup asupan makanan. (Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2017)
b. Komplikasi Kronik
1) Makroangiopati
Peningkatan kadar glukosa secara kronis dalam darah
menyebabkan kerusakan pembuluh darah. Sel endotel yang
melapisi pembuluh darah mengambil glukosa lebih dari biasanya
karena sel-sel tersebut tidak tergantung pada insulin. Sel-sel
tersebut kemudian membentuk permukaan glikoprotein lebih dari
biasanya sehingga menyebabkan membran basal tumbuh lebih
tebal dan lebih lemah.
2) Mikroangiopati
Perubahan-perubahan mikrovaskuler yang ditandai dengan
penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh
darah sekitar. Terjadi pada penderita DMTI/IDDM yang terjadi
neuropati, nefropati, dan retinopati. Nefropati terjadi karena
perubahan mikrovaskuler pada struktur dan fungsi ginjal yang
menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal. Retinopati yaitu
perubahan dalam retina karena penurunan protein dalam retina. Hal
ini mengakibatkan gangguan dalam penglihatan. Retinopati dibagi
menjadi 2 tipe yaitu:
a) Retinopati back ground yaitu mikroneuronisma di dalam
pembuluh retina menyebabkan pembentukan eksudat keras.
b) Retinopati proliferatif yaitu perkembangan lanjut dari retinopati
back ground yang terjadi pembentukan pembuluh darah baru
pada retina akan menyebabkan pembuluh darah menciut dan
tarikan pada retina serta pendarahan di rongga vitreum. Juga
mengalami pembentukan katarak yang disebabkan
hiperglikemia berkepanjangan.
3) Neuropati diabetika yaitu akumulasi orbital dalam jaringan dan
perubahan metabolik mengakibatkan penurunan fungsi sensorik
dan motorik saraf yang menyebabkan penurunan persepsi nyeri.
4) Kaki diabetik perubahan mikroangiopati, mikroangiopati dan
neuropati menyebabkan perubahan pada ekstermitas bawah.
Komplikasinya dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi,
gangrene, penurunan sensasi, dan hilangnya fungsi saraf sensorik.
( Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2017)
6. Penanganan Diabetes Melitus
Menurut American Diabetes Association (2017) terdapat empat pilar
utama dalam penatalaksanaan diabetes melitus, yaitu:
a. Perencanaan makan (diet) Perencanaan makanan (diet) untuk mencapai
berat badan ideal bagi kesehatan (rendah kalori, rendah kolesterol).
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan
diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak. Sesuai
dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:
1) Karbohidrat: 60-70%
2) Protein: 10-15%
3) Lemak: 20-25%
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres
akut, dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai
dan mempertahankan berat badan ideal.
b. Latihan fisik/ jasmani
Latihan fisik dapat dilakukan dengan berolahraga. Berolahraga secara
teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal.
Prinsipnya, tidak perlu berolahraga berat, olahraga ringan asal
dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi
kesehatan.
c. Penyuluhan/Edukasi
Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukasi dengan tujuan promosi
hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari upaya
pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari
pengelolaan DM secara holistik. Diabetes adalah pendidikan dan
pelatihan mengenai pengetahuan serta keterampilan bagi pasien
diabetes melitus yang bertujuan menjunjung perubahan perilaku untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
d. Pengobatan
Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat (pengaturan diet dan
olahraga) belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah
penderita, maka perlu penatalaksanaan terapi obat, baik dalam bentuk
terapi obat hipoglikemik oral, terapi insulin, atau kombinasi keduanya.
Tujuan utama terapi pengobatan adalah untuk mengendalikan kadar
glukosa dalam darah dan mencegah terjadinya komplikasi.
SAP Diet Diabetes Melitus

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

Satuan Acara Penyuluhan ini disusun untuk memenuhi tugas individu


Mata Kuliah Praktik Klinik Keperawatan Keluarga
Dosen Pembimbing: Athanasia Budi Astuti, S.Kp, MN

Disusun Oleh:
Fitria Rahmawati
P27220019156
3BD4 Keperawatan

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


BERLANJUT NERS
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

1. Pokok Bahasan : Diet Pada Pasien Diabetes Melitus


2. Sub Pokok Bahasan : Diet Pada Pasien Diabetes Melitus Pada Keluarga
Ibu.S
3. Sasaran : Keluarga Ibu.S
4. Tempat : Rumah Ibu.S
5. Hari/Tanggal : Senin, 18 April 2022
6. Waktu : 30 menit
7. Penyuluh : Fitria Rahmawati

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan klien dan keluarga mampu
memahami tentang Diet pada Diabetes Melitus.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan klien dan keluarga
dapat :
1. Menjelaskan pengertian diet Diabetes Melitus
2. Menjelaskan tujuan diet Diabetes Melitus
3. Menjelaskan pola makan pada Diabetes Melitus
4. Menyebutkan komposisi makanan yang dianjurkan pada Diabetes Melitus
C. MATERI
Terlampir
D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. MEDIA
1. Leaflet
F. PROSES PENYULUHAN
NO TAHAP WAKTU KEGIATAN AUDIEN
2. Pembukaan 5 menit 4. Memberi salam 4. Menjawab
salam
5. Mengingatkan 5. Memperhatikan
kontrak yang telah
disepakati
sebelumnya
6. Menjelaskan 6. Mendengarkan

tujuan penyuluhan
7. Isi 20 menit 3. Menjelaskan 3. Mendengarkan
materi : dan
a. Pengertian diet memperhatikan
Diabetes
Melitus
b. Tujuan diet
Diabetes
Melitus
c. Pola makan
pada Diabetes
Melitus
d. Komposisi
makanan yang
dianjurkan
pada Diabetes
Melitus 4. Bertanya apabila
4. Membuka sesi ada yang ingin
pertanyaan ditanyakan.

8. Penutup 5 menit 5. Menjawab 5. Mendengarkan


pertanyaan dan
memperhatikan
6. Mengevaluasi 6. Menjawab
kegiatan dengan pertanyaan
cara memberi
pertanyaan
7. Membuat 7. Mendengarkan

kesimpulan materi dan

yang telah memperhatikan

disampaikan
8. Mengakhiri 8. Menjawab salam

penyuluhan dan
mengucapkan salam

G. EVALUASI
Diharapkan pasien dan keluarga dapat menjelaskan kembali:
1. Pengertian diet Diabetes Melitus?
2. Tujuan diet Diabetes Melitus?
3. Pola makan pada Diabetes Melitus?
4. Komposisi makanan yang dianjurkan pada Diabetes Melitus!

H. DAFTAR PUSTAKA
Ardiani, Hasnabila Esti, dkk. 2021. Obesitas, Pola Diet, dan Aktifitas Fisik
dalam Penanganan Diabetes Melitus pada Masa Pandemi Covid-19.
Muhammadiyah Journal of Nutrition and food Science Vol 2, No 1.
https://doi.org/10.24853/mjnf.2.1.1-12

Febrinasari, Ratih Puspita, dkk. 2020. Buku Saku Dabetes Melitus untuk
Awam. UNS (UNS Press) : Surakarta. ISBN 9978-602-397-409-27. (Online,
https://www.researchgate.net/publication/346495581_BUKU_SAKU_DIABE
TES_MELITUS_UNTUK_AWAM Diakses 12 April 2022)
Darmawan Sri, Sriwahyuni. 2019. Peran Diet 3J pada Pasien Diabetes
Melitus di Puskesmas Sudiang RayaMakassar. Nursing Inside Community
Vol 1 No 3. (http://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/nic/article/view/227/274
Online, Diakses 12 April 2022)
Krisnatuti, Diah dkk. 2014. Diet Sehat untuk Penderita Diabetes Mellitus.
Penebar Swadaya Group : Jakarta Timur. ISBN 9790026366, 9789790026360.
(EBook,https://books.google.co.id/books?
id=rbtgCAAAQBAJ&hl=id&source=gbs_navlinks_s Diakses 13 April 2022)

I. LAMPIRAN
MATERI
DIET DIABETES MELITUS
1. Pengertian diet Diabetes Melitus
Diet diabetes mellitus merupakan pengaturan pola makan bagi penderita
diabetes mellitus berdasarkan jumlah, jenis dan jadwal pemberian
makanan. Diet bagi pasien DM merupakan komponen yang sangat
penting dalam mengontrol gula darah agar tetap dalam batas normal dan
stabil. Untuk itu, penting untuk dilakukan edukasi kepada penderita
beserta keluarganya akan pentingnya pendidikan akan nutrisi makanan dan
cara menerapkan resep-resep masakan yang sehat di dalam keluarga
dengan memperhatikan jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal, dan jenis
makanan yang baik dikonsumsi, untuk menanamkan pola makan sehat
kepada penderita diabetes beserta anggota keluarga. (Krisnatuti, Diah dkk.
2014)
2. Tujuan diet Diabetes Melitus
Tujuan diet penyakit diabetes mellitus adalah membantu pasien
memperbaiki kebiasaan makan untuk mendapatkan kontrol metabolik
yang baik, dengan cara :
a. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal
dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin
(endogenous dan exogenous), dengan obat penurun glukosa oral dan
aktivitas.
b. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.
c. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan
berat badan yang memadai orang dewasa, mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang normal pada anak dan remaja, untuk
meningkatkan kebutuhan metabolik selama kehamilan dan laktasi
penyembuhan dari penyakit katabolik. Berat badan memadai diartikan
sebagai berat badan yang dianggap dapat dicapai dan dipertahankan
baik jangka pendek maupun jangka panjang oleh orang dengan
diabetes itu sendiri maupun oleh petugas kesehatan.
d. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes
yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit
jangka pendek, masalah yang berhubungan dengan kelainan jasmani
dan komplikasi kronik diabetes seperti: penyakit ginjal, neuropati
automik, hipertensi dan penyakit jantung.
e. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal. (Krisnatuti, Diah dkk. 2014)
3. Pola makan pada Diabetes Melitus
Dalam pengaturan diet pada penderita diabetes mellitus merupakan
pengobatan yang utama pada penatalaksanaan diabetes mellitus yang lebih
dikenal dengan istilah 3J yaitu mencakup pengaturan dalam:
a. Jumlah Makanan
Syarat kebutuhan kalori untuk penderita diabetes mellitus harus sesuai
untuk mencapai kadar glukosa normal dan mempertahankan berat
badan normal. Komposisi energi adalah 60 - 70 % dari karbohidrat, 10
- 15 % dari protein, 20 – 25 % dari lemak. Makanlah aneka ragam
makanan yang mengandung sumber zat tenaga, sumber zat pembangun
serta zat pengatur. (Darmawan Sri, Sriwahyuni. 2019)
1) Makanan sumber zat tenaga mengandung zat gizi karbohidrat,
lemak dan protein yang bersumber dari nasi serta penggantinya
seperti: roti, mie, kentang dan lain - lain.
2) Makanan sumber zat pembangun mengandung zat gizi protein dan
mineral. Makanan sumber zat pembangun seperti kacang -
kacangan, tempe, tahu, telur, ikan, ayam, daging, susu, keju dan
lain - lain.
3) Makanan sumber zat pengatur mengandung vitamin dan mineral.
Makanan sumber zat pengatur antara lain: sayuran dan buah -
buahan.
b. Jenis Bahan Makanan
Banyak yang beranggapan bahwa penderita diabetes mellitus harus
makan makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena
tujuan utamanya adalah menjaga kadar glukosa darah pada batas
normal. Untuk itu sangat penting bagi kita terutama penderita diabetes
mellitus untuk mengetahui efek dari makanan pada glukosa darah.
Jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus
adalah makanan yang kaya serat seperti sayur - mayur dan buah -
buahan segar. Hal yang terpenting adalah jangan terlalu mengurangi
jumlah makanan karena akan mengakibatkan kadar gula darah yang
sangat rendah (hypoglikemia) dan juga jangan terlalu banyak makan
makanan yang memperparah penyakit diabetes mellitus.
Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis makanan yang
tidak dianjurkan atau dibatasi bagi penderita diabetes mellitus yaitu:
1) Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes
mellitus adalah:
a) Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, kentang,
singkong, ubi dan sagu.
b) Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa
kulitnya, susu skim, tempe, tahu dan kacang-kacangan.
c) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan
yang mudah dicerna. Makanan terutama mudah diolah dengan
cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar.
2) Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk
penderita diabetes mellitus adalah:
a) Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula
jawa, sirup, jelly, buah - buahan yang diawetkan, susu kental
manis, soft drink, es krim, kue - kue manis, dodol, cake dan
tarcis.
b) Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji(fast
- food), goreng-gorengan.
c) Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan
makanan yang diawetkan. (Darmawan Sri, Sriwahyuni. 2019)
c. Jadwal Makan Penderita Diabetes Mellitus
Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu mengontrol
kadar gula darah. Makanan porsi besar menyebabkan peningkatan gula
darah mendadak dan bila berulang - ulang dalam jangka panjang,
keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi diabetes mellitus. Oleh
karena itu makanlah sebelum lapar karena makan disaat lapar sering
tidak terkendali dan berlebihan. Agar kadar gula darah lebih stabil,
perlu pengaturan jadwal makan yang teratur. Makanan dibagi dalam 3
porsi besar yaitu makan pagi (20 %), siang (30 %), sore (25 %) serta 2
- 3 kali porsi kecil untuk makanan selingan masing – masing 10-15 %.
(Darmawan Sri, Sriwahyuni. 2019)
4. Komposisi makanan yang dianjurkan pada Diabetes Melitus
a. Komposisi makanan yang dianjurkan meliputi:
(Febrinasari, Ratih Puspita, dkk. 2020)
1) Karbohidrat
Memfokuskan pada jumlah total karbohidrat daripada jenisnya.
Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal. Buah dan susu sudah
terbukti mempunyai respon glikemik yang lebih rendah dari pada
sebagian besar tepung-tepungan. Walaupun berbagai tepung-
tepungan mempunyai respon glikemik yang berbeda, prioritas
hendaknya lebih pada jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi
daripada sumber karbohidrat.
Anjuran konsumsi karbohidrat untuk diabetesi di Indonesia:
a) 45-65% total asupan energi.
b) Pembatasan karbohidrat tidak dianjurkan < 130 g/hari.
c) Makanan harus mengandung lebih banyak karbohidrat terutama
berserat tinggi.
d) Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% sehari ( 3-4 sdm)
e) Makan 3 kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat
dalam sehari.
2) Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama
dengan untuk orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan
mengkonsumsi 20-35 gr serat makanan dari berbagai sumber bahan
makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 gr/1000
kalori/ hari dengan mengutamakan serat larut air.
3) Protein
Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006
kebutuhan protein untuk diabetisi 15%-20% energi. Perlu
penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg berat badan perhari
atau 10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada
orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologic tinggi. Sumber
protein yang baik adalah ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam
tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan dan tahu-
tempe.
4) Total lemak
Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energi. lemak
jenuh < 7% kebutuhan energi dan lemak tidak jenuh ganda <10%
kebutuhan energi, sedangkan selebihnya dari lemak tidak jenuh
tunggal. Asupan kolesterol makanan hendaknya dibatasi tidak lebih
dari 300 mg perhari. Pengurangan konsumsi lemak jenuh dan
kolesterol adalah untuk menurunkan risiko penyakit
kardiovaskular.
5) Garam
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan
penduduk biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mgr atau sama dengan
6-7 g (1 sdt) garam dapur, sedangkan bagi yang menderita
hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 2400 mgr natrium
perhari atau sama dengan 6 gr/hari garam dapur. Sumber natrium
antara lain adalah garam dapur, vetsin dan soda.

BAHAN DIANJURKAN DIBATASI DIHINDARI


MAKANAN
KARBOHIDRAT Gandum, beras Semua sumber
merah, jagung, karbohidrat :
labu kuning. nasi, bubur, roti
bantal, mie
instan, kentang,
singkong, ubi,
sagu, talas,
sereal, ketan.
PROTEIN Ayam tanpa Hewan tinggi Abon, dendeng, susu
HEWANI kulit, ikan, putih lemak jenuh : kental manis full
telur, daging sosis, sarden, cream.
tanpa lemak. kornet, jeroan,
kuning telur.
PROTEIN Tempe, tahu,
NABATI kacang hijau,
kacang merah,
kacang kedelai,
beras merah.
SAYUR- Sayur tinggi Buncis, daun Sayuran dari tanaman
SAYURAN serat : kangkung, melinjo, berkambium/berbata
oyong, ketimun, melinjo, daun ng kayu.
tomat, labu ubi, kacang
air/jipang, panjang, pare.
kembang kol,
lobak, sawi,
selada, seledri,
terong, bayam,
wortel.
BUAH- Jeruk, apel, Nanas, manga, Buah yang sudah
BUAHAN jambu air, pisang, alpukat, diawetkan, manisan
belimbing/ sawo, buah, durian, kurma
sesuai kebutuhan semangka,
nangka masak.
LAIN-LAIN Makanan yang Gula tebu, minuman
digoreng dan soda.
menggunakan Makanan/minuman
santan kental, yang manis : kue,
kecap saus coklat, dodol,sirup,
tiram, makanan tape, selai
instan cepat
saji.
b. Takaran Piring Diabetes
1) Takaran piring sarapan pagi
- Sarapan pukul 07.00 WIB dan Cemilan sehat 3 jam
setelahnya. 1/4 dari piring adalah protein seperti telur,
daging, ikan, ayam. 1/4 dari piring adalah karbohidrat
seperti nasi, roti, kentang.
- 1/2 mangkok buah setiap hari
- 8 cangkir air mineral atau 1 gelas SUSU rendah lemak
- 1/2 Piring dikosongkan
2) Takaran piring makan siang dan makan malam
- Pukul 13.00 &19.00 WIB dan cemilan sehat 3 jam
setelahnya.
- Minimal 8 gelas air mineral setiap hari. Tingkatkan bila
aktivitas meningkat
- 1 mini cup buah rendah gula
- 1/4 dari piring protein terdiri dari ayam, ikan, tahu/tempe
- 1/4 dari piring adalah karbohidrat dari kentang, ubi, nasi

(Ardiani, Hasnabila Esti, dkk. 2021)


2. Leafleat Diabetes Melitus
Leaflet Diet Diabetes Melitus
3. SPO Air Rebusan Kayu Manis

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

AIR REBUSAN KAYU MANIS

Pengertia Upaya-upaya yang dilakukan untuk pengobatan Diabetes Melitus


n
berupa obat tradisional yang berasal dari bahan segar atau yang
dikeringkan, ekstrak, kelompok senyawa murni yang berasal dari
alam, yang dimaksud dengan obat alami adalah obatyang berasal
tanaman.

Tujuan Kayu manis mengandung minyak esensial yang membantu


peningkatan protein reseptor insulin pada sel sehingga
meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar glukosa
dalam darah.
Indikasi Dilakukan pada pasien yang menderita Diabetes Melitus
Alat dan 1. Ekstrak kayu manis sebanyak 7 gram atau 1 ruas kayu manis
Bahan
2. Air putih 400cc
3. Panci
4. Gelas
5. Sendok
Prosedur 1. Tahap Pra Interaksi
a. Melakukan verifikasi tindakan demonstrasi pemberian terapi
seduhan kayu manis.
b. Menyiapkan alat dan bahan
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam kepada klien dengan menyapa dan
memperkenalkan diri
b. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada
klien/pasien
c. Melakukan kontrak waktu dan tempat kepada klien
d. Menanyakan persetujuan dan persiapan klien sebelum
kegiatan dilakukan
3. Tahap Kerja
a. Siapkan 1 ruas kayu manis lalu bersihkan dengan air
mengalir atau siapkan kayu manis bubuk 7 gram.
b. Siapkan air 400 cc lalu masukkan ke dalam panci dan
panaskan diatas kompor sampai mendidih.
c. Jika sudah mendidih masukkan kayu manis dan tunggu
sampai air tersisa 200 cc.
d. Tuangkan air rebusan kayu manis ke dalam gelas
menggunakan saringan dan konsumsi 2x/hari di pagi dan
sore hari.
4. Tahap Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan

Referensi 1. Sarani Ali Abadi P., Dashipour A.R., Sarani H., Sarabandi A.
2021. The Effect of Cinnamon on Blood Glucose Level in
Patients with Type 2 Diabetes. Journal of Sabzevar University of
Medical Sciences, 28(4):740-751.
2. Ichan Nur.H, Devi S., dkk. 2021. Efektivitas Seduhan Hangat
Kayu Manis Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada
Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Keperawatan, Vol 19 No1.
Sumber : https://id.scribd.com/document/472501770/SOP-KAYU-MANIS-doc

Tabel.11 SOP Seduhan Kayu Manis


4. Dokumentasi Kegiatan

a. Pengkajian

b. Implementasi dan Evaluasi 1

c. Implementasi dan Evaluasi 2

Anda mungkin juga menyukai