Disusun Oleh:
ROSA SHEILA DIANA OASIS (P27220019181)
3BD4
Salfiyah, S. Kep., Ns
Atlaariasia B.A., SKp..MN
NIP: 19930324 201902 2 001
NIP :19611009 198401 2 001
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya telah
memberikan izin, kelancaran, dan kekuatan sehingga makalah auhan
keperawatan keluarga dengan judul “Keperawatan Keluarga Bapak T
Di Rt 004 Rw 014 Gambirsari Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta” ini dapat tersusun hingga selesai. Meskipun dalam
penyusunan laporan ini penulis menemukan hambatan namun berhasil
menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Ibu Athanasia B.A., SKp., MN selaku dosen pembimbing praktik
keperawatan keluarga dan Ibu Salfiyah, S.Kep., Ns selaku pembimbing
lahan praktik keperawatan keluarga yang telah membimbing penulis
dalam penyusunan makalah ini. Penyusunan laporan ini bertujuan untuk
memenuhi tugas dalam praktik Keperawatan Keluarga. Selain itu,
pembuatan laporan ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca serta pada keluarga binaan penulis untuk
meningkatkan status kesehatan keluarga tersebut.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka
penulis yakin masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempuraan laporan ini. Penulis berharap semoga
laporan ini dapat berguna bagi penulis khusunya dan masyarakat serta
pembaca pada umumnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
DAFTAR TABEL DAN BAGAN...............................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................v
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. Pengkajian..........................................................................................1
B. Analisis Data.......................................................................................18
C. Skoring Diagnosis Keperawatan Keluarga.........................................20
D. Diagnosis Keperawatan......................................................................23
E. Rencana Keperawatan........................................................................24
F. Implementasi Keperawatan................................................................27
G. Evaluasi Keperawatan........................................................................34
LAMPIRAN
1) Lampiran Laporan Pendahuluan
2) Lampiran SAP
3) Lampiran Materi Pendidikan Kesehatan Dispepsia
4) Lampiran SPO Terapi Kompres Air Hangat
5) Lampiran Leaflet
6) Lampiran Dokumentasi
7) Lampiran Laporan Pendahuluan Konsep Penyakit dan Konsep Askep
iv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
1. Laporan Pendahuluan
2. SAP Ulkus Diabetikum
3. Materi Pendidikan kesehatan Ulkus Diabetikum
4. SOP Senam Kaki Diabetes Melitus
5. Leafleat
6. Dokumentasi Kegiatan
vi
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA BAPAK T DENGAN ULKUS DIABETIKUM DI DESA
GAMBIRSARI RT 01 / RW 14
I. Pengkajian
A. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Bapak T
2. Umur Kepala Keluarga : 67 tahun
3. Alamat : Gambirsari RT 01/RW 14, Surakarta
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Tidak Bekerja
6. Pendidikan : SD
7. Komposisi Keluarga :
1
2
Keterangan :
: menikah
: laki-laki
: tinggal serumah
: perempuan : pasien
: meninggal
: anak
8. Tipe Keluarga
Tipe Keluarga Bapak T termasuk tipe nuclear family, keluarga inti yang
terdiri dari suami, istri, dan anak kandung atau adopsi.
9. Suku Bangsa
Seluruh Anggota Keluarga berasal dari suku Jawa, Indonesia
10. Agama
Semua anggota keluarga menganut agama Islam dan mereka taat beribadah
dan menjalankan perintah Allah SWT
11. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Kepala Keluarga : - /bln
Anak ke-1 : 3.000.000,-/bln
Anak ke-3 : 5.000.000,-/bln
Anak ke-4 : 3.000.000,-/bln
Untuk pendapatan satu keluarga dijadikan terpisah karena anak- anaknya.
Dilihat dari penghasilan anggota keluarga dan harta benda yang dimiliki
dalam keluarga, keluarga tersebut mempunyai status sosial ekonomi
keatas.
12. Aktivitas Rekreasi Keluarga
sembuh.
Anak ke-1 : Mempunyai riwayat penyakit batu empedu dan sudah
sembuh
Anak ke-2 : tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk
berobat dan rawat inap di RS.
Anak ke-3 : tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klienuntuk
berobat dan rawat inap di RS.
Anak ke-4 : tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk
berobat dan rawat inap di RS
4
Ruang tv
Kamar
tidur
Ruang
sholat kamar tidur
Kamar
Mandi
5
Dapur
Lantai 1
Gambar. 1 Denah Rumah Keluarga Bapak T
Ibu S :
Anak ke-1 :
Peran informal : Sebagai anggota masyarakat.
Peran formal : Sebagai seorang istri dan i b u untuk
anak-anaknya,sebagai kakak,dan sebagai anak.
Anak ke-3 :
Peran informal : Sebagai anggota masyarakat.
Peran formal : Sebagai seorang ayah untuk anak
anaknya, sebagai kakak,dan sebagai anak.
Anak ke-4 :
Peran informal : Sebagai anggota masyarakat
Peran formal : sebagai pekerja, sebagai adik, dan sebagai
anak.
24. Nilai dan Norma Keluarga
Keluarga kurang menyadari pentingnya menjaga kesehatan,
mereka membiasakan cuci tangan sebelum makan, akan
tetapi kebersihan lingkungan disekitarnya tidak dijaga
dengan baik, kecukupan gizi dalam keluarga juga cukup
terpenuhi dilihat dari makanan yang sering dikonsumsi tiap
harinya.
E. Fungsi Keluarga
7
G. Pemeriksaan Fisik
dan arteri dan arteri arteri carotis, tidak teraba tidak teraba
carotis, tidak carotis, tidak tidak teraba adanya adanya
teraba teraba adanya pembesaran pembesaran
adanya adanya pembesaran kelenjar tiroid kelenjar tiroid
pembesaran pembesaran kelenjar tiroid
kelenjar tiroid kelenjar tiroid
3 Mata Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva tidak
tidak terlihat tidak terlihat tidak terlihat tidak terlihat terlihat anemis,
anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak tidak ada katarak,
ada katarak, ada katarak, ada katarak, ada katarak, penglihatan
penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan Jelas
Jelas Jelas jelas jelas
4. Telinga Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, keadaan
keadaan keadaan keadaan keadaan bersih, bersih,
bersih, bersih, bersih, Fungsi Fungsi
Fungsi Fungsi Fungsi pendengaran pendengaran
pendengaran pendengaran pendengaran baik Baik
Baik Baik baik
5 Hidung Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
Keadaan Keadaan Keadaan Keadaan bersih, Keadaan bersih,
bersih, bersih, bersih, Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada Tidak ada kelainan yang kelainan yang
kelainan yang kelainan yang kelainan yang ditemukan ditemukan
ditemukan ditemukan ditemukan
6 Mulut Mukosa mulut Mukosa mulut Mukosa mulut Mukosa, mulut Keadaan mulut
lembab, lembab, lembab, lembab, lembab,
keadaan keadaan keadaa keadaan bersih, Mukosa bersih,
bersih, bersih, nbersih, Tidak Tidak ada Tidak ada kelainan
Tidak ada Tidak ada ada kelainan kelainan
kelainan kelainan
12
DS :
- B a p a k T mengatakan khawatir
Keluarga kurang
apabilakadar gula darahnya
patuh pada
semakin meningkat
Resiko rencana
- B a p a k T mengatakan terkadang
Ketidakstabilan manajemen
pusing,kesemutan pada jari tangan
kadar gula darah diabetes
dan kaki, sering BAK
- Ibu S mengatakan kebiasaan pola
makan Bapak T kurang terkontrol.
DO :
- B a p a k T tampak kaget saat
tahu guladarahnya agak tinggi
- GDS = 210 mg/dL
- TTV
TD : 129/72 mmhg
N : 83 x/menit
S : 36 oC
RR : 20 x/menit
18
DS :
Bapak T mengatakan balutan terkahir
diganti 3 hari yang lalu
Do :
Kemerahan disekitar luka
DS :
Bapak T mengatakan gula darahnya
juga sering tinggi berkisaran 200 mg/dL
ke atas
Keluarga mengatakan kebiasaan yang
masih dilakukan oleh bapak T dalam
mengonsumsi makanan berupa
Kompleksitas
gorengan serta minum kopi setiap hari
Managemen
program
Bapak T mengatakan masih memiliki kesehtaan
tidak efektif perawatan/
kebiasaan merokok, dan merasakan
pengobatan
lemas ketika tidak merokok.
Do :
Keluarga belum mampu mangambil
keputusan dan membujuk Bapak T
untuk melakukan
perawatan/pengobatan sesuai
anjuran.
TOTAL 5
22
1
Resiko ketidakstabilan kadar gula bd keluarga kurang patuh pada
rencana manajemen diabetes (D.0038)
2
Resiko infeksi bd faktor Penyakit kronis (D.0142)
3.
Manajemen Kesehatan Tidak Efektif Ketidakmampuan keluarga
merawatdan mengenal masalah anggota keluarga dengan diabetes
(D.0116)
24
V. Perencanaan Keperawatan
terhadap diet
dan olahraga
3. Ajarkan
pengelolaan
diabetes
Kolab
orasi
1. Kolaborasi
pemberian insulin (jika
perlu)
2 Senin Setelah I.14564 Perawatan
, 11 Resiko infeksi Dilakukan Luka
bd faktor
apri Penyakit kronis Intervensi Observasi :
l (D.0142) Keperawatan
2022 Selama 2x
Kunjungan, Maka - Memonitor
derajat infeksi karakteristik
berdasarkan luka ( mis.
observasi atau Drainase,
sumber informasi warna, ukuran,
menurun Dengan bau)
Kriteria Hasil :
− Kemerahan - Monitor tanda-
menurun dari tanda infeksi
skala 3 Terapeutik :
(sedang) - Lepaskan
menjadi balutan dan
Skala5 plester
( menurun) secara
perlahan
− Nyeri
menurun dari - Bersihkan
skala 3 dengan
(sedang) cairan
menjadi NaCL,
Skala 5 ( sesuai
menurun) kebutuhan
− Bengkak
menurun dari - Bersihkan
skala 3 jaringan
(sedang) nekrotik
menjadi
Skala 5 ( - Berikan salep
menurun) yang sesuai
ke
26
− Cairan kulit/lesi,jika
berbau menurun perlu
dari skala 3
(sedang) menjadi - Pasang
Skala5 ( menurun) balutan
sesuai jenis
luka
Pertahanka
n teknik
steril saat
melakukan
perawatan
luka, Ganti
balutan
sesuai
jumlah
eksudat
dan
drainase
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi
kalori dan
protein
- Ajarkan
prosedur
perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
program
perawatan
meningkat
skala 3
(sedang)
menjadi Skala
5 ( cukup
meningkat)
− Aktivitas
hidup sehari-
hari
meningkat skala 3
(sedang) menjadi
Skala 5 ( cukup
meningkat)
28
N : 83 x/menit
S : 36 oC
RR : 20 x/menit
2 Rosa
12.35 WIB membersihkan DS :
dengan cairan
NaCL, sesuai DO : Klien tampak kooperatif dan
kebutuhan tenang
2 Rosa
12.45 WIB membersihkan DS :
jaringan nekrotik
DO : Klien tampak kooperatif dan
tenang
30
2 Rosa
13.00 WIB memberikan salep DS :
yang sesuai ke
kulit/lesi,jika perlu DO : Klien tampak kooperatif dan
tenang
2 Rosa
13.05 WIB mempasang DDS :
balutan sesuai jenis
luka DO : Klien tampak kooperatif dan
tenang
2 Rosa
13.15 WIB memberikan salep DS :
yang sesuai ke
kulit/lesi,jika perlu DO : Klien tampak kooperatif dan
(salep gentamicin) tenang
2 Rosa
13.20 WIB mempasang DDS :
balutan sesuai jenis
luka DO : Klien tampak kooperatif dan
tenang
2 Rosa
13.25 WIB mempertahankan DS :
teknik steril saat
melakukan DO : Klien tampak kooperatif dan
perawatan luka tenang
2 Rosa
13.25 WIB Mengganti balutan DS : klien mengatakan bahwa
sesuai jumlah sudah mengerti perawatan luka
eksudat dan yang sudah didemonstrasikan
drainase perawat
N : 83 x/menit
S : 36 oC
RR : 20 x/menit
3 Rosa
13.00 WIB memfasilitasi DS : klien mengatakan harapan
mengklarifikasi cepat sembuh
nilai dan harapan
yang membantu DO : pasien tampak mepunyai
membuat pilihan motivasi ingin cepat sembuh dari
dukungan keluarga
VII. Evaluasi
DO :
- GDS = 210 mg/dL
- TTV
TD : 129/72 mmhg
N : 83 x/menit
S : 36 oC
RR : 20 x/menit
A: masalah resiko ketidakstabilan kadar gula bd keluarga
kurang patuh pada rencana manajemen diabetes sebagian
teratasi ( dari skala 3 (sedang) ke skala 4 (cukup
meningkat)
P: Lanjutkan Intervensi
- monitor TTV dankadar gula darah
- monitor tanda dangejala hiperglikemia
- anjurkan kepatuhan terhadapadiet dan olahraga
(senam kaki diabetes)
35
2 Senin, 11 S: Rosa
April 2022 - klien mengatakan balutan terkahir diganti 3 hari yang
14.00WIB lalu
-Klien mengatakan mengatakan luka berbau, dan sedikit
panas disekitar luka
- Klien mengatakan luka belum sembuh selama 2 bulan
klien mengatakan makanan protein baik untuk
penyembuhan luka
-klien mengatakan bahwa sudah mengerti perawatan
luka yang sudah didemonstrasikan perawat
O : Keluarga dan klien terlihat paham dan mampu
mengulangi tahapan perawatan luka
A: Masalah resiko infeksi bd faktor penyakit teratasi
sebagian (dari skala 3 (sedang) menjadi skala 4 (cukup
meningkat) )
P:
- Anjurkan untuk selalu membersihkan luka
secara mandiri dirumah
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan
protein
36
3 Senin, 11 S: Rosa
April 2022 - keluarga klien mengatakan menerima masukan dari
14.00WIB petugas kesehatan
P: intervensi dilanjutkan
- fasilitasi mengklarifikasi nilai dan harapan yang
membantu membuat pilihan
- kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam
memfasilitasi pengambilan keputusan
37
1 S: Rosa
Rabu, 13 April
- Klien mengatakan tensi terakhir yaitu 125/85 mmhg
2022
dan kadar gula darah terakhir 210
14.30 WIB
- Klien mengatakan sudah tidak merasakan pusing setiap
bangun pagi sudah berkurang
O:
- GDS = 102 mg/dL
- TTV
TD : 118/78 mmhg
N : 83 x/menit
S : 36 oC
RR : 20 x/menit
A: masalah resiko ketidakstabilan kadar gula bd keluarga
kurang patuh pada rencana manajemen diabetes teratasi
( dari skala 4 (cukup meningkat) ke skala 5 (meningkat))
P: intervensi dihentikan
2 S: Rosa
Rabu, 13 April
2022 - klien mengatakan makanan protein baik untuk
14.30 WIB penyembuhan luka
3 S: Rosa
Rabu, 13 April
2022 - klien mengatakan harapan cepat sembuh
14.30 WIB
- keluarga pasien mengatakan bersedia ijika ada
kolaborasi dengan pelayanan kesehatan
O:
tampak paham dan menerima masukan dari perawat
keluarga pasien bersedia jika ada kolaborasi dengan
petugas pelayanan kesehatan seperti petugas dari
puskesmas yang akan membantu jika ada kesulitan
dalam pengambilan keputusan
A: Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
Ketidakmampuan keluarga merawatdan mengenal
masalah anggota keluarga dengan diabetes teratasi
( dari skala 4 (cukup meningkat) ke skala 5
(meningkat))
P: intervensi dihentikan
39
LAMPIRAN
LAMPIRAN SAP
4
5
G. EVALUASI
Kriteria hasil yang akan dicapai :
Klien dapat memahami tentang ulkus diabetikum dan langkah-langkah
senam kaki diabetes.
H. LAMPIRAN
MATERI
Diabetes Mellitus dan Ulkus Diabetikum
1. Definisi Diabetes Mellitus dan Ulkus Diabetikum
Diabetes mellitus pengertian Diabetes Melitus adalah suatu
kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat menghasilkan cukup
insulin atau tidak dapat menggunakan insulin dan didiagnosis dengan
mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah (Aziz, dkk, 2020).
Ulkus diabetikum adalah komplikasi yang sering terjadi pada
pasien diabetes melitus yang tidak terkontrol. Ulkus tersebut dapat
terbentuk karena kurang nya kontrol glikemik, neuropati, penyakit
pembuluh darah tepi, atau perawatan luka pada kaki yang tidak
maksimal. Ulkus tersebut biasanya muncul di area kaki yang sering
atau berulang mengalami trauma dan tekanan (Oliver & Mutluoglu,
2020).
Data epidemiologi menunjukkan estimasi risiko ulkus
diabetikum
adalah
15% dari keseluruhan penderita diabetes. Secara global, lebih dari 150
juta penduduk dunia pada tahun 2016 menderita diabetes dan hampir
seperempatnya berisiko memiliki ulkus diabetikum. Dua puluh lima
persen kasus ulkus diabetikum berdampak pada amputasi organ.
Namun, 40% kasus ulkus diabetikum dapat dicegah dengan rawat
luka yang baik. Pada 60% kasus ulkus diabetikum berkaitan erat
dengan neuropati perifer.
2. Jenis Diabetes
Melitus
a. Diabetes
Tipe I
Diabetes tipe I adalah diabetes yang terjadi karena pankreas tidak dapat
atau kurang mampu membuat insulin sehingga tubuh kekurangan
insulin atau bahkan tidak memiliki insulin sama sekali. Dengan
demikian, gula tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk
dalam peredaran darah. Penyakit ini biasanya timbul di usia
anak-anak atau remaja dan bisa
terjadi pada pria maupun wanita. Biasanya gejala diabetes tipe ini
timbul secara mendadak dan bisa bersifat berat sampai
menimbulkan koma apabila tidak segera ditolong dengan suntikan
insulin. (Hans Tandra, 2018)
b. Diabetes Tipe II
Diabetes tipe II adalah jenis diabetes yang paling sering ditemui dan
biasanya timbul pada orang berusia diatas empat puluh tahun,
namun bisa pula timbul pada anak atau remaja. Pada diabetes tipe
II, pankreas masih bisa membuat insulin tetapi dengan kualitas
buruk dan tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga gula darah
meningkat. Si penderita biasnya tidak memerlukan tambahan
suntikan insulinteta[pi perlu mengonsumsi obat yang bekerja untuk
memperbaiki fungsi insulin, menurunkan kadar gula di dalam
darah, memperbaiki pengolahan gula di hati, dan lain-lain. (Hans
Tandra, 2018).
c. Diabetes pada Kehamilan
Diabetes yang terjadi saat hamil disebut diabetes tipegestasi
(gestasional diabetes). Keadaan ini terjadi karena pembentukan
beberapa hormon pada wanita hamil yang menyebabkan resistensi
insulin. (Hans Tandra, 2018)
d. Diabetes lain
Ada pula diabetes yang tidak termasuk kelompok diatas yaitu diabetes
yang terjasi sekunder atau akibat dari penyakit lain, yang
mengganggu produksi atau kerja insuli. Contoh penyakit-penyakit
itu adalah radang pankreas (pankreatitis), gangguan kelenjar
adrenal atau hipofisis, penggunaan hormon kortikosteroid,
pemakaian beberapa obat antihipertensi atau antikolesterol,
malnutrisi, atau infeksi. (Hans Tandra, 2018)
3. Faktor Risiko Diabetes Melitus
a. Usia semakin tua, kemampuan insulin dan pankreas semakin melemah
b. Ras atau etnis. Mereka yang berkulit hitam lebih mudah terkena
diabetes daripada orang-orang yang berkulit putih.
c. Gaya hidup yang salah
d. Obat-obatan steroid yang sering dikonsumsi penderita asma atau
rematik mempunyai efek counter insulin yang menyebabkan naiknya
gula darah.
e. Infeksi virus pada pankreas (pankreastitis) atau penyakit yang
menyerang kelenjar hipofisis seperti akromegali bisa mengakibatkan
diabetes.
f.Kehamilan
g. Keturunan
h. Stres
(Hans Tandra, 2018).
Penyebab :
Penyebab dari ulkus diabetikum yaitu multifaktorial. Namun,
untuk penyebab umum yang mendasari yaitu kurangnya mengontrol
kadar glikemik, perawatan luka yang tidak tepat, alas kaki yang tidak
pas, neuropati perifer dan sirkulasi buruk, kulit kering, dan lain-lain.
Penderita diabetes sekitar 60% mengalami neuropati yang akhirnya
menyebabkan ulkus kaki. Individu yang memiliki kaki tipe rata lebih
berisiko untuk timbulnya ulkus karena mereka mengalami stres yang
tidak proporsional di seluruh kakinya dan menyebabkan
peradangan jaringan di area berisiko tinggi di kaki (Oliver &
Mutluoglu, 2020).
a. Gejala akut
penyakitDM
5. Komplikasi Diabetes
Melitus
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM tipe 2
akanmenyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe 2 terbagi
dua berdasarkan lama terjadinya yaitu: komplikasi akut dan komplikasi
kronik(Smeltzer dan Bare, 2017 ; PERKENI, 2017).
a.Komplikasi akut
1) Ketoasidosis diabetik
(KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang ditandai
denganpeningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600
mg/dL),disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan
plasma keton(+) kuat. Osmolaritas plasma
meningkat (300-320 mOs/mL) danterjadi peningkatan
anion gap
(PERKENI,
2015).
2) Hiperosmolar non ketotik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi(600-
1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritasplasma
sangat meningkat (330-380 mOs/mL), plasma keton (+/-),anion gap
normal atau sedikit meningkat (PERKENI, 2015).
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa
darahmg/dL.
Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkanmengalami
keadaan hipoglikemia. Gejala hipoglikemia terdiri dari berdebar-
debar, banyak keringat, gementar, rasa lapar, pusing,gelisah, dan
kesadaran menurun sampai koma (PERKENI, 2017).
b.Kompilkasi kronik
Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi pada pasienDM
saat ini sejalan dengan penderita DM yang bertahan hidup
lebihlama.Penyakit DM yang tidak terkontrol dalam waktu yang
lamaakan menyebabkan terjadinya komplikasi kronik.
Kategori umum komplikasi jangka panjang terdiri dari :
1) Komplikasi makrovaskular
Komplikasi makrovaskular pada DM terjadi akibataterosklerosisdari
pembuluh-pembuluh darah besar,khususnya arteri akibattimbunan
plak ateroma. Makroangiopati tidak spesifik pada DMnamun dapat
timbul lebih cepat, lebih sering terjadi dan lebihserius. Berbagai
studi epidemiologis menunjukkan bahwa angkakematian akibat
penyakit kardiovaskular dan penderita DMmeningkat 4-5 kali
dibandingkan orang normal.Komplikasimakroangiopati
umumnya tidak ada hubungan dengan kontrolkadar gula
darah yang baik. Tetapitelah terbukti secaraepidemiologi bahwa
hiperinsulinemia merupakan suatu faktorresiko mortalitas
kardiovaskular dimana peninggian kadar insulindapat
menyebabkan terjadinya risiko kardiovaskular menjadisemakin
tinggi. Kadar insulin puasa > 15 mU/mLakanmeningkatkan risiko
mortalitas koroner sebesar 5 kali lipat. Makroangiopati, mengenai
pembuluh darah besar antara lain adalah pembuluh darah
jantung atau penyakit jantung koroner,pembuluh darah otak atau
stroke, dan penyakit pembuluh darah.Hiperinsulinemia juga
dikenal sebagai faktor aterogenik dandiduga berperan penting
dalam timbulnya komplikasimakrovaskular (Smeltzer dan Bare,
2017)
2) Komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penyumbatan
padapembuluh darah kecil khususnya kapiler yang terdiri
dariretinopati diabetik dan nefropati diabetik. Retinopati
diabetikdibagi dalam 2 kelompok, yaitu retinopati non proliferatif
danretinopati proliferatif. Retinopati non proliferatif
merupakanstadium awal dengan ditandai adanya mikroaneurisma,
sedangkanretinopati proliferatif, ditandai dengan adanya
pertumbuhanpembuluh darah kapiler, jaringan ikat dan adanya
hipoksia retina.Seterusnya, nefropati diabetik adalah gangguan
fungsi ginjalakibat kebocoran selaput penyaring darah. Nefropati
diabetikditandai dengan adanya proteinuria persisten (>0,5 gr/24
jam),terdapat retinopati dan hipertensi. Kerusakan ginjal yang
spesifikpada DM mengakibatkan perubahan fungsi penyaring,
sehinggamolekul-molekul besar seperti protein dapat masuk ke
dalamkemih (albuminuria). Akibat dari nefropati diabetik tersebut
dapatmenyebabkan kegagalan ginjal progresif dan upaya preventif
padanefropati adalah kontrol metabolisme dan kontrol tekanan
darah(Smeltzer dan Bare, 2017)
3) Neuropati
Diabetes neuropati adalah kerusakan saraf sebagai
komplikasiserius akibat DM. Komplikasi yang tersering dan
paling pentingadalah neuropati perifer, berupa hilangnya sensasi
distal danbiasanya mengenai kaki terlebih dahulu, lalu ke
bagian tangan.Neuropati berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus
kaki danamputasi. Gejala yang sering dirasakan adalah kaki terasa
terbakardan bergetar sendiri, dan lebih terasa sakit di malam hari.
Setelahdiagnosis DM ditegakkan, pada setiap pasien perlu
dilakukanskrining untuk mendeteksi adanya polineuropatidistal.
Apabiladitemukan adanya polineuropati distal, perawatan kaki
yangmemadai akan menurunkan risiko amputasi. Semua
penyandangDM yang disertai neuropati perifer harus diberikan
edukasiperawatan kaki
untukmengurangi risiko ulkus kaki (PERKENI,2017).
6. Penanganan Dibetes Melitus
Senam kaki adalah latihan fisik kaki yang dilakukan dengan
menggerakkan seluruh sendi kaki & pergelangan kaki yang disesuaikan
dengan kemampuan pasien. Latihan atau gerakan yang dilakukan
oleh kedua kaki secara bergantian atau bersamaan bermanfaat untuk
melancarkan peredaran darah kaki, serta otot-otot di tungkai bawah
menjadi lentur&kuat, terutama pada kedua pergelangan kakidan jari-
jari kaki. Hasil penelitian Cahyaneng menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan (p=0,000) senam kaki diabetik terhadap
penurunan resiko ulkus kaki diabetik dengan rata-rata sebelum
diberikan terapi senam kaki diabetes melitus adalah 6,50 dan rata-rata
sesudah diberikan terapi senam kaki diabetik adalah 4,50,artinya senam
kaki sangat efektif untuk dalam penurunan resiko ulkus pada pasien
diabetes melitus ( Dewi & yayu 2022)
Menurut (Andarmoyo, 2018), penatalaksanaan kasus diabetes mellitus
dapat dilakukan melalui:
a. Diit
1) Jumlah porsi yang disesuaikan dengan
kebutuhan. a) Protein
American Diabetes Association merekomendasikan
10-20%. b) Lemak
Asupan lemak yang dibutuhkan 20-25% tapi jika pasien
dengan kadar trigliserida > 1000 mg/dl dianjurkan
untuk diet dislipidemia tahap II yaitu < 7% energi total
dari lemak jenuh, tidak lebih dari lemak total dan
kandungan kolesterol 200 mg/hari.
c) Karbohidrat
Direkomendasikan 60-70%
kalori. d) Serat
Direkomendasikan sebesar
20-30%. e) Natrium
Direkomendasikan
<300mg.
2) Jadwal diit yang teratur.
Pasien DM memerlukan jadwal makan yang teratur yang
normalnya 3 kali sehari, yaitu makan pagi, makan siang, makan
malam agar terkendali gula darahnya. Pasien DM dianjurkan
untuk duduk, beraktivitas ringan, dan tidak diperkenankan
langsung tidur setelah makan, karena dapat menghambat proses
pencernaan makanan dan dapat menyebabkan aspirasi/refluks.
3) Jenis
Banyak yang beranggapan bahwa penderita DM harus
makan makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar
karena tujuan utamanya adalah menjaga kadar glukosa darah
pada batas normal. Untuk itu, sangat penting bagi kita
terutama penderita DM untuk mengetahui efek dari makanan
pada glukosa darah.
Jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita DM
adalah:
1) Sumber karbohidrat kompleks, seperti: nasi, roti, mie,
kentang, singkong, ubi dan sagu.
2) Sumber protein rendah lemak, seperti: ikan, ayam tanpa
kulitnya, susu skim, tempe, tahu dan kacang-kacangan.
3) Sumber lemak dalam jumlah terbatas, yaitu makanan
yang mudah diolah dengan cara dipanggang, dikukus,
direbus.
Jenis makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk
penderita DM adalah:
1) Banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa, sirup,
jelly, buah-buahan yang diawetkan, susu kental manis,
soft drink, es krim, kue-kue manis, dodol, cake dan tarcis.
2) Banyak lemak, seperti: jeroan, cake, makanan siap saji (fast-
food), goreng-gorangan.
3) Banyak natrium, seperti: ikan asin, telur asin dan makanan
yang diawetkan, makanan ringan.
b. Latihan
Beberapa manfaat latihan teratur bagi penderita DM, adalah :
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Riza. 2017. Korelasi Antara Kepatuhan Minum Obat dengan Kadar
Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Rawat Jalan di RSUD Dr.
H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Jurnal Pharmascience, 2(2),
15-23
Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. 2017. Nanda NIC-NOC Jilid 1.
Jogjakarta : Mediaction Jogja
Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2017. Baru Ajar Keperawatan Medikal
Tandra, Hans. 2018. Dari Diabetes Menuju Jantung & Stroke (Indonesia
A. Latarbelakang
1. Karakteristik keluarga
Asuhan keperawatan keluarga menggunakan pendekatan proses
yang terdiri dari empat tahap.Tahap tersebut
meliputi:pengkajian,perencanaan,implementasi dan evaluasi.
Pengkajian merupakan langkah awal yang bertujuan mengumpulkan
data tentang status kesehatan klien. Data yang telah terkumpul
kemudian dianalisa sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan
yang ada pada keluarga. Berdasarkan hasil data sekunder Puskesmas
Gambirsari memiliki 10 penyakit yang mendominasi yaitu
diantaranya ialah :
a. Hipertensi primer yaitu keadaan dimana pasien
mengalami peningkatan tekanan darah yang belum bisa
diketahui secara pasti penyebabnya.
b. Common cold (selesma) atau biasa disebut pilek
yang disebabkan oleh infeksi virus yang terjadi disaluran
pernapasan atas.
63
63
63
63
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis
menurut pola dari fontaine:
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas
(kesemutan). b. Stadium II : terjadi klaudikasio
intermiten
b. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.
c. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia
(ulkus). Klasifikasi :
Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi
enam tingkatan,yaitu:
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh
dengan kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “
claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan
tulang Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa
osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki
dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian
tungkai. Diabetes dengan Ulkus
a. Faktor endogen:
1) Neuropati:
Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan
dengan penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga
mudah terjadi trauma dan otonom/simpatis yang dimanifestasikan
dengan peningkatan aliran darah, produksi keringat tidak ada dan
hilangnya tonus vaskuler
63
63
2) Angiopati
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor
resiko lain.
3) Iskemia
Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh
darah) pada pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati)
menyebabkan penurunan aliran darah ke tungkai, bila terdapat
thrombus akan memperberat timbulnya gangrene yang luas.
Aterosklerosis dapat disebabkan oleh
faktor
Adanya hormone aterogenik
Merokok
Hiperlipidemia
Manifestasi kaki diabetes iskemia:
Kaki dingin
Nyeri nocturnal
Tidak terabanya denyut nadi
Adanya pemucatan ekstrimitas inferior
Kulit mengkilap
Hilangnya rambut dari jari kaki
Penebalan kuku
Gangren kecil
atau luas. b. Faktor eksogen
1) Trauma
2) Infeksi
2. Data yang akan digali lebih lanjut(apabila ada)
a. Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
Yang perlu dikaji pada data umum antara lain nama kepala keluarga
dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin, umur, pekerjaan dan
pendidikan. Umur juga dikaji karena faktor usia berpengaruh terhadap
terjadinya diabates mellitus ulkus dan usia dewasa tua ( >40 tahun )
adalah resiko tinggi diabetes mellitus ulkus
b. Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui adanya faktor genetik atau
faktor keturunan untuk timbulnya diabetes mellitus ulkus pada pasien
63
63
63
68
f. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
i. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
b) Kesadaran
c) Tekanan darah
d) Nadi Suhu
2) Pemeriksaan Fisik
f) Abdomen
g) Jantung
Palpasi : Ada nyeri tekan atau tidak, ada odema atau tidak
68
Perkusi : ada suara pekak atau tidak, ada suara sonor atau tidak
Auskultasi : bunyi jantung reguler atau tidak
h) Paru-paru
k) Harapan keluarga
Tingkat II √ √ √ √ √
Tingkat III √ √ √ √ √ √
Tingkat IV √ √ √ √ √ √ √
B. Rencana keperawatan
1. Diagnosis keperawatan/masalah
- Masalah: diabetes mellitus Ulkus
- Kemungkinan diagnosa keperawatan yang akan muncul
pada keluarga dengan diabetes mellitus ulkus yaitu :
a. Gangguan integritas kulit behubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah (D.0129)
b. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan
dengan ketidaktepatan pemantauan glukosa darah ( D.0038)
c. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit (D.0032)
d. Risiko cidera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan (D.0136)
e. Resiko infeksi berhubungan dengan Penyakit kronis ( ulkus
diabetikum) ( D.0142)
f. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif Ketidakmampuan
keluarga merawatdan mengenal masalah anggota keluarga
dengan diabetes (D.0116)
Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan
masalah Dispepsia di pelayanan kesehatan umum Puskesmas
Gambirsari.
Tujuan Khusus
• Perawat mampu melakukan pengkajian pada keluarga untuk
mengetahui masalah kesehatan pada keluarga tersebut.
• Perawat mampu melakukan analisa data dari hasil pengkajian
untuk merumuskan diagnosis keperawatan yang tepat.
• Perawat mampu menentukan diagnosa keperawatan sesuai
dengan masalah kesehatan pasien.
• Perawat mampu menentukan intervensi yang tepat untuk
melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah
kesehatan pasien.
C. Rancangan Kegiatan
1. Topik : Asuhan keperawatan keluarga pada tahap
pengkajian dan intervensi
2. Metoda : Wawancara dan observasi
3. Media : Lembar pengkajian keperawatan keluarga
4. Waktu : 11 April 2022 pukul 08.00 WIB
5. Tempat : Puskesmas Gambirsari
D. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Laporan pendahuluan
b. Alat bantu atau media disiapkan
2. Proses
Pelaksanaan sesuai dengan kontrak waktu dan strategi
pelaksanaan.Keluarga kooperatif dilakukan pengkajian.
3. Hasil
Didapatkan hasil pengkajian:
1) Data umum meliputi biodata klien, genogram, tipe
keluarga, suku bangsa, agama, status ekonomi sosial
keluarga, dan aktifitas rekreasi keluarga.
2) Riwayat tahap perkembangan keluarga meliputi tahap
perkembangan kelurga saat ini, tahap perkembangan
keluarga yang belum terpenuhi, dan riwayat keluarga inti.
3) Lingkungan meliputi karakteristik rumah, karakteristik
tetangga, mobilitas geografi keluarga, perkumpulan
keluarga dengan masyarakat, dan sistem pendukung
keluarga.
4) Struktur keluarga meliputi pola komunikasi keluarga,
struktur kekuatan keluarga, struktur peran, nilai norma
keluarga, fungsi keluarga, dan manajemen stres koping
keluarga.
f. Ditemukannya data fokus mengenai masalah kesehatan
keluarga.
g. Teridentifikasinya diagnosis keperawataan yang sesuai dengan
masalah kesehatan keluarga.
h. Tersusunnya intervensi yang tepat untuk melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan masalah kesehatan.
Nama Mahasiswa : Rosa Sheila Diana Oasis
Pertemuan ke :2
Pendahuluan
• Latar Belakang
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada 13
April 2022 didapatkan hasil bahwa Bapak T memiliki riwayat sakit
diabetes mellitus sejak 2004. Bapak T memiliki riwayat sakit
Diabetes Mellitus dan mengaku kurangnya menjaga pola makan
dan aktivitas. Ibu S datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri
pada perut sejak satu minggu yang lalu dan perut terasa kembung,
neyri, dan seperti mual. Ibu S juga mengatakan takut karena
sakitnya kambuh lagi dan belum juga membaik.
Pada pertemuan kedua ini perawat akan melakukan
implementasi yaitu pemeriksaan gula darah sewaktu dilanjutkan
dengan senam kaki diabetes. Media yang digunakan yaitu kursi,
koran, alat gds dan leaflet. Keluarga diharapkan dapat
berpartisipasi aktif dalam kegiatan. Setelah dilakukan
implementasi, perawat sekaligus melakukan evaluasi mengenai
tindakan yang sudah dilakukan.
• Data yang akan digali lebih lanjut
Tanda dan gejala infeksi pada luka ulkus diabetikum, manajemen
kesehatan keluarga Bapak T, dan kemandirian keluarga untuk
merawat luka secara mandiri dirumah.
74
Rencana Keperawatan
• Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang ditegakkan berdasarkan hasil
pengkajian menurut SDKI:
• Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan keluarga berupa implementasi dan
evaluasi pada pasien dengan masalah Ulkus diabetikum di rumah
Bapak T .
• Tujuan Khusus
• Perawat mampu melakukan implementasi yang tepat sesuai
dengan masalah kesehatan pasien.
• Perawat mampu melakukan evaluasi setelah dilakukannya
tidakan keperawatan.
• Keluarga mampu melakukan perawatan luka dan senam kaki
diabetik secara mandiri.
• Setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai Dispepsia,
diharapkan keluarga Bapak T menjadi lebih paham mengenai
Ulkus Diabetikum sehingga dapat menerapkan pencegahan
kekambuhan.
Rancangan Kegiatan
• Topik : Asuhan keperawatan keluarga pada tahap
implementasi dan evaluasi
• Metoda : Ceramah, tanya jawab (diskusi), dan demonstrasi
• Media : Leaflet dan botol kaca berisi air hangat
• Waktu : 13 April 2022 pukul 12.30 WIB
• Tempat : Rumah Bapak T
Kriteria Evaluasi
• Struktur
• Laporan pendahuluan pertemuan ke 2
• Media pendkes disiapkan
• Kontrak waktu
• Proses
• Pelaksanaan sesuai dengan kontrak waktu dan strategi
pelaksanaan.
• Keluarga kooperatif dilakukan pendidikan kesehatan dan
demonstrasi senam kaki diabetik.
• Evaluasi pada akhir sesi.
• Hasil
• Terlaksananya implementasi yang sesuai dengan masalah
kesehatan keluarga.
• Didapatkan hasil evaluasi:
• Keluarga paham dan mengerti mengenai penyakit Ulkus
diabetikum, meliputi pencegahan dan penanganan Ulkus
Diabetikum.
• Keluarga mampu menjelaskan kembali mengenai penyakit
Ulkus diabetikum.
• Klien paham dan mengerti cara mengontrol nyeri secara
mandiri.
• Klien mampu menerapkan teknik non
farmakologi beruba senam kaki diabetik, perawatan luka
secara mandiri