Anda di halaman 1dari 3

Buatlah Asuhan Keperawatan Pada Kasus Berikut dimana Anda perlu

mencari apakah diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien, serta


Intervensi Keperawatan Apakah yang harus diberikan

Kasus 1
Tn. N, 38 tahun datang berobat dengan keluhan sesak napas serta adanya
luka (fistule) di dada kanan yang mengeluarkan nanah selama 3 tahun.
Fistule yang mengeluarkan nanah tersebut selalu dipasang kain oleh pasien
untuk menyerap produksi sekret/nanah. Tn. N memiliki riwayat penyakit DM
selama 5 tahun mulai tahun 2010 dan mendapatkan terapi oral
antihiperglikemi serta pernah mendapatkan insulin, namun tidak patuh
menjalankan pengobatan DM. Tn. N juga pernah mendapatkan pengobatan
TB pada tahun 2010 selama 6 bulan dan dinyatakan sembuh dari
PUSKESMAS tempat klien berobat berdasarkan hasil pemeriksaan dahak.
Tahun 2012 klien terdiagnosis TB kembali dan menjalankan pengobatan TB
selama 6 bulan dan dinyatakan sembuh. Klien dirujuk ke RS untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan lanjutan. Keluhan yang dirasakan klien
adalah sesak selama 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit sehingga tidak
dapat beraktifitas mandiri. Keluhan lain yang dirasakan yaitu dada bagian
kanan yang terdapat luka/fistule mengeluarkan cairan/sekret berwarna
kuning mulai tahun 2012. Dada kanan klien telah dilakukan punksi cairan
sebanyak 2 kali pada bulan April dan Juli tahun 2012. Bagian tubuh kanan
klien cenderung untuk miring ke kanan/arah yang sakit setelah dilakukan
punksi, dan dari bekas luka tersebut mengeluarkan cairan sedikit setiap
harinya dan saat ini cairan yang keluar adalah pus. Luka/fistule yang
merembes secret/pus tersebut dipasang tampon atau kain oleh Tn. N dan
keluarga untuk menyerap secret. Klien berharap di RS rujukan ini
mendapatkan perawatan dengan tepat agar dapat pulih seperti sediakala
dan beraktivitas kembali sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah bagi
keluarganya. Klien mengatakan tidak dapat menarik napas dalam karena
menahan nyeri di bagian dada kanannya. Dinding dada klien asimetris,
kanan lebih menonjol daripada kiri. Pergerakan dinding dada kanan
tertinggal saat bernapas dibandingkan dada kiri, pada perkusi terdengar
redup di dada kanan. Terdapat fistula pada linea axilaris anterior serta
jaringan parut pada kulit dada bagian kanan. Luka di dada kanan tersebut
merembes cairan pus kekuningan. Tekanan Darah : 100/80 mmHg, denyut
nadi: 88 x/menit, kuat dan teratur, pernapasan 22 x/menit. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan mendapatkan data sebagai berikut: Hasil Thoraks
foto pada tg.6 Maret 2015 post pemasangan WSD. Masih terlihat opasitas di
hemithoraks kanan yang mengobliterasi struktur organ hemi-thoraks kanan.
Tip WSD setinggi sela iga 5 anterior kanan. Jantung kesan sedikit terdorong,
Trakea di tengah, corakan bronkhovesikuler paru stationer. GDS 350 mg/dl
Kasus 2
Seorang perempuan Ny.Z usia 47 tahun datang ke RSAM dengan keluhan
utama jantung berdebar-debar. Keluhan ini dirasakan sejak 1 tahun sebelum
masuk rumah sakit dan hilang timbul tanpa dipengaruhi aktivitas. Keluhan
ini disertai dengan sesak napas yang sering kambuh. Sesak tidak
dipengaruhi posisi, tidak disertai dengan bunyi ngik (mengi) dan dirasakan
memberat dengan aktivitas dan berkurang jika istirahat. Sesak napas
dirasakan memberat sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan ini
tanpa disertai dengan nyeri dada. Pasien juga mengeluhkan adanya sakit
kepala berdenyut. Bila serangan timbul, pasien merasa mual, dan bahkan
muntah setiap kali makan. Muntah berisi makanan yang dimakan pasien.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan sering berkeringat walaupun tidak
sedang berada dibawah matahari ataupun saat beraktivitas berat. Pasien
juga mengalami penurunan berat badan sedangkan nafsu makan meningkat
dan pasien sering merasa lapar. Pasien mengalami penurunan berat badan
dari 70 kg menjadi 55 kg dalam waktu 6 bulan terakhir. Namun sejak akhir-
akhir ini pasien mengalami penurunan nafsu makan dan makan lebih sedikit.
Pasien juga merasa lemas dan sedikit gemetar didaerah jari kedua tangan.
Pasien juga merasakan sangat mudah lelah walaupun hanya melakukan
aktivitas yang sangat sederhana dan ringan. Pasien mengeluhkan mata
melotot yang dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan ini diawali dengan
mata kanan dan disusul dengan mata kiri. Pasien juga merasa pandangan
menjadi sedikit kabur dan kadang merasa berkunang-kunang. Sebelum
keluhan yang terjadi dalam 1 tahun terakhir ini, pasien tidak pernah
mengalami keluhan yang sama. Pasien memiliki riwayat penyakit maag.
Sedangkan riwayat hipertensi, diabetes melitus dan asma disangkal. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan
darah 140/70 mmHg, nadi 120 x/menit, pernapasan 24 x/menit, dan suhu
36,70 C, mata eksoftalus, pemeriksaan leher didapatkan pembesaran
kelenjar tiroid. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar TSH 0,006
uIU/ml, T3 5,56 mg/dl, T4 18,2 mg/dl. Penatalaksanaan pada kasus ini yaitu
pasien diberikan PTU 3x200 mg sehari dan propanolol 3x20 mg.
Kasus 3
Seorang wanita, usia 28 tahun, BB 80 kg, TB 160 cm, Riwayat penyakit:
dua tahunyang lalu pasien pernah melakukan pengobatan di Puskesmas
dengan keluhan ada benjolan di leher depan dan nyeri tekan, pasien juga
merasakan dada sering berdebar-debar dan badannya gemuk. Hasil
pemeriksaan fisik jantungnyaa membesar, nadi<60 kali/menit, benjolan di
leher, dan rasa nyeri. Pemeriksaanlaboratorium TSH <0,004µIU/ml, FT4
20µg/dl, FT3 15pg/dl . Kemudian oleh dokterdisarankan untuk melakukan
pemeriksaan iodium radioaktif danfineddleaspirationbiopsy (FNAB). Pasien
merasa lemas dan tidak bertenaga.

Kasus 4
Seorang laki-laki 45 tahun mengeluh kaki dan tangan bengkak. Setelah
diperiksa ureum dan kreatinin ternyata terjadi peningkatan. Pasien memiliki
riwayat minum minuman berenergi selama 6 bulan terakhir. Hasil
pemeriksaan fisik menunjukkan adanya asites pada abdomen, konjungtifa
bulbi pucat, kulit kehitaman, RR 28 x/menit, TD 180/100 mmHg. Hasil
pemeriksaan lab Hb 7 mg/dl, Kreatinin 4,5 dan ureum 65.

Kasus 5
Seorang pasien perempuan berumur 31 tahun datang dengan keluhan
demam sejak satu bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien masuk rumah
sakit pada 2 Desember 2017. Demam dirasakan terus menerus dan
berkurang setelah minum obat penurun panas, namun beberapa jam
kemudian dirasakan kembali. Pasien juga merasakan nyeri saat berkemih
sehingga menahan berkemih. Pasien merupakan resipien transplantasi ginjal
yang ke-14 pada lima bulan sebelumnya di RSSA Malang dan pernah
terkena infeksi saluran kemih setelah transplantasi. Awalnya, setelah
dilakukan transplantasi ginjal, pasien jarang mandi dan membersihkan diri
karena takut lukanya sulit sembuh. Pemeriksaan fisik tidak menunjukkan
gejala yang khas. Saat diperiksa, pasien mengalami sakit sedang dengan
kesadaran kompos mentis, tekanan darah 107/61 mmHg, nadi 103 kali per
menit, frekuensi pernafasan 19 kali per menit, dan suhu 38°C. Dari
pemeriksaan fungsi ginjal setelah terdiagnosis ISK didapatkan hasil
peningkatan ureum dan kreatinin.

Anda mungkin juga menyukai